DAFTAR ISI
A. Latar Belakang Masalah ………..………..
B. Rumusan Masalah …………..………...
C. Hipotesis Tindakan ………
D. Tujuan Penelitian ………..………
E. Manfaat Hasil Penelitian ………...
F. Penjelasan Istilah …...………
BAB II MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
TENTANG POKOK BAHASAN STRUKTUR DAN FUNGSI
TUMBUHAN ………
A. Pendidikan IPA di Sekolah Dasar ……….
1. Pengertian IPA ………..
2. Prinsip – prinsip Pembelajaran IPA di SD ………
B. Pembelajaran IPA ……….
1. Tujuan Pembelajaran IPA di SD ………..
2. Hasil Belajar ……….
C. Model Pembelajaran Interaktif ………. 1. Pengertian Model Pembelajaran Interaktif ……… 2. Tahap Model Pembelajaran Interaktif ……….…………..
Weni Haerani,2013
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar SiswaDalam Mata Pelajaran Ipa Tentang Pokok Bahasan Struktur Dan Fungsi Tumbuhan
DAFTAR TABEL
D. Faktor Pendukung Penerapan Model Pembelajaran Interaktif Pada Pembelajaran IPA Pokok Bahasan Struktur dan Fungsi
Tumbuhan ……….. E. Materi Pembelajaran Struktur dan Fungsi Tumbuhan ……… 1. Akar ………... 2. Batang ………
3. Daun ………..
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………
A. Metode Penelitian ………..
B. Model Penelitian ... C. Lokasi Penelitian ...
D. Subjek Penelitian ………...
E. Prosedur Penelitian ………
F. Instrumen Penelitian ………
G. Pengolahan dan Analisis Data ………
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..
A. Persiapan Penelitian ………...
B. Deskripsi Hasil Penelitian ……….
1. Hasil Tindakan Siklus I ………...
Tabel 3.1 Langkah Pembelajaran ………..
Tabel 3.2 Rencana Jadwal Pelaksanaan ……… Tabel 4.1 Hasil Evaluasi Awal ……….. Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ………..
Tabel 4.3 Hasil Post Tes Siklus I ………..
Tabel 4.4 Refleksi Siklus I ……… Tabel 4.5 Hasil Post Tes Siklus II ………. Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa ………... Tabel 4.7 Refleksi Siklus II ………...
Tabel 4.8 Penilaian Siswa Pada Siklus III ……….
Tabel 4.9 Aktivitas Siswa Siklus III ……….. Tabel 4.10 Refleksi Siklus III ……… Tabel 4.11 Persentase Kenaikan Nilai ………...
DAFTAR GAMBAR BAGAN
DAFTAR GRAFIK
Gambar 1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Interaktif ……… Gambar 3 Model PTK Kemmis dan Mc Taggart ………..
Gambar 5 Alur Penelitian ………..
Grafik 4.1 Persentase Kenaikan Nilai ………...
Grafik 4.2 Ketuntasan Siswa ……….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Meningkatkan mutu pendidikan adalah menjadi tanggungjawab semua
pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru SD, yang merupakan
ujung tombak dalam pendidikan dasar. Guru SD adalah orang yang paling
berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat
bersaing di jaman pesatnya perkembangan teknologi. Guru SD dalam setiap
pembelajaran selalu menggunakan pendekatan, strategi dan metode pembelajaran
yang dapat memudahkan siswa memahami materi yang diajarkannya, namun
masih sering terdengar keluhan dari para guru di lapangan tentang materi
pelajaran yang terlalu banyak dan keluhan kekurangan waktu untuk
mengajarkannya semua.
Menurut pengamatan penulis, dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas
penggunaan model pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah dan guru
cenderung menggunakan model konvesional pada setiap pembelajaran yang
dilakukannya. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya penguasaan guru terhadap
model-model pembelajaran yang ada, padahal penguasaan terhadap model-model
pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan profesional
guru, dan sangat sesuai dengan kurikulum berbasis kompetensi.
Kurikulum berbasis kompetensi yang mulai diberlakukan di sekolah dasar
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini hanya dapat tercapai
apabila proses pembelajaran yang berlangsung mampu mengembangkan seluruh
potensi yang dimiliki siswa, dan siswa terlibat langsung dalam pembelajaran IPA.
Disamping itu kurikulum berbasis kompetensi memberi kemudahan kepada guru
dalam menyajikan pengalaman belajar, sesuai dengan prinsip belajar sepanjang
hidup yang mengacu pada empat pilar pendidikan universal, yaitu belajar untuk
mengetahui (learning to know), belajar dengan melakukan (learning to do), belajar
untuk hidup dalam kebersamaan (learning to live together), dan belajar menjadi
diri sendiri (learning to be). Untuk itu guru perlu meningkatkan mutu
pembelajarannya, dimulai dengan rancangan pembelajaran yang baik dengan
memperhatikan tujuan, karakteristik siswa, materi yang diajarkan, dan sumber
belajar yang tersedia. Kenyataannya masih banyak ditemui proses pembelajaran
yang kurang berkualitas, tidak efisien dan kurang mempunyai daya tarik, bahkan
cenderung membosankan, sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal. Hal
ini dapat dilihat dari hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Bukit Mulya Cianjur
yang menunjukkan bahwa siswa pada pembelajaran masih rendah seperti
rendahnya minat siswa belajar kelompok dimana pelaksanaan pembelajaran di
lapangan melalui belajar kelompok masih jarang, jika ada dilaksanakan hasil yang
di capai masih rendah. Pada umumnya siswa cenderung pasif, hanya menerima
apa yang di sampaikan guru tanpa bisa mengeluarkan pendapat, bertanya, serta
menjawab pertanyaan. Jika guru mengajukan pertanyaan, siswa tidak berani
menjawab, jika ada itu hanya 4-5 orang siswa saja. Dan jika ada kendala siswa
ketuntasan belajar, dimana standar yang di gunakan adalah 68. Dari hasil
pengamatan, diketahui beberapa hal, yakni 22 orang siswa dari 43 siswa yang
belum mencapai tingkat penguasaan materi sebesar 51 %
Rendahnya perolehan hasil belajar mata pelajaran IPA di SDN Bukit
Mulya Cianjur menunjukkan adanya indikasi terhadap rendahnya kinerja belajar
siswa dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang berkualitas.
Untuk mengetahui mengapa prestasi siswa tidak seperti yang diharapkan, tentu
guru perlu merefleksi diri untuk dapat mengetahui faktor-faktor penyebab
ketidakberhasilan siswa dalam pelajaran IPA. Sebagai guru yang baik dan
profesional, permasalahan ini tentu perlu ditanggulangi dengan segera.
Berdasarkan hal tersebut diatas, penerapan model pembelajaran interaktif
menjadi alternatif untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata
pelajaran IPA. Dengan menerapkan model pembelajaran interaktif ini, diharapkan
kemampuan profesional guru dalam merancang model pembelajaran akan lebih
baik lagi dan dapat menerapkan model pembelajaran yang lebih bervariatif.
Disamping itu dapat meningkatkan kemampuan guru dalam merefleksi diri
terhadap kinerja yang telah dilakukannya, sehingga dapat melakukan perubahan
dan perbaikan kualitas pembelajaran dan mengelola proses pembelajaran yang
lebih terpusat pada siswa.
Model pembelajaran interaktif sering dikenal dengan nama pendekatan
pertanyaan anak. Model ini dirancang agar siswa akan bertanya dan kemudian
menemukan jawaban pertanyaan mereka sendiri (Faire & Cosgrove dalam Harlen,
pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terlalu melebar dan seringkali kabur
sehingga kurang terfokus. Guru perlu mengambil langkah khusus untuk
mengumpulkan, memilah, dan mengubah pertanyaan-pertanyaan tersebut ke
dalam kegiatan khusus. Pembelajaran interaktif merinci langkah-langkah ini dan
menampilkan suatu struktur untuk suatu pelajaran IPA yang melibatkan
pengumpulan dan pertimbangan terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa sebagai
pusatnya (Harlen, 1992:48-50).
Salah satu kebaikan dari model pembelajaran interaktif adalah bahwa
siswa belajar mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan pertanyaan, dan
mencoba menemukan jawaban terhadap pertanyaannya sendiri dengan melakukan
kegiatan observasi (penyelidikan). Dengan cara seperti itu siswa atau anak
menjadi kritis dan aktif belajar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas yang menjadi rumusan
masalah adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran IPA tentang pokok bahasan struktur
dan fungsi tumbuhan pada siswa SDN Bukit Mulya Cianjur Kelas IV melalui
menerapkan model pembelajaran interaktif ?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran IPA tentang pokok bahasan struktur
dan fungsi tumbuhan pada siswa SDN Bukit Mulya Cianjur Kelas IV melalui
3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang
pokok bahasan struktur dan fungsi tumbuhan pada siswa kelas IV di SDN
Bukit Mulya Cianjur melalui penerapan model pembelajaran interaktif ?
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, dan penjelasan
istilah yang ada, maka dapatlah dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut :
melalui penerapan model pembelajaran interaktif dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran IPA terutama pada Pokok Bahasan Struktur dan
Fungsi Tumbuhan.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian tindakan kelas dengan penerapan model
pembelajaran interaktif untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN
Bukit Mulya Cianjur tentang struktur dan fungsi tumbuhan adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mendeskripsikan perencanaan pembelajaran IPA tentang pokok
bahasan struktur dan fungsi tumbuhan pada siswa SDN Bukit Mulya Cianjur
Kelas IV melalui penerapan model pembelajaran interaktif
2. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran IPA tentang pokok bahasan
struktur dan fungsi tumbuhan pada siswa SDN Bukit Mulya Cianjur kelas IV
3. Untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran
IPA tentang pokok bahasan struktur dan fungsi tumbuhan pada siswa kelas IV
di SDN Bukit Mulya Cianjur melalui penerapan model pembelajaran
interaktif.
2. Manfaat Hasil Penelitian
Secara umum manfaat dari hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi
baru tentang kemajuan belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran
interaktif dalam pembelajaran IPA dan rinciannya adalah sebagai berikut :
a. Bagi Siswa
1) Dapat meningkatkan minat belajar
2) Dapat belajar lebih aktif
3) Memiliki keberanian untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat
4) Membuat keterampilan siswa meningkat atau lebih tinggi dari apa yang
telah dipelajari dari teori yang disampaikan
5) Dapat memahami apa yang disampaikan
b. Bagi Guru
1) Menambah pengetahuan dalam merencanakan dan mengembangkan
langkah-langkah pembelajaran IPA dalam pembelajaran tentang struktur
dan fungsi tumbuhan dengan menerapkan model pembelajaran interaktif
2) Dapat menambah kajian dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran IPA tentang struktur dan fungsi tumbuhan dengan
c. Bagi Peneliti
Sebagai bahan masukan dalam menjalankan proses pembelajaran di sekolah
terutama pada pembelajaran IPA tentang struktur dan fungsi tumbuhan dengan
menerapkan model pembelajaran interaktif
d. Bagi Sekolah
1) Sumber masukan yang berarti dalam dunia pendidikan
2) Meningkatkan prestasi siswa
3) Meningkatkan professional guru
E. Penjelasan Istilah
a. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa melalui
kegiatan belajar dan evaluasi dalam bentuk tes.
b. Ilmu Pengetahuan Alam
KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan”.
c. Model Pembelajaran Interaktif
Model interaktif adalah suatu strategi pembelajaran sains yang melibatkan
pengumpulan dan pertimbangan atas pertanyaan-pertanyaan siswa sebagai ciri
melalui penyelidikan, jadi siswa sendirilah yang menemukan jawaban atas
pertanyaan sendiri. Kunci keberhasilan dalam pembelajaran dengan model
interaktif terletak pada pola pikir siswa sehingga siswa dapat mencari sendiri
konsep yang sedang dipelajari dengan berbagai cara. Tahapan belajar model
interaktif ini terdiri atas tahap persiapan – pengetahuan awal – eksplorasi –
pertanyaan siswa – penyelidikan - pengetahuan akhir – refleksi.
d. Struktur dan Fungsi Tumbuhan
Struktur dan fungsi tumbuhan adalah salah satu pokok bahasan dalam
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang diberikan di Sekolah Dasar Negeri
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Pencapaian suatu tujuan dibutuhkan suatu pendekatan, yakni dengan cara
yang dapat mengungkapkan masalah sesuai tujuan yang diharapkan .Dalam
penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif dan
kuantitatif, karena tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menghasilkan
data deskriptif berupa angka – angka atau nilai para siswa yang diambil dengan
adanya pre-test dan postest. Tujuan penelitian kuantitatif adalah untuk
mendeskripsikan dan menganalisa fenomena, persitiwa, aktivitas sosial, sikap,
kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.
Desain penelitian yang digunakan dalam peneltian ini adalah desain
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yang dilakukan secara
kolaboratif antara teman sejawat dengan peneliti. Dalam memilih desain
penelitian, seorang peneliti harus mengikuti proses mulai awal hingga akhir secara
konsisten.. Menurut Hopkins, sebagaimana yang dikutip oleh Rochiati Wiriatmaja
(2005: 11) PTK adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian
dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri,
atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang terjadi, sambil terlibat
dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan. Menurut Ebbutt (1985), dalam
penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematik dan upaya perbaikan
pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan
tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai
hasil dari tindakan-tindakan tersebut (2005: 12). Menurut T. Raka Joni (1998)
dalam FX. Soedarsono (2001: 2)
PTK merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku
tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari
tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta untuk memperbaiki kondisi-kondisi dimana
praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan. Secara ringkas Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) adalah bagaimana sekelompok guru dapat
mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari
pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan
dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu
(Rochiati Wiriatmaja 2005: 13).
Secara singkat karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research) atau PTK dapat disebutkan: Situasional, artinya berkaitan langsung
dengan permasalahan konkret yang dihadapi guru dan siswa. Kontekstual, artinya
upaya pemecahan yang berupa model dan prosedur tindakan tidak lepas dari
konteksnya, mungkin konteks budaya, sosial politik, dan ekonomi di mana proses
pembelajaran berlangsung. Kolaboratif, partisipasi antara guru-siswa dan mungkin
asisten atau teknisi yang terkait membantu proses pembelajaran. Hal ini
didasarkan pada adanya tujuan yang sama yang ingin dicapai. Self recletive dan
melakukan refleksi dan evaluasi diri terhadap hasil atau kemajuan yang dicapai.
Modifikasi perubahan yang dilakukan didasarkan pada hasil refleksi dan evaluasi
yang mereka lakukan. Fleksibel, dalam arti pemberian sedikit kelonggaran dalam
pelaksanaan tanpa melanggar kaidah metodologi ilmiah. Misalnya, tidak perlu
adanya prosedur sampling, alat pengumpul data yang lebih bersifat informal,
sekalipun dimungkinkan dipakainya instrumen formal sebagaimana dalam
penelitian eksperimental (Soedarsono FX, 2001: 5).
Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk memperbaiki,
meningkatkan, dan mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik sebagai upaya
pemecahan masalah, serta menemukan model dan prosedur tindakan yang
memberikan jaminan terhadap upaya pemecahan masalah yang mirip atau sama,
dengan melakukan modifikasi dan penyesuaian seperlunya. kegiatan pembelajaran
dalam mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran (Soedarsono FX, 2001: 5).
B. Model Penelitian
Model atau desain yang digunakan berbentuk spiral mengadopsi dari
Kemmis dan Mc Taggart (Depdiknas, 2004 : 2) yang mempunyai tiga komponen
utama yaitu: planning, action (observing), dan reflecting. Perbedaan lain dengan
model yang pertama adalah tidak adanya pembatasan siklus tergantung seberapa
keberhasilan/peningkatan yang ingin diperoleh.
Prosedur dalam penelitian tindakan kelas (PTK) alurnya terarah dan
terencana. Untuk melaksanakan rencana penelitian yang terarah dan teratur dalam
prosesnya yang panjang dan kompleks, maka peneliti membagi pelaksanaan
pengamatan, refleksi dan pelaporan. Siklus tersebut adalah pratindakan, siklus I,
siklus II, dan siklus ke III. Peneliti kemudian mempertajam judul atau objek
penelitian, mengidentifikasi masalah penelitian, mereviu kepustakaan,
menetapkan konsep dan tujuan penelitian. Pada saat di lapangan, peneliti
melakukan bimbingan, tanyajawab, pengamatan, pencatatan dan mengumpulkan
sumber data. Peneliti melakukan kunjungan beberapa kali untuk melakukan aksi
dan pengumpulan data.
Berdasarkan refleksi yang dilakukan tim peneliti, kemudian dirancanglah
penelitian berikutnya dengan membuat skenario tindakan baru yang merupakan
perbaikan/revisi yang telah dilaksanakan di siklus pertama.
Jumlah siklus secara teoritis tampak tidak ada batasan. Untuk membatasi
seberapa jauh tindakan sudah dikatakan berhasil, maka harus ditentukan kriteria
hasil pencapaian melalui tindakan yang dilakukan. Kriteria ini merupakan kriteria
hasil yang harus dicapai oleh tim peneliti.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research) yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur penelitian berdasarkan
pada prinsip Kemmis dan MC. Taggart (Depdiknas, 2004 : 2) yang mencakup
kegiatan perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observation),
refleksi (reflection) atau evaluasi. Keempat kegiatan ini berlangsung secara
berulang dalam bentuk siklus. Penelitian ini dilakukan dengan cara berkolaborasi
antara peneliti dan teman sejawat di SDN Bukit Mulya Cianjur. Keempat kegiatan
itu antara lain :
a. Tahap Perencanaan (Planning)
1. Mengidentifikasi masalah
2. Menganalisis dan merumuskan masalah
3. Merancang model Pembelajaran interaktif
4. Mendiskusikan penerapan model pembelajaran interaktif
5. Menyiapkan instrumen (angket, pedoman observasi, tes akhir)
6. Menyusun kelompok belajar siswa
7. Merencanakan tugas kelompok
b. Tahap Melakukan Tindakan (Action)
1. Melaksanakan langkah-langkah sesuai perencanaan
3. Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan sesuai
rencana
4. Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan yang
dilaksanakan
5. Mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemui kendala saat
melakukan tahap tindakan
c. Tahap Mengamati (observasi)
1. Melakukan diskusi dengan guru SD dan kepala Sekolah untuk rencana
observasi
2. Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran interaktif
yang dilakukan guru kelas lima
3. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan model
pembelajaran interaktif
4. Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang
kelamahan-kelemahan atau kekurangan yang dilakukan guru serta memberikan saran
5. perbaikan untuk pembelajaran berikutnya
d. Tahap refleksi (Reflection)
1. Menganalisis temuan saat melakukan observasi pelaksanaan observasi
2. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan model
pembelajaran interaktif dan mempertimbangkan langkah selanjutnya
3. Melakukan refleksi terhadap penerapan model pembelajaran interaktif
4. Melakukan refleksi terhada kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA
C. Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SDN Bukit Mulya Kecamatan
Cianjur Kabupaten Cianjur. Alasan penelitian menjadikan SDN Bukit Mulya
Cianjur ini sebagai lokasi penelitian adalah :
1. Lokasi tersebut tempat peneliti bekerja;
2. Sekolah berada di tempat yang kondusif bagi terlaksananya pembelajaran,
karena tempatnya jauh dari kebisingan dan keramaian kendaraan sehingga
membuat suasana belajar aman dan tenang;
3. Lokasi tersebut belum pernah dijadikan tempat penelitian
Peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat (guru lain). Teman sejawat
sebagai pengamat (observer) yang akan memberikan masukan terhadap
kekurangan ataupun kesalahan selama penelitian berlangsung.
D. Subyek Penelitian
Sebagai subyek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah siswa kelas
IV SDN Bukit Mulya Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur Tahun Pelajaran
2012 – 2013 yang berjumlah 43 orang dengan keadaan siswa laki-laki 25 dan
siswa perempuan 18 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada saat pembelajaran
mata pelajaran IPA pada pokok bahasan Struktur dan Fungsi Tumbuhan.
1. Letak geografis
SDN Bukit Mulya beralamat di Kampung Warung Kiara Desa Sukamaju
perkotaan yang tidak begitu jauh dari Ibukota Kecamatan yang kurang lebih 2 km
jaraknya.
2. Keadaan Sosial Ekonomi
Latar belakang sosial ekonomi orang tua siswa sebagian besar bekerja
sebagai petani dan buruh kuli. Keadaan ekonominya sangat timpang sekali antara
ekonomi menengah dan bawah sekali. Karena itu setiap tahunnya ada kira – kira
20 orang siswa yang selalu mendapat Bantuan Siswa Miskin yang setiap bantuan
selalu digilir, selain itu ada beberapa siswa yang selalu mendapat bantuan
transportasi dari Dana Bantuan Operasional Sekolah karena siswa tersebut benar –
benar membutuhkannya.
3. Staf Pengajar dan Tingkat Pendidikan
SDN Bukit Mulya belum begitu lengkap memiliki sarana prasarana baik
itu ruang kelas maupun ruang lainnya, sedangkan siswa – siswinya tiap tahun
selalu bertambah. Karena dari itu di SDN Bukit Mulya dilaksanakan dua
pelaksanaan pembelajaran pagi dan siang. Jumlah staf pengajar di SDN Bukit
Mulya Cianjur semuanya berjumlah 15 orang, yaitu 1 orang Kepala Sekolah, 10
orang guru kelas diantaranya, 7 orang PNS dan 3 orang Tenaga Honorer, yang 5
orang lagi adalah guru mata pelajaran diantaranya, 2 orang PNS dan 2 orang
masih Tenaga Honorer.
Tingkat Pendidikan guru – guru di SDN Bukit Mulya Cianjur sudah
hampir semuanya berijazah D-IV/SI, yaitu 2 orang berijazah D-II, 8 orang
E. Prosedur Penelitian
1. Tahap Perencanaan (Planning)
Perencanaan (planning) adalah apa yang akan dilakukan peneliti untuk
memperbaiki, meningkatkan dan membantu guru dalam mengembangkan model
pelajaran. Adapun model yang akan dikembangkan dalam penelitian tindakan
kelas adalah Penerapan Model Pembelajaran Interaktif Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Tentang Pokok Bahasan Struktur dan
Fungsi Tumbuhan Terhadap Siswa kelas IV di SDN Bukit Mulya Cianjur, antara
lain :
a) Mengajukan permohonan izin kepada kepala sekolah yang akan dijadikan
tempat penelitian;
b) Melakukan sosialiasi dengan siswa yang akan dijadikan subjek penelitian
yang kebetulan subjeknya adalah siswa yang diajar oleh peneliti;
c) Mengidentifikasi KTSP khususnya mata pelajaran IPA mulai dari kompetensi
dasar, standar kompetensi, hasil belajar, indikator, dan materi pokok;
d) Merumuskan model pembelajaran yang akan digunakan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa kelas IV dalam pembelajaran
IPA;
e) Membuat rencana pembelajaran yang disesuaikan dengan model pembelajaran
interaktif;
f) Membuat lembar observasi, untuk melihat aktifitas guru dan siswa selama
proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran
g) Membuat lembar panduan wawancara untuk melihat aktifitas guru dan siswa
selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
interaktif;
h) Membuat media gambar dan menyediakan alat peraga yang disesuaikan
dengan materi pembelajaran;
i) Membuat alat evaluasi belajar yang dikerjakan secara individual untuk meningkatkan siswa.
Peneliti mulai mengidentifikasi masalah yang mungkin muncul saat
pelaksanaan pembelajaran. Peneliti mencoba menganilisis dan merumuskan
masalah yang mungkin muncul saat pembelajaran. Peneliti merancang model
pembelajaran interaktif, dibantu peneliti. Guru dan peneliti melakukan diskusi
mengenai penerapan model pembelajaran interaktif, terutama langkah-langkah
kegiatan diskusi kelompok siswa. Peneliti dan guru bersama-sama membuat
angket untuk siswa dan pedoman observasi. Peneliti menyusun kelompok
berdasarkan siswa yang pandai dibagi merata kesetiap kelompok. Peneliti
merencanakan tugas kelompok tentang topik/materi IPA/Sains
2. Tahap Melakukan Tindakan/pelaksanaan (Action)
Pelaksanaan adalah apa yang akan dilakukan peneliti dalam upaya
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran siswa khususnya dalam
pembelajaran IPA. Selain itu, tindakan yang dilakukan diharapkan dapat
menimbulkan perubahan sikap sosial siswa dalam mengemukakaan pendapatnya.
Peneliti melaksanakan langkah-langkah kegiatan sesuai perencanaan
Sains/IPA. Peneliti dan pengamat (teman sejawat dan kepala sekolah) melakukan
pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan sesuai rencana. Peneliti
dan pengamat memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya
kegiatan yang dilaksanakan. Guru belum dapat mengantisipasi kendala dengan
melakukan solusi mengalami kendala saat melakukan tahap tindakan.
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran dilaksanakan melalui tiga tahap kegiatan, yaitu:
(a) kegiatan awal, (b) kegiatan inti, dan (c) kegiatan akhir. Deskripsi kegiatan
dimaksud disajikan dalam tabel 3.1. berikut ini.
Tabel 3.1 Langkah Pembelajaran
Interaktif Deskripsi Kegiatan Pembelajaran
Alokasi Waktu 1 Pendahuluan Persiapan Guru menganalisis kurikulum
dan mencari sumber-sumber informasi tentang struktur akar pada tumbuhan.
Berdo’a dan mengabsen siswa. Memberikan motivasi
mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti pelajaran.
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan.
Membahas sepintas materi yang telah dibahas.
± 5 menit
2 Kegiatan Inti Pengetahuan Awal
Sebelum pada kegiatan ini guru membagi dahulu siswa kedalam beberapa kelompok
Guru memperlihatkan
beberapa jenis tumbuhan dan mencoba mengingat siswa pada tumbuhan yang ada di sekitar kebun sekolah.
Selain pembelajaran di dalam kelas guru membawa siswa ke
kebun sekolah.
Guru bertanya : “Siapa yang tahu nama tanaman ini?.”(sambil memperlihatkan jenis tanamannya). Coba lihat perbedaannya pada apanya saja ?.
Siswa diminta untuk mencatat jawaban masing-masing pada buku catatan masing-masing. 3 Eksplorasi Guru bertanya : sekarang coba
lihat perbedaan pada akarnya! “Nah , apa saja yang ingin kamu ketahui, kemukakanlah!”.
Guru menuliskan pertanyaan-pertanyaan siswa pada papan tulis.
Guru dan siswa memilih pertanyaan-pertanyaan yang ingin diketahui jawabannya melalui penyelidikan.
4 Penyelidikan Guru meminta siswa untuk
menentukan urutan
pertanyaan yang ingin diketahui jawabannya melalui penyelidikan dengan panduan LKS secara jawaban pada pengetahuan awal mereka.
Setelah menyelesaikan diskusi kelas siswa diajak
untuk menyimpulkan
pembelajaran menjadi suatu konsep baru.
Bersama-sama peserta didik dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang baru
dipelajari.
Guru memberikan penguatan serta umpan balik atas kesimpulan yang dibuat oleh peserta didik atas presentasi kelompoknya.
Tabel 3.2
Siklus/
Tindakan Pokok Bahasan Subpokok Bahasan
Waktu pelaksanaan I Struktur dan Fungsi
Tumbuhan
Struktur Akar dan kegunaannya II Struktur dan Fungsi
Tumbuhan
Jenis Batang dan kegunaannya III Struktur dan Fungsi
Tumbuhan
Bentuk daun dan kegunaannya
Tabel di atas merupakan rancangan siklus yang dilakukan pada penelitian
ini. Berdasarkan tabel di atas, juga dapat dilihat perbedaan materi setiap siklus.
Selain itu, jangka waktu pelaksanaan tindakan dapat terlihat dengan jelas.
Pelaksanaan tindakan, dilaksanakan secara sistematis sehingga ada satu tindakan
yang dilakukan secara acak.
Pelaksanaan tindakan ini dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang
telah disusun. Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas bahwa penelitian
tindakan kelas ini dilakukan oleh guru sendiri sebagai peneliti, tetapi dalam proses
observasi guru bermitra dan berkolaborasi dengan teman sejawat yang dibantu
3. Tahap Mengamati (observasi)
Obsevasi adalah kegiatan mengamati proses, hasil dan segala aktifitas
yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan oleh teman
sejawat dengan menggunakan format lembar observasi yang telah dibuat. Objek
yang diobservasi adalah kegiatan guru dan siswa ketika tindakan atau proses
pembelajaran dilakukan. Observasi yang dilakukan terhadap aspek yang
diobservasi sesuai dengan lembar atau format observasi yang telah ditentukan.
Peneliti, pengamat (teman sejawat dan kepala sekolah) dan guru
melakukan diskusi untuk rencana observasi pada pembelajaran IPA/Sains
berikutnya. Peneliti dan para pengamat melakukan pengamatan terhadap
penerapan model pembelajaran interaktif yang dilakukan guru. Peneliti dan para
pengamat mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan
model pembelajaran interaktif. Pada awal pembelajaran guru melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan prncanaan, namun setelah beberapa saat guru kembali
kepada pola lama yang biasa dilakukan dalam pembelajaran yaitu menjelaskan
materi dan siswa menyimak penjelasan guru dan mencatat hal yang dianggap
penting. Guru nampak tidak percaya diri ketika siswa bertanya tentang materi
yang tidak dimengerti ketika mengerjakan tugas di rumah.
Peneliti, para pengamat dan guru melakukan diskusi untuk membahas
tentang kelemahan-kelemahan atau kekurangan yang dilakukan peneliti serta
memberikan saran perbaikan untuk pembelajaran IPA/Sains berikutnya. Saran
yang diberikan peneliti dan juga para pengamat salah satunya adalah guru harus
materi tersebut. Guru juga harus membaca beberapa buku referensi lain selain
buku paket dan buku wajib, agar guru lebih percaya diri dan dapat menjawab
semua pertanyaan siswa dengan tepat. Guru harus dapat mengalokasi waktu
dengan baik, sehingga dapat merangkum materi yang dibahas.
4. Tahap refleksi (Reflection)
Refleksi adalah kegiatan mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas
proses dan hasil pelaksanaan tindakan dalam proses pembelajaran. Dalam tahap
refleksi peneliti melakukan analisis temuan peneliti dan para pengamatan saat
melakukan observasi pelaksanaan pembelajaran oleh guru. Peneliti dan para
pengamat menganalisis kelemahan dan keberhasilan peneliti saat menerapkan
model pembelajaran interaktif dan mempertimbangkan langkah selanjutnya.
Terutama dalam mengelola kelas, saat siswa melakukan kerja kelompok. Guru
melakukan refleksi terhadap penerapan model pembelajaran interaktif pada
pelajaran IPA/Sains. Selama diskusi kelas guru berusaha berkeliling pada setiap
kelompok. Guru menanyakan kesulitan atau masalah yang dihadapi saat
melakukan percobaan. Guru dibantu peneliti melakukan refleksi terhadap
kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA/Sains, di samping itu guru mengadakan
evaluasi tentang topik yang sudah dibahas dan nilai rata-rata siswa 68,71.
Kreativitas meningkat setelah mengalami pembelajaran yang dilaksanakan guru.
Siswa terlibat aktif dalam diksusi kelompok dan percobaan. Guru melakukan
refleksi terhadap hasil belajar siswa, mengevaluasi terhadap kekurangan dan
kelemahannya dalam pelaksanaan pembelajaran, berupaya untuk
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan dalam
penelitian untuk mengumpulkan data. Menurut Suharsim Arikunto (2002 : 126)
instrument adalah pada waktu penelitian yang menggunakan suatu metode.
Kegiatan pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan observasi dan
melalui hasil penelitian yang dilakukan peneliti selama menggunakan
pengamatan langsung pada objek bahasan dalam hal ini pada bahasan struktur
dan fungsi tumbuhan.
a. Test Tertulis
Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk
memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang
seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan cepat dan tepat (Indra Kusuma,
1993:21). Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa, didalamnya terdapat
pengertian-pengertian:
Tes itu adalah hanya merupakan alat dan bukan merupakan tujuan.
Sedangkan tujuannya adalah terletak pada apakah maksud kita memberikan tes
itu.
Alat itu telah disusun secara sistematis dan objektif, menurut syarat-syarat
tertentu. Meskipun dalam kenyataannya tidak ada tes yang seratus persen
sistematis dan objektif. Sebab tes itu juga buatan manusia.
Dengan adanya tes yang telah disusun secara sistematis dan objektif itu,
maka hasil yang diperoleh dari tes atau alat itu boleh dikatakan akan tepat.
Bahwa dengan dipergunakannya tes sebagai alat untuk memperoleh
data-data itu, dapat dilaksanakan secara tepat tidak memakan waktu yang lama. Untuk
memperoleh suatu data tidak perlu berhari-hari, bahkan cukup beberapa jam saja.
Jadi, tes tulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik
dengan memberikan jawaban tertulis.
b. Lembar Observasi
Lembar observasi adalah lembar kerja yang berfungsi untuk
mengobservasi dan mengukur tingkat keberhasilan atau ketercapaian tujuan
pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar dikelas.
c. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan lembar kerja bagi siswa baik
dalam kegiatan intrakulikuler maupun kokulikuler untuk mempermudah
pemahaman terhadap materi pelajaran yang didapat (dalam Dian 2012 : 64)
Lembar kerja Siswa (LKS) adalah materi ajar yang dikemas secara integrasi
sehingga memungkinkan siswa mempelajari materi tersebut secara mandiri.
Dengan menggunakan LKS dalam pengajaran akan membuka kesempatan
seluas-luasnya kepada siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian guru
bertanggungjawab penuh dalam memantau siswa dalam proses belajar mengajar.
d. Catatan Lapangan
Catatan lapangan untuk mengetahui kegiatan saat belajar mengajar dan
dapat mengukur tentang para siswa dalam menerima pembelajaran tentang materi
G. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengumpulan Data
Untuk menganalisis data diperoleh melalui observasi, interview, dan
dokumentasi, maka peneliti menggunakan teknik analisa deskriftif kualitatif dan
kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan penemuan –
penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur – prosedur
statistik sedangkan kuantitatif adalah angka – angka dari nilai siswa.
Seluruh rangkaian kegiatan penelitian pada akhirnya menghasilkan data.
Adapun data yang dihasilkan berupa data yang bersifat kualitatif dan data
kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dari kegiatan observasi, wawancara, dan
catatan lapangan, adapun data kuantitatif diperoleh dari penilaian proses dan tes
akhir. Berdasarkan data yang dihasilkan di atas, maka analisisi yang dilakukan
dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan satu pendekatan analisis yaitu
pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan cara menghitung
rata – rata dan mencari persentase.
2. Menghitung Nilai
Data yang diperoleh dari hasil penelitian merupakan data mentah yang
belum memiliki makna sehingga perlu diolah terlebih dahulu. Data yang diperoleh
dari instrumen dan merupakan data kuantitatif maka pengolahannya melalui
teknik statistic. Adapun nilai siswa diperoleh dengan menggunakan rumus :
Skor perolehan
Nilai = x 100
3. Menghitung Nilai Mean atau rata – rata
Untuk menentukan nilai rata – rata siswa maka akan diperoleh dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
x
= Mean
∑
x = Jumlah Tiap Data
n = Jumlah Data
4. Menghitung Ketuntasan Mengajar
Setelah menganalisis siswa maka akan dihasilkan data kualitatif , teknik
pengolahan data berikutnya adalah mengolah angket atau kuesioner. Hasil angket
atau kuesioner dianalisis dengan cara mencari persentase masing – masing
pertanyaan untuk tiap pilihan jawaban, yaitu dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Keterangan :
Keterangan :
p = persentase jawaban responden
f = jawaban dari responden
n = jumlah responden
__ ∑
x
x=
n
f
p = x 100 %
4. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses menyeleksi, menyederhanakan, memfokuskan,
mengabstraksikan, mengorganisasikan data secara sistematis dan rasional sesuai
dengan tujuan penelitian, serta mendeskripsikan data hasil penelitian itu dengan
menggunakan tabel sebagai alat bantu untuk memudahkan dalam
menginterpretasikan.
Kemudian data hasil penelitian pada masing-masing tabel tersebut
diinterpretasikan (pengambilan makna) dalam bentuk naratif (uraian) dan
dilakukan penyimpulan. Pada dasarnya, analisis data dilakukan melalui tiga tahap,
yaitu (a) reduksi data, (b) paparan data, dan (c) penyimpulan.
a. Reduksi data adalah proses penyederhanaan data hasil penelitian yang
dilakukan melalui proses seleksi, pengelompokkan data sesuai dengan tujuan
penelitian dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang
bermakna.
b. Paparan data adalah proses penampilan atau penyajian data secara lebih
sederhana dalam bentuk tabel untuk diinterpretasikan dalam bentuk naratif.
c. Penyimpulan adalah proses pengambilan intisari dari keseluruhan paparan
atau penyajian data yang telah dideskripsikan untuk diformulakan dalam
bentuk kalimat yang singkat dan padat sebagai jawaban terhadap tujuan
penelitian.
5. Kriteria Keberhasilan Tindakan
Untuk mengetahui berhasil tidaknya tindakan yang telah dilaksanakan
digunakan adalah bersumber dari tujuan atau misi dilakukannya tindakan.
Adapun misi pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini adalah untuk memperbaiki
dan meningkatkan standar kompetensi Memahami hubungan antara struktur bagian
tumbuhan dengan fungsinya dengan model pembelajaran interaktif pada mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa kelas IV di SD Negeri Bukit Mulya Cianjur.
Kriteria yang dijadikan tolok ukur keberhasilan tindakan dimaksud adalah
pencapaian ketuntasan belajar minimal 68 % dengan nilai rata-rata ≥ 70 sesuai isi
ALUR PENELITIAN
1
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis terhadap upaya pengembangan
strategi pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran
interaktif bagi peningkatan hasil belajar siswa Sekolah Dasar. Seperti yang
telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat diperoleh simpulan
sebagai berikut :
1. Perencanaan yang dilakukan dalam penelitian pada pembelajaran IPA
dengan pokok bahasan struktur dan fungsi tumbuhan pada siswa kelas IV
di SDN Bukit Mulya Cianjur dengan cara membuat rencana pembelajaran,
membuat skenario atau langkah-langkah pembelajaran model interaktif
yang terdiri dari tujuh tahapan. Pertama, tahap persiapan guru dan siswa
memilih dan mencari informasi tentang topik struktur dan fungsi
tumbuhan serta mengumpulkan sumber-eumber yang berkaitan dengan
materi yang akan dipelajari. Kedua, tahap pengetahuan awal siswa
mengungkapkan apa yang mereka ketahui tentang topik struktur dan
fungsi tumbuhan. Guru berusaha menggali apa yang telah diketahui oleh
siswa tentang struktur dan fungsi tumbuhan. Ketiga, tahap kegiatan
eksplorasi guru menjelaskan tentang struktur dan fungsi tumbuhan. Siswa
2
dengan melakukan eksplorasi. Siswa dirangsang untuk mengajukan
pertanyaan. Keempat, tahap pertanyaan siswa pada tahap ini seluruh siswa
diajak untuk membuat pertanyaan mengenai struktur dan fungsi tumbuhan.
Kelima, tahap penyelidikan guru dan siswa memilih
pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab melalui penyelidikan. Keenam, tahap
pengetahuan akhir pada tahap ini pengetahuan masing-masing siswa atau
kelompok dikumpulkan dan dibandingkan dengan jawaban awal. Ketujuh,
tahap refleksi pada tahap ini ditetapkan apa yang telah diuji atau
dibuktikan dan apa yang masih perlu dimantapkan. Bila masih terdapat
pertanyaan susulan pada tahap refleksi ini atau konsep belum terlalu
dikuasai, maka tahap penyelidikan perlu diulang.
2. Dengan pelaksanaan penerapan model pembelajaran interaktif pada proses
pembelajaran yang telah dilakukan, berdasarkan tujuh tahapan yaitu tahap
persiapan, tahap pengetahuan awal, tahap kegiatan eksplorasi, tahap
pertanyaan siswa, tahap penyelidikan, tahap pengetahuan akhir, dan tahap
refleksi yang telah dilakukan maka dapat dilihat dengan menunjukkan
proses pembelajaran terlihat interaktif baik pada gurunya maupun
siswanya.
3. Penerapan model pembelajaran interaktif, dapat meningkatkan
kemampuan siswa. Hal ini ditandai dengan peningkatan hasil belajar
siswa saat pembelajaran berlangsung dari siklus I sampai siklus III
dibandingkan sebelum awal tindakan penelitian. Dilihat dari hasil postest
3
yang belum tuntas sebanyak 25 orang siswa hal ini dikarenakan aspek
interaktif masih belum dan kurang dipahami oleh siswa dan guru. Hasil
dari siklus II pada subpokok bahasan batang rata-rata kelasnya adalah
75,58 walaupun banyak peningkatan dari siklus I dan lebih dari standar
kriteria ketuntasan minimal belajar namun ada 14 orang yang masih belum
tuntas. Sedangkan pada siklus III tentang subpokok bahasan daun rata-rata
kelas adalah 82,68 dan semua siswa dinyatakan tuntas dalam
pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model
pembelajaran interaktif dalam pokok bahasan struktur dan fungsi
tumbuhan dapat digunakan di Sekolah Dasar dan dalam mata pelajaran
apapun selain IPA karena dengan menerapkan model pembelajaran
interaktif ini siswa akan lebih aktif, kreatif, efektif dan juga
menyenangkan.
B. Rekomendasi
Dari hasil temuan-temuan dalam penelitian ini, maka dapat
direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut :
1. Bagi guru hasil penelitian pembelajaran interaktif sangat cocok digunakan
dan diterapkan pada mata pelajaran IPA pokok bahasan struktur dan fungsi
tumbuhan, maka guru dapat menjadikan pembelajaran interaktif sebagai
salah satu alternative model pembelajaran IPA di kelas IV. Pembelajaran
interaktif merupakan pembelajaran yang direkomendasikan untuk
digunakan maka dengan demikian diharapkan pada guru-guru SD supaya
4
2. Siswa hendaknya berusaha untuk mengembangkan pengetahuannya
dengan berskap aktif dalam pembelajaran.
3. Guru SD sebagai guru kelas diharapkan bisa terus mencoba berbagai hal
yang inovatif yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, agar siswa
dapat lebih mudah memahami materi yang disampaikan terutama pada
Weni Haerani,2013
DAFTAR PUSTAKA
Anitah, S. (2008) Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas Terbuka
Arifin, Z. (1994). Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya : Bandung.
Arikunto, S. (2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara : Bandung
Badan Standarisasi Nasional Pendidikan. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Mata Pelajaran IPA. Depdiknas : Jakarta
Departemen Pendidikan Nasional (2004). Model Penelitian Tindakan Kelas. Depdiknas : Jakarta
Nurbaety, D. (2012) . Penerapan Pendekatan CTL Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Pada Materi Energi Panas dan Bunyi terhadap Siswa Kelas IV SD Negeri Pataruman Cianjur. Tidak
diterbitkan
Sobry S., (2004). Model Pembelajaran Interaksi Sosial, Pembelajaran Efektif
dan Retorika. NTP Press. Mataram
Soedarsono, FX. (2001). Beberapa Prinsip dalam Penelitian. SEMA FIP IKIP Yogyakarta : Yogyakarta
Sutarno, N. (2004). Materi Dan Pembelajaran IPA SD. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka : Jakarta
Wahyono, Budi. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI Kelas IV. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta
Widodo, Ari dkk. (2007). Modul Pendidikan IPA di SD. UPI Press : Bandung
Wiriatmaja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Remaja Rosdakarya : Bandung