• Tidak ada hasil yang ditemukan

Preferensi Siswa Dalam Tingkat Kecanduan Game Online Dengan Metode Analisis Konjoin Full Profile (Studi Kasus Siswa SMA Negeri 14 Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Preferensi Siswa Dalam Tingkat Kecanduan Game Online Dengan Metode Analisis Konjoin Full Profile (Studi Kasus Siswa SMA Negeri 14 Medan)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Kecanduan Game Online

Sarwono (2000) mendefinisikan perilaku sebagai sesuatu yang dilakukan oleh individu satu dengan individu lain dan sesuatu itu bersifat nyata. Menurut Hovart (dalam Yee, 2002), kecanduan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan berulang-ulang dan dapat menimbulkan dampak negatif.

Kecanduan bisa diartikan sebagai perilaku yang dapat berfungsi sebagai cara untuk bersenang-senang dan cara untuk melarikan diri dari keadaan yang tidak nyaman. Misalnya, kegagalan yang berulang-ulang dalam mengontrol suatu perilaku (ketidakmampuan untuk mengontrol). Selain itu, orang yang mengalami kecanduan game-online bisa menghabiskan waktu bermain hingga 10 jam nonstop dalam satu hari atau rata-rata 22,72 jam per minggu. Berlanjutnya suatu perilaku yang berulang-ulang ini dapat menimbulkan dampak negatif (Schwausch dan Chung, 2005).Kecanduanjuga dapat terjadi dalam penggunaan internet, yaitu sebagai ketidakmampuan untuk menghentikan melakukan suatu aktivitas sehingga melalaikan keluarga dan teman (Lee, 2007).

(2)

mendapatkan perlengkapan yang sama, namun perlengkapan ini hanya dapat diperoleh pada level tertentu saja. Dengan demikian pemain terpacu untuk meningkatkan levelnya dengan lebih cepat, yaitu dengan bermain lebih lama dibandingkan dengan biasanya.

Dari beberapa penjelasan mengenai perilaku kecanduan game-online dapat diambil suatu kesimpulan bahwa perilaku kecanduan game-online adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan individu bersifat kompulsif, sehingga individu merasa bahwa bermain game-online lebih menarik daripada menjalankan kehidupan nyata

2.2 Jenis-jenis Game Online

1. Massively multiplayer online role playing game (MMORPG)

Merupakan salah satu jenis game-online dalam bentuk animasi tiga dimensi. Dalam game ini, pemain bisa berkomunikasi dan berinteraksi dengan pemain yang lain. Kemampuan tertentu yang dimiliki oleh karakter dapat meningkat dan diperoleh melalui pengalaman (experience).

2. Massively multiplayer online real time strategy (MMORTS)

Merupakan salah satu jenis game-online yang di dalamnya terdapat kegiatan mendirikan gedung, pengembangan teknologi, konstruksi bangunan serta pengolahan sumber daya alam.

3. Massively multiplayer online first person shooter (MMOFPS)

Merupakan salah satu jenis game-online yang menekankan pada penggunaan senjata / tembak-tembakan. MMOFPS banyak mendapat tentangan dari berbagai pihak dibandingkan dengan jenis permainan lainnya karena dalam MMOFPS sangat menonjolkan kekerasan dan

(3)

2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecanduan Game Online 1) Faktor Emosi

Pengalaman subyektif yang dirasakan individu sebagai hasil keterlibatan dalam permainan. Ketika seorang pemain menjadi lupa dengan kegiatan lainnya dan pemain cenderung bermain game untuk menghilangkan rasa bosan, stres atau kemarahan agar perasaannya menjadi lebih baik ketika sudah bermain game. Menurut Yee (2006), salah satu motivasi penting dalam bermain gam online adalah menghilangkan stres.

2) Faktor Lingkungan

Game online adalah permainan yang dapat diakses oleh banyak pemain, dimana mesin-mesin yang digunakan pemain dihubungkan oleh internet. Bermula dari bermain secara online bersama banyak teman atau dari ajakan teman untuk bermain game online bersama di game centre. Hal inilah yang menyebabkan para remaja menjadi tertarik untuk menikmati dunia game dengan suasana dan tantangan yang berbeda yang semula bermain secara offline atau tantangan dengan musuh yang dijalankan dengan sistem yang monoton bisa berubah menjadi permainan yang interaktif dan sangat menarik untuk terus dimainkan.

3) Ketertarikan

(4)

bermain game online menyatakan lebih menyukai game online yang menantang.

4) Perkembangan Teknologi

Perkembangan game online tidak lepas dari perkembangan teknologi komputer dan jaringan komputer itu sendiri. Dengan memaksimalkan fasilitas dan mudah untuk mendapatkannya baik itu bisa berbentuk gadget, handphone maupun personal komputer maka semakin banyak pengguna game online.Walaupun dibeberapa game menyuguhkan permainan yang sulit dan lumayan ribet, tetapi hal ini tetap saja bagi mereka sebuah kesenangan tersendiri. Apalagi sekarang, telah bermunculan jutaan game yang mudah di akses. Baik dari gadget pribadi mereka hingga di tempat-tempat game centre. Karena kemudahan inilah, mereka akan sangat cepat beradaptasinya dengan game-game ini sehingga menyebabkan kecanduan

5) Gaya Hidup (Kurangnya Kegiatan, Kebiasaan atau hobi)

Ketidakmampuan mengatur prioritas untuk mengerjakan aktivitas penting lainnya juga menjadi penyebab timbulnya adiksi terhadap game online. Kemudian Game online digunakan sebagai strategi coping dari masalah yaitu sarana untuk melarikan diri atau mengabaikan permasalahan yang terjadi dikehidupan nyata, lama kelamaan aktivitas bermain game

(5)

2.4 Data

Data adalah bahan baku yang jika diolah melalui berbagai analisis dapat melahirkan informasi, dimana dengan informasi tersebut dapat diambil suatu keputusan. Data merupakan komponen utama dalam statistika.

2.4.1 Data Menurut Sifatnya

Menurut sifatnya data terbagi atas dua bagian, yaitu:

a. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang sifatnya hanya menggolongkan saja dan yang kemungkinannya tidak dinyatakan dalam angka-angka. Yang termasuk dalam klasifikasi data kualitatif adalah data yang berskala ukur nominal dan ordinal. Contohnya: Tinggi, Rendah

b. Data Kuantitatif

Adalah data yang berbentuk angka. Yang termasuk dalam klasifikasi data kuantitatif adalah data yang berskala ukur interval dan rasio. Sebagai contoh data kuantitatif adalah data hasil pengukuran tinggi badan mahasiswa matematika, data tersebut berbentuk angka.

2.4.2 Data Menurut Sumbernya

Menurut sumbernya data terbagi atas dua bagian pula, yaitu:

a. Data Internal

Adalah data yang didapat dari dalam perusahaan atau organisasi dimana riset dilakukan. Sebagai contoh: catatan akuntansi, catatan produksi, catatan inventaris, dan lainnya.

b. Data Eksternal

(6)

1. Data Primer

Data primer adalah data yang secara langsung dikumpulkan oleh orang yang berkepentingan atau yang memakai data tersebut. Data ini diperoleh dari hasil wawancara atau kuesioner. Dalam metode pengumpulan data primer, peneliti melakukan sendiri observasi di lapangan maupun di laboratorium. Pelaksanaannya dapat berupa survei atau percobaan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data primer yang diperoleh dari pihak lain atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan. Data sekunder pada umumnya digunakan oleh peneliti untuk memberikan gambaran tambahan, gambaran pelengkap atau diproses lebih lanjut. Data sekunder didapat dari hasil penelitian dari beberapa sumber seperti Badan Pusat Statistika, Media Massa, Lembaga Pemerintahan dan sebagainya.

2.4.3Data Menurut Jenisnya

Menurut jenisnya data terdiri dari dua bagian, yaitu:

a. Data kontiniu

Data kontiniu adalah data dalam bentuk angka/ bilangan yang diperoleh berdasarkan hasil pengukuran. Data ini dapat berbentuk bilangan bulat atau pecahan tergantuk jenis skala yang digunakan. Contohnya: Berat badan Tomy 70 kg, Tinggi badan Tomy 180.

b. Data diskrit

(7)

2.5 Variabel

Variabel adalah suatu sebutan yang dapat diberi angka (kuantitatif) atau nilai mutu (kualitatif). Variabel merupakan pengelompokkan secara logis dari dua atau lebih atributdari objek yang diteliti. Misalnya: tidak sekolah, tidak tamat SD, tidak tamat SMP, dan sebagainya. Maka variabelnya adalah tingkat pendidikan dari objek penelitian itu.Variabel tingkat pendidikan merangkum semua atribut tadi.

Variabel merupakan suatu istilah yang berasal dari kata vary dan able yang berarti “berubah” dan “dapat”. Jadi, kata variabel berarti dapat berubah-ubah.Nilai itu berupa nilai kuantitatif maupun kualitatif.Dilihat dari segi nilainya, variabel dibedakan atas 2, yaitu variabel diskrit dan variabel kontiniu.Variabel diskritnya nilai kuantitatifnya selalu berupa bilangan bulat, sedangkan variabel kontiniu nilai kuantitatifnya bisa berupa pecahan.

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya, (Sugiyono, 2007).

Menurut hubungan antara suatu variabel dengan variabel lainnya, variabel terbagi atas beberapa yaitu :

1. Variabel bebas (independent variable) yaitu variabel yang menjadi sebab terjadinya atau terpengaruhnya variabel tak bebas.

2. Variabel tak bebas (dependent variable) yaitu variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel bebas.

3. Variabel moderator yaitu variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan antara suatu variabel bebas dengan tak bebas.

4. Variabel intervening, seperti halnya variabel moderator, tetapi nilainya tidak dapat diukur, seperti kecewa, marah, gembira, senang, sedih, dan lain sebagainya.

(8)

2.6 Skala Pengukuran

Skala merupakan suatu prosedur pemberian angka atau simbol lain kepada sejumlah ciri dari suatu objek agar dapat menyatakan karakteristik angka pada ciri tersebut. Skala pengukuran dibagi atas 4 bagian, yaitu:

a. Skala Nominal

Skala nominal adalah skala pengukuran yang paling sederhana yang dilambangkan dengan kata-kata, huruf, simbol, atau bilangan. Skala ini digunakan untuk mengklasifikasikan objek-objek atau kejadian-kejadian kedalam kelompok yang terpisah untuk menunjukkan kesamaan atau perbedaan ciri-ciri tertentu dari objek yang diamati. Pada skala nominal hasil pengukurannya dapat dibedakan tetapi tidak dapat diurutkan mana yang lebih tinggi, rendah, dan mana yang dikesampingkan. Skala nominal merupakan skala yang paling rendah atau jenis pengukurannya terbatas, misalnya jenis kelamin yang hanya ada 2 kategori.

b. Skala Ordinal (Rangking)

Adalah skala pengukuran yang selain mempunyai ciri untuk membedakan juga mempunyai ciri untuk mengurutkan pada rentangan tertentu. Dengan menggunakan skala ordinal objek-objek juga dapat digolongkan dalam kategori tertentu. Angka atau huruf yang diberikan mengandung

tingkatan, sehingga dari kelompok yang terbentuk dapat dibuat peringkat yang menyatakan hubungan lebih dari atau kurang dari menurut aturan penataan tertentu. Contoh: Seorang anggota ABRI dapat dikelompokkan menurut pangkatnya, yakni Mayor, Kapten, Letnan dll.

c. Skala Interval

(9)

d. Skala Rasio (Nisbah)

Skala ini skala pengukuran yang memiliki 4 ciri, yakni membedakan, mengurutkan, jarak yang sama, dan memiliki titik nol tulen (titik nol yang berarti) sehingga dapat menghitung rasio atau perbandingan antar nilai. Semua ciri skala interval menjadi ciri skala rasio, perbedaan antara nilai-nilai diketahui dan bernilai-nilai tetap, kategori-kategori nilai-nilai juga bersifat lepas.

2.7 Skala Untuk Instrumen (Model Skala Sikap)

Model Skala Sikap yang sering digunakan dalam penelitian ada 5 macam, yaitu: a. Skala Likert

Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan kembali menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Artinya indikator ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan yang dapat dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pertanyaan yang dinyatakan dengan pernyataan berikut:

Sangat Suka (SS) = 5

Suka (S) = 4

Cukup Suka (CS) = 3 Tidak Suka (TS) = 2 Sangat Tidak Suka (STS) = 1

b. Skala Gutman

(10)

c. Skala Diferensial Semantik

Skala diferensial semantik atau skala perbedaan semantik berisikan serangkaian bipolar (dua kutub). Responden diminta untuk menilai suatu objek atau konsep pada suatu skala yang mempunyai 2 ajektif yang bertentangan.

d. Rating Scale

Yaitu data mentah yang didapat berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

e. Skala Thurstone

Skala ini meminta responden untuk memilih jawaban pertanyaan yang ia setujui dari beberapa pertanyaan yang menyajikan pandangan-pandangan berbeda. Pada umumnya setiap item mempunyai asosiasi antara 1 sampai 10 tetapi nilainya tidak diketahui oleh responden.

2.8 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian dapat dilakukan berdasarkan cara-cara tertentu. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan secara umum dalam sebuah penelitian adalah:

a. Metode Dokumentasi

Adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, dan sebagainya. Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang variabel-variabel yang paling mempengaruhi prestasi kerja para karyawan.

b. Metode Angket (Kuesioner)

(11)

faktor-faktor yang dapat mendongkrak prestasi kerja karyawan. Lalu penilaiannya digunakan dengan Skala Likert.

c. Wawancara

Merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survei yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subjek penelitian. Teknik wawancara dilakukan jika peneliti memerlukan komunikasi atau hubungan langsung kepada responden. Dalam penelitian ini dilakukan wawancara secara lisan dengan responden guna membantu responden memahami kuesioner/ angket yang akan disebar.

2.9Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel atau teknik sampling adalah suatu cara mengambil

sampel yang representatif dari populasi. Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa, sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili dan menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Ada dua macam teknik penarikan sampel, yaitu:

1. Probability Sampling

Probability sampling adalah teknik sampling untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Ada beberapa jenis probability sampling yang banyak digunakan, antara lain:

a) Simple random sampling (populasi homogen) yaitu pengambilan sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada.

b. Proportionated stratified random sampling (populasi tidak homogen) yaitu pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan memperhatikan strata yang ada. Artinya setiap strata terwakili sesuai proporsinya.

c. Disproportionated stratified random sampling digunakan untuk menentukan jumlah sampel dengan populasi berstrata tetapi kurang proporsional.

(12)

2. Non Probability Sampling

Dalam non probability sampling, setiap unsur dalam populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel, bahkan probabilitas anggota populasi tertentu untuk terpilih tidak diketahui. Beberapa jenis non probability sampling yang sering dijumpai:

1) Quota Sampling 2) Accidental Sampling

3) Purposive Sampling (Judgmental Sampling). 4) Snowball Sampling

Teknik pengambilan sampel menggunakan metode Proportionated stratified random sampling, maka jumlah sampel yang harus diambil berdasarkan

perhitungan proporsi dari setiap jurusan di SMA Negeri 14 Medan dengan rumus sebagai berikut:

�� = �� ��� (2.1)

Keterangan:

�� = jumlah sampel menurut stratum

�� = jumlah populasi menurut stratum N = jumlah populasi

n = jumlah sampel

2.10 Analisis Konjoin

2.10.1 Pengertian Analisis Konjoin

(13)

“Conjoint” diturunkan dari kaya benda “to conjoint” yang berarti “Joined

Together” atau bekerja sama.

Analisis konjoin adalah suatu teknik analisis yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kepentingan relatif berdasarkan persepsi pelanggan yang dibawa oleh suatu produk tertentu dan nilai kegunaan yang muncul dari atribut - atribut produk terkait.Manfaat yang dapat diambil dari penggunaan analisis konjoin ini adalah produsen dapat mencari solusi kompromi yang optimal dalam merancang atau mengembangkan suatu desain.

Dalam menentukan pilihannya untuk membeli suatu produk, konsumen sering mempertimbangkan berbagai faktor.Bagi konsumen faktor tersebut bersifat trade-off yang membuat konsumen serba salah, misalnya antara harga dan kualitas, mana yang harus dipilih, memilih harga yang tinggi dan kualitas yang relatif rendah atau harga tinggi dengan kualitas yang tinggi pula.

2.10.2 Tujuan dan Manfaat Penggunaan Analisis Konjoin

Pada dasarnya tujuan analisis konjoin adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi seseorang terhadap suatu objek untuk mengetahui kombinasi seperti apa yang memiliki nilai manfaat terbesar yang dirasakan oleh responden sehingga akan mempengaruhimereka dalam menentukan keputusan. Hasil utama analisis konjoin adalah suatu bentuk (desain) produk/ barang/ jasa atau objek tertentu yang diinginkan oleh sebagian besar responden.(Singgih, 2010).

2.10.3 Istilah – istilah Dalam Analisis Konjoin Adapun beberapa istilah dalam analisis konjoin adalah:

1. Atribut, yaitu berupa variabel – variabel yang akan diteliti.

2. Taraf/ level, yaitu bagian dari atribut yang memperlihatkan nilai yang diasumsikan oleh atribut.

(14)

4. Nilai kepentingan relatif (Relative Importance Value), yaitu nilai yang memperlihatkan atribut yang paling penting dalam mempengaruhi pilihan responden.

5. Nilai kegunaan (utilitas), yaitu teori ekonomi yang mempelajari kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh dari seorang konsumen. Semakin tinggi tingkat kepuasan maka semakin tinggi pula nilai guna (utilitas) dan sebaliknya. Nilai guna dibedakan dalam dua pengertian:

a. Nilai guna marginal, yaitu pertambahan/ pengurangan kepuasan akibat adanya pertambahan/ pengurangan penggunaan satu unit barang tertentu.

b. Total nilai guna, yaitu keseluruhan kepuasan yang diperoleh dari mengonsumsi sejumlah barang-barang tertentu.

2.10.4 Tahapan – tahapan Analisis Konjoin

Adapun tahapan-tahapan yang perlu dilakukan dalam merancang dan melaksanakan analisis konjoin secara umum sebagai berikut:

1. Perumusan Masalah Dan Mengidentifikasi Atribut

Langkah awal dalam melakukan analisis konjoin yaitu perumusan masalah.Setelah adanya perumusan masalah maka dicarilah kumpulan atribut dimana setiap atribut terdiri atas beberapa taraf/ level.Informasi mengenai atribut yang mewakili preferensi konsumen dapat diperoleh melalui diskusi dengan pakar, eksplorasi data sekunder atau studi kepustakaan.Kemudian atribut yang sudah dianggap mewakili ditentukan datanya.Skala atribut dibagi menjadi skala kualitatif/ non-metrik atau kategori (nominal dan ordinal) dan skala kuantitatif atau metrik (interval dan rasio).

2. Merancang Kombinasi Atribut (Stimuli)

(15)

profile) atau evaluasi banyak faktor dan kombinasi berpasangan (pairwise

comparison) atau evaluasi dua faktor.

a. Full Profile

Didalam metode full profile mengevaluasi banyak faktor dapat dibentuk dari semua atribut. Jumlah atribut dapat dikurangi dengan menggunakan factorial design. Suatu kelas spesial factorial design, yang disebut orthogonal array

memungkinkan mengestimasi semua main effect. Desain ini mengasumsikan bahwa setiap interaksi yang tidak penting dapat diabaikan. Untik membentuk stimuli dirancang dengan menggunakan SPSS sehingga diperoleh stimuli dengan menggunaka orthogonal array. Stimuli yang terbentuk disusun dalam kartu – kartu stimuli.

Setiap stimuli berisi kombinasi atribut dengan level, dengan setiap stimuli menggambarkan profil tiap objek.Responden mengevaluasi masing-masing stimuli dengan cararangking (mengurutkan) atau rating (memberi nilai peringkat) dimulai dari stimuli yang paling diminati sampai dengan stimuli yang paling tidak diminati.

Keuntungan menggunakan metode ini adalah:

1) Diperoleh deskripsi yang lebih realistis dengan penjelasan dari setiap stimuli yang berisikan sebuah level dari masing-masing atribut.

2) Menggambarkan trade-off yang lebih jelas antara seluruh atribut yang ada.

3) Memungkinkan pemakaian tipe-tipe penilaian preferensi lainnya.

(16)

b. Pairwise Combination

Responden diminta untuk mengevaluasi pasangan-pasangan atribut secara bersamaan.Di dalam metode pairwise combination, dimungkinkan untuk mereduksi/ mengurangi jumlah perbandingan dengan menggunakan cylical design.Jumlah stimuli dapat dikurangi dengan menggunakan fractional

design.Suatu kelas spesial fractional design, yang disebut orthogonal array memungkinkan mengestimasi semua main effects.

3. Menentukan Metode Pengumpulan Data

Dalam analisis konjoin terdapat dua jenis data yaitu berupa data metrik (interval atau rasio) dan data non – metrik (data berskala nominal atau ordinal atau disebut juga dengan kategorial).

a. Data Metrik

Untuk data metrik responden diminta untuk memberikan evaluasi berupa pemberian rangking pada stimulus dengan memberikan peringkat untuk stimulus yang paling disukai sampai dengan stimulus yang paling tidak disukai.

b. Data Non – metrik

Untuk memperoleh data dalam non – metrik, responden diminta untuk memberikan nilai atau rating terhadap masing-masing stimuli, dengan cara ini, responden dapat memberikan nilai penilaian terhadap masing-masing stimuli secara terpisah. Pemberian rating oleh responden dapat dilakukan dengan

menggunakan:

1. Skala likert mulai dari angka 1 sampai dengan 5, dengan angka 1 menunjukkan paling tidak disukai dan dengan 5 menunjukkan sangat suka.

(17)

4.Menentukan Metode Analisis Yang Digunakan

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan model dari analisis konjoin adalah metode regresi dengan variabel dummy.Variabel yang dianalisis dengan model regresi dapat berupa variabel kuantitatif dan dapat pula berupa variabel kualitatif. Untuk variabel kualitatif yang mempunyai k kategorik (level) bisa dibangun k-1 peubah bonekadan biasanya mengambil nilai 1 atau 0 kedua nilai yang diberikan tidak menunjukkan bilangan (numerik) tetap hanya sebagai identitas kelas atau kategorinya. Adapun kategorinya sebagai berikut:

1. Untuk dua kategori maka diberi kode 1 untuk salah satu level, dan 0 untuk level lainnya.

2. Untuk tiga kategori dapat dilihat pada tabel 2.1

3. Untuk level lebih dari tiga, pengkodean dilakukan dengan cara yang sama sehingga setiap faktor memiliki k-1 variabel dummy.

Tabel 2.1 Pengkodean Variabel Dummy

Metode regresi variabel dummy sangat umum dilakukan untuk data berjenis non – metrik maupun metrik, dengan data yang telah diperoleh melalui pengurutan maupun penilaian terhadap kombinasi atribut atau stimuli yang telah dirancang sebelumnya. Beberapa variasi pada penggunaan metode regresi variabel dummy yaitu:

a) Bila data yang digunakan berasal dari penilaian stimuli yang telah dirancang sebelumnya dan penilaian dilakukan dengan menggunakan skala metrik, maka regresi dengan variabel dummy dapat dihitung langsung dengan menggunakan pendekatan Ordinary Least Square (OLS).

b) Bila penilaian stimuli menggunakan urutan (rangking)stimuli, maka data harus diubah lebih dahulu menjadi skala interval dengan menggunakan

Kategori Kode Kode

Kategori 1 1 0

Kategori 2 0 1

(18)

Monotonic Regression atau menggunakan Multidimensional Scaling

(MDS) yang dikombinasikan dengan Multy Analysis Of Variance

(MANOVA). Kemudian analisis dilanjutkan dengan regresi menggunakan Variabel Dummy.

c) Bila data diperoleh melalui penilaian secara terpisah dari masing-masing atribut, dimana variabel tak bebas umumnya berupa intensitas pilihan, maka analisis yang digunakan adalah LOGIT model.

Adapun persamaan regresi dengan variabel dummy adalah:

��� = �0+ �1��1� + �2��2� + … + ������(2.2)

Keterangan:

Yij = Peringkat seluruh responden

α0 = Intercept

α1j, α2j =Nilai Utilitas setiap level dari masing – masing atribut

X1jX2j = Variabel dummy mewakili tiap - tiap atribut

Xij = variable dummy dari atribut ke- i level ke - j

αij = Nilai kegunaan atribut ke-i level ke-j

Adapun model dasar analisis konjoin adalah:

�(�) = � � �����

U (X) = Seluruh utility dari suatu alternatif (overall utility of an

alternatif).

αij = sumbangan the part-worth atau utility yang terkait dengan level j

ij = 1,2, …, ki ) dari atribut ke i (i,i = 1,2,…, m) ki = banyaknya level atribut i

m = banyaknya atribut

(19)

berkaitan muncul dan 0 bila tidak)

Dengan model regresi tersebut maka dapat ditentukan nilai kegunaan dari level-level tiap atribut untuk menentukan nilai pentingnya suatu level-level relatif terhadap level yang lain pada suatu atribut. Setelah menentukan nilai kegunaan level, maka nilai kepentingan relatif (bobot) dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:

= ��

� � �=1

(2.4)

Keterangan :

Wi = Bobot kepentingan relatif untuk tiap atribut

Ii = Range nilai kepentingan untuk tiap atribut m = Banyaknya atribut

Untuk mencari range nilai kepentingan relatif tiap atribut dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:

Ii= {maks(αij) – min(αij)} (2.5)

Keterangan:

Ii = Nilai kepentingan relatif untuk tiap atribut

Maks = Nilai maksimal Min = Nilai minimal

(αij) = Utility (nilai kegunaan) tiap level

5.Interpretasi Hasil

Kuhfeld (2000) ada beberapa ketentuan dalam melakukan interpretasi hasil yaitu: a. Level yang memiliki nilai kegunaan lebih tinggi adalah level yang

lebih disukai.

(20)

c. Kombinasi yang memiliki total nilai kegunaan tertinggi adalah kombinasi yang paling disukai responden

d. Atribut yang memiliki perbedaan nilai kegunaan lebih besar antara nilai kegunaan level tertinggi dan terendahnya merupakan atribut yang lebih penting.

6. Uji Validitas dan Realibilitas

Validitas merupakan alat ukur untuk melihat atau mengetahui apakah kuesioner dapat digunakan untuk mengukur keadaan responden sebenarnya (Algifari 2000).Suatu kuesioner dikatakan sah jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut.Uji validitas dapat digunakan dengan menggunakan software SPSS menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment. Dalam uji ini, setiap item akan diuji relasinya dengan

skor total variabelnya.

Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan dan sejauh mana hasil pengukuran konsisten bila dilakukan dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan alat ukur yang sama. Untuk mengukur reliabilitas alat ukur digunakan teknik Cronbach Alpha. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban responden

terhadap pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu variabel

dikatakan reliabel jika memberikan nilai ฀ > 0.60.

Kategori koefisien korelasi berdasarkan Sugiyono (2000) adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Koefesien Korelasi

0.80 < rxy≤ 1.00 Korelasi Sangat Tinggi

0.60 < rxy≤ 0.80 Korelasi Tinggi

0.40 < rxy≤ 0.60 Korelasi Sedang

0.20 < rxy≤ 0.40 Korelasi Rendah

(21)

Uji reliabilitas dilakukan dengan uji Alpha Cronbach. Reliabilitas item diuji dengan melihat koefisien Alpha dengan melakukan Reliability Analysis

Gambar

Tabel 2.1 Pengkodean Variabel Dummy

Referensi

Dokumen terkait

3) Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa keseluruhan responden memilih atributKetertarikan sebagai atribut yang dianggap relatif penting