• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI IBU DALAM MENIMBANG BALITA KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS H.A.H HASAN KOTA BINJAI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI IBU DALAM MENIMBANG BALITA KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS H.A.H HASAN KOTA BINJAI SKRIPSI"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

YUNI AMELIA SUSANTI NIM. 131000490

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(2)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyrakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

YUNI AMELIA SUSANTI NIM: 131000490

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(3)

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI IBU DALAM MENIMBANG BALITA KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS H.A.H HASAN KOTA BINJAI” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Oktober 2018

Yuni Amelia Susanti

(4)
(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : dr. fauzi, S.K.M

Anggota : 1. dr. Rusmalawaty M. Kes

2. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M, M.P.H

(6)

merupakan persentase balita yang ditimbang di posyandu dibanding seluruh balita yang ada di wilayah kerja puskesmas. Cakupan penimbangan balita di Kota Binjai Tahun 2016 masih tergolong cukup rendah yaitu dari 25.321 balita yang ada hanya 11.933 balita yang ditimbang pencapaian D/S pada sebesar 47.1%. Di Kota Binjai, cakupan yang cukup rendah terdapat di Wilayah Kerja Puskesmas HAH Hasan Kecamatan Binjai Barat yaitu sebesar 32,2%, pada Tahun 2016. Desain penelitian cross sectional dan bersifat deskriptif analitik dengan tujuan mengetahui factor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu balita dalam menimbang balita ke posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas HAH Hasan Kota Binjai Tahun 2017. Populasi adalah ibu-ibu yang mempunyai anak balita usia 24- 59 bulan yang menimbangkan anak balitanya ke Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas HAH Hasan Kota Binjai tahun 2017 yang berjumlah 2.602 orang.

Sampel penelitian ini berjumlah 93 orang yang diambil dengan menggunakan rumus Lameshow dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel partisipasi ibu yaitu variabel pengetahuan (ρ = 0,013) dan variabel dukungan kader posyandu (ρ = 0,000). Variabel yang tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel tingkat partisipasi ibu yaitu variabel pendidikan (ρ = 0,055), pekerjaan (ρ = 0,585), sikap (ρ = 0,142), jarak posyandu (ρ = 0,564) dan peran keluarga (ρ = 0,738) terhadap partisipasi ibu dalam menimbangkan balita ke posyandu. Berdasarkan hasil penelitian, bagi kader diharapkan agar senantiasa memberikan pengetahuan, pemahaman dan penyuluhan kesehatan tentang pentingnya posyandu, hendaknya jadwal posyandu dilaksanakan tidak pada hari dan jam kerja agar ibu balita yang bekerja dapat membawa balitanya ke posyandu dan diharapkan meningkatkan kerjasama antara kader dengan berbagai pihak khususnya dengan tokoh masyarakat dan ibu-ibu PKK dalam kegiatan posyandu dengan pemantauan dan pembinaan dari pihak Puskesmas.

Kata Kunci: Faktor Pemungkin, Pendukung, Pendorong, Partisipasi Ibu

(7)

the percentage of children under five who are weighed at the posyandu compared to all children under five in the working area of the puskesmas. The coverage of underfive weighing in Binjai City in 2016 was still quite low, namely from 25,321 children under five, with only 11,933 children under five weighing the achievement of D / S at 47.1%. In Binjai City, a fairly low coverage is found in the HAH Hasan Health Center Work Area, West Binjai District, which is 32.2%, in 2016. Cross sectional research design and descriptive analytic with the aim of knowing the determinants of maternal toddler participation in weighing toddlers to posyandu in HAH Hasan Health Center Work Area in Binjai City 2017. The population is mothers who have children under five aged 24-59 months who weigh their children to Posyandu in 2017 HAH Hasan Health Center Work Area in Binjai City, totaling 2,602 people. The sample of this study was 93 people who were taken using the Lameshow formula with simple random sampling technique.

Data collection using a questionnaire. Data analysis using chi-square test. The results showed that the variables that had a significant influence on the variables of maternal participation were knowledge variables (ρ = 0.013) and posyandu cadre support variables (ρ = 0.000). Variables that did not have a significant effect on the variables of maternal participation were education variables (ρ = 0.055), occupation (ρ = 0.585), attitude (ρ = 0.142), posyandu distance (ρ = 0.564) and family role (ρ = 0.738) towards maternal participation in considering toddlers to posyandu. Based on the results of the research, cadres are expected to always provide knowledge, understanding and health education about the importance of posyandu, should the posyandu schedule be implemented not on working days and hours so that working mothers can bring their children to the posyandu and are expected to increase collaboration between cadres and various parties, especially with community leaders and PKK women in posyandu activities with monitoring and guidance from the Puskesmas.

Keywords: Enabling Factors, Predisposing, Reinforcing, Mother Participation

(8)

Allah SWT atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI IBU DALAM MENIMBANG BALITA KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS H.A.H HASAN KOTA BINJAI. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta Julianto Pelawi dan Murniati br. Milala yang selalu mendoakan penulis tanpa kenal lelah, memberikan nasihat, motivasi, perhatian, dan kasih sayang yang tak terhitung banyaknya sehingga penulisan dapat menyelesaikan skirpsi ini.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(9)

4. dr. Fauzi, S.K.M, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan, saran, masukan, dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. dr. Rusmalawaty, M.Kes, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan saran dan koreksi yang bermanfaat dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M, M.P.H, selaku dosen penguji II yang telah memberikan saran dan koreksi yang bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Dra. Lina Tarigan, Apt, MS. Selaku Dosen Penasihat Akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumater Utara.

8. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis menjalani pendidikan khususnya

9. Kepala Puskesmas H.A.H Hasan beserta beluruh Pegawai dan Staf di Puskesmas yang telah memberikan izin memperoleh data-data yang mendukung dalam menyelesaikan penelitian ini.

10. Teristimewa untuk abang, kakak, dan abang ipar tersayang Alm. Ariandi Zulkifli Pelawi, Yeni Oktaria br Pelawi Am.Keb, M. Ikhsan Ruthmamana Nasution, SH. Yang telah memberikan do,a, dukungan dan semangat kepada penulis dari masa perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

(10)

perjuangan di FKM USU hingga saat ini.

12. Sahabat penulis Ella SKM, Ovin Anggraini SKM, Melani SKM, Nanci Siahaan SKM, Putri SKM, Riza SKM, Riani Lubis SKM, M. Surya Dharma ST, Agus Maulidin S.Kom, Muhammad Rian Saputra, ST, Dwi Putra Nugroho S.AB, Ika Nurzanah S.Kep, Ners, Mentari Sinaga, S.Kep, Ners, Nancy Telaumbanua, S. Kep, Ners.

13. Teman-teman PBL Desa Kota Galuh Kecamatan Perbaungan, Hillary Meilana Siagian, Marissa Fitria Ayu SKM, Septian Wiguna SKM, Augie Audina Harahap dan Annisa Putri Ganida SKM, yang telah banyak memberi semangat, dukungan, do’a dan berbagai ilmu kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyajian skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, Oktober 2018

Yuni Amelia Susanti

(11)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i

HALAMAN PENGESAHAN ii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

RIWAYAT HIDUP xvi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 8

Tujuan Penelitian 8

Tujuan Umum 8

Tujuan Khusus 8

Manfaat Penelitian 9

TINJAUAN PUSTAKA 10

Posyandu 10

Pengertian posyandu 10

Sasaran Posyandu 11

Kegiatan Posyandu 11

Penyelenggaraan Posyandu 13

Penyelenggaraan Kegiatan 13

Tugas dan Tanggung Jawab Para Pelaksana 13

Balita 16

Pertumbuhan dan Perkembangan Balita 16

Pemantauan Pertumbuhan Balita 18

Cakupan Penimbangan Balita 19

Kartu Menuju Sehat (KMS) bagi Balita 21

Fungsi dan Kegunaan Kartu Menuju Sehat 21

Partisipasi 23

Partisipasi Masyarakat 29

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Masyarakat 26

Pendidikan 26

Pekerjaan 26

Pengetahuan 27

Sikap 29

(12)

Perilaku Berpartisipasi dalam Pelayanan Kesehatan 32

Landasan Teori 33

Kerangka Konsep Penelitian 35

Hipotesis Penelitian 35

METODE PENELITIAN 36

Jenis Penelitian 36

Lokasi dan Waktu Penelitian 36

Populasi dan Sampel 36

Populasi penelitian 36

Sampel penelitian 36

Metode Pengumpulan Data 38

Data Perimer 38

Data Sekunder 39

Instrumen Penelitian 39

Variabel dan Definisi Operasional 39

Variabel Penelitian 39

Definisi Operasional 39

Aspek Pengukuran 41

Aspek Ppengukuran Variabel Independen 41

Aspek Pengukuran Variabel dependen 41

Metode Analisis Data 42

Analisis Univariat 42

Analisis Bivariat 42

HASIL PENELITIAN 43

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 43

Analisis Univariat 43

Karakteristik Responden 43

Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Ibu 44

Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan

Pengetahuan Ibu 45

Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Sikap Ibu 47 Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Jarak

Posyandu 51

Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Dukungan

Kader Posyandu 52

Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Dukungan

Keluarga 53

(13)

Hubungan Pekerjaan dengan Partisipsai Ibu dalam

Menimbangkan Balita ke Posyandu 56

Hubungan Pengetahuan dengan Partisipsai Ibu dalam

Menimbangkan Balita ke Posyandu 56

Hubungan Sikap dengan Partisipsai Ibu dalam

Menimbangkan Balita ke Posyandu 57

Hubungan Jarak Posyandu dengan Partisipsai Ibu dalam

Menimbangkan Balita ke Posyandu 58

Hubungan Dukungan Kader Posyandu dengan Partisipsai Ibu

dalam Menimbangkan Balita ke Posyandu 58

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Partisipsai Ibu dalam

Menimbangkan Balita ke Posyandu 59

PEMBAHASAN 60

Partisipasi Ibu dalam Menimbang Balita ke Posyandu di Wilayah

Kerja Puskesmas HAH Hasan 60

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pertisipasi Ibu dalam Menimbangkan Balita Balita ke Posyandu di Wilayah Kerja

Puskesmas HAH Hasan 64

Hubungan Pendidikan dengan Partisipsai Ibu dalam

Menimbang Balita ke Posyandu 64

Hubungan Pekerjaan dengan Partisipsai Ibu dalam

Menimbang Balita ke Posyandu 65

Hubungan Pengetahuan dengan Partisipsai Ibu dalam

Menimbang Balita ke Posyandu 66

Hubungan Pengetahuan dengan Partisipsai Ibu dalam

Menimbang Balita ke Posyandu 67

Hubungan Jarak Posyandu dengan Partisipsai Ibu dalam

Menimbang Balita ke Posyandu 69

Hubungan Dukungan Kader Posyandu dengan Partisipsai Ibu

dalam Menimbang Balita ke Posyandu 70

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Partisipsai Ibu dalam

Menimbang Balita ke Posyandu 72

KESIMPULAN DAN SARAN 74

Kesimpulan 74

Saran 74

DAFTAR PUSTAKA 75

DAFTAR LAMPIRAN

(14)

1 Mekanisme Kegiatan Posyandu 12 2 Jumlah Populasi dan Sampel Ibu Balita Tiap Posyandu di

Wilayah Kerja Puskesmas HAH Hasan Kota Binjai 38 3 Metode Pengukuran Variabel Dengan Partisipasi Ibu

Dalam Menimbangkan Balita ke Posyandu 41

4 Distribusi Karakteristik Responden 44

5 Distribusi Kriteria Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu 44 6 Distribusi Kriteria Responden Berdasarkan Pekerjaan ibu 44 7 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pengetahuan 46 8 Distribusi Kriteria Responden Berdasarkan Pengetahuan

Ibu 47

9 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Sikap Ibu 50 10 Distribusi Kriteria Responden Berdasarkan Sikap ibu 51 11 Distribusi Kriteria Responden Berdasarkan Jarak

Posyandu 52

12 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Dukungan

Kader Posyandu 52

13 Distribusi Kriteria Dukungan Kader Posyandu 53 14 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Dukungan

Keluarga 53

15 Distribusi Kriteria Dukungan Keluarga dalam

penimbangan balita ke posyandu 54

16 Distribusi Partisipasi Ibu dalam Menimbang Balita 54

(15)

19 Hubungan Pekerjaan dengan Partisipasi Ibu dalam

Menimbang Balita ke Posyandu 56

20 Hubungan Pengetahuan Partisipasi Ibu dalam Menimbang

Balita ke Posyandu 57

21 Hubungan Sikap dengan Partisipasi Ibu dalam Menimbang

Balita ke Posyandu 58

22 Hubungan Jarak Posyandu dengan Partisipasi Ibu dalam

Menimbang Balita ke Posyandu 58

23 Hubungan Dukungan Kader Posyandu dengan Partisipasi

Ibu dalam Menimbang Balita ke Poyandu 59

24

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Partisipasi Ibu

dalam Menimbang Balita ke Poyandu 59

(16)

1 Landasan Teori Penelitian 35

2 Krangka Konsep 36

(17)

1 Kuesioner 77

2 Master Data 82 73

3 Analisis Data 85

4 Surat Izin Penelitian 102

5 Surat Selesai Penelitian 104

(18)

Juni 1995 dan beragama Islam dengan suku bangsa penulis adalah Karo. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, anak dari pasangan Ayahanda Julianto Pelawi dan Ibunda Murniati br. Milala. Bertempat tinggal di Desa Parangguan, Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Pendidikan formal penulis dimulai dari SD Negeri nomor 058103 Parangguampada tahun 2001 dan selesai pada tahun 2007, penulis melanjutkan ke SMP Negeri 1 Salapian pada tahun 2007 dan selesai pada tahun 2010, kemudian penulis melanjutkan ke SMK Swasta Putra Anda Binjai pada tahun 2010 dan selesai pada tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kesehatan Masyarakat, program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan dan selesai tahun 2018.

Medan, Oktober 2018

Yuni Amelia Susanti

(19)

Keberhasilan pembangunan kesehatan Indonesia terutama di bidang pelayanan kesehatan tidak terlepas dari partisipasi aktif masyarakat dan swasta dalam penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat strata pertama yang di wujudkan melalui berbagai upaya yang dimulai dari diri sendiri, keluarga sampai dengan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM). Salah satu upaya pemerintah dibidang kesehatan yang sedang di galakkan untuk penjembatani antara upaya-upaya pelayanan kesehatan professional dan nonprofessional yang dikembangkan oleh masyarakat dan keluarga yakni melalui pos pelayan terpadu atau dikenal dengan sebutan posyandu (Kemenkes RI, 2012)

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang di laksanakan oleh, dari, untuk, dan bersama masyarakat untuk memberdayakan dan memberikan

kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak balita. Pelaksana kegiatan posyandu adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader kesehatan setempat dibawah bimbingan

Puskesmas. Pengelola posyandu adalah pengurus yang di bentuk oleh ketua RW yang berasal dari kader, PKK, tokoh masyarakat formal, dan informal serta kader kesehatan yang ada di wilayah tersebut. Peran bidan dalam Posyandu adalah menginformasikan kepada masyarakat sasaran untuk datang ke posyandu, membantu memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu dan anak balita,

membantu mengevaluasi kegiatan bersama kader dan tindak lanjutnya membantu

(20)

kader posyandu, serta melakukan kunjungan rumah. Kontribusi posyandu dalam meningkatkan kesehatan bayi dan anak balita sangat besar, namun sampai saat ini kualitas pelayanan posyandu masih sangat perlu di tingkatkan, keberadaan kader dan sarana yang ada merupakan modal dalam kelanjutan posyandu, oleh karena itu keberadaan posyandu harus tetap ditingkatkan sehingga di klasifikasikan menjadi 4 jenis yaitu, posyandu pratama, madya, purnama, dan mandiri.

(Kemenkes RI, 2012).

Penyelenggaraan Posyandu memiliki tujuan secara umum yakni menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Anak Balita (AKABA) di Indonesia melalui upaya

pemberdayaan masyarakat. Manfaat Posyandu bagi masyarakat yaitu memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan dasar,

terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA dan bagi kader dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat

menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA. (Kemenkes RI, 2011).

Balita adalah salah satu sasaran pelayanan kesehatan di posyandu. Gangguan kesehatan yang terjadi pada balita memengaruhi tertumbuhan dan perkembangan baik pada masa balita maupun masa berikutnya, sehingga perlu mendapatkan perhatian. Kegiatan pemantauan pertumbuhan balita dapat dilihat dengan

menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) balita, dimana balita yang sehat setiap bulan akan naik berat badannya, karena garis pertumbuhan normal seorang balita yang di buat pada KMS tujuannya untuk mengetahui seorang anak tumbuh

(21)

dengan normal atau menyimpang. (Kemenkes RI, 2011). Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan beratbadan yang paling pesat disbanding dengan kelompok umur lain, masa ini tidakterulang sehingga disebut window of opportunity, untuk mengetahui apakahbalita tumbuh dan berkembang secara normal atau tidak. Penilaian tumbuhkembang balita yang mudah diamati adalah pola tumbuh kembang fisik, salahsatunya dalam mengukur berat badan balita (Soetjiningsih, 2002).

Penimbangan merupakan salah satu kegiatan utama posyandu dan sebagai salah satu program perbaikan gizi masyarakat. Penimbangan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhannya setiap bulan. Penimbangan balita penting dilakukan setiap 1 bulan sampai 5 tahun di posyandu untuk mengetahui tumbuh kembang balita, setelah balita di timbang akan di catat di buku KMS sehingga akan terlihat berat badannya naik, tidak naik ataupun turun. Adapun kegiatan penimbangan balita yang biasa dilakukan di posyandu meliputi pendaftaran balita, penimbangan balita dan mencatat hasil penimbangan di buku KMS, melaksanakan kegiatan penyuluhan, serta memberikan pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2011).

Pemantauan berat badan balita akan berhasil dengan baik apabila ada partisipasi aktif dari masyarakat yang ditandai dengan tingkat kehadiran ibu menimbangkan anaknya di posyandu. Bentuk partisipasi masyarakat yang membawa balita datang ke posyandu dalam program gizi di kenal dengan istilah D/S dimana D adalah jumlah balita yang ditimbang dan S adalah jumlah semua balita yang berada di wilayah kerja. Selain D/S ada beberapa indikator lain yang

(22)

digunakan yaitu K/S (cakupan program), N/D (keadaan kesehatan balita) BGM/D (intensitas masalah gizi) dan T (besarnya masalah gangguan kesehatan).

Keberadaan posyandu dalam masyarakat memegang peranan penting,

namun masih banyak anggota masyarakat yang belum memanfaatkannya secara maksimal. Penurunan partisipasi masyarakat dalam upaya kesehatan tersebut salah satunya dapat dilihat dari pemanfaatan posyandu oleh keluarga yang mempunyai anak balita yaitu perbandingan antara jumlah anak balita yang dibawa ke posyandu dengan jumlah anak balita seluruhnya dalam satu wilayah kerja posyandu proporsinya masih rendah. Adapun standar pelayanan minimal untuk D/S adalah 85% (Depkes RI, 2006).

Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016 cakupan

penimbangan balita dari tahun 2010 sampai tahun 2015 di Indonesia cenderung meningkat. Pada Tahun 2014 cakupan penimbangan balita (D/S) di Indonesia mencapai 80,8%, namun pada tahun 2015 terjadi penurunan menjadi 73,0%, hal itu disebabkan pada tahun 2015 terjadi peralihan RPJMN tahun 2015-2019 dimana terdapat pengembangan sasaran program dan penambahan indikator baru terkait Renstra Kemenkes sehingga cakupan dan target penimbangan balita di posyandu belum tersosialisasikan dengan baik.

Berdasarkan data Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2017 Cakupan balita ditimbang (D/S) di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2016 sebesar 74,0%

dengan cakupan tertinggi Kabupaten Samosir (99,9%) dan terendah Kabupaten Labuhan Batu Selatan (11,6%). Sembilan Kabupaten sudah memenuhi target Renstra 2014 (85%) yaitu Kabupaten Samosir, Tebing Tinggi, Pak-pak Bharat,

(23)

Gunung Sitoli, Padang Lawas, Pematang Siantar, Sibolga, Toba Samosir, dan Nias Utara, sedangkan Kota Binjai masih dibawah target Renstra yakni 47,1%.

Berdasarkan profil kesehatan Kota Binjai tahun 2017 jumlah seluruh balita ada sebanyak 25.321 balita, dari jumlah tersebut yang ditimbang sebanyak 11.933 balita dengan pencapaian D/S pada tahun 2016 sebesar 47.1%, dan jumlah balita yang BGM sebanyak 62 balita, dan pada tahun 2017 dari jumlah seluruh balita sebanyak 26.002 hanya 11.912 balita yang di timbang dengan D/S 45,81% dan balita yang BGM sebanyak 66 balita. Jika dibandingkan dengan puskesmas lain di Kota Binjai cakupan penimbangan balita di Puskesmas HAH Hasan tergolong yang paling rendah dengan DS 32,2%, dimana cakupan penimbangan D/S di puskesmas Binjai Estate 58, 8%, Puskesmas Tanah Tinggi 60,1% dan Puskesmas Binjai Kota 53,0 % (Profil Kesehatan Kota Binjai, 2017).

Puskesmas H.A.H Hasan terletak di Kota Binjai dan salah satu Puskesmas yang terdapat di Kecamatan Binjai Barat. Berdasarkan laporan Puskesmas H.A.H Hasan tahun 2017 diketahui bahwa terdapat 14 buah posyandu di 4 Desa, yaitu 4 posyandu di Kelurahan Paya Roba, 3 posyandu di Kelurahan Limau Sunde, 3 posyandu di Kelurahan Limau Mungkur dan 4 posyandu di Kelurahan Suka Ramai dengan strata posyandu yakni 3 posyandu Madya, dan 11 posyandu

purnama. Jumlah kader posyandu seluruhnya 70 orang dimana terdapat 5 kader di masing-masing posyandu. (Profil Puskesmas H.A.H Hasan, 2017).

Puskesmas H.A.H Hasan Kecamatan Binjai Barat sepanjang tahun 2015, dari jumlah seluruh balita yang ada di wilayah kerja puskesmas sebanyak 3.012 hanya 1.347 balita yang di timbang dengan D/S 44,7% dan balita yang BGM sebanyak 5

(24)

balita. Pada tahun 2016 jumlah seluruh balita yang ada sebanyak 3.203 balita, dari jumlah tersebut yang ditimbang sebanyak 1.032 balita dengan pencapaian D/S pada tahun 2016 sebesar 32,20%, dan jumlah balita yang BGM sebanyak 3 balita, dan pada tahun 2017 dari jumlah seluruh balita sebanyak 3.181, hanya 1.327 balita yang di timbang dengan D/S 41,7% dan balita yang BGM sebanyak 2 balita dan ini berarti nilai kunjunga balita tersebut masih kurang memenuhi target Renstra yaitu 85%.

Menurut teori Lawrence W. Green tahun 1980 dalam Notoatmodjo (2010) ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku partisipasi ibu balita dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan yaitu: 1) Faktor predisposing/pendorong yaitu seseorang yang menggunakan pelayanan kesehatan. Faktor ini menggambarkan karakteristik seseorang yang sudah ada sebelum ia memotivasi seseorang untuk berperilaku dalam berpartisipasi memanfaatkan pelayanan kesehatan. 2) Faktor enabling/pendukung seseorang untuk menggunakan layanan kesehatan berjalanan

dengan baik yaitu dimana adanya akses yang mudah untuk masyarakat

mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan dari sumber biaya yang terjangkau, terdapat transportasi untuk ke pelayanan kesehatan dan jarak yang tidak jauh ke pelayanan kesehatan dengan rumah berpengaruh terhadap perilaku pengguna atau pemanfaatan pelayanan kesehatan. 3) Faktor reinforcing/pendorong hal ini

terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan gambaran dari perilaku masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara pada saat survei pendahuluan pada tanggal 22 September 2017 dengan lima orang ibu balita diketahui bahwa ibu bayi/balita

(25)

hanya membawa anaknya untuk imunisasi dan menimbang anaknya hingga usia 12 bulan, kemudian mereka tidak datang lagi membawa anaknya ke posyandu dengan asalan tidak di perlu di timbang lagi karena anaknya sehat-sehat saja.

Beberapa ibu yang di wawancarai penulis mengatakan bahwa mereka tidak sempat membawa balitanya ke posayandu dikarenakan sibuk bekerja pada pagi hari hingga sore hari untuk membantu perekonomian keluarga, dan terkadang juga jadwal posyandu bertabrakan dengan jam kerja mereka dan juga tidak adanya kader yang menginformasikan jadwal penimbangan balita kepada ibu balita sehingga mereka tidak datang ke posyandu. Ada juga sebagian ibu yang

membawa anaknya ketika pelaksanan pemberian vitamin A dan pemberian PMT (Pendamping Makan Tambahan) saja dan seteah itu ibu tidak datang lagi

membawa balitanya.

Kegiatan posyandu biasanya dilakukan pagi hari mulai pukul 8.30 sampai 11.00 WIB pada hari kerja. Kegiatan ini dilaksanakan di salah satu rumah warga yang bersedia dijadikan tempat posyandu. Kegiatan ini dilaksanakan sebulan sekali dengan waktu yang telah ditetapkan oleh petugas kesehatan. Petugas kesehatan datang di hari H posyandu.

Berdasarkan hasil penelitian Angkat (2010) menyatakan bahwa faktor penyebab cakupan penimbangan balita di Desa Penanggalan Kota Subussalam pada tahun 2009 berada pada posisi paling rendah ditingkat kecamatan yaitu sebesar 28,18%. Dari hasil penelitian diketahuai bahwa ibu balita yang tidak mau datang ke posyandu karena tidak mengetahui manfaat posyandu dan tujuan ibu balita berkunjung ke posyandu untuk memantau perkembangan balitanya

(26)

melainkan hanya untuk mendapatkan makanan tambahan serta dapat berkumpul dengan ibu balita yang lain.

Hasil penelitian Hanafiah (2004) di Desa Matang Tepah Kabupaten Aceh Tamiang dapat dilihat tingginya frekuensi pemanfaatan penimbangan balita (12 kali dalam satu tahun) dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor karakteristik ibu bayi/balita yang meliputi pengetahuan dan pendidikan ibu bayi/balita dan faktor jarak posyandu.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka penulis melakukan penelitian yang bejudul faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu dalam menimbang balita ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas H.A.H Hasan Kota Binjai.

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang di uraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu dalam menimbang balita ke posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas H.A.H Hasan Kota Binjai.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu dalam menimbang balita ke posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas H.A.H Hasan Kota Binjai.

Tujuan khusus. Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu:

(27)

1. Mengetahui pengaruh factor predisposing yang meliputi tingkat pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan sikap ibu dengan partisipasi ibu dalam

menimbangkan balita ke posyandu.

2. Mengetahui pengaruh factor enabling yang meliputijarak posyandu dari rumah ibu, terhadap partisipasi ibu dalam menimbangkan balita ke posyandu.

3. Mengetahui pengaruh factor reinforcing yang meliputi dukungan kader posyandu, dan dukungan keluarga terhadap partisipasi ibu.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Puskesmas HAH Hasan Kota Binjai dan Dinas Kesehatan Kota Binjai.

2. Untuk memberikan masukan bagi ibu balita untuk meningkatkan pengetahuan dan partisipasi serta kasadaran pentingnya menimbang balita ke posyandu hingga usia lima tahun.

3. Untuk memberikan masukan bagi peneliti selanjutnya.

(28)

Tinjauan Pustaka

Posyandu

Pengertian posyandu. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar.

Upaya peningkatan peran dan fungsi Posyandu bukan semata-mata tanggung jawab pemerintah saja, namun semua komponen yang ada dimasyarakat, termasuk kader. Peran kader dalam penyelenggaraan Posyandu sangat besar karena selain sebagai pemberi informasi kesehatan kepada masyarakat juga sebagai penggerak masyarakat untuk datang ke Posyandu dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (Kemenkes RI, 2012).

UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola dari oleh, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari petugas puskesmas serta lintas sektor dan lembaga terkait lainnya.

Kegiatan di posyandu merupakan kegiatan nyata yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, kader-kader kesehatan yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar. (Kemenkes RI, 2012).

Upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia dengan

mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan secara merata apabila sistem pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat seperti posyandu dapat dilakukan secara efektif dan efisien dan dapat menjangkau semua sasaran

(29)

yang membutuhkanlayanan tumbuh kembang anak, ibu hamil, ibu menyusui dan ibu nifas (Kemenkes RI, 2012).

Sasaran posyandu. Sasaran Posyandu antara lain yaitu:

a. Balita

b. Ibu hamil dan ibu menyusui c. Pasangan usia subur (PUS)

Kegiatan posyandu. Kegiatan posyandu mempunyai tujuh kegiatan atau disebut Sapta Krida Posyandu yaitu:

a. Kesehatan Ibu dan Anak b. Keluarga Berencana c. Imunisasi

d. Peningkatan Gizi e. Penanggulangan Diare f. Sanitasi Dasar

g. Penyediaan Obat Esensial

Pada hakikatnya posyandu dilaksanakan dalam 1 (satu) bulan kegiatan, baik pada hari buka posyandu maupun di luar hari buka posyandu. Hari buka posyandu sekurang-kurangnya satu hari dalam sebulan. Hari dan waktu yang dipilih sesuai dengan kesepakatan. Hari buka posyandu dapat lebih dari satu kali dalam sebulan apabila diperlukan. Kegiatan rutin posyandu diselenggarakan dan dimotori oleh kader posyandu dengan bimbingan teknis dari puskesmas dan sektor terkait.

Jumlah minimal kader untuk setiap posyandu adalah 5 (lima) orang. Jumlah ini sesuai dengan jumlah kegiatan utama yang dilaksanakan oleh posyandu, yakni yang mengacu pada sistem 5 meja (Depkes RI, 2006).

(30)

Kegiatan yang dilaksanakan pada setiap langkah serta para penanggung jawab pelaksanaannya secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut:

Tabel 1

Mekanisme Kegiatan Posyandu

Langkah Kegiatan Pelaksana

Pertama Pendaftaran Kader

Kedua Penimbangan bayi, anak balita dan ibu hamil

Kader Ketiga Pengisian, pencatatan hasil penimbangan

di KMS

Kader Keempat Penyuluhan per orangan berdasarkan

KMS

Kader Kelima Pelayanan kesehatan (pemberian

pelayanan imunisasi, KB, pengobatan, gizi, KIA)

Kader, kader bersama petugas kesehatan dan sektor terkait lainnya.

Sumber: Depkes RI, 2006

Indikator yang digunakan dalam pengukuran pelaksanaan posyandu ini antara lain frekuensi kunjungan (penimbangan) setiap bulan yang bila teratur akan ada 12 kali penimbangan setiap tahun. Dalam kenyataan tidak semua posyandu dapat berfungsi setiap bulan sehingga frekuensinya kurang dari 12 kali setahun.

Untuk ini ambil batasan 8 kali penimbangan dalam setahun di mana bila frekuensi penimbangan diatas 8 kali setahun, maka pemanfaatan posyandu dianggap sudah baik (Depkes RI, 2006).

Posyandu dapat melaksanakan fungsi dasarnya sebagai unit pemantau tumbuh kembang anak serta menyampaikan pesan kepada ibu sebagai agen pembaharuan dan anggota keluarga yang memiliki bayi dan balita dengan

mengupayakan bagaimana memelihara anak secara baik yang mendukung tumbuh kembang anak sesuai potensinya. Kurang berfungsinya posyandu sehingga

kinerjanya menjadi rendah antara lain disebabkan oleh rendahnya kemampuan kader dan pembinaan dari unsur pemerintah desa/kelurahan dan

(31)

dinas/instansi/lembaga terkait yang kemudian mengakibatkan rendahnya minat masyarakat untuk menggunakan Posyandu (Depdagri RI, 2001).

Penyelenggaraan posyandu. Adapun penyelenggaraan posyandu adalah sebagai berikut:

Waktu penyelenggaran. Waktu penyelenggaraan posyandu buka satu kali dalam sebulan. Hari dan waktu yang dipilih sesuai dengan hasil kesepakatan.

Apabila diperlukan hari buka posyandu dapat lebih dari satu kali dalam sebulan.

Tempat penyelenggaraan. Tempat penyelenggaraan kegiatan posyandu sebaiknya berada pada lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Tempat penyelenggaraan tersebut dapat di salah satu rumah tangga warga, halaman rumah, balai desa/kelurahan, balai RW/RT/dusun, salah satu kios dipasar, salah satu ruangan perkantoran, atau tempat khusus yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat.

Penyelenggaraan kegiatan. Kegiatan rutin posyandu diselenggarakan dan digerakkan oleh kader posyandu dengan bimbingan teknis dari puskesmas dan sektor terkait. Pada saat penyelenggaraan posyandu minimal jumlah kader adalah 5 (lima) orang. Jumlah ini sesuai dengan jumlah langkah yang dilaksanakan oleh posyandu, yakni yang mengacu pada sistem 5 meja.

Tugas dan tanggung jawab para pelaksana Kader

Sebelum hari buka posyandu. antara lain:

1 Menyebarluaskan hari buka posyandu melalui pertemuan warga setempat.

2 Mempersiapkan tempat pelaksanaan posyandu.

3 Mempersiapkan sarana posyandu.

(32)

4 Berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya.

5 Mempersiapkan bahan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) penyuluhan.

Pada hari buka posyandu. antara lain:

1 Melaksanakan pendaftaran pengunjung posyandu.

2 Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil

3 Mencatat hasil penimbangan di buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

pengunjung atau Kartu Menuju Sehat (KMS) pengunjung dan mengisi buku register posyandu

4 Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) pada ibu hamil Wanita Usia Subur (WUS).

5 Melaksanakan kegiatan penyuluhan dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan hasil penimbangan serta memberikan PMT.

6 Membantu petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan dan KB sesuai kewenangannya.

7 Setelah pelayanan posyandu selesai, kader bersama petugas kesehatan melengkapi pencatatan dan membahas hasil kegiatan serta tindak lanjut.

Diluar hari buka posyandu. antara lain:

1 Mengadakan pemuktahiran data sasaran posyandu ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui serta bayi dan anak balita.

2 Membuat diagram batang (balok) tentang jumlah semua balita yang bertempat tinggal di wilayah kerja posyandu, jumlah balita yang mempunyai Kartu Menuju Sehat (KMS) atau Buku KIA, jumlah balita yang datang pada hari buka posyandu dan jumlah balita yang timbangan berat badannya naik.

(33)

3 Melakukan tindak lanjut terhadap sasaran yang tidak datang dan sasaran yang memerlukan penyuluhan lanjutan.

4 Melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh masyarakat dan menghadiri pertemuan rutin kelompok masyarakat atau organisasi keagamaan.

Petugas puskesmas. Kehadiran tenaga kesehatan puskesmas yang diwajibkan di posyandu satu kali dalam sebulan, dengan perkataan lain kehadiran tenaga kesehatan puskesmas tidak pada setiap hari buka posyandu (untuk posyandu yang buka lebih dari 1 kali dalam sebulan). Peran petugas puskesmas pada hari buka posyandu antara lain sebagai berikut:

1 Membimbing kader dalam penyelenggaraan posyandu.

2 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan Keluarga Berencana di langkah 5 (lima). Sesuai dengan kehadiran wajib petugas puskesmas, pelayanan

kesehatan dan KB oleh petugas puskesmas hanya diselenggarakan satu kali sebulan. Dengan perkataan lain jika hari buka posyandu lebih dari satu kali dalam sebulan, pelayanan tersebut diselenggarakan oleh kader posyandu sesuai dengan kewenangannya.

3 Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling kesehatan, KB dan Gizi kepada pengunjung posyandu dan masyarakat luas.

4 Menganalisa hasil kegiatan posyandu, melaporkan hasilnya kepada puskeskam serta menyusun rencana kerja dan melaksanakan upaya perbaikan sesuai dengan kebutuhan posyandu.

5 Melakukan deteksi dini tanda bahaya umum terhadap Ibu Hamil, bayi dan anak balita serta melakukan rujukan ke puskesmas apabila dibutuhkan.

Stakeholder (unsur pembina dan penggerak terkait)

(34)

1 Lurah/Kepala Desa selaku penanggung jawab Pokja posyandu desa/kelurahan:

a) Memberikan dukungan kebijakan, sarana dan dana untuk penyelenggaran posyandu.

b) Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk dapat hadir pada hari buka posyandu.

c) Mengkoordinasikan peran kader posyandu, pengurus posyandu dan tokoh masyarakat untuk berperan aktif dalam penyelenggaraan posyandu.

d) Menindak lanjuti hasil kegiatan posyandu bersama Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM).

e) Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan posyandu secara teratur.

2 Instansi/Lembaga Terkait

a) Badan/ Kantor/ Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) berperan dalam fungsi koordinasi penyelenggaraan pembinaan, penggerakan masyarakat, pengembangan jaringan kemitraan, pengemangan metode pendampingan masyarakat dan sebagainya.

b) Dinas Kesehatan, berperan dalam membantu pemenuhan pelayanan sarana dan prasaran kesehatan (pengadaan alat timbangan, distribusi Buku KIA atau KMS, obat-obatan dan Vitamin) serta dukungan bimbingan tenaga teknis kesehatan (Kemenkes RI, 2012).

Balita

Pertumbuhan dan perkembangan balita. Masa bayi berlangsung selama dua tahun pertama kehidupan setelah periode bayi baru lahir selama dua minggu.

(35)

Masa bayi di anggap sebagai keadaan tidak berdaya dimana bayi setiap hari belajar untuk semakin mandiri, sehingga diakir masa bayi dikenal sebagi anak kecil yang baru belajar berjalan. Masa bayi adalah masa dasar yang sesungguhnya meskipun seluruh masa anak-anak merupakan masa dasar. Pada masa bayi

sangatlah penting untuk memerhatikan tumbuh kembang anak (Maryanti, 2011) Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu

keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia itu merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak pernah terulang karena itu sering di sebut golden age atau masa keemasan (Maryanti,2011)

Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis dimana diperlukan rangsangan/stimulasi yang berguna agar potensi berkembang sehingga perlu mendapat perhatian.

Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan, perkembangan dan peningkatan kualitas hidup anak merupakan upaya penting untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Upaya kelangsungan hidup, perkembangan dan peningkatan kualitas anak berperan penting sejak masa dini kehidupan, yaitu masa dalam kandungan, bayi dan anak balita. Kelangsungan hidup anak itu sendiri dapat di artikan bahwa anak tidak meninggal pada awal – awal kehidupannya, yaitu tidak sampai

mencapai usia 1 tahun atau usia di bawah 5 tahun. Anak yang sehat akan menunjukan tumbuh kembang yang optimal, sesuai dengan anak lain seusianya dan juga sesuai parameter buku perkembangan anak (Maryanti, 2011)

(36)

Soetjiningsih (2002) selanjutnya menyatakan bahwa proses tumbuh kembang anak sangat berkaitan dengan faktor kesehatan atau dengan kata lain hanya pada anak yang sehat dapat terjadi proses tumbuh kembang yang normal. Proses tersebut sangat bergantung pada orang tua meskipun proses tumbuh kembang anak berlangsung secara alamiah. Apalagi masa lima tahun pertama setelah anak lahir (bayi dan balita) merupakan masa yang akan menentukan pembentukan fisik, psikis, maupun intelegensinya.

Pemantauan pertumbuhan balita. Pemantauan pertumbuhan adalah

pengukuran berat badan per tinggi/panjang badan (BB/TB). Ditingkat masyarakat pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan per umur (BB/U) setiap bulan di posyandu. Pemantauan pertumbuhan balita merupakan bagian dari kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan terhadap balita. Bila kenaikan berat badan anak lebih rendah dari yang seharusnya, pertumbuhan anak terganggu dan anak berisiko akan mengalami kekurangan gizi, dan sebaliknya bila kenaikan berat badan lebih besar dari yang seharusnya merupakan indikasi risiko kelebihan gizi (Kemenkes RI, 2011).

Pemantauan tumbuh kembang balita merupakan serangkaian kegiatan dari:

(1) Penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui penimbangan berat badan setiap bulan, pengisian KMS, menentukan status pertumbuhan berdasarkan hasil penimbangan berat badan; dan (2) Menindak lanjuti setiap kasus gangguan pertumbuhan. Pada saat ini pemantauan pertumbuhan merupakan kegiatan utama posyandu yang jumlahnya mencapai lebih dari 260 ribu yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang sifatnya berkelanjutan antara lain berupa pemenuhan kebutuhan dasar anak akan kasih sayang dan rasa aman, pemeliharaan kesehatan,

(37)

kecukupan gizi, pemberian stimulasi dini tumbuh kembang dan pendidikan baik di rumah maupun di luar rumah. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak yang dilaksanakan secara tepat dan terarah menjamin tumbuh kembang anak lebih optimal menjadikan anak yang berkualitas, cerdas, bertanggung jawab dan berdaya guna bagi nusa dan bangsa (Kemenkes RI, 2011).

Cakupan penimbangan balita. Sejak lahir sampai dengan usia lima tahun, anak seharusnya ditimbang secara teratur untuk mengetahui pertumbuhannya.

Cara ini dapat membantu untuk mengetahui lebih awal tentang gangguan pertumbuhan anak, sehingga segera dapat diambil tindakan tepat secepat mungkin. (Kemenkes RI, 2011).

Penimbangan anak balita yang dilakukan tiap bulan (growth monitoring) merupakan salah satu kegiatan yang vital dalam pemantauan status kesehatan gizi.

Dengan penimbangan bulanan yang teratur dapat diketahui growth faltering lebih awal sehingga dapat dilakukan growth promotion untuk mencegah kejadian gizi kurang dan buruk lebih dini (Kemenkes RI, 2011).

Adapun tindak lanjut penimbangan berdasarkan hasil penilaian

pertumbuhan balita yang terdapat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 155/Menkes/Per/I/2010 Tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Bagi Balita adalah sebagai berikut:

1 Berat badan naik (N)

a) Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke posyandu b) Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik pertumbuhan

anaknya yang tertera pada KMS secara sederhana

(38)

c) Anjurkan kepada ibu untuk mempertahankan kondisi anak dan berikan nasihat tentang pemberian makan anak sesuai golongan umurnya.

d) Anjurkan untuk datang pada penimbangan berikutnya.

2 Berat badan tidak naik 1 kali

a) Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke posyandu.

b) Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik pertumbuhan anaknya yang tertera pada KMS secara sederhana.

c) Tanyakan dan catat keadaan anak bila ada keluhan (batuk, diare, panas, rewel dan lain-lain) dan kebiasaan makan anak.

d) Berikan penjelasan tentang kemungkinan penyebab berat badan tidak naik tanpa menyalahkan ibu.

e) Berikan nasehat kepada ibu tentang anjuran pemberian makan anak sesuai golongan umurnya

f) Anjurkan untuk datang pada penimbangan berikutnya.

3 Berat badan tidak naik 2 kali atau berada di Bawah Garis Merah (BGM) a) Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke posyandu dan

anjurkan untuk datang kembali bulan berikutnya.

b) Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik pertumbuhan anaknya yang tertera pada KMS secara sederhana.

c) Tanyakan dan catat keadaan anak bila ada keluhan (batuk, diare, panas, rewel dan lain-lain) dan kebiasaan makan anak.

d) Berikan penjelasan tentang kemungkinan penyebab berat badan tidak naik tanpa menyalahkan ibu.

(39)

e) Berikan nasehat kepada ibu tentang anjuran pemberian makan anak sesuai golongan umurnya rujuk anak ke puskesmas/pustu/poskesdes

Kartu Menuju Sehat (KMS) bagi balita. Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. Dengan KMS gangguan pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat (Permenkes RI, 2010).

Fungsi dan kegunaan Kartu Menuju Sehat (KMS). Adapun fungsi dan kegunaan kartu menuju sehat adalah sebagai berikut:

Fungsi kartu menuju sehat (KMS). Adapun fungsi kartu menuju sehat adalah

sebagai berikut:

1 Sebagai alat untuk memantau pertumbuhan anak. Pada KMS dicantumkan grafik pertumbuhan normal anak, yang dapat digunakan untuk menentukan apakah seorang anak tumbuh normal, atau mengalami gangguan

pertumbuhan. Bila grafik berat badan anak mengikuti grafik pertumbuhan pada KMS, artinya anak tumbuh normal, kecil risiko anak untuk mengalami gangguan pertumbuhan. Sebaliknya bila grafik berat badan tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan, anak kemungkinan berisiko mengalami gangguan pertumbuhan.

2 Sebagai catatan pelayanan kesehatan anak. Di dalam KMS dicatat riwayat pelayanan kesehatan dasar anak terutama berat badan anak, pemberian kapsul vitamin A, pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan dan imunisasi.

(40)

3 Sebagai alat edukasi. Di dalam KMS dicantumkan pesan-pesan dasar perawatan anak seperti pemberian makanan anak, perawatan anak bila menderita diare (Permenkes RI, 2010).

Kegunaan Kartu Menuju Sehat (KMS). Adapun kegunaan kartu menujut sehat

adalah sebagai berikut:

1 Bagi orang tua balita. Orang tua dapat mengetahui status pertumbuhan anaknya. Dianjurkan agar setiap bulan membawa balita ke posyandu untuk ditimbang, apabila ada indikasi gangguan pertumbuhan (berat badan tidak naik) atau kelebihan gizi, orang tua balita dapat melakukan tindakan

perbaikan, seperti memberikan makanan lebih banyak atau membawa anak ke fasilitas kesehatan untuk berobat. Orang tua balita juga dapat mengetahui apakah anaknya telah mendapat imunisasi tepat waktu, lengkap dan telah menadapatkan kapsul vitamin A secara rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

2 Bagi kader. KMS digunakan untuk mencatat berat badan anak dan pemberian kapsul vitamin A serta menilai hasil penimbangan. Bila berat badan tidak naik 1 kali kader dapat memberikan penyuluhan tentang asuhan dan pemberian makanan anak. Bila tidak naik 2 kali atau berat badan berada di bawah garis merah kader perlu merujuk ke petugas kesehatan terdekat agar anak mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. KMS juga digunakan kader untuk memberikan pujian kepada ibu bila berat badan anaknya naik serta mengingatkan ibu untuk menimbangkan anaknya di Posyandu pada bulan berikutnya.

(41)

3 Bagi petugas kesehatan. Petugas dapat menggunakan KMS untuk mengetahui jenis pelayanan kesehatan yang diterima anak, seperti imunisasi dan kapsul vitamin A. Bila anak belum menerima pelayanan maka petugas harus memberikan imunisasi dan kapsul vitamin A sesuai dengan jadwalnya.

Petugas kesehatan juga dapat menggerakkan tokoh masyarakat dalam kegiatan pemantauan pertumbuhan. KMS juga dapat digunakan sebagai alat edukasi kepada para orang tua balita tentang pertumbuhan anak, manfaat imunisasi dan pemberian kapsul vitamin A, cara pemberian makan, pentingnya ASI Eksklusif dan pengasuh anak. Petugas dapat menekankan perlunya anak balita ditimbang setiap bulan untuk memantau

pertumbuhannya (Permenkes RI, 2010).

Partisipasi

Menurut Made Pidarta dalam Dwiningrum (2011), partisipasi adalah pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu kegiatan. Keterlibatan dapat berupa keterlibatan mental dan emosi serta fisik dalam menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya (berinisiatif) dalam segala kegiatan yang

dilaksanakan serta mendukung pencapaian tujuan dan tanggungjawab atas segala keterlibatan. Partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosi dari seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk menyokong kepada pencapaian tujuan kelompok tersebut dan ikut bertanggungjawab terhadap kelompoknya.

Mikkelsen (2003) membagi partisipasi menjadi 6 (enam) pengertian, yaitu:

1 Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan;

(42)

2 Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat peka) pihak masyarakat untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek-proyek pembangunan;

3 Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri;

4 Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu;

5 Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-dampak sosial;

6 Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan mereka.

Pentingnya partisipasi sebagai berikut: pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal; kedua, bahwa masyarakat akan lebih

mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek tersebut; ketiga, bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat sendiri. Apa yang ingin dicapai dengan adanya partisipasi adalah meningkatnya kemampuan

(pemberdayaan) setiap orang yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung

(43)

dalam sebuah program pembangunan dengan cara melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan (Mikkelsen, 2003)

Partisipasi Masyarakat

Partisipasi adalah suatu proses sosial dimana anggota suatu kelompok masyarakat yang tinggal pada wilayah geografis tertentu mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhanya, mengambil keputusan dan memantapkan mekanisme untuk memenuhi kebutuhannya. Sedangkan partisipasi masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan- permasalahan masyarakat tersebut. Partisipasi masyarakat di bidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan mereka sendiri. Di dalam hal ini, masyarakat sendirilah yang aktif memikirkan, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasikan program- program kesehatan masyarakatnya. Institusi kesehatan hanya sekadar memotivasi dan membimbingnya (Notoatmodjo, 2010).

Dalam hubungannya dengan fasilitas dan tenaga kesehatan, partisipasi masyarakat dapat diarahkan untuk mencukupi kelangkaan tersebut. Dengan kata lain, partisipasi masyarakat dapat menciptakan fasilitas dan tenaga kesehatan.

Pelayanan kesehatan yang diciptakan dengan adanya partisipasi masyarakat didasarkan kepada idealisme (Notoatmodjo, 2010)

Notoatmodjo (2005) mengatakan bahwa partisipasi dapat tumbuh jika 3 kondisi berikut ini terpenuhi, yaitu: Pertama, adanya kesempatan untuk

berpartisipasi. Kedua, adanya kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan itu.

Ketiga, adanya kemauan untuk berpartisipasi. Untuk meningkatkan partisipasi, maka kesempatan, kemampuan dan kemauan untuk berpartisipasi dalam

(44)

pembangunan itu perlu ditingkatkan. Peningkatan partisipasi masyarakat adalah suatu proses di mana individu, keluarga dan masyarakat dilibatkan dalam perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan kesehatan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk meyakinkan masyarakat bahwa program tersebut perlu dilaksanakan oleh masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada di lingkungannya.

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Ibu dalam Menimbang Balita ke Posyandu

Pendidikan. Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal.

Pendidikan dalam arti formal sebenarnya adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan (anak didik) guna mencapai perubahan tingkah laku (tujuan). Karena pendidikan itu adalah suatu proses maka dengan sendirinya mempunyai masukan dan keluaran.

Masukan proses pendidikan adalah sasaran pendidikan atau anak didik yang mempunyai karakteristik. Sedangkan keluaran pendidikan adalah tenaga atau lulusan yang mempunyai kualifikasi tertentu yang sesuai dengan tujuan pendidikan institusi yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2005).

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan sebagainya (Soetjiningsih, 2002).

Pekerjaan. Pekerjaan adalah kegiatan atau aktivitas utama yang dilakukan secara rutin sebagai upaya untuk membiayai keluarga serta menunjang kebutuhan

(45)

aktif yang di lakukan oleh manusia yang menghasilkan sebuah karya bernilai imbalan dalam bentuk uang bagi seseorang, dalam pembicaraan sehari-hari istilah pekerjaan dianggap sama dengan profesi (Muninjaya, 2011).

Dari hasil pengamatan di lapangan oleh Gultom (2010), terlihat adanya perbedaan dalam penimbangan balita di posyandu antara responden yang bekerja dengan yang tidak bekerja (termasuk ibu rumah tangga). Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan bahwa bekerja menyebabkan ibu balita tidak membawa balitanya ke posyandu untuk ditimbang, hal ini kemungkinan karena posyandu diselenggarakan mulai jam 09.00 hingga jam 12.00 pada hargi karja

Pengetahuan. Berdasarkan teori dari Lawrence W. Green tahun 1980 telah dijelaskan bahwa peningkatan pengetahuan tidak selalu menjadi penyebab dari perubahan perilaku seseorang tetapi sangat berkaitan dengan penentu awal untuk seseorang berperilaku. Pengetahuan (Knowledge) juga diartikan sebagai hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung dan sebagainya), dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan yang dimiliki seseorang akan membentuk suatu sikap dan menimbulkan suatu perilaku dalam kehidupan sehari-hari seperti hadir di posyandu. Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).

(46)

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat, yakni:

1 Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, 'tahu' ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2 Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan.

3 Aplikasi (Application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi reil (sebenamya).

Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian.

4 Analisis (Analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5 Sintesis (Synthesis) menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

(47)

Dengan kata lain, sintesisitu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6 Evaluasi (Evaluation) ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian

itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Sikap. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu merupakn reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka (Notoatmodjo, 2012).

komponen pokok sikap. Notoatmodjo (2012) menjelaskan sikap mempunyai tiga komponan pokok:

1 Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

2 Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3 Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitide). Dalam penentuan sikap yang utuh ibi, pengetahuan, pikiran, keyakinan,

dan emosi memegang peranan penting.

berbagai tingkatan sikap. Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:

(48)

1 Menerima (Receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2 Merespons (Responding) memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi

3 Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4 Bertanggung jawab (Responsible) atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko yang paling tinggi.

Jarak posyandu. Akses geografis dimaksudkan pada faktor yang berhubungan dengan tempat yang memfasilitasi atau yang menghambat pemanfaatannya, ini adalah hubungan antara lokasi suplai dan lokasi dari

masyarakat yang dapat diukur dengan jarak, waktu tempuh, pemakaian pelayanan preventif lebih banyak di hubungkan dengan akses geografis, dari pada pemakaian pelayanan kuratif (Muninjaya, 2011).

Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2010) yang menyatakan bahwa faktor lingkungan fisik/letak geografis berpengaruh terhadap perilaku

seseorang/masyarakat terhadap kesehatan. Jarak antara tempat tinggal dengan posyandu sangat mempengaruhi ibu untuk hadir atau berpartisipasi dalam kegiatan posyandu.

Dukungan Kader Posyandu

Kader merupakan motor penggerak kegiatan posyandu. Kader kesehatan juga promotor kesehatan desa (promkes) adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat. Kader Posyandu sebagai kader pembangunan kesehatan di desa,

(49)

dalam pelayanan di posyandu mempunyai peran sejak persiapan pelayanan sebelum hari pelaksanan (Depkes RI, 2006)

Hasil penelitian Angkat (2010) menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan dari kader dengan tingkat partisipasi ibu menimbangkan anaknya ke Posyandu, bahwa ibu yang mendapat dukungan dari kader terlihat dari

partisipasi ibu menimbangkan balita cukup baik.

Dukungan keluarga. Ibu akan aktif ke posyandu jika ada

dorongan/dukungan keluarga terdekat/suami. Sikap keluarga yang mendukung ibu untuk aktif ke posyandu sangat berperan dalam memelihara dan

mempertahankanstatus gizi balita yang optimal. Keluarga mempunyai tanggung jawab utama untuk memulai dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh para professional kesehatan.

Hasil penelitian Angkat (2010) menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan dari keluarga ibu dengan tingkat partisipasi ibu menimbangkan anaknya ke posyandu. Bahwa ibu yang mendapat dukungan dari keluarga terlihat berpartisipasi cukup baik.

Konsep Perilaku

Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Perilaku manusia pada

hakikatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup; berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi, dan emosi juga merupakan perilaku manusia.

(50)

Dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik yang dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung.

Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organism tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan itu merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia (Notoatmodjo, 2012).

Perilaku kesehatan. Perilaku yaitu suatu respon seseorang yang dikarenakan adanya suatu stimulus dari luar. Sejalan dengan batasan perilaku menurut Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan (health behavior) adalah suatu respons dari seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2012).

Dengan perkataan lain perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamatin (Observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable), yang berkaitan dengan peemeliharan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan

(Notoatmodjo, 2012).

Perilaku berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan. Menurut teori Green dalam Notoatmodjo (2010), perilaku seseorang untuk ikut berpartisipasi dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh 3 fakto:

1 Faktor predisposing (pemungkin) yaitu seseorang yang menggunakan

pelayanan kesehatan. Faktor ini menggambarkan karakteristik seseorang yang

(51)

sudah ada sebelum ia memanfaatkan pelayanan kesehatan sehingga

komponen ini menjadi dasar atau motivasi bagi seseorang untuk berperilaku dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.

2 Faktor enabling (pendukung) seseorang untuk menggunakan layanan kesehatan berjalanan dengan baik yaitu dimana adanya akses yang mudah untuk masyarakat mendapatkan failitas pelayanan kesehatan dari sumber biaya yang terjangkau, terdapat transportasi untuk ke pelayanan kesehatan, dan jarak yang tidak jauh ke pelayanan kesehatan dengan rumah berpengaruh terhadap perilaku pengguna atau pemanfaatan pelayanan kesehatan. Hal ini terwujud dalam lingkungan fisik dan tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.

3 Faktor reinforcing (pendorong) yang hal ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan gambaran dari perilaku masyarakat.

Landasan Teori

Landasan teori dalam penelitian ini mengacu kepada determinan perilaku kesehatan atau faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan perilaku dari Lawrace green (1980) dalam buku Notoatmodjo (2010), bahwa ada dua determinan (faktor yang menentukan atau membentuk perilaku) masalah kesehatan tersebut, yakni behavioural factors (faktor perilaku) adalah perilaku seseorang yang bersifat bawaan seperti; ingkat pengetahuan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya dan non behavioural factors (faktor non perilaku) yakni; lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi, dan politik.

Selanjutnya faktor perilaku ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu:

(52)

1 Predisposing Factors (pemungkin) mencakup pengetahuan dan sikap

masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut

masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya, misalnya: pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu.

2 Faktor-faktor enabeling (pendukung) mencakup ketersediaan fasilitas-fasilitas atau sarana prasarana kesehatan bagi masyarakat dan jarak sarana pelayanan kesehatan, misalnya; Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik, Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, dokter atau bidan praktek swasta dan sebagainya.

3 Faktor-faktor reinforcing (pendorong/penguat) mencakup faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas kesehatan dan kader posyandu, serta dukungan keluarga, yang dapat berhubungan dengan perilaku individu. Landasan teori penelitian ini dapat di lihat pada gambar 2.1 sebagai berikut:

Gambar 1. Landasan Teori Penelitian Faktor Predisposisi (predisposing factors):

•Pendidikan

•Pekerjaan

•Pengetahuan (Knowladge)

•Sikap (Attitude)

Faktor Pendukung (Enabeling Faktors):

•Jarak Pelayanan Posyandu

Faktor Pendorong (Reinforcing Factors):

•Dukungan Kader Posyandu

•Dukungan Keluarga

Partisipasi Ibu dalam Menimbangkan Balita

ke Posyandu

Gambar

Gambar 1. Landasan Teori Penelitian Faktor  Predisposisi  (predisposing factors):
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh korelasi antara kejadian perubahan anomali suhu muka laut (SML) wilayah nino-3 terhadap Curah Hujan di Provinsi Bengkulu sehingga

Panitia Pengadaan Barang/Jasa Kegiatan pada Dinas Perindagkop dan UKM Kabupaten Sanggau Tahun Anggaran 2011 akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan Pascakualifikasi untuk

(3) Apabila hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ternyata yang bersangkutan memang tidak mampu, Bupati dapat menghapuskan tuntutan perbendaharaan dan ganti rugi

sepenuhnya ditanggung oleh pihak pemilik modal, dalam hal ini investor. Pada saat jatuh tempo, modal pokok akan dikembalikan ke para investor. 4) Istisna’ , yaitu sukuk yang

Teknologi seperti pada Secure ID dapat mudah ditambahkan pada aplikasi wireless akan tetapi tidak mudah untuk pemakai hal ini berkaitan dengan terbatasnya kecepatan memasukkan

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN .... HENDRAS

sebagai reaksi atas perubahan yang terjadi pada diri remaja. Perkembangan kognitif. Berdasarkan teori Piaget mengenai perkembangan

Sugiono sebagaimana dikutip dalam Imam Machali mengartikan penelitian kuantitatif sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk