BAB 1 PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan. Tanpa
pendidikan manusia akan mengalami kesulitan dalam keberlangsungan
hidupnya. Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dimana tujuan pendidikan adalah
membentuk manusia yang berakhlakul karimah, cerdas dan terampil serta
beriman dan bertakwa kepada tuhannya.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia no 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, menyebutkan:“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.1
Sekolah sebagai lembaga yang mengembangkan proses pembelajaran
dengan tujuan mengembangkan pengetahuan siswa, kepribadian, aspek sosial
emosianal, juga bertanggung jawab memberikan bimbingan dan bantuan
terhadap peserta didik yang bermasalah, baik dalam belajar, maupun sosial
sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi
masing-masing. Artinya tugas sekolah adalah menyiapkan anak-anak untuk
kehidupan masyarakat melalui pembelajaran yang di arahkan untuk mengasah
potensi mereka dengan sikap disiplin.
1
Sudah menjadi kesadaran bersama bahwa peningkatan mutu pendidikan
melalui disiplin merupakan salah satu tuntutan kebutuhan bangsa. Berbagai
upaya sudah dilakukan oleh pemerintah untuk memenuhi tuntutan kebutuhan
tersebut, diantaranya adalah dengan di canangkannya Gerakan Disiplin
Nasional (GDN). Mengenalkan ide-ide dan pendekatan serta cara-cara baru
dengan restrukturisasi dan rekayasa ulang, merupakan perwujudan dari upaya
tersebut, kesemuanya itu di satukan dalam bentuk manajemen strategi dalam
pembinaan disiplin siswa di sekolah.2
Membahas tentang kedisiplinan maka tidak dapat lepas dengan
hukuman. Pada pokoknya segala hukuman diberikan karena ada kesalahan dan
bertujuan agar siswa jangan berbuat salah lagi, dengan demikian mengandung
nilai positif. Menghukum tidak sama dengan balas dendam atau bertindak
sewenang-wenang. Pemberian hukuman dalam upaya penegakan disiplin
memang perlu, apalagi hukuman kadang-kadang kurang efektif dari ganjaran
yang perlu di ambil.
Prinsip hukuman adalah menghilangkan kenyamanan siswa melakukan
kesalahan, dengan cara memberikan hukuman-hukuman jasmani ataupun
resiko tidak nyaman secara langsung jika siswa melakukan kesalahan tersebut.
Sebuah tindakan yang di ambil oleh seorang guru untuk menghilangkan
perilaku negatif siswa dengan maksud tindakan hukuman itu memberikan efek
jera pada perilaku negatif tersebut sehingga perilaku negatif tidak muncul lagi.
Efek jera tidak selalu bersifat negatif. Efek jera ini bisa saja hukuman
positif, tetapi ia adalah hal yang tidak di sukai oleh siswa untuk di jalankan
sehingga siswa merasa lelah menjalankannya. Efek jera bisa muncul jika
2
hukuman yang di berikan bersifat menekan dan siswa sangat tidak nyaman
berada dalam posisi terhukum.3
Hukuman sebaiknya bersifat pembelajaran yang berarti ada nuansa
belajar dalam setiap kebijakan hukuman yang di berikan guru kepada
siswanya. Dengan demikian, sebaiknya dalam memberi hukuman ada
kandungan aspek pembelajaran bagi siswa. Misalnya menghukum siswa
dengan memberikan tugas.4
Dalam arti luas, disiplin mencakup setiap macam pengaruh yang
ditujukan untuk membantu siswa agar mereka dapat memahami dan
menyesuaikan diri dengan tuntutan yang mungkin ingin ditujukan siswa
terhadap lingkungannya. Jadi, menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk
mengurangi kebebasan dan kemerdekaan peserta didik, namun sebaliknya
ingin memberikan kemerdekaan yang lebih besar kepada peserta didik dalam
batas-batas kemampuannya.5
Berkaitan dengan teori di atas, bahwa di suatu sekolah negeri ada
sebagian peserta didiknya banyak yang kurang disiplin belajar ketika proses
belajar mengajar berlangsung, itupun karna dari peserta didiknya yang kurang
bertanggung jawab dalam proses pendidikannya.
Di SMPN 1 Pademawu Pamekasan merupakan salah satu sekolah negeri
yang sudah di teliti bahwa di sekolah tersebut sebagian besar peserta didik
kurang disiplin dalam belajar seperti halnya sering terlambat ke sekolah. Hal
tersebut, bisa mempengaruhi proses pembelajarannya. Meskipun kepala
3
Mamiq Gaza, Bijak Menghukum Siswa,(Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA. 2012), hlm. 106
4
Ibid, hlm. 107 5
sekolah yakni bapak Drs. Sugiarto, M.Pd sudah menekankan dalam rangka
meningkatkan disiplin dan rasa tanggung jawab siswa di sekolah, kepala
sekolah dan guru-guru yang lain menyatakan peraturan dan konsekuensinya
bila siswa melanggarnya, konsekuensinya ini dilakukan secara bertahap di
mulai dari peringatan, teguran, disuruh menghadap kepala sekolah serta
dilaporkan kepada orang tuanya tentang pelanggaran yang dilakukannya di
sekolah. Pembinaan mental ini dapat dilakukan melalui sanksi yang
berjenjang.
Sehingga dengan ini saya mengangkat judul tentang: “Penerapan
Hukuman Dalam Membentuk Kedisiplinan Belajar Siswa di SMPN 1
PademawuPamekasan”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan konteks penelitian diatas maka fokus yang dapat diajukan
oleh peneliti dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pemberian hukuman dilakukan dalam membentuk
kedisiplinan belajar siswa di SMPN 1 Pademawu Pamekasan?
2. Bagaimana keterlibatan guru pada penerapan hukuman dalam membentuk
kedisiplinan belajar siswa di SMPN 1 Pademawu Pamekasan?
3. Bagaimana kendala yang dihadapi guru pada penerapan hukuman dalam
membentuk kedisiplinan belajar siswa di SMPN 1 Pademawu Pamekasan?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pemberian hukuman dilakukan dalam membentuk
kedisiplinan belajar siswa di SMPN 1 Pademawu Pamekasan.
2. Untuk mengetahui keterlibatan guru pada penerapan hukuman dalam
3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi guru pada penerapan hukuman
dalam membentuk kedisiplinan belajar siswa di SMPN 1 Pademawu
Pamekasan.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi SMPN 1 Pademawu Pamekasan penelitian ini diharapkan dapat
menjadi salah satu masukan dan sumbangan pemikiran bagi upaya
pengembangan ilmu pendidikan, terutama penerapan hukuman pada
kedisiplinan belajar bagi siswa.
2. Bagi STAIN Pamekasan hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan
pustaka bagi mahasiswa – mahasiswi dan juga berguna serta efektif yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengaplikasikan untuk guru
sanksi yang di berikan tersebut dapat menyadarkan siswa maupun
pendidik khususnya di STAIN sendiri.
3. Bagi Peneliti hasil penelitian ini akan menjadi salah satu pengalaman yang
berharga dan dapat menambah khasanah keilmuan yang berguna bagi
kehidupan nanti.
E. Definisi Istilah
Agar tidak terjadi bias pemahaman, maka perlu di pandang untuk
memberikan pembatasan istilah sebagai penegasan judul di atas, yaitu
1. Penerapan hukuman adalah suatu kegiatan untuk memberikan hukuman
terhadap siswa yang melanggar tata tertib atau aturan di sekolah.
2. Kedisiplinan belajar adalah kesadaran siswa dalam mentaati semua
6
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Hukuman 1. Pengertian Hukuman
Pengertian hukuman ialah memberikan atau mengadakan nestapa
atau penderitaan dengan sengaja kepada anak didik dengan maksud agar
penderiataan tersebut betul-betul dirasakannya, dengan demikian hukuman
merupakan alat pendidikan istimewa, sebab membuat anak didik
menderita.1
Dalam hal pemberian hukuman ini, paling tidak ada dua prinsip
dasar mengapa diadakan.
a. Hukuman diadakan karena adanya pelanggaran, adanya kesalahan
yang di perbuat.
b. Hukuman diadakan dengan tujuan agar tidak terjadi pelanggaran.
Bentuk hukuman itu sendiri berupa: hukuman badan, hukuman
perasaan (diejek, dipermalukan, dimaki). Hukuman intelektual tampaknya
lebih baik dilakukan (tetapi tergantung tujuannya). Sebaiknya hukuman
badan dan perasaan terkadang bisa mengganggu hubungan kasih sayang
antara pendidik dengan anak didik. Berkenaan dengan hukuman ini ada
beberapa macam teori yang mendasarinya.2
1
Suwarno, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hlm. 115. 2
Hukuman yang baik pada dasarnya adalah sebuah konsekuensi dari
perjanjian yang dibuat bersama dengan anak, yang mana menghendaki
konsekuensi yang teguh baik pada diri orang tua, guru maupun anak atau
murid. Makna hukuman yang diberikan kepada anak sekali lagi harus
dipahami bahwa hukuman bukanlah untuk memuaskan nafsu dan emosi
tatkala melihat anak berbuat salah, dan setelah emosi itu luntur, maka
berakhirlah hukuman yang diberikan kepada anak. Oleh karena itu harus
perlu diperhatikan watak dan kondisi anak yang bersangkutan sebelum
menjatuhkan hukuman terhadapnya, memberikan keterangan kepadanya
tentang kekeliruan yang dilakukannya, dan member semangat untuk
memperbikinya melalui penerapan pemeberian hukuman atau ganjaran
serta memaafkan kesalahan-kesalahan manakala anak yang bersangkutan
telah memperbaiki dirinya.3
Keluarga sebagai lembaga pendidikan yang pertama dan utama yang
mempunyai peranan penting dalam mengembangkan potensi yang dimiliki
oleh anak secara mendasar. Ada tujuh bidang-bidang pendidikan yang
dapat dikembangkan oleh orang tua dalam rangka pendidikan keluarga,
yaitu pendidikan jasmani, psikologi, dan emosi, akhlak dan sosial anak.4 Ada guru yang sukses, ada pula yang gagal dalam mendisiplinkan
siswa. Secara kontras, banyak guru yang sukses menangani sikap siswa
yang tidak layak dengan menggunakan teknik kekuasaan yang pernah
mereka alami sendiri sebagai anak-anak. Namun, mereka guru semacam
ini mendapati dirinya berada dalam dilema karena merasa teknik tersebut
3
http://antitesisku.blogspot.com/2006/12/efektifitas-hukuman-terhadap-siswa.html. diakses tanggal 23 maret 2015.
4
terlalu keras dan cenderung menghalangi siswa untuk bertanggung jawab
pada sikap mereka.5
Membimbing dalam hal ini dapat dikatakan sebagai kegiatan
menuntun anak didika dalam perkembangannya dan arah yang sesuai
dengan tujuan pendidikan sebagai pendidik, guru harus berlaku
membimbing, dalam arti menuntun sesuai dengan kaidah yang baik dan
mengarahkan perkembangan anak didik sesuai dengan tujuan yang
dicita-citakan, termasuk dalam hal ini, yang penting ikut memecahkan
persoalan-persoalan yang dihadapi anak didik. Dengan demikian, diharapkan dapat
menciptakan perkembangan fiik maupun mental.6
Ada beberapa jenis hukuman, yaitu hukuman badan, penahanan di
kelas, dan menghilangkan privalage denda dan sanksi tertentu.
Hukuman badan misalnya memukul, menjewer, menendang,
menyubit dsb. Hukuman demikian sebaiknya tidak di pergunakan karena
hal itu terbukti tidak efektif untuk mengubah perilaku peserta didik, di
samping itu hukuman tersebut bisa menyeret seorang tenaga pendidik ke
pengadilan karena peserta didik tidak terima perlakuan tersebut.7
Penahanan di kelas adalah jenis hukuman yang diterapkan kepada
peserta didik atas pelanggaran yang dilakukan seperti, mengerjakan soal,
menyapu kelas, melakukan pekerjaan-pekerjaan di perpustakaan dan
sebagainya
5
Sudarwan Danim, Khairil, Psikologi Pendidikan, (Bandung: alfabeta, 2010), hlm. 239. 6
Sardiaman, Interaksi & Motivasi Belajara Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2011), hlm. 140.
7
Hukuman denda dikenakan kepada peserta didik sepanjang hal
tersebut dalam batas kewajaran peserta didik. Dan pembayaran denda
tersebut harus diikuti dengan pemberian kwitansi8
Ahmad Tafsir berpendapat bahwa, hukuman dalam pendidikan
memiliki pengertian yang luas, mulai dari hukuman ringan sampai pada
hukuman berat, sejak kerlingan yang menyengat sampai pukulan yang
agak menyakitkan. Sekalipun hukuman banyak macamnya, pengertian
pokok dalam setiap hukuman tetap satu, yaitu adanya unsur yang
menyakitkan, baik jiwa ataupun badan.9Pada tahap ini perilku anak di dasarkan kepada konsekuensi fisik yang akan terjadi. Artinya, anak hanya
berfikir bahwa perilaku yang benar itu adalah perilaku yang tidak akan
mengakibatkan hukuman. Dengan demikian, setiap peraturan harus di
patuhi agar tidak menimbulkan konsekuensi negatif.10
Pandangan lain terhadap hukuman ialah memberikan atau
mengadakan nestapa atau penderitaan dengan sengaja kepada anak yang
menjadi asuhan kita dengan maksud supaya penderitaan itu betul-betul
dirasainya, untuk menuju ke arah perbaikan.11
Dampak lain dari penggunaan hukuman adalah perasaan tidak
nyaman pada anak karena harus menanggung hukuman yang diberikan
orang tuanya jika ia melanggar batasan yang ditetapkan. Tidak
mengherankan jika banyak anak memiliki persepsi bahwa disiplin itu
adalah identik dengan penderitaan.
8
Ibid. halm.105 9
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 186.
10
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Goup,2007). hlm . 281.
11
Akibatnya tidak sedikit orang tua membiarkan anak-anak “bahagia”
tanpa disiplin. Tentu saja hal ini merupakan suatu kekeliruan besar, karena
di masa-masa perkembangan berikutnya maka individu tersebut akan
mengalami berbagai masalah dan kebingungan karena tidak mengenal
aturan bagi dirinya sendiri. Anak didik dan pendidik adalah dua unsur
pokok yang harus ada dalam proses pendidikan. Peranan pendidik adalah
penting karena keterlibatannya dalam bimbingan aktivitas-aktivitas di
sekolah yang mengacu kepada tujuan-tujuan yang di idam-idamkan.12 Efesiensi dalam hukuman yaitu teguran yang sederhana dan
reaksi-reaksi lain yang bertujuan tercapainya perubahan tingkah laku siswa yang
lebih efektif dari pada ancaman hukuman yang berat. Anak didik dan
pendidik adalah dua unsur pokok yang harus ada dalam proses pendidikan.
Peranan pendidik adalah penting karena keterlibatannya dalam bimbingan
aktivitas-aktivitas disekolah yang mengacu kepada tujuan-tujuan yang
diidam-idamkan.13
Membahas tentang disiplin maka tidak dapat lepas dengan hukuman.
Pada pokoknya segala hukuman diberikan karena ada kesalahan bertujuan
agar siswa jangan berbuat salah lagi, dengan demikian mengandung nilai
positif. Menghukum tidak sama dengan balas dendam atau betindak
sewenang-wenang. Pemberian hukuman dalam upaya penegakan disiplin
memang perlu, kendatipun kadang-kadang hukuman kurang efektif dari
ganjaran yang perlu diambil. Karena itu hukuman yang diberikan kepada
peserta didik yang melanggar peraturan hendaknya memperhatikan
prinsip-prinsip sebagai berikut:
12
Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2007). hlm. 220..
13
a. Hukuman diberikan secara hormat
b. Berikan kejelasan/alasan mengapa hukuman diberikan
c. Hindarkan pemberian hukuman pada saat marah atau emosional d. Hukuman hendaknya diberikan pada awal kejadian dari pada akhir
kejadian
e. Hindari hukuman yang bersifat badaniyah atau fisik
f. Jangan menghukum kelompok/kelas apabila kesalahan dilakukan oleh seseorang
g. Jangan memberi tugas tambahan sebagai hukuman h. Yakini bahwa hukuman sesuai dengan kesalahannya i. Pelajari tipe hukuman yang diizinkan oleh sekolah j. Jangan menggunakan standar hukuman ganda k. Jangan mendendam
l. Konsisten dengan pemberian hukuman
m. Jangan mengancam dengan ketidak mungkinan n. Jangan memberikan hukuman berdasarkan selera14
Dapat disimpulkan bahwa hukuman adalah jalan terakhir dan harus
dilakukan secara terbatas dan tidak menyakiti anak didik.Tujuan utama
dari pendekatan ini adalah untuk menyadarkan peserta didik dari
kesalahan-kesalahan yang ia lakukan. Manfaat hukuman dalam pendidikan
ditujukan untuk memperoleh perbaikan dan pengarahan,bukan
semata-mata untuk membalas dendam, oleh karena itu orang Islam
menganjurkan untuk mengetahui tabiat dan perangai anak-anak sebelum
menjatuhkan hukuman kepada mereka, sebagaimana mereka ingin
mendorong mereka ikut aktif dalam memperbaiki kesalahan mereka
sendiri, dan untuk ini mereka melupakan kesalahan mereka sendiri, dan
untuk ini mereka melupakan kesalahan anak – anak dan tidak membeberkan rahasia mereka.
14
2. Pandangan Islam Tentang Hukuman
Al-Qur’an telah menentukan perilaku mana yang pantas menerima ganjaran atau hukuman. Ganjaran di berikan atas ketepatan yang di capai,
sedangkan hukuman di berikan atas kesalahan yang di lakukan. Al-Qur’an
dalam menetapkan hukuman sesuai dengan kesalahan yang di lakukan,
jika efek dan mudarat pelanggarannya ringan, pertanggung jawabannya di
serahkan kepada Allah, tetapi jika pelarannya berkaitan dengan maslahat
orang banyak, hukumanya di samping menjadi prerogatif tuhan juga di
laksanakan di dunia. Hukuman di lakukan untuk meluruskan perilaku
ketika cara lain tidak dapat memberikan pengaruh. Cara ini di hadapkan
dapat memberikan bentuk moral yang baik terhadap peserta didik.
Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa sebelum mejatuhi hukuman atau memberi
pujian terlebih dahulu memberikan peringatan, karena jika tujuan akhir
hukuman untuk memperbaiki kesalahan peserta didik, sebagai wasilahnya
adalah dengan menjanjikan kesenangan agar melaksanakan anjuran,
menjanjikan ancaman agar meninggalkan larangan, memeberikan nasehat
untuk meninggalkan kehilafan, dan lain-lain. karena jika tujuan akhir
hukuman untuk memperbaiki kesalahan dalam memberikan ganjaran
sesuai dengan kemaslahatan kehidupan. Tetapi, dalam memberikan
hukuman di pilihkan yang paling ringan jika kesalahan tersebut ternyata
terulang lagi, hukumannya di sesuaikan dengan kondisi untuk menjadikan
manusia dapat memperbaiki kesalahan bukan merasakan pahit dan
beratnya hukuman.15 Sebagaimana firman Allah yang yang tercantum dalam al-qur’an suratQ.S. An-Najm: 31 yang berbunyi:
15
اﻮُﻠِﻤَﻋ ﺎَﻤِﺑ اوُءﺎَﺳَأ َﻦﯾِﺬﱠﻟا َيِﺰْﺠَﯿِﻟ ِضْرﻷا ﻲِﻓ ﺎَﻣَو ِتاَوﺎَﻤﱠﺴﻟا ﻲِﻓ ﺎَﻣ ِﮫﱠﻠِﻟَو
Artinya: Dan Hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi supaya dia memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka
kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang
berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (syurga) (31) (Yaitu)
mereka yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji, kecuali
kesalahan-kesalahan kecil. Sungguh, Tuhanmu Mahaluas
ampunan-Nya. Dia mengetahui tentang kamu, sejak dia menjadikan kamu dari
tanah lalu ketika kamu masih janin dalam perut ibumu. Maka
janganlah kamu menganggap dirimu suc. Dia mengetahui tentang
orang yang bertakwa (32).(Q.S. An-Najm: 31-32)16
Untuk membuat anak jera hendaknya para pendidik atau guru
mempergunakan cara-cara yang dapat menjauhkan anak melakukan
perbuatan tidak baik yang dilakukan dalam bentuk persuasif dan
kekeluargaan. Bila guru ingin mencegah anak berbuat buruk lebih baik
menggunakan cara-cara yang membiarkan mereka seolah-olah tidak di
perhatikan, bukan cara langsung menegurnya dengan keras atau kasar.
Bahkan mereka di perlakukan dengan kasih sayang, karena dengan
demikian, anak tidak akan selalu berperilaku buruk.17
16
Al-Qur’anTerjemahan, (Semarang, Jasa Media Utama 1997) An-Najm:31.
17
B. Tinjauan Tentang Kedisiplinan Belajar 1. Pengertian Kedisiplinan Belajar
Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan
suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan,
perintah, dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah
sikap mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa
pamrih. Disamping mengandung arti taat dan patuh pada peraturan,
disiplin juga mengandungarti kepatuhan kepada perintah pemimpin,
perhatian dan control yang kuat terhadap pengguaan waktu, tanggung
jawab atas tugas yang diamanahkan, serta kesungguhan terhadap bidang
keahlian yang ditekuni. Islam mengajarkan agar benar-benar
memperhatikan dan mengaplikasikan nilai-nilai kedisiplinan dalam
kehidupan sehai-hari untuk membangun kualitas kehidupan masyarakat
yang lebih baik.18
Hasil disiplin memang menyakitkan untuk jangka pendek, tetapi
sesungguhnya menguntungkan untuk jangka panjang. Alasan orang tua
tidak suka mendisiplinkan anak adalah menyakitkan dalam jangka pendek.
Kita bersimpati padfa perasaan anak ketika di disiplinkan untuk bangun
dan mandi pagi, misalnya. Semua disiplin tampak lebih banyak
menyakitkan ketimbang menyenangkan anak, tewtapi disiplin akan
memberikan hasil yang menguntungkan kehidupan anak di kemudian
hari.19
Dalam arti yang luas, disiplin mencakup setiap macam pengaruh
yang ditujukan untuk membantu siswa agar mereka dapat memahami dan
18
Ngainum Naim, Character Building,(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 142-143. 19
menyesuaikan diri dengan tuntutan yang mungkin ingin ditujukan siswa
terhadap lingkungannya. Dengan disiplin siswa diharapkan bersedia
tunduk dan mengikuti peraturan tertentu dan menjauhi larangannya.20 Penanaman disiplin sejak dini dilandasi oleh kenyataan bahwa
disiplin mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengarahkan
kehidupan manusia untuk mencapai cita-cita. Tanpa adanya disiplin, maka
seseorang tidak mempunyai patokan tentang apa yang baik dan buruk
dalam tingkah lakunya. Akan tetapi, perlu dicatat bahwa disiplin
semata-mata tidak cukup untuk menjamin tercapainya cita-cita untuk dapat hidup
dengan baik. Sebab, disiplin semata-mata akan dapat mematikan daya
kreasi maupun inisiatif seseorang, sehingga pada akhirnya seseorang
hanya akan berbuat seuatu apabila diperintah. Disiplin yang terlalu ketat
mungkin akan menyebabkan kesempitan dalam daya berfikir.21
Sekolah yang tertib, aman, dan teratur merupakan persyaratan agar
siswa dapat belajar secara optimal. Kondisi semacam ini dapat terjadi jika
disiplin disekolah berjalan dengan baik. Kedisiplinan siswa dapat
ditumbuhkan jika iklim sekolah menunjukkan kedisiplinan. Siswa baru
akan segera menyesuaikan diri dengan situasi sekolah. Jika situasi sekolah
disiplin, siswa akan ikut disiplin. Kepala sekolah memegang peran penting
dalam membentuk disiplin sekolah, mulai dari merancang, melaksanakan
dan menjaganya.22
20
Sri Minarti, Manajemen Sekolah Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm. 192.
21
Ibid. hlm. 145-146. 22
2. Pembinaan Disiplin Belajar
Menegakkan disiplin belajar tidak bertujuan untuk mengurangi
kebebasan dan kemerdekaan siswa akan tetapi sebaliknya ingin
memberikan kemerdekaan yang lebih besar kepada siswa dalam
batas-batas kemampuannya. Akan tetapi juga kalau kebebasan siswa terlampau
dikurangi atau dikekang dengan peraturan maka siswa akan berontak dan
mengalami frustasi dan kecemasan.23
Alasan mendisiplinkan adalah untuk mengekpresikan rasa cinta.
Salah satu cara yang paling kuat dalam mencintai anak kita adalah
konsisten dalan disiplin kita. Ini merupakan sesuatu yang tidak mudah
karena dengan berdisiplin, anak sering tidak bersikap bersahabat dengan
kita.24
3. Tujuan Disiplin
Tujuan mendisiplinkan adalah mengajarkan kepatuhan. Ketika kita
melatih anak untuk mengalah, kita sedang mengajar mereka melakukan
sesuatu yang benar untuk alasan yang tepat. Pada awalnya, disiplin yang
terbentuk bersifat eksternal (karena diharuskan orang tua/lingkungan luar),
tetapi kemudian menjadi sesuatu yang internal, menyatu kedalam
kepribadian anak sehingga disebut sebagai disiplin diri.cara orang tua
mengatur bagaimana anak berbicara dan bertindak terhadap orang lain
perlu menjadi bagian dari diri anak sendiri sehingga ketika orang tua
menghapus peraturan-peraturannya, perilaku akan terus menetap.25
23
Ibid. 93-94 24
Ngainun Naim, Character Building, hlm. 144 25
C. Tinjauan Tentang Penerapan Hukuman Dalam Membentuk Kedisiplinan Belajar Siswa
1. Tahapan untuk membantu mengembangkan disiplin yang baik
Ada beberapa langkah untuk membantu mengembangkan disiplin
yang baik, yaitu sebagai berikut:
a. Perencanaan
Ini meliputi membuat aturan dan prosedur, dan menentukan konsekuen
untuk aturan yang dilanggar. Jauh sebelum siswa datang, guru harus
mencoba meramalkan organisasi apa yang diperlukan dan menentukan
bagaimana merespon masalah yang tak terelakkan.
b. Mengajar siswa bagaimana mengikuti aturan
Pekerjaan ini harus dimulai pada hari pertama masuk kelas. Hasil dari
penelitian yang kita bahas dalam bab ini menunjukkan bahwa beberapa
minggu pertama dalam kelas adalah masa kritis dalam
mengembangkan pola-pola disiplin yang efektif dan komunikasi yang
baik antara guru dan siswa. Dalam rangkaian sistem pengelolaan kelas
yang sukses, guru harus mempertahankan disiplin dan komunikasi
yang baik. Salah satu cara yang terbaik adalah mencegah masalah dari
semua kejadian.
c. Merespon secara tepat dan kontruktif ketika masalah timbul (seperti
yang selalu guru lakukan)
Apa yang kita lakukan, ketika siswa menantang kita secara terbuka
dimuka kelas, ketika seorang siswa menanyakan kita bagaimana
yang mencontek ketika seorang siswa hilang dan tidak mau
berpartisipasi.26
Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus dikembangkan oleh
guru dalam pembinaan disiplin guna terlaksananya tata tertib dengan baik
antara lain yaitu :
a. Mengadakan perencanaan secara kooperatif dengan murid-murid yaitu demi terjaminnya hak dan kewajiban masing-masing dan demi tercapainya tujuan bersama.
b. Mengembangkan kepemimpinan dan tanggung jawab kepada murid-murid.
c. Membina organisasi dan prosedur kelas secara demokratis. d. Mengorganisir kegiatan kelompok besar maupun kecil.
e. Memberi kesempatan untuk berdiri sendiri, berpikir kritis terutama mengemukakan dan menerima pendapat.
f. Memberi kesempatan untuk mengembangkan kepemimpinan dan kerja sama.
g. Menciptakan kesempatan untuk mengembangkan sikap yang diinginkan secara sosial psikologis.27
Di dalam proses balajar mengajar, disiplin terhadap tata tertib
sangat penting untuk diterapkan, karna dalam suatu sekolah tidak memiliki
tata tertib maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan lancar
sesuai dengan rencana. Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan
bahwa : ”Peraturan tata tertib merupakan sesuatu untuk mengatur prilaku
yang diharapkan terjadi pada diri siswa. Antara peraturan dan tata tertib
merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sebagai
pembentukan disiplin siswa dalam mentaati peraturan di dalam kelas
maupun diluar kelas.28]
26
Eka. Manajement Peserta Didik, hlm. 95
27
Subari, Supervisi Pendidikan, (Dalam Rangka Perbaikan Situasi B) (Jakarta: Bina Aksara,1994), hlm. 168.
28
2. Teknik Pembinaan Disiplin
a. Teknik Inner Control
Teknik ini sangat disarankan untuk digunakan guru-guru dalam
membina disiplin peserta didiknya. Teknik ini menumbuhkan
kepekaan atau penyadaran akan tata tertib dari pada akhirnya disiplin
harus tumbuh dan berkembang dari dalam peserta didik itu sendiri (self
dicipline). Dengan kata lain peserta didik diharapkan dapat
mengendalikan dirinya sendiri.
b. Teknik External Control
Teknik External Control yaitu mengendalikan diri dari luar berupa
bimbingan dan penyuluhan. Teknik ini dalam menumbuhkan disiplin
cenderung melakukan pengawasan (yang kadang perlu diperketat dan
kalau perlu menjatuhkan hukuman terhadap setiap pelanggaran).
c. Teknik Cooperative Control
Dengan teknik ini, pembinaan disiplin kelas dilakukan dengan bekerja
sama guru dengan peserta didik dalam mengendalikan situasi kelas
kearah terwujudnya tujuan kelas yang bersangkutan. Dimana guru
dengan peserta didik saling mengontrol satu sama lain terhadap
pelanggaran tata tertib. Yang perlu diperhatikan oleh guru dalam
proses pembinaan disiplin kelas adalah perbedaan-perbedaan
individual peserta didik dalam kesanggupan mengadakan mawas diri
(introspeksi diri) dan mengendalikan dirinya (self control). Oleh
menetralisir teknik Inner Control (yang menuntut kedewasaan) dan
eksternal control (yang menganggap peserta didik belum dewasa).29
3. Penanggulangan Pelanggaran Disiplin Belajar
Penanggulangan pelanggaran disiplin belajar perlu dilaksanakan
secara penuh kehati-hatian, demokratis, dan edukatif. Cara-cara
penanggulangan dilaksanakan secara bertahap dengan tetap
memperhatikan jenis gangguan yang ada dan siapa pelakunya, apakah
dilakukan oleh individu atau kelompok. Langkah tersebut mulai dari
tahapan pencegahan sampai pada tahapan penyembuhan, dengan tetap
bertumpu penekanan substansinya bukan pada pribadi peserta didik. Di
samping itu juga harus tetap menjaga perasaan kecintaan terhadap peserta
didik bukan karena rasa benci atau emosional. Namun demikian perlu
disadari benar bahwa disiplin sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya faktor lingkungan siswa seperti lingkungan rumah. Oleh
karena itu, guru juga menjalin kerja sama dengan orang tua siswa, agar
kebiasaan disiplin di sekolah yang hendak dipelihara itu semakin tumbuh
subur.30
Untuk melakukan disiplin terhadap tata tertib dengan baik, maka
guru bertanggung jawab menyampaikan dan mengontrol berlakunya
peraturan dan tata tertib tersebut. Dalam hal ini staf sekolah atau guru
perlu terjalinnya kerja sama sehingga tercipta disiplin kelas dan tata tertip
kelas yang baik tampa adanya kerja sama tersebut dalam pembinaan
disiplin sekolah maka akan terjadi pelanggaran terhadap peraturan dan tata
tertip sekolah serta terciptanya suasana balajar yang tidak diinginkan.
29
Eka. Manajement Peserta Didik, hlm. 96 30
Dengan demikian untuk terciptanya disiplin yang harmonis dan
terciptanya disiplin dari siswa dalam rangka pelaksanaan peraturan dan
tata tertib dengan baik, maka di dalam suatu lambaga atau lingkungan
sekolah perlu menetapkan sikap disiplin terhadap siswa, agar tercipta
proses belajar mengajar yang baik. Disiplin merupakan bagian dari proses
berkelanjutan pengajaran atau pendidikan. Sebagai guru, kami memahami
bahwa tidak ada satu metode yang digunakan pendidik siswa kami,
melainkan, kita bergantung pada sejumlah strategi dan pendekatan untuk
mencapai atau mengajar populasi ng sangat beragam dengan berbagai
kemampuan dan kebutuhan sosial emosional. Tidak ada satu pendekatan
yang berlaku pada setiap siswa. Kadang-kadang terjadi ketika semua siswa
menanggapi prosedur disiplin dengan cara yang serupa. Tetapi pada
umumnya, pendekatan harus dilakukan agar sesuai dengan usia dan
kepribadian setiap siswa. Selain itu, sejumlah guru merasa lebih nyaman
dengan satu pendekatan disiplin dari pada pendekatan yang lain.31
D. Kajian Penelitian Terdahulu
Untuk memberikan pemahaman yang lebih luas pada penelitan ini,
penulis perlu paparkan terlebih dahulu mengenai penelitian yang pernah
dilakukan sebelumnya untuk mengetahui letak persamaan dan perbedaan serta
pengembangan keilmuan manusia. Salah satu hasil penelitian yang dilakukan
penulis dengan hasil penelitian sebelumnya bagian tersebut dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Abdurrahman 2013, Penerapan Reward dan Panishment Dalam
Meningkatkan Semangat Belajar Siswa di SDI-Terpadu Al-azhar
31
Kelurahan Kowel Kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan. Skripsi,
STAIN Pamekasan Jurusan Tarbiyah.32
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: dalam memberikan Reward
dan Punishment di SDI-terpadu Al-azhar kelurahan kowel pamekasan
tidak luput dari siswa yang melakukan perbuatan yang berkaitan dengan
reward dan punishment tersebut. Adapun bentuk-bentuk reward dan
punishment yang digunakan di SDI-Terpadu Al-azhar kelurahan kowel
kecamatan/kabupaten pamekasan ketika ada siswa yang menunjukkan
prestasinya maka dengan seketika siswa langsung diberi reward oleh guru,
sedangkan ketika melakukan pelanggaran maka akan ada hukumannya
panishment. Adapun dalam pemberian Punishment yaitu ketika ada siswa
yang melakukan pelanggaran sebaik itu di dalam pembelajaran maupun
sikap tingkah laku seperti yang sering digunakan seperti mengingatkan
atau memberi peringatan-peringatan, memberikan tugas tambahan,
menerangkan pelajaran, ataupun melanggar ketertiban dan memberikan
pengarahan-pengarahan. Adapun penerapan Panisment yang di tetapkan
SDI-Terpadu Kelurahan Kowel Kecamatan/Kabupaten Pamekasan tidak
lain hanya untuk tidak mengulangi pelanggaran yang sudah siswa perbuat
atau mencegah siswa tersebut tidak melakukan suatu hal yang membuat
dirinya rugi terhadap dirinya sendiri dan dengan begitu siswa tidak
melakukanhal tersebut dan sadar akan akibatnya.
Letak perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang
sekarang adalah pada cara yang digunakan penelitan terdahulu dalam
menerapkan hukuman yaitu dengan cara memberikan tugas tambahan dan
32
disuruh menerangkan pelajaran didepan sehingga siswa kapok dengan
perbuatan yang dilakukannya dan tidak mengulanginya lagi. Sedangkan
penelitian yang sekarang penerapan hukuman yaitu dengan cara berdiri
didepan kelas, dipanggil keruang BK dan mengejakan tugas tambahan.
2. Fathor Rahem, 2011, Implementasi Hukuman Edukatif di MTs Sunan Giro
Lobuk Bluto Sumenep,Skripsi, STAIN Pamekasan Jurusan Tarbiyah.33 Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Implementasi Hukuman
Edukatif di MTs Sunan Giri Lobuk Bluto Sumenep menerapkan hukuman
pendekatan. Artinya siswa hanya diberikan arahan untuk tidak
melaksanakan pelanggaran. Ada beberapa tindak lanjut yang diterapkan
dalam hukuman tersebut diantaranya adalah: (a) ketika siswa melakukan
pelanggaran guru memanggil yang bersangkutan kemudian memberikan
arahan yang tepat. (b) namun jika kesalahan itu terulang lagi dan yang
melakukannya adalah tetap siswa yang pertama, maka guru memanggil
kembali dan di konsultasikan dengan Kepala Sekolah. (c) jika hal itu
terulang kembali sampai tiga kali, maka pihak sekolah memberikan surat
panggilan kepada orang tua yang bersangkutan.
Adapun bentuk hukuman edukatif yang bisa menjadi implementasi
pendidikan di MTs Sunan Giri Lobuk Bluto Sumenep. (a) bentuk isyarat,
usaha pembetulan kita lakukan dalam bentuk isyarat muka isyarat anggota
badan lainnya. (b) bentuk kata, kata yang dapat berisi kata-kata peringatan,
kata-kata teguran dan akhirnya kata-kata ancaman. (c) bentuk perbuatan,
usaha pembetulan adalah lebih berat dari usaha sebenarnya.
33
Letak perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang
sekarang adalah tetntunya lokasi penelitiannya berbeda serta fokus
penelitiannya juga berbeda sedangkan persamaannya adalah sama-sama
terfokus pada siswa suatu hukuman serta juga mempertimbangkan terlebih
dahulu ketika memberikan suatu sanksi.
3. Agus Rohman Prasetyo, 2012, Pengaruh Metode HukumanTerhadap
Motivasi Dan Kedisiplinan Belajar Al-Qur’an Hadist Siswa-Siswi Kelas X
di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Trenggalek, Skripsi, STAIN
Tulungagung, Jurusan Tarbiyah.34
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pengaruh Metode Hukuman
Terhadap Motivasi Dan Kedisiplinan Belajar Al-Qur’an Hadist Siswa -Siswi Kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Trenggalek ini dilatar
belakangi oleh sebuah fenomena bahwa metode pemberian hukuman
dalam proses pendidikan dapat mempengaruhi motivasi dan kedisiplinan
belajar Al-Qur’an Hadist siswa. Dalam hal ini menghubungkan masalah
metode hukuman yang diterapkan dengan motivasi dan kedisiplinan
belajar.
Adapun hasil penelitian: a). Metode hukuman yang diterapkan baik
dan membimbing. b). Metode hukuman yang diterapkan mempengaruhi
motivasi belajar siswa namun sangat lemah sehingga dianggap tidak ada.
c). Motivasi belajar siswa lebih meningkat dengan adanya metode
hukuman namun sangat lemah. d) Metode hukuman yang diterapkan
mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa namun sangat lemah. e)
34
Motivasi belajar siswa lebih meningkat dengan adanya metode hukuman
namun sangat lemah.
Letak perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang
sekarang adalah tetntunya lokasi penelitiannya berbeda serta fokus
penelitiannya juga berbeda sedangkan persamaannya adalah sama-sama
terfokus pada siswa suatu hukuman serta juga mempertimbangkan terlebih
26
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif.
Menurut Bogdan dan Taylor bahwa pendekatan kualitatif merupakan
proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang beruap kata-kata
tulisan atau lisan dari orang dan perilaku yang dapat diamati.1
Selain definisi di atas, Denzin dan Lincoln mendefinisikan bahwa
penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah,
dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan
jalan melibatkan berbagai metode yang ada.2
Adapun jenis penelitiannya, peneliti menggunakan jenis penelitian
deskriptif. Menurut Arikunto penelitian deskriptif adalah penelitian yang
dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lainnya
sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan
penelitian. Peneliti deskriptif ini digunakan karena dalam penelitian ini
peneliti tidak melakukan apa-apa terhadap objek atau wilayah yang diteliti,
dalam artian peneliti tidak mengubah, menambah, atau mengadakan
manipulasi terhadap objek atau wilayah penelitian. Dalam kegiatan
penelitian ini, peneliti hanya memotret apa yang terjadi pada wilayah yang
1
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 4.
2
diteliti, kemudian memaparkan apa yang terjadi dalam bentuk laporan
penelitian secara lugas, seperti apa adanya.
B. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti di lapangan merupakan salah satu langkah penting
dalam penelitian kualitatif. Kehadiran peneliti selama kurang lebih dua
bulan lapangan untuk memperoleh data atau informasi yang dibutuhkan
peneliti sesuai dengan tujuan penelitian. Pada tahap awal penelitian
dilakukan di SMPN 1 Pademawu Pamekasan ini, peneliti mendatangi
kepala madrasah untuk meminta izin kepada kepala madrasah tentang
penelitian untuk mengetahui informasi tentang penerapan hukuman pada
kedisiplinan belajar siswa tersebut, kemudian mengumpulkan data sesuai
dengan waktu kosong subyek penelitian.
Sedangkan prosedur penelitian yang peneliti tempuh ke lapangan
penelitian menggunakan prosedur purposif yakni dimulai dari kepala
sekolah SMPN 1 Pademawu Pamekasan sebagai orang yang paling
dominan dalam melakukan penelitian. Kemudian kepada guru yang
mengajar dan murid sebagai orang yang paling berperan pada masalah
penelitian dan memberitahukan tentang penelitian ini, kemudian yang
terakhir pengumpulan data yang ada.
Peneliti dalam hal ini bertindak sebagai instrumen atau pengumpul
data dengan melakukan observasi dan wawancara. Maka peneliti disini
bertindak sebagai kunci sekaligus pengumpul data. Dengan melakukan
observasi, peneliti dapat mengetahui dan mehami gambaran yang otentik
C. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, kehadiran peneliti merupakan salah satu
langkah yang sangat penting dalam penelitian pendekatan kualitatif.
Keterlibatan langsung peneliti terhadap subjek penelitian dalam rangka
memperoleh data yang akurat yang dibutuhkan oleh peneliti sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti. Pada tahap awal penelitian di
SMPN 1 Pademawu Pamekasan dalam penellitian ini, peneliti bertindak
sebagai instrumen atau pengamat penelitian, dengan begitu peneliti
bertindak sebagai pelaksana pengumpulan data, penganalisis data dan
penafsiran data yang pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian
mengenai informasi yang telah diperoleh. Kehadiran peneliti selama
kurang lebih dua bulan di lapangan untuk memperoleh informasi atau
seperangkat data yang dibutuhkan penelitian sesuai dengan tujuan
penelitian. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Pademawu
Pamekasan yang terletak di pamekasan. Alasan mengapa peneliti
mengambil lokasi di SMPN 1 Pademawu Pamekasan tersebut merupakan
alumni di sekolah tersebut.
D. Sumber Data
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari
mana data diperoleh. Menurut Lofland, sumber data utama dalam
penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumentasi lainnya.3
Jadi sumber data dalam penelitian ini adalah guru, kepala sekolah
dan siswa serta dokumen yang relevan.
3
Sumber data pada penelitian ini merupakan bagian penting dalam
sebuah penelitian, karena data merupakan salah satu syarat untuk
membentuk suatu rangkaian permasalahan yang terkait dengan penelitian
yang akan dikaji, data yang dimaksud dapat diperoleh melalui wawancara
dengan kepala sekolah, waka kurikulum, guru Pendidikan Agama Islam,
dan siswa, sehingga nantinya data yang diperoleh akan dirumuskan dalam
bentuk transkip wawancara dan catatan pengamatan.
E. Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian pendekatan kualitatif ini
proses pengumpulan datanya dengan cara pengamatan atau observasi,
interview/wawancara, dan dokumentasi. Adapun teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila
objek penelitian bersifat perilaku dan tindakan manusia, fenomena alam,
(kejadian-kejadian yang ada di alam sekitar), proses kerja, dan penggunaan
responden kecil.4Jenis observasi terdiri dua macam yaitu: a. Observasi Partisipan (Berperan Aktif)
Dalam Obsevasi partisipan yaitu prosedur yang dengannya
peneliti mengamati tingkah laku orang lain dalam keadaan alamiah,
tetapi peneliti tidak melakukan partisipan terhadap lingkungan yang
diamati. Dalam observasi partasipan disini peneliti terlibat langsung,
4
atau dengan kata lain peneliti itu menjadi salah satu guru atau murid
untuk lebih mengetahui terhadap kondisi yang sebenarnya.
b. Observasi Non Partisipan
Observasi Non Partisipan sangat bermanfaat karena
direncanakan dengan baik dalam memilih keadaan dari data yang
dimiliki dan dari situasi yang diamati (masalah-masalah yang
dikaitkan dengan kehadiran peneliti) 5 dalam observasi non partisipan disini peneliti tidak terlibat langsung, dengan kata lain
peneliti disini hanya sebagai pengamat responden, dalam artian
peneliti itu hanya meninjau, memperhatikan, meneliti, dan peneliti
tidak pernah menjadi salah satu guru atau murid yang ada di SMPN 1
Pademawu Pamekasan.
Dalam penelitian ini jenis observasi yang digunakan oleh peneliti
adalah observasi partisipan. Karena peneliti terlibat langsung dalam
kegiatan pemberian hukuman pada siswa yang berlangsung di SMPN 1
Pademawu Pamekasan, dan tidak mengganggu aktifitas belajar siswa.
2. Wawancara
Secara umum yang dimaksud dengan wawancara adalah cara
menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan tanya
jawab lisan secara sepihak, berhadap muka, dan dengan arah serta tujuan
yang telah ditentukan. 6 Metode wawancara adalah suatu cara mengumpulkan data yang digunakan untuk memperolah informasi
langsung dari sumbernya.7
5
Ibid, hlm. 289-290. 6
Buna’i,Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan (Pamekasan: STAIN Pamekasan Press, 2006), hlm. 101.
7
Di dalam wawancara secara garis besar ada dua macam pedoman
wawancara diantaranya:
a. Wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya
memuat garis besar yang akan dinyatakan. Tentu saja kreativitas
pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis
pedoman ini lebih banyak bergantung dari wawancara.8Wawancara tidak terstruktur atau terbuka, sering digunakan dalam penelitian pendahuluan
atau malahan untuk penelitian yang lebih mendalam tentang responden.9 b. Wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang pewawancaranya
menetapkan sendiri masalah-masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang
akan diajukan dengan tujuan mencari jawaban dari hipotesisnya.10 Namun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara tidak
terstruktur. Hal ini dilakukan untuk mempermudah peneliti pada saat
melakukan wawancara kepada Kepala Sekolah, Guru, dan Siswa.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, lengger, agenda, dan sebagainya.
Dokumentasi ini digunakan sebagai alat pembuktian untuk mendukung
suatu keterangan, penjelasan atau argumen. Sehingga keterangan tersebut
tampak jelas dengan adanya pembuktiandari dokumentasi.11
Jadi peneliti di sini menggunakan sumber manusia ataupun barang
yang dapat membantu peneliti dalam pengambilan terhadap pengumpulan
8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 227.
9
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R& D (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 140.
10
Arikunto, Prosedur Penelitian, hlm. 227. 11
data yang nantinya dibutuhkan oleh peneliti. Peneliti menggunakan sumber
manusia dalam melakukan kegiatan wawancara dan menggunakan sumber
non manusia yang nantinya berupa data guru data murid, visi misi di SMPN
1 Pademawu Pamekasan dan struktur kepengurusan sekolah.
F. Analisis Data
Dalam penelitian ini pada penelitian analisis data kualitatif
menurut Bogda dan Bikler adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, memastikannya, mencari, menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan
apa yang diceritakan kepada orang lain.12Dari pengertian di atas peneliti dapat memahami bahwa analisis data merupakan usaha peneliti dalam
mengelola data yang didapatkan dari lapangan.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.
Sugiyono mengutip pendapat Miles dan Huberman yang mengemukakan
bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif
dan berlangsung terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah
jenuh.13Metode analisis data yang dilakukan di lapangan menurut Miles dan Huberman yaitu:14
a. Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data
12
Lexy. J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Remaja Rosda Karya, 2008), hlm. 248.
13
Sugiyono, Metodologi Penelitian , hlm. 246-253. 14
berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung bahkan
sebelum data benar-benar terkumpul. Adapun tahap-tahap dalam
reduksi data ini adalah:
1. Pengecekan (Cheking)
Pengecekan data dilakukan dengan memeriksa kembali lembar
transkip wawancara, observasi dan dokumen yang ada. tujuannya
adalah untuk mengetahui tingkat kelengkapan data atau informasi
yang dibutuhkan.
2. Pengelompokan (Organizing)
Setelah mengadakan pengecekan data, maka selanjutnya
mengadakan pengorganisasian data, pengorganisasian data ini
dilakukan dengan memilah-milah atau mengklasifikasikan data
sesuai dengan arah fokus penelitian.
Dalam penelitian kualitatif ini, analisis data dilakukan secara
bersamaan dengan pengumpulan data ataupun sesudahnya, dimana
pekerjaan pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini harus di
ikuti dengan penulisan, mengklasifikasi, mereduksi, dan
menyajikan data. Analisis data tersebut ditandai dengan proses
analisis induktif dari khusus ke umum sehingga diperoleh temuan
penelitian.
3. Pemberian kode (Coding)
Pemberian kode dimaksudkan untuk menentukan data atau
informasi berdasarkan tekhnik pengumpulan data (wawancara dan
observasi). Adapun kode yang digunakan oleh peneliti dalam
Keterangan Kode :
Ww = Wawancara
OB = Observasi
DK = Dokumen
F = Fokus
F1 = Fokus 1
F2 = Fokus 2
F3 = Fokus 3
I = Informen
I1 = Kepala Sekolah
I2 = Guru BK
I3 = Kesiswaan
I4 = Guru
I5 = Siswa
T = Tempat
TI = Ruang Kepala Sekolah
T2 = Ruang BK
T3 = Ruang Guru
T4 = Kelas
b. Penyajian data, merupakan langkah selanjutnya dalam analisis data
kualitatif. Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian naratif, bagan,
tabel, dan lain sejenisnya. Penyajian data dalam bentuk-bentuk tersebut
akan memudahkan peneliti memahami apa yang terjadi dan
Penarikan kesimpulan dan verifikasi data, Penarikan kesimpulan
dilakukan manakala peneliti sudah yakin dengan temuan-temuannya.
Ketika peneliti ragu terhadap data yang diperoleh dari hasil penelitian,
maka dilakukan verifikasi data (pengecekan ulang). Penarikan kesimpulan
data dan verifikasi data ini bertujuan untuk validitas data yang telah
terkumpul di lapangan dan untuk menarik kesimpulan hasil penelitian.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam rangka untuk mengetahui data yang diperoleh peneliti absah
atau tidak, maka peneliti menggunakan beberapa cara yang dilakukan:
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan
data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu
singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada
latar penelitian. Perpanjangan keikutsertaan akan memungkinkan
peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulan.
2. Ketekunan Pengamatan
Peneliti melakukan pengamatan secara berkesinambungan
dapat memberikan perhatian secara lebih mendalam, terperinci dan
teliti terhadap sesuatu yang dipandang dominan. Hal ini berarti bahwa
peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci
secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol.
3. Triangulasi
Triangulasi adalah merupakan salah satu cara untuk
pengumpulan data secara lebih hati-hati dan cermat, serta teknik
Dalam tekhnik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai
tehnik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai
tehnik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.15Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan
triangulasi metode, yaitu peneliti berusaha membandingkan data hasil
wawancara dengan data hasil pengamatan atau dengan dokumentasi.
Selain itu, peneliti juga membandingkan data yang diperoleh dari satu
informan pada informan lainnya.
H. Tahap-Tahap Penelitian
Tahapan penelitian yang peneliti lakukan yaitu sebagaimana
tahap-tahap penelitian pada umumnya :
1. Tahap Pra-lapangan : Menyusun rancangan penelitian, memilih
lapangan penelitian, mengurus perizinan, memilih dan memanfaatkan
informan, dan menyiapkan perlengkapan penelitian.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan : Dalam tahapan ini seorang penelti harus
melakukan persiapan diri, memasuki lapangan, berperan serta sambil
mengumpulkan data.
3. Tahap Analisis Data : Analisis data dilaksanakan langsung di lapangan
bersama-sama dengan pengumpulan data, dimulai dari reduksi data,
penyajian data, dan kesimpulan atau verifikasi data.
4. Penulisan Laporan Hasil Penelitian : Dalam penulisan laporan hasil
penelitian, peneliti menulis kerangka dan isi laporan hasil penelitian,
adapun mekanisme yang diambil dalam penyusunan laporan
15
disesuaikan dengan buku panduan tentang penulisan karya ilmiyah
38
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Paparan Data
Dari paparan teoritis yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka
peneliti akan memadukan dengan hasil temuan di lapangan. Pada bab ini akan
dijelaskan paparan dan temuan penelitian yang diperoleh dari lapangan atau
lokasi penelitian baik berupa dari hasil observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Deskripsi data temuan penelitian dan pembahasannya tersebut
meliputi :
1. Pemberian Hukuman Dilakukan Dalam Membentuk Kedisiplinan
Belajar Siswa di SMPN 1 Pademawu Pamekasan
Di SMPN 1 Pademawu Pamekasan telah dilaksanakan penerapan
hukuman. Hal itu dilakukan karena kepala dan guru selalu menekankan
kepada semua siswa supaya selalu disiplin setiap harinya. Apalagi dalam
membentuk kedisiplinan belajar siswa memang harus dilaksanakan secara
bagus. Baik secara disiplin untuk tidak terlambat, disiplin supaya
mematuhi tata tertib sekolah, dan disiplin dalam ilmu ketika proses belajar
mengajar berlangsung. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan
Kepala Sekolah Drs. Sugiarto. M.Pd SMPN 1 Pademawu Pamekasan,
sebagaimana petikan wawancara berikut:“Ya, karena Penerapan hukuman
disini memang sangat penting untuk kami terapkan. Apalagi dalam
betul. Baik secara disiplin untuk tidak terlambat, disiplin mematuhi
mematuhi tata tertib sekolah, serta disiplin dalam ilmu ketika proses
belajar mengajar berlangsung”. (Ww/I1/F1/T1/05-01-2015).1
Pengakuan senada diakui oleh Guru BK Sri Widiastutik.S.Pd
SMPN 1 Pademawu Pamekasan, sebagaimana petikan wawancara
berikut:“Ya. Hukuman memang diterapkan disini, karena sebagai sebuah
tindakan yang diambil oleh guru untuk menghilangkan prilaku negatif
siswa. Dengan maksud untuk memberikan efek jera pada siswa”.
(Ww/I2/F1/T2/05-01-2015).2
Hal senada juga diakui oleh Waka Kesiswaan Rudi Siswanto.S.Pd
SMPN 1 Pademawu Pamekasan, sebagaimana petikan wawancara
berikut: ”Ya. Penerapan hukuman memang dilkukakan di SMPN 1
Pademawu ini. Karena dengan adanya hukuman maka siswa akan
menerima sanksi atas segala perbuatan-perbuatan yang sudah
dilanggarnya”. (Ww/I3/F1/T3/16-04-2015).3
Hal senada juga diakui oleh Guru Pengajar Djuhairiyah.S.Pd SMPN
1 Pademawu Pamekasan, sebagaimana petikan wawancara berikut: ”Ya,
karena penerapan hukuman dalam membentuk kedisiplinan belajar siswa
sangat penting dalam menunjang suatu keberhasilan siswa dan tujuan
1Wawancara langsung dengan Kepala Sekolah (Drs.Sugiarto.M.Pd)SMPN 1 Pademawu Pamekasan, 05-01-2015
2Wawancara langsung dengan Guru BK (Sri Widiastutik.S.Pd) SMPN 1 Pademawu Pamekasan, 05-01-2015
pendidikan dalam menggali potensi yang ada pada diri siswa”.
(Ww/I4/F1/T3/05-01-2015).4
Hal senada juga diakui oleh Siswa Febri Kurniawan SMPN 1
Pademawu Pamekasan, sebagaimana petikan wawancara berikut:
“Ya. Karena dengan adanya hukuman maka siswa akan menerima sanksi
atas segala perbuatan-perbuatan yang dilakukan karena telah melanggar
aturan dan tata tertib di sekolah SMPN 1 Pademawu sehingga siswa
tersebut tidak mengulangi kesalahan kembali.
”(Ww/I5/F1/T4/05-01-2015).5
Hasil wawancara tersebut juga diperkuat dengan hasil analisis
observasi yang menunjukkan tampak guru sedang melakukan pengarahan
tentang penerapan hukuman dikelas kepada siswa yang kurang disiplin
didalam kelas.(OB/F/T/05-01-2015).6
Hasil wawancara tersebut juga diperkuat dengan hasil analisis
dokumen yang menunjukkan bahwa buku pedoman penilaian sikap/budi
pekerti siswa sesuai dengan bobot pelanggaran tata tertib.
(DK/F/T/05-01-2015).7
Di SMPN 1 Pademawu Pamekasan ada banyak bentuk penerapan
hukuman dalam membentuk kedisiplinan belajar siswa sesuai kriteria
pelanggaran yang dilakukan oleh siswa dari tingkat pelanggaran ringan,
sedang dan pelanggaran berat yaitu seperti contoh bentuk hukuman dari
4Wawancara langsung dengan Guru (Djuhairiyah.S.Pd) SMPN 1 Pademawu Pamekasan, 05-01-2015 5
Wawancara langsung dengan Siswa (Febri Kurniawan) SMPN 1 Pademawu Pamekasan, 05-01-2015 6Observasi, pada tanggal 05-01-2015
berdiri, skorsing, dan dikeluarkan dari sekolah. Karna dengan
bentuk-bentuk hukuman tadi siswa akan merasa jera dengan hukuman yang sudah
ditentukan tadi. Hal tersebut sesuai hasil wawancara dengan Kepala
Sekolah Drs. Sugiarto. M.Pd SMPN 1 Pademawu Pamekasan,
sebagaimana petikan wawancara berikut: ”Bentuk penerapan hukuman
yang diterapakan seperti hukuman fisik yaitu berdiri di depan kelas,
dijemur, dikeluarkan untuk tidak mengikuti proses KMB, bisa saja
diskorsing dan dikeluarkan dari sekolah”. (Ww/I1/F1/T1/05-01-2015).8
Hal senada diakui oleh Waka Kesiswaan Rudi Siswanto.S.Pd
SMPN 1 Pademawu Pamekasan, sebagaimana petikan wawancara
berikut: “Penerapan hukuman yang dilakukan di SMPN 1 Pademawu
sangat bervariasi yang dilakukan oleh guru namun hal itu harus sesuai
dengan jenis pelanggaran yang dilakukan oleh siswa. Namun hal ini
bertujuan untuk mendisiplinkan siswa agar tidak melakukan
pelanggaran-pelanggaran”.(Ww/I3/F1/T3/16-04-2015).9
Hal senada Juga diperkuat oleh pengakuan Guru BK Sri
Widiastutik. S. Pd SMPN 1 Pademawu Pamekasan, sebagaimana petikan
wawancara berikut ini:“Bentuk penerapan hukuman yang dilakukan salah
satunya seperti halnya berdiri di depan kelas bahkan dikeluarkan didalam
kelas selama bel pergantian jam pelajaran”. (Ww/I2/F1/T2/05-01-2015).10
8Wawancara langsung dengan Kepala Sekolah (Drs.Sugiarto.M.Pd)SMPN 1 Pademawu Pamekasan, 05-01-2015
9Wawancara langsung dengan Waka Kesiswaan (Rudi Siswanto.S.Pd) SMPN 1 Pademawu Pamekasan, 16-04-2015
Hal senada juga disampaikan oleh Guru Djuhairiyah. S. Pd SMPN 1
Pademawu Pamekasan sebagaimana petikan wawancara berikut: “Bentuk
dari penerapan hukuman itu sendiri bervariasi dari tingkat pelanggaran
yang dilakukan siswa dan dari situasi dan kondisi. Karena itu bentuk yang
diterapkan nantinya dapat memberi efek jera bagi siswa yang melanggar”.
(Ww/I4/F1/T3/05-01-2015).11
Hal senada juga diakui oleh Guru Muyassaroh. S.Pd SMPN 1
Pademawu Pamekasan sebagaimana petikan wawancara berikut:
“Penerapan hukuman yang dilakukan di SMPN 1 Pademawu salah
satunya yaitu berdiri di depan kelas selama jam pelajaran dengan tujuan
agar siswa tersebut menjadi malu terhadap teman-temannya dan supaya
tidak mengulangi kesalahan kembali”. (Ww/I4/F1/T3/16-04-2015).12
Hal senada juga diakui oleh Siswa Ahmad Maulana SMPN 1
Pademawu Pamekasan sebagaimana petikan wawancara berikut:
“Hukuman yang diterapkan di sekolah ini tidak menutup kemungkinan
para siswa tersebut yang sudah melanggar aturan-aturan akan dikeluarkan
di dalam kelas”. (Ww/I5/F1/T4/16-04-2015).13
Hasil wawancara tersebut juga diperkuat dengan hasil analisis
observasi yang menunjukkan Tampak adanya guru sedang menangani
siswa dan memberikan hukuman pada siswa yang tidak lengkap memakai
11
atribut sekolah pada saat upacara dengan hukuman lari keliling
lapangan..(OB/F/T/05-01-2015).14
Di SMPN 1 Pademawu Pamekasan telah dilaksanakan penerapan
hukuman dalam membetuk kedisiplinan belajar siswa dan itu berlaku terus
menerus dan tidak ada batasan waktu dalam berlakunya. Karena tidak
membedakan satu sama lain. Hal ini sesuai hasil wawancara dengan
Kepala Sekolah Drs. Sugiarto. M.Pd SMPN 1 Pademawu Pamekasan,
sebagaimana petikan wawancara berikut: “Pada saat siswa tidak disiplin
ketika proses belajar mengajar berlangsung maka saat itu juga hukuman
tersebut diterapkan. Karena kami tidak begitu saja memberikan hukuman
kepada siswa tanpa ada permasalahan terlebih dahulu yang diperbuat oleh
siswa”. (Ww/I1/F1/T1/05-01-2015).15
Hal senada juga diakui disampaikan oleh Guru Sri Widiastutik.S.Pd
BK SMPN 1 Pademawu Pamekasan, sebagaimana petikan wawancara
berikut: “Dilaksanakannya suatu penerapan hukuman yaitu pada saat
siswa tersebut tidak mematuhi aturan-aturan di sekolah. Maka pada saat
itu pula hukuman diterapkan”. (Ww/I2/F1/T2/05-01-2015).16
Hal senada juga diperkuat oleh guru pengajar Djuhairiyah.S.Pd
SMPN 1 Pademawu Pamekasan, sebagaimana petikan wawancara berikut:
“Setiap waktu, karena bentuk pelanggaran itu sendiri tidak dapat diduga
dan hukuman tanpa disadari dapat memberikan respon baik nantinya agar
14Observasi, pada tangal 05-01-2015
15Wawancara langsung dengan Kepala Sekolah (Drs.Sugiarto.M.Pd)SMPN 1 Pademawu Pamekasan, 20-02-2015
siswa sadar akan tanggung jawabnya sebagai siswa yang diikat oleh
peraturan yang ada di sekolah”. (Ww/I4/F1/T3/05-01-2015).17
Pengakuan senada juga diakui oleh Waka Kesiswaan Rudi
Siswanto.S.Pd SMPN 1 Pademawu Pamekasan, sebagaimana petikan
wawancara berikut: “Ketika proses belajar mengajar berlangsung maka
saat itu juga hukuman tersebut diterapkan. Karena seorang guru tidak
semena-mena melakukan hukuman kepada siswanya tanpa ada alasan
tertentu”. (Ww/I3/F1/T3/16-04-2015).18
Hal senada juga disampaikan oleh Siswa Febri Kurniawan SMPN 1
Pademawu Pamekasan, sebagaimana petikan wawancara berikut: “Pada
saat siswa tidak disiplin ketika proses belajar mengajar berlangsung maka
saat itu juga hukuman tersebut diterapkan. Karena kami tidak begitu saja
memberikan hukuman kepada siswa tanpa ada permasalahan terlebih
dahulu yang diperbuat oleh siswa”. (Ww/I5/F1/T4/05-01-2015).19
Di SMPN 1 Pademawu Pamekasan telah dilaksanakan penerapan
hukuman dalam membentuk kedisiplinan belajar siswa memberikan hasil
dan dampak positif bagi kemajuan siswa dan pencapaia tujuan pendidikan.
Dampak positifnya siswa yaitu tidak lagi melanggar tat tertib yang sudah
ditetapkan. Hal ini sesuai hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Drs.
Sugiarto. M.Pd SMPN 1 Pademawu Pamekasan, sebagaimana petikan
wawancara berikut: “Yaitu dalam bentuk kedisiplinan dan tidak
17Wawancara langsung dengan Guru (Djuhairiyah.S.Pd) SMPN 1 Pademawu Pamekasan, 05-01-2015 18
Wawancara langsung denganWaka Kesiswaan (Rudi Siswanto.S.Pd) SMPN 1 Pademawu Pamekasan, 16-04-2015
melanggar maupun mengulangi perbuatan-perbuatan yang menyimpang
sesuai tata tertib sekolah”. (Ww/I1/F1/T1/05-01-2015).20
Hal senada juga disampaikan oleh Guru BK Sri Widiastutik.S.Pd
SMPN 1 Pademawu Pamekasan, sebagaimana petikan wawancara berikut:
“Yaitu memberikan efek jera kepada siswa itu sendiri agar tidak
mengulangi kesalahan kembali. Sehingga siswa tersebut mentaati semua
peraturan yang sudah ditetapkan di sekolah”
.(Ww/I2/F1/T2/05-01-2015).21
Hal senada juga duakui oleh Guru pengajar Djuhairiyah.S.Pd
SMPN 1 Pademawu Pamekasan, sebagaimana petikan wawancara berikut:
“Selama ini hasil dari penerapan hukuman itu sendiri memberikan hasil
yang positif, yang mana siswa lebih berhati-hati dan disiplin setiap
melakukan perbuatan”. (Ww/I4/F1/T3/05-01-2015).22
2. Keterlibatan Guru Pada Penerapan Hukuman Dalam Membentuk
Kedisiplinan Belajar Siswa di SMPN 1 Pademawu Pamekasan.
Di SMPN 1 Pademawu Pamekasan guru terlibat dalam penerapan
hukumnan dan telah melaksanakan penerapan hukuman dalam
membentuk kedisiplinan belajar siswa. Karena sudah menjadi tugas dan
tanggung jawab seluruh pihak sekolah dalam proses pengembangan siswa
dan menjaga kedisiplinan siswa demi tercapainya tujuan pendidikan.
Namun guru disini hanya dituntut untuk memberikan hukuman dalam
20Wawancara langsung dengan Kepala Sekolah (Drs.Sugiarto.M.Pd)SMPN 1 Pademawu Pamekasan, 05-01-2015
21
Wawancara langsung dengan Guru BK (Sri Widiastutik.S.Pd) SMPN 1 Pademawu Pamekasan, 20-02-201505-01-2015