• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN TARI PADA KESENIAN KOROMONG DALAM UPACARA PANEN DI DI DUSUN CIKUBANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN TARI PADA KESENIAN KOROMONG DALAM UPACARA PANEN DI DI DUSUN CIKUBANG."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN TARI PADA KESENIAN KOROMONG

DALAM UPACARA PANEN PADI DI DUSUN CIKUBANG

RANCAKALONG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Menempuh Ujian Sidang

Sarjana Pendidikan

Oleh :

Windy Nur Fadilah

0907237

JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

WINDY NUR FADILAH

PERANAN TARI PADA KESENIAN KOROMONG DALAM UPACARA PANEN PADI DI DUSUN CIKUBANG RANCAKALONG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING : Pembimbing I

Dr. Trianti Nugraheni, S.Sn., M.Si.

NIP. 197303161997022001

Pebimbing II

Tatang Taryana, M.Sn.

NIP. 196501012001121001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari

Dr. Frahma Sekarningsih, S.Sen., M.Si.

(3)

Windi Nur Fadilah, 2013

Peranan Tari pada Kesenian Koromong Dalam Upacara Panen Di Di Dusun Cikubang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ABSTRAK

Judul yang diambil dalam penelitian ini adalah “Peranan Tari pada

Kesenian Koromong dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang

Rancakalong”. Penelitian dilakukan terhadap kesenian Koromong di Dusun Cikubang Desa Sukahayu Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan keterkaitan antara gerak dengan musik, keterkaitan antara gerak dengan kontekstari, dan keterkaitan antara simbol dengan konteksTari Kesenian Koromong dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yang menggunakan pendekatan kualitatif. Untuk mengumpulkan data penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.

Berdasarkan penelitian, diperoleh sebuah temuan mengenai tari dalam upacara ritual kesenian Koromong ini merupakan sebuah simbol ungkapan rasa syukur. Inti dari upacara ritual kesenian Koromong adalah pada saat

ngalungsurkeun dan nginebkeun yang dijadikan simbol sebagai tanda syukur

(4)

Windi Nur Fadilah, 2013

(5)

Windi Nur Fadilah, 2013

Peranan Tari pada Kesenian Koromong Dalam Upacara Panen Di Di Dusun Cikubang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Teknik Pengumpulan Data...28

1. Observasi...29

2. Wawancara...30

3. Studi Dokumentasi...33

C. Instrumen Penelitian...34

D. Teknik Analisis Data...35

E. Lokasi dan Subjek Penelitian...35

1. Lokasi Penelitian...35

2. Sasaran Penelitian...36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keterkaitan Gerak dengan Musik...37

B. Keterkaitan Gerak dengan Konteks...62

C. Keterkaitan Simbol dengan Kontek...68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...73

B. Saran...74

DAFTAR PUSTAKA………...76 LAMPIRAN

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sumedang memang dikenal memiliki beraneka ragam kesenian tradisional

berupa seni pertunjukan yang biasa dilaksanakan dalam upacara adat daerah, upacara

selamatan, dan upacara keagamaan. Kesenian tradisional tersebut diantaranya seni

Umbul, seni Bangreng, seni Tarawangsa, seni Kuda Renggong, dan Beluk.

Kesenian-kesenian tersebut sudah banyak diketahui dan dikenal oleh masyarakat. Berbeda

dengan kesenian yang telah disebutkan di atas, Sumedang memiliki satu kesenian

seperti halnya kesenian tersebut yaitu kesenian Koromong, kesenian ini masih jarang

dikenal oleh khalayak ramai, baik itu dilihat dari segi struktur maupun dari fungsinya.

Secara garis besar, Koromong ini merupakan suatu kesenian yang didalamnya

terdapat unsur musik dan tari.

Koromong merupakan suatu kesenian yang merupakan bagian dari adat yang

terdapat di daerah Rancakalong, tepatnya di Dusun Cikubang. Kesenian ini biasa

diadakan dalam upacara panen padi sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat

terhadap hasil panen yang diperolehnya. Seperti pada Tarawangsa, kesenian ini biasa

ditarikan oleh pria maupun wanita. Alat musik pengiringnya seperti Degung, namun

memiliki laras yang berbeda. Tari Koromong ini merupakan tarian yang tidak

berpola. Sama halnya dengan tari dalam Tarawangsa, gerak tari Koromong bisa

diciptakan sesuai dengan suasana dan kenyamanan hati masing-masing penari.

Usman (2001 : 4) mengatakan bahwa peranan adalah terciptanya serangkaian

tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta

berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku.Peranan tari dalam kesenian

yaitu tari sebagai media ekspresi, komunikasi, berfikir kreatif dan sarana untuk

mengembangkan bakat. Adapun peranan tari dari kesenian Koromong adalah sebagai

media ekspresi, selain itu tari dalam Koromong berperan sebagai pelengkap, dimana

(7)

Meskipun gerak tari dalam Koromong ini tidak berpola, namun penyajiannya

tetap menarik untuk disaksikan karena pertunjukkannya tidak hanya mengutamakan

musik atau lagunya saja, tetapi ada kesinambungan antara musik dengan tari, kedua

unsur tersebut tampak saling mengisi dan melengkapi. Meskipun gerak-gerak yang

ditarikan oleh penari tidak berpola, namun ada keterkaitan emosi antara pemain

musik dengan penari, hal ini tampak pada saat pertunjukan berlangsung, dimana

pemain musik paham kapan musik itu harus dinaikkan atau diturunkan. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa tari dalam

kesenian Koromong ini berperan sebagai pelengkap, sebab keberadaannya sangat

berperan dalam mengisi dan melengkapi musik.

Diawali dengan bagian pembukaan, pembukaan ini diawali dengan musik

bubuka dimana saehu penari laki-laki yang melakukan ritual terlebih dahulu.

Memang dalam Koromong ini penari laki-lakilah yang menari terlebih dahulu sampai

jam 12 malam, baru disusul oleh penari perempuan sampai subuh (selesai). Selain

alat musiknya yang berbeda, disini pula letak perbedaannya dengan kesenian

Tarawangsa. Jika dilihat dari unsur musiknya, pada bagian awal ini nada yang

dimainkan tampak rendah dan temponya pun sedikit lambat atau pelan, sehingga

terdengar begitu lembut dan mengalun, namun mampu membangkitkan gairah kita

untuk menari. Siapapun yang mendengarnya pasti merasa tertarik dengan bunyi nada

yang dihasilkannya. Musik pembuka ini mampu mengantarkan kita ke dalam suasana

tari yang hendak diciptakan sesuai dengan suasana hati. Saat mulai menari, penari

tampak menggerakkan badannya sedikit demi sedikit. Mulai dari menggerakkan

kakinya, tangannya, hingga badannya namun dalam gerakan-gerakan kecil.

Maksudnya, di bagian pembuka ini ruang gerak yang digunakan oleh penari masih

sempit, belum ada level, belum ada tekanan, bahkan tenaga yang digunakan pun

masih halus atau lembut, sehingga menarinya pun tampak masih mengalun lembut

mengikuti alunan musik yang dimainkan.

Setelah hal tersebut berlangsung beberapa lama, sekitar lima atau tujuh menit

(8)

mulai dari ruang geraknya yang sudah tampak lebar, adanya level, adanya

tekanan-tekanan gerak dan tenaganya lebih kuat, sehingga tampak lebih lincah dari gerakan

sebelumnya. Musik pun mengikuti perkembangan gerak-gerak yang dilakukan oleh

para penari tersebut, sehingga bunyi nada-nada yang ditabuhnya ikut naik menjadi

lebih tinggi dari sebelumnya dan temponya pun terdengar semakin cepat. Dengan

demikian, tingkat emosional penari semakin meningkat pula, sehingga suasana

menjadi semakin panas, penari-penari tersebut semakin banyak melakukan

gerak-gerak yang ruang gerak-geraknya lebih luas, temponya cepat, dan levelnya yang beraneka

ragam. Tampak pula tekanan-tekanan yang mempertegas setiap geraknya. Gerak

setiap orangnya berbeda-beda, ada yang loncat-loncat, berputar-putar, bahkan ada

pula yang melakukan gerakan pencak silat sambil berloncatan. Setiap orang memiliki

gaya tersendiri. Sedikit aneh memang, namun seperti itulah keadaannya. Apalagi

setelah memasuki tengah malam, suasananya semakin hidup, maksudnya hal ini

terjadi dikarenakan tingkatan emosional antara penari dan pemusik tersebut semakin

memuncak,sehingga banyak pula penari yang mengalami trans dengan berbagai gaya.

Di sinilah puncaknya.

Ketika semua penari sudah menari dengan maksimal, para penari tersebut dapat

mengurangi atau memperlambat tempo gerak dan tenaga dengan sendirinya. Hal ini

terjadi karena pengaruh dari transnya sudah hilang, dan penari sudah merasa

puas,sehingga musik pun secara otomatis mengikuti gerakan penari tersebut menjadi

kembali pelan dan temponya sedikit dikurangi, dari yang asalnya begitu cepat

menjadi sedikit lambat. Adegan ini dapat dikatakan penurunan dari klimaks, dimana

para penikmat tari tersebut akan mengakhiri tariannya, dan kemudian bersalaman

dengan saehu. Setiap adegan pasti mengalami tingkatan-tingkatan seperti tersebut,

sehingga setiap penari yang menari akan tahu dan turut merasakan setiap atmosfirnya.

Hingga saat ini, kesenian Koromong masih sering dilaksanakan, namun tidak

semua masyarakat mengetahui tentang struktur penyajian yang sesungguhnya,

terutama kalangan anak muda. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa setiap

(9)

maupun fungsi dari kesenian itu sendiri seperti apa.

Sebagaimanatelahdikemukakanoleh R.M. Soedarsono dalam tulisannya yang

memaparkan bahwa setiap zaman, setiap etnis, setiap lingkungan masyarakat, serta

setiap bentuk seni pertunjukan memiliki fungsi primer dan sekunder yang berbeda

(R.M. Soedarsono, 2001:170). Selain itu, setiap kesenian pun pasti memiliki

pengaruh atau dampak terhadap masyarakat sebagai pelaku juga sebagai penikmat

seni itu sendiri, baik dampak positif maupun dampak negatif. Begitu pula dengan

kesenian Koromong, kesenian ini tentu memiliki pengaruh terhadap panen padi di

daerah Cikubang. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk menggali informasi

mengenai Peranan Tari pada Kesenian Koromong dalam Upacara Panen Padi di

Dusun Cikubang Rancakalong, supaya kesenian ini lebih dikenal, dikembangkan dan

dilestarikan oleh semua kalangan masyarakat.

Anya Peterson Royce mengatakan bahwa,

Karena konteks tempat berlangsungnya tari berubah, maka mestinya kita mengubah pula cara kita memandang konteks dan tari tersebut. Orang-orang belum berhenti menari; mereka begitu saja telah mengubah bentuk tarian yang mereka lakukan, serta dalam banyak hal menarikan tarian bergantian untuk alasan-alasan yang berbeda, (Antropologi Tari, 2007:168).

Konteks dari kesenian Koromong ini adalah untuk mengikat solidaritas

masyarakat. Kesenian ini tidak pernah terlepas dari simbol yang terdapat di

dalamnya. Banyak hal yang tidak dapat terbaca di dunia ini, karena selalu ada sesuatu

yang yang tidak bisa terungkap secara langsung. Dengan begitu, simbol merupakan

cara yang paling tepat untuk membahasakan sesuatu yang tidak bisa diungkapkan

dengan mudah. Sebagaimana telah diketahui bahwa media ungkap tari adalah gerak,

dan gerak tari merupakan gerak yang diperhalus dan diberi unsur estetis, sehingga

dapat dikatakan bahwa simbol dalam tari yaitu simbol gerak yang digunakan untuk

berinteraksi antara penari yang satu dengan yang lainnya. Interaksi ini menjadi

sebuah tradisi atau budaya bagi mereka yang terlibat di dalamnya, karena

interaksi-interaksi yang terjadi di antara mereka sudah menjadi simbol. Dimana simbol-simbol

(10)

mampu memahaminya. Namun, dengan demikian simbol-simbol tersebut dapat

menjadi tanda atau ciri tersendiri bagi kesenian ini.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah keterkaitan antara gerak dengan musikKesenian Koromong

dalam Upacara Panen Padi di Cikubang Rancakalong?

2. Bagaimana keterkaitan antara gerak dengan konteksTari Kesenian

Koromong dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong?

3. Bagaimana keterkaitan antara simbol dengan konteksTari Kesenian

Koromong dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikanketerkaitan antara gerak dengan musik Kesenian Koromong

terhadap Panen Padi di Cikubang Rancakalong

2. Mendeskripsikan keterkaitan antara gerak dengan konteksTariKesenian

Koromong dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong.

3. Mendeskripsikan keterkaitan antara simbol dengan konteksTari Kesenian

Koromong dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong.

D. Metode Penelitian

1. Lokasi dan Subjek Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Dusun

Cikubang RT 02 RW 01 tepatnya Cikubang Tengah yang terletak di desa

Sukahayu kecamatan Rancakalong kabupaten Sumedang. Di daerah inilah

kesenian Koromong tumbuh dan berkembang.

b. Sasaran Penelitian

Adapun subjek penelitiannya adalah Kesenian Koromong dalam Upacara

(11)

2. Metode

Secara umum, metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode merupakan cara

yang dilakukan dalam penelitian guna memperoleh data yang sesuai dengan

keperluan penelitian.

Dalam penelitian yang berjudul Peranan Tari pada Kesenian Koromong

dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong tentu terdapat

berbagai permasalahan. Permasalahan-permasalahan tersebut diantaranya adalah

mengenai bagaimana keterkaitan gerak dengan musik, keterkaitan gerak dengan

konteks, dan keterkaitan simbol dengan gerak. Untuk memecahkan berbagai

permasalahan yang timbul dalam penelitian tersebut, peneliti menemukan

solusinya melalui metode deskriptif analisis yang menggunakan pendekatan

kualitatif.

Dilihat dari skripsi yang berjudul “TRANSMISI KESENIAN

TARAWANGSA DI DAERAH RANCAKALONG SUMEDANG” yang ditulis

oleh Iceu Pebrianti (2006) dikatakanbahwa Metode deskriptif analisis ini

merupakan cara yang dilakukan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau

karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara aktual dan cermat.

Metode ini dapat memberikan gambaran tentang objek yang diteliti sesuai

dengan fakta. Penelitian yang menggunakan pendekatan ini dituntut untuk

menggali data yang sesuai dengan apa yang diucapkan, dirasakan, dan dilakukan

oleh narasumber.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan secara lengkap, peneliti melakukan

beberapa teknik dalam penelitian ini ,diantaranya adalah sebagai berikut.

(12)

Untuk mengetahui bagaimana Peranan Tari pada Kesenian Koromong

dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong, diperlukan

pengamatan terhadap penari, pemain musik, pimpinan grup dan masyarakat

lainnya seperti tokoh masyarakat serta para penikmat seni secara detail. Hal

ini dimaksudkan supaya peneliti memperoleh informasi yang sesuai dengan

apa yang dibutuhkan secara lengkap.

Observasi ialah metode atau cara yang menganalisis dan mengadakan

pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau

mengamati individu atau kelompok secara langsung. Observasi yang berarti

pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah,

sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat pembuktian terhadap

informasi yang diperoleh sebelumnya.

Pengamatan ini bisa dilakukan, baik secara langsung ataupun tidak

langsung. Pengamatan langsung dilakukan ketika penelitian berlangsung,

sedangkan pengamatan tidak langsung dilakukan setelah penelitian

berlagsung. Dengan diadakannya observasi ini, diharapkan dapat

memberikan gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti.

Peneliti sudah melakukan penelitian sebanyak dua kali. Yang pertama

adalah penelitian langsung, yaitu peneliti menyaksikan secara langsung

mengenai bagaimana kesenian Koromong itu disajikan. Dengan demikian

peneliti dapat melihat apa-apa saja yang terjadi selama pertunjukan itu

berlangsung, dan apa saja yang disajikan. Mulai dari alat musik yang terdiri

dari tiga jenis, yaitu alat musik Koromong, Gong, dan Kendang beserta para

pemainnya. Adanya penari pria dan penari wanita yang jumlahnya tidak

tentu, karena dalam kesenian ini siapa saja boleh menari. Namun ada

ketentuan khusus untuk penari Saehu, baik itu Saehu pria ataupun wanita.

Tidak sembarang orang bisa menjadi Saehu, biasanya Saehu ini dipilih

berdasarkan garis keturunan atau bisa juga karena adanya wangsit.

(13)

tersebut dikemukakan oleh salah satu tokoh dari kesenian Koromong yang

bernama Entis yang berusia sekitar 60-an.

b. Wawancara

Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan

berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuannya adalah untuk

mendapatkan informasi yang sesuai dari responden. Dalam teknik ini

peneliti melakukan tanya jawab. Wawancara ini ditujukan kepada tokoh

masyarakat, penari, pemain musik dan masyarakat setempat yang terlibat

dalam kesenian koromong.

Peneliti baru melakukan wawancara dua kali. Yang pertama dilakukan

kepada tokoh masyaraat yang bernama Entis. Yang ditanyakan adalah

mengenai sejarah dan latar belakang kesenian Koromong. Wawancaranya

dilakukan secara tidak berstruktur, namun Entis ini mampu menjawab semua

pertanyaan, dan pemaparannya sangat memuaskan, karena memang ternyata

beliau ini masih merupakan bagian dari keturunan pewaris kesenian

Koromong.

Yang kedua dilakukan terhadap pimpinan grup kesenian Koromong

yang bernama ibu Lili, wawancara yang dilakukan pun sama halnya dengan

wawancara sebelumnya yaitu tidak tertsruktur. Hal-hal yang ditanyakan

adalah mengenai siapa saja Saehu Koromong, kapan saja Koromong ini

dilaksanakan, dalam acara apa saja kesenian ini dipertunjukkan, dan lain

sebagainya. Semua hal yang dipertanyakan mampu dijawab pula dengan

baik.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan

sumber-sumber data yang ada. Bisa berupa photo untuk melihat data tentang kostum,

rias, alat musik apa saja yang digunakan, dan sesajen apa saja yang

disediakan. Video untuk menganalisis data tentang pola gerak tari

(14)

yang dimainkan. Sertifikat untuk mendapatkan data tentang hal apa saja

yang berkaitan dengan kesenian Koromong di daerah tersebut. Tujuannya

adalah untuk memperoleh informasiyang lebih lengkap berupa dokumentasi

baik berupa foto tarian Koromong, foto penari Koromong, foto alat

musiknya, serta video pertunjukannya.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian kualitatif, instrumen

penelitiannya adalah peneliti itu sendiri. Instrumen penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini berupa pedoman observasi dan wawancara, kamera foto dan

rekaman yang digunakan untuk mempermudah dalam mengumpulkan data

mengenai pose-pose gerak, keterkaitan gerak dengan musik, keterkaitan gerak

dengan konteks, lalu keterkaitan simbol dengan konteks.

Jadi, tujuan dari penelitian yang berjudul “Peranan Tari pada Kesenian Koromong dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong” adalah

untuk mengetahui bagaimana keterkaitan gerak dengan musik, keterkaitan gerak

dengan konteks, dan keterkaitan kostum dengan konteks tari Koromong.

5. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, seluruh data yang diperoleh dari hasil observasi,

wawancara, dan studi dokumentasi digabungkan. Kemudian diklarifikasikan

kebenarannya guna memenuhi kebutuhan penulis.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan bukan hanya sekedar formalitas penyelesaian studi

belaka, melainkan diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi

pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang seni budaya. Selain itu, peneliti

berharap supaya penelitian ini dapat memberikan manfaat baik secara teori maupun

(15)

terhadap kesenian dan kebudayaan daerah, menjadikan kesenian Koromong menjadi

lebih dikenal dan dipahami oleh semua kalangan masyarakat, dan memberikan

pemahaman mengenai peranan, tujuan, fungsi, dan struktur penyajian kesenian

Koromong.

Adapun secara praktis dapat bermanfaat bagi :

1. Peneliti : menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai Kesenian

Koromong dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong.

2. Sekolah : menambah pembendaharaan data mengenai kesenian daerah yang

terdapat di daerah Sumedang.

3. Pendidik : menambah pembendaharaan data dan wawasan mengenai

kesenian daerah yang terdapat di daerah Sumedang.

4. Seniman : menambah wawasan dan pemahaman mengenai Kesenian

Koromong dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong.

5. Masyarakat : menambah wawasan dan pengetahuan, serta memperkenalkan

Kesenian Koromong dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang

Rancakalong.

6. Yang diteliti : Kesenian Koromong dalam Upacara Panen Padi di Dusun

Cikubang Rancakalong lebih dikenal, dikembangkan dan dilestarikan.

F. Definisi Operasional

Pada bagian ini, peneliti akan menjelaskan mengenai istilah-istilah yang terdapat

di dalam judul supaya tidak terjadi kesalahan dalam memahami makna yang terdapat

di dalamnya.

Peranan tari dalam kesenian Koromong yaitu tari sebagai pelengkap dalam

jalannya upacara ritual.

Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan

untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain

(16)

mempunyai fungsi lain. Secara umum, kesenian Koromong dapat mempererat ikatan

solidaritas suatu masyarakat.

Koromong merupakan suatu kesenian tradisional yang terdapat di daerah

Rancakalong, Sumedang. Kesenian ini identik dengan kesenian Tarawangsa apabila

ditinjau dari fungsi dan bentuk penyajiannya. Hanya saja instrumen atau alat yang

dipakai dalam mengiringi upacaranya berbeda. Hal pokok yang membedakan antara

kesenian Koromong dan Tarawangsa yaitu pada waditra yang dipakai untuk

mengiringi tarian.

Dilihat dari hal-hal yang terkait di atas, dapat disimpulkan bahwa peran tari pada

kesenian Koromong adalah sebagai media interaksi atau komunikasi yang

diungkapkan melalui ekspresi dan gerak tari guna mengikat solidaritas masyarakat di

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Secara umum, metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode merupakan cara

yang dilakukan dalam penelitian guna memperoleh data yang sesuai dengan

keperluan penelitian.

Dalam penelitian yang berjudul Peranan Tari pada Kesenian Koromong dalam

Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong tentu terdapat berbagai

permasalahan. Permasalahan-permasalahan tersebut diantaranya adalah mengenai

bagaimana keterkaitan antara gerak dengan musik, keterkaitan antara gerak dengan

konteks, dan keterkaitan antara simbol dengan gerak. Untuk memecahkan berbagai

permasalahan yang timbul dalam penelitian tersebut, peneliti menemukan solusinya

melalui metode deskriptif analisis yang menggunakan pendekatan kualitatif.

Dilihat dari skripsi yang berjudul “TRANSMISI KESENIAN TARAWANGSA

DI DAERAH RANCAKALONG SUMEDANG” yang ditulis oleh Iceu Pebrianti

(2006) dikatakanbahwa Metode deskriptif analisis ini merupakan cara yang dilakukan

untuk melukiskan secara sistematik fakta atau karakteristik populasi tertentu atau

bidang tertentu secara aktual dan cermat. Metode ini dapat memberikan gambaran

tentang objek yang diteliti sesuai dengan fakta. Penelitian yang menggunakan

pendekatan ini dituntut untuk menggali data yang sesuai dengan apa yang diucapkan,

dirasakan, dan dilakukan oleh narasumber.

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

(18)

memperoleh data yang dibutuhkan secara lengkap, peneliti melakukan beberapa

teknik dalam penelitian ini ,diantaranya adalah :

1. Observasi

Untuk mengetahui bagaimana Peranan Tari pada Kesenian Koromong dalam

Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong, diperlukan pengamatan

terhadap penari, pemain musik, pimpinan grup dan masyarakat lainnya seperti

tokoh masyarakat serta para penikmat seni secara detail. Hal ini dimaksudkan

supaya peneliti memperoleh informasi yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan

secara lengkap.

Observasi ialah metode atau cara yang menganalisis dan mengadakan

pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau

mengamati individu atau kelompok secara langsung. Observasi yang berarti

pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga

diperoleh pemahaman atau sebagai alat pembuktian terhadap informasi yang

diperoleh sebelumnya.

Pengamatan ini bisa dilakukan baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Pengamatan langsung dilakukan ketika penelitian berlangsung, sedangkan

pengamatan tidak langsung dilakukan setelah penelitian berlagsung. Dengan

diadakannya observasi ini, diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas

tentang objek yang diteliti.

Peneliti sudah melakukan observasi sebanyak dua kali. Observasi yang

pertama dilakukan pada hari Minggu, tanggal 7 Oktober 2012 selama satu jam

lebih di kediaman naarasumber yang terletak di dusun Ciawilarangan terhadap

tokoh masyarakat yang dapat dikatakan sebagai salah satu keturunan dari pewaris

kesenian Koromong. Dari observasi ini dihasilkan beberapa data atau informasi

(19)

Observasi yang kedua dilakukan pada hari Sabtu tanggal 27 November 2012

selama kurang lebih lima jam di daerah Citungku Rancakalong dalam acara

hajatan atau syukuran upacara pernikahan, penelitian ini dilakukan secara

langsung, yaitu peneliti menyaksikan secara langsung mengenai bagaimana

kesenian Koromong itu disajikan. Dengan demikian peneliti dapat melihat hal

yang terjadi selama pertunjukkan itu berlangsung, dan hal yang disajikan selama

semalaman tersebut.

2. Wawancara

Susan Stainback (1988) mengemukakan bahwa : “interviewing provide the researcher a means to gain a deeper understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon than can be gained through observation alon. Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih

mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Selain itu, esterberg (2002) mendefinisikan interview sebagai berikut, “a

meeting of two person to exchange information and joint question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular

topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Sugiyono dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Pendidikan

(pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D) menyatakan bahwa wawancara

digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan

studi pendahuluan untuk menemukan permaslahan yang harus diteliti, tetapi juga

apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.

Dalam penelitian kualitatif, sering menggabungkan teknik observasi partisipatif

dengan wawancara mendalam. Selama melakukan observasi, peneliti juga

melakukan interview kepada orang-orang ada di dalamnya.

Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan

berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuannya adalah untuk

(20)

melakukan tanya jawab. Wawancara ini ditujukan kepada tokoh masyarakat,

penari, pimpinan kesenian Koromong, pemain musik dan masyarakat setempat

yang terlibat dalam kesenian koromong.

Dalam penelitian yang berjudul Peranan Tari pada Kesenian Koromong

dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong ini peneliti

melakukan teknik wawancara yang tidak berstruktur. Di mana peneliti tidak

menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan

lengkap untuk mengumpulkan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan

hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Pada

penelitian pendahuluan, peneliti berusaha mencari informasi awal mengenai

berbagai isu atau permasalahan yang ada di lapangan, sehingga peneliti dapat

menentukan permasalahan apa yang harus diteliti. Untuk mendapatkan

keterangan yang lebih lengkap mengenai permasalahan yang ada di lapangan

tersebut peneliti mengadakan wawancara terhadap pihak-pihak yang mewakili

tingkatan yang ada di masyarakat. Seperti tokoh masyarakat, penari, pimpinan

kesenian Koromong, pemain musik dan masyarakat setempat yang terlibat dalam

kesenian Koromong.

Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti

data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa

yang diceritakan oleh responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban

dari responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan

berikutnya yang lebih terarah pada suatu tujuan. Informasi atau data yang

diperoleh dari wawancara sering bias. Bias adalah menyimpang dari yang

seharusnya, sehingga dapat dinyatakan data tersebut subyektif dan tidak akurat.

Kebiasaan data ini akan tergantung pada pewawancara, yang diwawancara

(responden), dan situasi dan kondisi pada saat wawancara. Oleh karena itu,

peneliti tidak boleh memberi pertanyaan yang bias. Dalam melakukan

wawancara, peneliti menggunakan bantuan handphone untuk merekam semua

(21)

Sampai sejauh ini, peneliti sudah melakukan wawancara empat kali. Yang

pertama dilakukan kepada tokoh masyarakat yang bernama Entis. Entis

merupakan narasumber pokok yang merupakan bagian dari keturunan keluarga

yang diwarisi kesenian Koromong. Usianya sekarang adalah 56 tahun, meskipun

dia tidak tinggal di dusun Cikubang tetapi setiap kali ada acara upacara ritual

yang dilaksanakan setiap tanggal 14 Mulud, dia selalu datang menghadiri.

Hal-hal yang ditanyakan adalah mengenai sejarah dan latar belakang kesenian

Koromong. Wawancaranya dilakukan secara tidak berstruktur. Entis ini mampu

menjawab semua hal yang dipertanyakan, dan pemaparannya sangat jelas, karena

memang ternyata beliau ini masih merupakan bagian dari keturunan pewaris

kesenian Koromong. Dalam wawancara tersebut, Entis memaparkan mengenai

awal mulanya kesenian Koromong itu ada. Awalnya Koromong ini diurus oleh

dia, namun dikarenakan dia sibuk dengan pekerjaannya, kemudian diserahkannya

kepada saudaranya sehingga saudaranyalah yang sampai kini mengurusnya. Entis

hapal betul mengenai bagaimana latar belakang kesenian Koromong, dia juga

mengungkapkan bahwa cara belajar dalam menabuh gamelannya pun tidak, dia

bisa menabuh dengan begitu saja. Beliau memaparkan bahwa kesenian ini lahir

kira-kira pada tahun 1833. Tokoh pertama kesenian Koromong ini bernama

Eyang Santing atau buyut Santing. Eyang Santing ini bukanlah penciptanya,

melainkan sebagai penerima pesan dari seseorang untuk mengembangkannya di

Cikubang, tempat di mana beliau tinggal.

Yang kedua dilakukan terhadap pimpinan grup kesenian Koromong yang

bernama ibu Lili, wawancara yang dilakukan pun sama halnya dengan

wawancara sebelumnya yaitu tidak bertsruktur. Hal-hal yang ditanyakan adalah

mengenai siapa saja Saehu Koromong, kapan Koromong ini dilaksanakan, dalam

acara apa saja kesenian ini dipertunjukan, dan lain sebagainya. Semua hal yang

dipertanyakan mampu dijawab pula dengan jelas.

Yang ketiga wawancara dilakukan kepada Nandang yang berusia 48 tahun,

(22)

tanggal 25 januari 2013 di kediaman pimpinan Koromong yang terletak di Dusun

Cikubang. Wawancara ini berlangsung sekitar satu jam, membahas mengenai

banyak hal mengenai kesenian Koromong. Diantaranya mengenai proses

pewarisan, teknik pemeliharaan gamelan Koromong, nilai-nilai yang terkandung

di dalam kesenian Koromong, peranan kesenian Koromong, peranan Musik dan

Tari pada kesenian Koromong, pandangan masyarakat dan pemerintah setempat

terhadap kesenian Koromong, makna dan simbol yang terdapat di dalam

kesenian Koromong, dan lain sebagainya.

Keempat, wawancara dilakukan pada har Sabtu tanggal 26 Januari 2013

terhadap pelaku seni yaitu penari dan pemusik di kediaman pimpinan Koromong

yang tengah melaksanakan upacara ritual. Hal-hal yang ditanyakan adalah

mengenai bagaimana perasaannya selama menari dengan tempo yang lambat dan

tempo yang cepat, seperti apa perbedaannya, kemudian seperti apa keterkaitan

antara pemusik dengan penari. Semua pertanyaan-pertanyaan yang dipertanyakan

dapat dijawab dengan baik.

Dari hasil wawancara tersebut diperoleh pula data yang sedikit mendukung

terhadap penelitian. Diketahui bahwa Saehu untuk penari laki-laki adalah

Rahmat, dan Saehu penari perempuan adalah Aminah. Kesenian Koromong ini

rutin dilaksanakan setiap tanggal 14 Mulud. Selain dilaksanakan dalam upacara

syukuran atas hasil panen padi yang berupa ritual pada 14 Mulud, kesenian ini

juga biasa dilaksanakan dalam acara syukuran-syukuran lainnya, seperti pada

hajat khitanan atau pernikahan.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi

dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Studi dokumentasi dilakukan dengan

cara mengumpulkan sumber-sumber data yang ada. Bisa berupa photo dan video

kesenian Koromong di daerah tersebut. Tujuannya adalah untuk memperoleh

(23)

Koromong, foto penari Koromong, foto alat musiknya, serta video

pertunjukkannya.

Dengan adanya studi dokumentasi, peneliti menjadi sedikit terbantu dalam

melaksanakan penelitian. Selain itu, hal ini dapat membantu dalam menjelaskan

atau membuktikan mengenai hal-hal yang diperlukan dalam penelitian. Misalnya

untuk dokumentasi yang berupa photo pose-pose gerak, bagaimana busana yang

dikenakan, serta rias yang digunakan. Adapun untuk dokumentasi yang berupa

video, membantu untuk memperjelas bagaimana jalannya pertunjukan Koromong

dari awal sampai akhir. Baik dilihat dari struktur gerak para penarinya, musik

pengiringnya, maupun hal-hal lainnya yang terjadi selama pertunjukan

berlangsung.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data

yang diperlukan dalam penelitian. Di dalam buku yang berjudul Metode Penelitian

Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D) karya Prof. Dr. Sugiyono

dikatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitiannya adalah peneliti

itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus divalidasi seberapa

jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan.

Dalam hal instrumen penelitian kualitatif, Nasution (1988) menyatakan :

“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia

sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.”

Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun

selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan

(24)

data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan

wawancara. Peneliti akan terjun ke lapangan sendiri, baik pada grand tour question,

tahap focused and selection, melakukan pengumpulan data, analisis data dan

membuat kesimpulan.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa pedoman

observasi dan wawancara, kamera foto dan rekaman yang digunakan untuk

mempermudah dalam mengumpulkan data mengenai pose-pose gerak, keterkaitan

gerak dengan musik, keterkaitan gerak dengan konteks, lalu keterkaitan simbol

dengan konteks pada kesenian Koromong.

Jadi, tujuan dari penelitian yang berjudul “Peranan Tari pada Kesenian Koromong dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong” adalah

untuk mengetahui bagaimana keterkaitan gerak dengan musik, keterkaitan gerak

dengan konteks, dan keterkaitan kostum dengan konteks tari Koromong.

D. Teknik Analisis Data

Menurut Prof. Dr. Sugiyono dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian

Pendidikan (pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), dalam penelitian

kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik

pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus

menerus sampai datanya jenuh. Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu

suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola

hubungan tertentu atau menjadi hipotesis. Analisis data dalam penelitian kualitatif

dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai

di lapangan.

Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder

yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Analisis data dalam

penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah

selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara peneliti sudah

(25)

diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan

melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap

kredibel.

Dalam penelitian ini, seluruh data yang diperoleh dari hasil observasi,

wawancara, dan studi dokumentasi digabungkan. Kemudian diklarifikasikan

kebenarannya guna memenuhi kebutuhan penulis.

E. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Dusun

Cikubang RT 02 RW 01 tepatnya Cikubang Tengah yang terletak di desa

Sukahayu kecamatan Rancakalong kabupaten Sumedang. Di daerah inilah

kesenian Koromong tumbuh dan berkembang.

2. Sasaran Penelitian

Adapun subjek penelitiannya adalah Kesenian Koromong dalam Upacara

(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan

bahwa kesenian Koromong merupakan sebuah kesenian tradisional yang telah

menjadi bagian dari adat bagi masyarakat Dusun Cikubang. Dalam penyajiannya,

kesenian ini menyajikan musik dan tari. Alat musiknya terdiri dari Bonang

Koromong, Kendang, dan Gong. Gerakan tarinya bebas tapi terikat dengan aturan

yang telah ditentukan. Untuk saehu, gerakan tangan tidak boleh melebihi pundak dan

gerakan kaki yang tidak boleh melebihi lutut, karena tarian saehu merupakan tarian

yang sakral dan penuh makna. Kesenian ini merupakan warisan dari leluhur

masyarakat Cikubang yang telah mengalami beberapa perubahan dalam fungsinya.

Pada awalnya kesenian Koromong berfungsi sebagai media penyebaran agama Islam,

seiring dengan perkembangan jaman kesenian ini beralih fungsi menjadi sarana

dalam upacara ritual, dan bisa juga digunakan sebagai sarana hiburan.

Dalam upacara ritual, biasanya masyarakat Dusun Cikubang menggunakan

kesenian ini sebagai media untuk melakukan selamatan atau syukuran. Syukuran

yang dimaksud seperti syukuran atas hasil panen yang diperoleh dari hasil bercocok

tanam, syukuran hajat bumi dan selamatan kelahiran bayi. Selain sebagai sarana

ritual, Koromong ini juga berfungsi sebagai sarana hiburan seperti disajikan dalam

acara pernikahan, khitanan, serta acara keagamaan seperti dalam peringatan Maulid

Nabi dan Isra Mi’raj.

Pada pelaksanaannya, pelaku kesenian Koromong tidak terbatas hanya keluarga

saja, tetapi sudah merupakan gabungan dari semua warga masyarakat, baik itu

pemusik ataupun penari. Busana yang digunakan merupakan busana sederhana

layaknya busana sehari-hari, seperti kebaya, sinjang (untuk penari wanita), celana

panjang, baju koko (untuk penari laki-laki), dan sampur. Riaspun demikian, rias yang

(27)

Gerakan tari dengan alunan musik yang dimainkan di dalam kesenian

Koromong memiliki keterkaitan dan adanya hubungan saling melengkapi. Ada

keterkaitan emosi antara penari dengan pemusik sehingga pertunjukkannya selalu

memiliki dinamika. Tari dalam upacara ritual kesenian Koromong ini merupakan

sebuah simbol ungkapan rasa syukur. Inti dari upacara ritual kesenian Koromong

adalah pada saat ngalungsurkeun dan nginebkeun yang dijadikan simbol sebagai

tanda syukur kepada yang Maha Kuasa atas hasil panen padi yang diperoleh.

Ngalungsurkeun mengandung arti bahwa ketika masyarakat hendak bertani, mereka

haruslah mengeluarkan modal yang berupa uang ataupun padi yang akan ditabur

untuk dijadikan benih. Adapun nginebkeun mengandung makna bahwa hasil dari

panen padi yang diperoleh tersebut disimpan ke tempatnya untuk selanjutnya

dimanfaatkan.

Inti dari peranan tari di dalam kesenian Koromong adalah sebagai pelengkap.

Dimana terdapat keterkaitan atau hubungan saling melengkapi diantara musik dengan

tari. Upacara ritual tidak bisa dilaksanakan jika hanya ada musiknya saja, atau tarinya

saja. Kedua unsur tersebut saling melengkapi. Bukan musik yang memimpin tari,

bukan pula tari yang memimpin musik. Keduanya saling melengkapi.

B. Saran

Hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu merupakan

suatu kajian dari berbagai fakta aktual yang berkembang pada saat ini. Tindakan

selanjutnya untuk melestarikan dan mengembangkan kesenian Koromong, penulis

sarankan sebagai berikut.

1. Pelaku Kesenian Koromong

a. Sebaiknya kesenian Koromong dipertahankan keasliannya, baik dari

alat-alat musiknya, lagu-lagu yang dimainkan, serta gerakan

tarinya.jangan sampai terpengaruh oleh budaya-budaya asing yang

(28)

b. Dalam pemeliharaan alat musiknya harap lebih teliti lagi, jangan

sampai alat musik tersebut rusak dan tidak asli lagi, karena ciri khas

dari Koromong itu sendiri adalah alat musiknya yang berupa Bonang

Koromong.

c. Untuk menumbuhkembangkan dan melestarikan kesenian Koromong

ini, diharapkan adanya regenerasi dari kalangan anak-anak muda, baik

itu dari keturunan pewaris kesenian maupun dari pihak luar, supaya

kesenian ini tidak punah dan tidak dipandang sebelah mata oleh

masyarakat pada umumnya.

2. Mahasiswa dan Lembaga Pemerintahan

a. Bagi mahasiswa dan mahasiswi Jurusan Pendidikan Seni Tari, kesenian

Koromong ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian selanjutnya, karena

masih banyak hal yang belum tergali oleh penulis.

b. Bagi lembaga-lembaga dan instansi terkait diharapkan agar lebih

memperhatikan kesenian-kesenian daerah khususnya kesenian Koromong

agar keberadaannya tidak tergeser dan tetap lestari menjadi kekayaan budaya

(29)

Daftar Pustaka

Soedarsono. R. M. (2010). Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sony Kartika, D. (2004). Pengantar Estetika. Bandung: Rekayasa Sains.

Caturwati, E. (2007). Tari di Tatar Sunda. Bandung : Sunan Ambu Press-STSI

Bandung.

Royce, Anya Peterson. (2007). Antropologi Tari. Bandung : Sunan Ambu Press STSI

Bandung.

Pebrianti, Iceu. (2006). TRANSMISI KESENIAN TARAWANGSA DI DAERAH

RANCAKALONG SUMEDANG. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

Dimas, S. (2012). Kebudayaan Indonesia. [Online].

http://arimurti-indo.blogspot.com//kebudayaan –indonesia.html. [Oktober 21, 2012]

Boys, p. (2012). Terkikisnya Kebudayaan Indonesia. [Online].

http://komunitas-duapitue.blogspot.com//terkikisnya-kebudayaan-lokal.html. [Oktober 21,

2012]

Wikipedia. Budaya Indonesia. [Online]. http://id.wikipedia.org//budaya-indonesia.

[Oktober 20, 2012]

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND.

Bandung:Alfabeta

Anugrah, R. (2012).Jenis, Peran, dan Perkembangan Seni Tari. [Online]. [Desember

(30)

Seni Budaya SMA. (2012). Gerak Murni dan Maknawi. [Online].

Senibudayalila.blogspot.com. [Desember 16, 2012]

(2012).[Online]. Unsur Tari. www.budayaku.herobo.com/unsur_tari. [Desember 16,

2012]

Lestari, I. (2012). [Online]. Musik Daerah. Kamusq.blogspot.com//musik-daerah.

[Desember 18, 2012]

Sedyawati, E. (1981). Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta : Sinar Harapan

Suparli, L. (2010). Gamelan Pelog Salendro Induk Teori Karawitan Sunda. Bandung

: Sunan Ambu Press.STSI Bandung

Ida, E. (2002). Sajian Tari pada Kesenian Koromong Kampung Cikubang desa

Sukahayu Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang. Bandung :

Universitas Pendidikan Indonesia

Santoso, B. (2013). [Online]. Pengertian Peranan.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan pendekatan Quantum Teaching and Learning diharapkan dapat meningkatkan keaktifan, pemahaman dan hasil belajar siswa kelas VII-E SMPN 6 Tulungagung pada Pokok Bahasan

Salah satu solusinya adalah dengan membuat sebuah software Individual TOEFL Test yang dapat digunakan mahasiswa melatih kemampuan TOEFL mereka di pojok-pojok

Tetapi ada kalanya dimana ketika fungsi hunian memanfaatkan ruang terbuka publik untuk fasilitas parkir yaitu ketika terdapat hajatan dimana lahan parkir yang

UNTUK MEMBERIKAN REKOMENDASI PEMBUATAN PASPOR DALAM RANGKA MENGIKUTI PROGRAM IBADAH UMROH MELALUI SAHABAT UMROH SUKOHARJO. DEMIKIAN SURAT KETERANGAN INI KAMI TERBITKAN, AGAR

This study was aimed to evaluate quality of various water resources and to elaborate correlation between tidal environment condition and water resources quality

Pengaruh tigated kemasan atmosfer termodifikasi perubahan kimia dan sensorik daging sapi.Dalam percobaan yang digunakan daging sapi tenderloin yang dipotong di rumah

L’UTILISATION DU SUPPORT AUDIOVISUEL DANS L’APPRENTISSAGE DE LA PRODUCTION ÉCRITE D’UN TEXTE DESCRIPTIF.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Pada tahap kedua, dilakukan perancangan sistem yang dapat menghitung interval R-R (dalam satuan waktu) berdasarkan keluaran sistem pertama.. Di tahap ketiga, dilakukan