• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PENDEKATAN TAKTIS DAN MODEL PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP PARTISIPASI BELAJAR PERMAINAN BOLA VOLI SISWA PUTRI DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) RAJAGALUH KABUPATEN MAJALENGKA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PENDEKATAN TAKTIS DAN MODEL PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP PARTISIPASI BELAJAR PERMAINAN BOLA VOLI SISWA PUTRI DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) RAJAGALUH KABUPATEN MAJALENGKA."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI... ...iv

DAFTAR TABEL... ...vi

DAFTAR GAMBAR...vii

DAFTAR LAMPIRAN...viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah... ....21

C. Tujuan Penelitian... 22

D. Penjelasan Istilah ... ....22

E. Sistematika Penulisan ... ....26

BAB II LANDASAN TEORETIK, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS A. Landasan Teoretik...27

1. Partisipasi dalam Pembelajaran Bola Voli...27

2. Belajar dan Mengajar Penjas...33

3. Pembelajaran Ekstrakurikuler Penjas...44

4. Pembelajaran Permainan Bola Voli...47

5. Wanita dalam Penjas...56

6. Model Pendekatan Taktis dalam Permainan Bola Voli...61

7. Model Pendekatan Teknis dalam Permainan Bola Voli...65

8. Pengaruh Model Pendekatan Taktis terhadap Partisipasi Belajar Permainan Bola Voli Siswa Putri di MA...66

(2)

Bola Voli Siswa Putri di MA...68

10. Karakteristik Model Pendekatan Taktis...69

11. Karakteristik Model Pendekatan Teknis...72

12. Jumlah Waktu Aktif Belajar...74

B. Kerangka Berpikir...76

C. Hipotesis...78

D. Hasil- hasil Penelitian terdahulu...79

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... ....83

B. Populasi dan Sampel Penelitian...85

1. Populasi Penelitian ... ....85

2. Sampel Penelitian……… ... ....86

C. Lokasi dan Subyek Penelitian ... ....88

D. Instrumen Penelitian………... ....89

E. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data...91

F. Teknik Pengumpulan Data...95

G. Prosedur Penelitian...95

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian...97

1. Deskripsi Data Partisipasi Belajar...98

2. Uji Normalitas...99

3. Uji Homogenitas...100

4. Uji Beda Partisipasi antara Kelompok Model Pendekatan Taktis dan Kelompok Model Pendelakatan Teknis...102

(3)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan...110

B. Rekomendasi...110

DAFTAR PUSTAKA...111

LAMPIRAN-LAMPIRAN...116

(4)

DAFTAR TABEL

1.1. Jumlah Siswa MAN Rajagaluh Tahun 2010/2012...16

4.1. Deskripsi Data Partisipasi Belajar Bola Voli...98

4.2. Hasil Uji Normalitas Partisipasi Belajar...99

4.3. Hasil Uji Homogenitas Partisipasi Belajar Bola Voli...101

4.4. Hasil Uji Beda Partisipasi antara Kelompok Model Pendekatan Taktis dan Kelompok Model Pendekatan Teknis...103

(5)

DAFTAR GAMBAR

2.1. Lapangan permainan bola voli...52

3.1. Desain dua kelompok acak dengan hanya tes akhir...84

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

3.1. Program Pembelajaran Permainan Bola Voli Model Pendekatan Taktis 116

3.2. Program Pembelajaran Permainan Bola Voli Model Pendekatan Teknis

...130

3.3. Intsrumen Penilaian Partisipasi Belajar Permainan Bola Voli Model

Pendekatan Taktis...143

3.4. Rekapitulasi Instrument Penilaian Partisipasi Belajar Permainan Bola

Voli Model Pendekatan Taktis ...155

3.5. Intsrumen Penilaian Partisipasi Belajar Permainan Bola Voli Model

Pendekatan Teknis...156

3.6. Rekapitulasi Instrument Penilaian Partisipasi Belajar Permainan Bola

Voli Model Pendekatan Teknis ...168

4.7. Deskripsi Data...169

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemerintah mempunyai perhatian yang serius dalam rangka mengisi

pembangunan nasional. Salah satu pembangunan yang sedang dilakukan

pemerintah adalah pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas.

Pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas dilakukan oleh pemerintah

melalui sektor pendidikan. Sektor pendidikan terus mendapatkan perhatian utama

dari pemerintah guna mempercepat akselerasi pembangunan nasional, keinginan

kuat dari pemerintah itu diwujudkan diantaranya dengan anggaran pendidikan

yang dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan yang signifikan.

Pemerintah memandang bahwa pengembangan sumber daya manusia melalui

sektor pendidikan sebagai kunci utama dalam mempercepat proses pembangunan

nasional. Karena melalui sektor pendidikan akan menghasilkan sumber daya

manusia yang lebih berkualitas dan produktif.

Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 (2003: 3)

menyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

(8)

Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia melalui

sektor pendidikan terus ditingkatkan oleh pemerintah, dengan mempersiapkan

tenaga pendidik yang berkualitas, gedung sekolah, sarana penunjang belajar dan

lain-lain. Hal tersebut dilakukan pemerintah untuk membantu agar proses

pembelajaran dapat berjalan dengan lancar, yang pada akhirnya akan mendukung

ketercapaian dari tujuan pembelajaran, sehingga akselerasi pembangunan dalam

bidang pengembangan sumber daya manusia Indonesia dapat terus berjalan.

Fungsi pendidikan sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 20 (2003: 6) menyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Mengacu kepada kutipan fungsi pendidikan di atas, terlihat bahwa bangsa

Indonesia menganggap pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting dalam

meningkatkan sumber daya manusia Indonesia. Kualitas sumber daya manusia

sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan akan sangat

menentukan kelangsungan hidup dan martabat bangsa dalam era persaingan yang

sangat kompleks.

Semua keinginan yang diharapkan dari fungsi pendidikan, yang telah

diuraikan di atas, tidak akan terealisasi dengan baik, apabila dalam proses belajar

(9)

siswa dalam proses belajar mengajar, merupakan sebuah moment yang harus dan

mendapat perhatian serius, dari semua komponen yang terlibat, guna mewujudkan

fungsi dari pendidikan yang telah dijabarkan.

Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang dapat dikatakan

sebagai wadah untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Keberhasilan

tujuan pendidikan di sekolah tergantung pada sumberdaya manusia yang ada di

sekolah tersebut yaitu kepala sekolah, guru, siswa, pegawai tata usaha, dan tenaga

kependidikan lainnya. Selain itu harus didukung pula oleh sarana dan prasarana

yang memadai. Untuk membentuk manusia yang sesuai dengan tujuan

pembangunan nasional, yang pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan

kualitas manusia Indonesia yang adil dan sejahtera.

Dalam upaya merealisasikan pendidikan tersebut, pemerintah telah

membentuk lembaga pendidikan dengan lebih luas, dalam upaya memperkuat

ketercapaian tujuan pembangunan di atas, lebih spesifikasi lagi mengenai

pendidikan menengah telah dijelaskan di dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 (2003: 12) menyatakan bahwa: “Pendidikan menengah

berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah

menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk

lain yang sederajat.”

Tujuan pendidikan dari sekolah menengah umum (SMU) telah dijelaskan

dalam Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Kependidikan (2002:

(10)

1. Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi dan mampu mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian, dan;

2. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar.

Jenjang pendidikan di bawah binaan kementerian agama akan dijelaskan

sebagai berikut:

1. Roudlotul athfal (RA) setara dengan Taman Kanak-Kanak (TK).

2. Madrasah Ibtidaiyah (MI) setara dengan Sekolah Dasar (SD).

3. Madrasah Tsanawiyah (MTs) setara dengan Sekolah Menengah Pertama

(SMP).

4. Madrasah Aliyah (MA) setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA),

Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) setara dengan Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK).

5. Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI), Institut Agama Islam (IAI),

Universitas Islam (UI) setara dengan Institut Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (IKIP), Universitas dan lain-lain.

Secara khusus dan disederhanakan, yang berhubungan dengan madrasah

aliyah telah dijelaskan dalam model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) Madrasah Aliyah (2007: 1) bahwa:

Madrasah aliyah, merupakan lembaga pendidikan tingkat menengah yang

berada di bawah naungan Kementerian Agama Republik Indonesia. Keinginan

(11)

bukan hanya sekedar tempat trasformasi ilmu yang berlangsung secara formal dan

bersifat mekanis. Lebih dari itu ingin menjadikan dirinya benar-benar sebagai

rumah ilmu, yakni sebagai rumah ilmu para penghuninya yang selalu berciri khas

mengedepankan keberanian yang bertanggung jawab, kebebasan yang didasari

kekuatan nalar yang kokoh, dan keterbukaan dalam menerima segala informasi

keilmuan yang diperlukan. Lembaga pendidikan sebagai rumah ilmu, tentunya

para lulusannya diharapkan dapat mewujudkan sumber daya manusia masa depan

yang memiliki kekokohan intelektual, kedalaman spiritual, moral yang tinggi,

keterampilan yang andal, yang semua itu termanifestasikan dalam bentuk

kesalehan teologis maupun kesalehan sosial serta memiliki visi yang jelas dan

wawasan yang luas.

Untuk mewujudkan semua tujuan, cita-cita, dan kenginan tersebut di atas,

maka keterlibatan/partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, merupakan salah

satu kunci utama yang harus diperhatikan. Madrasah aliyah (MA) mempunyai

muatan kurikulum pendidikan yang lebih banyak bila dibandingkan dengan

sekolah menengah atas (SMA). Struktur kurikulum di dalamnya, disamping

adanya mata pelajaran umum yang sama dengan yang ada di SMA, maka di MA

ditambahkan dengan mata pelajaran keagamaan yang lebih banyak lagi, seperti:

1. Al-Qur’an-Hadist

2. Fikih

3. Akidah Akhlak/SKI

4. Bahasa Arab

(12)

Keterangan di atas sesuai dengan Model KTSP Madrasah Aliyah (2007:

16) yang menyebutkan bahwa: “Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah

terdiri atas empat mata pelajaran, yaitu: Al-Qur’an Hadis, Akidah-akhlak, fikih

dan Tarikh (sejarah) Kebudayaan Islam.”

Struktur kurikulum yang bersifat umum yang diajarkan di SMA diajarkan

juga di MA, seperti halnya pendidikan jasmani dan kesehatan. Untuk di madrasah

disebut dengan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (Penjasorkes).

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani. Dengan demikian pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dan direncanakan secara sistematik bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuskular, perseptual, kognitif, sosial dan emosional. Dalam buku Depdiknas (Suherman, 2009: 79).

Suherman. (2009: 5) mengemukakan pengertian pendidikan jasmani

yaitu:

Pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui dan tentang aktivitas fisik atau dalam bahasa aslinya adalah Physical education is education of and throuh movement. Terdapat tiga kata kunci dalam definisi tersebut, yaitu 1) pendidikan (education), yang direflesikan dengan kompetensi yang ingin diraih oleh siswa 2) melalui dan tentang (trough and of), sebagai kata sambung yang menggambarkan keeratan hubungan yang dinyatakan dengan berhubungan langsung dan tidak langsung dan 3) gerak (movement), merupakan bahan kajian sebagaimana tertera dalam kurikulum pendidikan jasmani.

Lebih lanjut Saint Joseph’s University, 2004: 4-6 dalam Hoedaya. (2009:

(13)

Makna pendidikan menyeluruh dalam pendidikan jasmani mencakup pengertian tentang Paideia, yaitu suatu istilah yang menandakan peran pendidikan total dalam mempersiapkan masyarakat dunia, dan melibatkan semua usaha disengaja yang dilakukan suatu komunitas untuk membentuk dan membantu perkembangan sikap, disposisi, kebiasaan-kebiasaan, dan kebaikan. Di samping itu juga menanamkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi orang dewasa yang kompeten dan reflektif di masyarakat.

Wall dan Murray 1994, dalam Suherman. (2000: 21) menjelaskan

pendidikan jasmani adalah:

Children are complex being whose thoughts, feelings, and actions are constantly in a state of flux. Because of the dynamic nature of children as the grow and mature, change in one element often affects the others. Thus, it is a ‘whole’ child whom we must educate, not merely the physical or bodily aspect of the child.

Uraian Wall dan Murray di atas mengungkapkan bahwa, anak-anak sangat kompleks. Memiliki pikiran , perasaan, dan tindakan yang selalu berubah-ubah secara konstan. Oleh karena anak mempunyai sifat yang selalu dinamis pada saat mereka tumbuh, maka perubahan satu element seringkali mempengaruhi perubahan pada element lainnya. Oleh karena itu, pendidikan jasmani mendidik anak secara keseluruhan, tidak hanya mendidik jasmani atau tubuhnya saja.

Berdasarkan beberapa kutipan tersebut di atas, maka dapat dinyatakan

bahwa pendidikan jasmani itu memanfaatkan alat fisik untuk mengembangkan

keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental

dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup

dalam untuk membentuk kebiasaan sikap yang baik dalam setiap individu dalam

kehidupannya. Sehingga partisipasi siswa selama mengikuti pendidikan jasmani

harus benar-benar didesain dengan benar, agar mempunyai pengaruh yang berarti

(14)

penekanannya benar-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak

turut terkembangkan, baik langsung maupun secara tidak langsung.

Pendidikan Jasmani menurut Harsono (1991: 7) bahwa: “Adalah suatu

pendidikan yang berhubungan dengan pertumbuhan, perkembangan, dan

penyesuaian diri dari individu melalui suatu program yang sistematis dari

latihan-latihan jasmaniah yang terpilih (selected) dan terorganisir dengan baik.”

Realisasi, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh

luas, pusat perhatian adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi penjas

berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya.

Hubungan dari perkembangan tubuh dengan pikiran dan jiwaya. Fokus

pembelajaran pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan

dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik.

Pada abad terakhir sekarang ini, telah terjadi beberapa perubahan yang

signifikan terhadap kurikulum pendidikan olahraga dan kesehatan. Yaitu dari

senam keolahraga dan permainan. Seperti yang telah dijelaskan oleh Swanson

dan Spears 1995 (Klara Gubacs-Collins, 2004: http://www.tacticalthinkers.com/)

mengemukakan bahwa: “The content of physical education has gone through

several significant changes during the last century. For example, a major change

occurred when the curriculum of physical education shifted from a gymnastics

(15)

Untuk kelancaran pembelajaran penjas yang kondusip, maka diperlukan

sebuah kurikulum, arti kurikulum telah dikemukakan oleh Nurhasan (2000: 2)

bahwa:

“... kurikulum adalah segala kegiatan dan pengalaman belajar yang dirancang,

direncanakan, diprogramkan dan diselenggarakan oleh lembaga bagi anak

didiknya dengan maksud untuk mencapai tujuan pendidikan.”

Jadi kurikulum pendidikan jasmani adalah seperangkat perencanaan yang

dipersiapkan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa, agar

siswa terarahkan dalam aktivitas belajarnya.

Muatan kurikulum pendidikan jasmani untuk standar kompetensi

kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dijabarkan

dalam Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (2007: 14) bahwa:

Membentuk karakter peserta didik agar sehat jasmani dan rohani, dan menumbuhkan rasa sportivitas. Tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan pendidikan jasmani, olahraga, pendidikan kesehatan, ilmu pengetahuan alam, dan muatan lokal yang relevan.

Dari rujukan di atas dapat diuraikan bahwa, untuk mencapai tujuan

pendidikan jasmani dicapai melalui kegiatan pendidikan, olahraga dan lain-lain.

Karena hal tersebut, aktivitas siswa selama mengikuti pendidikan jasmani harus

benar-benar diupayakan agar siswa beraktivitas, atau berpartisipasi dengan baik,

selama mengikuti pendidikan jasmani. Karena tanpa keikutsertaan siswa dalam

pembelajaran pendidikan jasmani dengan baik, maka tujuan dari penjas, yang

(16)

agar peserta didik mempunyai jasmani dan rohani yang sehat, sekaligus tumbuh

dalam dirinya rasa sportivitas yang tinggi.

Untuk lebih jelasnya, akan diuraikan rangkuman kurikulum 2004

pendidikan jasmani dari Muhajir (2004: 1) untuk sekolah menengah atas, yang

terdiri dari:

1. Aktivitas dan Pengembangan

2. Permainan dan Olahraga

3. Aktivitas Senam

4. Aktivitas Ritmik

5. Akuatik (Aktivitas Air)

6. Pendidikan Luar Sekolah (Outdoor Education)

Kurikulum penjasorkes tersebut, pada proses pembelajarannya akan

disesuaikan dengan situasi dan kondisi di lapangan, agar proses pembelajaran

dapat berjalan dengan lancar, tidak mengalami hambatan-hambatan yang berarti.

Dalam aspek permainan dan olahraga, permainan bola voli merupakan

bahan ajar yang biasa diberikan kepada siswa. Sedangkan jenis permainannya

merupakan permainan beregu, yang menuntut adanya kerjasama dan saling

pengertian dari masing-masing anggota regu. Tuntutan ini lebih nampak lagi

dalam permainan yang tergolong profesional. Taktik dan strategi yang digunakan

untuk memenangkan permainan, menuntut pemain dan regunya untuk saling

kerjasama dan saling memahami, kebutuhan dan kebiasaan masing-masing

(17)

Menurut Yudiana, dan Subroto. (2010: 25) bahwa: “... permainan bola

voli mengajarkan kepada para pelakunya untuk berperilaku jujur dan sportif untuk

mengakui kesalahan, menerima kekalahan, atau mengakui dan menghargai

kemenangan lawan secara nyata.”

Berdasarkan paparan di atas maka permainan bola voli mengandung nilai

pendidikan, seperti diharapkan dapat terinternalisasi dalam diri para pemainnya,

sehingga nilai-nilai tersebut dapat ditunjukkan, bukan hanya pada saat bermain

bola voli, tapi dalam kehidupan kesehariannya di masyarakat. Namun demikian,

untuk mengimbangi dan mengantisipasi segala dinamika yang terjadi di

masyarakat yang semakin kompleks, baik yang terjadi pada masa sekarang

maupun pada masa yang akan datang, maka perlu dikembangkan nilai-nilai

pendidikan yang lebih luas dan fleksible, yang diduga relevan dengan

perubahan-perubahan norma di masyarakat tersebut.

Sesuai dengan penjelasan di atas Yudiana, dan Subroto. (2010: 25)

menyatakan bahwa:

... yang menjadi isu sentral dalam pembelajaran bola voli di sekolah adalah kecerdasan dan kreativitas guru dalam menciptakan proses pembelajaran yang beritensikan pendidikan dalam rangka mempersiapkan siswa untuk dapat beradaptasi dengan kehidupan mereka di masa sekarang dan masa yang akan datang.

Dari uraian di atas, terlihat dengan jelas adanya tuntutan bagi guru penjas

untuk membuat pelaksanaan dari pembelajaran permainan bola voli, dapat diikuti

oleh seluruh siswa, dengan meminimalisir atau bahkan menghilangkan sesuatu

(18)

pembelajaran permainan bola voli. Sehingga proses pembelajaran permainan bola

voli dapat diikuti oleh seluruh siswa dengan baik.

Pengertian permainan bola voli itu sendiri telah dijelaskan oleh Ma’mun,

dan Subroto. (2001: 43) bahwa:

Pada dasarnya prinsip bermain bola voli adalah memantul-mantulkan bola agar jangan sampai bola menyentuh lantai, bola dimainnkan sebanyak-banyaknya tiga sentuhan dalam lapangan sendiri dan mengusahakan bola hasil sentuhan itu diseberangkan ke lapangan lawan melewati jaring masuk sesulit mungkin.

Lebih lanjut Angga. (1984: 13) mengatakan: “Prinsip bermain bola voli

ialah memukul bola sebanyak-banyaknya tiga kali dalam lapangan sendiri dan

mengusahakan bola itu melewati atas jaring masuk ke petak lawan.”

Memperhatikan ketiga kutipan di atas, maka permainan bola voli adalah

permainan yang memainkan bola voli dengan dipantulkan-pantulkan sesuai

aturan, maksimal tiga pantulan di lapangan sendiri, dan diseberangkan ke

lapangan lawan dengan melewati atas net, sambil diusahakan agar bola

menyentuh lantai lapangan lawan, atau terjadi bola mati dipihak lawan.

Permainan bola voli merupakan salah satu aktivitas fisik yang berada

dalam kelompok aktivitas permainan dan olahraga. Mengenai tujuan yang

diharapkan oleh pembelajaran permainan bola voli di sekolah telah dijelaskan

oleh Yudiana, dan Subroto. (2010: 27) bahwa:

(19)

1. Melambungkan dan menangkap bola sambil bergerak 2. Melempar dan menangkap bola sambil bergerak 3. Memantul-mantulkan bola sambil begerak 4. Memvoli bola dengan satu dan dua tangan

5. Melambungkan/memvoli bola dengan kontrol yang baik 6. Melakukan passing (bawah, atas) dengan kontrol yang baik 7. Melakukan servis bawah dengan kontrol yang baik

8. Mengembangkan kerjasama tim dalam permainan

9. Melakukan permainan bola voli dengan peraturan yang berlaku.

Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa indikator-indikator inilah

yang harus menjadi pedoman guru pendidikan jasmani, dalam melaksanakan

pembelajaran permainan bola voli. Indikator keberhasilan belajar permainan bola

voli tersebut, tidak cukup dapat tercapai oleh permainan bola voli itu sendiri,

namun menuntut pula kecerdasan guru dalam menerapkan berbagai pendekatan,

gaya mengajar, model mengajar yang tepat, termasuk daya dukung sarana dan

prasarana pembelajaran yang memadai, yang dapat memotivasi siswa agar dapat

berpartisipasi dengan baik, dalam mengikuti pembelajaran tersebut dari awal

hingga akhir.

Permainan bola voli adalah salah satu materi pembelajaran bola besar

dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, yang diajarkan kepada siswa

di madrasah aliyah. Di kabupaten Majalengka, khususnya di madrasah aliyah

berdasarkan pada pengamatan penulis, dalam proses pembelajaran permainan bola

voli di lapangan, ternyata mengalami banyak permasalahan, yaitu siswa putri

kurang berminat untuk mengikuti pembelajaran permainan bola voli. Hal tersebut

dikarenakan:

(20)

2. Siswa putri yang masuk madrasah aliyah cenderung lebih religius.

3. Secara umum berkemampuan tingkat pemula.

4. Saat servis tidak/jarang masuk.

5. Saat menerima servis takut karena lengannya akan sakit.

6. Takut menerima bola-bola tinggi dan keras.

7. Sering terjadi bola mati waktu bermain

Dampak dari permasalahan itu, pembelajaran permainan bola voli menjadi

tidak menarik dan kurang diminati oleh siswa putri di madrasah aliyah.

Dalam kasus lain yang relepan dengan permasalahan di atas, yaitu dalam

permainan bulu tangkis terjadi permasalahan yang sama, seperti disampaikan

Subarjah. (2009: 2) bahwa: “... akhir-akhir ini mulai dirasakan adanya gejala

penurunan prestasi di tingkat dunia, khususnya pada atlet putri.”

Lebih lanjut Subarjah. (2009: 2) menyatakan: “Bahkan saat ini dapat

dikatakan pemain putri Indonesia menjadi atlet yang menempati rangking bawah

dan tidak diperhitungkan lagi baik untuk kejuaraan tingkat Dunia maupun di

Asia.”

Kondisi siswa putri, di madrasah aliyah negeri Rajagaluh, secara general

tidak dapat melakukan teknik bola voli dengan baik, sehingga dalam

melaksanakan permainan bola voli tidak dapat berjalan dengan yang diharapkan.

Penguasaan teknik bola voli mereka sangat minim, baik dalam teknik passing

(atas, bawah), servis, spike, apalagi bila di implementasikan dalam sebuah

(21)

latihan yang berulang-ulang dan waktu yang cukup lama. Sedangkan

keterbatasan waktu dan sarana adalah kendala utama hampir disetiap sekolah.

Pertemuan pembelajaran pendidikan jasmani, dalam seminggu hanya satu kali

yang dibagi-bagi dengan materi pembelajaran lainnya. Kondisi demikian,

menyebabkan mereka sangat minim dalam menguasai keterampilan olahraga

khususnya permainan bola voli. Bila dipaksakan bermain bola voli, maka yang

paling terlihat kelemahan mereka adalah saat servis dan saat menerima servis.

Saat pelaksanaan servis jarang masuk, dan saat menerima servis mereka takut

untuk menerimanya karena lengannya akan sakit, takut menerima bola-bola tinggi

dan keras, dan sering terjadi bola mati waktu bermain. Hal inilah yang perlu

mendapat perhatian serius, untuk ditemukan sebuah solusi yang dapat mengatasi

kendala pembelajaran, dalam permainan bola voli untuk siswa putri di MAN

Rajagaluh.

Sedangkan bila dikaji dari perbandingan gender antara siswa putra dan

siswa putri ternyata jumlah siswa putri jauh lebih banyak dari siswa putra, hal

inilah yang menjadikan tantangan tersendiri bagi pembelajaran permainan bola

voli di MAN Rajagaluh. Untuk lebih jelasnya kondisi siswa tersebut dapat dilihat

(22)

Tabel.1.1

Jumlah Siswa MAN Rajagaluh Kabupaten Majalengka

Tahun 2010/2011

Jenis kelamin Kls. X Kls. XI Kls. XII Jumlah

Laki-laki 52 58 48 158

Perempuan 96 92 61 249

Jumlah 148 150 109 407

Berdasarkan pada tabel di atas, cukup jelas bahwa siswa putri jauh lebih

banyak dari siswa putra. Karena hal tersebut, dalam pembelajaran permainan

bola voli di MAN Rajagaluh mengalami permasalahan yang cukup serius, yaitu

rendahnya minat siswa putri yang jumlahnya jauh lebih banyak dari siswa putra,

terhadap pembelajaran permainan bola voli.

Dalam hal ini kreativitas seorang guru, sebagai pengajar pendidikan

jasmani memiliki peran yang strategis dalam mengorganisasikan kegiatan belajar

siswa di sekolah. Salah satu dominasi guru pendidikan jasmani, dalam konteks

pengajaran permainan bola voli antara lain tuntutan untuk menerapkan model

pembelajaran, dalam mengatasi atau meminimalisir permasalahan pembelajaran,

permainan bola voli di intrakurikuler dan ekstrakurikuler.

Model pembelajaran menurut Bruce and Marsha (Suherman, 2009: 2)

adalah “... sebagai pengorganisasian lingkungan yang dapat menggiring siswa

(23)

Sedangkan model pembelajaran pendidikan jasmani menurut Metzler

(2000: 159-365), terdapat tujuh model dalam implementasi pendidikan jasmani di

sekolah yaitu:

1. Direct Instruction Model

2. Personalized System for Instruction Model

3. Cooperatif Learning Model

4. The Sport Education Model

5. Peer Teaching Model

6. Inquiry Teaching Model

7. The Tactical Game Model

Implementasi model pembelajaran pendidikan jasmani dari Metzler, yang

akan dijadikan kajian adalah model pembelajaran taktis. Model pembelajaran

taktis sangat diharapkan akan memberikan suatu pengaruh yang lebih besar dalam

partisipasi belajar permainan bola voli.

Atas dasar permasalahan pembelajaran tersebut di atas, maka diperlukan

sebuah solusi yang dapat memecahkan permasalahan itu. Maka penggunaan

model pembelajaran taktis, diharapkan menjadi salah satu cara untuk

mengatasinya.

Model pendekatan taktis, Linda, Griffin dalam (Utami, dan Nopembri.

(24)

... pembelajaran yang berpusat pada siswa untuk mempelajari permainan yang berkaitan dengan olahraga dengan menggunakan pendekatan konstruktif. Siswa diberikan kesempatan sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan pengalaman bermain melalui permainan sehingga menemukan strategi yang tepat untuk digunakan. Guru berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran.

Mengenai model pembelajaran taktis telah dijelaskan juga oleh Ma’mun,

dan Subroto. (2001: 3) bahwa:

Tujuan utama pendekatan taktis dalam pembelajaran permainan adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep permainan sehingga diharapkan performa mereka lebih meningkat.

Pendekatan taktis mendorong siswa untuk memecahkan masalah taktik dalam permainan. Masalah ini berkenaan dengan penerapan keterampilan teknik dalam situasi permainan. Dengan pendekatan tersebut siswa makin memahami kaitan antara teknik dan taktik, di samping dapat dipenuhi keinginannya dalam permainan.

Yudiana (2010: 14) dalam disertasinya, telah menjelaskan model

pendekatan taktis sebagai berikut: ”Dalam TGFU (pendekatan taktis) permainan

diorganisir ke arah aktivitas yang menggembirakan, masalah taktis dan strategis

disampaikan dalam bentuk modifikasi permainan untuk merangsang siswa kepada

kemampuan membuat keputusan.”

Martens, (American Sport Education Program (ASEP) and Kirk Anderson,

2011, http://www.humankinetics.com) menjelaskan bahwa: “Tactical skills are

defined as the decisions and actions of players in the contest to gain an advantage

over the opposing team or players.”

Dari kutipan di atas dapat dikemukakan bahwa, model pendekatan taktis

(25)

mendapatkan keuntungan atas tim lawan atau pemain lainnya. Jadi dalam

pelaksanaan pembelajaran akan mengutamakan permainan, yang akan menuntut

demonstrasi dari teknik-teknik tertentu guna memenangkan pertandingan.

Selanjutnya mengenai keterampilan teknis adalah “Technical skills are the

specific procedures to move one’s body to perform the task that needs to be

accomplished.” Marten, Successful Coaching, (American Sport Education

Program (ASEP) and Kirk Anderson, 2011: http://www.humankinetics.com).

Menurut Ma’mun dan Subroto (2001: 8) pendekatan tradisional ialah:

... berorientasi pada keterampilan teknik untuk mengajarkan permainan. Pendekatan itu menekankan aspek penguasaan teknik. Dalam pembelajaran bola voli, sering terjadi pada siswa dihadapkan dengan tugas, berlatih berulang-ulang, teknik servis, passing atas, passing bawah, dan lain-lain.

American Sport Education Program (2008: 62) diterjemahkan oleh Lestari

menjelaskan pendekatan teknis bahwa: “... yakni pertama-tama dengan

memperkenalkan setiap keterampilan dasar olahraga dan diikuti dengan

memperkenalkan taktik pertandingan.”

Dari ketiga uraian tersebut dapat dipahami bahwa, pendekatan teknis

adalah prosedur khusus untuk melatih/mengolah tubuh seseorang untuk

melakukan tugas yang harus diselesaikan. Artinya bila diterapkan dalam konsep

belajar adalah, siswa akan diberi tugas untuk melatih teknik keterampilan tertentu

secara berulang-ulang, setelah dikuasai baru beralih pada teknik keterampilan

(26)

Dalam prosedur pembelajaran yang menggunakan model pendekatan

teknis, telah dijelaskan secara rinci oleh Stephen, (1997: 1:

http//www.questia.com/googleSholar.qst?docId=5002249950) Bahwa:

“Traditionally, physical educators teach a warm-up skill, the skill itself, and than

follow it with a game situation in which students try to practice the kill.”

Penjelasan di atas dapat diartikan bahwa pendekatan teknis/tradisional,

yaitu pendidikan fisik yang mengajarkan keterampilan dari mulai pemanasan,

keterampilan itu sendiri, dan kemudian diikuti dengan situasi permainan dimana

siswa berusaha untuk berlatih keterampilan.

Dari kedua model pendekatan taktis dan model pendekatan teknis tersebut,

ternyata model pendekatan teknis kurang menguntungkan bila dibandingkan

dengan model pendekatan taktis. Hal seperti itu terjadi karena, dalam

pembelajarannya banyak pengulangan gerak dari suatu bentuk keterampilan

tertentu, banyak instruksi, yang menyebabkan siswa merasa jenuh, bosan dalam

belajar. Sedangkan keadaan yang benar-benar menyenangkan dan diharapkan

oleh sebagian besar siswa, yaitu bentuk permainan itu sendiri terabaikan dan

waktunya menjadi sedikit. Kasus demikian, menyebabkan model pendekatan

teknis kurang maksimal bila dibandingkan dengan model pendekatan taktis

terhadap partisipasi siswa. Implementasi model pendekatan teknis terjemahan

Lestari dalam American Sport Education Program (2008: 62) bahwa:

(27)

terjadi karena mereka belum mengerti keterampilan taktik dasar bola voli dan tidak memahami seberapa baik mereka menggunakan keterampilan teknis bola voli yang mereka temui dalam permainan yang sesungguhnya. Alasan kedua, keterampilan-keterampilan perseorangan dengan melakukan latihan yang berulang-ulang di luar konteks permainan benar-benar membosankan. Permasalahan tunggal terbesar dalam olahraga adalah instruksi yang berlebihan yang akan menghilangkan hasrat para siswa untuk memainkan olahraga tersebut.

Selanjutnya mengenai pendekatan tradisional telah disampaikan oleh

Ma’mun, dan Subroto. (2001: 4) mengatakan bahwa:

Pengalaman menunjukkan, untuk beberapa siswa, pendekatan tradisional dalam mengajarkan olahraga permainan kurang merangsang minatnya, atau bahkan tidak meningkatkan kemampuan siswa dalam bermain. Kelemahan pendekatan tradisional yakni lebih menekankan penguasaan unsur-unsur teknik dasar secara terpisah-pisah dengan aksi untuk yang sebatas para siswa kekurangan kenyataan untuk menguasai keterampilan teknik penting yang dibutuhkan dalam permainan yang sesungguhnya.

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari permasalahan belajar permainan bola voli di madrasah

aliyah negeri tersebut di atas, perlu kiranya diperoleh gambaran yang lebih jelas

mengenai dampak dari model pendekatan taktis dan pendekatan teknik terhadap

partisipasi belajar permainan bola voli siswa putri di MAN Rajagaluh. Maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Apakah model pendekatan taktis memberikan pengaruh yang lebih besar,

bila dibandingkan dengan model pendekatan teknis, terhadap partisipasi belajar

siswa putri dalam permainan bola voli di Madrasah Aliyah Negeri (MAN)

(28)

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis peranan, atau

keikutsertaan siswa putri dalam pembelajaran permainan bola voli, dengan

menggunakan model pendekatan taktis dan model pendekatan teknis. Yang

hasilnya akan dijadikan standar dalam kegiatan belajar mengajar pendidikan

jasmani dan kesehatan, khususnya dalam pembelajaran permainan bola voli

kepada siswa putri.

b. Tujuan Khusus

Berdasarkan pada tujuan umum tersebut, maka dapat dirumuskan tujuan

penelitian secara khusus sebagai berikut:

“Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara model pendekatan taktis

dan model pendekatan teknis terhadap partisipasi belajar permainan bola voli

siswa putri di Madrasah Aliyah Negeri Rajagaluh.”

D. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari kesalah pahaman mengenai istilah-istilah pokok yang

digunakan dalam judul penelitian ini, maka penulis akan menjelaskan beberapa

istilah sebagai berikut:

1. Pengaruh, adalah “Daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda)

(29)

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2005: 849). Dalam

penelitian ini pengaruh berarti daya yang timbul dari model pendekatan

taktis dan model pendekatan teknis terhadap partisipasi siswa putri dalam

pembelajaran permainan bola voli.

2. Pendekatan taktis dijelaskan oleh Tarigan. (2001: 4) bahwa: “... pada

hakikatnya pendekatan taktis berkaitan dengan upaya penerapan

keterampilan teknis dalam situasi permainan, sehingga diharapkan para

siswa lebih memahami hubungan antara teknik dan taktik dalam

permainan ....”

3. Pendekatan teknik, adalah “... secara sistematis, setiap teknik dipelajari

secara berulang-ulang sampai teknik tersebut dikuasai betul, baru beralih

pada teknik berikutnya.” (Tarigan. 2001: 4).

4. Yudiana, dan Subroto. (2010: 2) mengatakan permainan bola voli “... yaitu

memantul-mantulkan bola menyeberangi atas net, dan bola tidak boleh

menyentuh lantai.”

5. Bucher (Utama, 2011: 3) pendidikan jasmani: “... merupakan bagian

integral dari seluruh proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan

fisik, mental, emosi, dan sosial, melalui aktivitas jasmani yang telah

dipilih untuk mencapai hasilnya.”

6. Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi serta fisik peserta didik

dalam memberikan respon terhadap kegiatan yang dilaksanakan dalam

(30)

bertanggung jawab atas keterlibatannya.

(http://repositori.upi.edu/operator/upload/s_pgsd_0604613_chapter2.pdf).

7. Penelitian: “Penelitian ialah suatu cara ilmiah untuk memecahkan suatu

masalah dan untuk menembus batas-batas ketidaktahuan manusia.

(Riduwan, 2010: 1).

8. Variabel Penelitian: “Jadi variabel penelitian pada dasarnya adalah segala

sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian

ditarik kesimpulannya.” (Sugiyono, 2008: 38).

9. Variabel bebas: “Variabel bebas adalah merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat).” (Sugiyono, 2008: 39).

10. Variabel terikat: “Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.” (Sugiyono,

2008: 39).

11. Probability sampling: “Probability sampling adalah teknik pengambilan

sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota)

populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.” (Sugiyono, 2008: 82).

12. Simple random sampling: “Dikatakan simple (sederhana) karena

pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa

(31)

13. Observasi: “Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke

objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.”

(Riduwan, 2010: 104).

14. Statistika: “ Statistika adalah bagian dari matematika yang secara khusus

membicarakan cara-cara pengumpulan, pengolahan, penyajian, analisis

dan penafsiran data.” (Furqon, 2008: 3).

15. Data: “Data ialah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan

informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang

menunjukkan fakta.” (Riduwan, 2010: 5).

16. Madrasah Aliyah (MA), menurut Departemen Agama RI. (2007: 1)

bahwa: “Madrasah Aliyah merupakan lembaga pendidikan Tingkat

Menengah yang berada di bawah naungan Departemen Agama.” Dalam

penelitian ini peneliti mengkhususkan pada Madrasah Aliyah Negeri

Rajagaluh di Kabupaten Majalengka.

17. “Efisien berarti kemampuan melakukan gerak dengan benar, Doing the

right things (bhs. Indonesia = Hasil Guna). Materi, tenaga dan waktu

dalam proses gerak dapat dihasilkan dengan produktivitas yang tinggi”

(Hidayat. 2003: 11).

18. “Efektif berarti kemampuan gerak dengan pola yang tepat Doing things

rigth (bhs. Indonesia = Tepat Guna). Materi, tenaga dan waktu dalam

(32)

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan interpretasi tesis yang berjudul “Pengaruh Model

Pendekatan Taktis dan Model Pendekatan Teknis terhadap Partisipasi Belajar

Permainan Bola Voli Siswa Putri di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Rajagaluh

Kabupaten Majalengka,” maka perlu dipaparkan sistematika penulisan yang

terdiri dari:

Bab pertama Pendahuluan, yang berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan

Masalah, Tujuan Penelitian, Penjelasan Istilah, dan Sistematika Penulisan.

Bab kedua Landasan Teoritik, Kerangka Berfikir, dan Hipotesis. Konten di

dalamnya menyajikan teori-teori utama dan turunannya dalam bidang yang dikaji,

hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang dikaji.

Bab ketiga membahas Metode Penelitian, memuat beberapa komponen

yaitu Populasi dan Sampel Penelitian, serta cara pemilihan sampelnya. Lokasi dan

Subyek Penelitian, Instrument Penelitian, Prosedur Pengolahan dan Analisis Data,

Teknik Pengumpulan Data, dan Prosedur Penelitian.

Bab keempat pada dasarnya memuat dua hal utama, yaitu Hasil Penelitian,

dan Pembahasan.

Bab kelima disajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil

analisis temuan peneliti, yang disajikan dalam bentuk Kesimpulan Penelitian, dan

(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan pengaruh

model pendekatan taktis dan model pendekatan teknis, terhadap partisipasi belajar

permainan bola voli siswa putri di Madrasah Aliyah Negeri Rajagaluh kabupaten

Majalengka.

Berdasarkan pada masalah yang akan diteliti tersebut, maka metode

penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

Sedangkan yang dimaksud dengan metode eksperimen menurut Sukmadinata.

(2005: 194) bahwa: “Penelitian eksperimental (exsperimental research),

merupakan pendekatan penelitian kuantitatif yang paling penuh, dalam arti

memenuhi semua persyaratan untuk menguji hubungan sebab akibat.”

Jadi penelitian eksperimen adalah penelitian yang berusaha untuk

mengungkapkan hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih yang

diselidiki. Penelitian eksperimen dilakukan dalam kondisi dengan satu atau

beberapa variabel yang dapat dikontrol.

Penelitian yang dilakukan ini terdapat tiga variabel, yaitu model

pendekatan taktis dan model pendekatan teknis adalah sebagai variabel bebas,

sedangkan partisipasi belajar permainan bola voli siswa putri MAN Rajagaluh

(34)

Sehubungan dengan masalah yang dikaji dalam penelitian ini, penulis

menggunakan the randomized posttest only-control group design yaitu: “...

involves two groups, both of which are formed by random assignment. One

group receives the experimental treatment while the other does not, and then both

groups are posttested on the devendent variable.” (Fraenkel, Wallen. 2006: 273).

Kutipan di atas dapat diterjemahkan, melibatkan dua kelompok, keduanya

dibentuk secara acak. Satu kelompok menerima perlakuan eksperimen sementara

lainnya tidak, kemudian kedua kelompok variabel bebas dites akhir.

Diagram dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

The Randomized Posttest-Only

Control Group Design

Treatment Group R1 X O

[image:34.595.111.511.247.625.2]

Control Group R2 C O

Gambar 1. Desain Dua Kelompok Acak Dengan Hanya Tes Akhir.

Keterangan gambar:

R1 = Kelompok acak model pendekatan taktis

R2 = Kelompok acak model pendekatan teknis

X = Kelompok yang mendapat perlakuan (model pendekatan taktis)

C = Kelompok kontrol (model pendekatan teknis)

(35)

Ketiga variabel tersebut merupakan variabel yang dijadikan obyek

pengamatan selama penelitian berlangsung Fraenkel, Wallen (2006: 273)

menyebutkan bawa:

In this design, the control of certain threats is excelent. Through the use of random assignment, the treaths of subject characteristics, maturation, and statistical regression are well controlled for. Because none of the subjects in the sudy are measure twice.

Dari pemaparan tersebut dapat dikemukakan bahwa dalam desain ini,

kelompok kontrol akan mampu mengatasi ancaman tertentu. Melalui penggunaan

tugas acak, ancaman karakteristik subjek, kematangan, kelemahan statistik akan

terkontrol baik dengan itu. Karena tidak ada subjek yang diukur dua kali dalam

penelitian ini.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi telah dijelaskan oleh Sukmadinata (2005: 250) adalah:

“Kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian kita disebut

populasi.”

Sukmadinata (2005: 250) mengemukakan lebih jelas lagi,

(36)

Mengenai populasi Sugiyono (2008: 80) menguraikan bahwa: “Populasi

adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Dari ketiga paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian

pendidikan bisa terdiri dari orang yang terdiri dari guru, siswa, kepala sekolah,

lembaga sekolah beserta jurusannya, organisasi guru, bangunan sekolah, fasilitas

belajar seperti media belajar, buku-buku, dan lain-lain. Sedangkan mengenai

wilayah bisa mencakup negara, propinsi, dan kabupaten.

Berdasarkan kutipan di atas, yang dimaksud dengan populasi penelitian

adalah segala sesuatu yang dijadikan subyek/obyek penelitian yang akan diteliti.

Dalam kajian di sini, yang dijadikan populasi adalah seluruh siswi Madrasah

Aliyah Negeri Rajagaluh, yang aktif mengikuti belajar ekstrakurikuler permainan

bola voli yang berjumlah 40 orang.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian menurut Sukmadinata (2005:250) adalah “Penelitian

hanya dilakukan terhadap sekelompok anggota populasi yang mewakili populasi.

Kelompok kecil yang secara nyata kita teliti dan tarik kesimpulan dari padanya

disebut sampel.” Jadi dapat dikatakan bahwa sampel penelitian merupakan

bagian dari populasi yang mewakili semua karakteristik dan sifat yang terdapat

(37)

Sugiyono (2008: 81) mengatakan: “Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” (Sugiyono, 2008: 81).

Teknik pengambilan sampel Sukmadinata (2005: 252) menjelaskan bawa:

Pengambilan sampel merupakan suatu proses pemilihan dan penentuan jenis sampel dan perhitungan besarya sampel yang akan menjadi subjek atau objek penelitian. Sampel yang secara nyata akan diteliti harus representatif dalam arti mewakili populasi baik dalam karakteristik maupun jumlahnya.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini, adalah menggunakan

teknik sampling jenuh. Yaitu semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

Sampling jenuh ini termasuk kedalam kelompok nonprobability sampling.

Sugiyono (2008: 85) menjelaskan bahwa: “Sampling jenuh adalah teknik

penentuan sampel bila semua annggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal

ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil ...“

Berikutnya Ruseffendi (2005: 86) menyatakan bahwa: “Jadi, pada cara

sensus itu semua subjek dari populasi diteliti.” Hal tersebut dilakukan karena

populasi yang aktif mengikuti pembelajaran ekstrakurikuler pemainan bola voli

jumlahnya relatif kecil, dan homogen dilihat dari:

a. Jenis kelamin: perempuan

b. Usia: 16-18 tahun

(38)

Kemudian diadakan undian untuk menentukan 20 orang kelompok

eksperimen, dan 20 orang kelompok kontrol.

Penentuan sampel di atas diharapkan dapat mengetahui pengaruh dari

model pendekatan taktis dan model pendekatan teknis terhadap partisipasi belajar

permainan bola voli siswa putri di MAN Rajagaluh. Sedangkan metode penelitian

yang digunakan adalah metode eksperimen dengan hanya tes akhir yang

dilakukan melalui observasi langsung di lapangan.

C. Lokasi dan Subyek Penelitian

Lokasi penelitian menunjukkan pada tempat dimana penelitian dilakukan,

yang ditandai oleh adanya unsur subyek, tempat, dan kegiatan yang dapat

diobservasi. Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah Madrasah Aliyah

Negeri (MAN) Rajagaluh kabupaten Majalengka, dengan subyek penelitian

adalah siswa putri kelas X, XI, dan XII. Penelitian dilakukan di luar kegiatan

belajar mengajar.

Alasan yang dijadikan pertimbangan dipilihnya sekolah dan jenis kelamin

tersebut, sebagai lokasi dan subyek penelitian ini, adalah berdasarkan hasil

observasi dari peneliti sendiri, di MA kabupaten Majalengka pada umumnya, dan

selama mengajar permainan bola voli di MAN Rajagaluh, terdapat permasalahan

yang ditemukan terutama rendahnya partisipasi siswa putri, dalam mengikuti

proses belajar permainan bola voli di sekolah, dan adanya keterbukaan dari pihak

(39)

D. Instrumen Penelitian

Instrumen memiliki peran penting dalam sebuah penelitian, yaitu untuk

memperoleh data yang diinginkan dari penelitian. Selanjutnya data akan

dianalisis dan ditarik kesimpulannya untuk dijadikan sebagai hasil dari penelitian.

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan ialah menggunakan

teknik observasi, yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui partisipasi siswa

dalam pembelajaran dengan menggunakan model pendekatan taktis dan model

pendekatan teknis terhadap belajar permainan bola voli siswa putri di MAN

Rajagaluh.

Suherman. (2009: 26) menyebutkan bahwa: “Observasi yang sistematis

telah menjadi fondasi bagi pengembangan penelitian-penelitian penampilan

mengajar sekaligus juga merupakan dasar bagi pengembangan keterampilan dasar

mengajar Pendidikan Jasmani.”

Instrumen yang digunakan oleh peneliti, di dalam observasi ini adalah

dengan menggunakan lembar atau format observasi dan catatan lapangan.

Instrumen tersebut digunakan untuk mengumpulkan data, mengenai partisipasi

siswa putri dalam proses belajar permainan bola voli, dengan menggunakan

model pendekatan taktis dan model pendekatan teknis.

Instrumen untuk observasi peneliti menggunakan standar dari

(40)

(http://www.virginia.edu/french/resource/students/admin/participate.htm

Dengan rincian sebagai berikut:

KLASIFIKASI INSTRUMEN PENELITIAN

PARTISIPASI BELAJAR PERMAINAN BOLA VOLI

Student Participation Evaluation Form

Cheryl Krueger

Profesor Perancis

University of Virginia

Partisipasi meliputi kehadiran, persiapan, konstribusi dan perhatian selama

kegiatan di kelas.

1. Tinggi: 16-20

2. Sedang: 11-15

3. Rendah: 0-10

(41)

INSTRUMENT PARTISIPASI BELAJAR PERMAINAN BOLA VOLI

No. Aspek Indikator Nilai

1. Kehadiran Tepat waktu

Terlambat 5 menit Terlambat 10 menit Terlambat 20 menit

Tidak hadir ada pemberitahuan Tidak hadir tidak ada pemberitahuan

5 4 3 2 1 0 2. Persiapan/kesiapan Aktif pemanasan untuk pembelajaran

Kurang aktif pemanasan untuk pembelajaran Tidak aktif pemanasan untuk pembelajaran Kurang aktif pemanasan jika ada instruksi Tidak aktif pemanasan jika ada instruksi Tidak mengikuti pemanasan untuk pembelajaran 5 4 3 2 1 0 3. Konstribusi Aktif belajar dan aktif membantu teman

Aktif belajar dan kurang aktif membantu teman

Aktif belajar dan tidak aktif membantu teman Kurang aktif belajar dan kurang aktif

membantu teman

Kurang aktif belajar dan tidak membantu teman

Tidak aktif belajar dan tidak membantu teman 5 4 3 2 1 0

4. Perhatian Aktif dalam pembelajaran

Kurang aktif dalam pembelajaran Tidak aktif dalam pembelajaran Aktif dengan aktifitas lain Tidak mengikuti pembelajaran Aktif mengganggu pembelajaran

5 4 3 2 1 0

E. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data

Prosedur pengolahan dan analisis data, dimaksudkan adalah untuk

memperoleh jawaban dari pertanyaan penelitian. Data tersebut kemudian diolah

dan dianalisis, kemudian dibandingkan dengan kriteria yang sudah ditetapkan.

(42)

1. Memberikan penilaian pada setiap individu dalam format observasi yang

sudah disiapkan, sesuai dengan kriteria yang ada.

2. Memeriksa data yang sudah didapat, guna menghindari kesalahan

pengisian dalam format observasi.

3. Memasukan data tersebut ke dalam program komputer microsoft excel

2007.

4. Melakukan pengolahan dan analisis data untuk memperoleh kesimpulan

penelitian.

Pengolahan dan analis data dilakukan dengan menggunakan program

Statistical Product and Service Solution (SPSS) Seri 17. Dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Melaksanakan Pengolahan dan Analisis Data

Untuk mengetahui pengaruh dari model pendekatan taktis dan model

pendekatan teknis terhadap partisipasi belajar permainan bola voli siswa putri

MAN Rajagaluh.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data dilaksanakan dengan maksud untuk mengetahui

apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas juga akan menentukan

langkah pengolahan data, dengan menggunakan statistik parametrik atau non

(43)

Untuk uji normalitas data penelitian ini, menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov, dengan asumsi bahwa jumlah sampel yang digunakan di bawah 30

orang, atau termasuk pada katagori kelompok kecil. Pengujian normalitas

mengacu pada hasil pengolahan data tersebut, dengan berdasarkan pada beberapa

ketentuan sebagai berikut:

Kriteria Keputusan:

a) Nilai Sig. atau probabilitas < 0,05 (Distribusi tidak Normal)

b) Nilai Sig. atau probabilitas > 0,05 (Distribusi Normal)

b. Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas data bertujuan untuk mengetahui apakah data berasal dari

sampel yang homogen atau tidak. Selain itu, untuk menentukan data berdistribusi

normal dan homogen, bila data homogen dan normal maka pengolahan akan

dilakukan dengan menggunakan statistika parametrik, dan jika data tidak

homogen, maka pengolahan data dilakukan dengan statistika non parametrik. Uji

homogenitas data menggunakan program software SPSS Serie 17.

Uji homogenitas data menggunakan penghitungan Lavene Statistic. Dasar

pengujian untuk uji homogenitas data yaitu:

Kriteria Keputusan:

1) Nilai Sig. Atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, data berasal dari

(44)

2) Nilai Sig. Atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, data berasal dari

populasi yang memiliki varians sama (Homogen)

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis data dilaksanakan untuk mendapatkan kesimpulan dari data

yang diperoleh. Jenis analisis statistik yang digunakan untuk melaksanakan uji

hipotesis, dalam rangka mencari kesimpulan, ditentukan dari hasil uji normalitas

dan homogenitas data. Dalam uji hipotesis ini penulis membandingkan hasil

observasi partisipasi belajar dari Cheryl Krueger, pada kelompok sampel model

pendekatan taktis dan model pendekatan teknis terhadap partisipasi belajar

permainan bola voli siswa putri di MAN Rajagaluh.

Uji hipotesis untuk mengetahui perbedaan antara dua kelompok sampel

tersebut, digunakan analisis dengan independent sampel t-test. Output yang

dihasilkan setelah pengolahan, diperoleh dua uji, yaitu uji-f (Varians) dan uji-t

(Uji kesamaan dua rata-rata).

2. Analisis dan Deskripsi Data

Untuk pelaksanaan analisis dan deskripsi data yang dilaksanakan, ialah

dengan menganalisis serta mendeskripsikan angka-angka yang ada, hasil dari

penghitungan statistik. Angka yang didapat bisa dibandingkan dengan angka

tabel atau dideskripsikan secara langsung, dengan berbagai pertimbangan dan

ketentuan statistik. Analisis didasarkan pada hipotesis yang dibuat, untuk dapat

memaknai nilai dan angka yang dihasilkan dari perhitungan. Hal lainnya juga

[image:44.595.111.512.239.607.2]
(45)

dianalisis berdasarkan teori-teori dan hasil penelitian yang yang telah

dilaksanakan oleh peneliti lainnya.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data, dalam penelitian ini penulis menggunakan

teknik pengumpulan data dengan teknik observasi nonpartisipatif. Sugiyono

(2008: 145) menyatakan bahwa: “... maka dalam observasi nonpartisipan peneliti

tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.” Jadi dalam hal ini

peneliti tidak terlibat secara langsung, dengan sampel atau orang-orang yang

sedang diamati. Peneliti dapat secara langsung mengamati perilaku siswa dari

mulai kehadiran, persiapan, konstribusi, dan perhatian selama mengikuti proses

pembelajaran permainan bola voli.

Untuk pengambilan data dilakukan sesuai dengan desain penelitian, yaitu

Posttest-Only design. Disetiap pertemuan dilakukan observasi dari awal

pembelajaran sampai akhir pembelajaran, yang dilakukan sebanyak 12 kali,

dengan mengisi penilaian pada format observasi yang telah disiapkan, kemudian

data tersebut diakumulasikan, untuk mengambil data dari penelitian yang

dilakukan.

G. Prosedur Penelitian

Sehubungan dengan terbatasnya waktu dan biaya penelitian, maka

pelaksanaan pembelajaran permainan bola voli, dalam penelitian yang dilakukan

oleh penulis, diprogramkan sebanyak empat minggu, dengan jumlah pertemuan

(46)

minggu kedua bulan Oktober. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan satu

minggu tiga kali, dimulai dari hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. Waktu pembelajaran

dimulai setelah kegiatan belajar mengajar, yaitu dari jam 14.00 – 15.30 untuk

permainan bola voli dengan menggunakan model pendekatan taktis. 15.30 – 17.00

untuk permainan bola voli dengan menggunakan model pendekatan teknis.

Untuk lebih jelasnya, program pembelajaran yang dilaksanakan dalam

penelitian ini dapat dilihat dalam lampiran.

Setelah penelitian pembelajaran berakhir di lapangan, interpretasi data

dilakukan untuk menafsirkan terhadap keseluruhan temuan penelitian,

berdasarkan acuan normatif praktis dan aturan teoretik yang telah disepakati

mengenai proses pembelajaran. Pada tahap interpretasi data, peneliti memberikan

makna kepada serangkaian hasil observasi yang telah dilakukan dalam penelitian

(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan

sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan bahwa: model pendekatan taktis

memberikan pengaruh yang lebih besar, bila dibandingkan dengan model

pendekatan teknis, terhadap partisipasi belajar siswa putri dalam permainan bola

voli di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Rajagaluh kabupaten Majalengka.

B. Rekomendasi

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan studi

lanjutan yang relevan, dan bahan kajian ke arah pengembangan kosep-konsep

pengaruh model pendekatan taktis dan model pendekatan teknis, terhadap

partisipasi belajar permainan bola voli siswa putri.

2. Dijadikan masukan bagi pengkaji dan pelaksana proses belajar mengajar

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, dalam memilih serta melaksanakan

proses belajar mengajar permainan bola voli siswa putri secara efektif.

3. Bagi rekan-rekan guru penjasorkes, khususnya di Madrasah Aliyah

yang memiliki permasalahan yang sama, maka dalam pembelajarannya disarankan

(48)

DAFTAR PUSTAKA

American Sport Education Program. (2008). Melatih Bola Voli Remaja. Yogyakarta: Citra Aji Pratama.

Anderson, K. and American Sport Education Program (ASEP). (2011). Technical And tactical skills.

Tersedia:http://www.humankinetics.com/excerpts/excerpts/games- approach-helps-tennis-players-transfer-skills-learned-in-practice-to-matches

Bahagia, Y. dan Suherman, A. (2000). Prinsip-prinsip Pengembangan dan Modifikasi Cabang olahraga. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Berliana. (2009). Partsisipasi Wanita dalam Olahraga Prestasi (Sebuah Analisis Tentang Peran Pola Asuhan dan Proses Sosialisasi ke Dalam Olahraga dari Perspektif Kesehatan Gender. Disertasi. Bandung: Program Studi Pendidikan Olahraga Sekolah Pascasarjana Universitan Pendidikan Indonesia.

Collins-Gubacs, K. (2004). A Tactical Approach to Teaching & Coaching

Games. Montclair: Montclair State University.

Tersedia:http//www.tacticalthinkers.com/

Departemen Agama RI. (2007). Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Madrasah Aliyah. Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam.

Depdiknas. (2009). Rencana Strategis. Jakarta

Tersedia:http://ariefyuri.blogspot.com/2009/03/pentingnya-kegiatan-ekstrakurikuler.html

Echols, J.M. dan Shadily. (2005). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT Gramedia

Fraenkel, J.R. dan Wallen, N.E. (2006). How to Design and Evaluate Research in Education. USA: McGraw Hill.

(49)

Furqon. (2004). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Giriwijoto, S. Komariyah, L. Kartinah, N.T. (2007). Ilmu Kesehatan Olahraga. Bandung: FPOK UPI.

Harsono. (1991). Fungsi dan Profesionalisasi Pendidikan Jasmani di Sekolah serta Sumbangsihnya dalam Membentuk Manusia Seutuhnya. Bandung: IKIP.

Hidayat, K. (2010). Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Teknis dan Taktis Dengan Kemampuan Motorik Tinggi dan Rendah Terhadap Hasil Belajar Permainan Bola Voli Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VII. Tesis. Bandung: Program Studi Pendidikan Olahraga Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Hoedaya, D. (2009). Empati dalam Kehidupan Bermasyarakat. Bandung: FPOK UPI.

http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/19650817199001

1-MUDJIHARTONO/pengaruh_ekstrakurikuler_softball_thd_emosi/BAB_I I.pdf

http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA.pdf

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_jkr_chapter4.pdf

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_jkr_0703938_chapter2.pdf

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pgsd_0604613_chapter2.pdf

http//www.virginia.edu/french/resouce/students/admin/participate htm

http://wiki.verkata.com/id/wiki/partisipasi

Husdarta. Hidayat, Y. (2009). Psikologi Olahraga. Bandung: CV. Bintang WarliArtika.

______ Saputra, Y.M. (2000). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

______ (2000). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

(50)

Tersedia:http://journal.ui.ac.id/upload/artikel/02_M.%20Iqbal_CONCEPT %20AND%20IMPLEMENTATION_Layout.pdf

Ismail, A. (2011). Pengertian Bermain.

Tersedia:https://sites.google.com/a/apedukatif.co.cc/www/artikel_1

Juliantine, T. Subroto, T. Yudiana, Y. (2012). Belajar & Pembelajaran Penjas. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.

Lutan, R. (2005). Teori Belajar Keterampilan Motorik: Konsep dan Penerapannya. PPS UPI: Depdiknas.

Ma’mun, A. Subroto, T. (2001). Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Permainan Bola Voli. Jakarta: Direktorat Jenderal Olahraga.

Metzler. Michael, W. (2000). Instructional Models For Physical Education (Second Edition). United States of America: Holcomb Hathaway Pubs.

Muhajir. (2006). Pendidikan Jasmani Teori dan Praktek SMA 1. Bandung: Erlangga.

______ (2006). Pendidikan Jasmani Teori dan Praktek SMA 2. Bandung: Erlangga.

______ (2006). Pendidikan Jasmani Teori dan Praktek SMA 3. Bandung: Erlangga.

Nurhasan. (2000). Dasar-Dasar Kurikulum. Bandung: Depdiknas.

Nurhasan, Cholil, H. (2007). Modul Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: FPOK UPI.

Perpustakaan Nasional RI. (2002). Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Kependidikan. Jakarta: CV. Novindo Pustaka Mandiri.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Riduwan. (2010). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

______ (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

(51)

Schimidt, R.A. / wrishberg, C.A. (2000). Motor Learning and Performance. United States of Amerika.

Silverman, S. (1997). Is the Tactical Approach to Teaching Games Better Than a Skills Approach? Journal Articel. Vol. 68.

Tersedia:http://www.questia.com/googleScholar.qst?docId=5002249950

Subarjah, H. (2009). Jurnal Wisata dan Olahraga. Bandung: Jurusan Pendidikan dan Rekreasi Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.

______ (2010). Hasil belajar Keterampilan Bermain Bulutangkis Studi Eksperimen pada Siswa Diklat Bulutangkis FPOK-UPI. Bandung: FPOK Uviversitas Pendidikan Indonesia.

Sudjana, N. Suwariyah, W. (2010). Model-model Mengajar CBSA. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman Adang. (2009). Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI.

______ (2009). Revitalisasi Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: CV. Bintang Warli Artika.

Suherman Ayi. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Sumedang: Vuri Creative.

Sukmadinata, N.S. (2005). Metode Penelitian dalam Pendidikan. Bandung: PPS UPI dengan Remaja Rosdakarya.

Sumardiyanto. (2009). Pengaruh Teknik Pembelajaran Partisipatif Terhadap Kemampuan Motorik Dasar dan Penguasaan Keterampilan Gerak (Suatu Studi Tentang Proses Belajar Penguasaan Keteremapilan Gerak). Tesis. Bandung: Program Studi Pendidikan Olahraga Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

(52)

Suryosubroto, B. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Tersedia:http//telyna.wordpress.com/2010/12/28/partisipasi-belajar/

Tarigan, B. (2001). Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran Sepak bola. Jakarta: Direktorat Jenderal Olahraga.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20. (2003). Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Bp. Dharma Bhakti.

Utami, S.N. Nopembri, S. (2011). Jurnal Pend

Gambar

Gambar 1. Desain Dua Kelompok Acak Dengan Hanya Tes Akhir.
tabel atau dideskripsikan secara langsung, dengan berbagai pertimbangan dan

Referensi

Dokumen terkait

DI DUSUN JURUG / TEMUWUH / DLINGO / ANDA AKAN MENEMUKAN SENTRA PENGEMBANGAN KERAJINAN BUNGA KERING YANG KINI. JUMLAHNYA

Dengan pengukuran berdasarkan struktur internal, peneliti memperoleh hasil yang menunjukkan bahwa Relative Pitch Memory Test merupakan alat ukur yang reliabel (CR = .999;

Metode ini juga digunakan dalam penelitian yang melibatkan pengguna implan koklea atau alat bantu pendengaran pada individu yang menderita gangguan pendengaran (Wang,

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan disimpulkan bahwa hasil uji t menyatakan terdapat pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan terhadap kinerja.. Terdapat pengaruh

Munculnya penelitian ini ditujukan untuk menemukan desain tingku briket batu bara yang lebih efisien dan lebih bersih. Efisien dari sisi karakterisasi pembakaran berarti

Penelitian ini diawali dengan melihat tingkat efisiensi pembakaran dan tingkat polusi udara yang ditimbulkan dari pembakaran briket batu bara dengan menggunakan tungku yang

Molekul yang mengandung dua gugus kromofor atau lebih akan mengabsorpsi cahaya pada panjang gelombang yang hampir sama dengan molekul yang hanya mempunyai satu gugus

Daya guna dari suatu pusat pengatur beban sangat ditentukan dari pada keandalan sistem komunikasi yang dipergunakan, karena proses pengambilan dan pengumpulan data-data yang