• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

8 A. Tinjauan Teori Medis

1. Bayi Baru Lahir a. Pengertian

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badanya 2500-4000 gram

( nany,2010:1)

b. Ciri-ciri bayi baru lahir normal 1) Lahir aterm antara 37- 42 minggu.

2) Berat badan 2500 - 4000 gram.

3) Panjang badan 48-52 cm.

4) Lingkar dada 30-38 cm.

5) Lingkar kepala 33-35 cm.

6) Lingkar lengan 11-12 cm.

7) Frekuensi denyut jantung 120-160 menit.

8) Pernafasan ±40-60x/ menit.

9) Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringansubkutan yang cukup.

10) Kuku agak panjang dan lembut.

11) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.

(2)

12) Nilai APGAR >7.

13) Gerak aktif.

14) Bayi lahir langsung menangis kuat.

15) Reflek rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik.

16) Reflek sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik.

17) Reflek morro (gerakan memeluk jika dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik.

18) Reflek graping (menggegam) sudah baik.

19) Genetalia

a) Pada laki laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada sekrotum dan penis yang berlubang.

b) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang, serta ada labiya mayora dan minora.

20) Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan.

c. Tahapan bayi baru lahir

1) Tahap I terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring

(3)

apgar untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.

2) Tahap II disebut tahap transisional reaktifitas. Pada tahap II dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan perilaku.

3) Tahap III disebut tahap priodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh.

d. Asuhan kebidanan 1) Perawatan tali pusat.

2) Mempertahankan suhu tubuh.

e. Neonatus bayi dan anak dengan penyakit yang lazim.

1) Bercak mongol.

2) Hemangioma.

3) Ikterus dll. (nany,2010:5) 2. Ikterik

a. Pengertian

ikterik adalah perubahan warna kulit dan sklera menjadi kuning akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah Pada neonatus, ikteris dapat bersifat fisiologis maupun patologis.

Ikterus fisiologis tampak kira-kira 48 jam setelah kelahiran, dan biasanya menetap dalam 10-12 hari (Myles, 2009).

(4)

Warna kuning (Ikterus) pada bayi baru lahir adakalanya merupakan kejadian alamiah (Fisiologis), adakalanya menggambarkan suatu penyakit (Patologis) Kejadian ikterus sering dijumpai pada bayi dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) (Rustam Mochtar, 1998). Dalam batas normal timbul pada hari kedua sampai ketiga dan menghilang pada hari kesepuluh (Vivian lia dewi:2010). Pada neonatus cukup bulan, kadar bilirubin tidak melebihi 10 mg/dl dan bayi kurang bulan, kurang dari 12 mg/dl. Ikterus fisiologis baru dapat dinyatakan sesudah diobservasi dalam minggu pertama sesudah kelahiran

( Surasmi Asrining, 2003).

Ikterus fisiologis tampak kira-kira 48 jam setelah kelahiran, dan biasanya menetap dalam 10-12 hari (Myles, 2009).

Ikterus patologis adalah ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama bayi baru lahir. (Myles, 2009).

b. Penyebab

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya ikterus yaitu sebagai berikut.

1) Prahepatik

Ikterus ini disebabkan karena produksi bilirubin yang meningkat pada proses hemolisis sel darah merah (ikterus hemolitik). Peningkatan bilirubin dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah infeksi, kelainan sel

(5)

darah merah, dan toksin dari luar tubuh, serta dari tubuh itu sendiri.

2) Pascahepatik ( obstruktif)

Adanya obstruksi pada saluran empedu yang mengakibatkan bilirubin konjugasi akan kembali lagi kedalam sel hati dan masuk kedalam aliran darah, kemudian sebagian masuk dalam ginjal dan diekresikan dalam urin. Sementara itu, sebagian lagi tertimbun dalam tubuh sehingga kulit dan sklera berwarna kuning kehijauan serta gatal. Sebagai akibat dari obstruksi saluran empedu menyebabkan ekskresi bilirubin kedalam saluran pencernaan berkurang, sehingga feses akan berwarna putih keabu abuan, liat dan seperti dempul.

3) Hepatoseluler

Konjugasi bilirubin terjadi pada sel hati, apabila sel hati mangalami kerusakan maka secara otomatis akan mengganggu proses konjugasi bilirubin sehingga bilirubin direc meningkat dalam aliran darah. Bilirubin direc mudah larut dalam air, namun sebagian masih tertimbun dalam aliran darah. (nany, 2010: 76)

(6)

c. Macam-macam ikterik 1) Fisiologis

Ikterik fisiologis adalah ikterik yang normal yang dialami oleh bayi baru lahir, tidak mempunyai dasar patologis sehingga tidak berpotensi menjadi kern ikterus.

a) Timbul pada hari kedua dan ketiga setelah bayi baru lahir.

b) Kadar bilirubin indirect tidak lebih dari 10mg% pada neonatus cukup bulan dan 12 mg% pada neonatus kurang bulan.

c) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak lebih dari 5 mg% per hari.

d) Kadar bilirubin direct tidak lebih dari 1 mg%.

Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.

e) Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis.

2) Patologi

Ikterik patologis adalah ikterus yang memunyai dasar patologis dengan kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia. Ikterik patologi memiliki tanda dan gejala sebagai berikut:

a) Ikterik terjadi 24 jam pertama.

(7)

b) Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau melebihi 12,5 mg% pada neonatus kurang bulan.

c) Peningkatan bilirubin melebihi 5 mg% per hari.

d) Ikterik menetap sesudah 2 minggu pertama.

e) Kadar bilirubin direc lebih dari 1 mg%.

f) Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik. (Nany, 2010 : 75)

d. Patofisiologi

1) Produksi berlebihan (Prahepatik).

2) Penurunan sekresi

3) Campuran ( Post-hepatik) ( Garna,2005)

e. Faktor presdiposisi

Keadaan yang mengurangi kapasitas ikat bilirubin 1) Asidosis

2) Asfiksia

3) Hipoalbuminemia 4) Infeksi

5) Prematuritas 6) Hipoglikemi ( Garna,2005)

(8)

f. Penyulit Kern ikterus

1) Stadium 1 : Reflek moro jelek, hopotermi, latergi, poorfeeding, vomitus, high pitched cry, kejang.

2) Stadium 2 : Opistotonus, regiditas, occulogyric crises, mata cenderung diviasi keatas.

3) Stadium 3 : Sepastisitas.

4) Stadium 4 : Gejala sisa lanjut spasitas, atetosis, tuli persial/ komplit, retardasi mental, paralisis bola mata keatas, displasia dental.

g. Faktor Resiko

Pengkajian setiap bayi meliputi mengidentifikasi setiap faktor resiko utama adanya ikterik. Pengkajian ini meliputi setiap penyakit atau gangguan yang meningkatkan produksi bilirubin, atau yang mengganggu transpor atau ekskeresi bilirubin seperti:

1) Trauma lahir.

2) Pemberian susu formula atau pengeluaran mekonium terlambat.

3) Prematur.

4) Riwayat penyakit hemolitik signifikan dalam keluarga yang ikterus, atau presdiposisi etnik terhadap ikterus atau penyakit keturunan.

(9)

5) Ikterus tampak 24 jam pertama (menunjukan adanya hemolisis) atau ikterus memanjang (kemungkinan menunjukan penyakit serius, seperti hipertiroidisme atau ikterus obstruktif ) (Meyles 2009: 851)

h. Penilaian

Ada beberapa cara untuk menunjukan derajat ikterik yang merupakanresiko terjadinya kern ikterik misalnya kadar bilirubin bebas: kadar bilirubin 1&2 atau secara klinis dilakukan dibawah sinar biasa (day- light). Sebaiknya penilaian ikterik dilakukan secara laboratoris. Apabila fasilitas tidak memungkinkan dapat dilakukan secara klinis.

(Prawiroharjo 2008:384)

Gambar 2.1 Rumus kramer

Sumber : Prawiroharjo 2010

Keterangan 1. Kepala dan leher 2. Daerah 1 (+) badan

bagian atas.

3. Daerah 1,2 (+) bagian bawah dan tungkai.

4. Daerah 1,2,3 (+) lengan dan kaki dibawah dengkul 5. Daerah 1,2,3,4 (+)

tangan dan kaki

(10)

Tabel 2.1 Rumus kramer

Daerah Letak Kadar bilirubin

(mg%)

1 2 3

1 Kepala dan leher 5

2 Daerah 1 (+) badan bagian atas

9 3 Daerah 1,2 (+) bagian bawah

dan tungkai

11 4 Daerah 1,2,3 (+) lengan dan

kaki dibawah dengkul

12

5 Daerah 1,2,3,4 (+) tangan dan kaki

10 Sumber : Prawiroharjo 2008

i. Komplikasi

Kern ikterus adalah suatu kerusakan otak akibat adanya bilirubin indirec pada otak. Kern ikterus ditandai dengan kadar bilirubin darah yang tinggi (> 20 mg% pada bayi cukup bulan atau >18 mg% pada bayi berat badan lahir rendah) disertai dengan gejala kerusakan otak berupa mata berputar, latergi, kejang, tak mau menghisap, tonus otot meningkat, leher kaku, epistotonus, dan sianosis, serta dapat diikuti dengan ketulian, gangguan berbicara, dan retardasi mental dikemudian hari.

(Nany 2010: 78) j. Diagnosis

Diagnosis masalah yang terjadi pada bayi dengan hiperbilirubinnemia antara lain:

(11)

1) Risiko tinggi injuri.

Terjadi akibat dampak peningkatan kadar bilirubin dan efek dari transfusi tukar yang dapat merusak otak, masalah ini dapat diatasi dengan:

a) Mengkaji dan memonitoring terhadap dampak perubahan kadar bilirubin seperti adanya ikterus.

(1) Konsentrasi urine.

(2) Latergi.

(3) Kesulitan makan.

(4) Reflek moro.

(5) Adanya tremor.

(6) Iritabilitas.

(7) Memonitor bilirubin.

Sedangkan resiko injuri karena efek dari transfusi tukar interfensi yang di lakukan adalah memonitor kadar bilirubin, sebelum dan sesudah transfusi tukar tiap 4-6 Jam selama 24 Jam post transfusi tukar, memonitor karena tekanan darah, nadi, temperaturnya, adanya vomiting, cyansis, mempertahankan kalori, kebutuhan cairan sampai post transfusi tukar dan melakukan kolaborasi dalam pemberian obat untuk meningkatkan transfortasi dan konjugasi.

(12)

2) Resiko tinggi kurangnya volume cairan.

Resiko tinggi kurangnya cairan pada hiperbilirubinemia ini dapat disebabkan oleh karena selama tindakan foto terapi, yaitu tindakan yang dapat diperoleh dalam mencegah terjadinya kekurangan volume cairan adalah sebagai berikut dengan mempertahankan intek cairan dengan menyediakan cairan peroral atau cairan parentral, memonitoring pada out put diantaranya jumlah urine, warna dan buang air besar, mengkaji perubahan setatus hidrasinya.

3) Gangguan integritas kulit.

Gangguan integritas kulit pada bayi dengan hiperbilirubinemia ini disebabkan karena efek dari foto terapi yang dapat menyebabkan kulit kering, iritasi pada mata untuk mengatasi tersebut dengan menutup mata dengan kain yang tidak tembus cahaya, mengatur posisi setiap 6 Jam, mengkaji kondisi kulit, menjaga integritas kulit selama terapi dengan mengeringkan daerah yang basah untuk mengurangi iritasi serta mempertahankan kebersihan kulit.

4) Risiko tinggi menjadi orang tua dan pengetahuan keluarga.

Resiko tinggi perubahan menjadi orang tua disebabkan karena kehadiran anak mengingat bayi dilahirkan dilakukan tindakan ditempat kusus. Kurangnya pengetahuan terhadap orang tua disebabkan tentang perawatan bayi dirumah,

(13)

meskipun ikterus fisiologis ikterus pada bayi dapat hilang secara sendiri, tetapi bayi dengan hiperbilirubinemia membutuhkan tindakan kusus dan orang tua harus harus diberikan pendidikan pula.( Hidayat, 2008: 196)

k. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan neonatus cukup bulan yang sehat ( American Akademy of pediatry ) Tabel 2.2 Total serum bilirubin (mg/L) Umur

(Jam)

Pertimbangan terapi sinar

Terapi sinar

Transfusi sinar Terapi sinar gagal

Transfusi tukar dan

terapi sinar

1 2 3 4 5

< 24 * * * *

24< 48 ≥12(170) ≥15(260) ≥20(340) ≥25(430) 49<72 ≥15(260) ≥18(310) ≥25(430) ≥30(510)

>72 ≥17(290) ≥20(340) ≥25(430) ≥30(510) Sumber : Dewi 2010

*Neonatus cukup bulan dengan ikterus pada umur ≤ 24 jam, bukan neonatus sehat dan perlu evaluasi ketat. (Nanny 2010: 77)

Tabel 2.3 Penatalaksanaan pemberian terapi Bil

(mg%)

< 24 Jam 24-48 Jam 49-72 Jam >72 Jam

1 2 3 4 5

< 5 Pemberian makan yg dini

Pemberian makan yg dini

Pemberian makan yg dini

Pemberian makan yg dini 5-9 Terapi sinar

bila hemolisis

Kalori cukup 10-14 Transfusi

tukar* bila hemolisis

Terapi sinar

(14)

1 2 3 4 5 15-19 Transfusi

tukar*

Transfusi tukar bila hemolisis

Terapi sinar

+

>20 Transfusi tukar +

Transfusi tukar +

Transfusi tukar +

Transfusi tukar + Sumber : Nanny 2010

*Sebelum dan sesudah transfusi tukar→ beri terapi sinar +Bila tak berasil→ transfusi tukar.

Bila < 5 mg% selalu observasi

Bila > 5mg% penyebab ikterus perlu diselidiki.( Sarwono 2008:384)

1) Foto terapi

Merupakan tindakan dengan memberikan terapi melalui sinar yang menggunakan lampu, dan lampu yang digunakan sebaiknya lebih dari 500 Jam untuk menghindari turunnya energi yang di hasilkan oleh lampu. Cara melakukan foto terapi

a) Buka pakaian agar seluruh bagian tubuh bayi kena sinar.

b) Tutup kedua mata dan gonat dengan penutup yang memantulkan cahaya.

c) Jarak bayi dengan lampu kurang lebih 40 cm.

d) Posisi sebaiknya diubah setiap 6 Jam sekali.

e) Lakukan Pengukuran suhu setiap 4-6 Jam.

f) Periksa kadar bilirubin setiap 8 Jam atau sekurang kurangnya sekali dalam 24 Jam.

(15)

g) Lakukan pemeriksaan Hb secara berkala terutama pada penderita hemolisis.

h) Lakukan observasi dan catat lamanya terapi sinar.

Apabila dalam evaluasi kadar bilirubin berada dalam ambang batas normal, terapi sinar dihentikan. Jika kadar bilirubin masih tetap atau tidak banyak berubah, perlu dipikirkan adanya beberapa kemungkinan, antara lain lampu yang tidak efektif atau bayi yang menderita dehidrasi, hipoksia, infeksi, gangguan metabolisme dan lain-lain. Keadaan demikian memerlukan tindakan kolaboratif dengan tim medis.

Pemberian terapi sinar dapat menimbulkan efek samping. Namun, efek samping tersebut bersifat sementara yang dapat dicegah atau ditanggulangi dengan memperhatikan tata cara penggunaan terapi sinar dan diikuti dengan pemantauan keadaan bayi secara berkelanjutan.

i) Berikan atau sediakan lampu masing- masing 20 watt sebanyak 8-10 buah yang disusun secara pararel.

j) Berikan ASI yang cukup.

2) Transfusi tukar

Merupakan cara yang dilakukan untuk mengeluarkan darah dari bayi untuk ditukar dengan darah yang tidak sesuai atau

(16)

patologis dengan tujuan mencegah peningkatan kadar bilirubin dalam darah.

Cara pelaksanaan transfusi darah

a) Anjurkan pasien untuk puasa 3-4 Jam sebelum transfusi tukar.

b) Siapkan pasien dikamar kusus.

c) Pasang lampu pemanas dan arahkan kepada bayi.

d) Tidurkan pasien dalam keadaan telentang dan buka pakaian pada daerah perut.

e) Lakukan transfusi tukar dengan protap.

f) Lakukan observasi keadaan umum pasien, catat jumlah darah yang keluar dan masuk.

g) Lakukan pengawasan adanya perdarahan pada tali pusat.

h) Periksa kadar Hb dan bilirubin setiap 12 Jam. (Hidayat, 2008:195).

l. Terapi

Prinsipnya segera menurunkan bilirubin indirec untuk mencegah kern ikterus dengan foto terapi. Prinsipnya pengelolaan hiperbilirubinemia neonatal yaitu segera menurunkan kadar bilirubin indirec untuk mencegah jangan sampai timbul penyulit kern ikterus.

Bayi sehat dan cukup bulan: kadar bilirubin tidak diperiksa secara rutin, kecuali jika ikterus timbul dalam 2 hari pertama

(17)

kehidupanya. Umumnya bayi sehat dipulangkan dari rumah sakit pada usia 24-48 jam, oleh karena itu orang tua harus diberitau ikterus sebelum dipulangkan:

1) Follow up rutin dan hanya pemberian makan jika:

a) Keadaan klinis baik.

b) Masa gestasi >37 minggu.

c) Bayi tidak mempunyai kecenderungan terjadi inkompabilitas ABO

d) Pada riwayat keluarga: tidak ada yang mengalami anemia hemolitik dan ikterus yang berat. Ikterus menghilang pada usia >2mg.

2) Jika secara klinis tampak ikterus yang signifikan pada bayi yang sehat dan cukup bulan, periksa kadar bilirubin.

Indikasi Foto terapi dan transfusi ganti berdasarkan berat badan

Tabel 2.4 Indikasi foto terapi dan transfusi ganti berdasarkan berat badan

Berat badan (gram) Terapi

1 2

<1.000

1.000-1500

1.500-2000

Foto terapi

Transfusi ganti pada kadar bilirubin 10-12mg/dL Foto terapi pada kadar 7- 9mg/dL

Transfusi ganti pada kadar 12-15mg/dL

Foto terapi pada kadar 10- 12mg/dL

Transfusi ganti pada kadar

(18)

1

2000-2500

>2500

2 15-18mg/dL

Foto terapi pada kadar 13- 15mg/dL

Transfusi ganti pada kadar 18-20mg/dL

Foto terapi pada kadar 12- 15mg/dL

Transfusi ganti pada kadar 18-20mg/dL

Sumber : Hidayat 2008

3) Bayi dengan penyakit hemolitik a) Ketidak sesuaian resus

Foto terapi dilakukan segera mungkin. Transfusi ganti, jika kadar bilirubin diperkirakan akan mencapai 20mg/dl.

b) Inkombilititas ABO

Foto terapi: Jika kadar bilirubin 10mg/dL pada usia 12 jam,12mg/dL pada usia 18jam, 14mg/dL pada usia 24 jam, dan 15mg/dL pada setiap waktu. Transfusi ganti jika kadar bilirubin 20mg/dL.

c) Indikasi foto terapi profilaksis

(1) Bayi kecil (BB,1.500 g ) yang cenderung berlanjut bilirubin yang patologis

(2) Bayi prematur dengan memar yang hebat

(19)

(3) Bayi dengan proses hemolisis sementara menunggu transfusi ganti.

Tabel 2.5 Penyulit tarapi sinar

Kelainan Mekanisme yang

mungkin terjadi

1 2

Bronze baby syndrom

Diare Hemolisis Dehidrasi

Ruam kulit

Berkurangnya ekskeresi hepatik photoproduct bilirubin

Bilirubin indirec menghambat laktase

Fotosensitifitas mengganggu sirkulasi eritrosit

Bertambahnya insesible water loss menyerap energi foton

Gangguan fotosensitisasi terhadap sel mast kulit dengan pelepasan histamin Sumber: Prawiroharjo 2010

(20)

PATHWAY

Penyebab & gejala ikterik

Parahepatik Pascahepatik Hepatoseluler

Infeksi,kelainan Kulit dan sklera Kerusakan hati

Sel drah merah berwarna kuning, Feses berwarna putih Keabu-abuan

Ikterus secara klinis (+) Periksa bilirubin serum

Bilirubin ≥ 12 mg/dL Bilirubin ≤ 12mg/dL

Tes coom Observasi

(+) (-)

Periksa Bilirubin direc antibodi

Rh, ABO,kell,dll

≥ 2mgdL kemungkinan < 2 mg/dl Hepatitis, TORCH,

sepsis, obstruksi, Ht

Billiaris,dll

Normal / ↓ ↑

(Polistemia) Morfologi eritrosit

retikulosit

Abnormal: Normal:

Ketidak cocokan ABO ASI, Perdarahan interna Sferositosis obat Hipotiroid, Asfiksia (misal: penisilin) obat ( misal:novobiosin)

Sumber:

Garna,2005 Nany 2010

(21)

B. Teori Manajemen Kebidanan 1. anajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi ( Muslihatun Wafi Nur, dkk., 2009: 112).

2. Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab bidan memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau masalah di bidang kesehatan ibu pada masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi, setelah lahir serta keluarga berencana ( Muslihatun Wafi Nur, dkk., 2009:

113).

3. Proses Manajemen Kebidanan Menurut Helen Varney

Varney menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal tahun 1970an. Proses ini memperkenalkan sebuah metode dengan pengorganisasian, pemikiran dan tindakan – tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan ( Muslihatun Wafi Nur, dkk., 2009:

113).

(22)

Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan dari setiap langkah disempurnakan secara periodik.

Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun.

Akan tetapi, setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi langkah – langkah yang lebih rinci dan ini berubah sesuai dengan kebutuhan klien. Langkah – langkah tersebut adalah sebagai berikut :

a. Langkah I. Pengumpulan Data Dasar

Merupakan langkah awal dan manajemen kebidanan, langkah yang merupakan kemampuan intelektual dalam mengidentifiksi masalah ibu, Pada tahap ini merupakan dasar langkah selanjutnya. Kegiatan yang dilaksanakan dalam langkah identifikasi data dasar meliputi pengumpulan data, menggali data atau informasi baik ibu, keluarga, maupun tim kesehatan lainnya atau data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan pada pencatatan dokumen medik.

Hal-hal yang dilakukan dalam pengumpulan data : 1) Data Subyektif

a) Biodata

(23)

(1) Nama

Untuk lebih mengenal pasien agar tercipta keakraban yang dapat membantu dalam mengembangkan hubungan interpersonal.

(2) Umur

Untuk mendeteksi hubungan umur dengan penyulit saat ini.

(3) Agama

Untuk mengetahui keyakinan serta cara pandang agama yang di anutnya.

(4) Suku/ bangsa

Untuk mengetahui sosial budaya dan adat istiadat untuk memperoleh gambaran tentang budaya yang di anut pasien apakah bertentangan atau mendukung pola- pola kesehatan.

(5) Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat intelektual, karena pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang, serta mempermudah kita untuk berkomunikasi dengan klien.

(6) Pekerjaan

Untuk memperoleh gambaran tentang sosial ekonomi.

(24)

(7) Alamat

Untuk mengetahui daerah lingkungan tempat tinggal ibu, karena lingkungan sangat berpengaruh terhadap kesehatan ibu.

(8) Identitas penanggung jawab

Untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab terhadap pasien termasuk biaya perawatan.

b) Keluhan utama

Keluhan utama ditujukan untuk menggali tanda atau gejala yang berkaitan dengan ikterik. Tanda dan gejala yang dikeluhkan pasien.

c) Riwayat kesehatan (1) Keluarga

Berkaitan dengan penyakit keluarga yang dikaji : penyakit jantung, asma, hipertensi, alergi, DM untuk mengetahui apakah keluarga mempunyai riwayat yang berkaitan dengan ikterik.

(2) Pasien

Dikaji mengenai kesehatan dahulu dan sekarang.

Riwayat kesehatan dahulu ditujukan pada pengkajian penyakit yang diderita pasien yang berkaitan dengan partus macet.

(25)

d) Riwayat obstetri (1) Riwayat KB

Untuk mengetahui alat kontrasepsi yang digunakan sebelumnya, untuk mengetahui alasan melepas alat kontrasepsi, untuk mengetahui rencana alat kontrasepsi yang akan digunakan, dan untuk mengetahui alasan menggunakan alat kontrasepsi.

(2) Riwayat perkawinan

Dikaji umur ibu dan suami saat menikah, berapa kali, lama dan usia menikah. Hal ini untuk mengetahui infertilitas.

e) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari (1) Nutrisi

Perlu dikaji untuk mengetahui pola makan ibu supaya kita mendapatkan gambaran bagaimana pasien dalam mencukupi asupan gizinya secara kualitas dan kuantitas.

(2) Eliminasi

kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, dan jumlah. Perlu dikaji untuk mengetahui pola eliminasi klien berdasarkan buang air besar melalui frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau.

(26)

(3) Istirahat

Perlu dikaji pola istirahat dan tidur klien, berapa jam klien tidur, dan klien dianjurkan cukup istirahat.

(4) Personal hygiene

Perlu dikaji karena bagaimanapun juga hal ini akan mempengaruhi kesehatan ibu, terutama kebersihan genetalianya.

(5) Aktivitas

Dikaji untuk mengetahui aktifitas klien.

(6) Data psikososiokultural

Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap dirinya.

2) Data Objektif a) Keadaan umum

Untuk mengetahui keadaan pasien secara umum.

b) Kesadaran

Untuk mengetahui seberapa tingkat kesadaran pasien saat dilakukan pemeriksaan ataupun tindakan.

c) Pemeriksaan umum

Untuk mengetahui tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, dan suhu.

(27)

d) Pemeriksaan fisik

Dikaji dari ujung kepala hingga kaki, untuk mengetahui adanya kelainan yang diderita pasien.

e) Pemeriksaan khusus

Untuk mengetahui keadaan bagian dalam tubuh pasien dengan cara inspeksi (melihat), palpasi (meraba), auskultasi (mendengarkan).

f) Pemeriksaan Penunjang

Didapat dari hasil pemeriksaan oleh bagian laboratorium, rontgen dan lain-lain.

b. Langkah II. Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atau dasar data – data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik. Diagnosis kebidanan, yaitu diagnosis yang ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama) diagnosis kebidanan. Standar nomenklatur diagnosis kebidanan tersebut adalah :

1) Diakui dan telah disyahkan oleh profesi.

2) Berhubungan langsung dengan praktis kebidanan.

(28)

3) Memiliki cirri khas kebidanan.

4) Didukung oleh clinical judgenment dalam praktek kebidanan.

Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan ( Muslihatun Wafi Nur, dkk., 2009: 115).

c. Langkah III. Mengidentifikasikan Diagnosis atau masalah potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap – siap bila diagnosis atau masalah potensial ini benar – benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman

( Muslihatun Wafi Nur, dkk, 2009: 115).

d. Langkah IV. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera

Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnose dan masalah ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi, dan melakukan rujukan

( Wildan Moh dan Hidayat Aziz Alimum, 2008: 38).

e. Langkah V. merencanakan asuhan secara menyeluruh

(29)

Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan, diperlukan perencanaan secara menyeluruh terhadap masalah dan diagnosis yang ada. Dalam proses perencanaan asuhan secara menyeluruh juga dilakukan indetifikasi beberapa data yang tidak lengkap agar perlaksanaan secara menyeluruh dapat berhasil ( Wildan Moh dan Hidayat Aziz Alimum, 2008: 38).

f. Langkah VI. Pelaksanaan perencanaan

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya, baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. ( Wildan Moh dan Hidayat Aziz Alimum, 2008: 38).

g. Langkah VII. Evaluasi

Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan secara terus – menerus untuk meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien ( Wildan Moh, dkk., 2008: 38).

4. Metode Pendokumentasian SOAP

Alasan catatan SOAP sering digunakan untuk dokumentasi menurut Jannah (2011; 48-49) yaitu:

(30)

a. Pendokumentasian dengan metode SOAP berupa kemajuan informasi yang sistematis yang mengorganisasi penemuan kesimpulan sehingga terwujud rencana asuhan.

b. Metode ini merupakan penyaringan proses penatalaksanaan kebidanan untuk tujuan penyediaan dan pendokumentasian asuhan.

c. Metode SOAP dapat membantu mengorganisasi pikiran sehingga dapat memberikan asuhan secara menyeluruh.

d. SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan tertulis. Metode pendokumentasian SOAP yaitu:

1) Subjective (S)

Subjektif menggambarkan dokumentasi hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis sebagai langkah I Varney.

2) Objektive (O)

Objektif menggambarkan dokumentasi hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium, dan uji diagnostik lain dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.

3) Assassment (A)

Assessment menggambarkan dokumentasi hasil analisis dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi.

(31)

a) Diagnosis/ masalah.

b) Antisipasi diagnosis/ kemungkinan masalah.

c) Perlu tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/

kolaborasi, dan atau perujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4 varney.

4) Plenning (P)

Planning menggambarkan dokumentasi tingkatan (I) dan evaluasi perencanaan (E) berdasarkan pengkajian langkah 5, 6, dan 7 Varney.

(32)

KONSEP ASUHAN KEBIDANAN

PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN IKTERIK

A. Langkah-langkah manajemen kebidanan

1. Langkah I ( pertama ) : pengumpulan data dasar

Mengumpulkan data adalah menghimpun informasi tentang klien/ orang yang meminta asuhan. Memilih informasi data yang tepat diperlukan analisa suatu situasi yang menyangkut manusia yang rumit karena sifat manusia yang komplek. (Mufdlilah, 2012;110)

a. Data subyektif 1) Identitas pasien

a) Nama bayi

Dikaji untuk mengetahui nama lengkap pasien b) Umur/ tanggal lahir

Dikaji untuk mengetahui apakah pasien dalam usia neonatal yaitu bayi baru lahir berusia 0-7 hari.

c) Jenis kelamin

Dikaji untuk mengetahui jenis kelamin.

2) Identitas penanggung jawab a) Nama

Dikaji untuk mengetahui nama lengkap, Mengkaji nama pasien untuk mengetahui identitas pasien dan

(33)

nama suami sebagai orang yang bertanggung jawab atas pasien.

b) Umur

Dikaji untuk mengetahui usia dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun maka alat reproduksinya belum matang, mental dan psikisnya belum siap.

c) Jenis kelamin

Dikaji untuk mengetahui apakah jenis kelamin.

d) Suku/ Bangsa

Dikaji untuk mengetahui adat-istiadat yang mungkin mempengaruhi status kesehatan bayi dan perawatan pada bayi baru lahir dengan ikterik

d) Agama

Dikaji untuk megetahui keyakinan dan kepercayaan keluarga untuk memepermudah memberikan dukungan psikologi pada keluarga sesuai dengan keyakinan keluarga.

e) Pendidikan

Dikaji untuk mengetahui tingkat pendidikan ibu bayi sehingga bidan dapat memberikan konseling bayi baru lahir dengan ikterik sesuai dengan tingkat pengetahuan ibu pasien.

(34)

f) Pekerjaan

Dikaji untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi keluarga, karena hal ini berpengaruh dalam status gizi bayi.

g) Alamat

Dikaji untuk mengetahui jarak rumah pasien ke tempat pelayanan kesehatan terdekat dan untuk mempermudah kunjungan rumah, bila diperlukan.

3) Keluhan utama pada bayi

Dikaji untuk mengetahui keluhan yang dialami oleh pasien pada saat datang ke tempat pelayanan kesehatan. Pada bayi ikterik patologi biasanya terjadi pada 24 jam pertama, biasanya bayi malas menyusu tidak mau menghisap, lemas, bayi tampak kuning terutama didaerah wajah dan sklera.

4) Riwayat kehamilan, a) Riwayat Antenatal

(1) Riwayat obsetri (ibu) :G...P..A (2) Keluhan yang dialami ibu

(a) TM 1 : Dikaji untuk mengetahui apakah pada kehamilan TM 1 ibu ada keluhan apa tidak dan biasanya pada trimester awal ibu merasakan mual.

(35)

(b) TM 2: Dikaji untuk mengetahui apakah pada kehamilan TM 2 ibu ada keluhan apa tidak.

(c) TM 3 : Dikaji untuk mengetahui apakah pada kehamilan TM 3 ibu ada keluhan apa tidak.

(3) Kejadian waktu hamil : Dikaji untuk mengetahui apakah pada kehamilanya ibu mengalami kejadian yang mengganggu kehamilanya apa tidak.

(4) Riwayat Penyakit : Dikaji untuk mengetahui apakah ibu mempunyai riwayat penyakit menular atau penyakit keturunan atau tidak. Biasanya pada kasus ikterik ibu mempunyai penyakit hepatitis, DM atau mempunyai riwayat penyakit turunan seperti penyakit hemolitik.

(36)

b) Kebiasaan waktu hamil

(1) Makan : Dikaji untuk mengetahui pola makan ibu supaya kita mendapatkan gambaran bagaimana pasien dalam mencukupi asupan gizinya suara kualitas dan kuantitas.

(2) Obat/ Jamu : Dikaji untuk mengetahui apakah selama kehamilan ibu mengonsumsi jamu atau tidak dan jika ibu mengkonsumsi jamu maka cairan ketuban akan keruh dan akan berdampak ke bayinya yaitu terjadi asfiksia.

(3) Merokok : Dikaji untuk mengetahui apakah selama kehamilan ibu mengonsumsi rokok atau tidak dan jika ibu mengkonsumsi rokok maka akan berdampak ke bayinya.

c) Komplikasi

(1) Ibu : Dikaji untuk mengetahui apakah selama kehamilan ibu ada komplikasi atau tidak.

(2) Bayi : Dikaji untuk mengetahui apakah bayi ada komplikasi atau tidak.

(37)

5) Riwayat persalinan a) Ketuban

Dikaji untuk mengetahui apakah selama proses persalinan ketuban sudah pecah sebelum pembukaan lengkap, dikaji ketuban pecah jam berapa, warna jernih atau dengan mekonium, jumlah berapa, bagaimana proses kelahiran normal atau dengan trauma lahir dan ditolong oleh tenaga kesehatan atau ditolong oleh dukun. Karena kelahiran dengan trauma lahir beresiko bayi untuk ikterik.

6) Riwayat Posnatal a) Nilai APGAR

Dikaji untuk mengetahui nilai APGAR SCORE pada bayi baru lahir, hal ini dikaji karena pada bayi ikterik dengan persalinan tindakan biasanya terjadi asfiksi maka perlu adanya penilaian ARGAR SCORE untuk menentukan apakah bayi mengalami asfiksi ringan, sedang, atau berat.

Tabel 2.6 APGAR SCORE

No Aspek yang dinilai 1 menit 2 menit 10 menit 120 menit

0 1 2 3 4 5

1 Denyut Jantung 2 Usaha Nafas 3 Tonus Otot 4 Reflek 5 Warna Kulit

Jumlah

Sumber : prawiroharjo.2008

(38)

b) Kelainan bawaan (1) Resusitasi

Dikaji untuk mengetahui tahap resusitasi yaitu penghisapan, ambubag, massage jantung, rangsangan,

c) Pola pemenuhan sehari-hari

(1) Pola Nutrisi : Dikaji untuk mengetahui pola nutri bayi apakah bayi minum ASI atau susu formula, dan biasanya pada bayi dengan ikterik bayi malas menyusu dan tidak mau menghisap.

(2) Pola Eliminasi: Dikaji untuk mengetahui pola eliminasi biasanya meliputi frekuensi, warna, dan jumlah. Apakah bayi sudah BAB atau belum karena pada kasus bayi ikterik pengeluaran mekonium terlambat dan BAB berwarna putih keabu-abuan seperti dempul. Dan untuk BAK biasanya terjadi urin konsentrasi.

(3) Pola istirahat :Dikaji untuk mengetahui pola istirahat meliputi tidur pasien dan apakah bayi bisa tidur apa tidak dan biasanya pada bayi ikterik bayi susah tidur dan rewel.

(39)

(4) Pola aktivitas : Dikaji untuk mengetahui pola aktifitas bayi biasanya pada kasus bayi iktrik, bayi menangis lemas, gerak kurang aktif.

(5) Personal hygine: Perlu dikaji karena bagaimanapun juga hal ini akan mempengaruhi kesehatan bayi terutama kesehatanya

b. Data obyektif

1) Pemeriksaan umum a) Keadaan umum

Dikaji untuk mengetahui keadaan umum bayi apakah keadaan umum bayi baik atau tidak, dan biasanya bayi ikterik keadaan umumnya tampak lemas.

b) Vital Sign

S : Dikaji untuk mengetahui suhu bayi apakah normal atau tidak, dan biasanya pada bayi ikterik terjadi hopotermi dan terjadi pada ikterik dengan penyulit stadium 1 dan hipertermi terjadi pada ikterik dengan penyulit setadium 2.

N : Dikaji untuk mengetahui nadi bayi apakah terjadi brakikardi atau takikardi.

RR : Dikaji untuk mengetahui pernafasan bayi apakah normal apa tidak.

(40)

c) Antropometri

Dikaji untuk mengetahui berat badan bayi, panjang badan, LILA, lingkar dada, lingkar kepala. Dan biasanya pada bayi ikterik disertai dengan berat badan bayi lahir rendah atau bayi prematur.

2) Pemeriksaan fisik a) Kepala

Dikaji untuk mengetahui bentuk kepala mesosepal, kulit kepala bersih dan Tampak ikterik.

b) Muka

Dikaji untuk mengetahui apakah oedem apa tidak, Pucat dan tampak ikterik.

c) Mata

Dikaji untuk mengetahui apakah konjungtiva anemis atau tidak, sklera ikterik.

d) Hidung

Dikaji untuk menentukan simetris atau tidak, bersih dan tidak ada sekret.

e) Telinga

Dikaji untuk mengetahui ada penumpukan serumen atau tidak.

f) Mulut

Dikaji untuk mengetahui sianosis atau tidak, terdapat labio palatosytis atau tidak.

(41)

g) Leher

Dikaji untuk mengetahui ada pembesaran limfe atau tidak, tampak ikterik.

h) Dada

Dikaji untuk mengetahui simetris atau tidak, ada pengeluaran atau tidak, bentuk normal atau tidak, dan tampak ikterik.

i) Ketiak

Dikaji untuk mengetahui getah masa atau tidak ada pembesar getah bening apa tidak.

j) Abdomen

Dikaji untuk mengetahui simetris atau tidak, pemeriksaan inspeksi dapat dilihat warna kulit sama dengan permukaan tubuh yang lain, tampak ikterik, kelembaban baik, tampak cembung, tidak tampak lesi .biasanya pada kasus ikterik tampak ikterik.

k) Genetalia

Dikaji untuk mengetahui labia mayora sudah menutupi labia minora, testis sudah turun atau tidak.

l) Ekstremitas

(1) Ekstermitas atas

Dikaji untuk mengetahui simetris atau tidak, akral dingin atau tidak, biasanya pada bayi ikterik kulit kering, tonus otot rendah dan tidak ada gerakan (Latergi).

(42)

(2) Ekstermitas bawah

Dikaji untuk mengetahui simetris atau tidak, akral dingin atau tidak, biasanya pada bayi ikterik kulit kering, tonus otot rendah dan tidak ada gerakan (Latergi).

m) Anus

Dikaji untuk mengetahui terbuka dan melihat pengeluaran feses biasanya pada bayi ikterik mekonium berwarna putih keabu- abuan dan liat seperti dempul.

3) Reflek a) Rooting

Dikaji untuk mengetahui cara mencari puting dan biasanya pada bayi ikterik reflek rooting kurang.

b) Sucking

Dikaji untuk mengetahui cara menghisap puting dan biasanya pada bayi ikterik reflek sucking kurang.

c) Moro

Dikaji untuk mengetahui reflek memeluk dan biasanya pada bayi ikterik reflek moro jelek.

d) Tonik Neck

Dikaji untuk mengetahui reflek menoleh kekanan dan kekiri dan biasanya pada bayi ikterik reflek tonik neck kurang.

(43)

e) Walking

Dikaji untuk mengetahui reflek berjalan atau menggerakan kaki dan biasanya pada bayi ikterik reflek walking kurang.

f) Graping

Dikaji untuk mengetahui reflek menggenggam dan biasanya pada bayi ikterik reflek graping kurang.

4) Pemeriksaan penunjang

Melakukan pemeriksaan ikterik dengan menggunakan rumus kremer dan melakukan pemeriksaan kadar bilirubin darah untuk menentukan kadar bilirubin dan biasanya pada bayi cukup bulan kadar bilirubin 10 mg% dan pada neonatus kurang bulan kadar bilirubin 12,5 mg%, dan dilakukan setiap hari untuk memantau kadar bilirubin, biasanya bayi ikterik mengalami peningkatan kadar bilirubin melebihi 5mg% perhari. Dan apabila bayi tampak kuning dilakukan pemeriksaan kadar bilirubin serum.

5) Kebutuhan Segera

Pemberian foto terapi dan transfusi tukar dengan kolaborasi dengan dokter.

2. Langkah II (kedua) : Interpretasi data dasar a. Diagnosa Kebidanan

By. … Umur … Jam...Jenis kelamin... dengan ikterik patologi.

(44)

DS :

Keluhan utama :

Ibu mengatakan bayinya lemas tidak mau menyusu, mata dan wajah tampak kuning sejak 24 jam pertama.

DO :

1) Pemeriksaan fisik

Kepala : ikterik.

Muka : tampak kuning.

Mulut : Sianosis.

Mata : sklera ikterik, mata berputar.

Leher : ikterik dan kaku.

Dada : ikterik.

Perut : ikterik.

Ekstermitas : ikterik.

Terdapat pengeluaran feses berupa putih keabu-abuan liat seperti dempul.

3. Langkah III (ketiga): mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial.

a. Diagnosa Potensial

Kern ikterus atau kerusakan otak

4. Langkah IV ( keempat): mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera.

a. Kebutuhan Segera

(45)

Kolaborasi dengan Petugas laboratorium untuk mengecek kadar bilirubin dan kolaborasi dengan dokter untuk penanganan ikterik patologi.

5. Langkah V (kelima) : a. Planning

Tanggal :

Jam :

1) Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital.

2) Beritahu ibu dan keluarga mengenai keadaan bayinya saat ini bahwa bayinya mengalami ikterik patologi.

3) Anjurkan ibu untuk memberikan ASI secara adekuat.

4) Anjurkan ibu untuk mengisi inform consen sebagai persetujuan bahwa bayi ibu akan dilakukan foto terapi dan transfusi tukar.

5) Anjurkan ibu bahwa bayi nya akan diperiksa kadar darahnya untuk mengetahui berapa kadar bilirubinya.

6) Beritahu ibu bahwa bayinya akan dilakukan foto terapi untuk mencegah terjadinya kekurangan volume cairan dengan mempertahankan intek cairan dengan menyediakan cairan peroral atau cairan parentral, memonitor pada aut put diantaranya jumlah urin, warna dan buang air besar, mengkaji status hidrasinya.

7) Beritahu ibu efek dari foto terapi kulit bayi menjadi kering, iritasi pada mata untuk mengatasi tersebut maka mata bayi harus ditutup dengan kain yang tidak tembus cahaya, mengatur posisi setiap 6 Jam, menjaga integritas kulit selama terapi.

(46)

8) Beritahu ibu bahwa bayinya akan dilakukan terapi transfusi tukar yaitu untuk mengeluarkan darah yang tidak sesuai atau patologis dengan tujuan mencegah peningkatan kadar bilirubin dalam darah.

9) Beritahu ibu bahwa bayinya akan dilakukan pemeriksaan kadar bilirubin setiap 8 jam atau sekurang-kurangnya sekali dalam 24 jam.

10) Beritahu ibu prosedur foto terapi yaitu dilakukan 3x dalam 24 jam dengan jarak bayi dengan lampu lebih 40 cm, posisi sebaiknya diubah setiap 6 jam sekali, lakukan pengukuran suhu setiap 4-6 jam, periksa kadar bilirubin setiap 8 jam atau sekurang kurangnya sekali dalam 24 jam.

6. Langkah VI (keenam) : a. Pelaksanaan

Tanggal :

Jam :

1) Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital.

KU :

N :

RR :

S :

2) Memberitahu ibu dan keluarga bahwa kondisi bayinya saat ini mengalami ikterik patologi maka bayi ibu harus dirawat di Rumah

(47)

sakit untuk mendapatkan perawatan yang intensif yaitu pemberian foto terapi dan transfusi tukar.

3) Memberitahu ibu untuk memberikan ASI secara adekuat atau sesering mungkin karena bayi dengan ikterik biasanya malas untuk menyusu sehingga pemenuhan nutrisi tercukupi.

4) Memberitahu ibu untuk mengisi inform consen sebagai persetujuan bahwa bayi ibu akan dilakukan foto terapi dan transfusi tukar.

5) Memberitahu ibu bahwa bayi nya akan diperiksa kadar darahnya untuk mengetahui berapa kadar bilirubinya.

6) Memberitahu ibu bahwa bayinya akan dilakukan foto terapi untuk mencegah terjadinya kekurangan volume cairan dengan mempertahankan intek cairan dengan menyediakan cairan peroral atau cairan parentral, memonitor pada aut put diantaranya jumlah urin, warna dan buang air besar, mengkaji setatus hidrasinya.

7) Memberitahu ibu efek dari foto terapi kulit bayi menjadi kering, iritasi pada mata untuk mengatasi tersebut maka mata bayi harus ditutup dengan kain yang tidak tembus cahaya, mengatur posisi setiap 6 Jam, menjaga integritas kulit selama terapi.

8) Memberitahu ibu bahwa bayinya akan dilakukan terapi transfusi tukar yaitu untuk mengeluarkan darah yang tidak sesuai atau patologis dengan tujuan mencegah peningkatan kadar bilirubin dalam darah.

(48)

9) Memberitahu ibu bahwa bayinya akan dilakukan pemeriksaan kadar bilirubin setiap 8 jam atau sekurang-kurangnya sekali dalam 24 jam.

10) Memberitahu ibu prosedur foto terapi yaitu dilakukan 3x dalam 24 jam dengan jarak bayi dengan lampu lebih 40 cm, posisi sebaiknya diubah setiap 6 jam sekali, lakukan pengukuran suhu setiap 4-6 jam, periksa kadar bilirubin setiap 8 jam atau sekurang kurangnya sekali dalam 24 jam.

7. Langkah VII ( ketujuh) : Evaluasi a. Evaluasi

Tanggal :

Jam :

1) Telah dilakukan observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital.

2) Ibu dan keluarga sudah mengetahui keadaan bayinya saat ini bahwa bayinya mengalami ikterik patologi.

3) Ibu untuk memberikan ASI secara adekuat.

4) Ibu bersedia untuk mengisi inform consen sebagai persetujuan bahwa bayi ibu akan dilakukan foto terapi dan transfusi tukar.

5) Ibu sudah mengetahui bahwa bayi nya akan diperiksa kadar darahnya untuk mengetahui berapa kadar bilirubinya.

6) Ibu sudah mengetahui bahwa bayinya akan dilakukan foto terapi untuk mencegah terjadinya kekurangan volume cairan dengan

(49)

mempertahankan intek cairan dengan menyediakan cairan peroral atau cairan parentral, memonitor pada autput diantaranya jumlah urin, warna dan buang air besar, mengkaji setatus hidrasinya.

7) Ibu sudah mengetahui efek dari foto terapi kulit bayi menjadi kering, iritasi pada mata untuk mengatasi tersebut maka mata bayi harus ditutup dengan kain yang tidak tembus cahaya, mengatur posisi setiap 6 Jam, menjaga integritas kulit selama terapi.

8) Ibu sudah mengetahui bahwa bayinya akan dilakukan transfusi tukar yaitu untuk mengeluarkan darah yang tidak sesuai atau patologis dengan tujuan mencegah peningkatan kadar bilirubin dalam darah.

9) Ibu sudah tau bahwa bayinya akan dilakukan pemeriksaan kadar bilirubin setiap 8 jam atau sekurang-kurangnya sekali dalam 24 jam.

10) Ibu sudah tau prosedur foto terapi yaitu dilakukan 3x dalam 24 jam dengan jarak bayi dengan lampu lebih 40 cm, posisi sebaiknya diubah setiap 6 jam sekali, lakukan pengukuran suhu setiap 4-6 jam, periksa kadar bilirubin setiap 8 jam atau sekurang kurangnya sekali dalam 24 jam.

(50)

D. Teori Hukum Kewenangan Bidan

1. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:

a. Pasal 11

1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak, dan anak pra sekolah

2) Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk:

3) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termaksud resusitasi, pencegahan hipotermi, IMD, injeksi vit K1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal, dan perawatan tali pusat.

Misalnya: Perawatan bayi baru lahir dengan Ikterik fisiologis

4) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dengan merujuk.

5) Penanganan kegawat daruratan, dilanjutkan dengan merujuk.

Misal: Asfiksi, BBLR, ikterik dll

a) Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah.

b) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak prasekolah.

(51)

c) Pemberian konseling dan penyuluhan.

d) Pemberian surat keterangan kelahiran dan kematian.

2. Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor 369/Menkes/Kes/III/2007 tentang setandar profesi bidan meliputi:

b. Pelayanan Kebidanan

Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi, atau rujukan.

1) Layanan primer : Layanan bidan yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan. Misal penanganan fisiologis.

2) Layanan kolaborasi : Layanan yang diberikan oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatanya secara bersama atau sebagai salah satu dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.

3) Layanan rujukan : Layanan rujukan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat atau fasilitas pelayanan yang

(52)

kesehatan lain secara horisontal maupun vertikal atau meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayi.

Misal : Dalam kasus ikterik fisiologi bidan dapat memberikan pelayanan secara mandiri dengan memberikan terapi sinar matahari, namun jika kasusnya ikterik patologi pelayanan bidan yang diberikan adalah pelayanan rujukan, jika bidan di Rumah sakit maka pelayanan yang diberikan adalah pelayanana kolaborasi dengan dokter.

c. Falsafah kebidanan tentang Keyakinan fungsi profesi dan manfaat.

Mengupayakan kesejahteraan ibu dan bayinya, proses fisiologis harus dihargai, didukung dan dipertahankan. Bila timbul penyulit, dapat menggunakan teknologi tepat guna dan rujukan yang efektif, untuk memastikan kesejahteraan perempuan, janin atau bayi.

Misalnya: Bidan menangani kasus BBLR maka bidan tidak dapat mempertahankan pemberian asuhan yang lebih lanjut maka bidan harus merujuk kepelayanan yang lebih tinggi yaitu ke rumah sakit karena BBLR menjadi salah satu faktor resiko terjadinya ikterik patologi.

d. Asuhan bayi baru lahir

(53)

Kompetensi ke-6 bidan memberikan asuhan yang yang bermutu tinggi, komperhensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan.

1) Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus.

2) Kebutuhan dasar bayi baru lahir: kebersihan jalan nafas, perawatan tali pusat, kehangatan, nutrisi, “bonding &

attechmen”

3) Indikator pengkajian bayi baru lahir, misal dari APGAR.

4) Penampilan dan prilaku bayi baru lahir.

5) Tumbuh kembang yang normal pada bayi baru lahir selama 1 bulan.

6) Masalah yang lazim terjadi pada bayi baru lahir normal seperti : caput, molding, mongolian, spot, hemangioma.

7) Komplikasi yang lazim terjadi pada bayi baru lahir normal seperti: hypoglikemi, hypotermi, dehidrasi, diare dan infeksi, ikterus.

8) Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada bayi baru lahir sampai 1 bulan.

9) Keuntungan dan resiko imunisasi pada bayi.

10) Pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur.

11) Komplikasi tertentu bayi baru lahir, seperti trauma intracranial, fraktur clavikula, kematian mendadak, hematoma.

(54)

e. Ketrampilan tambahan

1) Melakukan tindakan pertolongan kegawatdaruratan pada bayi baru lahir, seperti kesulitan bernafas atau asfiksia, hypotermi, hipoglikemi, ikterik.

2) Memindahkan secara aman bayi baru lahir ke fasilitas kegawatdaruratan apabila dimungkinkan.

3) Memberikan dukungan kepada orang tua selamanya bayinya dalam perjalanan rujukan ke fasilitas perawatan kegawatdaruratan.

4) Melakukan Pengobatan sesuai kewenangan, kolaborasi, atau merujuk dengan cepat dan tepat sesuai dengan keadaan bayi.

f. Standar V : Tindakan

1) Ada format tindakan kebidanan dan evaluasi.

2) Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan rencana dan perkembangan klien.

3) Tindakan kebidanan sesuai dengan prosedur tetap dan wewenang bidan sesuai hasil kolaborasi.

g. Kewajiban bidan terhadap tugasnya

Setiap bidan berkewajiban memberikan pertolongan sesuai dengan kewenanganya dalam mengambil keputusan termaksud mengadakan konsultasi atau rujukan.

(55)

3. Standar Kebidanan

a. Standar Penanganan Kegawatan Obstetri Dan Neonatal (Ada 9 standar)

Di samping standar untuk pelayanan kebidanan dasar

( antenatal, persalinan dan nifas), di sini ditambahkan beberapa standar penanganan kegawatan obstetri-neonatal. Seperti telah dibahas sebelumnya bidan diharapkan mampu melakukan penanganan keadaan gawat darurat obstetric-neonatal tertentu untuk penyelamatan jiwa ibu dan bayi. Di bawah ini dipilih sepuluh keadaan gawat darurat obstetri-neonatal yang paling sering terjadi dan sering menjadi penyebab utama kematian ibu/bayi baru lahir.

Gambar

Gambar 2.1 Rumus kramer

Referensi

Dokumen terkait

berhukum dengan Kitabullah Al-Qur'an yang agung, Allah akan menimpakan kepada kalian azab seksaan tingkat ketiga dari-Nya, ianya adalah Allah membuatkan kalian berpecah-belah

Pada tabel tersebut juga terlihat jumlah likes yang paling sering diterima oleh post Three O Six berjumlah antara 101 sampai 125 likes per post, dan tema yang paling banyak

Meta konsep educability memungkinkan masyarakat (warga belajar) “fully able to take advantage of any available educational opportunities”, lebih giat mencari

Berdasarkan hasil penelitian hasil penilaian dari ahli aplikasi mendapatkan 65,3% yang termasuk dalam kategori baik dan hasil uji coba terhadap pimpinam dan

1. Kegiatan yang sudah tidak sesuai dengan kebijakan pemerintah pusat yakni sudah tidak adanya UN di Tahun 2021, maka kegiatan Penyediaan media pembelajaran untuk

Dengan perancangan video dokumenter ini, penulis menyampaikan informasi mengenai kekayaan alam yang dimiliki Indonesia salah satunya yang terletak di Kabupaten

. Den2a Den2an !rakt n !raktek dan di ek dan diskusi k skusi kelom! elom!ok !ese ok !eserta didi rta didik da!at m k da!at menera! enera!kan layo kan layout dan ut dan kom!osisi

Tujuan dari kuesioner ini adalah untuk memilih prioritas lokasi rencana alternatif pelabuhan Sukun berdasarkan kriteria dan sub kriteria yang sudah di tentukan