• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perceptual Mapping Bimbingan Belajar Menurut Persepsi Siswa dengan Metode Multidimensional Scaling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Perceptual Mapping Bimbingan Belajar Menurut Persepsi Siswa dengan Metode Multidimensional Scaling"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan diuraikan konsep-konsep yang berhubungan dengan penelitian

yang menggunakan metode multidimensional scaling yaitu: klasifikasi

multidimensional scaling, prosedur analisis multidimensional scaling, Euclidean

distance, Perceptual Map, RSQ (R Square), STRESS serta teori-teori pendukung

yang dibutuhkan dalam penelitian.

2.1 Multidimensional Scaling

Ada beberapa definisi penskalaan multidimensional (multidimensional scaling)

yang diungkapkan oleh beberapa ahli antara lain, penskalaan multidimensional =

PMD (Multidimensional Scaling) = MDS) merupakan suatu teknik yang biasa

membantu peneliti untuk mengenali (mengidentifikasi) dimensi kunci yang

mendasari evaluasi objek dari responden atau pelanggan (Supranto, 2010).

Sebagai contoh, MDS sering dipergunakan di dalam pemasaran untuk mengenali

dimensi kunci yang mendasari evaluasi objek atau produk (mobil, komputer, pasta

gigi) dari responden. Penggunaan lain dari MDS meliputi perbandingan mutu

fisik, persepsi kandidat politik atau isu dan bahkan penilaian mengenai perbedaan

budaya (cultural) antara kelompok yang berbeda.

Analisis penskalaan multidimensional atau multidimensional scaling (MDS)

ialah suatu kelas prosedur untuk menyajikan persepsi dan preferensi pelanggan

secara spasial dengan menggunakan tayangan yang bisa dilihat (a visual display).

Persepsi atau hubungan antara stimulus secara psikologis ditunjukkan sebagai

hubungan geografis antara titik-titik di dalam ruangmultidimensional. Sumbu dari

peta spasial diasumsikan menunjukkan dasar psikologis atau dimensi yang

mendasari yang dipergunakan oleh pelanggan/responden untuk membentuk

persepsi dan preferensi untuk stimulus. Analisis penskalaan multidimensional

dipergunakan di dalam pemasaran untuk mengenali (mengidentifikasi), hal-hal

(2)

1. Banyaknya dimensi dan sifat/cirinya yang dipergunakan untuk

mempersiapkan merek yang berbeda di pasar.

2. Penempatan (positioning) merek yang diteliti dalam dimensi ini.

3. Penempatan merek ideal dari pelanggan dalam dimensi ini.

Sementara itu, Singgih (2015) menyatakan bahwa MDS berhubungan dengan

pembuatan grafik (map) untuk menggambarkan posisi sebuah objek dengan objek

yang lain, berdasarkan kemiripan (similarity) objek-objek tersebut. Di sisi lain,

Hair dkk (2009) mengungkapkan bahwa MDS, atau yang juga diketahui sebagai

perceptual mapping adalah suatu cara yang memugkinkan peneliti untuk

menentukan gambar yang dirasa relatif terhadap suatu kumpulan objek (lembaga,

produk atau hal lain yang berkaitan dengan persepsi secara umum). Perceptual

mapping akan menghasilkan perceptual map. Sedangkan Richard & Dean (2007)

menyatakan bahwa Multidimensional Scaling adalah sebuah metode untuk

mentransformasikan data multivariat ke dalam ruang dimensi yang lebih rendah.

Tujuan dari MDS adalah untuk mentransformasikan penilaian konsumen

terhadap kesamaan secara keseluruhan atau preferensi (misalnya preferensi

terhadap toko atau merek) ke dalam jarak yang direpresentasikan pada ruang

multidimensi.

Metode multidimensional scaling (MDS) banyak digunakan di berbagai

disiplin ilmu. Beberapa aplikasi metode multidimensional scaling banyak

ditemukan dibidang ekonomi khususnya manajemen pemasaran dan bisnis,

teknik, psikologi dan lain-lain.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa, multidimensional scaling adalah:

1. Kumpulan teknik-teknik statistika untuk menganalisis kemiripan dan

ketakmiripan antar objek.

2. Memberikan hasil yang berupa plot titik-titik sehingga jarak antar titik

menggambarkan tingkat kemiripan atau ketakmiripan.

3. Memberikan petunjuk untuk mengidentifikasi atribut tak diketahui atau faktor

(3)

Berdasarkan tipe datanya, Multidimensional Scaling dibagi menjadi dua,

yaitu:

1. Multidimensional Scaling Metrik (Klasik)

Skala yang digunakan dalam Multidimensional Scaling Metrik adalah skala

data interval atau rasio. Penskalaan Metrik dilakukan jika jarak dianggap

bertipe rasio, missal: dAB = 2dBC. Multidimensional scaling (MDS) metrik

mengasumsikan bahwa data adalah kuantitatif (interval dan rasio). Dalam

prosedur MDS metrik tidak dipermasalahkan apakah data input ini merupakan

jarak yang sebenarnya atau tidak, prosedur ini hanya menyusun bentuk

geometri dari titik-titik objek yang diupayakan sedekat mungkin dengan input

jarak yang diberikan. Sehingga pada dasarnya adalah mengubah input jarak

atau metrik kedalam bentuk geometrik sebagai outputnya.

2. Multidimensional Scaling non metrik.

Skala yang digunakan dalam Multidimensional Scaling Nonmetrik adalah

skala data nominal atau ordinal. Penskalaan nonmetrik dilakukan jika jarak

dianggap bertipe ordinal, missal: dAB > dBC, maka begitu juga jarak pada peta.

Asalkan urutannya benar, walaupun rasionya tidak sesuai maka masih

diperbolehkan. Multidimesional scaling nonmetrik mengasumsikan bahwa

datanya adalah kualitatif (nominal dan ordinal). Pada kasus ini perhitungan

kriteria adalah untuk menghubungkan nilai ketidaksamaan suatu jarak ke nilai

ketidaksamaan yang terdekat. Program MDS nonmetrik menggunakan

transformasi monoton (sama) ke data yang sebenarnya sehingga dapat

dilakukan operasi aritmatika terhadap nilai ketidaksamaannya, untuk

menyesuaikan jarak dengan nilai urutan ketidaksamaanya. Transformasi

monoton akan memelihara urutan nilai ketidaksamaannya sehingga jarak

antara objek yang tidak sesuai dengan urutan nilai ketidaksamaan dirubah

sedemikian rupa sehingga akan tetap memenuhi urutan nilai ketidaksamaan

tersebut dan mendekati jarak awalnya. Hasil perubahan ini disebut disparities.

Disparities ini digunakan untuk mengukur tingkat ketidaktepatan konfigurasi

(4)

ketidaksamaannya. Pendekatan yang sering digunakan saat ini untuk mencapai

hasil yang optimal dari skala nonmetrik digunakan Kruskal’s Least-Square

Monotomic Transformation dimana disparities merupakan nilai rata-rata dari

jarak-jarak yang tidak sesuai dengan urutan ketidaksamaanya. Informasi

ordinal kemudian dapat diolah dengan MDS nonmetrik sehingga

menghasilkan konfigurasi dari objek-objek yang yang terdapat pada dimensi

tertentu dan kemudian agar jarak antara objek sedekat mungkin dengan input

nilai ketidaksamaan atau kesamaannya. Koordinat awal dari setiap subjek

dapat diperoleh melalui cara yang sama seperti metode MDS metrik dengan

asumsi bahwa meskipun data bukan jarak informasi yang sebenarnya tapi nilai

urutan tersebut dipandang sebagai variabel interval.

Analisis data Multidimensional Scaling digunakan nilai-nilai yang

menggambarkan tingkat kemiripan atau tingkat ketidakmiripan antar objek yang

sering disebut proximity (Ginanjar, 2008). Proximity dibagi atas dua yaitu:

1. Similarity (kemiripan)

Yaitu jika semakin kecil nilai jaraknya, maka menunjukkan bahwa objeknya

semakin mirip.

2. Dissimilarity (ketidakmiripan)

Yaitu jika semakin besar nilai jaraknya, maka menunjukkan bahwa objek

semakin tidak mirip (berbeda).

2.1.1 Prosedur Analisis Multidimensional Scaling

(5)

Gambar 2.1 Prosedur Analisis Multidimensional Scaling

2.1.2 Kemiripan (similarity)

Dalam beberapa metode yang berkaitan dengan kemiripan (similarity), jarak

dimaksudkan sebagai ukuran kemiripan. Ukuran kemiripan ditentukan

berdasarkan jarak (distance) antar titik. Ukuran jarak dalam bidang dua dimensi

dapat ditentukan dengan menggunakan Jarak Euclidean (Euclidean Distance)

adalah perhitungan jarak dari dua buah titik dalam Euclidean Space. Euclidean

Space diperkenalkan oleh Euclid, seorang matematikawan dari Yunani sekitar

tahun 300 sebelum masehi untuk mempelajari hubungan sudut dan jarak.

Euclidean ini berkaitan dengan Teorema Phytagoras.

Untuk menghitung nilai kedekatan jarak antar objek pada peta persepsi dapat

diperoleh dengan menggunakan jarak Euclidean Distance antara objek ke-i

dengan objek ke-j:

Merumuskan Masalah

Memperoleh Input Data

Memilih Prosedur Penskalaan Multidimensional

Memberikan Label Nama Dimensi dan Interpretasi Konfigurasi

Menentukan Banyaknya Dimensi

(6)

√∑ ∑ ∑

Dalam hal ini:

Jarak antar objek ke-i dan objek ke-j

Hasil pengukuran objek ke-i pada peubah/atribut h

Hasil pengukuran objek ke-j pada peubah/atribut h

2.1.3 Perceptual Map

Hair dkk (2009) mendefinisikan peta persepsi adalah sebuah representasi visual

dari persepsi seorang responden terhadap beberapa objek pada dua atau lebih

dimensi. Tiap objek akan memiliki posisi spasial pada peta persepsi tersebut yang

merefleksikan kesamaan atau preferensi (preference) ke objek lain dengan melihat

dimensi-dimensi pada peta persepsi.

Perceptual map juga sering disebut peta spasial (spatial map). Peta spasial

(spatial map) ialah hubungan antara merek atau stimulus lain yang dipersepsikan,

dinyatakan sebagai hubungan geometris antara titik-titik di alam ruang yang

multidimensional koordinat (coordinates), menunjukkan posisi (letak) suatu

merek atau suatu stimulus dalam suatu peta spasial (Supranto, 2010).

Untuk memperoleh peta persepsi, maka harus diperoleh stimulus koordinat.

Algoritma MDS fokus pada fakta bahwa koordinat matriks X dapat diperoleh

dengan dekomposisi eigenvalue dari produk skalar matriks . Masalah

dalam mengkonstruksi D dari matriks proximity P diselesaikan dengan

mengalikan kuadrat dari matriks proximity dengan matriks – .

Prosedur ini dinamakan double centering.

Adapaun langkah-langkah dalam menentukan posisi atau koordinat stimulus

dari objek-objek yang diteliti dengan menggunakan algoritma multidimensional

(7)

1. Membentuk sebuah matriks jarak (D)

2. Menghitung kuadrat dari matriks D yang disebut D2

3. Menentukan matriks B dengan menggunakan proses double centering :

yang menggunakan matriks , dimana A adalah

matriks yang semuanya elemennya adalah 1, dan n adalah jumlah objek.

4. Ambil 2 mutlak terbesar dari nilai eigen (eigenvalue) … pada B serta m

vector eigen (eigenvector) yang sesuai … .

5. Sebuah konfigurasi ruang m-dimensi (stimulus koordinat) atas n objek

diperoleh dari koordinat matriks dimana adalah matriks dari

m eigenvector dan adalah matriks diagonal dari masing-masing m

eigenvalue matriks B.

2.1.4RSQ (R Square)

√ adalah koefien kolerasi berganda yang digunakan untuk mengukur

kuatnya hubungan beberapa variable x dan y. yaitu koefisien determinasi

berganda.

Koefisien determinasi ( ) merupakan ukuran yang paling sederhana yang

digunakan untuk mengetahui sejauh mana kecocokan antara data dengan garis

estimasi regresi. Apabila data hasil pengamatan terletak dalam garis regresi maka

kita akan memperoleh kecocokan yang sempurna. Namun hal itu jarang terjadi.

Umumnya hasil-hasil pengamatan itu menyebar di seputar garis estimasi regresi

sehingga menghasilkan ̂ positif jika pengamatan-pengamatan di atas garis

estimasi regresi, atau sebaliknya ̂negatif jika pengamatan-pengamatan di bawah

garis estimasi regresi. Total penyimpangan terdiri dari dua komponen yaitu:

jumlah kuadrat yang dapat dijelaskan oleh model regresi (explained sum of

square, ESS) dan jumlah kuadrat penyimpangan residual (residual sumof square,

RSS), sehingga:

(8)

SSR = Sum Of Squares Regression (Explaind Variation)

SST = Sum Of Squares Total (Total Variation)

= Titik potong kurva terhadap sumbu Y

data sampelnya. Dua sifat yang terdapat dalam koefisien determinasi adalah

(Sarwoko, 2007):

1. Nilainya tidak pernah negative (non negative quantity)

2. Memiliki nilai limit . Apabila berarti kecocokan yang

sempurna, sehingga ̂ , di lain apabila berarti tidak ada hubungan

antara regressand dengan regressor.

Koefisien determinasi mengukur proporsi atau persen total variasi variable Y

yang dapat dijelaskan oleh model regresi. Dalam multidimensional scaling¸

koefisien determinasi dikenal dengan RSQ (R Square) atau R kuadrat ialah

kuadrat dari koefisien korelasi yang menunjukkan proporsi varian dari the

(9)

multidimensional yang merupakan ukuran kecocokan/ketepatan (goodness of fit

measure).

Dalam multidimensional scaling (MDS), RSQ mengindikasikan proporsi

ragam input data yang dapat dijelaskan oleh model MDS. Semakin tinggi RSQ,

semakin baik model MDS. Menurut Malhotra (2005), model RSQ dapat diterima

bila RSQ > 0,6.

2.1.5STRESS (Standarized Residual Sum of Square)

Menurut Supranto (2010) Kesesuaian solusi MDS biasanya dikaji dengan

ukuran STRESS. STRESS ialah ukuran ketidakcocokan (a lack of fit measure),

makin tinggi nilai STRESS semakin tidak cocok. Pada multidimensional scaling

nonmetrik, hanya informasi ordinal pada proximity yang digunakan untuk

mengkonstruksi konfigurasi spasial. Sebuah transformasi monotonik dari

proximity dihitung, yang menghasilkan scaled proximities. Optimally scaled

proximities disebut juga sebagai disparities ̂

Untuk mengetahui ukuran tingkat ketidakcocokan output dengan keadaan

sebenarnya digunakan fungsi STRESS (Standarized Residual Sum of Square)

sebagai berikut:

√∑ ∑ ̂

∑ ̅

Di mana :

̅ = Rata-rata jarak dalam peta

̂ = Jarak turunan (derived distance) atau data kemiripan (similary data). = Data jarak yang diberikan responden

Perhitungan nilai STRESS juga dapat digunakan untuk menilai atau

menentukan goodness of fit pada sebuah solusi MDS. Nilai STRESS yang kecil

mengindikasikan sebuah kecocokan yang baik, sedangkan nilai STRESS yang

(10)

beberapa panduan dalam hal interpretasi nilai STRESS mengenai goodness of

fit dari solusi yang ditunjukkan pada Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Nilai Kesesuaian Fungsi STRESS

STRESS (%) Kesesuaian (Goodness of Fit)

>20 Buruk

10 – 20 Cukup

5,1 – 10 Baik

2,5 – 5 Sangat Baik

<2,5 Sempurna

Sumber; Masuku, Paendong, Langi (2014)

Semakin kecil nilai STRESS menunjukkan bahwa hubungan monoton yang

terbentuk antara ketidaksamaan dengan disparities semakin baik (didapat

kesesuaian) dan kriteria peta persepsi yang terbentuk semakin sempurna.

2.1.6Positioning

Menurut Kotler (1988) positioning adalah suatu tindakan merancang nilai dan

kesan yang ditawarkan perusahaan sehingga segmen pelanggan memahami dan

mengapresiasi apa yang dilakukan perusahaan dalam kaitan dengan para

pesaingnya.

Positioning didefinisikan sebagai seni dan ilmu pengetahuan dalam mencocokkan

produk atau jasa dengan satu atau lebih segmen pasar dalam rangka menetapkan

bagian yang berarti dari produk atau jasa tersebut dari persaingan. Positioning

juga merupakan upaya untuk mendesain produk agar menempati sebuah posisi

yang unik di benak pelanggan. Positioning akan menjadi penting apabila

persaingan sudah sangat sengit di segala bidang.

(11)

Menurut Pangerapan Sianipar (2010), Matriks adalah suatu susunan berbentuk

persegi panjang dari elemen-elemen (bilangan-bilangan) yang terdiri dari

beberapa baris dan kolom dibatasi dengan tanda kurung, seperti bentuk:

Atau disingkat dengan:

(

Matriks A disebut matriks tingkat , atau disingkat matriks Karena

terdiri dari m baris dan n kolom. Setiap disebut elemen (unsur) dari matriks

itu, sedang indeks dan berturut-turut menyatakan baris dan kolom. Jadi elemen

terdapat pada baris ke-i, kolom ke-j. pasangan bilangan disebut

dimensi (ukuran atau bentuk) dari matriks itu. Suatu matriks tidak mempunyai

harga numerik.

Pada umumnya martiks disingkat dan dinyatakan dengan huruf besar, sedang

elemen-elemen matriks dengan huruf kecil. Untuk membeda-bedakan matriks

ditulis dengan : atau misalnya untuk matriks .

2.2.1 Matriks Identitas dan Determinan Matriks

Matriks identitas adalah matriks diagonal dimana nilai elemen diagonal

utamanya masing-masing adalah satu sedangkan nilai elemen off-diagonalnya

adalah sama dengan nol. Matriks identitas memilki sifat seperti angka satu.

Artinya, jika matriks identitas dikalikan dengan matriks lain (asal dimensinya

terpenuhi) maka hasilnya akan tetap sama dengan nilai semua matriks tersebut.

(12)

(

Determinan matriks A (det A atau |A|) adalah skalar yang dihitung melalui

proses reduksi dan ekspansi dengan menggunakan minor dan kofaktor. Berikut

langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memperoleh determinan matriks:

1. Pilih baris atau kolom yang akan diekspansi dan kemudian tentukan nilai

minor matriks B dengan cara menghitung determinan submatriks yang

tersisa setelah baris i dan kolom j dihilangkan.

2. Hitung matriks kofaktor ( ) sesuai dengan nilai minor terkait dengan

menggunakan rumus .

3. Hitung ∑ dimana adalah nilai elemen baris (1) matriks

B (baris yang di ekspansi).

Selain teknik tersebut ada alternatif yang mungkin lebih sederhana untuk

menghitung determinan, yaitu dengan menjumlahkan hasil kali elemen-elemen

yang sejajar dengan diagonal utama dan menguranginya dengan hasil kali elemen

elemen yang berlawanan arah dengan diagonal utama.

2.3Eigenvalue dan Eigenvector

Vektor kolom X merupakan eigenvector matriks A dan adalah eigenvalue atau

sering disebut juga characteristic value. Jika A adalah sebuah matriks

bujursangkar berukuran dan X adalah suatu vektor kolom, persamaan:

dimana adalah suatu bilangan, dapat ditulis sebagai:

(13)

Penyelesaian tersebut akan mempunyai persamaan tak trivial dan hanya jika

|

|

Yang dapat ditulis sebagai

yang merupakan suatu suku banyak berderajat n dalam . Akar dari persamaan

suku banyak ini disebut eigenvalue (nilai eigen) dari atau nilai karakteristik dari

matriks A. Untuk setiap eigenvalue (nilai eigen) akan ada penyelesaian X 0

yang merupakan suatu penyelesaian tak trivial yang dinamakan eigenvector

(vector eigen) atau vektor karakteristik dari nilai eigennya.

2.4Analisis Multivariat

Secara umum, Analisis Multivariat atau Metode Multivariat berhubungan dengan

metode-metode statistik yang secara bersama-sama (simultan) melakukan analisis

terhadap lebih dari dua variabel dari setiap objek (Singgih, 2015). Jadi bias

dikatakan, analisis multivariat merupakan perluasan dari analisis univariat (seperti

uji t) atau bivariat (seperti korelasi dan regresi sederhana).

Multidimensional Scaling adalah salah satu metode dari analisis data

multivariat. Analisis data multivariat secara sederhana dapat didefinisikan sebagai

aplikasi metode-metode yang berhubungan dengan sejumlah besar pengukuran

yang dibuat untuk setiap objek dalam satu atau lebih sampel secara

simultan.Dengan kata lain, analisis data multivariat mengukur relasi simultan

antar variabel. Secara umum, metode-metode dalam analisis data multivariat

digolongkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah metode-metode

(14)

himpunan variabel dimana salah satu himpunan adalah realisasi dari suatu ukuran

dependen. Dengan kata lain, metode-metode dependen berusaha mencari atau

memprediksi ukuran satu atau lebih kriteria berdasar himpunan variabel prediktor.

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Multiple Regression, Analisis

Diskriminan, Analisis Logistik, Multivariate Analysis of Variance (MANOVA)

dan Canonical Correlation Analysis.

Kelompok kedua adalah metode-metode interdepeden. Metode-metode

interdependen terpusat pada asosiasi mutual antar variabel tanpa membedakan tipe

-tipe variabel. Secara umum, metode-metode ini tidak memberikan prediksi

melainkan mencoba memberikan gambaran mengenai struktur yang mendasari

data dengan cara menyederhanakan kompleksitas atau dengan mereduksi data.

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Principal Component Analysis,

Analisis Faktor, Multidimensional Scaling (MDS), Analisis Kluster, Pemodelan

Loglinear.

2.4.1Analisis Faktor

Menurut J. Supranto (2004), analisis faktor merupakan teknik statistika yang

utamanya dipergunakan untuk mereduksi atau meringkas data dari variabel yang

banyak diubah menjadi sedikit variabel, misalnya dari 15 variabel yang lama

diubah menjadi 4 atau 5 variabel yang baru yang disebut faktor dan masih memuat

sebagian besar informasi yang terkandung dalam variabel asli (original variable).

Dalam analisis faktor tidak ada variabel dependent dan independent, proses

analisis faktor sendiri mencoba menemukan hubungan (interrelationship) antara

sejumlah variabel yang saling dependent dengan yang lain sehingga bisa dibuat

satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah awal.

Analisis faktor digunakan di dalam situasi sebagai berikut:

a. Mengenali atau mengidentifikasi dimensi yang mendasari (underlying

dimensions) atau faktor yang menjelaskan korelasi antara suatu set variabel.

b. Mengenali dan mengidentifikasi suatu set variabel baru yang tidak berkorelasi

(independent) yang lebih sedikit jumlahnya untuk menggantikan suatu set

(15)

c. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set variabel yang penting dari suatu set

variabel yang lebih banyak jumlahnya untuk dipergunakan di dalam analisis

multivariat selanjutnya.

Faktor yang unik tidak berkorelasi dengan sesama faktor yang unik dan

juga tidak berkorelasi dengan common factor. Common factor sendiri bisa

dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel-variabel yang

terlihat/terobservasi (the observed variables) hasil penelitian lapangan.

keterangan:

= Perkiraan Faktor ke-i (didasarkan pada nilai variabel X

dengan koefisiennya Wi)

= Timbangan atau Koefisien Nilai Faktor ke-i

k = Jumlah

Variabel

2.5Jenis Data Menurut Cara Memperolehnya

Menurut cara memperolehnya, data terbagi menjadi 2, yaitu (Syafrizal & Muslich,

2012):

1. Data Primer

Data primer (primary data) yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh

perorangan/suatu organisasi secara langsung dari objek yang diteliti dan untuk

kepentingan studi yang bersangkutan yang dapat berupa interview

(wawancaa), kuesioner (angket) maupun observasi.

2. Data Sekunder (Secondary Data)

Data sekunder (secondary data) yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan

dan disatukan oleh studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai

instansi lain. Biasanya sumber tidak langsung berupa data dokumentasi dan

(16)

2.6 Jenis Skala Pengukuran Data

Ada 4 jenis atau tipe skala pengukuran data, yaitu (Syafrizal & Muslich,2012):

1. Skala Nominal

Skala nominal merupakan tingkatan pengukuran yang paling sederhana. Dasar

penggolongan ini agar kategori yang tidak tumpang tindih (mutually

exclusive) dan tuntas (exhaustive). “Angka” yang ditunjuk untuk suatu

kategori tidak merefleksikan bagaimana kedudukan kategori tersebut terhadap

kategori lainnya, tetapi hanya sekedar label atau kode sehingga skala yang

diterapkan pada data yang hanya bisa dibagi ke dalam kelompok-kelompok

tertentu dan pengelompokan tersebut hanya dilakukan untuk tujuan

identifikasi.

2. Skala Ordinal

Skala ordinal memungkinkan peneliti untuk mengurutkan respondennya dari

tingkatan yang paling rendah ke tingkatan yang paling tinggi menurut atribut

tertentu. Skala yang diterapkan pada data dapat dibagi dalam berbagai

kelompok dan bisa dibuat peringkat di antara kelompok tersebut.

3. Skala Interval

Seperti halnya ukuran ordinal, ukuran interval adalah mengurutkan orang

atau objek berdasarkan suatu atribut. Interval atau jarak yang sama pada

skala interval dipandang sebagai mewakili interval atau jarak yang sama

pula pada objek yang diukur. Skala yang diterapkan pada data dapat

diranking dan peringkat tersebut bisa diketahui perbedaan diantara

peringkat-peringkat tersebut dan bisa dihitung besarnya perbedaan itu.

Namun harus diperhatika bahwa dalam skala ini perbandingan rasio yang

ada tidak diperhitungkan.

4. Skala Rasio

Suatu bentuk interval yang jaraknya (interval) tidak dinyatakan sebagai

perbedaan nilai antar responden, tetapi antara seorang dengan nilai nol

(17)

2.7 Teknik Sampling

Teknik sampling adalah suatu cara untuk menentukan banyaknya sampel dan

pemilihan calon anggota sampel, sehingga setiap sampel yang terpilih dalam

penelitian dapat mewakili populasinya (representatif) baik dari aspek jumlah

maupun dari aspek karakteristik yang dimiliki populasi. Sampling adalah proses

pemilihan sejumlah elemen dari populasi sehingga dengan meneliti dan

memahami karakteristik sampel dapat digeneralisir untuk karakteristik populasi.

Jarang sekali suatu penelitian dilakukan dengan cara memeriksa semua objek

yang diteliti (sensus), tetapi sering digunakan sampling (Teken, 1965), alasannya

adalah:

1. Biaya, waktu dan tenaga untuk menyelidiki melalui sensus.

2. Populasi yang berukuran besar selain sulit untuk dikumpulkan, dicatat dan

dianalisis, juga biasanya akan menghasilkan informasi yang kurang teliti.

Dengan cara sampling jumlah objek yang harus diteliti menjadi lebih kecil,

sehingga lebih terpusat perhatiannya.

3. Percobaan-percobaan yang berbahaya atau bersifat merusak hanya cocok

dilakukan dengan sampling.

Keuntungan dengan menggunakan teknik sampling antara lain adalah

mengurangi ongkos, mempercepat waktu penelitian dan dapat memperbesar ruang

lingkup penelitian (Teken, 1965). Metode pengambilan sampel yang ideal

memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi

yang diteliti.

2. Dapat menentukan ketepatan hasil penelitian dengan menentukan

penyimpangan baku dari taksiran yang diperoleh.

3. Sederhana dan mudah diperoleh.

4. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah

(18)

Dalam menentukan besarnya sampel dalam suatu penelitian, ada empat faktor

yang harus dipertimbangkan yaitu:

1. Derajat keseragaman populasi.

2. Ketepatan yang dikehendaki dari penelitian.

3. Rencana analisis.

4. Tenaga, biaya dan waktu.

Teknik sampling dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Probability sampling, meliputi:

a. Simple random sampling (populasi homogen) yaitu pengambilan sampel

dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada. Teknik ini hanya

digunakan jika populasinya homogen.

b. Proportionale stratifiled random sampling (populasi tidak homogen)

yaitu pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan memperhatikan strata

yang ada. Artinya setiap strata terwakili sesuai proporsinya.

c. Disproportionate stratifiled random sampling yaitu teknik ini digunakan untuk

menentukan jumlah sampel dengan populasi berstrata tetapi kurang

proporsional, artinya ada beberapa kelompok strata yang ukurannya kecil

sekali.

d. Cluster sampling (sampling daerah) yaitu teknik ini digunakan untuk

menentukan jumlah sampel jika sumber data sangat luas. Pengambilan sampel

didasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.

2. Non probability sampling, meliputi: sampling sistematis, sampling kuota,

sampling incidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball

sampling.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sampling kuota yaitu jumlah

sampel minimal adalah 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti.

2.8 Uji Normalitas

Melakukan uji normalitas data terhadap setiap variabel bebas. Uji normalitas

terhadap data dengan tujuan untuk mengetahui apakah data yang diambil

(19)

dikemukaan oleh Sudjana (2005:466) dengan langkah-langkah pengujiannya

sebagai berikut:

1. Mengurutkan setiap data pada vaiabel bebas dari data terbesar sampai data

terendah.

2. Mengolah data menjadi bahan baku Z dengan menggunakan rumus:

∑ ̅

̅ ∑ ∑

√ ∑ ∑

̅

Keterangan:

S = Simpangan Baku

̅ = Rata-rata

xij = Data setiap variabel

n = Jumlah data

3. Dengan menggunakan distribusi normal baku, dihitung peluang dari F(Zi) = P(Z ≤ Zi). Dengan melihat table Z untuk nilai F(Zi).

4. Selanjutnya hitung prporsi Z1, Z2, …, Zn yang lebih kecil atau sama dengan

Zi. Peluang ini deinyatakan dengan S(Zi), dengan menggunakan rumus:

5. Hitung selisih F(Z) – S(Z). Kemudian ditentukan harga mutlaknya dan

harga mutlak terbesar dinyatakan dengan L0.

6. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol dibandingkan antara L0 dengan

nilai kritis L pada uji liliefors.

Ambil harga L0 dengan kritis L ( Ltabel pada taraf nyata α = 0,05 yang

dipilih) jika L0 ≤ Ltabel berarti data pada variabel bebas diatas berdistribusi

normal.

Kriteria pengujiannya :

(20)

Jika L0 > Ltabel berarti data tidak berdistribusi normal

2.9 Uji Validitas

Validitas merupakan alat ukur untuk melihat atau mengetahui apakah kuesioner

dapat digunakan untuk mengukur keadaan responden sebenarnya. Untuk menguji

validitas keadaan responden digunakan rumus kolerasi product Moment Pearson

(Usman, 2013) yaitu:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

x = variabel bebas

y = variabel tak bebas

n = banyaknya ukuran sampel

Sebelum menjabarkan tentang analisis data dalam bentuk perhitungan dengan

menggunakan bantuan program SPSS, sebagaimana diketahui hipotesis penelitian

sebagai berikut:

= Variabel valid

= Variabel tidak valid

Validitas dapat diukur dengan membandingkan dengan .

Kriteria penilaian uji validitas adalah:

a. Apabila > (pada taraf signifikan 5% atau 1%), maka

diterima artinya butir pertanyaan tersebut valid.

b. Apabila (pada taraf signifikan 5% atau 1%), maka

ditolak artinya butir pertanyaan tersebut tidak valid.

(21)

Setelah dilakukan uji validitas dan dinyatakan valid dilanjutkan dengan uji

reliabilitas. Suatu variabel dikatakan reliabel apabila setelah dilakukan uji reliabel

diperoleh nilai Cronbach Alpha > 0,60 atau nilai Cronbach Alpha > 0,80. Jika

dihitung variansi itemnya akan diperoleh hasil sebagai berikut:

 Mencari nilai variansi dari masing-masing variabel dengan rumus sebagai

berikut:

Keterangan:

s = Variansi

x = Variabel bebas

 Mencari nilai Alpha

][1-∑ ]

Keterangan :

koefisien reliabilitas (alpha Cronbach)

jumlah item tes

varians skor

Gambar

Gambar 2.1 Prosedur Analisis Multidimensional Scaling
Tabel 2.1  Nilai Kesesuaian Fungsi STRESS

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tingkat kemiripan maka dilakukan pemetaan posisi kamera ponsel samsung terhadap ponsel kamera merek lain dengan menggunakan metode multidimensional scaling

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemetaan terhadap pembangunan sekolah antar kecamatan di kabupaten Kapuas Hulu menggunakan metode Multidimensional Scaling

Dalam bidang pendidikan, metode multidimensional scaling dapat digunakan untuk memposisikan beberapa perguruan tinggi swasta yang berada di satu wilayah berdasarkan

Positioning tempat makan dilakukan dengan Analisis Multidimensional Scaling melalui peta persepsi, yang mana peta persepsi tersebut menggambarkan posisi masing-masing

Dalam prosedur multidimensional scaling metrik tidak dipermasalahkan apakah data input ini merupakan jarak yang sebenarnya atau tidak, prosedur ini hanya menyusun bentuk

Atribut yang digunakan dalan penelitian ini adalah harga berlangganan paket, kesesuaian paket kuota dengan kebutuhan, promosi yang menarik, kecepatan bandwidth, jangkauan area

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa analisis multidimensional scaling saling melengkapi dengan analisis image mapping, dimana analisis

menggunakan Multidimensional Scaling dan SWOT Analysis Penelitian ini bertujuan untuk merancang perbaikan strategi positioning dengan menggali persepsi konsumen t-shirt dalam memilih