• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 1 5 Penerapan hukuman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Bab 1 5 Penerapan hukuman"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan. Tanpa

pendidikan manusia akan mengalami kesulitan dalam keberlangsungan

hidupnya. Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dimana tujuan pendidikan adalah

membentuk manusia yang berakhlakul karimah, cerdas dan terampil serta

beriman dan bertakwa kepada tuhannya.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia no 14 tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen, menyebutkan:“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.1

Sekolah sebagai lembaga yang mengembangkan proses pembelajaran

dengan tujuan mengembangkan pengetahuan siswa, kepribadian, aspek sosial

emosianal, juga bertanggung jawab memberikan bimbingan dan bantuan

terhadap peserta didik yang bermasalah, baik dalam belajar, maupun sosial

sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi

masing-masing. Artinya tugas sekolah adalah menyiapkan anak-anak untuk

kehidupan masyarakat melalui pembelajaran yang di arahkan untuk mengasah

potensi mereka dengan sikap disiplin.

1

(2)

Sudah menjadi kesadaran bersama bahwa peningkatan mutu pendidikan

melalui disiplin merupakan salah satu tuntutan kebutuhan bangsa. Berbagai

upaya sudah dilakukan oleh pemerintah untuk memenuhi tuntutan kebutuhan

tersebut, diantaranya adalah dengan di canangkannya Gerakan Disiplin

Nasional (GDN). Mengenalkan ide-ide dan pendekatan serta cara-cara baru

dengan restrukturisasi dan rekayasa ulang, merupakan perwujudan dari upaya

tersebut, kesemuanya itu di satukan dalam bentuk manajemen strategi dalam

pembinaan disiplin siswa di sekolah.2

Membahas tentang kedisiplinan maka tidak dapat lepas dengan

hukuman. Pada pokoknya segala hukuman diberikan karena ada kesalahan dan

bertujuan agar siswa jangan berbuat salah lagi, dengan demikian mengandung

nilai positif. Menghukum tidak sama dengan balas dendam atau bertindak

sewenang-wenang. Pemberian hukuman dalam upaya penegakan disiplin

memang perlu, apalagi hukuman kadang-kadang kurang efektif dari ganjaran

yang perlu di ambil.

Prinsip hukuman adalah menghilangkan kenyamanan siswa melakukan

kesalahan, dengan cara memberikan hukuman-hukuman jasmani ataupun

resiko tidak nyaman secara langsung jika siswa melakukan kesalahan tersebut.

Sebuah tindakan yang di ambil oleh seorang guru untuk menghilangkan

perilaku negatif siswa dengan maksud tindakan hukuman itu memberikan efek

jera pada perilaku negatif tersebut sehingga perilaku negatif tidak muncul lagi.

Efek jera tidak selalu bersifat negatif. Efek jera ini bisa saja hukuman

positif, tetapi ia adalah hal yang tidak di sukai oleh siswa untuk di jalankan

sehingga siswa merasa lelah menjalankannya. Efek jera bisa muncul jika

2

(3)

hukuman yang di berikan bersifat menekan dan siswa sangat tidak nyaman

berada dalam posisi terhukum.3

Hukuman sebaiknya bersifat pembelajaran yang berarti ada nuansa

belajar dalam setiap kebijakan hukuman yang di berikan guru kepada

siswanya. Dengan demikian, sebaiknya dalam memberi hukuman ada

kandungan aspek pembelajaran bagi siswa. Misalnya menghukum siswa

dengan memberikan tugas.4

Dalam arti luas, disiplin mencakup setiap macam pengaruh yang

ditujukan untuk membantu siswa agar mereka dapat memahami dan

menyesuaikan diri dengan tuntutan yang mungkin ingin ditujukan siswa

terhadap lingkungannya. Jadi, menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk

mengurangi kebebasan dan kemerdekaan peserta didik, namun sebaliknya

ingin memberikan kemerdekaan yang lebih besar kepada peserta didik dalam

batas-batas kemampuannya.5

Berkaitan dengan teori di atas, bahwa di suatu sekolah negeri ada

sebagian peserta didiknya banyak yang kurang disiplin belajar ketika proses

belajar mengajar berlangsung, itupun karna dari peserta didiknya yang kurang

bertanggung jawab dalam proses pendidikannya.

Di SMPN 1 Pademawu Pamekasan merupakan salah satu sekolah negeri

yang sudah di teliti bahwa di sekolah tersebut sebagian besar peserta didik

kurang disiplin dalam belajar seperti halnya sering terlambat ke sekolah. Hal

tersebut, bisa mempengaruhi proses pembelajarannya. Meskipun kepala

3

Mamiq Gaza, Bijak Menghukum Siswa,(Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA. 2012), hlm. 106

4

Ibid, hlm. 107 5

(4)

sekolah yakni bapak Drs. Sugiarto, M.Pd sudah menekankan dalam rangka

meningkatkan disiplin dan rasa tanggung jawab siswa di sekolah, kepala

sekolah dan guru-guru yang lain menyatakan peraturan dan konsekuensinya

bila siswa melanggarnya, konsekuensinya ini dilakukan secara bertahap di

mulai dari peringatan, teguran, disuruh menghadap kepala sekolah serta

dilaporkan kepada orang tuanya tentang pelanggaran yang dilakukannya di

sekolah. Pembinaan mental ini dapat dilakukan melalui sanksi yang

berjenjang.

Sehingga dengan ini saya mengangkat judul tentang: “Penerapan

Hukuman Dalam Membentuk Kedisiplinan Belajar Siswa di SMPN 1

PademawuPamekasan”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan konteks penelitian diatas maka fokus yang dapat diajukan

oleh peneliti dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pemberian hukuman dilakukan dalam membentuk

kedisiplinan belajar siswa di SMPN 1 Pademawu Pamekasan?

2. Bagaimana keterlibatan guru pada penerapan hukuman dalam membentuk

kedisiplinan belajar siswa di SMPN 1 Pademawu Pamekasan?

3. Bagaimana kendala yang dihadapi guru pada penerapan hukuman dalam

membentuk kedisiplinan belajar siswa di SMPN 1 Pademawu Pamekasan?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pemberian hukuman dilakukan dalam membentuk

kedisiplinan belajar siswa di SMPN 1 Pademawu Pamekasan.

2. Untuk mengetahui keterlibatan guru pada penerapan hukuman dalam

(5)

3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi guru pada penerapan hukuman

dalam membentuk kedisiplinan belajar siswa di SMPN 1 Pademawu

Pamekasan.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi SMPN 1 Pademawu Pamekasan penelitian ini diharapkan dapat

menjadi salah satu masukan dan sumbangan pemikiran bagi upaya

pengembangan ilmu pendidikan, terutama penerapan hukuman pada

kedisiplinan belajar bagi siswa.

2. Bagi STAIN Pamekasan hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan

pustaka bagi mahasiswa – mahasiswi dan juga berguna serta efektif yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengaplikasikan untuk guru

sanksi yang di berikan tersebut dapat menyadarkan siswa maupun

pendidik khususnya di STAIN sendiri.

3. Bagi Peneliti hasil penelitian ini akan menjadi salah satu pengalaman yang

berharga dan dapat menambah khasanah keilmuan yang berguna bagi

kehidupan nanti.

E. Definisi Istilah

Agar tidak terjadi bias pemahaman, maka perlu di pandang untuk

memberikan pembatasan istilah sebagai penegasan judul di atas, yaitu

1. Penerapan hukuman adalah suatu kegiatan untuk memberikan hukuman

terhadap siswa yang melanggar tata tertib atau aturan di sekolah.

2. Kedisiplinan belajar adalah kesadaran siswa dalam mentaati semua

(6)

6

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Hukuman 1. Pengertian Hukuman

Pengertian hukuman ialah memberikan atau mengadakan nestapa

atau penderitaan dengan sengaja kepada anak didik dengan maksud agar

penderiataan tersebut betul-betul dirasakannya, dengan demikian hukuman

merupakan alat pendidikan istimewa, sebab membuat anak didik

menderita.1

Dalam hal pemberian hukuman ini, paling tidak ada dua prinsip

dasar mengapa diadakan.

a. Hukuman diadakan karena adanya pelanggaran, adanya kesalahan

yang di perbuat.

b. Hukuman diadakan dengan tujuan agar tidak terjadi pelanggaran.

Bentuk hukuman itu sendiri berupa: hukuman badan, hukuman

perasaan (diejek, dipermalukan, dimaki). Hukuman intelektual tampaknya

lebih baik dilakukan (tetapi tergantung tujuannya). Sebaiknya hukuman

badan dan perasaan terkadang bisa mengganggu hubungan kasih sayang

antara pendidik dengan anak didik. Berkenaan dengan hukuman ini ada

beberapa macam teori yang mendasarinya.2

1

Suwarno, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hlm. 115. 2

(7)

Hukuman yang baik pada dasarnya adalah sebuah konsekuensi dari

perjanjian yang dibuat bersama dengan anak, yang mana menghendaki

konsekuensi yang teguh baik pada diri orang tua, guru maupun anak atau

murid. Makna hukuman yang diberikan kepada anak sekali lagi harus

dipahami bahwa hukuman bukanlah untuk memuaskan nafsu dan emosi

tatkala melihat anak berbuat salah, dan setelah emosi itu luntur, maka

berakhirlah hukuman yang diberikan kepada anak. Oleh karena itu harus

perlu diperhatikan watak dan kondisi anak yang bersangkutan sebelum

menjatuhkan hukuman terhadapnya, memberikan keterangan kepadanya

tentang kekeliruan yang dilakukannya, dan member semangat untuk

memperbikinya melalui penerapan pemeberian hukuman atau ganjaran

serta memaafkan kesalahan-kesalahan manakala anak yang bersangkutan

telah memperbaiki dirinya.3

Keluarga sebagai lembaga pendidikan yang pertama dan utama yang

mempunyai peranan penting dalam mengembangkan potensi yang dimiliki

oleh anak secara mendasar. Ada tujuh bidang-bidang pendidikan yang

dapat dikembangkan oleh orang tua dalam rangka pendidikan keluarga,

yaitu pendidikan jasmani, psikologi, dan emosi, akhlak dan sosial anak.4 Ada guru yang sukses, ada pula yang gagal dalam mendisiplinkan

siswa. Secara kontras, banyak guru yang sukses menangani sikap siswa

yang tidak layak dengan menggunakan teknik kekuasaan yang pernah

mereka alami sendiri sebagai anak-anak. Namun, mereka guru semacam

ini mendapati dirinya berada dalam dilema karena merasa teknik tersebut

3

http://antitesisku.blogspot.com/2006/12/efektifitas-hukuman-terhadap-siswa.html. diakses tanggal 23 maret 2015.

4

(8)

terlalu keras dan cenderung menghalangi siswa untuk bertanggung jawab

pada sikap mereka.5

Membimbing dalam hal ini dapat dikatakan sebagai kegiatan

menuntun anak didika dalam perkembangannya dan arah yang sesuai

dengan tujuan pendidikan sebagai pendidik, guru harus berlaku

membimbing, dalam arti menuntun sesuai dengan kaidah yang baik dan

mengarahkan perkembangan anak didik sesuai dengan tujuan yang

dicita-citakan, termasuk dalam hal ini, yang penting ikut memecahkan

persoalan-persoalan yang dihadapi anak didik. Dengan demikian, diharapkan dapat

menciptakan perkembangan fiik maupun mental.6

Ada beberapa jenis hukuman, yaitu hukuman badan, penahanan di

kelas, dan menghilangkan privalage denda dan sanksi tertentu.

Hukuman badan misalnya memukul, menjewer, menendang,

menyubit dsb. Hukuman demikian sebaiknya tidak di pergunakan karena

hal itu terbukti tidak efektif untuk mengubah perilaku peserta didik, di

samping itu hukuman tersebut bisa menyeret seorang tenaga pendidik ke

pengadilan karena peserta didik tidak terima perlakuan tersebut.7

Penahanan di kelas adalah jenis hukuman yang diterapkan kepada

peserta didik atas pelanggaran yang dilakukan seperti, mengerjakan soal,

menyapu kelas, melakukan pekerjaan-pekerjaan di perpustakaan dan

sebagainya

5

Sudarwan Danim, Khairil, Psikologi Pendidikan, (Bandung: alfabeta, 2010), hlm. 239. 6

Sardiaman, Interaksi & Motivasi Belajara Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2011), hlm. 140.

7

(9)

Hukuman denda dikenakan kepada peserta didik sepanjang hal

tersebut dalam batas kewajaran peserta didik. Dan pembayaran denda

tersebut harus diikuti dengan pemberian kwitansi8

Ahmad Tafsir berpendapat bahwa, hukuman dalam pendidikan

memiliki pengertian yang luas, mulai dari hukuman ringan sampai pada

hukuman berat, sejak kerlingan yang menyengat sampai pukulan yang

agak menyakitkan. Sekalipun hukuman banyak macamnya, pengertian

pokok dalam setiap hukuman tetap satu, yaitu adanya unsur yang

menyakitkan, baik jiwa ataupun badan.9Pada tahap ini perilku anak di dasarkan kepada konsekuensi fisik yang akan terjadi. Artinya, anak hanya

berfikir bahwa perilaku yang benar itu adalah perilaku yang tidak akan

mengakibatkan hukuman. Dengan demikian, setiap peraturan harus di

patuhi agar tidak menimbulkan konsekuensi negatif.10

Pandangan lain terhadap hukuman ialah memberikan atau

mengadakan nestapa atau penderitaan dengan sengaja kepada anak yang

menjadi asuhan kita dengan maksud supaya penderitaan itu betul-betul

dirasainya, untuk menuju ke arah perbaikan.11

Dampak lain dari penggunaan hukuman adalah perasaan tidak

nyaman pada anak karena harus menanggung hukuman yang diberikan

orang tuanya jika ia melanggar batasan yang ditetapkan. Tidak

mengherankan jika banyak anak memiliki persepsi bahwa disiplin itu

adalah identik dengan penderitaan.

8

Ibid. halm.105 9

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 186.

10

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Goup,2007). hlm . 281.

11

(10)

Akibatnya tidak sedikit orang tua membiarkan anak-anak “bahagia”

tanpa disiplin. Tentu saja hal ini merupakan suatu kekeliruan besar, karena

di masa-masa perkembangan berikutnya maka individu tersebut akan

mengalami berbagai masalah dan kebingungan karena tidak mengenal

aturan bagi dirinya sendiri. Anak didik dan pendidik adalah dua unsur

pokok yang harus ada dalam proses pendidikan. Peranan pendidik adalah

penting karena keterlibatannya dalam bimbingan aktivitas-aktivitas di

sekolah yang mengacu kepada tujuan-tujuan yang di idam-idamkan.12 Efesiensi dalam hukuman yaitu teguran yang sederhana dan

reaksi-reaksi lain yang bertujuan tercapainya perubahan tingkah laku siswa yang

lebih efektif dari pada ancaman hukuman yang berat. Anak didik dan

pendidik adalah dua unsur pokok yang harus ada dalam proses pendidikan.

Peranan pendidik adalah penting karena keterlibatannya dalam bimbingan

aktivitas-aktivitas disekolah yang mengacu kepada tujuan-tujuan yang

diidam-idamkan.13

Membahas tentang disiplin maka tidak dapat lepas dengan hukuman.

Pada pokoknya segala hukuman diberikan karena ada kesalahan bertujuan

agar siswa jangan berbuat salah lagi, dengan demikian mengandung nilai

positif. Menghukum tidak sama dengan balas dendam atau betindak

sewenang-wenang. Pemberian hukuman dalam upaya penegakan disiplin

memang perlu, kendatipun kadang-kadang hukuman kurang efektif dari

ganjaran yang perlu diambil. Karena itu hukuman yang diberikan kepada

peserta didik yang melanggar peraturan hendaknya memperhatikan

prinsip-prinsip sebagai berikut:

12

Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2007). hlm. 220..

13

(11)

a. Hukuman diberikan secara hormat

b. Berikan kejelasan/alasan mengapa hukuman diberikan

c. Hindarkan pemberian hukuman pada saat marah atau emosional d. Hukuman hendaknya diberikan pada awal kejadian dari pada akhir

kejadian

e. Hindari hukuman yang bersifat badaniyah atau fisik

f. Jangan menghukum kelompok/kelas apabila kesalahan dilakukan oleh seseorang

g. Jangan memberi tugas tambahan sebagai hukuman h. Yakini bahwa hukuman sesuai dengan kesalahannya i. Pelajari tipe hukuman yang diizinkan oleh sekolah j. Jangan menggunakan standar hukuman ganda k. Jangan mendendam

l. Konsisten dengan pemberian hukuman

m. Jangan mengancam dengan ketidak mungkinan n. Jangan memberikan hukuman berdasarkan selera14

Dapat disimpulkan bahwa hukuman adalah jalan terakhir dan harus

dilakukan secara terbatas dan tidak menyakiti anak didik.Tujuan utama

dari pendekatan ini adalah untuk menyadarkan peserta didik dari

kesalahan-kesalahan yang ia lakukan. Manfaat hukuman dalam pendidikan

ditujukan untuk memperoleh perbaikan dan pengarahan,bukan

semata-mata untuk membalas dendam, oleh karena itu orang Islam

menganjurkan untuk mengetahui tabiat dan perangai anak-anak sebelum

menjatuhkan hukuman kepada mereka, sebagaimana mereka ingin

mendorong mereka ikut aktif dalam memperbaiki kesalahan mereka

sendiri, dan untuk ini mereka melupakan kesalahan mereka sendiri, dan

untuk ini mereka melupakan kesalahan anak – anak dan tidak membeberkan rahasia mereka.

14

(12)

2. Pandangan Islam Tentang Hukuman

Al-Qur’an telah menentukan perilaku mana yang pantas menerima ganjaran atau hukuman. Ganjaran di berikan atas ketepatan yang di capai,

sedangkan hukuman di berikan atas kesalahan yang di lakukan. Al-Qur’an

dalam menetapkan hukuman sesuai dengan kesalahan yang di lakukan,

jika efek dan mudarat pelanggarannya ringan, pertanggung jawabannya di

serahkan kepada Allah, tetapi jika pelarannya berkaitan dengan maslahat

orang banyak, hukumanya di samping menjadi prerogatif tuhan juga di

laksanakan di dunia. Hukuman di lakukan untuk meluruskan perilaku

ketika cara lain tidak dapat memberikan pengaruh. Cara ini di hadapkan

dapat memberikan bentuk moral yang baik terhadap peserta didik.

Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa sebelum mejatuhi hukuman atau memberi

pujian terlebih dahulu memberikan peringatan, karena jika tujuan akhir

hukuman untuk memperbaiki kesalahan peserta didik, sebagai wasilahnya

adalah dengan menjanjikan kesenangan agar melaksanakan anjuran,

menjanjikan ancaman agar meninggalkan larangan, memeberikan nasehat

untuk meninggalkan kehilafan, dan lain-lain. karena jika tujuan akhir

hukuman untuk memperbaiki kesalahan dalam memberikan ganjaran

sesuai dengan kemaslahatan kehidupan. Tetapi, dalam memberikan

hukuman di pilihkan yang paling ringan jika kesalahan tersebut ternyata

terulang lagi, hukumannya di sesuaikan dengan kondisi untuk menjadikan

manusia dapat memperbaiki kesalahan bukan merasakan pahit dan

beratnya hukuman.15 Sebagaimana firman Allah yang yang tercantum dalam al-qur’an suratQ.S. An-Najm: 31 yang berbunyi:

15

(13)

اﻮُﻠِﻤَﻋ ﺎَﻤِﺑ اوُءﺎَﺳَأ َﻦﯾِﺬﱠﻟا َيِﺰْﺠَﯿِﻟ ِضْرﻷا ﻲِﻓ ﺎَﻣَو ِتاَوﺎَﻤﱠﺴﻟا ﻲِﻓ ﺎَﻣ ِﮫﱠﻠِﻟَو

Artinya: Dan Hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa

yang ada di bumi supaya dia memberi balasan kepada

orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka

kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang

berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (syurga) (31) (Yaitu)

mereka yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji, kecuali

kesalahan-kesalahan kecil. Sungguh, Tuhanmu Mahaluas

ampunan-Nya. Dia mengetahui tentang kamu, sejak dia menjadikan kamu dari

tanah lalu ketika kamu masih janin dalam perut ibumu. Maka

janganlah kamu menganggap dirimu suc. Dia mengetahui tentang

orang yang bertakwa (32).(Q.S. An-Najm: 31-32)16

Untuk membuat anak jera hendaknya para pendidik atau guru

mempergunakan cara-cara yang dapat menjauhkan anak melakukan

perbuatan tidak baik yang dilakukan dalam bentuk persuasif dan

kekeluargaan. Bila guru ingin mencegah anak berbuat buruk lebih baik

menggunakan cara-cara yang membiarkan mereka seolah-olah tidak di

perhatikan, bukan cara langsung menegurnya dengan keras atau kasar.

Bahkan mereka di perlakukan dengan kasih sayang, karena dengan

demikian, anak tidak akan selalu berperilaku buruk.17

16

Al-Qur’anTerjemahan, (Semarang, Jasa Media Utama 1997) An-Najm:31.

17

(14)

B. Tinjauan Tentang Kedisiplinan Belajar 1. Pengertian Kedisiplinan Belajar

Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan

suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan,

perintah, dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah

sikap mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa

pamrih. Disamping mengandung arti taat dan patuh pada peraturan,

disiplin juga mengandungarti kepatuhan kepada perintah pemimpin,

perhatian dan control yang kuat terhadap pengguaan waktu, tanggung

jawab atas tugas yang diamanahkan, serta kesungguhan terhadap bidang

keahlian yang ditekuni. Islam mengajarkan agar benar-benar

memperhatikan dan mengaplikasikan nilai-nilai kedisiplinan dalam

kehidupan sehai-hari untuk membangun kualitas kehidupan masyarakat

yang lebih baik.18

Hasil disiplin memang menyakitkan untuk jangka pendek, tetapi

sesungguhnya menguntungkan untuk jangka panjang. Alasan orang tua

tidak suka mendisiplinkan anak adalah menyakitkan dalam jangka pendek.

Kita bersimpati padfa perasaan anak ketika di disiplinkan untuk bangun

dan mandi pagi, misalnya. Semua disiplin tampak lebih banyak

menyakitkan ketimbang menyenangkan anak, tewtapi disiplin akan

memberikan hasil yang menguntungkan kehidupan anak di kemudian

hari.19

Dalam arti yang luas, disiplin mencakup setiap macam pengaruh

yang ditujukan untuk membantu siswa agar mereka dapat memahami dan

18

Ngainum Naim, Character Building,(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 142-143. 19

(15)

menyesuaikan diri dengan tuntutan yang mungkin ingin ditujukan siswa

terhadap lingkungannya. Dengan disiplin siswa diharapkan bersedia

tunduk dan mengikuti peraturan tertentu dan menjauhi larangannya.20 Penanaman disiplin sejak dini dilandasi oleh kenyataan bahwa

disiplin mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengarahkan

kehidupan manusia untuk mencapai cita-cita. Tanpa adanya disiplin, maka

seseorang tidak mempunyai patokan tentang apa yang baik dan buruk

dalam tingkah lakunya. Akan tetapi, perlu dicatat bahwa disiplin

semata-mata tidak cukup untuk menjamin tercapainya cita-cita untuk dapat hidup

dengan baik. Sebab, disiplin semata-mata akan dapat mematikan daya

kreasi maupun inisiatif seseorang, sehingga pada akhirnya seseorang

hanya akan berbuat seuatu apabila diperintah. Disiplin yang terlalu ketat

mungkin akan menyebabkan kesempitan dalam daya berfikir.21

Sekolah yang tertib, aman, dan teratur merupakan persyaratan agar

siswa dapat belajar secara optimal. Kondisi semacam ini dapat terjadi jika

disiplin disekolah berjalan dengan baik. Kedisiplinan siswa dapat

ditumbuhkan jika iklim sekolah menunjukkan kedisiplinan. Siswa baru

akan segera menyesuaikan diri dengan situasi sekolah. Jika situasi sekolah

disiplin, siswa akan ikut disiplin. Kepala sekolah memegang peran penting

dalam membentuk disiplin sekolah, mulai dari merancang, melaksanakan

dan menjaganya.22

20

Sri Minarti, Manajemen Sekolah Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm. 192.

21

Ibid. hlm. 145-146. 22

(16)

2. Pembinaan Disiplin Belajar

Menegakkan disiplin belajar tidak bertujuan untuk mengurangi

kebebasan dan kemerdekaan siswa akan tetapi sebaliknya ingin

memberikan kemerdekaan yang lebih besar kepada siswa dalam

batas-batas kemampuannya. Akan tetapi juga kalau kebebasan siswa terlampau

dikurangi atau dikekang dengan peraturan maka siswa akan berontak dan

mengalami frustasi dan kecemasan.23

Alasan mendisiplinkan adalah untuk mengekpresikan rasa cinta.

Salah satu cara yang paling kuat dalam mencintai anak kita adalah

konsisten dalan disiplin kita. Ini merupakan sesuatu yang tidak mudah

karena dengan berdisiplin, anak sering tidak bersikap bersahabat dengan

kita.24

3. Tujuan Disiplin

Tujuan mendisiplinkan adalah mengajarkan kepatuhan. Ketika kita

melatih anak untuk mengalah, kita sedang mengajar mereka melakukan

sesuatu yang benar untuk alasan yang tepat. Pada awalnya, disiplin yang

terbentuk bersifat eksternal (karena diharuskan orang tua/lingkungan luar),

tetapi kemudian menjadi sesuatu yang internal, menyatu kedalam

kepribadian anak sehingga disebut sebagai disiplin diri.cara orang tua

mengatur bagaimana anak berbicara dan bertindak terhadap orang lain

perlu menjadi bagian dari diri anak sendiri sehingga ketika orang tua

menghapus peraturan-peraturannya, perilaku akan terus menetap.25

23

Ibid. 93-94 24

Ngainun Naim, Character Building, hlm. 144 25

(17)

C. Tinjauan Tentang Penerapan Hukuman Dalam Membentuk Kedisiplinan Belajar Siswa

1. Tahapan untuk membantu mengembangkan disiplin yang baik

Ada beberapa langkah untuk membantu mengembangkan disiplin

yang baik, yaitu sebagai berikut:

a. Perencanaan

Ini meliputi membuat aturan dan prosedur, dan menentukan konsekuen

untuk aturan yang dilanggar. Jauh sebelum siswa datang, guru harus

mencoba meramalkan organisasi apa yang diperlukan dan menentukan

bagaimana merespon masalah yang tak terelakkan.

b. Mengajar siswa bagaimana mengikuti aturan

Pekerjaan ini harus dimulai pada hari pertama masuk kelas. Hasil dari

penelitian yang kita bahas dalam bab ini menunjukkan bahwa beberapa

minggu pertama dalam kelas adalah masa kritis dalam

mengembangkan pola-pola disiplin yang efektif dan komunikasi yang

baik antara guru dan siswa. Dalam rangkaian sistem pengelolaan kelas

yang sukses, guru harus mempertahankan disiplin dan komunikasi

yang baik. Salah satu cara yang terbaik adalah mencegah masalah dari

semua kejadian.

c. Merespon secara tepat dan kontruktif ketika masalah timbul (seperti

yang selalu guru lakukan)

Apa yang kita lakukan, ketika siswa menantang kita secara terbuka

dimuka kelas, ketika seorang siswa menanyakan kita bagaimana

(18)

yang mencontek ketika seorang siswa hilang dan tidak mau

berpartisipasi.26

Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus dikembangkan oleh

guru dalam pembinaan disiplin guna terlaksananya tata tertib dengan baik

antara lain yaitu :

a. Mengadakan perencanaan secara kooperatif dengan murid-murid yaitu demi terjaminnya hak dan kewajiban masing-masing dan demi tercapainya tujuan bersama.

b. Mengembangkan kepemimpinan dan tanggung jawab kepada murid-murid.

c. Membina organisasi dan prosedur kelas secara demokratis. d. Mengorganisir kegiatan kelompok besar maupun kecil.

e. Memberi kesempatan untuk berdiri sendiri, berpikir kritis terutama mengemukakan dan menerima pendapat.

f. Memberi kesempatan untuk mengembangkan kepemimpinan dan kerja sama.

g. Menciptakan kesempatan untuk mengembangkan sikap yang diinginkan secara sosial psikologis.27

Di dalam proses balajar mengajar, disiplin terhadap tata tertib

sangat penting untuk diterapkan, karna dalam suatu sekolah tidak memiliki

tata tertib maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan lancar

sesuai dengan rencana. Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan

bahwa : ”Peraturan tata tertib merupakan sesuatu untuk mengatur prilaku

yang diharapkan terjadi pada diri siswa. Antara peraturan dan tata tertib

merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sebagai

pembentukan disiplin siswa dalam mentaati peraturan di dalam kelas

maupun diluar kelas.28]

26

Eka. Manajement Peserta Didik, hlm. 95

27

Subari, Supervisi Pendidikan, (Dalam Rangka Perbaikan Situasi B) (Jakarta: Bina Aksara,1994), hlm. 168.

28

(19)

2. Teknik Pembinaan Disiplin

a. Teknik Inner Control

Teknik ini sangat disarankan untuk digunakan guru-guru dalam

membina disiplin peserta didiknya. Teknik ini menumbuhkan

kepekaan atau penyadaran akan tata tertib dari pada akhirnya disiplin

harus tumbuh dan berkembang dari dalam peserta didik itu sendiri (self

dicipline). Dengan kata lain peserta didik diharapkan dapat

mengendalikan dirinya sendiri.

b. Teknik External Control

Teknik External Control yaitu mengendalikan diri dari luar berupa

bimbingan dan penyuluhan. Teknik ini dalam menumbuhkan disiplin

cenderung melakukan pengawasan (yang kadang perlu diperketat dan

kalau perlu menjatuhkan hukuman terhadap setiap pelanggaran).

c. Teknik Cooperative Control

Dengan teknik ini, pembinaan disiplin kelas dilakukan dengan bekerja

sama guru dengan peserta didik dalam mengendalikan situasi kelas

kearah terwujudnya tujuan kelas yang bersangkutan. Dimana guru

dengan peserta didik saling mengontrol satu sama lain terhadap

pelanggaran tata tertib. Yang perlu diperhatikan oleh guru dalam

proses pembinaan disiplin kelas adalah perbedaan-perbedaan

individual peserta didik dalam kesanggupan mengadakan mawas diri

(introspeksi diri) dan mengendalikan dirinya (self control). Oleh

(20)

menetralisir teknik Inner Control (yang menuntut kedewasaan) dan

eksternal control (yang menganggap peserta didik belum dewasa).29

3. Penanggulangan Pelanggaran Disiplin Belajar

Penanggulangan pelanggaran disiplin belajar perlu dilaksanakan

secara penuh kehati-hatian, demokratis, dan edukatif. Cara-cara

penanggulangan dilaksanakan secara bertahap dengan tetap

memperhatikan jenis gangguan yang ada dan siapa pelakunya, apakah

dilakukan oleh individu atau kelompok. Langkah tersebut mulai dari

tahapan pencegahan sampai pada tahapan penyembuhan, dengan tetap

bertumpu penekanan substansinya bukan pada pribadi peserta didik. Di

samping itu juga harus tetap menjaga perasaan kecintaan terhadap peserta

didik bukan karena rasa benci atau emosional. Namun demikian perlu

disadari benar bahwa disiplin sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor,

diantaranya faktor lingkungan siswa seperti lingkungan rumah. Oleh

karena itu, guru juga menjalin kerja sama dengan orang tua siswa, agar

kebiasaan disiplin di sekolah yang hendak dipelihara itu semakin tumbuh

subur.30

Untuk melakukan disiplin terhadap tata tertib dengan baik, maka

guru bertanggung jawab menyampaikan dan mengontrol berlakunya

peraturan dan tata tertib tersebut. Dalam hal ini staf sekolah atau guru

perlu terjalinnya kerja sama sehingga tercipta disiplin kelas dan tata tertip

kelas yang baik tampa adanya kerja sama tersebut dalam pembinaan

disiplin sekolah maka akan terjadi pelanggaran terhadap peraturan dan tata

tertip sekolah serta terciptanya suasana balajar yang tidak diinginkan.

29

Eka. Manajement Peserta Didik, hlm. 96 30

(21)

Dengan demikian untuk terciptanya disiplin yang harmonis dan

terciptanya disiplin dari siswa dalam rangka pelaksanaan peraturan dan

tata tertib dengan baik, maka di dalam suatu lambaga atau lingkungan

sekolah perlu menetapkan sikap disiplin terhadap siswa, agar tercipta

proses belajar mengajar yang baik. Disiplin merupakan bagian dari proses

berkelanjutan pengajaran atau pendidikan. Sebagai guru, kami memahami

bahwa tidak ada satu metode yang digunakan pendidik siswa kami,

melainkan, kita bergantung pada sejumlah strategi dan pendekatan untuk

mencapai atau mengajar populasi ng sangat beragam dengan berbagai

kemampuan dan kebutuhan sosial emosional. Tidak ada satu pendekatan

yang berlaku pada setiap siswa. Kadang-kadang terjadi ketika semua siswa

menanggapi prosedur disiplin dengan cara yang serupa. Tetapi pada

umumnya, pendekatan harus dilakukan agar sesuai dengan usia dan

kepribadian setiap siswa. Selain itu, sejumlah guru merasa lebih nyaman

dengan satu pendekatan disiplin dari pada pendekatan yang lain.31

D. Kajian Penelitian Terdahulu

Untuk memberikan pemahaman yang lebih luas pada penelitan ini,

penulis perlu paparkan terlebih dahulu mengenai penelitian yang pernah

dilakukan sebelumnya untuk mengetahui letak persamaan dan perbedaan serta

pengembangan keilmuan manusia. Salah satu hasil penelitian yang dilakukan

penulis dengan hasil penelitian sebelumnya bagian tersebut dapat dijabarkan

sebagai berikut:

1. Abdurrahman 2013, Penerapan Reward dan Panishment Dalam

Meningkatkan Semangat Belajar Siswa di SDI-Terpadu Al-azhar

31

(22)

Kelurahan Kowel Kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan. Skripsi,

STAIN Pamekasan Jurusan Tarbiyah.32

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: dalam memberikan Reward

dan Punishment di SDI-terpadu Al-azhar kelurahan kowel pamekasan

tidak luput dari siswa yang melakukan perbuatan yang berkaitan dengan

reward dan punishment tersebut. Adapun bentuk-bentuk reward dan

punishment yang digunakan di SDI-Terpadu Al-azhar kelurahan kowel

kecamatan/kabupaten pamekasan ketika ada siswa yang menunjukkan

prestasinya maka dengan seketika siswa langsung diberi reward oleh guru,

sedangkan ketika melakukan pelanggaran maka akan ada hukumannya

panishment. Adapun dalam pemberian Punishment yaitu ketika ada siswa

yang melakukan pelanggaran sebaik itu di dalam pembelajaran maupun

sikap tingkah laku seperti yang sering digunakan seperti mengingatkan

atau memberi peringatan-peringatan, memberikan tugas tambahan,

menerangkan pelajaran, ataupun melanggar ketertiban dan memberikan

pengarahan-pengarahan. Adapun penerapan Panisment yang di tetapkan

SDI-Terpadu Kelurahan Kowel Kecamatan/Kabupaten Pamekasan tidak

lain hanya untuk tidak mengulangi pelanggaran yang sudah siswa perbuat

atau mencegah siswa tersebut tidak melakukan suatu hal yang membuat

dirinya rugi terhadap dirinya sendiri dan dengan begitu siswa tidak

melakukanhal tersebut dan sadar akan akibatnya.

Letak perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang

sekarang adalah pada cara yang digunakan penelitan terdahulu dalam

menerapkan hukuman yaitu dengan cara memberikan tugas tambahan dan

32

(23)

disuruh menerangkan pelajaran didepan sehingga siswa kapok dengan

perbuatan yang dilakukannya dan tidak mengulanginya lagi. Sedangkan

penelitian yang sekarang penerapan hukuman yaitu dengan cara berdiri

didepan kelas, dipanggil keruang BK dan mengejakan tugas tambahan.

2. Fathor Rahem, 2011, Implementasi Hukuman Edukatif di MTs Sunan Giro

Lobuk Bluto Sumenep,Skripsi, STAIN Pamekasan Jurusan Tarbiyah.33 Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Implementasi Hukuman

Edukatif di MTs Sunan Giri Lobuk Bluto Sumenep menerapkan hukuman

pendekatan. Artinya siswa hanya diberikan arahan untuk tidak

melaksanakan pelanggaran. Ada beberapa tindak lanjut yang diterapkan

dalam hukuman tersebut diantaranya adalah: (a) ketika siswa melakukan

pelanggaran guru memanggil yang bersangkutan kemudian memberikan

arahan yang tepat. (b) namun jika kesalahan itu terulang lagi dan yang

melakukannya adalah tetap siswa yang pertama, maka guru memanggil

kembali dan di konsultasikan dengan Kepala Sekolah. (c) jika hal itu

terulang kembali sampai tiga kali, maka pihak sekolah memberikan surat

panggilan kepada orang tua yang bersangkutan.

Adapun bentuk hukuman edukatif yang bisa menjadi implementasi

pendidikan di MTs Sunan Giri Lobuk Bluto Sumenep. (a) bentuk isyarat,

usaha pembetulan kita lakukan dalam bentuk isyarat muka isyarat anggota

badan lainnya. (b) bentuk kata, kata yang dapat berisi kata-kata peringatan,

kata-kata teguran dan akhirnya kata-kata ancaman. (c) bentuk perbuatan,

usaha pembetulan adalah lebih berat dari usaha sebenarnya.

33

(24)

Letak perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang

sekarang adalah tetntunya lokasi penelitiannya berbeda serta fokus

penelitiannya juga berbeda sedangkan persamaannya adalah sama-sama

terfokus pada siswa suatu hukuman serta juga mempertimbangkan terlebih

dahulu ketika memberikan suatu sanksi.

3. Agus Rohman Prasetyo, 2012, Pengaruh Metode HukumanTerhadap

Motivasi Dan Kedisiplinan Belajar Al-Qur’an Hadist Siswa-Siswi Kelas X

di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Trenggalek, Skripsi, STAIN

Tulungagung, Jurusan Tarbiyah.34

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pengaruh Metode Hukuman

Terhadap Motivasi Dan Kedisiplinan Belajar Al-Qur’an Hadist Siswa -Siswi Kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Trenggalek ini dilatar

belakangi oleh sebuah fenomena bahwa metode pemberian hukuman

dalam proses pendidikan dapat mempengaruhi motivasi dan kedisiplinan

belajar Al-Qur’an Hadist siswa. Dalam hal ini menghubungkan masalah

metode hukuman yang diterapkan dengan motivasi dan kedisiplinan

belajar.

Adapun hasil penelitian: a). Metode hukuman yang diterapkan baik

dan membimbing. b). Metode hukuman yang diterapkan mempengaruhi

motivasi belajar siswa namun sangat lemah sehingga dianggap tidak ada.

c). Motivasi belajar siswa lebih meningkat dengan adanya metode

hukuman namun sangat lemah. d) Metode hukuman yang diterapkan

mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa namun sangat lemah. e)

34

(25)

Motivasi belajar siswa lebih meningkat dengan adanya metode hukuman

namun sangat lemah.

Letak perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang

sekarang adalah tetntunya lokasi penelitiannya berbeda serta fokus

penelitiannya juga berbeda sedangkan persamaannya adalah sama-sama

terfokus pada siswa suatu hukuman serta juga mempertimbangkan terlebih

(26)

26

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif.

Menurut Bogdan dan Taylor bahwa pendekatan kualitatif merupakan

proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang beruap kata-kata

tulisan atau lisan dari orang dan perilaku yang dapat diamati.1

Selain definisi di atas, Denzin dan Lincoln mendefinisikan bahwa

penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah,

dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan

jalan melibatkan berbagai metode yang ada.2

Adapun jenis penelitiannya, peneliti menggunakan jenis penelitian

deskriptif. Menurut Arikunto penelitian deskriptif adalah penelitian yang

dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lainnya

sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan

penelitian. Peneliti deskriptif ini digunakan karena dalam penelitian ini

peneliti tidak melakukan apa-apa terhadap objek atau wilayah yang diteliti,

dalam artian peneliti tidak mengubah, menambah, atau mengadakan

manipulasi terhadap objek atau wilayah penelitian. Dalam kegiatan

penelitian ini, peneliti hanya memotret apa yang terjadi pada wilayah yang

1

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 4.

2

(27)

diteliti, kemudian memaparkan apa yang terjadi dalam bentuk laporan

penelitian secara lugas, seperti apa adanya.

B. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti di lapangan merupakan salah satu langkah penting

dalam penelitian kualitatif. Kehadiran peneliti selama kurang lebih dua

bulan lapangan untuk memperoleh data atau informasi yang dibutuhkan

peneliti sesuai dengan tujuan penelitian. Pada tahap awal penelitian

dilakukan di SMPN 1 Pademawu Pamekasan ini, peneliti mendatangi

kepala madrasah untuk meminta izin kepada kepala madrasah tentang

penelitian untuk mengetahui informasi tentang penerapan hukuman pada

kedisiplinan belajar siswa tersebut, kemudian mengumpulkan data sesuai

dengan waktu kosong subyek penelitian.

Sedangkan prosedur penelitian yang peneliti tempuh ke lapangan

penelitian menggunakan prosedur purposif yakni dimulai dari kepala

sekolah SMPN 1 Pademawu Pamekasan sebagai orang yang paling

dominan dalam melakukan penelitian. Kemudian kepada guru yang

mengajar dan murid sebagai orang yang paling berperan pada masalah

penelitian dan memberitahukan tentang penelitian ini, kemudian yang

terakhir pengumpulan data yang ada.

Peneliti dalam hal ini bertindak sebagai instrumen atau pengumpul

data dengan melakukan observasi dan wawancara. Maka peneliti disini

bertindak sebagai kunci sekaligus pengumpul data. Dengan melakukan

observasi, peneliti dapat mengetahui dan mehami gambaran yang otentik

(28)

C. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, kehadiran peneliti merupakan salah satu

langkah yang sangat penting dalam penelitian pendekatan kualitatif.

Keterlibatan langsung peneliti terhadap subjek penelitian dalam rangka

memperoleh data yang akurat yang dibutuhkan oleh peneliti sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti. Pada tahap awal penelitian di

SMPN 1 Pademawu Pamekasan dalam penellitian ini, peneliti bertindak

sebagai instrumen atau pengamat penelitian, dengan begitu peneliti

bertindak sebagai pelaksana pengumpulan data, penganalisis data dan

penafsiran data yang pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian

mengenai informasi yang telah diperoleh. Kehadiran peneliti selama

kurang lebih dua bulan di lapangan untuk memperoleh informasi atau

seperangkat data yang dibutuhkan penelitian sesuai dengan tujuan

penelitian. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Pademawu

Pamekasan yang terletak di pamekasan. Alasan mengapa peneliti

mengambil lokasi di SMPN 1 Pademawu Pamekasan tersebut merupakan

alumni di sekolah tersebut.

D. Sumber Data

Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari

mana data diperoleh. Menurut Lofland, sumber data utama dalam

penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumentasi lainnya.3

Jadi sumber data dalam penelitian ini adalah guru, kepala sekolah

dan siswa serta dokumen yang relevan.

3

(29)

Sumber data pada penelitian ini merupakan bagian penting dalam

sebuah penelitian, karena data merupakan salah satu syarat untuk

membentuk suatu rangkaian permasalahan yang terkait dengan penelitian

yang akan dikaji, data yang dimaksud dapat diperoleh melalui wawancara

dengan kepala sekolah, waka kurikulum, guru Pendidikan Agama Islam,

dan siswa, sehingga nantinya data yang diperoleh akan dirumuskan dalam

bentuk transkip wawancara dan catatan pengamatan.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian pendekatan kualitatif ini

proses pengumpulan datanya dengan cara pengamatan atau observasi,

interview/wawancara, dan dokumentasi. Adapun teknik pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek

penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila

objek penelitian bersifat perilaku dan tindakan manusia, fenomena alam,

(kejadian-kejadian yang ada di alam sekitar), proses kerja, dan penggunaan

responden kecil.4Jenis observasi terdiri dua macam yaitu: a. Observasi Partisipan (Berperan Aktif)

Dalam Obsevasi partisipan yaitu prosedur yang dengannya

peneliti mengamati tingkah laku orang lain dalam keadaan alamiah,

tetapi peneliti tidak melakukan partisipan terhadap lingkungan yang

diamati. Dalam observasi partasipan disini peneliti terlibat langsung,

4

(30)

atau dengan kata lain peneliti itu menjadi salah satu guru atau murid

untuk lebih mengetahui terhadap kondisi yang sebenarnya.

b. Observasi Non Partisipan

Observasi Non Partisipan sangat bermanfaat karena

direncanakan dengan baik dalam memilih keadaan dari data yang

dimiliki dan dari situasi yang diamati (masalah-masalah yang

dikaitkan dengan kehadiran peneliti) 5 dalam observasi non partisipan disini peneliti tidak terlibat langsung, dengan kata lain

peneliti disini hanya sebagai pengamat responden, dalam artian

peneliti itu hanya meninjau, memperhatikan, meneliti, dan peneliti

tidak pernah menjadi salah satu guru atau murid yang ada di SMPN 1

Pademawu Pamekasan.

Dalam penelitian ini jenis observasi yang digunakan oleh peneliti

adalah observasi partisipan. Karena peneliti terlibat langsung dalam

kegiatan pemberian hukuman pada siswa yang berlangsung di SMPN 1

Pademawu Pamekasan, dan tidak mengganggu aktifitas belajar siswa.

2. Wawancara

Secara umum yang dimaksud dengan wawancara adalah cara

menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan tanya

jawab lisan secara sepihak, berhadap muka, dan dengan arah serta tujuan

yang telah ditentukan. 6 Metode wawancara adalah suatu cara mengumpulkan data yang digunakan untuk memperolah informasi

langsung dari sumbernya.7

5

Ibid, hlm. 289-290. 6

Buna’i,Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan (Pamekasan: STAIN Pamekasan Press, 2006), hlm. 101.

7

(31)

Di dalam wawancara secara garis besar ada dua macam pedoman

wawancara diantaranya:

a. Wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya

memuat garis besar yang akan dinyatakan. Tentu saja kreativitas

pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis

pedoman ini lebih banyak bergantung dari wawancara.8Wawancara tidak terstruktur atau terbuka, sering digunakan dalam penelitian pendahuluan

atau malahan untuk penelitian yang lebih mendalam tentang responden.9 b. Wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang pewawancaranya

menetapkan sendiri masalah-masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang

akan diajukan dengan tujuan mencari jawaban dari hipotesisnya.10 Namun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara tidak

terstruktur. Hal ini dilakukan untuk mempermudah peneliti pada saat

melakukan wawancara kepada Kepala Sekolah, Guru, dan Siswa.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, lengger, agenda, dan sebagainya.

Dokumentasi ini digunakan sebagai alat pembuktian untuk mendukung

suatu keterangan, penjelasan atau argumen. Sehingga keterangan tersebut

tampak jelas dengan adanya pembuktiandari dokumentasi.11

Jadi peneliti di sini menggunakan sumber manusia ataupun barang

yang dapat membantu peneliti dalam pengambilan terhadap pengumpulan

8

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 227.

9

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R& D (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 140.

10

Arikunto, Prosedur Penelitian, hlm. 227. 11

(32)

data yang nantinya dibutuhkan oleh peneliti. Peneliti menggunakan sumber

manusia dalam melakukan kegiatan wawancara dan menggunakan sumber

non manusia yang nantinya berupa data guru data murid, visi misi di SMPN

1 Pademawu Pamekasan dan struktur kepengurusan sekolah.

F. Analisis Data

Dalam penelitian ini pada penelitian analisis data kualitatif

menurut Bogda dan Bikler adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi

satuan yang dapat dikelola, memastikannya, mencari, menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan

apa yang diceritakan kepada orang lain.12Dari pengertian di atas peneliti dapat memahami bahwa analisis data merupakan usaha peneliti dalam

mengelola data yang didapatkan dari lapangan.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.

Sugiyono mengutip pendapat Miles dan Huberman yang mengemukakan

bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif

dan berlangsung terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah

jenuh.13Metode analisis data yang dilakukan di lapangan menurut Miles dan Huberman yaitu:14

a. Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data

12

Lexy. J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Remaja Rosda Karya, 2008), hlm. 248.

13

Sugiyono, Metodologi Penelitian , hlm. 246-253. 14

(33)

berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung bahkan

sebelum data benar-benar terkumpul. Adapun tahap-tahap dalam

reduksi data ini adalah:

1. Pengecekan (Cheking)

Pengecekan data dilakukan dengan memeriksa kembali lembar

transkip wawancara, observasi dan dokumen yang ada. tujuannya

adalah untuk mengetahui tingkat kelengkapan data atau informasi

yang dibutuhkan.

2. Pengelompokan (Organizing)

Setelah mengadakan pengecekan data, maka selanjutnya

mengadakan pengorganisasian data, pengorganisasian data ini

dilakukan dengan memilah-milah atau mengklasifikasikan data

sesuai dengan arah fokus penelitian.

Dalam penelitian kualitatif ini, analisis data dilakukan secara

bersamaan dengan pengumpulan data ataupun sesudahnya, dimana

pekerjaan pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini harus di

ikuti dengan penulisan, mengklasifikasi, mereduksi, dan

menyajikan data. Analisis data tersebut ditandai dengan proses

analisis induktif dari khusus ke umum sehingga diperoleh temuan

penelitian.

3. Pemberian kode (Coding)

Pemberian kode dimaksudkan untuk menentukan data atau

informasi berdasarkan tekhnik pengumpulan data (wawancara dan

observasi). Adapun kode yang digunakan oleh peneliti dalam

(34)

Keterangan Kode :

Ww = Wawancara

OB = Observasi

DK = Dokumen

F = Fokus

F1 = Fokus 1

F2 = Fokus 2

F3 = Fokus 3

I = Informen

I1 = Kepala Sekolah

I2 = Guru BK

I3 = Kesiswaan

I4 = Guru

I5 = Siswa

T = Tempat

TI = Ruang Kepala Sekolah

T2 = Ruang BK

T3 = Ruang Guru

T4 = Kelas

b. Penyajian data, merupakan langkah selanjutnya dalam analisis data

kualitatif. Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian naratif, bagan,

tabel, dan lain sejenisnya. Penyajian data dalam bentuk-bentuk tersebut

akan memudahkan peneliti memahami apa yang terjadi dan

(35)

Penarikan kesimpulan dan verifikasi data, Penarikan kesimpulan

dilakukan manakala peneliti sudah yakin dengan temuan-temuannya.

Ketika peneliti ragu terhadap data yang diperoleh dari hasil penelitian,

maka dilakukan verifikasi data (pengecekan ulang). Penarikan kesimpulan

data dan verifikasi data ini bertujuan untuk validitas data yang telah

terkumpul di lapangan dan untuk menarik kesimpulan hasil penelitian.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam rangka untuk mengetahui data yang diperoleh peneliti absah

atau tidak, maka peneliti menggunakan beberapa cara yang dilakukan:

1. Perpanjangan Keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan

data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu

singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada

latar penelitian. Perpanjangan keikutsertaan akan memungkinkan

peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulan.

2. Ketekunan Pengamatan

Peneliti melakukan pengamatan secara berkesinambungan

dapat memberikan perhatian secara lebih mendalam, terperinci dan

teliti terhadap sesuatu yang dipandang dominan. Hal ini berarti bahwa

peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci

secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol.

3. Triangulasi

Triangulasi adalah merupakan salah satu cara untuk

pengumpulan data secara lebih hati-hati dan cermat, serta teknik

(36)

Dalam tekhnik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai

tehnik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai

tehnik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.15Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan

triangulasi metode, yaitu peneliti berusaha membandingkan data hasil

wawancara dengan data hasil pengamatan atau dengan dokumentasi.

Selain itu, peneliti juga membandingkan data yang diperoleh dari satu

informan pada informan lainnya.

H. Tahap-Tahap Penelitian

Tahapan penelitian yang peneliti lakukan yaitu sebagaimana

tahap-tahap penelitian pada umumnya :

1. Tahap Pra-lapangan : Menyusun rancangan penelitian, memilih

lapangan penelitian, mengurus perizinan, memilih dan memanfaatkan

informan, dan menyiapkan perlengkapan penelitian.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan : Dalam tahapan ini seorang penelti harus

melakukan persiapan diri, memasuki lapangan, berperan serta sambil

mengumpulkan data.

3. Tahap Analisis Data : Analisis data dilaksanakan langsung di lapangan

bersama-sama dengan pengumpulan data, dimulai dari reduksi data,

penyajian data, dan kesimpulan atau verifikasi data.

4. Penulisan Laporan Hasil Penelitian : Dalam penulisan laporan hasil

penelitian, peneliti menulis kerangka dan isi laporan hasil penelitian,

adapun mekanisme yang diambil dalam penyusunan laporan

15

(37)

disesuaikan dengan buku panduan tentang penulisan karya ilmiyah

(38)

38

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Paparan Data

Dari paparan teoritis yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka

peneliti akan memadukan dengan hasil temuan di lapangan. Pada bab ini akan

dijelaskan paparan dan temuan penelitian yang diperoleh dari lapangan atau

lokasi penelitian baik berupa dari hasil observasi, wawancara, dan

dokumentasi. Deskripsi data temuan penelitian dan pembahasannya tersebut

meliputi :

1. Pemberian Hukuman Dilakukan Dalam Membentuk Kedisiplinan

Belajar Siswa di SMPN 1 Pademawu Pamekasan

Di SMPN 1 Pademawu Pamekasan telah dilaksanakan penerapan

hukuman. Hal itu dilakukan karena kepala dan guru selalu menekankan

kepada semua siswa supaya selalu disiplin setiap harinya. Apalagi dalam

membentuk kedisiplinan belajar siswa memang harus dilaksanakan secara

bagus. Baik secara disiplin untuk tidak terlambat, disiplin supaya

mematuhi tata tertib sekolah, dan disiplin dalam ilmu ketika proses belajar

mengajar berlangsung. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan

Kepala Sekolah Drs. Sugiarto. M.Pd SMPN 1 Pademawu Pamekasan,

sebagaimana petikan wawancara berikut:“Ya, karena Penerapan hukuman

disini memang sangat penting untuk kami terapkan. Apalagi dalam

(39)

betul. Baik secara disiplin untuk tidak terlambat, disiplin mematuhi

mematuhi tata tertib sekolah, serta disiplin dalam ilmu ketika proses

belajar mengajar berlangsung”. (Ww/I1/F1/T1/05-01-2015).1

Pengakuan senada diakui oleh Guru BK Sri Widiastutik.S.Pd

SMPN 1 Pademawu Pamekasan, sebagaimana petikan wawancara

berikut:“Ya. Hukuman memang diterapkan disini, karena sebagai sebuah

tindakan yang diambil oleh guru untuk menghilangkan prilaku negatif

siswa. Dengan maksud untuk memberikan efek jera pada siswa”.

(Ww/I2/F1/T2/05-01-2015).2

Hal senada juga diakui oleh Waka Kesiswaan Rudi Siswanto.S.Pd

SMPN 1 Pademawu Pamekasan, sebagaimana petikan wawancara

berikut: ”Ya. Penerapan hukuman memang dilkukakan di SMPN 1

Pademawu ini. Karena dengan adanya hukuman maka siswa akan

menerima sanksi atas segala perbuatan-perbuatan yang sudah

dilanggarnya”. (Ww/I3/F1/T3/16-04-2015).3

Hal senada juga diakui oleh Guru Pengajar Djuhairiyah.S.Pd SMPN

1 Pademawu Pamekasan, sebagaimana petikan wawancara berikut: ”Ya,

karena penerapan hukuman dalam membentuk kedisiplinan belajar siswa

sangat penting dalam menunjang suatu keberhasilan siswa dan tujuan

1Wawancara langsung dengan Kepala Sekolah (Drs.Sugiarto.M.Pd)SMPN 1 Pademawu Pamekasan, 05-01-2015

2Wawancara langsung dengan Guru BK (Sri Widiastutik.S.Pd) SMPN 1 Pademawu Pamekasan, 05-01-2015

(40)

pendidikan dalam menggali potensi yang ada pada diri siswa”.

(Ww/I4/F1/T3/05-01-2015).4

Hal senada juga diakui oleh Siswa Febri Kurniawan SMPN 1

Pademawu Pamekasan, sebagaimana petikan wawancara berikut:

“Ya. Karena dengan adanya hukuman maka siswa akan menerima sanksi

atas segala perbuatan-perbuatan yang dilakukan karena telah melanggar

aturan dan tata tertib di sekolah SMPN 1 Pademawu sehingga siswa

tersebut tidak mengulangi kesalahan kembali.

”(Ww/I5/F1/T4/05-01-2015).5

Hasil wawancara tersebut juga diperkuat dengan hasil analisis

observasi yang menunjukkan tampak guru sedang melakukan pengarahan

tentang penerapan hukuman dikelas kepada siswa yang kurang disiplin

didalam kelas.(OB/F/T/05-01-2015).6

Hasil wawancara tersebut juga diperkuat dengan hasil analisis

dokumen yang menunjukkan bahwa buku pedoman penilaian sikap/budi

pekerti siswa sesuai dengan bobot pelanggaran tata tertib.

(DK/F/T/05-01-2015).7

Di SMPN 1 Pademawu Pamekasan ada banyak bentuk penerapan

hukuman dalam membentuk kedisiplinan belajar siswa sesuai kriteria

pelanggaran yang dilakukan oleh siswa dari tingkat pelanggaran ringan,

sedang dan pelanggaran berat yaitu seperti contoh bentuk hukuman dari

4Wawancara langsung dengan Guru (Djuhairiyah.S.Pd) SMPN 1 Pademawu Pamekasan, 05-01-2015 5

Wawancara langsung dengan Siswa (Febri Kurniawan) SMPN 1 Pademawu Pamekasan, 05-01-2015 6Observasi, pada tanggal 05-01-2015

(41)

berdiri, skorsing, dan dikeluarkan dari sekolah. Karna dengan

bentuk-bentuk hukuman tadi siswa akan merasa jera dengan hukuman yang sudah

ditentukan tadi. Hal tersebut sesuai hasil wawancara dengan Kepala

Sekolah Drs. Sugiarto. M.Pd SMPN 1 Pademawu Pamekasan,

sebagaimana petikan wawancara berikut: ”Bentuk penerapan hukuman

yang diterapakan seperti hukuman fisik yaitu berdiri di depan kelas,

dijemur, dikeluarkan untuk tidak mengikuti proses KMB, bisa saja

diskorsing dan dikeluarkan dari sekolah”. (Ww/I1/F1/T1/05-01-2015).8

Hal senada diakui oleh Waka Kesiswaan Rudi Siswanto.S.Pd

SMPN 1 Pademawu Pamekasan, sebagaimana petikan wawancara

berikut: “Penerapan hukuman yang dilakukan di SMPN 1 Pademawu

sangat bervariasi yang dilakukan oleh guru namun hal itu harus sesuai

dengan jenis pelanggaran yang dilakukan oleh siswa. Namun hal ini

bertujuan untuk mendisiplinkan siswa agar tidak melakukan

pelanggaran-pelanggaran”.(Ww/I3/F1/T3/16-04-2015).9

Hal senada Juga diperkuat oleh pengakuan Guru BK Sri

Widiastutik. S. Pd SMPN 1 Pademawu Pamekasan, sebagaimana petikan

wawancara berikut ini:“Bentuk penerapan hukuman yang dilakukan salah

satunya seperti halnya berdiri di depan kelas bahkan dikeluarkan didalam

kelas selama bel pergantian jam pelajaran”. (Ww/I2/F1/T2/05-01-2015).10

8Wawancara langsung dengan Kepala Sekolah (Drs.Sugiarto.M.Pd)SMPN 1 Pademawu Pamekasan, 05-01-2015

9Wawancara langsung dengan Waka Kesiswaan (Rudi Siswanto.S.Pd) SMPN 1 Pademawu Pamekasan, 16-04-2015

(42)

Hal senada juga disampaikan oleh Guru Djuhairiyah. S. Pd SMPN 1

Pademawu Pamekasan sebagaimana petikan wawancara berikut: “Bentuk

dari penerapan hukuman itu sendiri bervariasi dari tingkat pelanggaran

yang dilakukan siswa dan dari situasi dan kondisi. Karena itu bentuk yang

diterapkan nantinya dapat memberi efek jera bagi siswa yang melanggar”.

(Ww/I4/F1/T3/05-01-2015).11

Hal senada juga diakui oleh Guru Muyassaroh. S.Pd SMPN 1

Pademawu Pamekasan sebagaimana petikan wawancara berikut:

“Penerapan hukuman yang dilakukan di SMPN 1 Pademawu salah

satunya yaitu berdiri di depan kelas selama jam pelajaran dengan tujuan

agar siswa tersebut menjadi malu terhadap teman-temannya dan supaya

tidak mengulangi kesalahan kembali”. (Ww/I4/F1/T3/16-04-2015).12

Hal senada juga diakui oleh Siswa Ahmad Maulana SMPN 1

Pademawu Pamekasan sebagaimana petikan wawancara berikut:

“Hukuman yang diterapkan di sekolah ini tidak menutup kemungkinan

para siswa tersebut yang sudah melanggar aturan-aturan akan dikeluarkan

di dalam kelas”. (Ww/I5/F1/T4/16-04-2015).13

Hasil wawancara tersebut juga diperkuat dengan hasil analisis

observasi yang menunjukkan Tampak adanya guru sedang menangani

siswa dan memberikan hukuman pada siswa yang tidak lengkap memakai

11

(43)

atribut sekolah pada saat upacara dengan hukuman lari keliling

lapangan..(OB/F/T/05-01-2015).14

Di SMPN 1 Pademawu Pamekasan telah dilaksanakan penerapan

hukuman dalam membetuk kedisiplinan belajar siswa dan itu berlaku terus

menerus dan tidak ada batasan waktu dalam berlakunya. Karena tidak

membedakan satu sama lain. Hal ini sesuai hasil wawancara dengan

Kepala Sekolah Drs. Sugiarto. M.Pd SMPN 1 Pademawu Pamekasan,

sebagaimana petikan wawancara berikut: “Pada saat siswa tidak disiplin

ketika proses belajar mengajar berlangsung maka saat itu juga hukuman

tersebut diterapkan. Karena kami tidak begitu saja memberikan hukuman

kepada siswa tanpa ada permasalahan terlebih dahulu yang diperbuat oleh

siswa”. (Ww/I1/F1/T1/05-01-2015).15

Hal senada juga diakui disampaikan oleh Guru Sri Widiastutik.S.Pd

BK SMPN 1 Pademawu Pamekasan, sebagaimana petikan wawancara

berikut: “Dilaksanakannya suatu penerapan hukuman yaitu pada saat

siswa tersebut tidak mematuhi aturan-aturan di sekolah. Maka pada saat

itu pula hukuman diterapkan”. (Ww/I2/F1/T2/05-01-2015).16

Hal senada juga diperkuat oleh guru pengajar Djuhairiyah.S.Pd

SMPN 1 Pademawu Pamekasan, sebagaimana petikan wawancara berikut:

“Setiap waktu, karena bentuk pelanggaran itu sendiri tidak dapat diduga

dan hukuman tanpa disadari dapat memberikan respon baik nantinya agar

14Observasi, pada tangal 05-01-2015

15Wawancara langsung dengan Kepala Sekolah (Drs.Sugiarto.M.Pd)SMPN 1 Pademawu Pamekasan, 20-02-2015

(44)

siswa sadar akan tanggung jawabnya sebagai siswa yang diikat oleh

peraturan yang ada di sekolah”. (Ww/I4/F1/T3/05-01-2015).17

Pengakuan senada juga diakui oleh Waka Kesiswaan Rudi

Siswanto.S.Pd SMPN 1 Pademawu Pamekasan, sebagaimana petikan

wawancara berikut: “Ketika proses belajar mengajar berlangsung maka

saat itu juga hukuman tersebut diterapkan. Karena seorang guru tidak

semena-mena melakukan hukuman kepada siswanya tanpa ada alasan

tertentu”. (Ww/I3/F1/T3/16-04-2015).18

Hal senada juga disampaikan oleh Siswa Febri Kurniawan SMPN 1

Pademawu Pamekasan, sebagaimana petikan wawancara berikut: “Pada

saat siswa tidak disiplin ketika proses belajar mengajar berlangsung maka

saat itu juga hukuman tersebut diterapkan. Karena kami tidak begitu saja

memberikan hukuman kepada siswa tanpa ada permasalahan terlebih

dahulu yang diperbuat oleh siswa”. (Ww/I5/F1/T4/05-01-2015).19

Di SMPN 1 Pademawu Pamekasan telah dilaksanakan penerapan

hukuman dalam membentuk kedisiplinan belajar siswa memberikan hasil

dan dampak positif bagi kemajuan siswa dan pencapaia tujuan pendidikan.

Dampak positifnya siswa yaitu tidak lagi melanggar tat tertib yang sudah

ditetapkan. Hal ini sesuai hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Drs.

Sugiarto. M.Pd SMPN 1 Pademawu Pamekasan, sebagaimana petikan

wawancara berikut: “Yaitu dalam bentuk kedisiplinan dan tidak

17Wawancara langsung dengan Guru (Djuhairiyah.S.Pd) SMPN 1 Pademawu Pamekasan, 05-01-2015 18

Wawancara langsung denganWaka Kesiswaan (Rudi Siswanto.S.Pd) SMPN 1 Pademawu Pamekasan, 16-04-2015

(45)

melanggar maupun mengulangi perbuatan-perbuatan yang menyimpang

sesuai tata tertib sekolah”. (Ww/I1/F1/T1/05-01-2015).20

Hal senada juga disampaikan oleh Guru BK Sri Widiastutik.S.Pd

SMPN 1 Pademawu Pamekasan, sebagaimana petikan wawancara berikut:

“Yaitu memberikan efek jera kepada siswa itu sendiri agar tidak

mengulangi kesalahan kembali. Sehingga siswa tersebut mentaati semua

peraturan yang sudah ditetapkan di sekolah”

.(Ww/I2/F1/T2/05-01-2015).21

Hal senada juga duakui oleh Guru pengajar Djuhairiyah.S.Pd

SMPN 1 Pademawu Pamekasan, sebagaimana petikan wawancara berikut:

“Selama ini hasil dari penerapan hukuman itu sendiri memberikan hasil

yang positif, yang mana siswa lebih berhati-hati dan disiplin setiap

melakukan perbuatan”. (Ww/I4/F1/T3/05-01-2015).22

2. Keterlibatan Guru Pada Penerapan Hukuman Dalam Membentuk

Kedisiplinan Belajar Siswa di SMPN 1 Pademawu Pamekasan.

Di SMPN 1 Pademawu Pamekasan guru terlibat dalam penerapan

hukumnan dan telah melaksanakan penerapan hukuman dalam

membentuk kedisiplinan belajar siswa. Karena sudah menjadi tugas dan

tanggung jawab seluruh pihak sekolah dalam proses pengembangan siswa

dan menjaga kedisiplinan siswa demi tercapainya tujuan pendidikan.

Namun guru disini hanya dituntut untuk memberikan hukuman dalam

20Wawancara langsung dengan Kepala Sekolah (Drs.Sugiarto.M.Pd)SMPN 1 Pademawu Pamekasan, 05-01-2015

21

Wawancara langsung dengan Guru BK (Sri Widiastutik.S.Pd) SMPN 1 Pademawu Pamekasan, 20-02-201505-01-2015

Referensi

Dokumen terkait

Keeratan hubungan antara debit sedimen dengan debit sungai dan curah hujan pada bulan Maret dan April 2015 di lahan salak Kecamatan Angkola Barat dapat dilihat

Oleh itu, kajian ini pada asasnyaadalah untuk meningkatkan kadar pertumbuhan nod tanaman vanila dengan mencari kadar kepekatan yang optimum hasil kombinasi pengawalatur tumbuhan,

Dengan efektivitas ekstrak putri malu setengah dibandingkan efektivitas pirantel pamoat, ekstrak putri malu memiliki peluang bagus untuk dikembangkan menjadi preparat

Penerapan aplikasi SIKDA di Puskesmas Pademawu Pamekasan dari faktor materials yaitu terdapat kendala pada saat dilakukan entry data kedalam aplikasi SIKDA

Keluaran dari akumulator akan digunakan oleh keluaran sistem dalam hal ini LED dan motor DC sedangkan untuk sensor dan kontroler tegangan kerja dari akumulator

Adapun peran yang dimaksud oleh penulis disini adalah usaha yang menjadi bagian terpenting dari guru Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan nilai-nilai toleransi

Indeks uji ahli yang memiliki nilai 1 berarti memiliki validitas yang sangat tinggi atau dengan kata lain sangat baik. Sehingga disimpulkan bahwa tampilan modul

Walaupun ada kecenderungan respon glikemik yang rendah pada pemberian puding rumpu laut Eucheuma cottonii sebanyak 100 gram, namun tidak terdapat perbedaan