• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS YURIDIS IMPLEMENTASI MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH DI KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS YURIDIS IMPLEMENTASI MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH DI KOTA MAKASSAR"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

i

OLEH :

MUH. REZA ELNIZAR 4516060060

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) pada Program Studi Ilmu Hukum

Fakultas Hukum Universitas Bosowa

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2021

(2)

i

(3)

ii

NIM : 4516060060

Program Studi : Ilmu Hukum

Minat : Hukum Perdata

No. Pendaftaran Judul : 05/Pdt/FH/UBS/XII/2019 Tgl. Pendaftaran Judul : 11 Oktober 2019

Judul Skripsi : Analisis Yuridis Implementasi Mudharabah Pada Bank Syariah Di Kota Makassar

Telah diperiksa dan diperbaiki untuk dimajukan dalan ujian skripsi mahasiswa program strata satu (S1)

Makassar, 21 Januari 2021 Disetujui:

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dr. Yulia A Hasan, SH., MH Dr. H. Waspada M.Sos.,I.,M.HI Mengetahui:

Dr. Ruslan Renggong, SH., MH

(4)

iii

(5)

iv

dan hidayah-nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan Judul

“Analisis Yuridis Implementasi Mudharabah Pada Bank Syariah di Kota Makassar”. Sebagai salah satu bagian dari persyaratan dalam penulisan skripsi guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH.) pada program studi Ilmu Hukum Universitas Bosowa Makassar. Tak lupa pula shalawat serta salam kami kirimkan kepada junjungan Nabiyullah Muhammad SAW sebagai pedoman bagi umat Islam.

Atas selasainya skripsi ini dan bantuan semua pihak, penulis menghaturkan terimakasih sebanyak-banyaknyan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Saleh Pallu, M.Eng selaku Rektor Universitas Bosowa Makassar.

2. Bapak Dr. Ruslan Renggong, SH.,M.H selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Bosowa Makassar yang senangtiasa mengayomi mahasiswa.

3. Bapak Dr. Almusawir, SH., M.H selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Bosowa Makassar yang mengarahkan kami selama proses akadamik berlangsung sehingga kami dapat menyelesaikan progrom studi ini.

4. Ibu Dr. Yulia A Hasan, SH., M.H selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan yang sangat berharga dalam mengarahkan dan memberikan motivasi.

(6)

v

6. Ibu Dr. Hj Kamsilaniah, S.H, M.H selaku punguji dalam penulisan skripsi ini.

7. Ibu Juliati, S.H, M.H selaku penguji dalam penulisan skripsi ini.

8. Kepada seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Bosowa Makassar yang telah memberikan ilmu dan pelajaran kepada penulis selama proses perkuliahan.

9. Kepada seluruh staf akademik dan pegawai perpustakaan yang memberikan pelayanan yang baik dalam mendapatkan informasi dan sumber referensi, data dan lain-lain.

10. Kepada BPRS Dana Moneter, BNI Syariah dan BTN Syariah yang telah memberikan izin dan membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

11. Serta tidak kalah pentingnya, rasa sayang dan terimakasih penulis haturkan kepada Ayahanda Drs. Nasruddin dan Ibunda Dr. Ir. Nirwana Sose, S.Pd.,M.M tercinta yang senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan pendidikan.

12. Serta ucapan terima kasih kepada sahabat-sabahat yang selalu memberikan dukungan hingga skripsi ini dapat diselesaikan.

13. Kepada rekan mahasiswa Fakultas Hukum yang serta membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

(7)

vi dan bagi pembaca pada umumnya.

Akhirnya, dihadapkan betapapun kecilnya karya tulis (skripsi) ini dapat menjadi sumbangan yang cukup berarti dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu Hukum di bidang Perbankan Syariah.

(8)

vii

Waspada M.Sos.,I.,M.HI. Selaku Pembimbing II.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan Akad Mudharabah pada BPRS Dana Moneter, BNI Syariah dan BTN Syariah serta untuk mengatahui faktor apa saja yang mempengaruhi Mudharabah di BPRS Dana Moneter, BNI Syariah dan BTN Syariah.

Metode Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Hukum Empiris.

Penelitian ini termasuk suatu penelitian yang berusaha mengidentifikasi hukum yang ada dalam masyarakat dengan maksud untuk mengetahui gejala-gejala lainnya. Dalam penelitian ini penulis mendeskripsikan secara lengkap, objektif dan menyeluruh mengenai pelaksanaanan akad Mudharabah pada BPRS Dana Moneter, BNI Syariah dan BTN Syariah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan akad Mudharabah pada Bank Syariah di Kota Makassar menunjukkan bahwa implementasi akad Mudharabah di BPRS Dana Moneter, BNI Syariah dan BTN Syariah masih sepenuhnya belum terimplementasikan dikarenakan banyaknya pendapat dari Nasabah seperti tidak adanya kesepakatan di awal oleh kedua belah pihak, penentuan Nisbah ditentukan oleh pihak Bank itu sendiri dan hal lainnya. oleh karena itu setiap instansi diharapkan meningkatkan kegiatan pengenalan produk dan menjaga operasional banknya.

Kata Kunci: Implementasi, Mudharabah, Bank Syariah

(9)

viii M.HI. As Supervisor II.

This research aims to find out the implementation of The Mudharabah Agreement in bprs Monetary Fund, BNI Syariah and BTN Syariah and to know what factors affect Mudharabah in BPRS Monetary Fund, BNI Syariah and BTN Syariah.

The research method used is Empirical Law Research. This research includes a study that seeks to identify the laws that exist in society with a view to knowing other symptoms. In this study the author described in full, objective and comprehensive about the implementation of mudharabah agreement in BPRS Monetary Fund, BNI Syariah and BTN Syariah.

The results showed that the implementation of Mudharabah agreement at Sharia Bank in Makassar City shows that the implementation of Mudharabah agreement in BPRS Monetary Fund, BNI Syariah and BTN Syariah is still fully un implemented due to the many opinions from the Customer such as the absence of agreement at the beginning by both parties, the determination of the Ratio determined by the Bank itself and other matters. therefore, each agency is expected to increase product recognition activities and maintain its bank operations.

Keywords: Implementation, Mudharabah, Sharia Banks

(10)

ix

LEMBARAN PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Tinjauan Umum Tentang Bank ... 7

2.1.1 Pengertian Bank ... 7

2.1.2 Asas, Fungsi, dan Tujuan Bank ... 8

2.1.3 Penggolongan Bank ... 9

2.2 Tinjauan Tentang Bank Syariah ... 12

2.2.1 Pengertian Bank Syariah dan Sejarah ... 12

2.2.2 Dasar Hukum Bank Syariah Indonesia ... 16

2.2.3 Jenis-jenis Bank Syariah ... 18

2.2.4 Fungsi dan Peranan Dewan Pengawas syariah ... 18

(11)

x

2.3.3 Macam-macam Bagi Hasil ... 23

2.4 Tinjauan Tentang Mudharabah... 24

2.4.1 Pengertian Mudharabah ... 24

2.4.2 Dasar Hukum Mudharabah ... 26

2.4.3 Syarat dan Rukun Mudharabah ... 28

2.4.4 Macam-Macam Mudharabah... 30

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Lokasi Penelitian ... 32

3.2 Tipe Penelitian ... 32

3.3 Jenis dan Sumber ... 32

3.4 Populasi dan Sampel ... 33

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 33

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 34

4.1.1 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS Dana Moneter) 34 4.1.2 Bank Negara Indonesia (BNI Syariah) ... 38

4.1.3 Bank Tabungan Negara (BTN Syariah) ... 40

4.2 Pelaksanaan Mudharabah di Bank Syariah ... 42

4.2.1 Pelaksanaan Mudharabah di BPRS Dana Moneter ... 42

(12)

xi

BAB 5 PENUTUP ... 69

5.1 Kesimpulan ... 69

5.2 Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72 LAMPIRAN

(13)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Bank Syariah bukanlah hal yang asing lagi bagi masyarakat muslim Indonesia, terutama yang hidup di perkotaan, bahkan masyarakat pedesaan pun telah terbiasa mendengar istilah tersebut. Akan tetapi masyarakat mengenal bank hanya sebatas yang berkaitan dengan tabungan atau pun kredit, selebihnya masih belum mengetahui benar tentang layanan bank lainnya yang dapat dinikmati.

Munculnya perbankan Islam (syariah) dewasa ini bukanlah gejala baru dalam perbankan. Hal ini ditandai dengan semangat dari berbagai kalangan, seperti ulama, akademisi, dan praktisi untuk mengembangkan perbankan tersebut dari sekitar pertengahan abad 20 Masehi. Lembaga keuangan ini usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa- jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariat Islam yang mengacu pada ajaran Al-Qur’an dan Hadits.

Menurut UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah adalah bank yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariat Islam (Al-Qur’an dan Hadits) yaitu mengedepankan keadilan, kemitraan, keterbukaan, kemanfaatan.

Dengan kata lain bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariah. Bank

(14)

syariah lahir sebagai salah satu solusi alternatif terhadap persoalan pertentangan antara bunga dengan riba.1

Bank Syariah dengan bank konvensional itu berbeda. Di bank konvensional penentuan harga selalu didasarkan pada bunga. Sistem bunga dalam Islam itu adalah riba dan riba itu adalah perbuatan yang diharamkan Allah.

Sedangkan Bank Syariah dalam penentuan harga selalu didasarkan kepada konsep Islam, yaitu kerja sama dalam skema bagi hasil. Bank syariah dalam pengoprasiannya menggunakan sistem bagi hasil. Sistem bagi hasil berdasarkan Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil yang dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi, besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh. Dalam pelaksanaannya bank syariah mempunyai banyak sekali produk, baik itu produk penghimpun dana (funding) seperti Giro Syariah, Tabungan Syariah dan Deposito Syariah, produk penyaluran dana/Pembiayaan (financing), maupun produk jasa perbankan lainnya.2

Konsep mudharabah adalah untuk memudahkan orang-orang yang mempunyai keterbatasan modal serta keterbatasan keahlian, sebagian orang memiliki harta namun tidak mampu mengelolanya dan ada juga orang yang tidak memiliki harta namun mempunyai kemampuan untuk mengelola dan mengembangkannya. Maka syariat membolehkan kerjasama ini agar mereka bisa saling mengambil manfaat di antara mereka, pemilik modal memanfaatkan

1 Muhammad.2005. “Manajemen Bank Syariah” ,Edisi revisi, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, hlm. 3-4.

2 Muhammad.2019. “Manajemen Pembiayaan Mudharabah” Cetakan Pertama, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offse, hlm 35

(15)

keahlian mudharib (pengelola) dan mudharib memanfaatkan harta, dengan demikian terwujudlah kerjasama harta dan amal. Allah tidak mensyariatkan satu akad kecuali untuk mewujudkan kemaslahatan dan menolak kerusakan.3

Pada dasarnya Mudharabah adalah suatu akad yang memuat penyerahan modal atau semaknanya dalam jumlah, jenis dan krakter dari seorang pemilik modal (shahibul maal) kepada pengelola (mudharib).4

Dengan demikian, maka pada perbankan Syariah dikenal adanya dua sisi peranan bank, yaitu pada sisi penghimpunan dana masyrakat, bank berperan sebagai pengelola usaha (mudharib) melalui akad mudharabah dengan pemilik tabungan mudharabah dan deposito mudharabah (shaibul ma’al), serta pada sisi penyaluran dana kepada masyarakat. Bank dapat pula berperan sebagai pemilik dana (shaibul ma’al) melalui akad mudharabah dengan nasabah yang menggunakan dana (mudharib).5

Sistem bagi hasil tentunya tidak terlepas dari kaitannya dengan masyarakat, salah satu keterkaitan tersebut adalah tentang bagaimana masyarakat, khususnya nasabah mampu memahami pelaksanaan sistem bagi hasil terhadap pendanaan maupun pembiayaan dengan menggunakan akad mudharabah yang dijalankan setiap perbankan. Masyarakat juga masih banyak yang belum memahami antara bunga dengan sistem bagi hasil, dan juga kurang mengetahui bagaimana pelaksanaan sistem bagi hasil yang sebenarnya terhadap pendanaan maupun pembiayaan menggunakan akad mudharabah yang telah di jalankan di

3 http://ww.abufawaz.wordpress.com (Diakses pada Tanggal 14 January 2021)

4 Ibid.,hlm 93-94

5 Karnaen A. Pewartaatmadja.2002. “Upaya Memurnikan Pelayanan Bank Syariah, Khusus Pembiayaan Murabahah dan Mudharabah di Indonesia”.Jakarta hlm 13

(16)

Bank Syariah. Sehubung dengan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Dana Moneter (BPRS Dana Moneter), Bank Tabungan Negara (BTN Syariah) dan Bank Negara Indonesia (BNI Syariah), dalam rangka penelitian yang berkaitan dengan sistem tersebut. Agar penulisan tidak melebar kemana-mana, maka dalam hal ini penulis lebih memfokuskan pada pelaksanaan dengan menggunakan akad Mudharabah saja, tidak beserta pelaksanaan kredit, pelayanan jasa, prinsip simpanan, prinsip sewa dan lainnya yang tidak sejalan dengan tujuan peneliti.

Berdasarkan hasil diskusi dengan nasabah yaitu Munawar Ahmad (39 tahun) pekerjaan guru SMAN 21 Makassar (BNI Syariah), Bapak Alfian Hardiansyah (38 tahun) pekerjaan Kontraktor (BTN Syariah) dan ibu Sri Wahyuni Bahrisya (35) pekerjaan PNS (BRI Syariah) penulis menarik kesimpulan, mengatakan jika dilihat dari penerapan akad mudharabah setiap nasabah berpendapat bahwa akad yang digunakan oleh bank syariah masih belum benar sepenuhnya syariah. Menurut pendapat masing-masing nasabah menganggap bahwa jumlah pendapatan yang dibagihasilkan lebih banyak untuk pihak bank tetapi bagi nasabah jumlah bagi hasil yang merupakan bagiannya menjadi berkurang karena semua ongkos yang digunakan menjadi tanggungan pihak nasabah, dalam presfektif fiqih yang harus dibagihasilkan adalah keuntungan bersih setelah dikurangi biaya-biaya untuk kegiatan mudharabah dan tidak boleh keuntungan kotor sebelum dikurangi biaya-biaya sebab keuntungan dalam akad mudharabah hanya boleh dibagi hasilkan setelah benar-benar jelas keuntungannya. Dan yang menyatakan adanya kesepakatan bersama dalam

(17)

pembagian nisbah atau keuntungan, tetapi nasabah tidak diberikan kesempatan seutuhnya untuk bernegosiasi atau membuat kesepakatan yang sama-sama di setujui dalam hal bagi hasil, namun pihak bank syariah hanya memberikan nisbah yang sudah ditentukan oleh pihak bank syariah itu sendiri. Dengan demikian nasabah hanya bisa menerima tanpa diberi kesempatan untuk bernegosiasi untuk membuat kesepakatan yang bisa sama-sama di setujui dalam pembagian nisbah.

Serta tidak adanya proses tawar menawar pada saat akad akan dijalankan dimana pihak bank hanya memberikan formulir perjanjian kepada pihak nasabah, kemudian nasabah hanya menyepakatinya dan jika dilihat dalam konsepnya, Mudharabah merupakan kesepakatan yang dibuat oleh kedua belah pihak dalam melakukan kerjasama. Oleh karena itu, dari hasil diskusi ke nasabah yang menggunakan akad mudharabah penulis tertarik membuat penulisan hukum dengan judul sebagai berikut: “ANALISIS YURIDIS IMPLEMENTASI MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH DI KOTA MAKASSAR.”

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan Mudharabah pada Bank syariah di kota Makassar?

2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Mudharabah pada Bank Syariah di kota Makassar?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini:

1. Untuk mengatahui pelaksanaan Mudharabah di BPRS Dana Moneter, BNI Syariah dan BTN Syariah.

(18)

2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi Mudharabah di BPRS Dana Moneter, BNI Syariah dan BTN Syariah.

1.4 Kegunaan Penelitian

Suatu penelitian tentunya diharapkan memberikan manfaat yang berguna, khususnya bagi ilmu pengetahuan di bidang penelitian tersebut. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu di bidang hukum perdata khususnya di bidang hukum perbankan mengenai pelaksanaan simpanan dengan sistem bagi hasil (Mudharabah) di bank syariah.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti.

b. Membantu memberikan pemahaman mengenai pelaksanaan dengan akad Mudharabah di bank syariah.

c. Memberikan sumbangan pemikiran bagi para pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini (Akademisi, Peneliti selanjutnya, Nasabah, staf dan Pegawai Bank dan lainnya).

(19)

7 2.1.1 Pengertian Bank

Secara sederhana bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya6.

Sedangkan menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998 yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.7

Menurut Syarif Arbi, bank adalah lembaga keuangan yang usahanya menyerap dana dari kelompok masyarakat yang berlebihan dana dan menyalurkannya kepada kelompok masyarakat yang kekurangan dan membutuhkan dana tersebut serta memenuhi persyaratan tertentu untuk diberikan bantuan dana tersebut8.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat berbentuk simpanan dan menyalurkan dana ke masyarakat dalam

6 Kasmir. 2004. Dasar-dasar Perbankan. Edisi Kesatu. Cetakan ke-3. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.hlm 2

7 Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan

8 Syarif Arbi. 2003. Mengenal Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank. Jakarta: Djambatan.

Hlm 5-6

(20)

8

lainnya, seperti transfer (pengiriman uang), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari luar kota/luar negara (inkaso), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam kota (clearing), letter of credit (L/C), safe deposit box, dan sebagainya.9

2.1.2 Asas, Fungsi, dan Tujuan Bank

Dalam pasal 2, 3 dan 4 Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, bank mempunyai asas, fungsi dan tujuan sebagai berikut:

a. Asas Perbankan Indonesia dalam melaksanakan kegiatan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati- hatian.

b. Fungsi utama perbankan adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat.

c. Tujuan Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan rakyat banyak.10

9 Ibid.,hlm 6

10 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perbankan Pasal 2,3 dan 4

(21)

2.1.3 Penggolongan Bank

Dalam buku yang berjudul “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, Kasmir menggolongkan bank antara lain sebagai berikut: 11

a. Dilihat dari fungsinya

Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan nomor 7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 10 tahun 1998 maka jenis perbankan terdiri dari:

1) Bank umum adalah bank yang malaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.12

b. Dilihat dari Segi Kepemilikannya 13 1) Bank milik pemerintah

Dimana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh:

BNI, BRI, BTN, BPD.

11Kasmir. 2001 “Bank dan Lembaga keuangan lainnya”. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada hlm 32

12 Ibid.,hlm 34

13 Ibid.,hlm 35

(22)

2) Bank milik swasta nasional

Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. Contoh: Bank Muamalat, BCA, Bank Bumi Putra, Bank Danamon, Bank Lippo, Bank Niaga, dan lain-lain.

3) Bank milik koperasi

Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Contoh : Bank Umum Koperasi Indonesia.

4) Bank milik asing

Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Jelas kepemilikannya pun dimiliki oleh pihak luar negeri. Contoh: ABN AMRO Bank, City Bank, Bangkok Bank, Hongkong Bank, Bank of Tokyo, Bank of America, dan lain sebagainya.

5) Bank milik campuran

Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh Warga Negara Indonesia. Contoh: Sumitomo Niaga Bank, Mitsubisi Buana Bank, Inter Pasifik Bank, Sanwa Indonesia Bank, dan lain-lain.

c. Dilihat dari Segi Statusnya14

Kedudukan atau status bank menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas

14 Ibid.,hlm 36

(23)

pelayanannya. Oleh karena itu untuk memperoleh status tersebut diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu. Status bank yang dimaksud adalah:

1) Bank Devisa

Bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, travellers cheque, pembukaan dan pembayaran Letter of Credit dan transaksi lainnya.

2) Bank Non Devisa

Bank yang belum mempunyai ijin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Dimana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas negara.

d. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga

Bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya menggunakan dua metode:

1) Menetapkan bunga sebagai harga jual, baik untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito dan untuk produk pinjaman (kredit). Penentuan harga ini disebut dengan istilah spread based.

2) Untuk jasa-jasa bank lainnya menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau presentase tertentu (fee based)15.

15 Ibid.,hlm 39

(24)

2.2 Tinjaun Tentang Bank Syariah

2.2.1 Pengertian Bank Syariah Dan Sejarah

Istilah yang biasa digunakan untuk sebutan Bank Islam adalah bank syariah. Menurut ensiklopedi Islam, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariat Islam.

Berdasarkan rumusan tersebut, Bank Islam berarti bank yang tata cara beroperasinya didasarkan pada tata cara bermuamalat secara islam, yakni mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Al- Hadits 16. Sedangkan pengertian muamalat adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan manusia dengan manusia, baik hubungan pribadi maupun antara perorangan dengan masyarakat 17.

Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau bisa disebut Bank Tanpa Bunga adalah lembaga keuangan atau perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Atau dengan kata lain, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat islam18.

16 Warkum Sumitro. 2004. “Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait”. Edisi Revisi. Cetakan ke-4. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.hlm 5

17 Ibid.,

18 Muhammad. 2005. Manajemen Bank Syariah. Edisi Revisi. Yogyakarta: AMPYKPN.hlm 13

(25)

Sedangkan Antonio dan Perwataatmadja membedakan menjadi dua pengertian yaitu bank islam dan bank yang beroperasi dengan prinsip syariah islam atau bank yang tata cara beroperasinya mengacu pada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadits. Sementara bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah islam adalah bank yang dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuan- ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara islam. Dikatakan lebih lanjut, dalam tata cara bermuamalat dijauhi praktik- praktik yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan19.

Menurut Malayu Hasibuan, bank berdasar prinsip syariah adalah bank umum syariah atau bank perkreditan rakyat syariah yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam atau dengan kata lain yaitu bank yang tata cara beroperasinya mengacu pada ketentuan- ketentuan Islam (Al-Qur’an dan Hadits).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang berbentuk bank, baik bank umum maupun bank perkreditan rakyat yang pengoperasiannya disesuaikan dengan ketentuan- ketentuan dan prinsip-prinsip syariah Islam berdasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits.

Menurut Kasmir dalam bukunya “Dasar-dasar Perbankan” menjelaskan bahwa awal mula kegiatan bank syariah yang pertama sekali dilakukan di Pakistan dan Malaysia tahun 1940-an. Di Kairo Mesir pada tahun 1963 berdiri

19 Muhammad.Lo.cit.hlm 13

(26)

Islamic Rural Bank di desa Mit Ghamr. Bank ini beroperasi di pedesaan Mesir dan masih berskala kecil.20

Pakistan merupakan negara pelopor utama dalam melaksanakan sistem perbankan syariah secara nasional. Pemerintah Pakistan mengkonversi seluruh sistem perbankan di negaranya tahun 1985 menjadi sistem perbankan syariah.

Sebelum tahun 1979 beberapa institusi keuangan terbesar di Pakistan telah menghapus sistem bunga dan mulai tahun itu juga pemerintah Pakistan mensosialisasikan pinjaman tanpa bunga, terutama kepada petani dan pelayan.

Perkembangan selanjutnya adalah tahun 1983 berdiri Faisal Islamic Bank of Kibris di Siprus. Sedangkan di Malaysia Bank Syariah lahir tahun 1983 dengan berdirinya Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) dan pada tahun 1999 lahir pula Bank Bumi Putera Muamalah.21

Di Iran sistem perbankan syariah mulai berlaku secara nasional pada tahun 1983 sejak dikeluarkannya undang-undang Perbankan Islam. Berikutnya di Turki negara yang berideologi sekuler Bank syariah lahir tahun 1984 yaitu dengan hadirnya Daar al-maal al-islami serta Faisal Finance Instituation yang mulai beroperasi tahun 1985.

Pada sidang Menteri Keuangan Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Jeddah tahun 1975 telah disetujui rancangan pendirian Bank Pembangunan Islam (Islamic Development Bank) dan semua anggota OKI menjadi anggota Islamic Development Bank (IDB). Pendirian IDB ini merupakan jalan panjang yang sudah

20 Kasmir.Lo.cit.hlm 9

21Kasmir.2002. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”.Edisi keena. Jakarta:Raja Grafindo Persada.hlm 178

(27)

dirintis sejak sidang Menteri Luar Negeri OKI di Karachi Pakistan tahun 1970.

Saat ini bank Islam sudah tersebar di berbagai negara-negara muslim dan non muslim, baik di benua Amerika, Australia, dan Eropa. Bahkan banyak perusahaan keuangan dunia seperti Citibank telah membuka cabang yang berdasarkan syariah.

Kemunculan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang memperkenalkan sistem “Perbankan Bagi Hasil” ikut memperkuat eksistensi Perbankan Syariah di Indonesia saat itu. Dalam Undang-Undang tersebut pada pasal 6 ayat (m) dan pasal 13 ayat (c) menyatakan, bahwa salah satu usaha Bank Umum dan BPR adalah menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip “Bagi Hasil” sesuai dengan ketentuan yang telah ditentukan dalam PP Nomor 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Sehingga pada masa itu, pengertian mengenai Perbankan Syariah masih disamarkan dengan Sistem Bagi Hasil, belum menggunakan istilah Syariah.

Baru setelah munculnya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992, istilah Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil berubah menjadi Bank Berdasarkan Prinsip Syariah, yang disebutkan dalam pasal 1 ayat (3), (4), (12), dan (13). Bahkan dalam pasal 1 ayat (13) yang menerangkan tentang pengertian prinsip syariah dalam perbankan ini, juga terdapat penguatan kedudukan hukum Islam bidang perikatan dalam Tatanan Hukum Positif.22

22 Hari Dwi Prasetyo. 2007. “Membangun Ekonomi Umat dengan Sistem Hukum Islam (Syariah)”. Makalah. Surakarta: UNS.hlm 10

(28)

2.2.2 Dasar Hukum Bank Syariah Indonesia

Ada beberapa ketentuan yang menjadi dasar hukum bagi beroperasinya bank berdasarkan syariah. Berikut dikemukakan oleh Munir Fuady dalam bukunya

“Hukum Perbankan Modern”: 23

a. Dasar Hukum Berupa Peraturan Perbankan

Walaupun pembicaraan-pembicaraan tentang bank berdasarkan syariah sudah lama ada di Indonesia, tetapi momentum terhadap lahirnya bank-bank yang bergerak di bidang berdasarkan syariah tersebut baru ada setelah lahirnya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang kemudian diubah dengan Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

Memang Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan seakan-akan memukul gong terhadap lahirnya bank berdasarkan prinsip syariah tersebut. Sebab menurut pasal 6 huruf (m) juncto pasal 13 huruf (c) dari Undang- Undang tersebut dengan tegas membuka kemungkinan bagi bank untuk melakukan kegiatan berdasarkan prinsip bagi hasil dengan nasabahnya, baik untuk Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat. Kegiatan pembiayaan bagi hasil tersebut kemudian oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 diperluas menjadi kegiatan apa pun dari bank berdasarkan prinsip syariat yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (dalam undang- undang lama ditetapkan oleh peraturan pemerintah).

b. Dasar Hukum Berupa Hukum Perjanjian

Sebagaimana diketahui bahwa kebanyakan transaksi antara nasabah dan bank sebelumnya didahului oleh adanya suatu perjanjian/kontrak antara bank dan

23 Munir Fuady. 2003. “Hukum Perbankan Modern”. Buku Kesatu. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti.hlm 169

(29)

nasabah yang bersangkutan. Seringkali kontrak tersebut merupakan kontrak baku yang telah disediakan oleh bank yang bersangkutan. Konsekuensinya, ketentuan- ketentuan hukum perjanjian yang bersumber dari Buku ke-II KUH Perdata Indonesia berlaku juga terhadap transaksi- transaksi perbankan tersebut.24

c. Dasar Hukum Berupa Syariat Islam

Karena produk-produk dari bank berdasarkan syariah bersumber dari syariat islam, maka seluruh kegiatan yang dilakukan oleh bank berdasarkan syariah tidak boleh bertentangan dengan hukum islam. Oleh sebab itu, ada kewajiban untuk membentuk Dewan Pengawas Syariah bagi bank yang bersangkutan. Bahwa berlakunya hukum syariat bagi bank berdasarkan syariat terlihat dari produk-produk yang dihasilkannya, dan hal tersebut dengan tegas pula disyaratkan dalam pasal 6 huruf (m) dan pasal 13 huruf (c). Menurut pasal 1 ayat (13) dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan prinsip syariah adalah aturan-aturan perjanjian yang berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain, pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina)25.

24 Ibid.,hlm170

25 Ibid.,hlm 171

(30)

2.2.3 Jenis-jenis Bank Syariah

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pasal 1 angka 3 dan 4 menjelaskan bahwa:

a. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

b. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka jenis-jenis perbankan syariah dibagi:

a. Bank Umum Syariah

b. Bank Perkreditan Rakyat Syariah

2.2.4 Fungsi Dan Peranan Dewan Pengawas Syariah

Sebuah perusahaan yang menjalankan bisnis syariah, termasuk perusahaan asuransi, harus memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas mengawasi pelaksanaan prinsip syariah di perusahaan tersebut.

Dewan Pengawas Syariah itu sendiri merupakan suatu badan/lembaga independen yang ditempatkan oleh Dewan Syariah Nasional pada lembaga keuangan syariah. Anggota DPS harus terdiri dari para pakar di bidang syariah muamalah yang juga memiliki pengetahuan umum di bidang perbankan.26

26Zainul Arifin. 2005. “Dasar -Dasar Manajemen Bank Syariah”, Jakarta: Alvabet, hlm. 106.

(31)

Dewan Pengawas Syariah adalah ahli syariah yang diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia, dengan tugas memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan perusahaan agar sesuai dengan prinsip syariah.

Fungsi utama DPS adalah mengawasi kegiatan usaha lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan ketentuan dan prinsip syariah yang telah difatwakan oleh DSN MUI (Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia).

Keanggotaan DPS di perusahaan asuransi minimal 1 orang dan boleh lebih. Seorang DPS dapat merangkap maksimal pada empat lembaga keuangan syariah.

Tugas-tugas Dewan Pengawas Syariah:

a. Memberikan nasihat dan saran kepada pemimpin perusahaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan aspek syariah.

b. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan fatwa DSN serta memberikan pengarahan/pengawasan produk/jasa pengelolaan kekayaan dan kewajiban, praktik, pemasaran, dan kegiatan usaha agar sesuai dengan prinsip syariah.

c. Merumuskan permasalahan-permasalahan yang memerlukan pembahasan DSN

d. Sebagai mediator antara perusahaan asuransi syariah dengan DSN dalam mengkomunikasikan usul dan saran pengembangan produk dan jasa dari lembaga keuangan syariah yang memerlukan kajian dan fatwa dari DSN

(32)

e. Melaporkan hasil pengawasan perusahaan kepada OJK (Otoritas Jasa Keuangan) sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali dan ke DSN sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam setahun.27

Kriteria Anggota Dewan Pengawas Syariah

Terdapat sejumlah kriteria bagi individu yang diberikan amanat sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga kualitas pelaksanaan prinsip syariah yang dijalankan.

Adapun kriteria anggota DPS adalah:

a. Memiliki akhlaqul karimah (akhlak mulia) b. Lulus penilaian kemampuan dan kepatutan

c. Bertindak dengan itikad baik, jujur, dan profesional

d. Memiliki kompetensi dan kepakaran di bidang syariah muamalah dan pengetahuan di bidang lembaga keuangan syariah secara umum

e. Memiliki komitmen untuk mengembangkan keuangan berdasarkan syariah f. Memiliki kelayakan sebagai pengawas syariah yang dibuktikan dengan

surat/sertifikasi dari DSN28

2.3 Tinjauan Umum Bagi Hasil 2.3.1 Pengertian Bagi Hasil

Bagi hasil menurut terminologi asing (Inggris) dikenal dengan profit sharing.

Secara definitif profit sharing diartikan: “distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai dari perusahaan”. Keuntungan yang dibagikan harus dibagi secara

27Briefcase Book Eduksi Profesional Syariah, “Sistem dan Mekanisme Pengawasan Syariah”, (Jakarta : Renaisan, 2005), hlm. 17.

28 Ridwan Ahmad.2011. “Audit dan Pengawas Syariah pada Bank Syariah”.

https://naifu.wordpress.com/ diakses pada tanggal 22 Dessember 2020

(33)

profesional antara Shohibbul mal (pemilik dana) dengan mudharib (pengguna dana)29. Bagi hasil adalah suatu perkongsian, dimana terjadi perserikatan dua orang/pihak atau lebih dalam suatu kegiatan usaha atau proyek dimana masing- masing pihak berhak atas segala keuntungan dan bertanggung jawab akan segala kerugian yang terjadi 30.

Jadi bagi hasil merupakan kesepakatan besarnya masing-masing porsi bagi hasil yang akan diperoleh oleh pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib) yang tertuang dalam akad atau perjanjian yang telah ditandatangani pada awal sebelum dilaksanakan kerjasama.

Prinsip bagi hasil (profit sharing) merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi operasional bank Islam secara keseluruhan. Berdasarkan prinsip ini, bank Islam akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun pengusaha peminjam dana. Selanjutnya menurut Undang-Undang perbankan disebutkan bahwa:

Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara Bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan

29 Muhammad.Lo.cit.hlm 105

30 Syarif Arbi.Lo.cit.hlm 215

(34)

pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak Bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina)31.

2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil di Bank Syariah

Faktor-faktor yang mempengaruhi bagi hasil di bank syariah ada yang langsung dan yang tidak langsung :

a. Faktor langsung (direct factor) yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah investment rate, jumlah dana yang tersedia, dan nisbah bagi hasil (profit sharing ratio).

1) Invesment Rate merupakan presentase aktual dana yang diinvestasikan dari total dana. Jika bank menentukan investment rate 80 persen berarti 20 persen dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas.

2) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan.

3) Nisbah bagi hasil ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian dan antara satu bank dengan bank lainnya dapat berbeda.

b. Faktor tidak langsung yang mempengaruhi bagi hasil adalah:

1) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah, bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan biaya. Pendapatan yang dibagi hasilkan merupakan pendapatan yang diterima dikurangi biaya- biaya. Jika semua biaya ditanggung bank, maka disebut revenue sharing.

31 UU Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.Pasal 1 ayat 13

(35)

2) Kebijakan akunting (prinsip dan metode akuntansi). Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya32.

2.3.3 Macam-macam Bagi Hasil a. Akad Mudharabah

Akad Mudharabah yaitu akad kerja sama usaha antara nasabah dan bank, di mana nasabah akan memberikan modal untuk usaha, sementara bank menjadi pihak penyelenggara atau yang melakukan investasi atau usaha. Dalam akad itu akan dijelaskan secara rinci berapa bagian Keuntungan yang akan diperoleh masing-masing pihak, yaitu bank dan nasabah. Termasuk juga perjanjian kalau terjadi kerugian. Biasanya kerugian yang dilakukan nasabah akan ditanggung oleh nasabah itu sendiri, sementara jika bank yang melakukan kesalahan, maka yang akan bertanggung jawab adalah pihak bank. Jadi, dalam hal ini, kedua pihak bisa dikatakan saling menguntungkan. Akad ini biasanya dilakukan dalam deposito syariah, di mana bank akan mengunakan dana deposito itu untuk investasi atau usaha. Tentu saja, investasi atau bisnis usaha yang dilakukan tidak boleh melanggar aturan syariat Islam.33

b. Akad Musyarakah

Akad Musyarakah merupakan perjanjian kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu. Baik bank atau pihak yang terlibat sama-sama mengeluarkan modal dengan porsi yang sama dan akan menanggung risiko secara

32Muhammad.Lo.cit.110-111

33 Warkum Sumitro. 2004. “Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait”. Jakarta:

PT.Grafindo Persada,hal.33

(36)

bersama-sama juga. Dalam cara kerja bank konvensional, akad musyarakah ini masuk dalam kredit modal kerja, di mana perbankan syariah akan memberikan kredit. Hanya bedanya, bank konvensional akan menetapkan jumlah suku bunga tertentu, sementara bank syariah mendapat pembagian keuntungan sebagaimana yang sudah disepakati. Perbedaan lainnya yaitu bila bank konvensional tidak akan rugi karena pinjaman itu harus dikembalikan berikut bunga, bank syariah masih memiliki kemungkinan merugi bila kerja sama usaha itu gagal.

c. Akad Murabahah

Prinsip akad yang terakhir ini adalah berdasarkan aktivitas jual beli barang dengan tambahan keuntungan untuk bank syariah yang disepakati kedua belah pihak. Misalnya bank membeli tanah dengan harga Rp 100 juta dan akan menjualnya lagi dengan harga Rp 120 juta kepada pembelinya. Baik bank dan pembelinya sama-sama setuju dengan tambahan keuntungan yang didapat bank yaitu Rp 20.000.000. Pihak pembeli akan mencicil seharga Rp 120 juta itu ke bank dengan cicilan tetap hingga tenor pinjamannya habis.Akad Murabahah ini sering dilakukan untuk perjanjian penggunaan produk Kredit Pembelian Rumah, properti, tanah, kendaraan bermotor, tempat usaha dan lain-lain.34

2.4 Tinjauan Tentang Mudharabah 2.4.1 Pengertian Mudhrabah

Mudharabah bisa juga disebut dengan qiradh yang berarti “memutuskan”.

mudharabah berasal dari kata dharb, yang berarti memukul atau berjalan.35

34 Ibid.,hlm 35-36

35 Ibid., hlm 7

(37)

Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Secara teknis, al- mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara kedua belah pihak dimana pihak pertama (shohibul mal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.

Dibawah ini ada beberapa pendapat mengenai pengertian mudharabah secara istilah, diantaranya:

a. Mudharabah menurut Abdur Rahman L. Doi yaitu : Mudharabah dalam terminologi hukum adalah suatu kontrak dimana suatu kekayaan (property) atau persediaan (stock) tertentu (rabb al mal) kepada pihak lain untuk membentuk suatu kemitraan yang diantara kedua belah pihak berhak memperoleh keuntungan.36

b. Menurut Umer Chapra, seorang pakar ekonomi dari Pakistan mengartikan mudharabah sebagai sebuah bentuk kemitraan di mana salah satu mitra disebut shahibul maal atau rubbul maal (penyedia dana) yang menyediakan sejumlah modal tertentu dan bertindak sebagai mitra pasif (mitra tidur), sedangkan mitra yang lain disebut mudharib yang menyediakan keahlian usaha dan manajemen untuk menjalankan venture, perdagangan, industri atau jasa dengan tujuan untuk mendapatkan laba.37 c. Mudharabah menurut ahli fiqih yaitu : Mudharabah menurut ahli fiqih

merupakan suatu perjanjian dimana seseorang memberikan hartanya

36 Sutan Remy Sjahdeini, 2007. “Perbankan Dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia”, Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, Hlm., 29

37 Neneng Nurhasanah. 2015. “Mudharabah dalam Teori dan Praktik”, Bandung: PT Refika Aditama, hlm. 69

(38)

kepada orang lain berdasarkan prinsip dagang dimana keuntungan yang diperoleh akan dibagi berdasarkan pembagian yang disetujui oleh 4 para pihak.38

Sedangkan menurut fatwa DSN (Dewan Syariah Nasional) MUI No.

07/DSN-MUI/IV/2000, mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh LKS kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif.

jadi, Mudharabah adalah suatu akad kerjasama yang dilakukan antara kedua belah pihak yakni shohibul mal manyediakan seluruh modal dan mudharib sebagai pengelola modal39.

2.4.2 Dasar Hukum Mudharabah

Setiap peraturan dan sistem yang berlaku pasti menggunakan dasar untuk memperkuat serta menjadi pedoman utamanya. Dalam akad mudharabah ada beberapa dasar hukum yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist.

a. Al-Qur’an

Sebagai kitab suci umat Muslim, Quran merupakan dasar hukum pertama dalam setiap peraturan manusia menurut agama Islam. Semua sudah diatur dalam Al Quran dengan detail dan lengkap termasuk mengenai transaksi secara syariah dan berbagai keuntungannya,

“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah karunia Alloh SWT.” 40

38Sutan Remy Sjahdeni, Op.Cit, Hlm. 30

39 Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syari’ah (dari Teori ke Praktik). Jakarta: Gema Insani Press, Cet I. 2001.hlm 95

(39)

“……. Maka, jika sebagian kamu memercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya ….” 41.

“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, Maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran.

Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai Balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.42

40 Qur’an Surah Al-Jumu’ah (surah 62 ayat ke 10)

41 Qur’an Surah Al-Baqarah (Surah 2 ayat ke 283)

42 Qur’an Surah Al-Muzammil (surah 73 ayat ke 25)

(40)

b. As Sunnah

As sunnah merupakan dasar hukum kedua dari akad mudharabah. Dimana dari Shalih bin Suaib r.a Bahwa Rasulullah SAW bersabda, “tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan yaitu jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencampuradukan dengan tepunguntuk keperluan rumah bukan untuk dijual.” 43

Sedangkan HR Thabrani dari Ibnu Abbas menyebut “Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia mensyaratkan kepada pengelola dananya agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (pengelola dana) harus menanggung tersikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas didengar oleh Rasulullah SAW, beliau membenarkannya.”44

Dalam hal ini, Sunnah dan Quran juga turut serta membantu kita dalam melakukan transaksi dengan jujur, dan juga memberikan selalu laporan keuangan agar tidak terjadi kesalahpahaman ketika bertransaksi.

Kata yang menjadi wajhud-dilalah atau argument dari ayat di atas adalah yadhribun yang sama dengan akar kata mudharabah yang berarti melakukan suatu perjalanan usaha.

2.4.3 Syarat dan Rukun Mudharabah a. Syarat Akad Mudharabah

Agar akad mudharabah dapat dilakukan, maka perlu dipenuhi beberapa syarat berikut ini:

43Hadits Riwayat Ibnu Majjah

44 Hadits Riwayat Thabrani dari Ibnu Abbas

(41)

1) Adanya pemilik modal dan pengelola dana yang sudah balig dan berakal sehat.

2) Adanya modal yang diserahkan dalam bentuk yang jelas bukan utang.

Modal dapat berupa uang tunai atau aset lainnya.

3) Terjadi ijab dan kabul yang menunjukkan persetujuan kedua belah pihak antara yang menanam modal dengan yang mengelola.

4) Nisbah yang dibuat oleh kedua belah pihak harus dengan pembagian yang adil dan jelas, jika dikemudian hari ada perubahan nisbah, maka harus dengan persetujuan kedua belah pihak terlebih dulu.

5) Masing-masing pihak memenuhi persyaratan kecakapan wakalah.45 b. Rukun Akad Mudharabah

Akad mudharabah dapat terlaksana dengan baik apabila memenuhi rukun- rukun berikut ini:46

1) Pemilik Modal Maupun Pelaksana Usaha

Pada dasarnya rukun akad mudharabah serupa dengan rukun jual beli.

Perbedaannya terletak pada adanya nisbah keuntungan. Akad mudharabah terjadi karena ada kesepakatan antara dua pihak, yaitu pihak pemilik modal dengan pihak penanam modal. Jika tidak ada dua pihak ini, maka akad mudharabah tidak dapat terlaksana.

45https://dosenakuntansi.com/ “syarat dan Rukun Mudharabah” diakses pada tanggal 22 agustus 2020

46Adiwarman Karim.2004. “Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan”, Edisi 1, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hlm. 182.

(42)

2) Modal dan Kerja atau Objek Mudharabah

Rukun selanjutnya objek dari mudharabah itu sendiri yaitu modal dan pengelolaannya itu sendiri. Pemilik modal yang akan menyerahkan modalnya.

Sedangkan pihak pengelola dana yang akan menjalankan bisnis bersama ini.

3) Ijab Kabul atau Persetujuan Kedua Belah Pihak

Kedua belah pihak, baik pihak penanam modal maupun pihak yang mengelola harus setuju akan usaha bersama yang mereka lakukan tanpa adanya paksaan. Pemilik modal bertanggung jawab dengan penanaman modalnya dan pengelola dana bertanggung jawab untuk bekerja menjalankan usaha mereka.

4) Nisbah Keuntungan

Nisbah merupakan rukun yang tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah merupakan ciri khas dari akad mudharabah. Kegunaan nisbah adalah untuk menunjukkan tingkat imbalan yang diterima oleh pihak-pihak yang terlibat dalam akad mudharabah. Pemilik modal mendapat imbalan atas penanaman modalnya dan pengelola dana mendapat imbalan atas kinerjanya menjalankan usaha.

Dengan nisbah atau pembagian keuntungan ini, maka perselihan diantara pihak- pihak yang terikat menjadi dapat dihindari.47

2.4.4 Macam-Macam Mudharabah

Secara umum, mudharabah terbagi menjadi 2 jenis, mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqayyadah :

47 Adiwarman A. Karim. 2014. “Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan”, Jakarta : PT RajaGrafino Persada,hlm. 205.

(43)

1. Mudharabah Muthlaqah

Yang dimaksud dengan mudharabah muthalaqah adalah bentuk kerjasama dimana antara shahibul al- mall dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqih ulama salafus shaleh seringkali dicontohkan dengan ungkapan: if`al masyi`ta (lakukanlah sesukamu) dari shahibil al-mal ke mudharib yang memberikan kekuasaan sangat besar.48

2. Mudharabah Muqayyadah

Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted mudharabah atau specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah muthalaqah, si mudharib dibatasi dengan batasan-batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si shahibul al- mal dalam memasuki jenis dunia usaha.49

48 Mansur. 2009. “Seluk Beluk Ekonomi Islam”, Salatiga: STAIN Salatiga Press,hlm. 83.

49 Ibid.,hlm 84

(44)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Dana Moneter jalan Gunung Bawakaraeng Nomor 91 A-B, Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah di Jalan Ahmad Yani, Pattunuang dan Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah di jalan Vetran Utara Nomor 295 B Maricaya Baru Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan sebagai instansi yang berwenang penuh untuk masalah yang diteliti.

3.2 Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang penulis gunakan adalah tipe penelitian Hukum Empiris. Penelitian ini termasuk suatu penelitian yang berusaha mengidentifikasikan hukum yang terdapat dalam masyarakat dengan maksud untuk mengetahui gejala-gejala lainnya.50 Dalam penelitian ini penulis mendeskripsikan secara lengkap, objektif dan menyeluruh mengenai pelaksanaan sistem bagi hasil (Mudharabah) di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Dana Moneter, Bank BNI Syariah dan BTN Syariah.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis dan sumber data yang digunakan dalam penulisan penelitian ini terbagi atas dua yaitu:

50 Soerjono Soekanto. 1986. “Pengantar Penelitian Hukum”. Cetakan Ketiga. Jakarta: UI- Press.hlm 10

(45)

1. Data primer, yakni data dan informasi yang diperoleh secara langsung melalui wawancara dengan Nasabah dan Pegawai di BPRS Dana Moneter, BNI Syariah dan BTN Syariah ataupun pihak-pihak terkait dengan penulisan skripsi ini.

2. Data sekunder, yakni data yang diperoleh dari penelaahan kepustakaan berupa peraturan Perundang-Undangan, Al-Qur’an dan Hadits, karya ilmiah, maupun jurnal yang berhubungan dan menunjang penulisan ini.

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah Pegawai Bank dan Nasabah yang telah dipilih untuk menjawab pertanyaan penulis.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data berdasarkan, yaitu:

1. Wawancara (Interview)

- Pimpinan Bank setiap Instansi - Nasabah

2. Penelitian kepustakaan (Library Research)

Penulis mengumpulkan data-data melalui kepustakaan dengan membaca peraturan perundang-undangan dan dokumen terkait dari instansi untuk memperoleh data sekunder.

(46)

34 BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

4.1.1 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS Dana Moneter) 1. Latar Belakang BPRS Dana Moneter

BPR Syariah Dana Moneter yang beralamat di Jalan Gunung Bawakaraeng No.90 A Kec. Bontoala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan pada awalnya bernama BPR Syariah Matahari Ufuk Timur yang didirikan pada tanggal 25 Mei 1993 yang berkedudukan di Kecamatan Mandai Kabupaten Maros.

Namun Sejak Tanggal 26 Februari 2003 BPRS Mentari Ufuk Timur di Akuisisi oleh Keluarga Bapak H. Aksa Mahmud melalui putrinya Hj. Melinda Aksa dengan akta nomor 10 dan 11 yang dibuat dihadapan Notaris MESTARIANY HABIE, SH. Sehingga sejak saat itu kepemilikan Saham PT.BPRS Mentari Ufuk Timur 100 % milik keluarga H. Aksa Mahmud.

Tanggal 28 April 2003 dilakukan Rapat Umum Pemegang Saham untuk melakukan Perubahan Anggaran Dasar, Nama dan Tempat Kedudukan Perseroan dengan akta nomor 14 tahun 2003 yang dibuat dihadapan Notaris MESTARIANY HABIE,SH. dan mendapat pengesahan dari Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia nomor C-20870 HT.01.04.TH.2003. Pemberian nama Dana Moneter diilhami oleh nama perusahaan yang didirikan H. Aksa Mahmud dimana

(47)

perusahaan tersebut menjadi cikal bakal Bosowa Coorporation yaitu CV.

Moneter.51

2. Visi Dan Misi BPRS Dana Moneter

a. Visi: Menjadi BPRS terbaik dan terbesar di Indonesia Timur b. Misi:

 Sumber daya Insani (SDI) profesional yang mengedepankan pelayanan prima.

 Berorientasi pemenuhan kebutuhan nasabah.

 Memberi Keuntungan Maksimal bagi stakeholder.

 Berbisnis secara Syari’ah,amanah dan fathonah.

 Menciptakan suasana pasar Bank Perkreditan Rakyat Syariah agar dapat berkembang dengan mendorong terciptanya syarikat dagang yang terkoordinasi dengan baik.

 Mencapai pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan.

 Mempekerjakan pegawai yang profesional dan sepenuhnya mengerti operasional Bank Perkreditan Rakyar Syariah.

 Menunjukkan komitmen terhadap standar kerja operasional perbankan, serta memegang teguh prinsip keadilan, keterbukaan dan kehati-hatian.

 Mengutamakan mobilisasi pendanaan dari golongan masyarakat menengah kebawah dan ritel, memperbesar portofolio pembiayaan untuk skala usaha mikro kecil dan menengah, serta mendorong terwujudnya manajemen zakat, infaq dan shodaqoh yang lebih efektif sebagai cerminan kepedulian sosial.52

51 Web Resmi BPRS Dana Moneter (https://www.google.com/bprsdanamoneter.co.id) diakses pada tanggal 22 Juni 2020

52 Data dari BPRS Dana Moneter Hari Jum’at Tanggal 15 Juni 2020

(48)

3. Jumlah Nasabah BPRS Dana Moneter

No Tahun Produk Pembiayaan dan Funding Mudharabah Murabahah Ijarah

1 2017 2 165 3

2 2018 0 212 0

3 2019 2 357 6

4 2020 1 332 0

Jumlah 5 1066 9

Total Keseluruhan Nasabah 1080

Sumber Data: BPRS Dana Monr53

Berdasarkan Tabel di atas, mengenai rendahnya jumlah nasabah yang menggunakan akad mudharabah di BPRS Dana Moneter, dari hasil wawancara dengan ibu Andi Batari bagian Stap Legal BPRS Dana Moneter mengatakan, rendahnya produk yang menggunakan akad mudharabah dalam penyaluran pembiayaan mudharabah hanya memiliki nilai pangsa sebanyak 3,05% dari total seluruh pembiayaan yang ada. Sedangkan untuk nilai pangsa penyaluran pembiayaan murabahah sebesar 79,10%. Serta tinggiya resiko bank yang akan mengalami kerugian jika terjadi penyalahgunaan dana oleh Mudharib dan ini berkaitan dengan prinsip kehati-hatian pihak bank dalam memilih dan memberikan pembiayaan kepada nasabah. Hal ini juga dapat terlihat dari jumlah nasabah yang menggunakan akad mudharabah yang rendah.

Jika dikaitkan dengan teori Akad mudharabah yang dilakukan antara bank dengan pemilik tabungan mudharabah dan deposito mudharabah membawa konsekuensi risiko bagi pemilik dana akan kemungkinan ruginya usaha bank.

Namun risiko ini relatif lebih ringan karena ketatnya pengawasan Bank Sentral

53 Data yang diperoleh di BPRS Dana Moneter hari Rabu Tanggal 16 Dessember 2020

(49)

kepada sektor perbankan. Selain itu sektor perbankan diwajibkan mengikuti ketentuan Pemerintah dan Bank Sentral dalam rangka melindungi pemilik dana.

Di sisi lain pada waktu bank bertindak sebagai pemilik dana (shahib alm’al), bank menghadapi risiko yang lebih besar karena belum adanya standar biaya untuk pelbagai jenis usaha yang berbeda. Standar biaya yang berlaku sekarang hanya menyangkut ‚upah minimum regional‛, sedangkan untuk biaya operasional lainnya belum ada. Selain daripada itu tidak ada lembaga yang membina dan mengawasi nasabah yang berperan sebagai mudharib.54

Dengan demikian dibandingkan dengan usaha bank dalam bentuk pembiayaan perdagangan (jual-beli) melalui akad murabahah, bay‘ bi dham’an

‘ajil, salam, ijarah, istishna’, dan derivatifnya, usaha pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal dianggap lebih besar risikonya terutama pada akad mudharabah. Karena pada akad mudharabah ini, pihak bank menyediakan 100%

kebutuhan modal usaha, sedangkan pihak pengusaha menyediakan jasa pengelolaan usaha. Sebagai shahib al’mal, bank tidak dibolehkan turut campur dalam kegiatan sehari-hari pihak pengelola usaha.

Tingginya risiko (high risk) inilah yang menjadikan mengapa komposisi penyaluran dana kepada masyarakat yang lebih banyak dalam bentuk pembiayaan perdagangan (murabahah), dibandingkan dengan bentuk penyertaan modal (mudharabah dan musyarakah), padahal yang mempunyai dampak langsung kepada pertumbuhan ekonomi berupa tumbuhnya peluang usaha baru, kesempatan kerja baru, dan peningkatan pendapatan penduduk adalah pembiayaan dalam bentuk kerjasama ini baik mudharabah maupun musyarakah.55

54 Loc.cit Karnaen A. Perwataatmadja. hlm 13

55 Ibid.,hlm 13

(50)

4.1.2 Bank Negara Indonesia (BNI Syariah) 1. Latar Belakang BNI Syariah

Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor 12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin usaha kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun 2003 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Disamping itu, komitmen Pemerintah terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga semakin meningkat.56

Bank Negara Indonesia (BNI Syariah) meresmikan relokasi Kantor Cabang Veteran Makassar dalam rangka meningkatkan layanan dan mendukung pertumbuhan ekonomi syariah di Sulawesi Selatan. Seremonial relokasi ini diselenggarakan di BNI Syariah Kantor Cabang Veteran Makassar, Jl. Veteran Utara No. 295B, Kelurahan Maricayya Baru, Kecamatan Makassar, Kota Makassar. Relokasi kantor cabang Veteran Makassar ini merupakan upaya BNI Syariah untuk memaksimalkan pengembangan ekosistem halal. Hal ini sejalan dengan corporate strategy BNI Syariah yaitu Embracing New Opportunities,

56Web resmi BNI Syariah (https://www.bnisyariah.co.id/) diakses pada hari jum’at Tanggal 18 Dessember 2020

Referensi

Dokumen terkait

Rencana yang akan dilakukan pada rencana tindakan adalah menyiapkan silabus, materi, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, lembar observasi

Dalam pengerjaan tugas akhir ini akan dibuat suatu aplikasi sistem pengenalan wajah pada rekaman video di ruangan dengan membandingkan tingkat akurasi keluaran program

Predictors: (Constant), Personalitas, Gender, Lingkungan Kerja, Penghargaan Financial, Nilai-Nilai Sosial, Pertimbangan Pasar, Pelatihan Profesional, Pengakuan Profesional.

Diharapkan dengan adanya studi literatur ini, dapat menghasilkan strategi komunikasi yang tepat untuk diterapkan bagi masyarakat peternak maupun pemerintah daerah Kabupaten

Namun, kedua pita serapan yang dimiliki senyawa dengan kode noda 6 ini menunjukkan pergeseran hipsokrom yang tidak lazim untuk senyawa flavonoid.. Selain itu, harga

Cara atau metoda tersebut tidak terlepas dari penggunaan teknologi sebagai pendukung dan mempercepat proses pembuatan suatu bangunan, agar kegiatan pembangunan dapat berjalan

Asam humat berstruktur amorf, setelah proses adsorpsi ion Au(III) muncul puncak karakteristik dari logam emas di daerah 2 q 38, 44, dan 64 pada difraktogram sinar X menunjukkan

SERVER1 dalam kondisi hidup dan kondisi link (kabel) terhubung dengan jaringan, sementara SERVER2 dalam kondisi mati atau kondisi link (kabel) tidak terhubung dengan