i THE RELATION BETWEEN KNOWLEDGE LEVEL TO HEPATITIS B
PREVENTION ATITUDE IN FACULTY OF MEDICINE UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH MAKASSAR
BATCH 2013-2016
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP SIKAP PENCEGAHAN HEPATITIS B DI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR ANGKATAN 2013-2016
NURUL HILDAYANTI ILYAS 10542 051413
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2017
ii
iii
iv
v
vi RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Nurul Hildayanti Ilyas
NIM : 10542 0514 13
TTL : Palopo, 28 September 1995
Agama : Islam
Alamat : Perumahan Residence Alauddin Mas Blok C.3 E-mail : [email protected] Nama Orang Tua
Ayah : Muhammad Ilyas S.pd, Ms.i Ibu : Sitti Subaedah
Alamat Orang Tua : Jl. Sulawesi XVIII Blok B/20/18 Pekerjaan Orang Tua
Ayah : PNS Ibu : IRT Riwayat Pendidikan :
1. SDN 440 SALEKO‟E Palopo (2001-2007) 2. SMPN 3 Palopo (2007-2010)
3. SMA Negeri 3 Palopo (2010-2013)
4. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar (2013-sekarang)
i FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Skripsi, 03 Maret 2017
NURUL HILDAYANTI ILYAS, NIM 10542 0514 13
“HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP SIKAP PENCEGAHAN HEPATITIS B DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR ANGKATAN 2013- 2016”
(x + 71 halaman, 7 tabel, 3 gambar, 4 lampiran) ABSTRAK
Latar belakang: Penyakit hepatitis merupakan suatu kelainan berupa peradangan organ hati yang dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain infeksi virus, gangguan metabolisme, obat-obatan, alcohol dll. Hepatitis telah menjadi masalah global. Resiko hepatitis akan meningkat pada kelompok tertentu misalnya pada tenaga kesehatan, pekerja seksual, pengguna narkotika, bayi dengan ibu yang menderita hepatitis B. Mahasiswa Fakultas Kedokteran sebagai tenaga kesehatan merupakan kelompok yang rentan untuk menderita hepatitis B. Tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan, keselamatan dirinya dan orang lain serta bertanggung jawab sebagai pelaksana kebijakan yang ditetapkan rumah sakit
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap sikap pencegahan hepatitis B pada mahasiswa fakultas kedokteran universitas muhammadiyah Makassar angkatan 2013-2016.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan metode cross-sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling. Penelitian dilakukan pada bulan November - Februari 2017.
Sampel penelitian ini sebanyak 157 mahasiswa yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji chi-Square menggunakan Stratified Product and Service Solution (SPSS) versi 23.0.
Hasil: Hasil analisis hubungan antara pengetahuan terhadap sikap pencegahan hepatitis B dengan uji korelasi chi-square di dapatkan nilai p = 0,000 (bermakna).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap sikap pencegahan hepatitis B pada mahasiswa fakultas kedokteran universitas muhammadiyah Makassar angkatan 2013-2016.
Kata kunci: Pengetahuan, Sikap, Hepatitis B
ii FACULTY OF MEDICINE MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Undergraduate Thesis, 03 March 2017
NURUL HILDAYANTI ILYAS, NIM 10542 0514 13
“THE RELATION BETWEEN KNOWLEDGE LEVEL TO HEPATITIS B PREVENTION ATITUDE IN FACULTY OF MEDICINE UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH MAKASSAR BATCH 2013-2016”
(xi + 71 pages, 7 tables, 3 pictures, 4 appendices) ABSTRACT
Background : Hepatitis is an infection to the liver which is caused by many things, like virus infection, metabolism disorders, drugs, alcohols, and etc. It becomes a global attention now. Its risk will increase to particular societies such medics, prostitutes,drug users, babies whose mother contaminated by it. The Medical Students as medics area group who is susceptible to be contaminated.
Healthy and safety are their most priority right now, not only theirs but also others‟. They are also responsible to be the stakeholders of the hospital policy.
Purpose : To Recognize the relation between knowledge level to hepatitis B prevention atitude in Medical Faculty Of Makassar Muhammadiyah University batch 2013-2016.
Method : This research is an analyzed observational research using cross- sectional method. The sample selection is taken by using the stratified random sampling. This research had been being done by the November 2016 to February 2017. There are 157 samples which require the inclusion and exclusion sample criteria. The data is collected by using the questionnaire sheet. The data which is analyzed by using the chi-square test uses The Stratified Product and Service Solution (SPSS) 23.0 version.
Result : The analysis result of the relation between knowledge to hepatitis B prevention Atitude which uses the chi-square correlation is p=0.000 .
Conclusion : The relation between knowledge level to hepatitis B prevention in Medical Faculty Of Makassar Muhammadiyah University batch 2013-2016 is significant.
Keyword : Knowledge, Atitude, Hepatitis B
iii KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil Alamin penulis tidak henti-hentinya mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan Rahmat dan Nikmat-Nya sehingga berkat hidayah dan pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran pada Program Studi Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tiada terhingga kepada kedua orang tua penulis, ayah Muhammad Ilyas Husain S.pd, M.si dan ibu St. Subaedah yang sabar dan selalu memberika motivasi, serta tidak henti-hentinya memanjatkan doa sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dan pendidikan ini, serta adik penulis Muhammad Izhar Ilyas, yang senantiasa memberikan semangat.
Penyusun menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. dr. H. Machmud Gaznawi, Ph.D, Sp.PA.(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar beserta jajarannya.
2. dr. Zulfikar Tahir, M.Kes., Sp.An, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini.
iv 3. dr. Sri Asriyani, Sp.Rad.(K), M.Med. Ed yang telah berkenan meluangkan
waktu untuk menjadi penguji sidang ujian skripsi dan atas bimbingan serta masukan demi perbaikan penelitian ini.
4. Juliani Ibrahim, P.hd yang telah memberikan saran dan kritikan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
5. Saudara-saudari kelompok bimbingan skripsi, Nurul Fitri, Ulfa Dwiyanti, Riyaldi D, dan Wardaningsi yang senantiasa memberi saran dan semangat.
6. Sahabat-sahabat kesayangan Dian, Mul, Rada, Indar, Nurma, Dila, Supri, Widya, Umil, Ridha, Yuyu, Kiki, Alifya, Wija, emi, Fitri, Rina, Indah, dan Andini, yang telah membantu memberikan kritikan dan saran serta semangat yang luar biasa dalam penyelesaian penelitian ini.
7. Teman-teman angkatan 2013 di FK UNISMUH “RIBOFLAVIN” yang selalu mendukung dan ikut berpartisipasi dalam penelitian ini.
8. Adik-adik angkatan 2014 (Epinefrin), 2015 (Sinoatrial), dan 2016 yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis akan senang dalam menerima kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca terutama untuk penulis sendiri.
Makassar, 03 Maret 2017
Nurul Hildayanti Ilyas
v DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI PERNYATAAN PENGESAHAN
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
1. Tujuan Umum ... 5
2. Tujuan Khusus ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
1. Bagi Mahasiswa ... 5 2. Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar 6
vi
3. Bagi Peneliti ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Pengetahuan ... 7
1. Pengertian Pengetahuan ... 7
2. Tingkat Pengetahuan ... 7
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 8
B. Sikap ... 9
A. Tingkatan Sikap ... 10
B. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Sikap ... 10
C. Hepatitis B ... 12
1. Definisi ... 12
2. Epidemologi Hepatitis B ... 13
3. Patogenesis Hepatitis B ... 14
4. Faktor Resiko ... 15
5. Gejala Klinis ... 17
6. Penularan Hepatitis B ... 18
7. Diagnosis ... 20
8. Pengobatan Hepatitis B ... 21
9. Komplikasi Hepatitis B ... 24
10. Pencegahan Hepatitis B ... 25
D. Kerangka Teori ... 32
BAB III KERANGKA KONSEP ... 33
A. Kerangka Konsep ... 33
vii
B. Definisi Operasional ... 33
C. Hipotesis Penelitian ... 35
BAB IV METODE PENELITIAN ... 36
A. Jenis Penelitian ... 36
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36
C. Populasi dan Sampel ... 37
D. Teknik Sampling ... 37
E. Besar Sampel dan Rumus Besar Sampel ... 38
F. Cara Pengumpulan Data ... 40
G. Metode Pengolahan Data ... 40
H. Analisa Data ... 42
I. Etika Penelitian ... 42
BAB V HASIL PENELITIAN... 44
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 44
B. Gambaran Umum Populasi/Sampel ... 44
C. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 45
D. Analisis ... 46
1. Analisis Univariat... 46
2. Analisis Bivariat ... 49
BAB VI PEMBAHASAN ... 51
A. Pembahasan Karakteristik Responden ... 51
1. Gambaran pengetahuan mahasiswa FK Unismuh angakatan 2013- 2016 tentang penyakit hepatitis B ... 51
viii 2. Gambaran sikap mahasiswa FK Unismuh angkatan 2013-2016
tentang pencegahan penyakit hepatitis B ... 54
B. Hubungan tingkat pengetahuan terhadap sikap pencegahan hepatitis B pada mahasiswa FK Unismuh angkatan 2013-2016 ... 57
C. Keterbatasan Penelitian ... 59
BAB VII TINJAUAN KEISLMAN... 60
A. Pandangan Islam tentang Pengetahuan ... 60
B. Pandangan Islam tentang Penyakit dan Penegahannya ... 63
BAB VIII PENUTUP ... 67
A. Kesimpulan ... 67
B. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN
ix DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Prevalensi Hepatitis menurut provinsi, Indonesia 2007 dan 2013 ... 14 Gambar II.2 Kerangka Teori ... 32 Gambar III Kerangka Konsep ... 33
x DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Penanda Serologis Infeksi HBV ... 20
Tabel II.2 Jadwal dan Rute Pemberian Vaksinasi Hepatitis B... 27
Tabel V.1 Hasil Uji Validitas Kuisioner Sikap ... 45
Tabel V.2 Distribusi Statistik Deskriptif Usia Responden... 46
Tabel V.3 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin ... 47
Tabel V.4 Distribusi Responden Menurut angkatan di FK UNISMUH ... 47
Tabel V.5 Tingkat Pengetahuan Responden tentang Penyakit Hepatitis B di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar ... 48
Tabel V.6 Sikap Responden tentang Pencegahan Penyakit Hepatitis B di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar ... 48
Tabel V.7 Distribusi Responden Menurut Proporsi Pengetahuan terhadap Sikap pencegahan Hepatitis B diFakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar Angkatan 2013-2016 ... 49
xi DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN
1. WHO : World Health Organization 2. HBV : Hepatitis B Virus
3. ALT : Alanine Transaminase 4. AST : Aspartate Transaminase 5. HBsAg : Hepatitis B surface Antigen
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hepatitis didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan terdapatnya peradangan pada organ tubuh yaitu hati. Hepatitis merupakan suatu proses terjadinya inflamasi atau nekrosis pada jaringan hati yang dapat disebabkan oleh infeksi, obat-obatan, toksin, gangguan metabolik, maupun kelainan autoimun. Infeksi yang disebabkan oleh virus merupakan penyebab tersering dan terbanyak dari hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus hepatotropik penyebab utama infeksi akut, yaitu virus hepatitis A, B, C, D, E, dan G.1
Di antara berbagai macam klasifikasi dari hepatitis yang disebabkan oleh virus. Hepatitis B merupakan penyakit yang paling banyak ditemukan didunia. Hepatitis menjadi masalah kesehatan dikarenakan selain prevalensinya yang sangat tinggi virus hepatitis juga dapat menimbulkan problem paska akut bahkan dapat terjadi sirosis hati dan karsinoma hepatoseluler primer (hepatoma). Sekitar 10% dari infeksi virus hepatitis B akan menjadi kronik 20% penderita hepatitis kronik ini dalam waktu 25 tahun sejak tertular akan mengalami sirosis dan karsinoma hepatoseluler. Pada saat ini sekitar 1 juta kematian per tahun akibat penyakit hati berhubungan dengan hepatitis B. Oleh sebab itu, karena tingginya morbiditas dan mortalitas dari penyakit hepatitis B, penyakit ini sangat mengancam di dunia.2
Hepatitis virus mengambil peran berat pada kehidupan, masyarakat dan sistem kesehatan. Pada tahun 2013 hepatitis virus adalah penyebab
2 tertinggi ke tujuh kematian global. Hal ini dilihat dari angka kematian 1,4 juta per tahun dari infeksi akut dan kanker hati terkait hepatitis dan sirosis hepatis.
Dari kematian tersebut sekitar 47% disebabkan oleh hepatitis B. Di seluruh dunia, sekitar 240 juta orang mengalami infeksi virus hepatitis B. Prevalensi hepatitis B adalah tertinggi di sub-Sahara Afrika dan Asia Timur, di mana antara 5-10% dari populasi orang dewasa terinfeksi secara kronis. Tingginya tingkat infeksi kronis juga ditemukan di Amazon dan bagian selatan Eropa timur dan tengah. Di Timur Tengah dan anak benua India, diperkirakan 2-5%
dari populasi umum terinfeksi secara kronis. Kurang dari 1% dari populasi Eropa Barat dan Amerika Utara secara kronis terinfeksi.3
Hepatitis B di Indonesia menurut dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan angka penyakit hepatitis 1,2 %, dua kali lebih tinggi dibandingkan tahun 2007. Lima provinsi dengan prevalensi hepatitis tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (4,3%), Papua (2,9%), Sulawesi Selatan (2,5%), Sulawesi Tengah (2,3%) dan Maluku (2,3%). Bila dibandingkan dengan Riskesdas 2007, Nusa Tenggara Timur masih merupakan provinsi dengan prevalensi hepatitis tertinggi. Jenis hepatitis yang banyak menginfeksi penduduk Indonesia adalah hepatitis B (21,8 %) dan hepatitis A (19,3 %).4
Berbagai macam cara penyakit hepatitis B dapat ditularkan. Hepatitis B dapat ditularkan secara vertikal dari ibu ke anak atau secara horizontal dari anak ke anak. Sumber utama penularan virus hepatitis B adalah darah.
Hepatitis B juga dapat ditularkan melalui kontak dengan cairan tubuh dari orang yang terinfeksi. Semua cairan tubuh bisa menular, namun hanya darah,
3 cairan vagina, dan air mani yang telah terbukti menular. Selain itu, penularan bisa terjadi melalui perkutan dan permukosa cairan tubuh yang menular.
Paparan yang menyebabkan transmisi hepatitis B adalah transfusi dari darah yang belum diskrining, jarum suntik yang tidak steril pada prosedur hemodialisa, akupuntur, tato dan pada petugas kesehatan yang tertusuk jarum suntik yang mengandung darah pasien yang terinfeksi hepatitis B.5
Perkiraan dari World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa 1 dari 10 petugas kesehatan di seluruh dunia (termasuk mahasiswa kedokteran yang menjalankan co-ass) mendapatkan luka akibat jarum setiap tahunnya. Sekitar 14,4% dan 1,4% dari pekerja rumah sakit terinfeksi virus hepatitis B. Prevalensi tertinggi petugas kesehatan yang tertular virus hepatitis B adalah dokter gigi. Sedangkan perawat adalah kedua yang paling sering terinfeksi yaitu sekitar 41%, diikuti oleh dokter sekitar 31%.6
Mahasiswa terutama mahasiswa kesehatan harus lebih memahami permasalahan di atas, karena mengingat kiprah mereka yang begitu besar di dunia kesehatan mahasiswa kedokteran yang nantinya akan menjadi bagian dari petugas kesehatan menghadapi ancaman tertular infeksi yang ditularkan melalui darah seperti hepatitis B akibat tertusuk jarum suntik yang terkontaminasi oleh darah pasien yang mempunyai penyakit hepatitis. Oleh karena itu, pengetahuan umum mengenai penularan dan pencegahan infeksi virus hepatits B sangatlah penting untuk dapat menghentikan penyebaran penyakit di rumah sakit dan masyarakat.7
4 Terdapat 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan yaitu perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Allah Subhanahu Wa Ta‟ala telah memberikan petunjuk penyembuhan penyakit berdasarkan Al-Quran.
Allah SWT berfirman :
“Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajarann (al-Quran) dari Tuhan mu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman”. (QS Yunus [10]: 57)8
Berdasarkan ayat diatas Allah SWT, telah membekali kita pedoman yaitu Al-Qur‟an merupakan obat bagi penyakit yang bersifat hakiki yang menimpa badan dan juga sebagai salah satu sumber pengetahuan agar kita dapat mengimplementasikan sikap terhadap suatu pencegahan penyakit berdasarkan yang telah dijelaskan di dalam Al-Quran.
Berdasarkan data di atas, maka mahasiswa (termasuk mahasiswa Fakultas Kedokteran) merupakan kelompok yang rentan untuk menderita hepatitis B. Berdasarkan data di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan terhadap sikap pencegahan hepatitis B pada mahasiswa fakultas kedokteran, yang akan dilakukan pada mahasiswa angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan
5 terhadap sikap pencegahan hepatitis B pada mahasiswa angkatan 2013-2016 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap sikap pencegahan penyakit hepatitis B pada mahasiswa angkatan 2013- 2016 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa angkatan 2013-2016 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah tentang penyakit hepatitis B.
2. Mengetahui sikap pencegahan mahasiswa angkatan 2013-2016 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar mengenai penyakit hepatitis B.
3. Mengetahui hubungan pengetahuan terhadap sikap pencegahan mahasiswa angkatan 2013-2016 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar tentang penyakit hepatitis B.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi mahasiswa
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi tentang bahaya hepatitis B.
6 2. Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar
Hasil penelitian ini sebagai sumber informasi bagi pihak fakultas untuk memberikan materi perkuliahan tentang hepatitis B.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini akan memperdalam pengetahuan peneliti tentang hepatitis B dan memberikan pengalaman untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap sikap pencegahan hepatitis B pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.9
2. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan dalam kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu :
1. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam berbagai situasi.
8 4. Analisis (analysis), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjabarkan suatu materi ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut yang masih ada kaitannya antara satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation), hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek, penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria -kriteria yang telah ada.10
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan :
1) Umur, adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai saat ini dalam satuan tahun. Umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola kehidupan yang baru dan harapan baru, semakin bertambah umur semakin banyak seseorang menerima respon suatu objek, sehingga pengetahuan semakin bertambah.
2) Pendidikan, adalah proses pertumbuhan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran, sehingga dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan) dan hubungannya dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima
9 ide-ide dan teknologi yang baru, lewat pendidikan manusia akan dianggap memperoleh pengetahuan dan dengan pengetahuannya manusia diharapkan dapat membangun keberadaan hidupnya dengan lebih baik. Semakin tinggi pendidikan hidup manusia akan semakin berkualitas kehidupannya.
3) Pekerjaan, adalah aktifitas yang dilakukan sehari -hari. Dalam bidang pekerjaan, pada umumnya diperlukan adanya hubungan sosial dan hubungan dengan orang lain. Pekerjaan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas hidup manusia dan memberikan motivasi untuk memperoleh informasi yang berguna.
4) Sumber Informasi, informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang memperoleh banyak sumber informasi, maka seseorang cenderung memperoleh pengetahuan yang lebih luas.10
B. Sikap
Sikap merupakan mulai reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan lebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap dapat menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang di dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Perilaku dalam bentuk sikap merupakan tanggapan batin terhadap keadaan atau rangsangan dari luar diri subjek.10
10 Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.10 a. Tingkatan Sikap :
1. Receiving
Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2. Responding
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah diartikan bahwa orang menerima ide tersebut.
3. Valuing
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Responsible
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah sikap paling tinggi.10
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap obyek sikap antara lain:
11 1) Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi melibatkan faktor emosional.
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.
Kecenderungan ini antara lain motivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keiinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
3) Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah.
4) Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya factual disampaikan secara obyekstif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
12 6) Faktor emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyakuran atau pengalihan bentuk.10
C. Hepatitis B 1. Definisi
Hepatitis virus merupakan infeksi hati yang sering terjadi dan mengakibatkan destruksi, nekrosis, serta autolisis sel hati. Sel-sel hati pada akhirnya mengadakan regenerasi dengan sedikit kerusakan yang tersisa atau tanpa kerusakan sama sekali. Dan terdapat 5 jenis hepatitis yang dikenal secara umum yaitu hepatitis A, B, C, D dan E.11
Hepatitis adalah proses terjadinya inflamasi dan atau nekrosis jaringan hati yang dapat disebabkan oleh infeksi, obat-obatan, toksin, gangguan metabolik, maupun kelainan autoimun. Infeksi yang disebabkan virus, bakteri, maupun parasit merupakan penyebab terbanyak hepatitis akut. Virus hepatitis merupakan penyebab terbanyak dari infeksi tersebut.
Infeksi virus hepatitis masih merupakan masalah kesehatan utama, baik di negara yang sedang berkembang maupun di Negara maju.1
Virus hepatitis B adalah infeksi yang ditularkan melalui darah, dengan transmisi signifikan yang terjadi pada awal kehidupan dan melalui suntikan yang tidak aman dan prosedur medis yang kurang baik dan juga melalui kontak seksual.5
13 Hepatitis B adalah penyakit viral akut yang terutama ditularkan secara parenteral (kadang-kadang per oral) melalui kontak personal yang erat atau dari ibu ke neonatus.12
2. Epidemologi Hepatitis B
World Health Organization memperkirakan adanya 400 juta orang sebagai pengidap HBV pada tahun 2000. Pola prevalensi hepatitis B dibagi menjadi 3 golongan yaitu prevalensi rendah (HBsAg 0,2%- 0,5%
dan anti-HBs 4%-6%), prevalensi sedang (HBsAg 2%-7% dan anti-HBs 20%-55%), dan prevalensi tinggi (HBsAg 7%-20% dan anti-HBs 70%- 95%). Di negara maju seperti Inggris, Amerika Serikat, dan negara-negara Skandinavia prevalensi HBsAg bervariasi antara 0,1%-0,2% sedangkan di Afrika dan Timur 10%-15%. Pada daerah dengan endemisitas tinggi infeksi sering terjadi pada usia dini, ditularkan secara vertikal dari ibu ke anak maupun horisontal diantara anak kecil. Sedangkan pada daerah dengan endemisitas sedang-tinggi antara 8%-20% infeksi terjadi pada umur yang lebih tua, ditularkan secara horisontal pada masa anak dengan kontak erat seperti penggunaan sikat gigi, pisau cukur atau berciuman, dan kontak seksual pada dewasa muda. Sebaliknya pada daerah dengan prevalensi rendah penularan secara horisontal terjadi oleh penyalahgunaan obat, penggunaan instrumen yang tidak steril pada klinik gigi, tusuk jarum, tindik daun telinga, dan tatu (tatoo).1
14 Gambar II.1
Prevalensi Hepatitis menurut provinsi, Indonesia 2007 dan 2013 Sumber: Riset kesehatan dasar (RISKESDAS). 2013
Indonesia digolongkan sebagai negara dengan kategori endemisitas sedang sampai tinggi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan angka penyakit hepatitis 1,2 persen, dua kali lebih tinggi dibandingkan tahun 2007. Lima provinsi dengan prevalensi hepatitis tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (4,3%), Papua (2,9%), Sulawesi Selatan (2,5%), Sulawesi Tengah (2,3%) dan Maluku (2,3%). Bila dibandingkan dengan Riskesdas 2007, Nusa Tenggara Timur masih merupakan provinsi dengan prevalensi hepatitis tertinggi. Jenis hepatitis yang banyak menginfeksi penduduk Indonesia adalah hepatitis B (21,8 %) dan hepatitis A (19,3 %).4
3. Patogenesis Hepatitis B
Beberapa penelitian melaporkan bahwa HBV bukan merupakan suatu virus yang sitopatik. Kelainan sel hati yang terjadi akibat infeksi HBV disebabkan karena reaksi imun tubuh terhadap sel hepatosit yang terinfeksi HBV dengan tujuan untuk mengeliminir HBV tersebut.13
15 Pada kasus-kasus hepatitis respon imun tersebut berhasil mengeliminir sel-sel hepar yang terkena infeksi HBV, sehingga terjadi gejala klinik yang diikuti dengan kesembuhan. Penderita respon imun tersebut tidak berhasil menghancurkan sel-sel hati yang terinfeksi sehingga HBV tersebut tetap mengalami replikasi. Pada kasus hepatitis B kronik respon imun tersebut ada tapi tidak sempurna sehingga hanya terjadi nekrosis pada sel hati yang mengandung HBV dan masih tetap ada sel hati yang terinfeksi tidak mengalami nekrosis, sehingga infeksi dapat menjalar ke sel yang lain. Pada carrier yang sehat respon imun tersebut sama sekali tidak efektif sehingga tidak ada nekrosis hati yang terinfeksi dan virus tetap mengadakan replikasi tanpa adanya gejala klinis.13
4. Faktor resiko Faktor Host
Semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi timbul serta perjalanan penyakit hepatitis B. Faktor penjamu meliputi:
a. Umur
Hepatitis B dapat menyerang semua golongan umur. Paling sering pada bayi dan anak (25-45,9 %) resiko untuk menjadi kronis, menurun dengan bertambahnya umur dimana pada anak bayi 90 % akan menjadi kronis, pada anak usia sekolah 23-46 % dan pada orang dewasa 3-10%. Hal ini berkaitan dengan terbentuk antibodi dalam jumlah cukup untuk menjamin terhindar dari hepatitis kronis.
16 b. Jenis kelamin
Berdasarkan sex ratio, wanita 3x lebih sering terinfeksi hepatitis B dibanding pria.
c. Mekanisme pertahanan tubuh
Bayi baru lahir atau bayi 2 bulan pertama setelah lahir lebih sering terinfeksi hepatitis B, terutama pada bayi yang sering terinfeksi hepatitis B, dan pada bayi yang belum mendapat imunisasi hepatitis B.
Hal ini karena sistem imun belum berkembang sempurna.
d. Kebiasaan hidup
Sebagian besar penularan pada masa remaja disebabkan karena aktivitas seksual dan gaya hidup seperti homoseksual, pecandu obat narkotika suntikan, pemakaian tatto, pemakaian akupuntur.
e. Pekerjaan
Kelompok resiko tinggi untuk mendapat infeksi hepatitis B adalah dokter, dokter bedah, dokter gigi, perawat, bidan, petugas kamar operasi, petugas laboratorium dimana mereka dalam pekerjaan sehari-hari kontak dengan penderita dan material manusia (darah, tinja, air kemih).
Salah satu kelompok yang beresiko untuk terinfeksi hepatitis B adalah mahasiswa kedokteran yang nantinya akan menjadi bagian dari petugas kesehatan menghadapi ancaman tertular infeksi yang ditularkan melalui darah seperti hepatitis B akibat tertusuk jarum suntik yang terkontaminasi oleh darah pasien.7
17 5. Gejala Klinis
a) Hepatitis Akut
Manifestasi klinis infeksi HBV cenderung ringan. Gejala yang muncul terdiri:
1) Gejala seperti flu 2) Malaise
3) Lelah 4) Anoreksia
5) Mual dan muntah 6) Kuning atau ikterus 7) Pembesaran hati berakhir
Setelah 6-8 minggu. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan kadar ALT dan AST sebelum timbulnya gejala klinis, yaitu 6-7 minggu setelah terinfeksi. Ikterus terdapat pada 25%
penderita, biasanya mulai timbul saat 8 minggu setelah infeksi dan berlangsung selama 4 minggu. Gejala klinis ini jarang terjadi pada infeksi neonatus, 10% pada anak dibawah umur 4 tahun, dan 30% pada dewasa. Sebagian besar penderita hepatitis B simtomatis akan sembuh tetapi dapat menjadi kronis pada 10% dewasa, 25% anak, dan 80%
bayi.1
18 b) Hepatitis B kronik
Gejala hepatitis B kronik sangat bervariasi. Pada kebanyakkan kasus sudah didapatkan hepatomegali atau bahkan splenomegali atau tanda-tanda penyakit hati kronis lainnya misalnya eritema Palmaris dan spider nevi, serta pada pemeriksaan laboratorium sering didapatkan kenaikan konsentrasi ALT.
Manifestasi klinis hepatitis B kronik dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1. Hepatitis B kronik yang masih aktif (hepatitis B kronik aktif).
HbsAg positif dengan DNA HBV lebih dari 105 kopi/ml didapatkan kenaikan ALT yang menetap atau intermitten.
2. Carrier HBV inaktif (inactive HBV Carrier State). Pada kelompok ini HBsAg positif dengan titer DNA HBV yang rendah yaitu kurang dari 105 kopi/ml. Kadar ALT normal dan tidak didapatkan keluhan.1
6. Cara penularan hepatitis B
Pola penularan terpenting HBV yaitu pola penularan horizontal dan penularan vertikal.
Pola penularan horizontal dapat melalui 2 jalur, yaitu:
a. Penularan melalui kulit
Virus hepatitis B tidak dapat menembus kulit yang utuh, maka infeksi HBV melalui kulit dapat terjadi melalui dua cara yaitu dengan
19 ditembusnya kulit oleh tusukan jarum atau alat lain yang infektif dengan kulit yang sudah mengalami perubahan/lesi.14
b. Penularan melalui mukosa.
Mukosa dapat menjadi port d‟entry infeksi HBV yaitu melalui mulut, mata, hidung, saluran makan bagian bawah dan kontak seksual.
Sementara itu, pola penularan vertikal contohnya adalah infeksi lewat ibu hamil yang sudah terinfeksi HBV menularkan kepada bayinya.Orang yang terinfeksi virus hepatitis B memiliki kondisi yang infeksius untuk lingkungan karena sekret tubuhnya mengandung banyak partikel HBV yang infektif yaitu pada darah air mani, cairan vagina, darah haid, saliva, semen, secret vagina, dan pada tingkat yang lebih rendah berupa keringat, air mata, dan urin serta feses, telah dilaporkan tetapi belum dipastikan.
Hepatitis B juga dapat ditularkan melalui hubungan kontak seksual dengan penderita, menggunakan alat yang terkontaminasi dari darah penderita (pisau cukur, tato, tindik, dsb).14
Petugas kesehatan yang sering terpajan dengan darah, jaringan dan cairan tubuh memiliki resiko yang meningkat terhadap hepatitis virus, terutama hepatitis B. Kira-kira 15% dari petugas kesehatan memiliki satu atau lebih penanda serologic infeksi HBV, dan 1 ahli patologi, ahli bedah, ahli teknis laboratorium yang memproses specimen darah, staf hemodialisis, dan orang lain yang melakukan tindakan invasif. Akan tetapi, penularan hepatitis B pada petugas
20 kesehatan tampaknya berjalan satu arah yaitu dari pasien ke petugas/staf.15
Virus hepatitis B yang masuk dalam aliran darah lewat portal of entery, masuk ke pembuluh-pembuluh limfe dan akhirnya masuk ke dalam sirkulasi lewat ductus thorasicus. Setelah mencapai sirkulasi darah, virus akan tersebar ke seluruh tubuh dan akhirnya sampai pada target organ sel liver.14
7. Diagnosis
Pada saat awal infeksi HBV terjadi toleransi imunologis, dimana virus masuk kedalam sel hati melalui aliran darah dan dapat melakukan replikasi tanpa adanya kerusakan jaringan hati dan tanpa gejala klinis.
Pada saat ini DNA HBV, HBsAg, HbeAg dan anti-HBc terdeteksi dalam serum. Keadaan ini berlangsung terus selama bertahun-tahun terutama pada neonatus dan anak yang dinamakan sebagai pengidap sehat. Pada selanjutnya terjadi reaksi imunologis dengan akibat kerusakan sel hati yang terinfeksi. Pada tahap selanjutnya terjadi reaksi imunologis dengan akibat kerusakan sel hati yang terinfeksi. Pada akhirnya penderita dapat sembuh atau berkembang menjadi hepatitis kronis.1
Tabel II.1 Penanda Serologis Infeksi HBV
Antigen Interpretasi Bentuk klinis HBsAg Sedang infeksi Hepatitis akut, hepatitis
kornis, penandakornis HBeAg Proses replikasi dan
sangat menular
Hepatitis akut, hepatitis kronis
Antibodi Interpretasi Bentuk klinis
Anti-HBs Resolusi infeksi Kekebalan
Anti-HBc-total Sedang infeksi atau Hepatitis akut, hepatitis
21 pernah infeksi kornis, penandakornis,
kekebalan IgM anti-HBc
Infeksi akut atau infeksi kronis yang
kambuh
Hepatitis akut, hepatitis kronis
Anti-Hbe Penurunan aktivitas
replikasi Penanda kronis, kekebalan Pemeriksaan
Molekuler Interpretasi Bentuk klinis PCR DNA
HBV Infeksi HBV Hepatitis akut, hepatitis kronis, penanda kronis Hibridisasi
DNA HBV
Replikasi aktif dan sangat menular
Hepatitis akut, hepatitis kronis
Sumber: Arief, S. Buku Ajar Gastroenterologi Hepatologi. 2011 8. Pengobatan Hepatitis B
Pada hepatitis B virus akut tidak membutuhkan terapi antiviral.
Karena sebagian besar kasus akan sembuh dan sebagian kecil menjadi kronis. Terapi yang diberikan hanya terapi suportif dan simptomatik karena sebagian infeksi hepatitis B akut pada dewasa dapat sembuh spontan.16
Tujuan pengobatan hepatitis B kronis adalah penyembuhan total dari infeksi HBV sehingga virus tersebut dieliminasi dari tubuh dan kerusakan yang ditimbulkan oleh reaksi imunologis didalam hati terutama sirosis serta komplikasinya dapat dicegah. Hanya penderita dengan replikasi aktif (ditandai dengan HBeAg dan DNA HBV serum positif) dan hepatitis kronis dengan peningkatan kadar aminotransferase serum yang akan memberikan hasil baik terhadap pengobatan.1
Terapi antiviral dini hanya diperlukan pada kurang dari 1% kasus, pada kasus hepatitis fulminan atau pasien yang imunokompromais.16 Penatalaksanaan hepatitis B kronik, dikenal 2 kelompok terapi:
22 1. Kelompok imunomodulasi
a) Interferon (IFN) alfa
IFN adalah kelompok protein intraselular yang normal ada dalam tubuh dan diproduksi oleh berbagai macam sel. IFN merupakan antivirus, imunomodulator,anti proliferative, dan anti fibrotik. Interferon tidak memiliki khasiat langsung sebagi antivirus tapi merangsang terbentuknya berbagai macam protein efektor yang mempunyai khasiat antivirus.16
IFN adalah salah satu pilihan untuk pengobatan pasien hepatitis B kronik dengan HBeAg positif, dengan aktifitas penyakit ringan sampai sedang, yang belum mengalami sirosis. Pengaruh interferon dalam pengobatan yaitu menurunkan replikasi virus.16
Dosis IFN yang dianjurkan untuk hepatitis B kronik dengan HBeAg positif adalah 5-10 MU 3x seminggu selama 16-24 minggu. Kontraindikasi terapi IFN adalah sirosis dekompensata, depresi atau riwayat depresi diwaktu yang lalu, dan adanya penyakit jantung berat.16
b) Timosin alfa 1
Timosin adalah suatu jenis sitotoksin yang dalam keadaan alami ada dalam ekstrak pinus. Obat ini sudah dapat dipakai untuk terapi baik sebagai sediaan parenteral maupun oral. Timosi alfa 1 merangsang fungsi sel limfosit. Pemberian timosin alfa 1 pada pasien hepatitis B kronik dapat menurunkan konsentrasi atau
23 menghilangkan DNA HBV. Keunggulan obat ini yaitu tidak adanya efek samping. Dengan kombinasi dengan IFN, obat ini meningkatkan efektifitas IFN.16
2. Kelompok terapi Antivirus a. Lamivudin
Lamivudin adalah suatu analog nukleosid. Berkhasiat mengahambat enzim reverse transcriptase yang berfungsi dalam transkripsi balik dari RNA menjadi DNA yang terjadi dalam replikasi HBV. Lamivudin menghambat produksi HBV baru dan mencegah terjadinya infeksi hepatosit sehat yang belum terinfeksi, tetapi tidak mempengaruhi sel-sel yang telah terinfeksi karena pada sel-sel yang telah terinfeksi DNA HBV ada dalam keadaan convalent closed circular (cccDNA).17
Dosis per oral 100mg per hari (dewasa) untuk anak-anak 1mg/kg yang perlu ditingkatkan hingga 100mg/hari. Lama terapi yang dianjurkan adalah 1 tahun pada pasien HBeAg negatif, dan lebih dari 1 tahun pada pasien yang HBe positif.17
Efek samping, obat ini umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Efek samping yang terjadi seperti fatigue, sakit kepala dan mual. Peningkatan kadar ALT dan AST dapat terjadi pada 30%- 40% pasien, biasanya terjadi apabila munculnya mutan HBV yang resisten terhadap lamivudin.17
24 b. Adefovir
Adefovir merupakan analog nukleotida asiklik. adefovir penghambat replikasi HBV sangat kuat. Adefovir terbukti efektif dalam terapi infeksi HBV yang resisten terhadap lamivudin. Dosis per oral dosis tinggal 10 mg per hari. Keuntungan dari adefovir adalah jarang terjadi kekebalan. Dengan demikian obat ini merupakan obat yang ideal untuk terapi hepatitis B kronik dengan penyakit hati yang parah. Kerugiannya adalah harga yang lebih mahal.16
9. Komplikasi Hepatitis B Komplikasi:
1) Hepatitis Fulminan
Hepatitis fulminan merupakan penyulit yang paling ditakuti karena sebagian besar berlangsung fatal. Lima puluh persen kasus hepatitis virus fulminan adalah dari tipe B dan banyak diantara kasus hepatitis B akut fulminan terjadi akibat ada koinfeksi dengan hepatitis D atau hepatitis C.
2) Sirosis hepatis
Sirosis hati merupakan kondisi dimana jaringan hati tergantikan oleh jaringan parut yang terjadi bertahap. Jaringan parut ini semakin lama akan mengubah struktur normal dari hati dan regenerasi sel-sel hati. Maka sel-sel hati akan mengalami kerusakan yang
25 menyebabkan fungsi hati mengalami penurunan bahkan kehilangan fungsinya.
3) Karsinoma hepatoseluler
Karsinoma hepatoseluler berhubungan erat dengan 3 faktor yang dianggap merupakan faktor predisposisinya yaitu infeksi virus hepatitis B kronik, sirosis hati dan hepatokarsinogen dalam makanan.
4) Kematian
Penyakit hepatitis B yang kronis dan sudah komplikasi bisa berdampak mengancam nyawa.
Infeksi Virus Hepatitis B akut pada orang dewasa dapat mengakibatkan pemulihan yang sempurna, tapi dapat juga menimbulkan komplikasi hingga kematian bila tidak ditangani secara baik. Meskipun infeksi Hepatitis B virus akut dapat sembuh, tapi dapat juga menjadi parah, sebagian komplikasi serius terkait dengan infeksi HBV adalah terjadi nya infeksi kronis.14
10. Pencegahan Hepatitis B
Pencegahan infeksi virus hepatitis B merupakan prioritas kesehatan masyarakat, terutama bagi mereka yang merupakan kelompok yang berisiko besar menjadi pengidap kronis. Tingkat infeksi dapat dikurangi melalui modifikasi perilaku dan meningkatkan pendidikan masing-masing individu. Upaya pencegahan merupakan hal terpenting karena merupakan upaya cost-effective. Secara garis besar, upaya pencegahan dibagi dua,
26 yaitu upaya yang bersifat umum dan upaya yang lebih spesifik (imunisasi HBV).18
a. Pencegahan umum berupa:
1. Uji tapis donor darah dengan uji diagnositik yang sensitive.
2. Sterilisasi instrument secara adekuat dan akurat. Alat dialysis digunakan secara individual. Untuk pasien dengan HBV disediakan mesin tersendiri. Jarum disposable dibuang ke tempat khusus yang tidak tembus jarum.
3. Tenaga medis senantiasa menggunakan sarung tangan.
4. Perilaku seksual yang aman.
5. Penyuluhan agar para penyalah guna obat tidak memakai jarum secara bergantian.
6. Mencegah kontak mikrolesi, menghindari dari pemakaian alat yang dapat menularkan HBV (sikat gigi, sisir), dan berhati-hati dalam menangani luka terbuka.
7. Skrining ibu hamil pada awal dan trimester ke-3 kehamilan, terutama ibu yang beresiko terinfeksi HBV. Ibu hamil dengan HBV positif ditangani terpadu. Segera setelah lahir, bayi diimunisasi aktif dan pasif terhadap HBV.
8. Skrining populasi risiko tinggi tertular HBV (lahir didaerah hiperendemik, homoseksual, heteroseksual, pasangan seks berganti-gantian, tenaga medis, pasien dialysis, keluarga dari pasien HBV kronik, dan kontak seksual dengan pasien HBV).18
27 b. Pencegahan Spesifik
1. Vaksin
Vaksinasi adalah cara yang paling efektif untuk mencegah hepatitis B. Ada dua produk yang digunakan untuk tindakan pencegahan hepatitis B yaitu :
1. Hepatitis B immune globulin (HBIG)
HBIG berasal dari plasma yang mengandung anti-HBS dengan titer tinggi dan digunakan untuk prophylaxis postexposure. Dosis yang direkomendasikan untuk anak -anak dan dewasa: 0,06 ml/kg dan dosis 0,5 ml untuk infeksi virus hepatitis B perinatal yaitu infant yang lahir dari ibu dengan HBsAgnya yang positif.19
2. Vaksin Hepatitis B
Vaksin hepatitis B menggunakan HBsAg yang diproduksi dari yeast Saccharomyces cerevisiae dengan teknologi recombinant DNA dan digunakan sebagai immunisasi preexposure dan profilaksis postexposure.19
Tabel II.2 Jadwal dan Rute Pemberian Vaksinasi Hepatitis B Vaksinasi Jadwal
Pemberian
Rute
Pemberian Keterangan
Bayi 0, 1, dan 6
Paha anterolateral
pada bayi baru lahir dan bayi
(<1tahun usia) intramuskuler
ke daerah
Pemberian imunoglobulin
hepatitis B
berkontribusi untuk mencegah infeksi neonates Tingkat seroprotection
antibody terhadap HBsAg (anti-HBs)
28 deltoid pada
anak-anak (≥usia 1
tahun)
hampir mendekati 100% pada anak-anak
Dewasa (Sehat)
0, 1, 6 bulan
Intramuskuler ke daerah
deltoid
Tingkat seroprotection
antibodi terhadap HBsAg (anti-HBs) hampir 95% pada orang dewasa muda yang sehat. Diberikan setelah terpapar hepatitis B sebagai profilaksis
Dewasa (dengan Faktor resiko)
0, 1,2, dan 6 bulan
Intramuskuler ke daerah
deltoid
Diberikan pada orang yang sudah lanjut usia,
obesitas, perokok
berat atau
immunocompromised, termasuk mereka yang terinfeksi HIV
serta pasien
imunodefisiensi (menjalani
hemodialisis atau terapi imunosupresan) karena mereka memiliki respon yang suboptimal ketika divaksinasi.
Dewasa ( Petugas Kesehatan)
0,1, dan 2 bulan.
Diikuti dosis penguat pada bulan ke-12
Intramuskuler ke daerah
deltoid
Perlindungan yang cepat (yaitu bagi pekerja perawatan kesehatan yang terkena hepatitis B
virus atau
berhubungan seksual dengan orang yang rentan terkena hepatitis B akut)
Sumber: Franco, et al. Epidemology and Prevention in developing countries. 2012.
29 Tempat injeksi dan cara pemberian merupakan faktor penting dalam mencapai respon yang optimal. Suntikan intradermal dan administrasi di gluteus tidak dianjurkan. Vaksin hepatitis B dapat ditoleransi dengan baik. Efek samping umumnya ringan, sementara, dan terbatas pada tempat suntikan (eritema, pembengkakan, indurasi). Reaksi sistemik (kelelahan, demam ringan, sakit kepala, mual, nyeri perut) jarang terjadi. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, keamanan vaksin hepatitis B telah dipertanyakan, namun studi ekstensif menyimpulkan bahwa tidak ada alasan untuk mengubah kebijakan vaksinasi. Vaksinasi hepatitis B tidak kontraindikasi apabila diberikan pada wanita hamil atau menyusui. Satu-satunya kontraindikasi absolut yang diketahui adalah adanya hipersensitifitas terhadap komponen dari vaksin atau riwayat anafilaksis dengan dosis sebelumnya.19
Rekomendasi pemberian vaksin hepatitis B yaitu:
a) Preexposure 1. Seluruh infants 2. Remaja 11-12 tahun
3. Petugas kesehatan yang beresiko terpapar dengan darah atau penggunaan jarum suntik
4. Staf pada perawatan cacat mental 5. Pasien hemodialisa
6. Homoseksual laki-laki yang aktif
30 7. Heteroseksual laki-laki dan wanita yang aktif
8. Pecandu obat (obat suntik) 9. Penerima donor darah
10. Anak-anak yang diadopsi dari negara endemik virus hepatitis B
b) Postexposure
1. Infants yang lahir dari ibu dengan virus hepatitis B positif Penelitian menunjukkan bahwa antibodi yang di induksi oleh vaksin bertahan selama periode minimal 10-15 tahun dan bahwa durasi anti-HBs berhubungan dengan tingkat puncak tercapainya antibodi setelah vaksinasi primer dilakukan. Penelitian lebih lanjut terhadap vaksin telah menunjukkan bahwa konsentrasi antibodi biasanya menurun dari waktu ke waktu, tetapi infeks i secara klinis jarang terjadi. Bukti juga menunjukkan bahwa individu yang berhasil divaksinasi yang telah kehilangan antibodi dari waktu ke waktu biasanya menunjukkan respon yang cepat bila diberikan dengan dosis vaksin tambahan atau bila terkena virus hepatitis B. Ini berarti bahwa memori imunologi HBsAg dapat hidup lebih lama daripada deteksi anti-HBs, dimana memberikan perlindungan jangka panjang terhadap penyakit akut.19
31 2. Universal Precaution
Menurut WHO (2011), standard precaution merupakan suatu praktek kontrol infeksi yang diperlukan terhadap semua pasien di fasilitas pelayanan kesehatan dengan dasar pencegahan “standar” termasuk praktek kerja yang mendasar, untuk memberikan proteksi tingkat tinggi terhadap pasien, pekerja kesehatan, dan pengunjung. Hal- hal yang merupakan praktek dari standard precaution adalah:
1. Mencuci tangan dan antiseptik tangan (kebersihan tangan).
2. Menggunakan alat pelindung diri saat bersentuhan dengan darah, cairan tubuh, ekskresi, dan sekresi.
3. Penanganan yang tepat terhadap alat yang digu nakan untuk merawat pasien dan kain-kain kotor.
4. Mencegah luka akibat jarum atau alat-alat tajam.
5. Kebersihan lingkungan dan pengelolaan zat -zat yang tumpah.
6. Penanganan sampah dengan tepat.20
32 D. Kerangka Teori
Gambar II.2 Kerangka Teori Faktor-Faktor :
1. Tingkat pendidikan 2. Sumber informasi 3. umur
4. Pekerjaan
Faktor-Faktor : 1. Pengalaman 2. Lingkungan 3. Faktor emosional 4. Kebudayaan 5. Media massa
SIKAP PENGETAHUAN
PECEGAHAN HEPATITIS B 1. Melakukan uji skrining Hepatitis
B
2. Vaksinasi Hepatitis B
3. Mencuci tangan dan aseptik sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
4. Menggunakan alat pelindung diri saat melakukan tindakan.
5. Mencegah kontak seperti menghindari pemakaian alat yang dapat menularkan HBV (sikat gigi, pisau cukur, dll).
PENGETAHUAN TENTANG
PENYAKIT HEPATITIS B 1. Definisi hepatitis B.
2. Gejala klinis hepatitis B.
3. Penyebab hepatitis B 4. Faktor resiko hepatitis B 5. Cara penularan hepatitis B 6. Pencegahan hepatitis B
33 BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka konsep
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka kerangka konsep dalam penelitian “Hubungan tingkat pengetahuan terhadap sikap pencegahan penyakit hepatitis B pada mahasiswa angkatan 2013-2016 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar” dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar III Kerangka Konsep
Variabel independen : Pengetahuan mahasiswa.
Variabel dependen : Sikap pencegahan penyakit hepatitis B.
B. Definisi Operasional 1. Pengetahuan
Pengetahuan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai penyakit hepatitis B meliputi pengertian, gejala, penyebab, cara penularan, komplikasi, faktor resiko dan tindakan pencegahan.
Pengetahuan Mahasiswa
Sikap Pencegahan Penyakit Hepatitis B
34 Cara ukur : Meminta responden untuk mengisi kuisioner yang berisi
tentang pengetahuan penyakit hepatitis B.
Alat ukur : Kuisioner
Hasil ukur :Meminta responden untuk mengisi pertanyaan kuisioner yang berisi tentang pengetahuan penyakit hepatitis B menggunakan, pengukuran pengetahuan menurut Arikunto (2006), dengan kategori pertanyaan pilihan ganda (multiple choice) yaitu :
1. Baik : Hasil persentase jika jawaban yang benar
>76 % dari total skor.
2. Cukup : Hasil persentase jika jawaban yang benar 56%-75% dari total skor.
3. Kurang : Hasil persentase jika jawaban <56% dari total skor.10
Skala ukur :Ordinal 2. Sikap
Sikap (attitude) dalam penelitian ini adalah penilaiaan reaksi atau persepsi seseorang terhadap pencegahan penyakit hepatitis B .
Cara ukur : Meminta responden untuk mengisi pernyataan kuisioner yang berisi tentang sikap pencegahan penyakit hepatitis B dengan menggunakan skala likert. Pernyataan terdiri dari pilihan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju
35 (TS), sangat tidak setuju (STS). Pertanyaan diberi nilai SS:4, S:3, TS:2, STS:1
Alat ukur : Kuisioner
Hasil ukur : 1.Positif (mendukung sikap pencegahan penyakit hepatitis B jika nilai skor > 50%.
2. Negatif (menolak sikap pencegahan penyakit hepatitis B jika nilai ≤ 50%.21
Skala ukur : Ordinal C. Hipotesis Penelitian
1. Ha (Hipotesis Alternatif)
Ada hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap sikap pencegahan penyakit hepatitis B pada mahasiswa angkatan 2013-2016 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Ho (Hipotesis Nol)
Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap sikap pencegahan penularan penyakit hepatitis B pada mahasiswa angkatan 2013-2016 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
36 BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dengan menggunakan rancangan penelitian analitik observasional dan desain cross sectional (potong lintang). Desain penelitian ini digunakan untuk meneliti suatu kejadian pada waktu yang bersamaan (sekali waktu). Sehingga variabel dependen dan variabel independen diteliti secara bersamaan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan mahasiswa angkatan 2013-2016 fakultas kedokteran universitas muhammadiyah dan variabel dependen dari penelitian ini adalah sikap pencegahan penularan hepatitis B. Variabel dalam penelitian ini adalah bivariat, yaitu hubungan tingkat pengetahuan terhadap sikap pencegahan penyakit hepatitis B pada mahasiswa angaktan 2013-2016 fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November - Februari 2017.
37 C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini, yaitu mahasiswa fakultas kedokteran universitas muhammadiyah Makassar.
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2013-2016 pada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :
1. Kriteria Inklusi
a. Mahasiswa angkatan 2013, 2014, 2015, dan 2016 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah yang tercatat aktif.
b. Berada dilokasi penelitian pada saat penelitian berlangsung.
c. Bersedia dijadikan responden.
2. Kriteria Eksklusi
a. Mahasiswa yang tidak hadir.
b. Mahasiswa yang tidak bersedia dijadikan responden.
D. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan untuk mendapatkan sampel adalah stratified random sampling, teknik ini digunakan karena populasi dalam penelitian ini tidak homogen dan berstrata. Strata yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu angkatan 2013, 2014, 2015, dan 2016.
38 E. Besar Sampel dan Rumus Besar Sampel
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan melalui perhitungan jumlah populasi. Besar populasi kurang dari 10.000, maka penentuan jumlah sampelnya dapat dihitung dengan menggunakan rumus slovin sebagai berikut :
Diketahui:
n = Sampel yang diinginkan N = Jumlah populasi
d = Tingkat kepercayaan/ketetapan yang diinginkan catatan :
N = 258
d = kesalahan 5% (0,05)
orang.
39 Jumlah anggota sampel bertingkat (berstrata) dilakukan dengan cara pengambilan sampel secara stratified random sampling yaitu menggunakan rumus alokasi proportional :
Dimana :
ni = jumlah anggota sampel menurut stratum n = jumlah anggota sample seluruhnya = 157 orang Ni = jumlah anggota populasi menurut stratum
1. Angkatan 2013 = 98 orang 2. Angkatan 2014 = 50 orang 3. Angkatan 2015 = 59 orang 4. Angkatan 2016 = 51 orang
N = jumlah anggota populasi seluruhnya = 258 orang Maka, jumlah anggota sampel yaitu :
1. Angkatan 2013 157 = 60 orang 2. Angkatan 2014 157 = 30 orang 3. Angkatan 2015 157 = 36 orang 4. Angkatan 2016 157 = 31 orang
Sehingga dari keseluruhan sampel kelas tersebut adalah 60+30+36+31= 157 sampel.
40 Penentuan anggota sampel dilakukan secara acak yaitu dengan cara mengundi nama pada tiap angkatan sehingga diperoleh sesuai jumlah sampel yang dibutuhkan.
F. Cara Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, yang menjadi responden adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar angkatan 2013- 2016. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang didapat langsung dari masing-masing sampel penelitian.
Untuk mengumpulkan data pada penelitian ini peneliti menggunakan angket atau kuisioner. Sebelum dilakukan pengambilan data dengan kuisioner/angket, maka terlebih dahulu akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Agar data yang diperoleh bisa relevan/sesuai dengan tujuan diadakannya pengukuran tersebut. Penulis akan melakukan uji validitas dan reliabilitas pada mahasiswa fakultas kedokteran universitas muhammadiyah makassar dan setelah data terkumpul akan dimasukkan ke program computer Statistical Product and Service Solutions (SPSS) Versi 23.0
G. Metode Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah pengolahan data. Pengolahan data dilakukan secara manual. Tujuan pengolahan data adalah menyederhanakan seluruh data yang terkumpul dan menyajikannya dalam susunan yang lebih baik dan rapi. Pengolahan data manual ini melalui 4 tahapan:
41 1) Editing (penyuntingan data)
Proses kegiatan dimana penulis melakukan penyuntingan data atau melakukan pengecekan isian kuesioner apakah jawaban yang ada dikuesioner sudah:
a. Lengkap :semua pertanyaan sudah terisi jawabannya;
b. Jelas :jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas terbaca
c. Relevan :jawaban yang tertulis apakah relevan dengan pertanyaan
2) Coding (pengkodean)
Pada tahap ini penulis melakukan pengecekan mengenai kelengkapan data selanjutnya penulis melakukan proses pemberian kode (coding) pada setiap variabel yang dimana ini bertujuan untuk mempermudah penulis pada saat menganalisis data dan mempercepat penulis pada saat memasukan data (entry) data ke dalam computer.
3) Data entry (memasukkan data)
Pada tahap ini setelah melewati tahap pengcodean, maka selanjutnya penulis akan memproses data agar dapat dianalisis.
Pemerosesan data dilakukan dengan cara penulis memasukkan (entry) data dari kuisioner ke program computer, seperti SPSS/
4) Cleaning
Pada tahap ini penulis melakukan proses cleaning (pembersihan data) yang merupakan kegiatan pengecekan kembali data
42 yang sudah penulis masukkan, apakah ada kesalahan atau tidak.
Kesalahan dimungkinkan terjadi pada saat penulis memasukkan data ke computer.
H. Analisis Data
Data analisa melalui persentase dan perhitungan dengan cara sebagai berikut:
1. Analisa univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap setiap variabel dan hasil penelitian dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi sehingga menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel yang diteliti.
2. Analisa bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel independen dengan dependen dalam bentuk tabulasi silang antara kedua variebal tersebut. Kemudian akan dilakukan uji statistic untuk menyimpulkan hubungan antara kedua variabel tersebut bermakna atau tidak.
Melalui uji statistik (uji chi-square) akan diperoleh nilai p, dimana dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian antara dua variable dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p < 0,05 yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima dan dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai p > 0,05 yang berarti H0 diterima dan Ha ditolak.
I. Etika Penelitian
Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak subjek antara lain menjamin kerahasiaan identitas responden, hak privasi dan martabat dan hak
43 untuk bebas dari resiko cedera intrinsik (fisik, sosial, dan emosional). Masalah etika yang harus diperjatikan antara lain:
a. Persetujuan Responden
Persetujuan responden ini diberikan kepada responden yang diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian, bila responden menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak- hak responden.
b. Tanpa Nama
Pada penelitian ini, untuk menjaga kerahasiaan pada lembar alat ukur, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi lembaran tersebut akan diberikan kode.
c. Kerahasiaan
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
44 BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar, termasuk Fakultas yang baru di Universitas Muhammadiyah Makassar yang dimulai pada tahun 2008. Lokasi Fakultas ini terletak di Jl. Sultan Alauddin No. 259 Makassar Sulawesi Selatan 90221, Indonesia.
Fakultas Kedokteran Unismuh Makassar merupakan satu dari lima fakultas kedokteran yang ada di Makassar. Program Studi strata S-1 Pendidikan Dokter FK Unismuh ini berdiri sejak tahun 2008, yang dirancang melalui pemikiran yang sangat cermat untuk dapat menghasilkan para dokter yang berkualitas tinggi.
B. Gambaran umum Populasi/Sampel
Telah dilakukan penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan terhadap sikap pencegahan hepatitis B di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar dari bulan November 2016 sampai Februari 2017.
Responden yang dipilih menjadi sampel adalah mahasiswa-mahasiswi angkatan 2013-2016 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah sampel yang diperoleh adalah 157 orang. Data dikumpulkan melalui pengisian kuisioner tingkat pengetahun dan sikap mahasiswa terhadap pencegahan hepatitis B. Setelah data terkumpul, selanjutnya diolah menggunakan program