• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PROSES

PENYEMBUHAN LUKA SECTIO CAESARIA DI RUANG

PERAWATAN NIFAS RSUD LABUANG BAJI

MAKASSAR

Maria Hilda Seniwati, Ernawati, Suhartatik

Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar Dosen Tetap Program D3 Kebidanan STIKES Nani Hasanuddin Makassar Dosen Tetap Program S1 Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar

ABSTRAK

MARIA HILDA SENIWATI, “Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Sectio Caecaria Di Ruang Nifas RSUD Labuang Baji Makassar (Dibimbing oleh Ernawati dan Suhartatik).

Masalah Kesehatan terus berkembang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta masyarakat yang dinamis salah satunya sectio caesaria, Masalah utama yang harus dihadapi setelah pembedahan yaitu penyembuhan luka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemberian nutrisi, kepatuhan minum obat, ambulasi, dan perawatan luka terhadap proses penyembuhan luka post sectio caesaria di Ruang nifas RSUD Labuang Baji Makassar. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey yang bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, pemilihan sampel dengan teknik accidental sampling. Jumlah sampel yang ditemukan 30 sampel. Variabel independen meliputi pemberian nutrisi, kepatuhan minum obat, ambulasi, dan perawaatan luka. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner, kemudian diolah dengan menggunakan Uji Chi-Square dengan tingkat kemaknaan p < a = 0,05. Berdasarkan uji statistik diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: ada hubungan antara pemberian nutrisi terhadap proses penyembuhan Ivkapost sectio caesaria dengan nilai /?=0,004 < 0,05, ada hubungan antara kepatuhan minum obat terhadap proses penyembuhan luka post sectio caesaria dengan nilai p=0,002 < 0,05, ada hubungan antara ambulasi terhadap proses penyembuhan Ivkapost sectio caesaria dengan nilai p=0,002 < 0,05 dan ada hubungan antara perawatan luka terhadap proses penyembuhan luka post sectio caesaria dengan nilai /?=0,000 < 0,05. Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan antara pemerian nutrisi, kepatuhan minum obat, ambulasi, dan perawaatan luka terhadap proses penyembuhan luka post sectio caesaria. Adapun saran kepada pemberi pelayanan kesehatan untuk dapat memberikan informasi bagi ibu pasca :=elahirkan terutama yang menjalani sectio caesaria saat melahirkan harus rsengkonsumsi makanan yang banyak mengandung protein agar mempercepat proses aenvembuhan luka.

Kunci : Pemberian Nutrisi, Kepatuhan Minum Obat, Ambulasi, Perawatan Penyembuhan Lvkapost sectio caesaria

PENDAHULUAN

Masalah kesehatan terus berkembangmengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta masyarakat yang dinamis,semakin memacu tenaga kesehatan untuk terus meningkatkan kuantitatif dan pelayanan andalan mencapai tujuan pembangunan kesehatan.

Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh seorang ibu berupa pengeluaran hasil konsepsi yang hidup didalam uterus melalui vagina ke dunia luar.Jadi beberapa kasus seperti Placenta previa,preeklamsia,gawat janin,kelainan letak janin dan besar, persalinan melalui vagina

meningkatkan resiko kematian pada ibu dan bayi sehingga diperlukan satu cara alternative lain dengan mengeluarkan hasil konsepsi melalui pembuan pada dinding uterus melalui dinding perut. (Nur Rasyid, 2009).

Badan Kesehatan Dunia (WHO﴿ menyatakan bahwa persalinan dengan Sectio Caesaria adalah sekitar 10-15℅ dari semua proses persalinan di Negara-negara berkembang.Di Indonesia sendiri,presentasi Sectio Caesaria sekitar 5℅.

(2)

persalinan pervaginam. Angka kematian langsung pada operasi sesar adalah 5,8 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian sekitar 27,3 persen dibandingkan dengan persalinan normal hanya sekitar 9 per 1000 kejadian.WHO (World Health Organization) menganjurkan operasi sesar hanya sekitar 10-15% dari jumlah kelahiran.Anjuran WHO tersebut tentunya didasarkan pada analisis resiko-resiko yang muncul akibat secaria.Baik resiko bagi ibu maupun bayi (Nakita, 2008).

Di Indonesia sendiri, berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Tahun 2009 dan tahun 2010-2011 mencatat angka persalinan bedah caesar secara nasional hanya berjumlah kurang lebih 4% dari jumlah total persalinan (BPS Indonesia, 2010 dalam Mutiara, 2011), namun berbagai survei dan penelitian lain menemukan bahwa persentase persalinan bedah caesar pada rumah sakit-rumah sakit di kota besar seperti Jakarta dan Bali berada jauh di atas angka tersebut. Dan secara umum jumlah persalinan caesar di rumah sakit Pemerintah adalah sekitar 20-25% dari total persalinan, sedangkan di rumah sakit swasta jumlahnya sangat tinggi yaitu sekitar 30-80% dari total persalinan (Mutiara, 2011).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan tahun 2011 di temukan jumlah persalinan dengan Caesar sebanyak 612 orang.

Adapun data untuk wilayah Makassar, Sulawesi Selatan yang tercatat pada RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo pada tahun 2011 dari sejumlah 1358 persalinan, 212 (15,6%) diantaranya dilakukan dengan bedah Caesar.

Berdasarkan data rekam medik dari RSUD LabuangBaji Makassar diperoleh data jumlah ibu yang melahirkan secara operasi Caesar meningkatdaritahun ke tahun.Pada tahun 2009 jumlah ibu yang melahirkan secara cesar berjumlah 85 orang, tahun 2010 berjumlah 112 orang sedangkan pada tahun 2011 berjumlah 125 orang.

Dengan melihat hal di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pemberian nutrisi, kepatuhan minum obat, ambulasi, perawatan luka terhadap proses penyembuhan luka post sectio caesaria di ruang nifas RSUD Labuang Baji Makassar.

BAHAN DAN METODE

Lokasi, populasi dan sampel penelitian Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka jenis penelitian ini adalah non eksperimen dengan metode pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD

Labuang Baji Makassar pada tanggal 31 Juli sampai 14 Agusuts tahun 2012.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan secara sectio caesaria di ruangan perawatan nifas RSUD Labuang Baji Makassar.

Jumlah responden di RSUD Labuang Baji Makassar yang sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 30 orang diambil dengan menggunakan rumus, Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian adalah 30 responden.

1) Kriteria Inklusi

a) Ibu nifas yang melahirkan secara sectio caesaria

b) Ibu yang bersedia menjadi responden dengan cara mengisi lembar persetujuan

c) Memiliki data lengkap 2) Kriteria Eksklusi

a) Ibu yang tidak bersedia menjadi respon

b) Ibu yang tidak berada di tempat saat peneliti melakukan penelitan.

Pengumpulan data

Pengumpulan data dengan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari tempat penelitian, yaitu bagian rekam medik RSUD Labuang Baji Makassar, data primer dari quisioner dan lembar observasi. Pengolahan data dilakukan dengan:

1. Editing

Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan dengan memeriksa kelengkapan data, memeriksa kesinambungan data dan memeriksakan keseragaman data.

2. Koding

Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua jawaban atau data yang perlu di sederhanakan yaitu memberikan simbol-simbol tertentu. Untuk setiap jawaban (Pengkodean). Pengkodeaan dilakukan dengan memberi nomor halaman daftar pertanyaan, nomor pertanyaaan,nomor variabel nama variabel dan kode.

3. Tabulasi Data

1) Lakukan pemberian skor pada item 2) Berikan kode pada variabel yang di

berikan skor

3) Mengubah jenis data, dilakukan modofikasi sesuai dengan teknik analisis yang di gunakan.

4. Aplikasi Data

(3)

Analisis data

Setelah data terkumpul kemudian ditabulasi dalam tabel dengan variabel yang hendak diukur.Analisa data dilakukan melalui tahap editing, koding, tabulasi dan uji statistik.Analisis univariat dilakukan dengan menggunakan analisis distribusi frekuensi.

Menggunakan bantuan program SPSS for windows 16,0. Melalui tahapan-tahapan, kemudian data dianalisis dengan menggunakan metode uji statistik univariat dilakukan untuk variabel tunggal yang dianggap terkait dengan penelitian dan analisis bivariat untuk melihatdistribusi atau hubungan beberapa variabel yang dianggap terkait dengan menggunakan uji chisquare.

Analisis data dilakukan dengan pengujian hipotesis Nol (Ho) atau hipotesis yang akan ditolak. Dengan menggunakan uji chi-square. Batas kemaknaan = 0,05, Ho ditolak jika p < 0,05 dan Ho diterima jika p > 0,05.

Jika p < α (0,05) maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima yang berarti ada hubungan antara aktivitas fisik dan status gizi dengan kadar glukosa darah sewaktu pada penderita diabetes melitus.

Sedangkan jika p > α (0,05) maka hipotesis nol diterima dan hipotesis alternatif ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dan status gizi dengan kadar glukosa darah sewaktu pada penderita diabetes melitus.

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Analisis Univariat a. Umur

Tabel 5.1 : Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Umur Di Ruang nifas Rsud Labuang Baji Makassar

Umur n %

20-25 tahun 22 73,3 26 – 35 tahun 8 26,7

Total 30 100

Sumber : Data Primer 2012

Dari Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari 30 responden sebagian besar yang berusia padakelompok umur 20-25 tahun yaitu 22 orang (73,7%), responden pada kelompok umur 26-35 tahun hanya terdapat 8 orang (26,7%).

b. Pekerjaan

Tabel 5.2 : Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Ruang Nifas RSUD Labuang Baji Makassar

Pekerjaan n %

IRT 6 20

WIRASWASTA 15 50

PNS 9 30

Total 30 100%

Sumber : Data Primer 2012

Dari Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa dari 30 responden yang bekerja sebagai IRT yaitu 6 orang (20%), Wiraswasta sebanyak 15 orang (50%) dan PNS sebanyak 9 orang (30).

c. Pemberian Nutrisi

Tabel 5.3 : Hubungan Antara Pemberian

Nutrisi Terhadap

Penyembuhan Luka Di RSUD Labuang Baji Makassar

Pemberian Nutrisi

n %

Cukup 16 53,3

Kurang 14 46,7

Total 30 100 %

Sumber : Data Primer 2012

Dari Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa dari 30 responden yang memiliki nutrisi yang cukup yaitu 16 orang (53,3%), sedangkan responden yang memiliki nutrisi kurang sebanyak 14 orang (46,7%).

d. Kepatuhan Minum Obat

Tabel 5.4 : Hubungan Antara Kepatuhan Minum Obat Terhadap Penyembuhan Luka Di RSUDLabuangBaji Makassar Kepatuhan

Minum Obat

n %

Patuh 17 56,7

Kurang patuh 13 43,3

Total 30 100

Sumber : Data Primer 2012

(4)

c. Ambulasi

Tabel 5.5 : Hubungan Antara Ambulasi Terhadap Penyembuhan Luka Post Sectio Caesaria Di Ruang Nifas RSUD Labuan Baji Makassar

Ambulasi n %

Lambat 10 33,3

Cepat 20 66,7

Total 30 100

Sumber : Data Primer 2012

Dari Tabel 5.5 dapat diketahui bahwa dari 30 responden yang ambulasinya cepat yaitu 20 orang (66,7%), sedangkan responden yang ambulasinya lambat sebanyak 10 orang (33,3%).

d. Perawatan Luka

Tabel 5.6 : Hubungan Antara Perawatan

Luka Terhadap

Penyembuhan Luka Post Sectio Caesaria Di Ruang Nifas RSUD Labuan Baji Makassar

Perawatan Luka n %

Baik 19 63,3

Kurang baik 11 36,7

Total 30 100

Sumber : Data Primer 2012

Dari Tabel 5.6 dapat diketahui bahwa dari 30 responden yang perawatan lukanya baik yaitu 19 orang (63,3%), sedangkan responden yang perawatan lukasnya kurang baik sebanyak 11 orang (36,7%).

e. Luka Post Section Caesaria

Tabel 5.7 : Hubungan Antara Penyembuhan Luka Post Section Caecaria Di Ruang Nifas Rsud Labuang Baji Makassar Luka post

sectio caecaria

n %

Baik 9 30%

Kurang baik 21 70%

Total 30 100%

Sumber : Data Primer 2012

Dari Tabel 5.7 dapat dilihat bahwa 9 orang responden (30%) penyembuhan lukanya baik, dan 9 orang responden (70%) penyembuhan lukanya kurang baik.

B. Analisis Hubungan Antar Variabel a. Hubungan Pemberian Nutrisi dengan

Penyembuhan Luka Post Sectio Caesaria

Tabel 5.8 : Hubungan Antara Pemberian Nutrisi dengan

Penyembuhan Luka Post Sectio Caesaria di RSUD Labuang Baji Makassar

Pemberian nutrisi responden

Luka post sectio caesaria

Total

Baik Kuran

g baik

n % n % n % Cukup 15 50 1 3,3 16 53,3 Kurang 6 20 8 26,7 14 46,7

Total 21 70 9 30 30 100

p = 0,004

Sumber: Data Primer 2012

Berdasarkan tabel 5.8 diatas diketahui bahwa responden yang memiliki pemberian nutrisi yang cukup sebanyak 16 responden (53,3%) dimana terdapat 15 responden (50%) luka post section caesaria baik dan terdapat 1 responden (33,3) yang luka post section caesaria yang kurang baik , sedangkan responden yang memiliki pemberian nutrisi yang kurang sebanyak 14 responden (46,7%) dimana terdapat 6 responden (20%) luka post section caesaria baik dan terdapat 8 responden (26,7) yang luka post section caesaria yang kurang baik. Setelah dilakukan uji statistik Chi-square diperoleh nilai p = 0,004 yang diambil dari nilai fisher exacte test, dengan demikian p < (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, dengan interpretasi “Ada hubungan pemberian nutrisi dengan penyembuhan luka post sectio caesaria di Ruang Nifas RSUD Labuang Baji Makassar, 2012”

b. Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Penyembuhan Luka Post Section Caesaria

Tabel 5.9 : Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Penyembuhan Luka Post Section Caesaria Di Ruang Nifas RSUD

Labuang Baji

(5)

Kepatuhan

Sumber : Data Primer 2012

Berdasarkan tabel 5.9 diatas diketahui bahwa responden yang memiliki kepatuhan minum obat yang tidak baik responden yang memiliki kepatuhan minum obat yang baik sebanyak 17 responden (56,6%) dimana terdapat 16 responden (53,3%) luka post section caesaria baik dan terdapat 1 responden (3,3) yang luka post section caesaria yang kurang baik.

Setelah dilakukan uji statistik Chi-square diperoleh nilai p = 0,002 yang diambil dari nilai fisher exacte test, dengan demikian p < (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, dengan interpretasi “Ada hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan penyembuhan luka post sectio caesaria di Ruang Nifas RSUD LabuangBaji Makassar, 2012”

b. Hubungan Antara Ambulasi Dengan Penyembuhan Luka Post Sectio Caesaria Tabel 5.10 : Hubungan Antara Ambulasi

Dengan Penyembuhan Luka Post Sectio Caesaria Di

Sumber : Data Primer 2012

Berdasarkan tabel 5.10 diatas diketahui bahwa responden yang memiliki ambulasi yang cepat sebanyak 20 yang memiliki ambulasiyang lambat sebanyak 10 responden (33,3%) dimana terdapat 3 responden (10%) luka post section caesaria baik dan terdapat 7 responden (23,3%) yang luka post section caesaria yang kurang baik.

Setelah dilakukan uji statistik Chi-square diperoleh nilai p = 0,002 yang diambil dari nilai fisher exacte test, dengan demikian p < (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, dengan interpretasi “Ada hubungan Ambulasi dengan penyembuhan luka post sectio caesaria di Ruang Nifas RSUD LabuangBaji Makassar, 2012”

c. Hubungan Antara Perawatan Luka Responden Dengan Penyembuhan Luka Post Sectio Caesaria.

Tabel 5.11 : Hubungan Antara Perawatan Luka Responden Dengan Penyembuhan Luka Post

SectioCaesaria Di Ruang

Nifas RSUD Labuang Baji

Sumber : Data Primer 2012

Berdasarkan tabel 5.11 diatas diketahui bahwa responden yang memiliki perawatan luka responden yang baik sebanyak 19 responden (63,3%) dimana terdapat 18 responden (60%) luka post section caesaria baik dan terdapat 1 responden (3,3%) yang luka post section caesaria yang kurang baik, sedangkan responden yang memiliki perawatan luka responden yang kurang baik sebanyak 11

(6)

hubungan Perawatan Luka Responden dengan penyembuhan luka post sectio caesaria di Ruang Nifas RSUD Labuang Baji Makassar, 2012”

PEMBAHASAN 1. Pemberian Nutrisi

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka, diketahui bahwa responden yang memiliki pemberian nutrisi yang cukup sebanyak 16 responden (53,3%) dimana terdapat 15 responden (50%) luka post section caesaria baik dan terdapat 1 responden (33,3) yang luka post section caesaria yang kurang baik, terdapatnya responden yang memiliki penyembuhan luka post operasi yang kurang baik dikarenakan meskipun kebutuhan nutrisinya baik atau terpenuhi akan tetapi jika responden memiliki riwayat penyakit lain seperti diabetes mellitus ataukah DM gestasional akan mempengaruhi lamanya penyembuhan luka akibat meningkatnya kadar gula darah dalam tubuh.

Responden yang memiliki pemberian nutrisi yang kurang sebanyak 14 responden (46,7%) dimana terdapat 6 responden (20%) luka post section caesaria baik dan terdapat 8 responden (26,7) yang luka post section caesaria yang kurang baik, terdapatnya respoden yang penyembuhan luka post section caesaria baik hal ini dikarenakan meskipun kebutuhan nutrisinya kurang terpenuhi akan tetapi responden dengan aktif melakukan ambulasi dini ataukah teratur dalam mengkomsumsi obat maka penyembuhan luka akan tetap baik pula.

Penelitian ini sejalan dengan pendapat YesiAnggraini (2010) yaitu salah satu faktor yang berperan dalam penyembuhan luka post sectio caesaria adalah pemberian nutrisi yang baik atau cukup bagi ibu. Menurut ArySulistiawaty, pemberian nutrisi yang cukup sangat penting hubungannya dengan perawatan luka post sectio caesaria. Untuk itu diharapkan dengan pemberian nutrisi yang cukup bagi ibu maka dapat mempercepat proses penyembuhan post sectio caesaria.

Peneliti menganggap bahwa proses penyembuhan luka membutuhkan zat nutrisi protein tinggi, protein yang mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain yaitu membangun serta memelihara sel-sel jaringan tubuh. Pertumbuhan atau penambahan otot hanya mungkin bila

tersedia cukup campuran asam amino yang sesuai termasuk untuk pemeliharaan dan perbaikan sel-sel yang rusak.

Sehingga untuk mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan kondisi pasien pasca operasi, perlu kita perhatikan kebutuhan nutrisinya, diharapkan banyak mengkomsumsi makanan bergizi, misalnya: nasi, lauk pauk, sayur, susu, buah serta

mengkonsumsi makanan (lauk-pauk)

berprotein tinggi, seperti: daging, ayam,

ikan, telor dan sejenisnya, minum

sedikitnya 8-10 gelas per hari. 2. Kepatuhan Minum Obat

Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa diketahui responden yang memiliki kepatuhan minum obat yang tidak baik sebanyak 13 responden (43,3%) dimana terdapat 5 responden (16,7%) luka post section caesaria baik dan terdapat 8 responden (26,7) yang luka post section caesaria yang kurang baik , hal ini dikarenakan meskipun responden tidak patuh minum obat akan tetapi pemenuhan kebutuhan gizi atau serta perawatan luka baik kesemua ini akan mendukung proses penyembuhan.

Responden yang memiliki kepatuhan minum obat yang baik sebanyak 17 responden (56,6%) dimana terdapat 16 responden (53,3%) luka post section caesaria baik dan terdapat 1 responden (3,3) yang luka post section caesaria yang kurang baik, responden yang penyembuhan lukanya tidak baik dikarenakan responden bias jadi mengalami resistens terhadap antibiotic yang diberikan.

Hal ini sesuai dengan pendapat SarwonoPrawirohardjo, 2009 bahwa salah satu cara untuk mempercepat proses penyembuhan luka post sectio caesaria adalah dengan patuh minum obat. Dalam hal ini kesadaran ibu sangat penting peranannya dalam kepatuhan minum obat.

Antibioka harus diberikan dalam bentuk kombinasi agar diperoleh cakupan yang luas.Penggunaan antibiotik dalam kehamilan dan persalinan dengan janin hidup harus dipertimbangkan masak-masak dengan memperhatikan efek samping setiap jenis antibiotik terhadap janin. (SarwonoPrawirohardjo, 2009)

(7)

maksimal seperti terjadinya resistensi antara tubuh dengan kerja obat.

Profilaksis antibiotika adalah pemberian antibiotika untuk pencegahan infeksi pada kasus tanpa tanda-tanda dan gejala infeksi.Sebaiknya profilaksis antibiotik diberikan setelah tali pusat diklem untuk menghindari efeknya pada bayi. Pentingnya pemberian obat bagi ibu yang melahirkan dengan cara operasi guna mempercepat penyembuhan luka, namun tetap harus memperhatikan kondisi bayi apakah ibu member asi atau tidak.

3. Ambulasi

Diketahui bahwa responden yang memiliki ambulasi yang cepat sebanyak 20 responden (66,7%) dimana terdapat 18 responden (60%) luka post section caesaria baik dan terdapat 2 responden (6,7%) yang luka post section caesaria yang kurang baik , hal ini dikarenakan ambulasi yang cepat akan mempengaruhi aliran darah semakin lancar terutama kebagian yang mengalami luka, dimana luka sangat membutuhkan nutrisi yang tinggi protein dalam proses penyembuhan.

Responden yang memiliki ambulasi yang lambat sebanyak 10 responden (33,3%) dimana terdapat 3 responden (10%) luka post section caesaria baik dan terdapat 7 responden (23,3%) yang luka post section caesaria yang kurang baik, hal ini dikarenakan meskipun responden lambat dalam melakukan ambulai namun kebutuhan nutrisi, kebutuhan akan obat terpenuhi akan sangat membantu dalam proses penyembuhan.

Hal di atas sesuai dengan pendapat sulistiawati, 2009 yang mengatakan bahwa ambulasi awal dilakukan dengan gerakan melakukan jalan-jalan ringan sambil perawat melakukan observasi perkembangan pasien dari jam ke jam sampai hitungan hari.Kegiatan ini dilakukan secara meningkat dengan berangsur-angsur frekwensi dan intensitas aktifitasnya sampai pasien dapat melakukan sendiri tanpa pendampingan sehingga tujuan memandirikan pasien dapat terpenuhi. Peneliti beranggapan bahwa jika terjadi luka post operasi diharapkan dilakukan ambulasi secepat mungkin, selain untuk memperlancar aliran darah akan membantu responden untuk terjadinya kontraksi pembuluh-pembuluh darah sekitaran luka sehingga cairan yang membasahi luka dari dalam akan terkuras sehingga luka akan semakin cepat kering.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang melahirkan post sectio caesaria sadar akan pentingnya ambulasi setelah beberapa hari melahirkan. Dari sebaran jawaban responden tentang ambulasidan tujuan dari ambulasi tersebut yang berhubungan dengan proses penyembuhan luka post sectio caesaria.

Keuntungan ambulasi diniyang dapat diperoleh antara lain: Ibu merasa lebih sehat dan kuat, fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan lebih baik, memungkinkan untuk mengajarkan perwatan bayi pada ibu dan mencegah trombosis pada pembuluh tungkai serta sesuai keadaan di indonesia(social ekonomis﴿

Pada masa nifas, diharapkan ibu post partum perempuan sebaiknya melakukan ambulasi dini, segera bangun dari tempat tidur dan bergerak, agar lebih kuat dan lebih baik.Gangguanberkemih dan buang air besar juga dapat teratasi.Jika tidak ada kelainan, lakukan mobilisasi sedini mungkin, yaitu dua jam setelah persalinan normal.Ini berguna untuk memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina (lochea﴿. 4. Perawatan Luka

Diketahui bahwa responden yang memiliki perawatan luka yang baik dikarenakanan walaupun perawatan luka baik akan tetapi kebutuhan nutrisi dan ambulasi dan obat terpenuhi akan membantu proses penyembuhan luka

Responden yang memiliki perawatan luka yang kurang baik sebanyak 11 responden (36,7%) dimana terdapat 3 membantu proses penyembuhan luka.

(8)

caesaria sangat penting untuk menunjang proses penyembuhan post sectio caesaria.

Peneliti berasumsi bahwa perawatan luka memegang peranan penting dalam proses penyembuhan luka, dimana perawatan luka yang baik akan mempercepat proses penyembuhan luka. Akan tetapi jika perawatan luka kurang baik seperti tidakan dengan tidak memperhatikan kesterilan akan menghambat proses penyembuhan bahkan justru akan menambah luasnya luka.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Ada hubungan antara pemberian nutrisi dengan proses penyembuhan luka post sectio caesaria

2. Ada hubungan antara kepatuhan minum obat dengan proses penyembuhan luka post sectio caesaria.

3. Ada hubungan antara ambulasi dengan proses penyembuhan luka post sectio caesaria

4. Ada hubungan antara perawatan luka dengan proses penyembuhan luka post sectio caesaria

Saran

1. Diharapkan bagi ibu paska melahirkan terutama bagi yangmenjalani sectio caesaria saat melahirkan selama masa perawatan banyak mengkomsumsi makanan yang banyak mengandung protein.

2. Diharapkan bagi ibu paska melahirkan terutama bagi yang menjalani sectio caesaria saat melahirkan selama masa perawatan sekiranya dengan bersegera melakukan mobilisasi atau ambulasi dini. 3. Diharapkan bagi ibu paska melahirkan

terutama bagi yang menjalani sectio caesaria saat melahirkan selama masa perawatan minum obat teratur agar tidak terjadi resisten terhadap obat.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini. Yetti, 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Pustaka Rihama, Yogyakarta.

Azis. Alimul, 2008. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Penerbit Salemba Medika, Jakarta.

Arisman, 2005. Perawatan Luka Post Operasi. Buku Ajar Ilmu Post Operasi. ECG: Jakarta.

Darmawanti, 2011. Pendidikan Kesehatan Dalam Praktik Keperawatan Maternitas. Trans Info Media, Jakarta.

Depkes RI, 2007. Profil Kesehatan Indonesia: Pencapaian Indonesia Sehat di Tahun 2010 , (online), diakses 11 Maret 2012).

Dinkes Propinsi Sulawesi Selatan, 2009, Profil Kesehatan sulawesi selatan 2009, Indonesia Sehat 2010.

Moya Morison, 2008. Hubungan Pemberian Nutrisi Dengan Penyembuhan Luka Post Sectio Caesaria, Surabaya.

Nakita, 2008. Perawatan Luka Post Operasi: Teori dan Pelaksanaannya. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi 2. Salemba Medika, Jakarta.

Notoatmodjo. S, 2005. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Yogyakarta, Andy Offset.

Notoatmodjo. S, 2007. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta.

Rasyid. Nur, 2009. Hubungan Antara Ambulasi Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi. Nuha Medika, Yogyakarta.

Sriyanah. Nour, 2011. Pengaruh Perawatan Luka Terhadap Percepatan Penyembuhan Luka Post Sectio

Caesaria di Ruang Perawatan Nifas RSUD Salewangan Maros Makassar, Stikes Nani Hasanuddin.

Sarwono, 2006. Asuhan Kebidanan. Jakarta

Sugiyono, 2008. Statistik Untuk Penelitian Alfa Beta. Bandung

Gambar

Tabel 5.3 : Hubungan Antara Pemberian Terhadap Luka  Di
Tabel 5.5 : Hubungan Antara Ambulasi Terhadap Luka Post Sectio Caesaria Di
tabel diketahui bahwa responden yang memiliki

Referensi

Dokumen terkait

Pelemahan otot merupakan primary simtom pada GBS. Pelemahan ini terjadi dengan cepat, dari hari ke minggu, dan pada awalnya mempengaruhi tungkai. Pelemahan

Strategi pelestarian konservasi dan rehabilitasi diarahkan pada elemen-elemen dengan tingkat keterawatan yang cukup, tingkat kelangkaan minim diantara bangunan sekitar

Berdasarkan pernyataan diatas, Salah satu puskesmas di Surabaya yang tingkat kualitas pelayanannya masih rendah khususnya mengenai kecepatan pelayanan adalah

[r]

268 Enok Fatmawati, S.Pd, MM 6 SDN Tanah Kalikedinding VIII Kenjeran 5. 269 Ahmad

1) Model SRGF ( situasional, referensial, general, formal ) ini lebih menekankan pada proses matematika sebagai bagian dari pemodelan sesuai dengan masalah atau

Strategic objectives under this mission include improved access at all levels of education, provision of international standard madrasah at provincial level, improved access

berpengaruh, sedangkan reputasi auditor, kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan penjualan perusahaan, return on asset, dan ukuran perusahaan tidak mempunyai