BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Binatang adalah salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang diciptakan untuk
menemani kehidupan manusia. Dengan adanya binatang kehidupan manusia
sangat banyak terbantu. Binatang-binatang tersebut dimanfaatkan sesuai dengan
kebutuhan kita, ada yang dijadikan binatang peliharaan dan ada juga yang
dijadikan makanan bagi kita. Di sekitar kita terdapat banyak jenis binatang, baik
binatang liar maupun binatang peliharaan. Dalam penelitian ini, penulis akan
memfokuskan pembahasan kepada binatang peliharaan.
Binatang peliharaan atau di Jepang disebut dengan Petto (ペット) adalah
binatang yang dipelihara oleh manusia dalam jangka waktu yang singkat maupun
lama untuk memenuhi kebutuhan manusia. Baik yang bersifat ekonomis maupun
emosional. Biasanya binatang dipelihara sebagai teman sehari-hari manusia.
Binatang yang banyak dipelihara merupakan binatang yang memiliki sifat setia
kepada Tuannya, memiliki penampilan yang menarik ataupun mempunyai
kemampuan menarik seperti mempunyai suara yang indah. Secara teori kita bisa
memilih binatang apapun untuk dipelihara, namun pada prakteknya hanya
spesies-spesies tertentu saja yang dipelihara. Binatang peliharaan yang paling sering
dijumpai adalah seperti anjing, kucing, burung, kelinci dan ikan.
Alasan seseorang memelihara binatang adalah karena menyukai binatang
Binatang peliharaan juga dapat membantu kehidupan sehari-hari, seperti menjaga
rumah. Mulai dari anak kecil, remaja, dewasa hingga orang tua tertarik untuk
mempunyai binatang peliharaan.
Di Jepang, binatang yang paling banyak dipelihara adalah anjing dan kucing.
Memelihara petto dalam kehidupan orang Jepang sebenarnya telah ada sejak lama.
Jika kita melihat kembali tiga puluh hingga empat puluh tahun silam, meskipun
tetap menghargai dan menyayangi binatang, tidak banyak masyarakat Jepang
yang menganggap binatang peliharaan sebagai bagian dari keluarga (Thanghan,
2008). Seperti yang telah disebutkan, pada awalnya alasan seseorang memelihara
binatang adalah karena tertarik dan hanya ingin menjadikannya sebagai binatang
penjaga. Namun, kini terlihat bahwa pemikiran tersebut mulai berubah. Sekarang
banyak binatang peliharaan yang menjadi bagian dari keluarga bahkan dianggap
sebagai anggota keluarga dan dianggap sama pentingnya dengan anggota keluarga
yang lain.
Dengan persepsi yang telah berubah, semakin banyak keluarga dan
masyarakat Jepang yang memelihara binatang peliharaan, sehingga meningkatnya
jumlah binatang yang dipelihara masyarakat Jepang pada tahun 1996
menimbulkan sebuah fenomena yang disebut pet boom. Pet boom yang secara
harafiah dapat berarti sebagai ledakan binatang, yaitu meningkatnya jumlah
populasi binatang peliharaan secara drastis.
Pet boom sebenarnya sudah ada sejak tahun 1980 ketika pada saat itu
ekonomi Jepang sedang meningkat. Saat itu, status sosial seseorang dapat dilihat
mahal harga anjing yang dimiliki semakin tinggi pula status sosial dan
kedudukannya di masyarakat. Namun, seiring dengan menurunnya ekonomi
Jepang, meredup pula fenomena pet boom yang sedang berkembang di Jepang.
Selang beberapa tahun kemudian, sekitar tahun 1996-1998, jumlah binatang
peliharaan kembali meningkat cukup drastis. Menurut hasil survey Pet Industry
Figures dalam artikel yang ditulis oleh Yamauchi Mari, saat ini terdapat sembilan
belas juta binatang peliharaan baik anjing dan kucing.
Banyak yang menyebabkan fenomena pet boom semakin berkembang. Antara
lain, banyaknya pasangan yang telah menikah tetapi belum memiliki anak lebih
memilih untuk memelihara binatang, anak remaja yang kedua orang tuanya sibuk
bekerja sehingga tidak memiliki teman di rumah juga memilih untuk memelihara
binatang sebagai teman bermain, dan para lansia yang kesepian di hari tuanya
memutuskan untuk memelihara binatang agar dapat membantu kehidupan
sehari-harinya. Selain itu, fenomena pet boom ini juga membuka peluang bisnis yang
berkaitan dengan binatang peliharaan. Banyaknya masyarakat Jepang yang
tertarik untuk memiliki binatang peliharaan mengundang para pebisnis di Jepang
yang jeli melihat peluang untuk membuka lahan usaha yang berkaitan dengan
binatang.
Menurut Steinford (1979), bisnis ialah suatu lembaga yang menghasilkan
barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Apabila kebutuhan masyarakat
meningkat, maka lembaga bisnis pun akan meningkat pula perkembangannya
untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sambil memperoleh laba. Ketika memulai
dalam bisnis adalah strategi. Bagaimana kita mengatur strategi agar bisnis yang
dijalankan berbeda dengan bisnis yang lain yang memiliki keunikan tersendiri.
Karena seiring berkembangnya jaman, kita harus semakin jeli melihat peluang
bisnis yang ada.
Seperti yang telah dijelaskan, kini di Jepang banyak muncul bisnis-bisnis
yang berkaitan dengan binatang. Seperti café untuk binatang peliharaan seperti
Cat Café, Pet Spa (spa untuk binatang peliharaan), dan Pet Hotel (hotel untuk
binatang peliharaan). Hal ini dimanfaatkan oleh para pebisnis di Jepang untuk
mengambil keuntungan dari berkembangnya fenomena pet boom. Tidak hanya
untuk binatang peliharaan, tetapi terdapat juga peluang bisnis untuk pencinta
binatang peliharaan yang tidak memiliki waktu untuk memelihara binatang
peliharaan.
Dengan adanya fenomena pet boom yang merupakan meningkatnya jumlah
binatang peliharaan di Jepang dan seiring dengan munculnya bisnis terkait
binatang peliharaan karena mendapat pengaruh dari fenomena pet boom, penulis
merasa tertarik untuk meneliti “Fenomena Pet Boom Dan Pengaruhnya
Terhadap Perkembangan Bisnis Binatang Peliharaan Di Jepang Dewasa Ini”.
1.2 Perumusan Masalah
Berkembangnya pet boom pada masyarakat Jepang mengakibatkan
berubahnya pemikiran orang Jepang terhadap binatang peliharaan. Awalnya
binatang dipelihara sebagai binatang penjaga rumah, sekarang telah berubah. Kini
binatang peliharaan dianggap sebagai anggota keluarga, yang sama pentingnya
boom juga ikut mempengaruhi dunia bisnis di Jepang dengan munculnya berbagai
macam bisnis binatang peliharaan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam
bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa faktor- faktor berkembangnya fenomena pet boom di Jepang?
2. Bagaimana pengaruh fenomena pet boom terhadap perkembangan bisnis
binatang peliharaan di Jepang?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam setiap penelitian diperlukan adanya pembatasan masalah agar
pembahasan tidak terlalu melebar sehingga menyulitkan pembaca untuk
memahami pokok permasalahan yang dibahas.
Di dalam penelitian ini, pembahasan akan terfokus bagaimana fenomena pet
boom memberi pengaruh kepada bisnis di Jepang. Selain itu, pada bab II penulis
juga akan memberikan penjelasan mendetail tentang asal muasal fenomena pet
boom.
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka
Setiap kebudayaan yang tercipta akan melahirkan budaya baru dan
menghasilkan fenomena. Dewasa ini di mana aktivitas, teknologi dan media
semakin canggih juga menimbulkan berbagai macam fenomena di kalangan
masyarakat. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, fenomena diartikan sebagai
hal-hal yang dinikmati oleh panca indra dan dapat ditinjau secara ilmiah.
Saat ini, di Jepang memelihara binatang peliharaan sudah sangat umum.
Jika dilihat dari jumlahnya, binatang peliharaan lebih mendominasi dibandingkan
dengan persentase kelahiran di Jepang saat ini. Menurut kepala Asosiasi
Perencanaan Keluarga Jepang (JFPA), Kunio Kitamura, Negeri Sakura kini
mengalami krisis demografi serius. Bahkan, manusia Jepang terancam punah
dimasa yang akan datang (www.dunia news.viva.co.id). Masih ingin berkarir atau
bekerja menjadi alasan bagi wanita Jepang yang telah menikah untuk menunda
memiliki anak.
Memelihara binatang seperti anjing dan kucing memiliki nilai tersendiri
bagi masyarakat Jepang, yaitu berupa nilai saling setia, nilai persahabatan dan
nilai kebahagiaan. Selain kaum muda, yang banyak memelihara binatang
peliharaan adalah lansia. Bagi lansia binatang peliharaan memiliki arti
persahabatan, kesetian dan kasih sayang.
Terkait dengan fenomena pet boom, saat ini banyak bisnis yang
berhubungan dengan binatang peliharaan bermunculan di Jepang. Tidak hanya
untuk memenuhi kebutuhan binatang peliharaan, orang Jepang juga suka dengan
hal-hal yang berbau unik dan lucu.
1.4.2 Kerangka Teori
Kerangka teori menurut Koenjtaraningrat (1976:1) berfungsi sebagai
bentuk yang nyata. Dalam penelitian suatu kebudayaan masyarakat diperlukan
satu atau lebih teori pendekatan yang sesuai dengan objek dan tujuan dari
penelitian ini.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan fenomenologis.
Pendekatan fenomenologis merupakan pendekatan yang menekankan rasionalitas
dan realitas budaya yang ada serta berusaha memahami budaya dari sudut
pandang pelaku budaya tersebut (Moleong, 1994:8). Dengan pendekatan
fenomenologis, peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya
terhadap orang-orang dalam situasi tertentu. Seperti penjelasan pada tinjauan
pustaka sebelumnya, telah terjadi sebuah fenomena di tengah-tengah kehidupan
masyarakat Jepang, yaitu fenomena pet boom. Di mana meningkatnya jumlah
binatang peliharaan di Jepang.
Selain itu penulis menggunakan teori pendekatan psikologi-sosial.
Psikologi-sosial merupakan bidang
berskala mikro. Bidang ini menilai keseluruhan masyarakat melalui studi pikiran,
emosi dan kelakuan dari sekelompok kecil juga individu (Stolte, John F; Fine,
Gary Alan; Cook, Karen S.: 2001). Roueck and Warren dalam
bukunya Sociology mendefinisikan psikologi sosial ialah ilmu pengetahuan yang
mempelajari psikologi daripada tingkah laku manusia, yang dipengaruhi oleh
interaksi sosial.
Dengan teori pendekatan psikologi-sosial ini, penulis berusaha memahami
perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat Jepang. Seperti yang telah
keluarga bahkan dianggap sama pentingnya dengan anggota keluarga yang lain.
Selain itu, semakin banyak masyarakat Jepang yang memelihara binatang
peliharaan, sehingga situasi ini dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk membuka
bisnis yang berkaitan dengan binatang peliharaan. Beberapa ruang kaji
psikologi-sosial seperti pada masyarakat, interaksi psikologi-sosial dan perubahan-perubahan yang
terdapat di dalamnya merupakan titik tolak penulis dalam mengkaji pengaruh pet
boom terhadap bisnis di Jepang.
1.5 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa faktor-faktor berkembangnya fenomena pet boom
di Jepang.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh fenomena pet boom terhadap
perkembangan bisnis binatang peliharaan di Jepang.
1.5.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi penulis, diharapkan menambah pengetahuan tentang fenomena pet
boom dan perkembangannya.
2. Bagi pembaca, penulis berharap agar penelitian ini bisa menambah
wawasan pembaca khususnya yang sedang belajar di bidang kajian
1.6 Metode Penelitian
Metode berasal dari kata methodos dalam bahasa latin yang terdiri dari kata
meta dan hodos. Meta berarti menuju, melalui, mengikuti, sesudah, sedangkan
hodos berarti jalan, cara, arah (Ratna, 2009:34). Dalam pengertian yang lebih luas
metode dianggap sebagai cara-cara, strategi untuk memahami realitas,
langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya.
Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan
penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis
dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi. Suatu penelitian mempunyai
rancangan penelitian (research design) tertentu. Rancangan ini menggambarkan
prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber
data dan kondisi arti apa data dikumpulkan, dan dengan cara bagaimana data
tersebut dihimpun dan diolah. Tujuan rancangan penelitian adalah melalui
penggunaan metode penelitian yang tepat, dirancang kegiatan yang dapat
memberikan jawaban yang teliti terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian
(https://karobby.wordpress.com).
Metode penelitian merupakan salah satu hal yang sangat diperlukan dalam
melakukan penelitian, yaitu untuk menunjang keberhasilan tulisan yang akan
disampaikan penulis kepada pembaca. Metode penelitian pada dasarnya
merupakan cara alamiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu. Untuk itu, dalam pengerjaan penelitian ini, penulis menggunakan metode
deskriptif.
Menurut Koentjaraningrat (1976:30), penelitian yang bersifat deskriptif
keadaan, gejala, atau kelompok tertentu. Oleh karena itu, data-data yang diperoleh
dikumpulkan, disusun, diklasifikasikan sekaligus dikaji dan kemudian
diinterpretasikan dengan tetap mengacu pada sumber data dan informasi yang ada.
Selain itu, penulis juga menggunakan metode studi kepustakaan. Studi
kepustakaan merupakan studi aktivitas yang sangat penting dalam sebuah
penelitian. Beberapa aspek yang yang perlu dicari dan diteliti meliputi masalah,
teori, konsep dan penarikan kesimpulan. Dengan kata lain, studi kepustakaan
adalah pengumpulan data dengan cara membaca buku-buku yang berkaitan
dengan objek penelitian. Data yang diperoleh dari referensi tersebut akan dianalisa
untuk dapat ditarik kesimpulan (Nasution, 1996:14).
Di samping itu, penulis juga memperoleh data-data dari beberapa situs di
internet berkaitan dengan fenomena pet boom. Seluruh data-data yang didapat
baik dari proses studi kepustakaan maupun data internet, akan dianalisa dan