• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rebranding Gedung Keseniaan Rumentang Siang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rebranding Gedung Keseniaan Rumentang Siang."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Kristen Maranatha vii ABSTRAK

REBRANDING GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG

Oleh Moch. Iqbal NRP 0864179

Kota Bandung dikenal sebagai kota tempat kesenian tumbuh dan berkembang dengan pesat karena banyak seniman besar yang lahir dari kota ini. Di beberapa pelosok kota terdapat ruang-ruang kesenian yang menyajikan berbagai pertunjukan kesenian. Gedung Kesenian Rumentang Siang merupakan salah satu ruang kesenian sekaligus sebagai landmark di Bandung. Pada masa kejayaannya, Rumentang Siang menjadi panggung besar kesenian para seniman Sunda untuk berkarya selayaknya Panggung Broadway di New York. Namun Gedung Kesenian Rumentang Siang kini berada dalam kondisi yang tidak representatif.

Tujuan rebranding ini adalah untuk mengembalikan pamor Gedung Kesenian Rumentang Siang sebagai gedung pertunjukan terbaik di Bandung seperti pada masa keemasannya melalui perancangan rebranding yang menarik. Selain itu, untuk menjadikan Gedung Kesenian Rumentang Siang sebagai tujuan wisata seni di Kota Bandung dilakukan melalui perancangan promosi yang dapat menjangkau kalangan generasi muda.

Rebranding ini diimplementasikan dalam bentuk perancangan enviromental graphic, pembuatan corporate identity (logo dan stationery kit), serta promosi (website, media sosial, poster, dan gimmick).

(2)

ABSTRACT

REBRANDING RUMENTANG SIANG ARTS BUILDING

Submitted by Moch. Iqbal

0864179

Bandung is known as a city where art is growing and developing rapidly because many great artists born in this city. In some parts of Bandung, there are spaces of art that serves a variety of performing arts. Rumentang Siang Art Building is one of the art room as well as a landmark in Bandung. In its heyday, Rumentang Siang was a big stage for Sundanese artists to create their piece of work. However, along with the times Rumentang Siang is now poorly maintained and started to dim its luster.

This design goal is to restore the prestige of the Rumentang Siang Arts Building as the best theater in Bandung, like in the golden era of the 1980s through rebranding which can reinforce a positive image. In addition, through the rebranding Rumentang Siang can become a tourist arts destination in Bandung reaching the younger generation.

This rebranding is implemented in the form of enviromental graphic design, creation of corporate identity (logo and stationery kits), as well as the promotion (website, social media advertisements, posters, and gimmick) effectively and efficiently.

(3)

Universitas Kristen Maranatha ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

2.2 Tinjauan Tentang Pusat Kebudayaan ... 11

(4)

2.2.2 Fungsi Pusat Kebudayaan ... 11

3.1.1 Gedung Kesenian Rumentang Siang ... 22

3.1.2 Wawancara dengan Dr. Dingding Khaerudin ... 26

3.1.3 Wawancara dengan Pengelola Gedung Kesenian Rumentang Siang ... 27

3.1.4 Wawancara dengan Ketua Teater Sunda Kiwari ... 29

3.1.6 Wawancara dengan Anggota Teater Sunda Kiwari ... 30

3.2 Hasil Kuesioner ... 31

3.3 Tinjauan Karya Sejenis ... 38

3.3.1 Taman Ismail Marzuki ... 38

3.3.2 Broadway ... 40

3.4 Analisis Terhadap Permasalahan Data dan Fakta ... 42

3.5 Segmenting, Targeting, dan Positioning ... 43

3.6 Analisis SWOT ... 44

3.6.1 Analisis SWOT Gedung Kesenian Rumentang Siang ... 44

(5)

Universitas Kristen Maranatha xi

BAB IV: PEMECAHAN MASALAH ... 46

4.1 Konsep Komunikasi ... 46

4.2 Konsep Kreatif ... 47

4.3 Konsep Media ... 50

4.4 Hasil Karya ... 50

4.4.1 Logo Corporate Identity ... 50

4.4.2 Graphic Architecture ... 51

4.4.3 Graphic Standard Manual ... 52

4.4.4 Katalog ... 53

4.4.5 Brosur ... 54

4.4.6 Stationery Kit ... 54

4.4.7 Website ... 55

4.4.8 Media Sosial ... 57

4.4.9 Poster Awareness ... 59

4.4.10 Merchandise ... 61

4.5 Budgeting ... 63

BAB V: PENUTUP ... 65

5.1 Kesimpulan ... 65

5.2 Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Skema Perancangan ... 5

Gambar 3.1 Struktur Pengelolaan Gedung Kesenian Rumentang Siang ... 22

Gambar 3.2 Bagian Eksterior Gedung Kesenian Rumentang Siang ... 24

Gambar 3.3 Lobi Gedung Kesenian Rumentang Siang ... 24

Gambar 3.4 Ruang Pertunjukan Gedung Kesenian Rumentang Siang ... 25

Gambar 3.5 Logo Teater Sunda Kiwari ... 29

Gambar 3.6 Diagram informasi terkait ketertarikan akan seni pertunjukan .. 31

Gambar 3.7 Diagram informasi terkait alasan tidak menyukai seni pertunjukan ... 32

Gambar 3.8 Diagram informasi terkait seberapa sering responden menyaksikan pertunjukan seni ... 32

Gambar 3.9 Diagram informasi terkait sumber informasi pertunjukan seni ... 33

Gambar 3.10 Diagram informasi terkait ketertarikan akan seni pertunjukan ... 33

Gambar 3.11 Diagram informasi terkait jumlah gedung kesenian di Kota Bandung ... 34

Gambar 3.12 Diagram informasi terkait kondisi gedung-gedung Pertunjukan ... 34

Gambar 3.13 Diagram informasi terkait pengetahuan Gedung Kesenian Rumentang Siang ... 35

Gambar 3.14 Diagram informasi terkait kondisi Gedung Kesenian Rumentang Siang ... 35

Gambar 3.15 Diagram informasi terkait kepedulian pemerintah akan gedung pertunjukan ... 36

Gambar 3.16 Diagram informasi terkait ketertarikan akan gedung pertunjukan yang artistik ... 37

(7)

Universitas Kristen Maranatha xiii

Gambar 3.18 Diagram informasi terkait pendapat sebuah gedung

pertunjukan yang representatif ... 38

Gambar 3.19 Taman Ismail Marzuki ... 38

Gambar 3.20 Broadway ... 40

Gambar 4.1 Konsep Visual Gedung Kesenian Rumentang Siang ... 47

(8)

DAFTAR TABEL

(9)

Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia

dengan jumlah pulau 17.408 yang kaya akan sumber daya alam, budaya, kesenian, suku,

bahasa, dan agama. Oleh karena itu, Indonesia menjadi negara dengan tingkat

keanekaragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang tinggi. Kota Bandung

dikenal sebagai kota tempat kesenian tumbuh dan berkembang dengan pesat karena

banyak seniman besar yang lahir dari kota ini. Di beberapa pelosok kota terdapat

ruang-ruang kesenian yang menyajikan berbagai pertunjukan kesenian. Gedung Kesenian

Rumentang Siang merupakan salah satu ruang kesenian sekaligus sebagai landmark di

Bandung. Pada masa kejayaannya, Rumentang Siang menjadi panggung besar kesenian

para seniman Sunda untuk berkarya selayaknya Panggung Broadway di New York.

Gedung Kesenian Rumentang Siang berlokasi di Jalan Baranangsiang, Kosambi,

Bandung, Jawa Barat. Gedung ini dibangun pada tahun 1925 yang awalnya difungsikan

sebagai gedung bioskop bernama Rivoli Theater. Ketika Indonesia merdeka, namanya

diubah menjadi Bioskop Fajar. Kemudian pada tahun 1975, Gubernur Jawa Barat saat

itu, Solihin G.P, mengubah fungsinya menjadi gedung kesenian dengan nama

Rumentang Siang

(www.okezone.com/read/2014/03/20/528/958180/gedung-rumentang-siang-tempat-nongkrong-seniman).

Nama Rumentang Siang dicetuskan oleh seniman besar Sunda yakni Wahyu Wibisana.

Terdapat dua versi arti Rumentang Siang yakni: pertama, Rumentang Siang berarti

rentang-rentang siang dalam Bahasa Sunda yang memiliki makna kiasan menyambut

(10)

berarti jelas, yang kemudian dimaknai sebagai tempat bagi para seniman-seniman yang

semula namanya samar-samar dan datang dari berbagai daerah, namun dengan

keberadaan gedung kesenian ini para seniman tersebut dapat eksis dan karya-karyanya

dapat dinikmati oleh masyarakat luas (diunduh dari www.okezone.com 11 Januari 2015,

pukul 10.23 WIB).

1.2Permasalahan Dan Ruang Lingkup Masalah

Gedung Kesenian Rumentang Siang kini berada dalam kondisi yang tidak terawat. Sejak

tahun 2012, Rumentang Siang tidak lagi mendapatkan dana operasional dari pemerintah.

Padahal selama ini dana bantuan tersebut menjadi satu-satunya penopang bagi kegiatan

operasional perawatan Gedung Kesenian Rumentang Siang. Di lain pihak

seniman-seniman di Bandung, khususnya pelaku seni pertunjukan tradisional Sunda, tak punya

banyak pilihan lain untuk dapat berkarya di gedung tersebut karena hingga saat ini

Rumentang Siang menjadi satu-satunya sarana para seniman dapat terus aktif berkarya.

1.2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan ruang lingkup permasalahan yang diuraikan di atas, maka rumusan

masalah yang ada adalah:

a. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kesan Gedung

Kesenian Rumentang Siang yang dianggap kuno melalui keilmuan desain?

b. Upaya promosi seperti apakah yang perlu dilakukan untuk mengembalikan

pamor Gedung Kesenian Rumentang Siang yang sudah semakin ditinggalkan

oleh generasi muda?

1.2.2 Ruang Lingkup Masalah

Terdapat dua hal utama yang menjadi permasalahan pada perancangan ini. Pertama

adalah kondisi Gedung Kesenian Rumentang Siang sendiri yang terkesan kuno. Dan

yang kedua adalah kurangnya promosi guna menjangkau kalangan muda yang sudah

(11)

Universitas Kristen Maranatha 3 Maka dari itu, ruang lingkup perancangan dibatasi untuk perancangan rebranding

Gedung Kesenian Rumentang Siang guna mengembalikan citranya sebagai salah

satu gedung pertunjukan terbaik di Kota Bandung. Dan yang kedua melalui

perancangan promosi untuk menjadikan Gedung Kesenian Rumentang Siang sebagai

tujuan wisata seni di Kota Bandung.

Rebranding dan promosi Gedung Kesenian Rumentang Siang ditujukan pada target

generasi muda dengan rentang usia 15-25 tahun, tinggal di wilayah Kota Bandung,

memiliki ketertarikan akan bidang seni dan budaya.

1.3Tujuan Perancangan

Berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka diperoleh

tujuan yang ingin dicapai sebagai berikut:

a. Untuk mengembalikan pamor Gedung Kesenian Rumentang Siang sebagai

gedung pertunjukan terbaik di Bandung seperti pada masa keemasannya melalui

rebranding yang menarik.

b. Untuk menjadikan Gedung Kesenian Rumentang Siang sebagai tujuan wisata

seni di Kota Bandung dilakukan melalui perancangan promosi yang dapat

menjangkau kalangan generasi muda.

1.4Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

1.4.1 Sumber Data

Sumber data awal yang digunakan penulis untuk survey terkait perancangan dan

merumuskan latar belakang masalah ini adalah dari website tempo.co dan

okezone.com, dengan tautan sebagai berikut:

-

http://www.tempo.co/read/news/2013/05/22/113482525/Rencana-Renovasi-Rumentang-Siang-Ditolak-Pengelola.

-

(12)

Selain itu, penulis akan mengumpulkan sumber data/ informasi dari responden

terkait dengan proyek perancangan ini yaitu dari pihak Pemerintah Kota Bandung

melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, para budayawan dan seniman terkemuka

di Kota Bandung, pengelola Gedung Kesenian Rumentang Siang, dan beberapa

warga Bandung terkait dengan objek perancangan.

1.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan penulis adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Penulis akan melakukan observasi langsung dengan mendatangi Gedung

Kesenian Rumentang Siang.

2. Wawancara

Penulis akan melakukan wawancara kepada Pemerintah Kota Bandung

melalui dinas terkait, budayawan, seniman, dan warga Bandung.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka akan dilakukan untuk memperoleh data, informasi, dan berita

yang lebih akurat baik dari buku/ literatur, media massa, media cetak, dan

media digital/internet.

4. Kuesioner

Kuesioner akan disebarkan kepada warga Bandung dengan rentang usia

(13)

Universitas Kristen Maranatha 5 1.5 Skema Perancangan

Gambar 1.1 Skema Perancangan (Sumber: Data penulis, 2015)

Permasalahan

 Gedung Kesenian Rumentang Siang terkesan kuno sehingga ditinggalkan oleh para seniman, terutama generasi muda.

 Kurangnya sarana promosi dari pihak terkait mengenai objek wisata seni yang berada di Kota Bandung.

Target Market

 Kalangan remaja hingga dewasa muda (15-25 tahun).

 Pria dan wanita, tinggal di wilayah Kota Bandung, memiliki apresiasi terhadap seni pertunjukan dan seni budaya.

Tujuan Perancangan

 Mengembalikan pamor Gedung Kesenian Rumentang Siang sebagai gedung pertunjukan terbaik di Kota Bandung.

 Menjadikan Gedung Kesenian Rumentang Siang kembali menjadi objek wisata seni budaya.

Latar Belakang

Gedung Kesenian Rumentang Siang sebagai salah satu gedung kesenian di Kota Bandung yang eksistensinya terancam akibat kondisi fisik yang kurang terawat sehingga jarang digunakan untuk mengadakan pagelaran seni.

Konsep Kreatif

 Komunikasi: menggunakan gaya

penyampaian yang persuasif, informatif, dan atraktif.

Rebranding dan promosi Gedung Kesenian Rumentang Siang.

(14)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan riset dan pendalaman masalah, dapat disimpulkan bahwa Gedung

Kesenian Rumentang Siang memerlukan olahan grafis arsitektur dan promosi yang

menarik agar bisa menarik perhatian dan minat remaja hingga dewasa muda usia 15-25

tahun. Konsep rebranding yang diterapkan untuk Gedung Kesenian Rumentang Siang

harus memperhitungkan beberapa hal, di antaranya adalah: identitas Gedung Kesenian

Rumentang Siang yang terlanjur memiliki kesan kuno di mata masyarakat, serta target

rebranding ditujukan untuk laki-laki dan perempuan remaja hingga dewasa muda

berumur 15-25 tahun dengan kelas menengah yang memiliki apresiasi terhadap seni

pertunjukan. Oleh karena itu, rebranding Gedung Kesenian Rumentang Siang

menerapkan konsep eklektif yakni memadukan antara unsur tradisional dengan unsur

modern. Melalui rebranding ini diharapakan pamor Gedung Kesenian Rumentang Siang

bisa menjadi baik kembali seperti di masa lalu.

5.2 Saran

Rebranding Gedung Kesenian Rumentang Siang merupakan salah satu upaya untuk

memperbaiki imej dan menaikkan pamor supaya dapat dikenal kembali oleh masyarakat,

khususnya generasi muda di Kota Bandung.

Beberapa kendala yang ditemui pada saat perancangan dilakukan antara lain minimnya

dokumentasi dan arsip mengenai Gedung Kesenian Rumentang Siang. Sehingga data

yang diperoleh saat survey lapangan kurang dapat memenuhi target capaian yang

diharapkan. Adapun saran maupun masukan untuk melengkapi dan menyempurnakan

(15)

Universitas Kristen Maranatha 66 1. Konsep desain untuk Gedung Kesenian Rumentang Siang sebaiknya mampu

mengakomodasi berbagai kebutuhan kesenian yang ada, tidak hanya sebatas

untuk pertunjukan seni teater ataupun Budaya Sunda saja.

2. Visualisasi yang ada pada area panggung sebaiknya mempertimbangkan faktor

pencahayaan dalam gedung, misalnya pada saat terang, redup, hingga gelap

supaya fokus penonton tidak terganggu.

3. Perlu dipertimbangkan adanya pusat kebudayaan di dalam Gedung Kesenian

Rumentang Siang yang dapat mengakomodasi penjualan merchandise dari

Rumentang Siang maupun gimmick dari sponsor ketika diadakan suatu acara

pertunjukan.

4. Desain poster sebaiknya memiliki kesatuan dan kesinambungan tema supaya

tidak bermakna ganda/ ambigu pada saat dilakukan separasi dari elemen-elemen

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Literatur

Alma, Buschari. (2002). Pemasaran Jasa (edisi 4). Yogyakarta: BPFE.

Kottler, Philip & Waldemar Pfoertsch. (2008). B2B Brand Management. Jakarta: PT.

Bhuana Ilmu Populer.

Morgan, Pritchard & Pride. (2011). Destination Brands. United Kingdom: Routledge

Mudji, Sutrisno. (2005). Teori-Teori Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Sulastianto, Harry. (2006). Seni Budaya untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas. Jakarta:

Grafindo Media Pratama.

Tjiptono, Fandy. (2005). Brand Management & Strategy. Yogyakarta: ANDI.

Sumber Wawancara

Cece Raksa (Ketua Pengelola Gedung Rumentang Siang) dilakukan pada Senin, 16

Februari 2015, pukul 13.00 WIB.

Dadi Danusubrata (Ketua Teater Sunda Kiwari) dilakukan pada Sabtu, 21 Februari 2015,

pukul 15.30 WIB.

Dinding Khaerudin (Dosen Sastra Sunda, UPI sekaligus Dewan Penasihat Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat) dilakukan pada Rabu, 11 Februari 2015,

pukul 11.00 WIB.

Panji Dwi Januar. (Siswa SMA 18 Bandung sekaligus Anggota Teater Sunda Kiwari)

dilakukan pada Sabtu, 21 Februari 2015, pukul 16.30 WIB.

Sumber Online

http://amerika.panduanwisata.id/amerika-utara/amerika-serikat/new-york/berkeliling-di-broadway-theatre-new-york, diakses Senin, 15 Juni 2015, pukul 23.52 WIB.

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00165-DI%20Bab2001.pdf,

(17)

Universitas Kristen Maranatha 68

http://news.okezone.com/read/2014/03/20/528/958180/gedung-rumentang-siang-tempat-nongkrong-seniman, diakses Minggu, 11 Januari 2015, pukul 10.33 WIB.

Gambar

Gambar 1.1  Skema Perancangan

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan positif pada nilai akreditasi siswa dengan penggunaan media brosur dapat dipahami karena setiap tahunnya IPB mengirimkan brosur kepada sekolah-sekolah yang

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran cooperative learning tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam pembelajaran Proses Dasar

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Probolinggo Tahun 2006- 2010”. Skripsi ini disusun

350 relawan yang berasal dari berbagai instansi yang sudah bekerja keras dengan membawa nama baik. Yogyakarta telah tiba kembali di tengah-tengah masyarakat Jogja pada tanggal

Tabel 4.10 Klasifikasi Rata-Rata Variabel Kualitas kehidupan Kerja

→ Menjawab pertanyaan tentang materi Proses Pembuatan Peraturan Perundang- undangan Indonesia; Proses pembentukan Undang-Undang, Proses Penyusunan Peraturan Pemerintah

Maka dari itu urgensi permasalahan yang melandasi penelitian ini adalah perlunya diadakan suatu metode komputasi yang dapat mengatur denah meja ujian supaya tidak

atau diisolasi dibagi total jumlah pasien dirawat dalam satu satuan waktu kali 100%...