• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEBERADAAN INDUSTRI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA MASYARAKAT: Studi di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEBERADAAN INDUSTRI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA MASYARAKAT: Studi di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

IMAM NAWAWI, 2014

Pengaruh Keberadaan Industri Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Dan Budaya Masyarakat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH KEBERADAAN INDUSTRI TERHADAP KONDISI SOSIAL

EKONOMI DAN BUDAYA MASYARAKAT

(Studi di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Program Studi Pendidikan Sosiologi

Oleh

Imam Nawawi 1001839

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014

(2)

IMAM NAWAWI, 2014

Pengaruh Keberadaan Industri Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Dan Budaya Masyarakat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

EKONOMI DAN BUDAYA MASYARAKAT

(Studi di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung)

Oleh Imam Nawawi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

© Imam Nawawi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

IMAM NAWAWI, 2014

(4)

IMAM NAWAWI, 2014

Pengaruh Keberadaan Industri Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Dan Budaya Masyarakat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PENGARUH KEBERADAAN INDUSTRI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA MASYARAKAT

(Studi di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung)

Imam Nawawi 1001839

Pembangunan industri merupakan salah satu upaya manusia dalam meningkatkan kualitas hidupnya, salah satu tujuan dari pembangunan industri di antaranya untuk memperluas lapangan kerja, menunjang pemerataan pembangunan, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pembangunan industri di suatu daerah yang tentunya menimbulkan dampak positif maupun negatif bagi masyarakat. Dampak positifnya seperti penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat sedangkan dampak negatifnya seperti pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh industri. Dampak positif dan negatif dari keberadaan industri akan menimbulkan perubahan bagi masyarakat baik kondisi sosial ekonomi maupun kondisi budaya.

Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui seberapa besar pengaruh dari keberadaan industri terhadap kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Penelitian dilaksanakan di kawasan industri Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung dengan populasi sebanyak 5662 kepala keluarga dan sampel sebanyak 73 responden. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan campuran (mixed method) yaitu kuantitatif dan kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket tertutup kemudian hasil dari angket diperdalam dengan wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan keberadaan industri terhadap kondisi sosial ekonomi, dengan tingkat korelasi yang tinggi dari mata pencaharian, pendapatan, kesehatan, dan kepemilikan fasilitas hidup, sedangkan pendidikan berkorelasi rendah dengan keberadaan industri. Kemudian tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari keberadaan industri terhadap kondisi budaya. Kegiatan gotong royong masyarakat masih dijalankan dengan baik dan dilestarikan sampai sekarang serta tidak berubah meskipun adanya pembangunan industri di Desa Lagadar. Rekomendasi bagi penelitian ini di antaranya bagi pihak industri harus memperhatikan dampak negatif yang ditimbulkan bagi masyarakat dan lingkungan, dan pihak industri harus mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan sehingga tingkat pendidikan masyarakat dapat meningkat.

(5)

IMAM NAWAWI, 2014

Pengaruh Keberadaan Industri Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Dan Budaya Masyarakat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

EFFECT OF THE PRESENCE OF INDUSTRY CONDITIONS OF SOCIO ECONOMIC AND CULTURAL SOCIETY

(Studies in Rural Lagadar Margaasih District of Bandung Regency)

Imam Nawawi 1001839

Construction industry is one man's attempt to improve the quality of life, one of the goals of industrial development in them to expand employment, support equitable development, improving incomes and welfare of the community. This research is motivated by industrial development in an area which is of course positive and negative impacts for the community. Positive impacts such as employment and income generating while the negative impacts such as environmental pollution caused by the industry. Positive and negative effects of the presence of the industry will lead to a change for the good of society and the socio-economic conditions of the culture conditions.

The purpose of this study is to determine how much influence the existence of industries towards the socio-economic and cultural conditions of the community. Research carried out in the industrial area of the District Rural Lagadar Margaasih Bandung regency with a population of 5662 head of household and 73 samples of respondents. This study used a descriptive method with a mixed approach (mixed method) is quantitative and qualitative. Data collection techniques in this study using questionnaire covered subsequently deepened with the results of the questionnaire interview.

The results showed that there is a significant influence on the industry where socio-economic conditions, with a high degree of correlation of livelihood, income, health, and living facilities ownership, while lower education is correlated with the presence of industry. Then there is no significant effect of the presence of the condition of the culture industry. Activities of mutual aid societies still run and preserved until now and has not changed despite the absence of industrial development in the Village Lagadar. Recommendations for the study of which the industry should pay attention to the negative impacts for society and the environment, and the industry should conduct activities associated with education that can increase levels of public education.

(6)

IMAM NAWAWI, 2014

Pengaruh Keberadaan Industri Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Dan Budaya Masyarakat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang direncanakan

sebagai salah satu upaya manusia dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Begitu

pun dengan pembangunan secara nasional yang erat kaitannya dengan

kemampuan negara dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki baik dengan

menggunakan bantuan teknologi ataupun tanpa bantuan teknologi. Pembangunan

nasional pada hakikatnya bersifat multidimensi dengan melibatkan berbagai

sektor, seperti sektor pendidikan, pertanian, kesehatan, industri dan sebagainya.

Menurut Arsyad (1992, hlm. 31) bahwa, “Proses industrialisasi merupakan

satu jalur kegiatan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti

tingkat hidup yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih bermutu.” Sehingga

konsep pembangunan sering kali dikaitkan dengan proses industrialisasi. Salah

satu pembangunan nasional yang sedang mendapatkan perhatian pemerintah

adalah pembangunan di bidang ekonomi.

Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang mengupayakan

perkembangan ekonomi melalui industrialisasi. Sektor industri sering disebut juga

sebagai sektor pemimpin (leading sector), karena dengan pembangunan industri

akan memicu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainnya seperti sektor

jasa. Sehingga sektor industri dapat dikatakan sebagai tulang punggung

pembangunan nasional. Selain itu proses industrialisasi akan dapat menjadi

penggerak utama laju pertumbuhan ekonomi dan perluasan lapangan kerja. Di

Indonesia sektor industrialisasi diarahkan untuk mendorong peningkatan

kesempatan usaha, peningkatan investasi, pengembangan teknologi, peningkatan

pemanfaatan sumber daya ekonomi secara optimal sehingga menghasilkan produk

(7)

IMAM NAWAWI, 2014

Pengaruh Keberadaan Industri Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Dan Budaya Masyarakat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

Salah satu tujuan dari adanya pembangunan industri itu di antaranya untuk

memperluas lapangan kerja, menunjang pemerataan pembangunan sehingga

(8)

mandiri sehingga dapat membantu perekonomian negara. Sehingga pembangunan

industri diharapkan dapat membantu perkembangan ekonomi dan tentunya

pembangunan nasional, serta dapat mempercepat terciptanya kesejahteraan

masyarakat yang makmur, adil dan merata.

Akan tetapi keberadaan industri mempunyai pengaruh yang dapat

memberikan dampak dalam masyarakat, dampak yang dirasakan oleh masyarakat

bisa dalam berbagai bentuk yang berbeda, baik itu dampak positif maupun negatif

yang berujung pada perubahan. Perubahan yang terjadi biasanya meliputi bidang

sosial, ekonomi, politik dan budaya yang tidak dapat dipungkiri dan dihindari

bahwa dalam dinamika kehidupan perubahan senantiasa terjadi, baik dalam hal

kecil maupun besar dan perubahan dalam arti kemajuan atau sebuah kemunduran

akan tetap ada baik disadari maupun tidak.

Kehidupan manusia merupakan proses dari satu tahap hidup ke tahap

lainnya, dan perubahan sosial merupakan bagian dari gejala kehidupan sosial dan

merupakan gejala sosial yang normal. Garna (1992, hlm. 1) menjelaskan

mengenai perubahan sosial yaitu, “Perubahan yang menyangkut kehidupan

manusia, atau terkait dengan lingkungan kehidupannya yang berupa fisik, alam

dan sosial.” Kemudian Setiadi & Kolip (2011, hlm. 619) menjelaskan perubahan sosial berdasarkan Teori Siklus bahwa, “Perubahan sosial bagaikan roda yang

sedang berputar, yang artinya perputaran zaman merupakan sesuatu hal yang tidak

dapat dielak oleh siapa pun dan tidak dapat dikendalikan oleh siapa pun.”

Keberadaan industri di tengah masyarakat merupakan suatu perubahan

masyarakat menuju ke arah yang lebih maju dari tahapan sebelumnya.

Keberadaan industri dapat dikatakan sebagai salah satu ciri masyarakat modern,

sebagaimana diketahui dalam industri sudah adanya perkembangan dalam hal

teknologi. Selain itu keberadaan industri di tengah masyarakat merupakan salah

satu penyebab terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat.

Perubahan yang ditimbulkan dari adanya pembangunan industri dapat

menghasilkan dampak yang positif dan negatif. Dampak positif yang ditimbulkan

dari adanya pembangunan industri dilihat dari bidang ekonomi di antaranya

(9)

4

membutuhkan tenaga kerja dan biasanya masyarakat sekitar industri akan lebih

banyak kesempatan untuk terserap dan bekerja di sektor industri tersebut. Selain

itu dengan adanya industri di suatu wilayah akan membuka lapangan pekerjaan

lain seperti adanya warung makan dan penyewaan rumah atau kontrakan untuk

para pekerja dari luar wilayah tersebut dan harga jual tanah di sekitar kawasan

industri pun akan tinggi. Adanya pembangunan industri di suatu wilayah akan

memberikan perubahan yang amat berarti dalam struktur perekonomian

masyarakat.

Dampak positif bidang sosial dari keberadaan industri di antaranya

bertambah dan beragamnya mata pencaharian. Keberhasilan dari industri akan

menyebabkan sebagian besar anggota masyarakat menggantungkan mata

pencahariannya pada sektor industri, dengan demikian pengangguran akan

berkurang. Selain itu dampak positif dari adanya pembangunan industri jika

dilihat dari bidang atau segi budaya masyarakat di antaranya perubahan pola gaya

hidup yang positif seperti lebih menghargai waktu, masyarakat lebih berorientasi

ke depan, dan etos kerja tinggi, sebagaimana diketahui sebagian besar masyarakat

pinggiran mempunyai etos kerja yang rendah karena tidak adanya saingan.

Keberadaan industri selain membawa perubahan dan dampak yang positif

terhadap masyarakat maupun pekerja di sektor industri juga terdapat dampak

negatif yang ditimbulkan. Dampak negatif dari adanya industri jika dilihat dari

bidang sosial ekonomi seperti kehilangan mata pencaharian. Perubahan mata

pencaharian itu biasanya dari petani, karena sebagian besar industri dibangun di

suatu daerah yang menggusur banyak ladang pertanian sehingga masyarakat yang

bekerja sebagai petani menjadi kehilangan mata pencaharian seperti masyarakat

yang sudah tidak produktif dan tidak dapat bersaing untuk bekerja di sektor

industri, dan hal tersebut akan berpengaruh pada perekonomian masyarakat.

Selain itu, dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya pembangunan

industri yang banyak ditemui seperti pencemaran lingkungan, polusi udara, air

maupun tanah, meningkatnya migrasi dan bertambahnya penduduk serta

meningkatnya mobilitas penduduk yang menimbulkan keruwetan lalu lintas dan

(10)

biaya hidup meningkat terus. Dalam bidang budaya, keberadaan industri

berdampak negatif seperti melemah dan melunturnya budaya gotong royong

diakibatkan dari kesibukan dan banyaknya masyarakat yang menghabiskan waktu

di tempat kerja. Kesibukan itulah yang membuat masyarakat menjadi kurang

perhatian terhadap lingkungan sekitarnya yang menyebabkan melunturnya budaya

gotong royong.

Adanya kawasan industri memberikan banyak dampak positif maupun

negatif bagi masyarakat sekitar maupun lingkungan sekitar lokasi industri.

Pengaruh dari pembangunan industri yang positif dalam arti mendukung ke arah

kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat haruslah terus dikembangkan,

sedangkan pengaruh yang sifatnya negatif perlu dihindari dan diminimalisir.

Kabupaten Bandung merupakan salah satu wilayah industri yang terpenting

di Indonesia khususnya Jawa Barat, hal ini dimungkinkan karena Bandung

sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu kota terbesar di

Indonesia yang memiliki lokasi yang strategis untuk tumbuh dan berkembangnya

sektor industri. Membaiknya perekonomian nasional dan regional merupakan

salah satu faktor pendorong pertumbuhan sektor industri, hal ini terbukti dengan

peningkatan sektor industri di Kabupaten Bandung dari tahun ke tahun yang terus

meningkat dan keberadaannya terus dikembangkan. Berikut data pertumbuhan

industri di Kabupaten Bandung, yaitu:

Tabel 1.1.

Pertumbuhan Industri di Kabupaten Bandung Pada Tahun 2008-2010

No Jenis Industri 2008 2009 2010

1. Besar 109 141 152

2. Menengah 180 213 215

3. Kecil 331 368 374

Jumlah 620 722 741

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bandung Tahun 2011

http://www.bandungkab.go.id/arsip/2372/perdagangan-dan-perindustrian

Sektor industri di Kabupaten Bandung mempunyai kontribusi besar terhadap

(11)

6

atau pendapatan per kapita merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk

menggambarkan tingkat kemakmuran masyarakat secara makro. PDRB per kapita

Kabupaten Bandung pada tahun 2010 berdasarkan harga berlaku mencapai Rp.

12.856.303,00, angka ini meningkat 5,01% dibandingkan tahun 2008 yang

mencapai Rp 12.242.428,00.

http://www.bandungkab.go.id/arsip/2365/pdrb-perkapita.

Desa Lagadar merupakan kawasan industri yang berada di Kecamatan

Margaasih Kabupaten Bandung. Menurut Data Profil Desa dan Kelurahan

Lagadar tahun 2011 luas wilayah Desa Lagadar 319,90 ha/m² dengan jumlah

penduduk sebanyak 21.127 jiwa dan kepadatan penduduk 663 per km.

Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa daerah Lagadar merupakan

kawasan yang padat penduduk.

Desa Lagadar merupakan kawasan industri, banyak sekali pembangunan

industri di daerah tersebut. Menurut Profil Desa dan Kelurahan Lagadar tahun

2011 luas wilayah Desa Lagadar 319,90 ha/m² sebagian lahannya merupakan

kawasan industri dengan luas 11 ha/m². Data industri dalam skala besar yang

berada di Desa Lagadar adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2.

Data Industri Besar Desa Lagadar Tahun 2014

No Jenis Jumlah Unit

1. Industri Tekstil dan Garmen 8 2. Industri Material Bahan Bangunan 2

3. Industri Galian C (Batu) 3

4. Alat musik 1

Jumlah 14

Sumber: hasil pra penelitian Tahun 2014

Banyaknya industri dapat menyerap tenaga kerja yang cukup besar bagi

masyarakat, sebagaimana yang dikemukakan oleh Alfian (Syaifullah, 2009, hlm.

41) „dalam bidang sosial, peranan dominan industri dapat diperkirakan akan

menyebabkan terjadinya perubahan struktur sosial, dimana sebagian besar

(12)

tersebut terlihat dengan keberadaan industri di Desa Lagadar banyak menyerap

tenaga kerja, berdasarkan data Profil Desa dan Kelurahan tahun 2011 dari jumlah

penduduk sebesar 21127 warga, sekitar 4129 warga Desa Lagadar bekerja sebagai

karyawan perusahaan swasta atau bekerja pada sektor industri, hal tersebut

merupakan hal positif bagi masyarakat sekitar, khususnya dalam mata

pencaharian.

Akan tetapi kawasan industri di daerah Lagadar ini, berpotensi pula pada

masalah dan perubahan sosial, lingkungan, ekonomi maupun budaya di daerah

tersebut. Pengaruh industri terhadap kesehatan, berdasarkan Data Profil Desa dan

Kelurahan Lagadar tahun 2011 adanya pencemaran kualitas udara dari industri

yang bersumber dari pabrik (kapur, marmer dan lain-lain) dengan tiga jumlah

lokasi pencemar, yang berefek samping pada kesehatan khususnya pernapasan

dan ISPA. Selain pencemaran udara terdapat pencemaran suara dari perusahaan

tekstil yang mengeluarkan suara bising sehingga berdampak pada penduduk

dengan adanya penduduk yang mengalami tuna rungu. Hal tersebut merupakan

salah satu dampak negatif dari adanya pembangunan industri pada aspek sosial.

Dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya industri bagi kondisi ekonomi

di antaranya perubahan mata pencaharian dan daya serap tenaga kerja. Dalam arti

adanya industri yang didirikan di atas ladang pertanian atau persawahan yang

sebelumnya menjadi salah satu mata pencaharian masyarakat sekitar akan tetapi

dengan adanya pembangunan industri lahan mereka menjadi tergerus dan berubah

sehingga masyarakat yang sudah tua dan tidak produktif bekerja serta tidak

tersaring oleh adanya industri mengalami kerugian dan kehilangan mata

pencahariannya, sehingga akan berdampak negatif pula pada berkurangnya

pendapatan.

Pada dasarnya pembangunan industri atau industrialisasi selalu menjanjikan

penyediaan lapangan kerja, pendapatan asli daerah maupun peningkatan

kesejahteraan masyarakat, akan tetapi sebaliknya tidak jarang industrialisasi

menciptakan kerusakan maupun pencemaran lingkungan dan marginalisasi

(13)

8

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Keberadaan industri di suatu daerah dapat menimbulkan berbagai pengaruh,

baik itu pengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi maupun kondisi budaya.

Karena keberadaan industri dalam suatu wilayah akan menghasilkan berbagai

dampak yang akan dirasakan oleh masyarakat sekitar kawasan industri tersebut.

Dampak yang dirasakan oleh setiap masyarakat akan berbeda, baik itu dampak

positif maupun dampak negatif. Dampak tersebut membawa perubahan dalam

kehidupan masyarakat, perubahan yang banyak terjadi meliputi kondisi sosial,

kondisi ekonomi, dan kondisi budaya. Alfian (Syaifullah, 2009, hlm. 47)

memberikan uraian mengenai berbagai ekses atau dampak industrialisasi yang

terjadi dalam masyarakat di antaranya:

Ditinjau dari sudut ekonomi, keberhasilan tentunya akan menyebabkan perubahan yang amat berarti dalam struktur perekonomian masyarakat. Dalam bidang sosial, diperkirakan industrialisasi akan menyebabkan terjadi struktur sosial dimana sebagian besar dari anggota masyarakat akan menggantungkan mata pencahariannya pada sektor industri. Sedangkan dari

segi budaya, industrialisasi diperkirakan akan menimbulkan perubahan

nilai-nilai dan pola gaya hidup (life style pattern) masyarakat yang amat berarti pula

Tanpa mengesampingkan dampak positif dari adanya industri, dampak

negatif dari industri di daerah Desa Lagadar terdapat suatu gejala kesenjangan

antara harapan dan kenyataan, sebagaimana telah diungkapkan bahwa tujuan

utama dari pembangunan industri tersebut untuk kemajuan khususnya dalam

perekonomian akan tetapi masih ada masyarakat sekitar kawasan industri yang

belum semuanya bisa merasakan hal positif dari keberadaan industri tersebut.

Dalam penelitian ini penulis akan memfokuskan pada keberadaan industri

dengan meneliti lebih dalam serta pengaruhnya pada kondisi sosial ekonomi dan

budaya. Kondisi sosial ekonomi lebih difokuskan pada aspek pendidikan,

kesehatan, pendapatan, mata pencaharian, dan kepemilikan fasilitas hidup.

Sementara kondisi budaya akan difokuskan pada gotong royong.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti tentang

keberadaan industri di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih, terutama ingin

(14)

budaya masyarakat. Oleh karena itu penelitian ini berjudul “PENGARUH

KEBERADAAN INDUSTRI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI

DAN BUDAYA MASYARAKAT (Studi di Desa Lagadar Kecamatan

Margaasih Kabupaten Bandung)”.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka

permasalahan yang diajukan adalah bagaimana pengaruh dari keberadaan industri

terhadap kondisi sosial ekonomi, dan budaya masyarakat Desa Lagadar

Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung, permasalahan ini diuraikan ke dalam

lima pertanyaan penelitian yaitu:

1. Bagaimana keberadaan industri di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih

Kabupaten Bandung?

2. Bagaimana kondisi sosial ekonomi di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih

Kabupaten Bandung?

3. Bagaimana kondisi budaya di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih

Kabupaten Bandung?

4. Seberapa besar pengaruh keberadaan industri terhadap kondisi sosial

ekonomi di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung?

5. Seberapa besar pengaruh keberadaan industri terhadap kondisi budaya di

Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung?

D. Tujuan Penelitian

1. Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang

ditimbulkan dari adanya industri terhadap kondisi sosial ekonomi dan budaya

pada masyarakat Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung.

2. Khusus

Gambaran yang lebih spesifik dari tujuan penelitian ini dapat dirumuskan

(15)

10

a. Mendeskripsikan keberadaan industri di Desa Lagadar Kecamatan

Margaasih Kabupaten Bandung.

b. Mendeskripsikan kondisi sosial ekonomi di Desa Lagadar Kecamatan

Margaasih Kabupaten Bandung.

c. Mendeskripsikan kondisi budaya di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih

Kabupaten Bandung.

d. Mengetahui seberapa besar pengaruh keberadaan industri terhadap kondisi

sosial ekonomi di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung.

e. Mengetahui seberapa besar pengaruh keberadaan industri terhadap kondisi

budaya di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung.

E. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian akan lebih bermakna bila bermanfaat baik bagi

pengembangan ilmu pengetahuan, maupun bagi kehidupan masyarakat. Maka dari

itu, penelitian ini mempunyai kegunaan secara teoretis maupun praktis.

1. Kegunaan Teoretis

Kegunaan teoretis yang diperoleh dari penelitian ini akan memberikan

wawasan keilmuan bagi penulis, memberikan sumbangan konsep-konsep baru,

yang diharapkan akan menunjang terhadap pengembangan konsep pendidikan

sosiologi khususnya yang berkenaan dengan pengaruh dari keberadaan industri

terhadap kondisi sosial ekonomi, dan budaya masyarakat.

2. Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis dari penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara

langsung maupun tidak langsung dalam praktek kehidupan sehari-hari,

diantaranya:

a. Bagi penulis, semoga semakin memperluas wawasan berfikir dalam

memahami dampak industrialisasi terhadap kondisi sosial ekonomi dan

budaya masyarakat.

b. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi

(16)

dapat memberikan informasi tentang pengaruh keberadaan industri di Desa

Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung.

c. Bagi industri atau perusahaan, penelitian ini diharapkan sebagai bahan

informasi yang padat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan

kebijakan perusahaan.

d. Bagi intansi pemerintah, penelitian ini diharapkan sebagai data dan

informasi mengenai pengaruh adanya industri terhadap kondisi sosial

ekonomi dan budaya masyarakat Desa Lagadar Kecamatan Margaasih

Kabupaten Bandung, serta dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan

dan sumbangan pemikiran bagi dinas-dinas terkait dalam bidang ini.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Dalam penyusunan penelitian ini terdiri dari beberapa bab yang disusun

secara bertahap, di antaranya:

Bab I, merupakan pendahuluan yang meliputi bagian latar belakang masalah,

identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

struktur organisasi skripsi dari penelitian.

Bab II, merupakan pengembangan dari kajian teori yang berhubungan

dengan permasalahan yang dikaji, penelitian terdahulu, kerangka pikir, dan

hipotesis penelitian.

Bab III, merupakan bab yang mengkaji tentang metodologi penelitian yang

digunakan oleh peneliti, di dalamnya meliputi pendekatan penelitian, lokasi dan

subjek penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional, variabel

penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, proses pengembangan

instrumen, dan analisis data.

Bab IV, merupakan bab yang mengkaji hasil penelitian dan menganalisis

data yang telah ditemukan serta pembahasan dari hasil penelitian.

Bab V, merupakan bab terakhir yang berisi simpulan dan rekomendasi dari

(17)

IMAM NAWAWI, 2014

Pengaruh Keberadaan Industri Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Dan Budaya Masyarakat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

49 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian

campuran (mixed method) yang menggabungkan antara pendekatan kuantitatif dan

kualitatif. Sebagaimana dikemukakan oleh Creswell (2013, hlm. 5) bahwa, “Penelitian metode campuran merupakan pendekatan penelitian yang mengkombinasikan atau mengasosiasikan bentuk kualitatif dan bentuk kuantitatif.” Sedangkan menurut Todd dkk (dalam Putra & Hendarman, 2013, hlm. 32) bahwa, “Metode campur sari dapat digunakan untuk mengkaji masalah yang memang sulit atau kompleks dan kurang efektif jika dilakukan dengan salah

satu metode, serta membutuhkan sekaligus penjelasan teoritis dan pemanfaatan praktis.”

Penelitian ini merupakan penelitian fenomena sosial, dengan keberadaan

industri di tengah-tengah masyarakat. Putra & Hendarman (2013, hlm. 32) mengatakan “jika ingin meneliti fenomena sosial dengan akurat, lengkap, dan mendalam sebaiknya gunakan metode campur sari (mixed method). Pada dasarnya

pendekatan kualitatif maupun kuantitatif mempunyai kelebihan dan

kekurangannya masing-masing. Creswell (2013, hlm. 5) mengemukakan bahwa, “Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan.” Sedangkan penelitian kuantitatif menurut Creswell (2013, hlm. 5) “merupakan metode-metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antarvariabel.” Sehingga jika

dengan menggabungkan dari kedua pendekatan tersebut dalam hasilnya pun akan

lebih baik. Sebagaimana menurut Tashakori & Teddlie (dalam Putra &

Hendarman, 2013, hlm. 24) terdapat tiga keunggulan dari penelitian campuran

(18)

(1) Penelitian metode campuran sanggup menjawab pertanyaan penelitian yang tidak mampu dijawab oleh metodologi yang lain. (2) Penelitian metode campuran memberikan proses pengambilan kesimpulan yang lebih baik (atau lebih kuat). (3) Metode campuran memberikan peluang untuk menyajikan keanekaragaman pandangan yang lebih besar.

Mixed method merupakan metode penelitian yang memadukan pendekatan

kuantitatif dan kualitatif dalam tahapan proses penelitian dan metodologi

penelitian, sehingga dengan menggunakan Mixed method dapat menghasilkan

fakta yang komperhensif dalam meneliti masalah penelitian, karena dalam

penelitiannya peneliti mempunyai kebebasan untuk menggunakan semua alat

pengumpulan data sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan strategi metode campuran

sekuensial/bertahap (sequential mixed methods) terutama strategi eksplanatoris

sekuensial. Creswell (2013, hlm. 22) mengemukakan bahwa:

Strategi metode campuran sekuensial/ bertahap (sequential mixed methods) merupakan prosedur-prosedur di mana di dalamnya peneliti berusaha menggabungkan atau memperluas penemuan-penemuannya yang diperoleh dari satu metode dengan penemuan-penemuannya dari metode yang lain.

Strategi eksplanatoris sekuensial merupakan penelitian metode campuran yang

lebih condong pada kuantitatif, sebagaimana dikemukakan oleh Creswell (2013,

hlm. 317) bahwa, “Strategi eksplanatoris sekuensial merupakan strategi yang

cukup populer dalam penelitian metode campuran sering kali digunakan oleh para peneliti yang lebih condong pada proses kuantitatif.”

Menurut Creswell (2013, hlm. 317) bahwa, “Strategi eksplanatoris

sekuensial diterapkan dengan pengumpulan data analisis data kuantitatif pada

tahap pertama yang diikuti oleh pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap kedua yang dibangun berdasarkan hasil awal kuantitatif.” Dalam penelitian ini prioritas diberikan pada data kuantitatif, kemudian hasil kuantitatif diperdalam

(19)

51

2. Metode Penelitian

Penggunaan metode penelitian akan berpengaruh pada keberhasilan

penelitian, oleh karena itu penelitian haruslah ilmiah yang terdiri dari beberapa

tahapan atau langkah-langkah sehingga penelitian dapat dipertanggung jawabkan.

Metode penelitian menurut Silalahi (2012, hlm. 12) merupakan “cara dan

prosedur yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah

tertentu dengan maksud mendapatkan informasi untuk digunakan sebagai solusi

atas masalah tersebut.”

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian

deskriptif. Penelitian deskriptif menurut Silalahi (2012, hlm. 27) bahwa, “Penelitian deskriptif menyajikan satu gambar yang terperinci tentang satu situasi khusus, setting sosial, atau hubungan.” Hal tersebut sependapat dengan Zuriah (2009, hlm. 47) bahwa, “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan

untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian, secara

sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.”

Sedangkan penelitian deskriptif menurut Tan (dalam Silalahi, 2012, hlm. 28)

bahwa:

Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dan gejala lain dalam masyarakat.

Berdasarkan pengertian di atas bahwa penelitian deskriptif dilakukan untuk

menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis dan akurat dari suatu

keadaan sosial, gejala sosial, hubungan antara gejala yang satu dengan gejala

lainnya dalam masyarakat.

Dengan menggunakan metode deskriptif diharapkan dapat memaparkan

keadaan yang sebenarnya mengenai pengaruh keberadaan industri terhadap

kondisi sosial ekonomi dan budaya serta dapat memaparkan kondisi sosial

ekonomi dan budaya yang meliputi aspek-aspek pendidikan, kesehatan,

pendapatan, kepemilikan fasilitas hidup, mata pencaharian dan gotong royong di

(20)

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di wilayah kawasan industri

Kabupaten Bandung, tepatnya di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih. Alasan

melakukan penelitian di daerah tersebut karena di daerah Desa Lagadar banyak

pembangunan industri dan merupakan kawasan industri yang selama ini diyakini

berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Desa Lagadar. Subjek penelitiannya

adalah pihak-pihak yang dapat menjadi sumber informasi bagi peneliti dalam hal

ini adalah masyarakat sekitar Desa Lagadar.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2011, hlm. 61) bahwa, “Populasi wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.” Sedangkan populasi menurut Zuriah (2009, hlm. 116) “Populasi

adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup

dan waktu yang ditentukan.” Pernyataan tersebut sejalan dengan populasi menurut

Arikunto (2010, hlm. 173) yaitu “keseluruhan subjek penelitian.”

Sedangkan populasi menurut Riduwan (2012, hlm. 54) “merupakan objek

atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu

berkaitan dengan masalah penelitian.”

Berdasarkan pernyataan tersebut bahwa yang menjadi populasi itu seluruh

data yang menjadi perhatian peneliti dan tidak hanya orang atau manusia, akan

tetapi benda atau objek lainnya bisa menjadi populasi asalkan mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dalam ruang lingkup dan

waktu yang ditentukan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga yang ada di Desa

Lagadar, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung sebanyak 21127 orang,

dengan jumlah laki-laki sebanyak 10587 dan perempuan sebanyak 10540 orang.

(21)

53

Tabel 3.1.

Keadaan Populasi Penelitian Berdasarkan Kepala Keluarga Tahun 2011

Jumlah Total

Jumlah laki-laki 10587 orang

Jumlah perempuan 10540 orang

Total 21127 orang

Jumlah kepala keluarga 5662 KK

Sumber: data profil Desa dan Kelurahan Tahun 2011

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2011, hlm. 62) bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.” Sedangkan sampel menurut Arikunto (2010, hlm. 174) bahwa sampel adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti.” Jadi berdasarkan pengertian tersebut bahwa sampel diambil dari sebagian populasi saja tidak mengambil keseluruhan untuk diteliti.

Menurut Sugiyono (2009, hlm. 118) bahwa “teknik sampling pada dasarnya dikelompokan menjadi probability sampling dan nonprobability sampling.” Pada

penelitian ini menggunakan teknik sampel probability sampling. Menurut Sugiyono (2009, hlm. 120) “probability sampling adalah teknik pengambilan

sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi

untuk dipilih menjadi anggota sampel.”

Simple random sampling menurut Sugiyono (2009, hlm. 120) adalah

“Pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.” Perhitungan sampel dalam

penelitian ini menggunakan rumus dari Dixon & B. Leach (dalam Tika, 2005,

hlm. 25), dengan rumus:

n = 2

dimana:

n = jumlah sampel

Z = tingkat kepercayaan (confidence level), nilai confidence level (Z) level

(22)

v = variabel yang dapat diperoleh dengan menggunakan rumus p = (100-p) dimana p = presentase karakteristik sampel yang dianggap benar = 50% C = confidence limit/batas kepercayaan (%) dalam penelitian ini 10%

Menentukan presentase karakteristik:

p = x 100

p = x 100

= 0,267 x 100

= 26,7 dibulatkan menjadi 27%

Menentukan variabel (v)

v = (100-p)

v = (100-27)

v = (73)

v =

v = 44,39 dibulatkan menjadi 44

Menentukan jumlah sampel (n)

n = 2

n = 2

n =

n = (8,624)2

n = 74,37 Maka sampel penduduk dibulatkan menjadi 74.

Untuk menghitung jumlah sampel yang sebenarnya, langkah berikut adalah

dibuat koreksi dengan rumus dalam Tika (2005, hlm. 25) sebagai berikut:

Keterangan:

= jumlah sampel yang telah dikoreksi

(23)

55

N = jumlah populasi (kepala keluarga )

= 73,26

= 73

Jadi, berdasarkan perhitungan tersebut jumlah sampel dalam penelitian ini

sebanyak 73 orang/responden.

D. Definisi Operasional

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Keberadaan Industri terhadap Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat (Studi di Kawasan Industri Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung)” untuk memberikan kemudahan dan menghindari salah tafsir dalam penelitian ini maka penulis akan membatasi

definisi operasional sebagai berikut:

1. Industri

Kegiatan industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi. Industri disini

adalah manufacturing yaitu kegiatan mengolah bahan mentah menjadi barang jadi

atau barang setengah jadi. Dalam variabel yang akan diteliti dari keberadaan

industri peneliti memfokuskan pada kegiatan dan dampak dari industri.

2. Kondisi Sosial Ekonomi

Singarimbum dan Penny (1987, hlm. 76) mengungkapkan bahwa, “Kondisi

sosial ekonomi adalah keadaan struktur sosial ekonomi masyarakat dalam suatu

daerah. Dengan empat parameter yang digunakan untuk mengukur kondisi sosial ekonomi yaitu: mata pencaharian, pendidikan, kesehatan, transportasi.”

Kondisi sosial ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu keadaan

masyarakat yang dilihat dari:

(24)

b. Kesehatan, dengan menganalisis tingkat kesehatan dari masyarakat yang

dilihat dari riwayat kesehatannya.

c.Pendapatan, dengan menganalisis perubahan masyarakat dalam bidang

pendapatan.

d. Mata pencaharian, dengan menganalisis perubahan masyarakat dalam

bidang mata pencaharian.

e.Kepemilikan fasilitas hidup, dengan menganalisis perubahan masyarakat

dalam bidang kepemilikan fasilitas hidup dengan melihat kepemilikan

alat elektronik dan kepemilikan kendaraan.

3. Kondisi Budaya

Menurut Koentjaraningrat (1993, hlm. 11) mengatakan bahwa:

contoh dari suatu nilai budaya dalam masyarakat kita adalah konsepsi bahwa hal yang bernilai tinggi adalah apabila manusia itu suka bekerjasama dengan sesamanya berdasarkan rasa solidaritas yang besar. Konsep ini, yang biasanya kita sebut nilai gotong royong.

Berdasarkan uraian di atas, kondisi budaya dalam penelitian ini akan difokuskan

pada gotong royong.

Gotong royong merupakan suatu sikap atau kegiatan yang dilakukan oleh

masyarakat secara kerja sama dan tolong menolong dalam menyelesaikan suatu

pekerjaan atau masalah dengan sukarela dan rasa solidaritas yang tinggi tanpa

imbalan.

4. Masyarakat

Masyarakat merupakan kelompok orang yang hidup bersama di suatu

tempat, dalam waktu yang lama, dan mempunyai aturan sendiri untuk

keberlangsungan hidupnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Setiadi & Kolip

(2011, hlm. 37) bahwa masyarakat adalah:

(25)

57

Dalam penelitian ini masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat yang berada

di daerah industri khususnya Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten

Bandung.

E. Variabel Penelitian

Menurut Arikunto (2010, hlm. 161) variabel adalah: “Objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.” Sedangkan menurut Sugiyono (2011, hlm. 2) “Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.” Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel

penelitian merupakan objek penelitian yang ditetapkan oleh peneliti yang

mempunyai variasi tertentu untuk dipelajari, diteliti dan ditarik kesimpulan.

Terdapat dua macam variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas atau

variabel independen, dan variabel terikat atau variabel dependen. Sebagaimana

menurut Sugiyono (2011, hlm. 4):

Variabel bebas atau independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). sedangkan variabel terikat atau dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Dalam penelitian ini peneliti menetapkan keberadaan industri sebagai variabel

bebas atau variabel independen (X) dan kondisi sosial ekonomi (Y1), serta kondisi

budaya masyarakat sebagai variabel terikat atau variabel dependen (Y2).

Berdasarkan variabel tersebut, peneliti menguraikannya lagi kepada

beberapa indikator dari tiap variabel. Variabel X yaitu keberadaan industri,

indikatornya:

a. Kegiatan industri

b. Dampak dari industri

Variabel Y1 yaitu kondisi sosial ekonomi. Indikatornya adalah:

a. Pendidikan

(26)

c. Pendapatan

d. Mata pencaharian

e. Kepemilikan fasilitas hidup

Sedangkan variabel Y2 yaitu kondisi budaya, indikatornya adalah gotong royong.

Bagan 3.1: Hubungan variabel indipenden (X) dengan variabel dependen (Y1) dan (Y2).

F. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2009, hlm. 193) “terdapat dua hal utama yang

mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian,

dan kualitas pengumpulan data.” Dalam penelitian selain dibutuhkan metode yang

tepat, perlu juga memilih teknik dan pengumpulan data yang relevan agar hasil

dari penelitiannya objektif. Zuriah (2009, hlm. 171) menyatakan bahwa, “Penggunaan teknik dan alat pengumpul data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang objektif.”

Menurut Bungin (2011, hlm. 133) “Metode pengumpulan data adalah

bagian instrumen pengumpulan data yang menentukan berhasil atau tidaknya

KEBERADAAN INDUSTRI (X)

1. Kegiatan Industri 2. Dampak dari Industri

KONDISI SOSIAL EKONOMI (Y1)

1. Pendidikan 2. Kesehatan 3. Pendapatan 4. Mata pencaharian

5. Kepemilikan fasilitas hidup

(Bintarto, 1977, hlm. 51)

KONDISI BUDAYA (Y2)

Gotong oyong

(27)

59

suatu penelitian.” Oleh karena itu teknik pengumpulan data yang digunakan harus

sesuai dengan sifat dan karakteristik penelitian yang dilakukan.

Karena penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian campuran (mixed

method) maka dalam pengumpulannya menggunakan teknik pengumpulan

pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Untuk kuantitatif teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah angket atau kuesioner, sedangkan untuk

kualitatif menggunakan wawancara dan observasi dalam pengumpulan datanya.

1. Angket atau Kuesioner

Angket sering juga disebut sebagai kuesioner. Menurut Sugiyono (2009, hlm. 199) “Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.” Sedangkan kuesioner menurut Zuriah (2009, hlm. 182) adalah “Suatu alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula.” Kemudian Riduwan (2012, hlm. 71) menyatakan bahwa, “Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada

orang lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan

pengguna.

Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa angket atau

kuesioner merupakan salah satu alat mengumpulkan data dalam penelitian dengan

memberikan beberapa pertanyaan kepada responden dengan tujuan memperoleh

data dan informasi yang lengkap mengenai suatu masalah.

Peneliti memilih teknik penyebaran angket dengan tujuan untuk memperoleh

data dalam bentuk kuantitatif khususnya dalam mengumpulkan data mengenai

kondisi sosial ekonomi, dan memperoleh data dari lapangan yang tidak bisa

didapatkan melalui wawancara dan observasi. Pertimbangan lain memilih teknik

penyebaran angket karena jumlah responden yang banyak dan tersebar di lokasi

penelitian yang luas. Sasaran dalam penyebaran angket adalah masyarakat yang

sudah dianggap sebagai sampel atau yang dianggap mewakili dari keseluruhan

objek penelitian. Sehingga dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui

angket ini dapat membantu peneliti dalam mencari dan mengumpulkan data dari

(28)

2. Wawancara

Wawancara menurut Zuriah (2009, hlm. 179) adalah “Alat pengumpul

informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab

secara lisan pula.” Sedangkan Sugiyono (2009, hlm. 194) menyatakan bahwa:

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.

Peneliti melakukan teknik wawancara dengan tujuan menggali informasi

mendalam dari responden mengenai hal yang akan diamati dan sebagai studi

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti.

Dalam wawancara peneliti bertindak sebagai pewawancara sekaligus sebagai

pemimpin dalam proses wawancara tersebut. Sedangkan responden adalah orang

yang diwawancarai yang dimintai informasi oleh peneliti. Responden yang di

mintai wawancara diharapkan mengetahui data ataupun informasi serta data yang

dibutuhkan oleh penelti. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk

wawancara sistematik, dimana peneliti terlebih dahulu menyiapkan pedoman

wawancara sebelum melakukan wawancara terhadap responden.

Wawancara yang dilakukan yaitu dengan wawancara secara terstruktur,

sebagaimana dikemukakan Sugiyono (2009, hlm. 194) bahwa, “Wawancara

terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau

pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan

diperoleh.” Sehingga peneliti sebelum ke lapangan menyiapkan instrumen

penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun

telah disiapkan.

Alasan peneliti melakukan teknik pengumpulan data dengan wawancara di

antaranya peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan di lapangan, dan memperdalam data kuantitatif yang diperoleh

(29)

61

3. Observasi

Pemanfaatan observasi dalam pengumpulan data penelitian sosial dianggap

sangat penting, terutama dalam menghadapi masyarakat yang tertutup. Sehingga

peneliti dapat lebih memahami dan mendalami pola pikir dan pola kehidupan

masyarakat yang diteliti.

Menurut Bungin (2011, hlm. 133) “Observasi adalah kemampuan seseorang

untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindera mata serta

dibantu dengan pancaindera lainnya.” Sedangkan menurut Riduwan (2012, hlm. 76) “Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.”

Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa observasi

merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian dengan

melakukan pengamatan langsung objek yang akan diteliti yang dalam

pengamatannya menggunakan pancaindera mata.

Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi langsung. Menurut

Zuriah (2009, hlm. 173) “Observasi langsung yaitu observasi yang dilakukan

dimana observer berada bersama objek yang diselidiki.”

Alasan peneliti melakukan teknik pengumpulan data dengan observasi di

antaranya untuk memperoleh data dari objek penelitian yang tidak bisa didapatkan

melalui wawancara dan angket, kemudian dengan observasi peneliti dapat berbaur

langsung dengan objek penelitian di lapangan. Sehingga dengan observasi peneliti

bisa melihat secara langsung keadaan yang sebenarnya di lapangan.

4. Dokumentasi

Menurut Arikunto (2010, hlm. 274) dokumentasi yaitu “Mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.” Sedangkan menurut Riduwan (2012, hlm. 77) “Dokumentasi adalah ditujukan untuk

memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang

(30)

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dokumentasi

merupakan teknik pengumpulan data dengan mencari data langsung dari tempat

penelitian yang meliputi data yang relevan seperti buku-buku yang relevan,

peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, surat kabar dan

sebagainya.

Dalam penelitian ke lapangan, peneliti akan menggunakan teknik ini untuk

mendapatkan bahan maupun informasi yang mendukung penelitian ini, serta

sebagai bagian dari teknik pengumpulan data yang lain untuk saling menguatkan.

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data-data seperti data berbagai

dokumen yang akan menguatkan penelitian ini dan foto-foto sebagai bukti otentik

di lapangan.

G. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya penelitian merupakan proses pengukuran, agar penelitian

tersebut hasilnya relevan maka dibutuhkan alat ukur untuk mengukurnya, selain

itu instrumen dapat mempermudah dalam pengumpulan datanya. Sebagaimana

menurut Arikunto (2010, hlm. 203) bahwa

instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Sugiyono (2012, hlm. 105) menjelaskan bahwa “instrumen penelitian digunakan

untuk mengukur nilai variabel yang diteliti.” Dengan demikian jumlah variabel

akan menentukan banyaknya instrumen penelitian. Dalam penelitian ini terdapat

dua variabel yaitu keberadaan industri sebagai variabel X dan kondisi sosial

ekonomi sebagai variabel Y1, serta kondisi budaya sebagai variabel Y2.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya angket atau kuesioner

dan pedoman wawancara.

(31)
[image:31.595.90.538.147.732.2]

63

Tabel 3.2.

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Angket (Sebelum Uji Validitas)

Variabel Indikator Sub Indikator Instrumen No

Angket A. Keberadaan industri (X) 1. Kegiatan industri

a. Kegiatan industri untuk masyarakat

Angket 1, 2, 3, 4 b. Kegiatan industri untuk

lingkungan

Angket 5, 6

2. Dampak dari industri

a. Dampak terhadap masyarakat

Angket 7, 8

b. Dampak terhadap lingkungan

Angket 9, 10, 11

B. Kondisi sosial ekonomi (Y1)

1. Pendidikan a. Persepsi terhadap pendidikan

Angket 12

b. Rencana pendidikan anak

Angket 13

c. Kondisi pendidikan Angket 14 2. Kesehatan a. Akses air bersih Angket 15

b. Kualitas air Angket 16

c. Riwayat kesehatan Angket 17, 18, 19, 20 d. Kondisi kesehatan Angket 21 3. Pendapatan a. Jumlah pendapatan

perbulan

Angket 22, 23

b. Tanggungan hidup Angket 24 c. Jumlah pengeluaran

perbulan

Angket 25, 26

4. Mata pencaharian

a. Mata pencaharian sebelum adanya industri

Angket 27

b. Mata pencaharian sampingan

Angket 28

5. Kepemilikan fasilitas hidup

a. Kepemilikan rumah Angket 29, 30, 31, b. Alat elektronik Angket 32, 33 c. Kendaraan pribadi Angket 34, 35

C. Kondisi Budaya (Y2)

Gotong royong a. Bentuk kegiatan yang dilakukan dengan gotong royong

Angket, 36, 37

b. Intensitas kegiatan gotong royong yang dilakukan

(32)

Variabel Indikator Sub Indikator Instrumen No Angket

c. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan gotong royong

Angket 40, 41, 42

d. Bentuk partisipasi masyarakat dalam gotong royong

Angket, 43, 44

e. Pengaruh industri bagi gotong royong

Angket 45, 46, 47 f. Keadaan gotong

royong sebelum dan sesduah ada industri dalam masyarakat

[image:32.595.92.534.110.731.2]

Angket, 48, 49

Tabel 3.3.

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Pedoman Wawancara

Variabel Indikator Sub Indikator Instrumen

No Pedoman wawancara A. Keberadaan industri (X) 1. Kegiatan industri

a. Kegiatan industri untuk masyarakat

Pedoman wawancara

1, 3, 4

b. Intensitas kegiatan Pedoman wawancara

2, 8

c. Kegiatan industri untuk lingkungan Pedoman wawancara 6, 7 d. Usaha menanggulangi dampak negatif Pedoman wawancara 11,1 2

e. Kondisi lingkungan sebelum dan sesudah adanya industri Pedoman wawancara 13

2. Dampak dari industri

a. Dampak kegiatan industri

Pedoman wawancara

5, 9, 10

B. Kondisi Sosial (Y2)

1. Pendidikan a. Tingkat pendidikan sebelum dan sesudah adanya industri

Pedoman wawancara

(33)

65

Variabel Indikator Sub Indikator Instrumen

No Pedoman wawancara

2. Mata

pencaharian

a. Mata pencaharian sebelum dan sesudah adanya industri Pedoman wawancara 17

b. Perubahan mata pencaharian

Pedoman wawancara

18

3. Pendapatan a. Pendapatan masyarakat

Pedoman wawancara

19

4. Kesehatan a. Kondisi kesehatan sebelum dan sesudah adanya industri

Pedoman wawancara

20, 21, 22

5. Kepemilikan Fasilitas Hidup a. Kepemilikan fasilitas hidup Pedoman wawancara 23 C. Kondisi Sosial (Y1)

Gotong royong a. Kegiatan yang dilakukan dengan gotong royong Pedoman wawancara 24 b. Partisipasi masyarakat dalam gotong royong Pedoman wawancara 25, 26

c. Pengaruh industri bagi kegiatan gotong royong

Pedoman wawancara

27, 28

d. Dampak industri bagi kegiatan gotong royong masyarakat Pedoman wawancara 29

H. Proses Pengembangan Instrumen

1. Uji Validitas

Suatu instrumen penelitian dikatakan layak dan baik apabila memenuhi

persyaratan valid dan reliabel. Oleh karena itu sebelum digunakan instrumen akan

diuji coba terlebih dahulu melalui validasi instrumen agar instrumen yang

digunakan valid atau tepat mengukur apa yang harus diukur. Validitas menurut

(34)

keadaan yang diukurnya.” Untuk menguji validitas konstruk setiap item dalam

indikatornya menggunakan analisis dengan rumus korelasi product moment.

Rumus korelasi product moment menurut Riduwan (2012, hlm. 98) sebagai

berikut:

Dimana:

= koefisien korelasi = jumlah skor item

= jumlah skor total (seluruh item) n = jumlah responden

Selanjutnya dihitung dengan uji-t. Menurut Riduwan (2012, hlm. 98) menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana:

= nilai

r = nilai Koefisien Korelasi n = jumlah responden

distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk = n-2) kaidah keputusan: jika > berarti valid, sebaliknya

< berarti tidak valid

Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks

korelasinya (r) seperti menurut Riduwan (2012, hlm. 98) di antaranya sebagai

berikut:

Antara 0,800 sampai dengan 1,000: sangat tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,799: tinggi

Antara 0,400 sampai dengan 0,599: cukup tinggi Antara 0,200 sampai dengan 0,399: rendah

(35)

67

Pengujian validitas dilakukan terhadap 11 item angket keberadaan industri,

24 item angket kondisi sosial ekonomi, dan 14 item angket kondisi budaya,

dengan jumlah subjek 30 orang masyarakat. Uji validitas ini dilaksanakan bukan

pada objek penelitian yang sesungguhnya, akan tetapi dilaksanakan di Desa

Melong sebagai desa tetangga yang mempunyai karakteristik sama dengan Desa

Lagadar yang merupakan daerah kawasan industri. Berikut hasil dari uji validitas

angket:

Tabel 3.4.

Hasil Uji Validitas Angket Keberadaan Industri

No item r xy (r hitung) r tabel (5%) Keterangan

1 0,670 0,361 Valid

2 0,471 0,361 Valid

3 0,696 0,361 Valid

4 0,664 0,361 Valid

5 0,627 0,361 Valid

6 0,602 0,361 Valid

7 0,441 0,361 Valid

8 0,467 0,361 Valid

9 0,486 0,361 Valid

10 0,482 0,361 Valid

11 0,382 0,361 Valid

Tabel 3.5.

Hasil Uji Validitas Angket Kondisi Sosial Ekonomi

No item r xy (r hitung) r tabel (5%) Keterangan

12 0,437 0,361 Valid

13 0,632 0,361 Valid

14 0,405 0,361 Valid

15 0,492 0,361 Valid

16 0,547 0,361 Valid

17 0,794 0,361 Valid

18 0,383 0,361 Valid

19 0,596 0,361 Valid

20 0,397 0,361 Valid

21 0,392 0,361 Valid

22 0,697 0,361 Valid

23 0,439 0,361 Valid

24 0,390 0,361 Valid

[image:35.595.111.515.229.759.2]
(36)

26 0,495 0,361 Valid

27 0,714 0,361 Valid

28 0,657 0,361 Valid

29 0,677 0,361 Valid

30 0,776 0,361 Valid

31 0,860 0,361 Valid

32 0,717 0,361 Valid

33 0,657 0,361 Valid

34 0,438 0,361 Valid

35 0,881 0,361 Valid

36 0,781 0,361 Valid

Berdasarkan tabel di atas, bahwa hasil uji validitas angket untuk keberadaan

industri dan kondisi sosial ekonomi valid semua. Sedangkan untuk angket kondisi

[image:36.595.108.520.111.289.2]

budaya hasil uji validitas angketnya sebagai berikut:

Tabel 3.6.

Hasil Uji Validitas Angket Kondisi Budaya

No item r xy (r hitung) r tabel (5%) Keterangan

37 0,695 0,361 Valid

38 0,396 0,361 Valid

39 0,306 0,361 Tidak Valid

40 0,476 0,361 Valid

41 0,421 0,361 Valid

42 0,521 0,361 Valid

43 0,063 0,361 Tidak valid

44 0,011 0,361 Tidak valid

45 0,668 0,361 Valid

46 0,385 0,361 Valid

47 0,098 0,361 Tidak valid

48 0,572 0,361 Valid

49 0,491 0,361 Valid

Tabel 3.7.

Keterangan Hasil Uji Validitas Angket Kondisi Budaya

Keterangan No Item Jumlah

Valid 37, 38, 40, 41, 42, 45, 46, 48, 49

9

[image:36.595.108.520.282.653.2]
(37)

69

Berdasarkan data di atas bahwa data yang tidak valid yaitu nomor 39, 43, 44 dan

47, data yang tidak valid tersebut tidak diikut sertakan dalam analisis data

selanjutnya karena sudah terwakili dengan no item soal yang lainnya.

Setelah dilakukan uji validitas maka diperoleh item soal yang telah valid dan

akan diikut sertakan dalam pengolahan data. Berikut kisi-kisi instrumen angket

[image:37.595.108.519.232.753.2]

setelah dilakukan uji validitas:

Tabel 3.8.

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Angket (Sesudah Uji Validitas)

Variabel Indikator Sub Indikator Instrumen No

Angket A. Keberadaan industri (X) 1. Kegiatan industry a. Kegiatan industri untuk masyarakat

Angket 1, 2, 3, 4

b. Kegiatan industri untuk lingkungan

Angket 5, 6

2. Dampak dari industri

a. Dampak terhadap masyarakat

Angket 7, 8

b. Dampak terhadap lingkungan

Angket 9, 10, 11

B. Kondisi sosial ekonomi (Y1)

1. Pendidikan a. Persepsi terhadap pendidikan

Angket 12

b. Rencana pendidikan anak

Angket 13

c. Kondisi pendidikan

Angket 14

2. Kesehatan a. Akses air bersih

Angket 15

b. Kualitas air Angket 16 c. Riwayat

kesehatan

Angket 17, 18, 19, 20 d. Kondisi

kesehatan

Angket 21

3. Pendapatan a. Jumlah pendapatan perbulan

(38)

Variabel Indikator Sub Indikator Instrumen No Angket

b. Tanggungan hidup

Angket 24

c. Jumlah pengeluaran perbulan

Angket 25, 26

4. Mata pencaharian a. Mata pencaharian sebelum adanya industri

Angket 27

b. Mata pencaharian sampingan

Angket 28

5. Kepemilikan fasilitas hidup

a. Kepemilikan rumah

Angket 29, 30, 31, b. Alat elektronik Angket 32, 33 c. Kendaraan

pribadi

Angket 34, 35

C. Kondisi Budaya (Y2) 1. Gotong royong a. Bentuk

kegiatan yang dilakukan dengan gotong royong

Angket, 36, 37

b. Intensitas kegiatan

gotong royong yang dilakukan

Angket 38

c. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan gotong royong

Angket 39, 40, 41

d. Pengaruh industri bagi gotong royong

Angket 42, 43

e. Keadaan gotong royong sebelum dan sesduah ada industri dalam masyarakat

(39)

71

2. Uji Reliabilitas

Menurut Purwanto (2012, hlm. 196) bahwa, “Reliabilitas menunjukkan

kemampuan memberikan hasil pengukuran yang relatif tetap.” Dalam penelitian

ini dalam uji reliabilitasnya menggunakan metode Alpha. Menurut Riduwan

(2012, hlm. 115) “Metode mencari reliabilitas internal yaitu dengan menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran”, rumus yang digunakan adalah Alpha sebagai berikut:

=

Dimana:

= nilai reliabilitas

= jumlah varians skor tiap-tiap item St = varians item

k = jumlah item

Kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha yang lebih

besar dari 0,6.

Keputusan dengan membandingkan dengan

Kaidah keputusan: jika > berarti reliabel, dan

< berarti tidak reliabel

Berdasarkan perhitungan reliabilitas dengan menggunakan bantuan program

Microsoft Excel 2013¸ maka diperoleh nilai reliabilitas 0,912345 dan angket

tersebut memiliki tingkat reliabilitas sangat tinggi.

I. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian merupakan sesuatu yang sangat penting,

sebagaimana menurut Zuriah (2009, hlm. 198) bahwa, “Analisis data dalam

penelitian merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dan memerlukan

(40)

pendekatan campuran (mixed method) maka analisis datanya pun ada dua, yaitu

analisis data kuantitatif dan analisis data kualitatif.

1. Analisis Data Kuantitatif

Menurut Zuriah (2009, hlm. 199) prosedur yang sering dilakukan dalam

analisis data ialah sebagai berikut:

a. Penyusunan Data

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan data:

1) Hanya memasukan data yang penting dan benar-benar dibutuhkan; 2) Hanya memasukan data yang bersifat objektif;

3) Hanya memasukan data yang autentik;

4) Perlu dibedakan antara data informasi denghan kesan pribadi responden;

b. Pengolahan Data

Kegiatan pengolahan data dalam penelitian menurut S. Margono (Zuriah,

2009, hlm. 199) adalah sebagai berikut:

1) Pengklasifikasian data, yaitu menggolongkan aneka jawaban ke dalam kategori-kategori yang jumlahnya lebih terbatas;

2) Koding, yaitu usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban responden dengan jalan menandai masing-masing kode tertentu. Dalam analisis kuantitatif maka kode yang diberikan adalah angka; 3) Tabulasi, yaitu usaha penyajian data, terutama pengolahan data

yang akan menjurus ke analisis kuantitatif, biasanya menggunakan tabel, baik tabel distribusi frekuensi maupun tabel silang;

Zuriah (2009, hlm. 198) menyebutkan ada dua cara dalam pengolahan data atau analisis data yang tergantung datanya, yaitu: “ (1) analisis nonstatistik; dan (2) analisis statistik.” Karena penelitian ini merupakan penelitian dengan

pendekatan kuantitaif maka analisis data yang diambil adalah analisis statistik.

Jenis dari analisis statistik menurut Sugiyono (2012, hlm. 169) ada dua macam yaitu: “ statistik deskriptif dan statistik inferensial.” Teknik analisis data berkaitan dengan perhitungan menjawab rumusan masalah dan pengujian

hipotesis. Dalam penelitian ini terdiri dari dua rumusan masalah dan satu rumusan

assosiatif, oleh karena itu teknik analisis yang dilakukan dalam penelitian ini

(41)

73

a. Analisis Deskriptif

Teknik ini dilakukan dengan maksud untuk mendeskripsikan. Sebagaimana

menurut Wirartha (2006, hlm. 155) bahwa, “penelitian deskriptif bertujuan

menggambarkan secara sistematis dan akurat fakta dan karakteristik populasi atau

bidang tertentu.” Data yang dikumpulkannya bersifat deskriptif yang tidak

menguji hipitesis maupun membuat prediksi, akan tetapi hanya menjelaskan suatu

fenomena, gejala atau kejadian di lapangan yang sebenarnya terjadi.

b. Analisis Statistik Kuantitatif

1) Perhitungan Persentase

Menurut Santoso (2011, hlm. 229) bahwa, “untuk mengetahui

kecenderungan jawaban responden dan fenomena di lapangan digunakan analisis persentase dengan menggunakan formula.” Formula persentasenya sebagai berikut:

Keterangan:

p = persentase

f = data yang didapatkan n = jumlah seluruh data

100% = bilangan konstan

Hasil dari perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan kriteria yang telah

ditetapkan. Kriteria penafsiran nilai persentase menurut Effendi dan Manning

(42)
[image:42.595.140.476.136.315.2]

Tabel 3.9. Kriteria Penilaian Persentase/Skor

Persentase Kriteria

100 % Seluruhnya

75 % - 99 % Sebagian besar

51 % - 74 % Lebih besar dari setengahnya

50 % Setengahnya

25% - 49 % Kurang dari setengahnya 1 % - 24 % Sebagian kecil

0 % Tidak ada/tak seorang pun Sumber: Effendi dan Manning 1991

2) Hubungan Antar Variabel

Dalam suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan pengaruh antar

variabel maka diperlukan analisis yang menghubungkan antar variabel, begitupun

sama halnya dalam peneltian ini. Dalam menganalisis variabel penelitian

diperlukan skala pengukuran. Skala pengukuran merupakan suatu cara dalam

mengklarifikasi variabel yang akan diukur agar tidak terjadi kesalahan dalam

analisis data dan langkah penelitian selanjutnya.

Penelitian ini dalam analisis datanya menggunakan skala nominal. Skala

nominal menurut Riduwan (2011, hlm. 6) adalah “skala yang paling sederhana

disusun menurut je

Gambar

Tabel 1.1. Pertumbuhan Industri di Kabupaten Bandung Pada Tahun 2008-2010
Tabel 1.2. Data Industri Besar Desa Lagadar Tahun 2014
Tabel 3.1. Keadaan Populasi Penelitian Berdasarkan Kepala Keluarga Tahun 2011
Tabel 3.2. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Angket (Sebelum Uji Validitas)
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dalam perkembangannya hingga tahun 1990-an, Sapi memiliki nilai penting dalam sistem ekonomi petani // Fungsi tersebut masih kental hingga sekarang meski mengalami pergeseran

Hewan mamalia yang biasanya diambil air susu dan dagingnya untuk dikonsumsi oleh masyarakat / kini menjadi andalan sebagian masyarakat / sebagai kegiatan jaringan usaha bisnis

[r]

[r]

[r]

[r]

Nano-Crystalline Cooper Ferrites From Secondary Iron Oxide (Mill Scale). Cairo: Central Metallurgical Research and Development Institute. Penentuan Kuat Kutub Magnet