• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN PEMIMPIN FORMAL DALAM MEMBENTUK ATRIBUT WARGA NEGARA YANG BAIK PADA MASYARAKAT PENDATANG: Studi Deskriptif di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN PEMIMPIN FORMAL DALAM MEMBENTUK ATRIBUT WARGA NEGARA YANG BAIK PADA MASYARAKAT PENDATANG: Studi Deskriptif di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FPIPS: 1804/UN.40.2.2/PL/2013

PERANAN PEMIMPIN FORMAL DALAM MEMBENTUK

ATRIBUT WARGA NEGARA YANG BAIK PADA

MASYARAKAT PENDATANG

(Studi Deskriptif di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh

Zico Oktorachman

0901590

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Zico Oktorachman, 2013

PERANAN PEMIMPIN FORMAL DALAM MEMBENTUK

ATRIBUT WARGA NEGARA YANG BAIK PADA

MASYARAKAT PENDATANG

(Studi Deskriptif di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung)

Oleh

Zico Oktorachman

0901590

Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Pada Pendidikan Kewarganegaraan

@zicozico4, 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang Skripsi ini tidak boleh

diperbanyak seluruhnya atau sebagaian, dengan dicetak ulang, copy, atau

(3)

ZICO OKTORACHMAN

0901590

PERANAN PEMIMPIN FORMAL DALAM MEMBENTUK

ATRIBUT WARGA NEGARA YANG BAIK PADA

MASYARAKAT PENDATANG

(Studi Deskriptif di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING I:

Diketahui oleh,

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP. 19630820 198803 1 001 Prof. Dr. Idrus Affandi, S.H.

NIP. 19540404 198101 1 002

PEMBIMBING II

(4)

Zico Oktorachman, 2013

Skripsi ini telah di ujikan pada :

Hari, Tanggal : Rabu, 30 Oktober 2013

Tempat : Gedung FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia Bandung Panitia Ujian terdiri dari :

1. Ketua :

Prof. Dr. Karim Suryadi, M, Si. NIP. 19700814 199402 1 001 2. Sekretaris :

Prof. Dr. H. Sapriya, M. Ed. NIP. 19630820 198803 1 001 3. Penguji : 3.1

Prof. Dr. Karim Suryadi, M, Si. NIP. 19700814 199402 1 001 3.2

Dr. Cecep Darmawan, S.Pd. S.Ip.,M.Si NIP. 19690929 199402 1 001 3.3

(5)

ABSTRAK

ZICO OKTORACHMAN (0901590) “PERANAN PEMIMPIN

FORMAL DALAM MEMBENTUK ATRIBUT WARGA NEGARA YANG

BAIK PADA MASYARAKAT PENDATANG” (Studi Deskriptif di

Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung).

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk dengan ke-anekaragaman suku bangsa, adat istiadat, agama dan kebudayaan. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Perpindahan penduduk atau migrasi tak lepas dari pola karakter atau kepribadiannya yang serta merta akan terus tertanam dalam diri manusia. Baik buruknya pandangan bangsa lain terhadap negara kita akan ditentukan oleh karakter warga negara yang menjelma menjadi watak, ciri, sifat atau kepribadian bangsa. Pembentukan karakter atau atribut warga negara yang baik harus selalu diupayakan mengingat pembentukan karakter warga negara merupakan suatu proses berkelanjutan. Keberadaan pemimpin formal di tengah-tengah kehidupan masyarakat, diharapkan mampu membawa perubahan terhadap diri warga negara untuk melakukan hal yang positif, kritis dan rasional sehingga dapat menjadikan suatu perbedaan sebagai satu hal yang patut disyukuri sebagai upaya untuk memperkuat dan memiliki rasa kebangsaan yang kuat.

Penelitian ini berupaya mengungkap beberapa rumusan masalah yaitu: (1) Bagaimana peranan pemimpin formal dalam membentuk atribut warga negara yang baik pada masyarakat pendatang?; (2) Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat pendatang dalam membentuk atribut warga negara yang baik?; (3) Kendala apa yang dihadapi pemimpin formal dalam membentuk atribut warga negara yang baik pada masyarakat pendatang?; (4) Upaya apa yang dilakukan pemimpin formal dalam membentuk atribut warga negara yang baik pada masyarakat pendatang?

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan Kualitatif. Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian yaitu peranan pemimpin formal dalam membentuk atribut warga negara yang baik pada masyarakat pendatang.

(6)

ABSTRAK

vii

Zico Oktorachman, 2013

(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN i

KATA PENGATAR ii

UCAPAN TERIMAKASIH iii

ABSTRAK vi

C. Tujuan Penelitian 5

D. Manfaat Penelitian 5

1. Manfaat Teoritis 5

2. Manfaat Praktis 5

E. Struktur Organisasi Skripsi 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7

A. Kajian Tentang Pemimpin Formal 7

1. Pengertian Pemimpin Formal 7 2. Konsep Kepemimpinan 10

3. Tipe Kepemimpinan 12

B. Kajian Tenyang Atribut Warga Negara Yang Baik 17

1. Pengertian Warga Negara 17 2. Pengertian Atribut Warga Negara Yang Baik 18 3. Hak dan Kewajiban Warga Negara 20 4. Ciri-ciri Warga Negara Yang Baik 23

C. KAJIAN TENTANG MASYARAKAT PENDATANG 25

1. Pengertian Masyarakat 25 2. Pengertian Migrasi Penduduk 27 3. Faktor yang Mempengaruhi Perpindahan Penduduk 29 4. Pola Perpindahan Penduduk 39

D. PERAN PEMIMIMPIN FORMAL DALAM MEMBENTUK

WARGA NEGARA 41

BAB III METODE PENELITIAN 44

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 44

1. Lokasi Penelitian 44 2. Subjek Penelitian 44

B. Desain Penelitian 45

1. Tahap Pra Penelitian 45

2. Tahap Perizinan 46

(8)

viii

Zico Oktorachman, 2013

5. Tahap Penyusunan Laporan 47

C. Metode Penelitian 48

D. Penjelasan Istilah 49

1. Pemimpin Formal 49

2. Atribut 49

3. Warga Negara Yang Baik 49 4. Masyarakat Pendatang 49

E. Proses Pengembangan Instrumen 50

1. Pengujian Credibility 50 2. Pengujian Transferbility 50 3. Pengujian Dependability 51 4. Pengujian Confirmability 51

F. Teknik Pengumpulan Data 52

1. Observasi 52

2. Wawancara 52

3. Studi Dokumentasi 53

4. Triangulasi 54

G. Analisis Data 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 58

A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian 58

1. Letak Secara Umum Kecamatan Majalaya 58 2. Visi dan Misi Kecamatan Majalaya 59 3. Struktur Organisasi Kecamatan Majalaya 60

4. Penduduk 61

5. Lembaga Pemerintahan 63

6. Lembaga Ekonomi 64

7. Lembaga Pendidikan 64 8. Sarana dan Prasarana 64

B. Deskripsi Hasil Penelitian 66

C. Pembahasan Hasi Penelitian 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 95

A. Kesimpulan 95

B. Saran 96

DAFTAR PUSTAKA

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, serta bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur secara materil maupun spirituilnya berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Tujuan setiap tahap pembangunan pada hakikatnya adalah meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dalam mencapai tujuan pembangunan tersebut dibutuhkan sumber daya manusia yang mempunyai potensi dan karakteristik sebagai warga negara yang baik, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk dengan keanekaragaman suku bangsa, adat istiadat, agama dan kebudayaan. Di suatu daerah tertentu tidak menutup kemungkinan sebagai tempat bertemunya dua atau lebih etnis yang berbeda, dengan corak kebudayaan ataupun gaya hidup yang berbeda pula. Dalam hidup bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Oleh karena itulah orang menginginkan hidup untuk bersama, bersatu dengan orang lain, bermasyarakat dan bernegara.

Setiap orang dalam mencapai tujuan dan kemauan serta cita-citanya agar terlaksana dengan baik bahkan berhasil maksimal, maka solusi perpindahan penduduk atau migrasi merupakan suatu hal yang sulit dihindari oleh manusia. Terkadang perpindahan tersebut terjadi tanpa ada perencanaan sebelumnya. Adakalanya migrasi atau perpindahan penduduk dilakukan dengan cara yang disengaja sebagai jalan pintas untuk menuju suatu arah kebrhasilan yang diidam-idamkan oleh setiap orang agar dapat merubah status sosial menjadi lebih baik.

Keban (1994) dalam Elidawati (2003: 2) menyatakan bahwa “Sebagian

(10)

2

Zico Oktorachman, 2013

Kota sebagai pusat pembangunan merupakan salah satu faktor penarik yang akan membawa penduduk untuk berbondong-bondong mendatangi tempat tersebut. Selain sebagai pusat pembangunan, kota juga sebagai daerah yang menjadi pusat perekonomian dan pendidikan dengan fasilitas dan sarana yang lebih lengkap dan lebih menunjang.

Daerah perkotaan sebagai daerah yang mendapat prioritas utama dalam hal pembangunan. Kedatangan mereka membawa harapan akan memperoleh kesejahteraan yang lebih baik dari kondisi ekonomi yang ada di daerahnya. Dengan peranan kota yang demikian mengakibatkan semakin pesatnya laju mobilitas penduduk kearah perkotaan.

Perpindahan penduduk atau migrasi tak lepas dari pola karakter atau kepribadiannya yang serta merta akan terus tertanam dalam diri manusia. Baik buruknya pandangan bangsa lain terhadap negara kita akan ditentukan oleh karakter warga negara yang menjelma menjadi watak, ciri atau kepribadian bangsa. Oleh karena itu pembinaan atribut atau karakter warga negara yang baik harus selalu diupayakan mengingat pembentukan warga negara merupakan suatu proses berkelanjutan.

Kaitannya dengan karakter, Menurut Branson (1999: 51) “karakter dapat dideskripsikan menjadi dua yaitu karakter publik dan privat”. Karakter dianggap penting sebab indepedensi warga negara yang memiliki dimensi tanggung jawab dan harga diri serta martabat akan membuat seseorang menjadi warga negara yang baik dan cerdas.

Karakter atau atribut merupakan watak atau sifat ciri seorang individu yang dapat membedakan satu dengan yang lainnya. Karakter dapat memberikan peran dan fungsi terhadap tingkah laku seseorang. Pembentukan karakter merupakan proses tanpa henti yang diperoleh dari pendidikan, pengalaman hidup dan lingkungannya.

(11)

3

mampu dan bekerjasama dengan keras untuk selalu belajar dan menambah pengetahuan yang baik dan berguna bagi dirinya sendiri maupun masyarakat, bangsa dan negara, merupakan karakter yang sangat diperlukan agar demokrasi berjalan dengan sukses.

Untuk mewujudkan hal itu diperlukan peran pemimpin formal yang memiliki visi kerakyatan. Dalam konteks ini pemahaman kepemimpinan dan pemimpin formal akan difokuskan pada kepemimpinan eksekutif dalam pengertian sama dengan birokrasi atau aparatur pemerintah. Karena peran kepemimpinan formal dalam negara berkembang sangat penting dan merupakan kunci keberhasilan untuk menggerakan proses pembentukan atribut atau karakter warga negara yang baik terutama pada masyarakat pendatang.

Kepemimpinan tumbuh secara alami diantara orang-orang yang dihimpun untuk mencapai suatu tujuan dalam satu kelompok. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya, serta menggerakan orang lain sehingga dapat meningkatakan partisipasi masyarakat dan bertanggung jawab terhadap perkembangan kehidupan bersama, dan mampu mengakomodasi aspirasi masyarakat. Sehingga dapat digerakan dan diarahkan untuk mencapai tujuan nasional. Jadi dengan kata lain Kepemimpinan merupakan sebuah kemampuan yang dimiliki seseorang.

Peran seorang pemimpin dalam mengelola, membentuk, dan membangun manusia yang berakhlak berbudi pekerti dan berprilaku baik sangat diperlukan, karena Seorang pemimpin adalah seseorang yang menjadi panutan yang mampu mempengaruhi, mengajak rakyat untuk mencapai tujuan.

Kaitannya dengan pemimpin formal, Menurut Mardikanto (1991: 205)

“Pemimpin formal adalah pemimpin yang di samping memperoleh pengakuan berdasarkan kedudukannya, juga memang memiliki kemampuan pribadi untuk memimpin (kepemimpinan) yang andal”.

(12)

4

Zico Oktorachman, 2013

perbedaan sebagai satu hal yang patut disyukuri sebagai upaya untuk memperkuat dan memiliki rasa kebangsaan yang kuat.

Namun kecenderungan yang terjadi selama ini bahwa pola kebijaksanaan pemerintah atau pimpinan formal dalam perencanaan, pelaksanaan program pembangunan desa, sampai kepada evaluasi, jarang sekali melibatkan warga masyarakat terutama masyarakat pendatang. Masyarakat tidak diajak bicara atau tidak diikutsertakan dalam pengambilan keputusan sehingga wajar saja kalau swadaya dan partisipasi masyarakat pendatang sangat kurang, sehingga dalam kehidupan bermasyarakat terdapat kecenderungan antara sesama masyarakat maupun dengan masyarakat pendatang terdapat perlombaan untuk mengejar kepentingan dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam perlombaan itu biasanya terjadi tindakan-tindakan yang berakibat tertindihnya atau tergesernya hak dan kepentingan orang lain. Dari tindakan dan kejadian tersebut maka warga pendatang terkesan mengabaikan kewajiban-kewajiban sebagai warga negara yang baik, dimana dia bertempat tinggal sekarang.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengambil pokok permasalahan yang berjudul PERANAN PEMIMPIN FORMAL DALAM MEMBENTUK ATRIBUT WARGA NEGARA YANG BAIK PADA MASYARAKAT PENDATANG (Studi Deskriptif di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung).

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peranan pemimpin formal dalam membentuk atribut warga negara yang baik pada masyarakat pendatang?

2. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat pendatang dalam membentuk atribut warga negara yang baik?

3. Kendala apa yang dihadapi pemimpin formal dalam membentuk atribut warga negara yang baik pada masyarakat pendatang?

(13)

5

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. untuk mengetahui bagaimana peranan pemimpin formal dalam membentuk atribut warga negara yang baik pada masyarakat pendatang.

2. Untuk mengetahuti tingkat partisipasi masyarakat pendatang dalam membentuk atribut warga negara yang baik.

3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi pemimpin formal dalam membentuk atribut warga negara yang baik pada masyarakat pendatang. 4. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan pemimpin formal dalam

membentuk atribut warga negara yang baik pada masyarakat pendatang.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih pemikiran dalam rangka pengembangan keilmuan dalam bidang pendidikan kewarganegaraan, khususnya dalam segi ilmu politik.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi kepada khalayak tentang peranan pemimpin formal dalam membentuk atribut warga negara yang baik pada masyarakat pendatang.

b. Memberikan informasi kepada khalayak tentang tingkat partisipasi masyarakat pendatang dalam membentuk atribut warga negara yang baik.

c. Memberikan informasi kepada khalayak tentang kendala yang dihadapi pemimpin formal dalam membentuk atribut warga negara yang baik pada masyarakat pendatang.

(14)

6

Zico Oktorachman, 2013

E. Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika penulisan didalam penyusunan skripsi ini meliputi lima bab, yaitu:

BAB I : Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan pustaka. Pada bab ini diuraikan dokumen- dokumen atau data-data yang berkaitan dengan fokus penelitian serta teori-teori yang mendukung penelitian penulis.

BAB III : Metode penelitian. Pada bab ini penulis menjelaskan metode penelitian, teknik pengumpulan data, serta tahapan penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai peranan pemimpin formal dalam membentuk atribut warga negara yang baik pada masyarakat pendatang.

BAB IV : Analisis hasil penelitian. Dalam bab ini penulis menganalisis hasil temuan data tentang peranan pemimpin formal dalam membentuk atribut warga negara yang baik pada masyarakat pendatang.

(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Mengacu pada pendapat Nasution (2003: 43) yang mengemukakan bahwa

“Lokasi penelitian menunjukan pada pengertian tempat atau lokasi penelitian

yang dicirikan oleh adanya unsur yaitu pelaku, tempat dan kegiatan yang dapat di

observasi dan lokasi penelitian tersebut menggambarkan lokasi situasi sosial”.

Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Alasan penulis melakukan penelitian disini lebih dikarenakan masyarakatnya sangat berpariatif, baik dilihat dari adat istiadat, pendidikan, agama, maupun sosial ekonomi.

2. Subjek Penelitian

Menurut Arikunto (2009: 152) bahwa “Subjek penelitian adalah benda, hal

atau orang tempat data untuk variabel penelitian yang dipermasalahkan melekat”. Subjek penelitian ini merupakan sesuatu yang sangat penting kedudukannya di dalam penelitian. Subjek penelitian harus ditentukan terlebih dahulu sebelum peneliti siap untuk mengumpulkan data.

Berdasarkan uraian ahli di atas, maka yang dijadikan subjek penelitian dalam penelitian ini adalah:

a. Pemimpin Formal (Camat, kepala desa, RT/RW) b. Tokoh Masyarakat

(16)

45

Zico Oktorachman, 2013 B. Desain Penelitian

Desain penelitian menurut Nasution (2002: 40) dalam bukunya yang

berjudul “Metode penelitian naturalistik kualitatif” adalah Suatu rencana tentang cara melakukan penelitian itu. Desain penelitian naturalistik bersifat “emergent”,

tidak dapat ditentukan lebih dahulu dengan pasti, karena itu bersifat fleksibel. Desain ini tidak mengemukakan hipotesis, sedangkan analisis dilakukan sejak awal penelitian.

Dari pendapat yang telah dipaparkan oleh Nasution di atas desain

penelitian disebut “emergent” karena tidak dimantapkan sejak awal penelitian

namun baru mendapatkan hasil yang jelas sepanjang penelitian dijalankan. Desain penelitian harus dirancang secara sistematis agar penelitian berjalan sesuai dengan apa yang guna mencapai hasil yang maksimal jika penelitian itu sesuai dengan langkah-langkah yang telah direncanakan sebelumnya. Oleh karena itu, agar penelitian ini berjalan dengan lancar dan sesuai dengan hasil yang maksimal, maka peneliti menyusun tahap-tahap penelitian sebagai berikut:

1. Tahap pra penelitian

Tahap pra penelitian merupakan tahap dimana penelitu mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Tahap pertama yang peneliti lakukan adalah studi pendahuluan. Studi pendahuluan dimaksudkan untuk mengecek apakah hal-hal yang menjadi fokus penelitian layak diteliti atau tidak dengan cara mensurvey lapangan terlebih dahulu. Pada tahap ini, peneliti melakukan pra penelitian ke Kecamatan Majalaya dengan tujuan untuk mengetahui kondisi secara umum mengenai bagaimana peran pemimpin formal dalam membentuk atribut warga negara yang baik pada masyarakat pendatang.

(17)

46

2. Tahap perizinan

Pada tahap perizinan ini, untuk memasuki suatu lapangan peneliti harus melakukan perizinan terlebih dahulu kepada pihak-pihak yang berwenang. Seperti yang diungkapkan Moleong (2007: 128) bahwa

“Pertama-tama yang perlu diketahui peneliti adalah siapa saja yang

berwenang memberikan izin bagi pelaksanaan penelitian”. Perizinan

merupakan hal yang sangat penting guna kelancaran jalannya penelitian dan agar penelitian yang dilaksanakan mendapatkan legalitas. Adapun tahap perizinannya sebagai berikut:

a. Peneliti mengajukan surat permohonan izin untuk melakukan penelitian kepada Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

b. Perizinan dilanjutkan ke tingkat fakultas. Surat perizinan untuk mengadakan penelitian ditujukan kepada Dekan FPIPS UPI melalui Pembantu Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan untuk mendapatkan surat rekomendasi dari Rektor UPI melalui Direktorat Akademik UPI yang secara formal kelembagaan mengatur segala jenis urusan administratif dan akademis.

c. Pembantu Rektor Bidang Akademik dan Hubungan Internasional atas nama Rektor UPI Bandung melalui Direktorat Akademik mengeluarkan surat permohonan izin untuk disampaikan kepada Kepala Kesbang dan Polinmas Kabupaten Bandung.

d. Kepala Kesbang dan Polinmas Kabupaten Bandung mengeluarkan surat permohonan izin untuk disampaikan kepada Kepala Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung.

e. Kepala Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung mengeluarkan surat permohonan izin untuk disampaikan kepada Kepala Desa dan Ketua Perkumpulan atau ketua kelompok pendatang.

(18)

47

Zico Oktorachman, 2013

3. Tahap pelaksanaan penelitian

Setelah tahap pra penelitian dan tahap perizinan telah diperoleh maka langkah selanjutnya adalah tahap pelaksanaan penelitian. Dalam hal ini data merupakan hal yang sangat penting, seperti apa yang diungkapkan

oleh Arikunto (2009: 126) bahwa “Dengan data, peneliti dapat menjawab permasalahan, mencari sesuatu yang menjadi tujuan penelitian”. Oleh

karena itu, pada tahap pelaksanaan penelitian ini, peneliti mencari informasi dari beberapa sumber data yang selanjutnya akan diolah menjadi suatu data sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan. Informasi-informasi tersebut didapat dengan cara menggunakan pedoman wawancara yang sebelumnya sudah peneliti persiapkan.

4. Tahap analisis data

Setelah data-data yang diperoleh dilapangan dirasa sudah cukup memadai maka tahap berikutnya adalah tahap analisis data. Menurut Sugiyono (2009: 89) Tahap analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasl wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan, sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

5. Tahap penyusunan laporan

(19)

48

Pada tahap ini, semua data-data dan temuan-temuan yang didapat oleh peneliti dalam proses penelitian digabungkan dan disusun dalam suatu laporan penelitian yang ilmiah. Merujuk pada pendapat yang

dikemukakan oleh Sugiyono dalam bukunya yang berjudul “Memahami penelitian kualitatif” (2009: 151) bahwa “Laporan penelitian ini harus

dibuat secara sistematis dan logis pada setiap bagian sehingga pembaca mudah memahami langkah-langkah yang telah ditempuh selama proses

penelitian dan hasilnya”. Laporan penelitian ini untuk selanjutnya

dipertanggungjawabkan pada ujian sidang.

C. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif karena berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung dan berkenaan dengan kondisi masa sekarang. Sesuai dengan pendapat Moh.Nazir

(1988:63), bahwa “Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau

pun kelas peristiwa pada masa sekarang”. Tujuan dari penelitian deskriptif ini

adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Pengertian metode deskriptif lebih ditegaskan lagi oleh Winarno Surakhmad (1990: 140) dengan mengungkapkan ciri-cirinya sebagai berikut:

Pertama, memusatkan diri pada masalah-masalah yang ada pada saat sekarang

atau bersifat sakral (up to date). Kedua, data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan yang kemudian dianalisis (karena metode ini sering pula disebut metode analitik).

(20)

49

Zico Oktorachman, 2013

Penulis melakukan penelitian dengan studi deskriptif karena sesuai dengan sifat masalah serta tujuan penelitian yang ingin diperoleh dan bukan menguji hipotesis, tetapi berusaha untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang bagaimana peranan pemimpin formal dalam membentuk atribut warga neagara yang baik pada masyarakat pendatang.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan Kualitatif. Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian yaitu peranan pemimpin formal dalam membentuk atribut warga negara yang baik pada masyarakat pendatang. Adapun cara kerja pendekatan kualitatif yang digunakan pada penelitian ini yaitu cara kerja penelitian kualitatif.

D. Penjelasan Istilah

1. Pemimpin formal

Menurut Mardikanto (1991: 205) Pemimpin formal adalah pemimpin yang di samping memperoleh pengakuan berdasarkan kedudukannya, juga memang memiliki kemampuan pribadi untuk memimpin (kepemimpinan) yang andal.

2. Atribut

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1997: 45) atribut adalah sifat (ciri) khusus pada seseorang atau sesuatu benda.

3.Warga Nergara Yang Baik

Menurut Azis Wahab (1996) dalam Abdul Aziz Wahab dan Sapriya (2011: 311) Warga negara yang baik adalah warga negara yang mematuhi dan melaksanakan hukum serta aturan dan ketentuan perundang-undangan dengan penuh rasa tanggung jawab, tidak merusak lingkungan, tidak mencemari air dan udara sekitarnya serta memelihara dan memanfaatkan lingkungannya secara bertanggung jawab

4. Masyarakat pendatang

(21)

50

masyarakat pendatang dalam penelitian ini adalah penduduk yang berasal dari daerah lain kemudian datang dan tinggal untuk menetap di suatu daerah baru.

E. Proses Pengembangan Instrumen

Dalam tahap proses pengembangan instrumen, selanjutnya penelti

melakukan pengujian keabsahan data. Menurut Sugiyono (2009: 117) bahwa “Uji

keabsahan data dalam penelitian ini sering ditekankan pada uji validitas dan reliabilitas. Validitas merupakan derajat kesepakatan antara data yang dapat

dilaporkan oleh peneliti”. Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat

dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Selanjutnya

Sugiyono (2009: 120) “Makna realibilitas dalam penelitian kualitatif adalah

bersifat majemuk atau ganda, dinamis/ selalu berubah, sehingga tidak ada yang

konsisten dan berulang seperti semula”.

Sugiyono (2009: 120) bahwa “Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas) dan confirmability (obyektivitas)”.

1. Pengujian Credibility (validitas internal)

Sugiyono (2009: 121) mengemukakan bahwa “Uji kredibilitas data

atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, analisis kasus negatif, menggunakan bahan referensi, dan member check”.

2. Pengujian Transferbility (validitas eksternal)

Menurut Nasution (2002) dalam Sugiyono (2009) bahwa “nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaa, hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi ini”. Dalam hal ini, nilai transfer bergantung pada pemakai, hingga manakah hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situasi sosial lain.

(22)

51

Zico Oktorachman, 2013

penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitiannya tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian, maka pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain.

3. Pengujian Dependability (Reliabilitas)

Menurut Nasution (2002) dalam Sugiyono (2009: 131) bahwa

“Dalam istilah konvensional, dependability disebut reliabilitas”. Suatu

penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi/mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji reliabilitas dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian.

Berkaitan dengan uji reliabilitas, maka peneliti di bimbing oleh dua pembimbing yang akan mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian diantaranya bagaimana peneliti memulai menentukan fokus masalah, memasuki lapangan, menentukan sumber data, analisis data, melakukan uji keabsahan data, dan pada akhirnya membuat kesimpulan yang harus ditunjukan oleh peneliti.

4. Pengujian Confirmability

Menurut Sugiyono (2009: 131) bahwa Pengujian confirmability dalam penelitian kualitatif mirip dengan uji dependability (realibilitas), sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji

confirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses

yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability.

(23)

52

hasil dari penelitian tersebut merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan atau tidak.

F. Teknik Pengumpulan Data

Supaya data yang diperoleh dari lapangan akurat dan valid, maka peneliti bertindak sebagai instrumen utama (key instrument) atau terjun langsung ke lapangan dan menyatu dengan sumber data dalam situasi yang alamiah (natural

setting). Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam

melakukan penelitian di lapangan adalah: 1. Observasi

Menurut Nasution (1988) dalam Sugiyono (2009: 226), bahwa

“Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya

dapat bekerja berdasarkan data yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang

angkasa) dapat diobservasi dengan jelas”.

Lebih lanjut Marshall (1995) dalam Sugiyono, (2009: 226) mengemukakan bahwa “through observation, the researcher learn

about behavior and the meaning attached to house behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.

Dengan demikian observasi digunakan untuk mengamati dengan melihat, mendengarkan, merasakan, mencium, mengikuti, segala hal yang terjadi dengan cara mencatat/merekam segala sesuatunya tentang orang atau kondisi suatu fenomena tertentu.

2. Wawancara

Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2009: 231) mendefinisikan wawancara sebagai berikut: “a meeting of two persons to exchange

(24)

53

Zico Oktorachman, 2013

topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk

bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Selanjutnya Estergberg (2002) dalam Sugiyono (2009: 233) menyatakan bahwa: “interviewing is at the heart of social research. If

you look through almost any sociological journal, you will find that much

social research is based on interview, either standardized or more in-depth”. Wawancara merupakan hatinya penelitian sosial. Bila anda lihat jurnal dalam ilmu sosial, maka anda akan temui semua penelitian sosial didasarkan pada wawancara, baik yang standar maupun yang dalam.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian. Biasanya dikatakan data sekunder yaitu data yang telah dibuat dan dikumpulkan oleh orang atau lembaga lain. Sebagaimana diungkap Bogdan dalam Sugiyono (2009: 240) : „In most tradition of

qualitative research, the phrase personal document is used broadly to refer to any first person narrative produced by an individual which describes his or her own actions, experience and belief‟

Kemudian Menurut Endang Danial (2009: 79) bahwa studi dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penduduk; grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dsb.

(25)

54

data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti foto, arsip, gambar dan lain-lain.

4. Triangulasi

Sugiyono (2009: 241) menyatakan bahwa dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Adapun beberapa teknik triangulasi dalam penelitian ini ada tiga macam, yakni triangulasi sumber data, triangulasi teknik pengumpulan data dan triangulasi waktu pengumpulan data.

Berikut ini triangulasi yang dilakukan peneliti dalam melaksanakan penelitian:

Gambar 3.1

Triangulasi sumber data

Pemimpin Formal (Camat Majalaya)

Tokoh Masyarakat Masyarakat Pendatang

(26)

55

Zico Oktorachman, 2013

Gambar 3.2

Triangulasi Teknik Pengumpulan Data

Studi Dokumentasi

Observasi Wawancara

Sumber: diolah oleh peneliti tahun 2013

Gambar 3.3

Triangulasi Waktu Penelitian

Bulan Juni

Bulan Juli Minggu keempat Juni

Sumber: diolah oleh peneliti tahun 2013

(27)

56

G. Analisis Data

Tahap yang terakhir adalah analisis data. Kegiatan analisis data dilakukan setelah data yang diperlukan terkumpul. Pada tahap ini peneliti berusaha mengorganisasikan data yang diperoleh dalam bentuk catatan dan dokumentasi.

Untuk mempermudah penulis dalam mengolah dan menganalisis data yang telah diperoleh, maka penulis menggunakan empat tahap sebagaimana gambar 3.5 versi Miles dan Huberman (1992: 15) dibawah ini:

Gambar 3.5 Analisis data versi Miles dan Huberman (1992: 20)

a. Pengumpulan data, yaitu mencari dan mengumpulkan data yang

diperlukan yang dilakukan terhadap berbagai jenis dan bentuk data yang ada dilapangan dengan menggunakan berbagai metode.

b. Reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Reduksi data akan dilakukan terus-menerus selama penelitian berlangsung.

c. Sajian Data, yaitu menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dalam pengambilan tindakan.

d. Penarikan Simpulan/Verifikasi data, yaitu langkah terakhir dari analisa

data. Dalam penarikan simpulan ini didasarkan pada reduksi data dan sajian data yang merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian.

d. Penarikan b.Reduksi Data

(28)

57

Zico Oktorachman, 2013

(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan yang telah di analisis oleh peneliti dan dikaji dengan berbagai pendapat para ahli yang relevan, maka penulis mengambil kesimpulan dan memberikan saran sebagai pertimbangan dan masukan kepada pihak-pihak yang memerlukannya. Adapun kesimpulan dan saran tersebut sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Peran pemimpin formal dalam membentuk atribut warga negara yang baik pada masyarakat pendatang sangat penting dan sangat diperlukan. Seorang pemimpin formal memiliki peran untuk mempengaruhi masyarakat, kemudian sebagai perencana kebijakan yang jitu, sebagai penggerak jalannya kebijakan-kebijakan pemerintah, selanjutnya sebagai pengendali kebijakan-kebijakan pemerintah yang sedang dijalankankan, dan sebagai orang yang mengarahkan masyarakat serta sebagai panutan atau contoh bagi masyarakat.

2. Tingkat partisipasi warga pendatang dalam membentuk atribut warga negara yang baik sudah cukup baik walaupun masih perlu pembinaan secara intensif. warga pendatang atau masyarakat pendatang sudah mulai menghargai hak dan kewajiban sebagai warga negara, melaksanakan dan mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, mencintai dan memakai produk hasil produksi dalam negeri, ikut sertanya warga pendatang dalam berbagai kegiatan, baik kegiatan sosial maupun kegiatan politik.

(30)

96

Zico Oktorachman, 2013

4. Upaya yang dilakukan pemimpin formal dalam membentuk atribut warga negara yang baik pada masyarakat pendatang yaitu pemimpin harus mampu mengembangkan pendidikan demokrasi yaitu mengembangkan kecerdasan, mengembangkan rasa tanggung jawab dan meningkatkan partisipasi masyarakat serta meningkatkan kesadaran masyarakat, mengajak warga pendatang untuk ikut serta dalam segala bentuk kegiatan-kegiatan yang positif. Pemimpin harus lebih mendekatkan diri kepada masyarakat khususnya warga pendatang dengan melakukan pembinaan-pembinaan melalui penyuluhan yang mengarah kepada terwujudnya sikap warga negara yang menghargai hak dan kewajiban, warga negara yang taat akan hukum, warga negara yang sadar poltik, peka terhadap isu-isu permasalahan sosial dan mampu menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat. Selanjutnya upaya dalam membentuk atribut warga negara yang baik dengan cara mengadakan kegiatan keagamaan, contohnya mengadakan pengajian bagi yang beragama muslim.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diambil, maka peneliti mengajukan beberapa saran yang kiranya dapat menjadi masukan, adapun saran yang diajukan sebagai berikut:

1. Kepada Pemimpin Formal, yaitu:

a. Harus lebih berperan aktif dalam pembentukan karakter warga negara yang baik pada masyarakat pendatang, sebab seorang pemimpin mempunyai kelebihan, baik dari segi kepemimpinan, kemampuan untuk mengarahkan, dan sebagai tauladan bagi masyarakat.

(31)

97

c. Sebagai pemimpin formal harus bisa mengkoordinasikan dengan bawahannya untuk lebih memaksimalkan kinerjanya dalam pelayanan publik.

2. Kepada tokoh masyarakat, yaitu:

a. Sebagai tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh dan dihormati oleh masyarakat, hendaknya tokoh masyarakat dapat memberikan bimbingan atau mengarahkan bagi masyarakat khususnya warga pendatang.

b. Khusus kepada tokoh agama, hendaknya dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat agar dapat hidup berdampingan antara warga pendatang dengan warga pribumi.

3. Kepada warga pendatang atau masyarakat pendatang.

a. Warga pendatang atau masyarakat harus mentaati dan menghormati aturan-aturan yang berlaku dimana tempat ia tinggal sekarang. b. Sebagai warga pendatang harus bisa menyesuaikan dengan budaya

(32)

Zico Oktorachman, 2013

Arikunto, S .(2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

B. Miles, Matthew & Huberman, A. Michael. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-Press.

Bestari, P. dan Syaifullah. (2010). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

dalam Membangun Karakter Bangsa (Nation and Character Building).

Bandung : Lab. PKn FPIPS UPI.

Bintarto, R. (1983). Urbanisasi dan Permasalahannya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Branson, dkk. (1999). Belajar Civics Education dari Amerika. Yogyakarta :

LKIS.

Cogan, J.J and Derricott, R .(1998). Citizenship for the 21st Century An

International Perspective on Education. Kogan Page

Danial, E. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia.

Darwis, R. (2008). Hukum Adat. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia.

Hayati, S. dan Yani, A. (2007). Geografi Politik. Bandung : PT. Refika Aditama. Kartono, K. (2010). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : Rajawali Pers.

Kartono, K. (1993). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Kusnadi, N. (2012). Kecamatan Majalaya dalam Angka Tahun 2012. Bandung : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung.

Lee. E. S. (1984). Suatu Teori Migrasi, Terjemahan. Yogyakarta : Pusat Penelitian dan Studi Kependudukan UGM.

Manning, C dan Effendi, T. N. (1991). Urbanisasi Pengangguran dan Sektor

(33)

Mansyur, C. (1990). Sosiologi Masyarakat Desa dan Kota. Surabaya : Usaha Nasional.

Mantra, IB. (1985). Pengantar Studi Geografi. Yogyakarta : Nurcahaya.

Mantra, IB. (1992). Mobilitas Penduduk Sirkuler dari Desa Ke Kota Di

Indonesia. Yogyakarta : PPK UGM.

Mantra, IB (2000). Demografi Umum. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Mardikanto, T. (1991). Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta.

Moleong, L.J. (2007). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Munir, R. (1981). Dasar-Dasar Demografi Migrasi. Jakarta: Lembaga Demografi UI.

Munir, A. (2008). Menjadi Kepala Sekolah Efektif. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media. Nasution. (2002). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung. Tarsito. Nazir, M . (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nazsir. R, N. (2008). Dinamika Kelompok dan Kepemimpinan. Bandung : Widya Padjajaran.

Nurmalina, Komala dan Syaifullah. (2008). Memahami Pendidikan Kewarganegraan. Bandung : Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia.

Rivai, V, dan Mulyadi, D. (2009). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta : Rajawali Press.

Rusli, S. (1985). Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta : LP3S.

Setiadi, M. Elly, dkk. (2006). Ilmu Sosial dan Budaya. Jakarta : Kencana. Sembiring, Rk. (1985). Demografi. Jakarta : Fakultas Pascasarjana IKIP.

Siagian, P. S. (2003). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta : PT.Rineka Cipta.

Sugiyono.(2012).Metode Penelitian Kuntitatif Kualitatif dan R&B, Bandung: Alfabeta.

Surakhmad, W. (1990). Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar Metode dan

(34)

Zico Oktorachman, 2013

Taneko, S. (1989). Pokok-Pokok Studi Hukum dalam Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada.

Thoha, M. (1994). Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Tjiptono, F. (2001). Total Quality Manajemen. Yogyakarta: Andi.

Wahab, A. A. (2008). Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Wahab, A.A, Sapriya. (2011). Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.

Winardi. (1990). Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta : PT. Rineka Cipta Winarno. (2010). Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : PT

Bumi Aksara.

Skripsi

Elidawati. (2003). Pengaruh Masyarakat Pendatang Terhadap Kesejahteraan Penduduk Lokal. Skripsi sarjana Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor: tidak diterbitkan.

Supriatna, A. (2009). Peranan Lembaga Rehabilitasi Narkoba dalam Mewujudkan Warga Negara Yang Baik. Skripsi sarjana FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia

Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan.

Gambar

Gambar 3.1 Triangulasi sumber data
Gambar 3.3 Triangulasi Waktu Penelitian
Gambar 3.5 Analisis data versi Miles dan Huberman (1992: 20)

Referensi

Dokumen terkait

“Sekarang Sistem Manajemen Kinerja kita, beralih menjadi berdasarkan kinerja (hasil kerja) individu sesuai sasaran kerja individu yang selaras dengan sasaran kerja

Menurut pasal 2 ayat (1) Undang-undang Kepailitan dan PKPU di atas, supaya pasal 1131 dan 1132 KUHP berlaku sebagai jaminan pelunasan utang Kreditur, maka pernyataan pailit

Masih banyak terjadi kesalahan konsep pembelajaran pecahan di antara calon-calon guru di Indonesia yang disebabkan kurangnya pemahaman tentang konsep dasar pecahan

1) Mengujikan soal pilihan ganda berdasarkan hasil uji coba yang telah diperbaiki kesalahan-kesalahan yang terdapat di dalamnya kepada siswa kelas VII C untuk

Jika kuitansi sudah langsung diserahkan sekalian dengan invoice dan faktur pajak, maka dari bagian keuangan mengeluarkan tanda terima atas penye rahan kwitansi dan

Eksperimen mengenai kekuatan pelet maupun briket bijih besi berbinder organik dan inorganik telah banyak dilakukan, namun pengaruh binder terhadap sifat metalurgis

Radon adalah unsur Gas Mulia yang paling stabil karena jari-jari atomnya paling besar.. Argon adalah unsur Gas Mulia yang paling mudah bereaksi dengan

pengaruh secara simultan antara variabel persepsi nilai yang terdiri dari keterlibatan, loyalitas merek, persepsi harga, persepsi kualitas, pengenalan dan persepsi