• Tidak ada hasil yang ditemukan

Judi Kartu Remi (Studi Etnografi Terhadap Fungsi Judi Pada Ibu-Ibu Di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Judi Kartu Remi (Studi Etnografi Terhadap Fungsi Judi Pada Ibu-Ibu Di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban Chapter III V"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

JUDI IBU-IBU DI DESA SEI BELUTU KECAMATAN SEI BAMBAN

Perjudian adal

pilihan diantara beberapa pilihan dimana hanya satu pilihan saja yang benar dan

menjadi pemenang. Pemain yang kal

si pemenang. Peraturan dan jumlah taruhan ditentukan sebelum pertandingan dimulai. Ada beberapa masalah dalam perjudian yaitu:

• Beberapa orang akan menjadi

dan kehilangan bany

• Kadang-kadang judi tidaklah adil. Jika anda menang atau kalah, anda harus

membayar sejumlah uang.

Perjudian merupakan salah satu penyakit masyarakat terutama yang dihadapi oleh ibu-ibu di Desa Sei Belutu. Dimana seorang ibu adalah orangtua perempuan seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Umumnya ibu memiliki peranan yang penting dalam membesarkan anak dan panggilan ibu dapat diberikan untuk yang bukan merupakan orangtua kandung (biologis) dari seseorang yang mengisi peranan ini18

18

Sumber:

. Jadi seharusnya seorang ibu itu harus bisa mencerminkan perilaku yang baik terhadap anak-anaknya, karena perilaku seorang anak itu tergantung dari kelakuan ibunya sendiri dan cara didik orangtuanya sendiri.

(2)

Jika seorang ibu selalu bertindak baik maka seorang anak pasti akan meniru sikap ibunya tersebut walaupun memang masih ada anak perilaku anak yang melenceng dari sikap ibunya, sebaliknya jika seorang ibu berperilaku tidak baik seperti kasus yang ada disini yaitu bermain judi maka seorang anak akan mengikuti kebisaan ibunya itu yaitu bermain judi.

3.1. Sejarah Munculnya Perjudian Pada Ibu-Ibu di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban

(3)

mereka pun tidak pernah bertambah lagi, mereka tetap 8 (delapan) orang saja. Bentuk perjudian yang dilakukan oleh ibu-ibu ini adalah dalam bentuk permainan judi kartu remi. Bagi ibu-ibu ini kartu remi lebih asik dipakai bermain judi karena walaupun mereka tahu kartu remi sangat sulit untuk di mainkan tetapi mereka lebih suka menggunakan kartu remi daripada kartu lainnya seperti kartu domino.

3.2. Judi Bagi Ibu-Ibu

(4)

“Naeng marhua hamunang ito tu kodeon? Naeng manuor tuak do hamunang? Ai boru aha do hamunang, sehara sohea hubereng bohi muna, ai boru nise do hamunang dohot pardia do hamunang?”.

“Mau ngapain kamu ito ke kedai ini? mau beli tuak yah? Boru apa kamunya sepertinya saya tidak pernah melihat kamu, anak siapa kamunya dan tinggal dimana?

Dengan menebarkan senyuman sambil malu-malu, karena saya tidak mengenal bapak-bapak tersebut saya pun menjawab pertanyaan dari bapak itu:

“Boru Hasugian do au Tulang, Oma boru Sinaga, au tinggal di Simpang III do Tulang jonok ni gereja HKBP do jabu nami”.

“Saya boru Hasugian Tulang, mama boru Sinaga, saya tinggal di Simpang III dekat gereja HKBP”.

Setelah saya selesai berbicara dengan bapak-bapak tersebut saya pun bertemu dengan suami dari Ibu D. Sihombing yaitu Bapak T.Tambunan. Saya pun disambut dengan baik oleh bapak tersebut karena memang pada awalnya saya sudah memperkenalkan diri dan menjelaskan alasan saya datang kesini. Sambil tersenyum saya pun menyakan kepada bapak tersebut dimana ibu-ibu tersebut bermain kartu.

Tulang idia halak Nantulang I marlabas?”

“Tulang dimana orang Nantulang itu berjudi?”

Dengan tersenyum Tulang itu pun menjawab:

Bereng hamunang ma tubalakkangi Inang sian pintu samping

I ho masuk, tor tarida do annonan halaki”

(5)

Saya pun pergi kebelakang rumah Tulang itu melalui pintu samping yang tadi dikatakan oleh Tulang tersebut. Sesampainya di belakang rumah saya hanya melihat beberapa ibu-ibu yang sedang duduk-duduk sambil bercerita-cerita, ibu-ibu tersebut adalah Ibu H. Pandiangan, E. Sinaga, S. Situmorang, G. Gultom, dan ibu D. Sihombing sedangkan ibu-ibu yang lainnya belum datang. Saya pun tersenyum dan duduk di sebelah Ibu E. Sinaga, sambil menunggu ibu-ibu yang lainnya yaitu Ibu E. Manurung dan Ibu S. Sinaga. Sambil menunggu ibu-ibu yang lainnya mereka pun bercerita-cerita mengenai keluarga mereka masing-masing dan mereka pun juga terkadang menceritakan gosip-gosip yang beredar di desa tersebut, baik itu gossip mengenai keluarga orang yang tidak mereka kenal maupun menggosip mengenai kejadian-kejadian yang sedang terjadi di negara ini misalnya gossip mengenai kasusnya Angelina Sondakh yang melakukan tindakan korupsi dan lain-lainnya. Ibu-ibu yang bermain kartu ini ada sebanyak 8(delapan) orang dan Ibu-ibu-Ibu-ibu ini berstatus sudah menikah, memiliki anak, suami dan juga sudah memiliki cucu, mereka adalah perempuan dari golongan kalangan menengah, ada yang bekerja sebagai guru, bidan, petani dan sebagai pengusaha seperti membuka warung. Mereka adalah ibu-ibu yang sudah memiliki umur rata-rata 45-an ke atas.

(6)

mereka peroleh baik itu dari gaji PNS mereka maupun dari hasil penjualan dagangan mereka. Dengan mengeluarkan uang Rp 5.000,00-an dan Rp.10.000,-an dari kantong mereka masing-masing, mereka pun mulai bermain kartu. Sambil berkartu saya pun berbincang-bincang dengan ibu-ibu tersebut. Adapun menurut ibu-ibu tersebut judi adalah suatu permainan yang membuat mereka senang dan mampu melupakan segala permasalahan yang ada dalam diri mereka baik itu karena masalah keluarga maupun masalah ekonomi yang sedang melilit mereka. Judi merupakan suatu pengobat stress dan suntuk. Berjudi dalam bentuk permainan kartu remi bagi ibu-ibu tersebut adalah permainan yang lumayan sulit untuk dimainkan karena permainan ini membutuhkan kepintaran dan menguras banyak pikiran sehingga dengan berfikir bagaimana mencapai kemenangan maka pikiran yang mengganggu mereka dapat terlupakan walaupun mereka tahu kalau kesenangan yang didapatkan dari permainan ini hanya sementara saja sampai permainan tersebut selesai dan setelah permainan tersebut selesai masalah itupun datang kembali kepikiran mereka.

3.3. Alasan Ibu-Ibu Bermain Judi

(7)

• Menurut Ibu E. Sinaga

Ibu E. Sinaga adalah seorang bidan di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban. Ibu ini di kenal sebagai seorang bidan yang baik dan mudah bergaul dengan orang lain. Dahulu sebelum ibu E. Sinaga mengenal judi keluarga mereka adalah keluarga yang bahagia tetapi setelah ibu ini mengenal yang namanya judi keluarga mereka kurang harmonis. Awalnya Ibu E. Sinaga mengenal judi disaat dia menikahkan anaknya yang pertama kepada puteri Ito

nya yang satu marga dengan Ibu E. Sinaga. Setelah sikap yang tidak mengenakkan/ menyenangkan diperoleh dari keluarga Ito nya kepada Ibu E, dia mengalami banyak pikiran sehingga mengakibatkan rasa stress dengan adanya kejadian tersebut Ibu E. Sinaga mulai mengenal judi, karena bagi Ibu E. Sinaga bermain judi adalah suatu obat untuk menghilangkan rasa stres yang ada dalam pikirannya. Sambil menghisap rokok ibu ini menceritakan alasannya bermain judi. Adapun alasannya adalah sebagai berikut:

Inanguda terus marjudi alani stres dohot suntuk dobah Inang,

(8)

marjudi stress dobah mamikiri I sude naeng pullak simajujung on alana so tarpikkiri be. Nunga songoni si sampudan nami pe na bandalan sehera si Gayus Tambunan mangoto-otoi, manjalo hepeng alasan manuor buku alai naeng mar bilyard do molo ndaong mar internet. Bapa Udam pe dijabu holang na modom molo mulak sian parsikolahanna ndang olo mangurupi Inanguda molo tu balian, holang na mangukkori do karejona. Baru pippit simalolong nai 5 menit nunga tor renges, alani I do bah boru molo marjudi iba, tor lumayan mago do saotik suntuk ni pikiran ni ibaon, lagian molo dohot akka dongan-dongan on do iba boi mangalu-alu.”

“Inanguda terus main judi karena stres dan suntuk Inang, banyak yang Inanguda pikirkan, sawah nantulang yang lagi rusak karena dimakan keong dan banyak tumbuh rumput-rumput, anak pun ikut membuat banyak pikiran/suntuk. Anak Inanguda yang pertama tidak pernah kasih kabar paling sedikit hanya 2 x dalam sebulan baru ada kabar itupun hanya sebentar saja kalau sedang menelepon, anak yang nomor dua (2) banyak hutangnya di CU tidak tahu kemana dibuat uang yang dipinjamkannya itu percuma dia Kapala Manager di CU tapi hutang banyak sekali, anak perempuan yang nomor tiga (3) sudah cukup umur 28 tahun tapi masih tetap saja tidak mau menikah, sekarang anak perempuanku yang nomor empat (4) baru yang bulan Desember kemarin baru wisuda, pergi merantau ke Jakarta dan masih baru seminggu disana sudah meminta uang untuk membeli laptop. Karena itu Inanguda berjudi stress memikirkan itu semua seperti pecah kepala ini. Sudah begitu si sampudan kami ini lagi bandalnya seperti si Gayus Tambunan suka berbohong, minta uang alasannya beli buku tapi ternyata uang itu untuk main billyard atau tidak untuk bermain internet. Sedangkan Bapa Udamu ini dirumah hanya tidur saja kerjaannya kalau sudah pulang dari sekolahya tidak mau membantu Inang Uda kerja di sawah. Karena itu boru kalau berjudi sayanya, lumayan hilang sedikit suntuk pikiran ini dibuat, lagian kalau dengan teman-teman yang lain kita bisa berkeluh kesah tentang masalah kita.”

(9)

hasil pertanian yang mereka kelola kurang memuaskan tidak seperti yang di harapkan. Jadi menurut Ibu E. Sinaga bermain judi merupakan obat penghilang stres yang mujarab karena dapat menghilangkan stres tersebut dengan berkumpul bersama-sama teman-temannya yang lain untuk berkeluh kesah.

• Menurut Ibu G. Gultom

Ibu G. Gultom adalah seorang pensiunan PNS, setelah pensiun dia bekerja sebagai petani. Dia mengelola sawahnya sendiri tanpa menggaji orang untuk menyelesaikan sawahnya. Sambil merokok dan meminum segelas tuak yang, Ibu G. Gultom bercerita mengenai alasannya suka bermain judi. Adapun alasan ibu ini bermain judi adalah sebagai berikut:

“Alasan ni Nantulang marlabas sama do dohot na didokni Inangudami boru Sinaga on alani stres, suntuk, godang na sipikkiron. Alani molo dohot Tulangmu do iba marcerita-cerita tentang sude nadi pikkiran nibaon, ndang adong satonga jom nunga mangondok-ondok simalolongna, alani do malas iba mamereng Tulangmon holang na modom do karejona. Molo Nantulang modom torus assit badan, jadi ndang diboto Nantulang naeng marua be molo so marlabas. Holang I ma na boi mambahen ngalini otak-otak on. Molo mamak-mamak na dison ndang peduli habis hepeng na penting pikiranon do, boi gabe tenang”

(10)

yang disini tidak peduli itu dengan uang yang penting pikiran itu bisa tenang itu yang paling utama”.

Dari perkataan Ibu G. Gultom terlihat bahwa dia bermain judi karena stress, suntuk, banyaknya beban pikiran yang dipikirkannya serta sikap suaminya yang suka tidur sehingga dia tidak bisa berbagi masalah dengan suaminya. Jadi, Ibu G. Gultom ikut bergabung dalam perjudian tersebut agar dapat berkumpul dengan ibu-ibu yang lainnya agar dapat berkeluh-kesah mengenai masalah yang dihadapinya.

• Menurut Ibu D. Sihombing :

Ibu D. Sihombing adalah seorang ibu rumah tangga dan bekerja sebagai petani. Dia memiliki sawah sebanyak 1 Ha dan semua sawahnya Ibu D. Sihombing kerjakan sendiri tanpa dia sewakan kepada orang lain. Ibu D. Sihombing juga membuka sebuah warung minuman seperti tuak, kopi, the manis dan lain-lainnya. Sambil menghisap sebatang rokok ibu ini menceritakan alasannya bermain judi. Adapun alasan ibu ini bermain judi adalah sebagai berikut:

“Alasan ni Nantulang marlabas sama do dohot na didokni Inangudami alani stres, suntuk, godang na sipikkiron. Molo marcerita-cerita Nantulang dohot Tulangmu lak gabe mambahen parbadaan do, Tulangmu I nahatopan naik darah tinggi na molo makkatai Nantulang naso pas dirohanai tor bollang do simalolong ni Tulangmi hera naeng mangaltup jolma, jadi daripada marbadai hami humagon ma dipasip.”

(11)

jadi buat perkelahian saja, Tulang kamu itu cepat naik darah tingginya kalau ngomong tidak sesuai dengan yang dihatinya langsung besarnya matanya Tulang kamu ini ibaratkan ingin makan orang, jadi daripada berantam kami lebih bagus didiamin saja.”

Dari perkataan Ibu D. Sihombing terlihat bahwa dia suka bermain judi karena stress, dimana suami ibu ini tidak bisa berbagi keluh kesah karena sikap suaminya yang tempramental, tidak bisa menahan emosi sehingga dengan begitu Ibu D. Sihombing lebih suka bercerita dengan ibu-ibu yang ikut bermain judi daripada dengan suaminya sendiri.

• Menurut Ibu S. Situmorang

Ibu S. Situmorang adalah seorang guru SD di Desa Sei Belutu, dia mengajar pelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5 (Lima) dan 6(Enam). Sepulang dari mengajar Ibu S. Situmorang tidak pernah ketinggalan pergi bermain judi bersama ibu-ibu yang lainnya. Adapun alasan Ibu S. Situmorang bermain judi adalah sebagai berikut:

(12)

dohot kawan-kawan nibaon apalagi Inanguda mon boru Sinaga on parlawak do holang na mekkel do karejo ibahen, alani do bah taboni marlabas boi sambil mekkel-mekkel.Mago suntuk nibai”.

“Kalau Nantulang karena stress memikirkan semua anak-anak Nantulang, kerjaannya cuman minta terus da dibilangin belum ada uang terus minta-minta. Sudah dijelaskan kalau panen padi langsung dikirim, tetapi tetap saja bandal minta-minta, tidak ada pikiranmu percuma di sekolahkan tinggi-tinggi tapi tidak tahu bahasa. Bukan hanya anak, sawahpum gosong tinggal lapungnya yang tinggal karena panasnya matahari ini. Kalau disuruh Tulang kamu ini melihat sawah langsung merepet alasan sudah capek kerja. Semuanya capek yang kerja ini tidur saja capek tapi kalau dibilangin sama Tulang kamu ini jadi berantam saja, suntuk Nantulang kalau memikiri itu semua, jadinya stress. Karena itulah boruku sayang Nantulang suka bermain kartu karena bisa menghilangkan stress. Apalagi sambil berkartu bisa kita berlelucon dengan kawan-kawan kita ini apalagi Nanguda kami ini boru Sinaga suka kali buat lelucon jadinya hanya ketawa-katawa saja kerjaan Nantulang, karena itulah sambil bermain kartu bisa ketawa-ketawa. Jadi hilang rasa suntuk itu”.

Dari perkataan Ibu S. Situmorang terlihat bahwa dia suka bermain judi karena stres melihat tingkah anak dan pertanian yang dikelola tidak bagus, oleh karena itu dengan bermain judi bisa menghilangkan rasa stres karena ibu-ibu yang ikut bermain judi ini juga orangnya lucu-lucu suka membuat lelucon sehingga beban pikiran yang menumpuk bisa hilang seketika.

• Menurut Ibu H. Pandiangan:

(13)

langsung pergi ketempat perjudiannya yaitu kerumah Ibu D. Sihombing. Adapun alasan Ibu H.Pandingan bermain judi adalah sebagai berikut:

“Nantulang marjudi alani stress mamikiri hauma nami, godang rabba-rabba I hauma nunga disemprot pake putas gulma alai tong dang marmatean gabe eme nai do marmasakkan. Di gaji jolma mambabo tong do martubuan, stress iba mamikiri I sude, alai molo I pasobbu dang adong na siallangon. Jadi dang diboto be aha sibahenon, suntuk do ibahen mamikkiri I sude.. Amang-amang niba pe dang adong gunana, holang na hundul-hundul do molo daong holang na peak I podoman I”.

“Nantulang bermain judi karena stress berpikir tentang sawah ini, banyak rumput-rumput di sawah disemprot dengan racun tapi tetap saja tidak bermatian jadi padinya yang rusak. Di gaji orang ngerjainnya tetap saja bertumbuhan, stress Nantulang memikiri semuanya, tapi kalau di diamin saja tidak ada lagi yang mau dimakan. Jadi tidak tahu apa yang mau dilakukan, suntuk memikiri semuanya itu. Kalau. Suami Nantulang ini pun tidak ada gunanya, hanya duduk-duduk saja kerjaannya kalau tidak tidur-tiduran saja di tempat tidur”.

Dari perkataan Ibu H. Pandiangan terlihat bahwa yang mendorong dia bermain judi karena stres memikirkan pertanian yang dikelolanya tidak bagus atau tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan dan suaminya pun tidak mau membantu mengurus pertanian.

• Menurut Ibu S. Sinaga

(14)

S. Sinaga menceritakan alasannya bermain judi. Adapun alasan ibu tersebut adalah sebagai berikut:

“Molo Nantulang ahama si dohonokku Inang, sama do songon na didok halakkon, alani stress godang na sipikkiron, alani do namambahen Nantulang stress, alani anakkon ku on do sai mangidoi kareta inna, ndang alani dangadong hepeng ni Nantulang manuor alai Alana na mabiar do Nantulang molo hutuor kareta na ganjang annonan patna, nunga hea tabrakan ibana sappe tu RS (Rumah Sakit) ponggol patna alani I do Nantulang mabiar manuor karetanai. Alai dakkea I botoi aha maksud ni Nantulang torus mengkatai songoni sai torus ma manjaloi kareta. Stress do iba dibahen adekmi dang iboto hata. Alai salahni Bapak na doi tahe sai di pamanja ma anakkon nai gabe bertingkah ma. Boi do dipamanja alai ikkon botohon do songon dia kondisi. Alai molo dipatorang do gabe parbadaan dihami nadua do humagon ma dipasip.”

“Kalau Nantulang apalah yang mau saya bilang, samanya dengan yang dikatakan dengan ibu-ibu ini, karena stress banyaknya pikiran, Nantulang stress karena anak Nantulang ini selalu maminta dibelikan sepeda motor, buka karenan Nantulang tidak ada uang belikannya tapi karena Nantulang takut kalau saya beli sepeda motornya nanti dia jadi panjang kaki, dulu pernah dia kecelakaan sampai-sampai dibawa ke RS (Rumah Sakit) kakinya patah karena itu Nantulang takut belikan sepeda motornya. Tapi tidak pernah mengerti maksud Nantulang itu teruslah minta-minta belikan sepeda motor. Stressnya Nantulang melihat adik kamu ini tidak mengerti kata Nantulang. Tapi semuanya ini salahnya Tulang kamu inilah itu anaknya ini selalu dimanja jadinya bertingkahlah adik kamu ini. Bisanya memanjakan anak tapi harus tahu bagaimana kondisinya. Tapi kalau dijelaskan jadi perkelahian nantinya jadi ya lebih bagus didiamin sajalah.”

(15)

• Menurut Ibu E. Manurung

Ibu E. Sinaga adalah adalah seorang PNS, dia bekerja sebagai guru SMA Negeri di Desa Gempolan. Ibu E. Manurung mengajar mata pelajaran Sejarah di kelas X(sepuluh),XI(sebelas) dan XII (dua belas). Sambil memegang kartu ibu E. Manurung bercerita-cerita kepada saya mengenai alasannya bermain judi. Adapun alasan ibu E. Manurung bermain judi adalah sebagai berikut:

“Stres alani hauma, sega sude hauma Inang diallangi akka keong, akka duhut pe nagodangan, di suru parbabo alai tong godang dang adong diboto parbaboon holang na manjalo gaji do diboto halakki. Dang hauma na dijabu pe mambahen suntuk, dang boi iba makkatai holan na hatana do boi dibege hatani donganna dang dibege. Gajian alai dakkea tarida gajina, idokkon mambayar hutang tu CU alai dakkea lunas hutangna nunga 6 tahun. Alani dobah Inang, Nantulang sering marlabas dison mambuang suntuk jo asa gabe tenang jo pikkiran on. Daripada lak gabe rittik iba dibaheni umagon ma markartu dison”.

(16)

Dari perkataan Ibu E. Manurung dapat terlihat bahwa ibu ini bermain judi disebabkan karena pikiran yang stress melihat tingkah laku suaminya yang tidak mau jujur dengan ibu tersebut.

• Menurut Ibu M. Sinaga

Ibu M. Sinaga adalah seorang ibu rumahtangga dan bekerja sebagai petani. Ibu M. Sinaga memiliki banyak lahan dan sebahagian lahannya disewakan kepada keluarga terdekatnya. Sambil minum tuak Ibu M. Sinaga berbincang-bincang kepada saya mengenai alasannya bermain judi. Adapun alasan Ibu M. Sinaga bermain judi adalah sebagai berikut:

“Molo Inang uda do marjudi alani suntuk di jabu, ndang adong sikarejoon, mulak sian balian ndang adong be sikarejoon, dungi muse bosan Inang uda dijabu ndang adong dongan makkai. Molo disonkan sambil markartu sambil adong dongan makkai jadinakan ndang bosan Inang uda. Holang na mekkel do iba dison, alana akka parlawak do akka dongan-dongan dison apalagi Op. Tiur boru on holang na marlawaki do karejona, ndang hea so makakai sai adong do sibahenon na asa boi akka donganna mekkel.”

(17)

Dari perkataan Ibu M. Sinaga dapat terlihat bahwa ibu ini bermain judi disebabkan karena pikiran yang stres, sehingga dengan bermain judi dapat mengurangi stres yang ada dalam pikiran Ibu M. Sinaga.

(18)

ekspresi atau raut wajah masing-masing ibu-ibu kalau meraka sedang bermain kartu pada saat suasana kalah maupun menang, seperti ibu H. Pandiangan kalau dia sedang mengalami kemenangan dalam permainan kartu tersebut ibu ini tertawa kuat-kuat dan sebaliknya kalau kalah ibu ini diam saja sedangkan kalau ibu E. Sinaga kalah menang ekspresi yang dia tunjukkannya adalah memberi senyuman saja.

Ibu S. Situmorang memiliki ekspresi wajah kalau menang yaitu selalu tepuk-tepuk tangan dan kalau sebaliknya kalau kalah hanya memberi senyuman saja. Sebaliknya ibu-ibu yang lainnya kalau kalah maupun menang mereka tidak memiliki ekspresi wajah yang datar saja. Akhirnya selama permainan ini Ibu H. Pandiangan menang 4 kali, pas/ lewat sebanyak 5 kali sedangka Ibu E. Sinaga menang 5 kali dan pas/ lewat sebanyak 7 kali. Ibu E. Manurung menang 3 kali dan pas/ lewat 8 kali, Ibu G. Gultom menang sebanyak 3 kali dan pas/ lewat sebanyak 7 kali, Ibu D. Sihombing menang sebanyak 2 kali dan pas/ lewat 7 kali, Ibu S. Situmorang menang sebanyak 3 kali dan pas/ lewat sebanyak 6 kali, Ibu S. Situmorang menang sebanyak 4 kali dan pas/lewat sebanyak 6 kali. Selama ± 3 jam lamanya akhirnya permainan ini selesai juga dimana Ibu H. Pandiangan yang paling banyak menang dan paling banyak mendapatkan uang. Dalam permainan ini barang siapa yang menang yang lebih banyak dia harus mentraktir ibu-ibu yang lainnya minum tuak walaupun hanya segelas saja. Setelah selesai bermain saya dan ibu-ibu yang lainnya pun pulang dari rumah Ibu H. Pandingan.

(19)

Adapun fungsi judi bagi ibu-ibu di Desa Sei Belutu kecamatan Sei Bamban adalah sebagai berikut:

3.4.1. BersifatRekreasi/ Hiburan

Rekreasi adalah suatu penyegaran kembali badan dan pikiran, dan sesuatu yang menggembirakan hati dan menyegarkan segala pikiran yang ada dikepala, sehingga dengan adanya rekreasi segala masalah yang terjadi dapat terlupakan.

Seperti yang telah dikemukakan pada Bab pertama dalam tulisan Geertz tentang sabung ayam atau adu ayam pada masyarakat Bali ini menunjukkan bahwa dalam permainan sabung ayam ini mempertarukan prestise atau harga diri seseorang dimana yang menang menunjukkan bahwa dia yang paling hebat sedangkan yang kalah dianggap seseorang yang memalukan. Bagi masyarakat Bali ayam sebagai simbol perwakilan mereka sebagai kaum laki-laki, jadi dalam masyarakat Bali harga diri yang mereka miliki mereka junjung setinggi-tingginya.

(20)

memang taruhan yang mereka buat adalah harga diri mereka sendiri. Seperti yang dikemukakan oleh salah satu ibu-ibu yang ikut dalam permainan judi ini yaitu Ibu E. Sinaga :

“Inanguda dison marlabas alani molo Inanguda marlabas sude masalah na dipikiran on ndang terbabani be alanakan molo marlabas masalah-masalah na godang I boi mago satokkin, alanakan molo marlabas iba na hita pikiri I kan songon dia taktik ta asa boi bonang”.

”Inanguda disini ikut bermain judi karena Inanguda merasa dengan bermain kartu, masalah yang ada dipikiran Inanguda tidak terbebani lagi karena dengan bermain kartu masalah-masalah yang sudah menumpuk dipikiran hilang seketika ketika bermain kartu karena ketika bermain kartu yang dipikiran kita hanya cara gimana kita dapat menang”.

Dari pernyataan yang dikemukakan oleh Ibu E. Sinaga dapat kita lihat bahwa Ibu E. Sinaga merasa segala masalah-masalah dan beban pikiran yang dihadapinya hilang seketika ketika ikut dalam permainan judi kartu remi tersebut.

Jadi, dalam perminan judi ini Prestise atau harga diri tidak utama buat ibu-ibu yang ikut dalam permainan judi ini. Mereka tidak ada menghubungkan harga diri dengan kalah menangnya dalam permainan judi ini yang mereka butuhkan adalah kesenangan semata saja.

3.4.2. Bersifat Sosialisasi

Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan at dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebua

(21)

primer adalah sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga) sedangkan sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat.

Seperti yang dikemukakan oleh Wursanto bahwa Manusia adalah mahluk sosial atau mahkluk bermasyarakat (Homosocius/ Social Animal). Sebagai akibat sifat kodrati tersebut manusia tidak mungkin dapat hidup seorang diri dan lepas dari bermasyarakat, berkelompok atau hidup bersama. Manusia hidup berkelompok karena kesadaran akan kepentingan bersama, meskipun dalam banyak hal kehidupan masyarakat kita mengetahui banyak kepentingan yang tidak sama bahkan saling bertentangan, sebagian besar kebutuhan hanya dapat terpenuhi apabila yang bersangkutan mengadakan hubungan dengan orang lain.

Dalam permainan judi yang dilakukan oleh ibu-ibu ini bahwa mereka dalam permainan judi mereka juga membutuhkan teman untuk bersosialisasi. Mereka berkumpul bukan hanya karena alasan berjudi saja tetapi selain berjudi mereka juga berkumpul untuk bercerita-cerita tentang masalah-masalah yang mereka miliki dan untuk bertukar pikiran antara sesama mereka. Seprti yang dikemukakan oleh salah satu ibu-ibu yang ikut dalam permainan judi ini Ibu G. Gultom:

(22)

mauliate manambahi uang belanja, molo kalah do ndang masalah napenting dison sonang ni roha do boi mekkel-mekkel dohot inang-inang dison”.

“Kami disini berkumpul bukan karena hanya untuk berjudi saja tetapi kami juga sering bercerita-cerita tentang masalah-masalah keluarga, saling bertukar pikiran bagaimana mengatasi masalah tersebut dan kami juga bermain judi untuk menghilangkan rasa stres dan suntuk saja kalau menang syukur dapat tambahan uang belanja dan kalau kalah tidak apa-apalah yang penting bisa senang, ketawa-katawa bareng ibu-ibu disini”.

Dari pernyataan ibu G. Gultom di atas dapat kita lihat bahwa mereka bermain judi bukan hanya sekedar bermain judi kartu remi saja tetapi mereka juga bermain debarengi dengan canda gurau dan saling berbagi masalah yang dihadapi oleh masing-masing meraka.

Jadi, bagi ibu-ibu yang ikut dalam permainan judi ini yang mereka butuhkan adalah kesenangan diri mereka sendiri dan bisa berkumpul untuk bercerita-cerita tentang masalah yang mereka hadapi dalam rumah tangga mereka masing-masing.

3.4.3. Waktu

Waktu adalah bagian dari sistem pengukuran yang digunakan untuk acara urutan, untuk membandingkan jangka waktu kejadian dan interval antara mereka, dan untuk mengukur tingkat perubahan seperti gerakan obyek19

19

Sumber:

. Dilihat dari permainan judi ini adalah dapat kita lihat waktu yang dipergunakan oleh ibu-ibu saat bermain judi kartu remi ini.

akses 8 Mei

(23)

Dari yang saya lihat sehari-harinya, saya melihat bahwa ibu-ibu yang ikut dalam permainan judi ini datang berkumpul untuk bermain judi di waktu yang senggang. Artinya, diwaktu suami mereka tidak dirumah dan anak-anak mereka sudah pergi berangkat kerja dan sekolah baru ibu-ibu ini bisa pergi untuk bermain judi. Waktu yang mereka lakukan dalam bermain judi ini tidak tentu tergantung situasi dan kondisi yang terjadi. Kalau tidak ada penggangu dalam permainan ini ibu-ibu tersebut bisa bermain sampai waktu yang panjang yaitu sampai 4-6 jam. Seperti yang dikemukakan oleh salah satu ibu-ibu yang ikut dalam permainan judi ini yaitu Ibu H. pandiangan :

“Nantulang rotuson molo Tulangmu ndang mulak dope sian tempat karejona, jadi daripada sahalak ni Nantulang dijabu torus hummagon Nantulang rotuson asa boi gabung-gabung dison marlabas sambil marcerita-cerita dohot akka kedan-kedan on. Leleng na hami marlabas do ndang tentu anddigan sae, molo so adong be sikarejoon, ndang adong na manjou, boi do parsadarian hami sude asa sai marlabas sampai pantat nibaon ndang tarasa mohop dohot pinggang on pe nunga naeng ponggol”.

“Nantulang datang kesini kalau Tulang kamu belum pulang dari tempat kerjaannya jadi daripada saya dirumah sendirian bagusan saya datang kesini dan gabung-gabung ikut bermain judi dengan ibu-ibu disini sekaliankan disana Nantulang bisa cerita-cerita dengan teman-teman yang lainnya. Kalau lamanya kami bermain kartu tergantung situasi yang adalah, kalau kami tidak ada kesibukan lagi dan tidak ada yang memanggil, kami bisa seharian bermain judi sampai bokongpun terasa sudah panas dan pinggang sudah mau patah.”

(24)

pergi bekerja dan sekolah serta lamanya mereka bermain judi tergantung dengan keadaan dan situasi yang terjadi.

3.4.4. Bersifat Ekonomi

Manusia sebagai mahluk ekonomi (Homo Economicus) memiliki kecenderungan untuk tidak pernah merasa puas akan apa yang telah diperolehnya dan senantiasa berusaha terus untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan selalu mempertimbangkan perngorbanan dan manfaat dari tindakan yang dilakukan.

Dalam permainan judi ibu-ibu ini pada awalnya mereka melakukan perjudian atas dasar untuk menghibur diri mereka sendiri, dan lama-kelamaan pada akhirnya tujuan dari mereka dalam melakukan perjudian tidak hanya didasarkan untuk menghibur tetapi mereka juga mencari uang tambahan untuk belanja sehari-harinya. Jadi dalam permainan judi kartu remi ini adalah bersifat ekonomi. Seperti yang dikemukakan oleh salah satu ibu-ibu yang ikut dalam permainan tersebut yaitu Ibu D. Sihombing:

“Parjolo-jolokan toho do Nantulang marlabas alani naeng buang-buang suntuk do alaikan ndang mungkin holang na kalah torus Nantulang, rugi ma annonan dah molo boi attong monang, ndang mantap I boi manambahi uang belanja, manuhor sigaret ni Tulang mu molo mangido ibana, kan tarilala walaupun holang saotik pe”.

(25)

dan bisalah untuk belikan rokok suami, kan “tarilala” walaupun cuman sedikit”.

(26)

BAB IV

SIKAP/ TINDAKAN ORANG-ORANG TERDEKAT DAN MASYARAKAT SEKITAR TENTANG PERILAKU IBU-IBU DESA SEI

BELUTU YANG SUKA BERMAIN JUDI

4.1. Tanggapan dari Suami

Adapun pendapat-pendapat suami para ibu yang ikut dalam permainan judi ini adalah sebagai berikut:

- Bapak P. Sihotang

(27)

dengan anak perempuan yang masih dekat dengan kelurga mereka yaitu Ito

nya Ibu E. Sinaga yang sama-sama bermarga Sinaga. Awalnya alasan Ibu E. Sinaga menjodohkan anaknya kepada putri Ito nya itu adalah karena Ibu E. Sinaga senang memiliki menantu seperti perempuan yang dipilihkannya. Tetapi setelah sebulan dari pernikahan anaknya, apa yang dipikirkan oleh ibu Sinaga mengenai keluarga Ito nya ini salah besar karena ternyata keluarga dari pihak perempuan ini tidak mengakui anak perempuannya dan tidak pernah peduli lagi dengan keluarga mereka, karena anak perempuannya ini adalah hasil pernikahan dari isteri pertamanya, sehingga ibu E. Sinaga stres dan merasa dirinya telah dipermainkan oleh keluarga dari pihak menantunya. Sebenarnya menantu Ibu Sinaga ini adalah anak dari mantan isteri bapak R. Sinaga yang sudah lama bercerai dan tidak pernah bertemu lagi walaupun disaat pernikahan puterinya ini sang mantan isteri juga tidak datang menghadiri pesta pernikahan puterinya karena memang mantan istrinya berada di Jawa Timur tepatnya tinggal di Sudoarjdo. Adapun tanggapan yang dikemukakakan oleh bapak tersebut kapada saya menyikapi isterinya bermain judi adalah sebagai berikut:

(28)
(29)

Dari perkataan yang dikemukan oleh Bapak P.Sihotang dapat kita lihat bahwa sebenarnya Bapak P. Sihotang mengijinkan Ibu E. Sinaga bermain judi tetapi dengan syarat Ibu E. Sinaga dapat mengatur waktunya dalam bermain judi dan tidak meninggal pekerjaannya sebagai seorang bidan serta tidak lupa dengan pekerjaannya sebagai seorang isteri dan seorang ibu.

- Bapak A. Harianja

Bapak A. Harianja adalah seorang PNS, dia bekerja sebagai guru SMA di Desa Sei Belutu, Bapak ini mengajar mata pelajaran Matematika dikelas X (sepuluh) dan XI (sebelas). Adapun tanggapan bapak tersebut menyikapi isterinya bermain judi adalah sebagai berikut:

“Setiap Tulang menasehati Nantulangmu ini pasti Nantulangmu tidak bisa menerima apa nasehat Tulang karena sifat Nantulangmu ini “jogal” tidak mau tahu apa kata orang walaupun kata suaminya tetap saja tidak peduli. Pokoknya yang dipikirannya judi…judi..dan judi…, dan tidak mau tahu apa penilaian orang sama dia pokoknya Nantulangmu senang, apa kata orang cuek saja. Sebenarnya Tulang malu lihat perilaku Nantulangmu ini tapi kalau Tulang bilang seperti itu Nantulangmu ini tidak peduli malahan sebaliknya Tulang sendiri yang dimarahin. Dulu Tulang karena emosinya lihat Nantulangmu ini seminggu kami tidak bicara. Kami hanya diam-diam saja paling kalau ada urusan tentang pesta ngobrol ala sekedarnya saja dan setelah itu diaman lagi. Sudah banyak cara yang Tulang buat biar Nantulangmu ini tidak mau berjudi tapi tetap aja selalu berjudi. Tulang pun tidak bisa lagi bicara kalau nantulangmu berjudi, paling kalau pulang dari berjudi Tulang bukakan pintu dan langsung tidur.

(30)

keluarga dan masyarakat yang ada di Desa Sei Belutu tersebut. Bapak A. Harianja memiliki keinginan untuk bisa merubah perilaku isterinya yang suka bermain judi tetapi walaupun sudah berbagai cara yang dilakukan oleh bapak A. Harianja untuk merubah isterinya tetap saja ibu S. Situmorang tidak memperdulikan usaha yang dilakukan oleh suaminya tersebut

- Bapak K. Situmorang

Bapak K. Situmorang adalah seorang lulusan SMA, dia bekerja sebagai petani. Bapak K. Situmorang suka minum tuak walaupun demikian Bapak K. Situmorang tidak suka bermain judi, karena bapak tersebut beranggapan bahwa bermain judi adalah pekerjaan yang merugikan, uang habis, waktu terbuang, dan malu dilihat orang lain. Adapun tanggapan yang dikemukakan oleh Bapak K. Situmorang menyikapi isterinya bermain judi adalah sebagai berikut:

“Uda sudah bosan menasehati Inangudamu itu, capek marah-marah Inangudamu ini tetap saja tidak peduli. Sudah tua, sudah bercucu tapi tidak tahu apa itu malu, berjudi terus kerjaannya entah apa yang dipikirannya Inangudamu itu, terkadang kalau Uda pikirkan tentang Inangudamu ini panas kepalanya uda kepengen pecah karena itu uda diamin saja kalau Inangudamu itu pergi ketempat perjudiannya itu. Biarlah suka-suka Inangudamu itu berjudi, Uda bukannya tidak peduli tapi emang Inangudamu itu yang “jugul” kalau di nasehati tidak mau mendengar apa kata Uda.”

(31)

sikap isterinya yang suka bermain judi, jadi apapun yang dilakukan oleh isterinya, Bapak K. Situmorang tidak akan pernah lagi melarangnya.

- Bapak K. Sinaga

Bapak K. Sinaga adalah seorang lulusan SMA. Dia bekerja sebagai petani, Bapak K. Sinaga mengelola sawahnya sendiri dan setelah musim panen padi Bapak K. Situmorang bercocok tanam dengan tanaman yang lainnya. Mereka menanam tanaman semangka karena Desa Sei Belutu ini memiliki proses bercocok tanam yang baik, sehingga masyarakat sekitar tidak hanya memiliki pendapatan dari hasil padinya tetapi memiliki tambahan modal dari tanaman buah semangka.

“Tulang mau bilang apalagilah tentang Nantulang mu ini sudah tabiatnya seperti itu sampai berbusa pun mulut Tulang menasehatinya tetap saja tidak merubah sifat Nantulang mu itu. Mungkin sudah keturunan itu, maksud Tulang mungkin sifat Nantulang mu itu diturunkan dari bapaknya yang sudah meninggal, karena dulu juga bapaknya suka berjudi sampai barang-barang jualannya pun habis dibuat untuk berjudi dan sampai-sampai anak-anaknya memanggil bapaknya itu dengan sebutan “Ketupret”. Sebenarnya Tulang malu lihat sifat Nantulang mu itu karena Tulang saja tidak berjudi ini jadi malah Nantulang mu yang suka berjudi, dilihat orangpun jelek. Sering juga Tulang suruh anak-anak Tulang yang menasehati tapi tetap saja tidak didengarkan cuman janji-janji saja diomongin tapi tindakan tidak ada, jadi Tulang malas nasehati Nantulang mu itu bagusnya Tulang diamin saja dan terserahlah mau bagaimana perilaku Nantulang kamu itu”.

(32)

judi. Oleh karena itu Bapak K. Sinaga hanya bisa diam saja melihat tingkah isterinya tersebut, sampai isterinya tertangkap pihak berwajib karena kepribadiannya yang suka bermain judi.

- Bapak J. Naibaho

Bapak J. Naibaho adalah seorang PNS. Dia bekerja sebagai kepala sekolah di SD Negeri di Desa Sei Belutu. Adapun tanggapan bapak tersebut menyikapi isterinya yang suka bermain judi adalah sebagai berikut:

(33)

kesalahannya itu dan tetap saja pulang tengah malam terus dari tempat perjudiannya”.

Dari pernyataan Bapak diatas dapat kita lihat bahwa Bapak J. Naibaho dalam menyikapi perilaku isterinya yang suka bermain judi ini adalah hanya bisa melihat tingkah laku isterinya karena walaupun Bapak J. Naibaho seringkali menasehati isterinya tersebut tetap saja isterinya tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh bapak tersebut. Oleh karena itu apapun yang akan diperbuat oleh isterinya tersebut Bapak J. Naibaho hanya bisa melihat saja tanpa ada respon apapun terhadap perilaku isterinya.

- Bapak P. Nadeak

Bapak P. Nadeak adalah seorang PNS. Dia bekerja sebagai guru SLTP Negeri di Desa Sei Belutu, bapak ini mengajar mata pelajaran Sejarah pada siswa kelas VIII (delapan) dan kelas IX (Sembilan). Adapun tanggapan bapak tersebut dalam menyikapi perilaku isterinya yang suka bermain judi adalah sebagai berikut:

(34)

kalau sudah ke sawah pasti semuanya dikerjakan sampai selesai, karena sifat Nantulang kamu ini kalau sudah ke sawah tidak lihat-lihat jam sama seperti bermain judi. Itu yang membuat Tulang tidak terlalu mempermasalahkan sifatnya yang suka bermain judi”.

Dari pernyataan yang dikemukakan oleh bapak tersebut di atas dapat kita lihat bahwa Bapak P. Nadeak tidak mempermasalahkan perilaku isterinya yang suka bermain judi, karena walaupun isterinya suka bermain judi tetapi isterinya itu masih ingat akan pekerjaannya, baik itu kalau bekerja di sawah milik mereka.

- Bapak T. Tambunan

Bapak T. Tambunan adalah seorang PNS. Dia bekerja sebagai guru SD di Desa Sei Belutu, bapak ini mengajar mata pelajaran PENJASKES di semua kelas.dari kelas I (satu) s/d kelas VI (enam). Adapun tanggapan bapak tersebut mengenai menyikapi isterinya yang suka bermain judi adalah sebagai berikut:

(35)

itu mungkin Nantulang kamu ini merasa Tulang hina, Nantulang kamu ini langsung marah-marah dan jadi Tulang juga dihina-hina. Kalau sudah seperti itu kejadiannya jadinya Tulang diamin sajalah daripada panjang masalahnya, malah jadi buat malu tetangga saja”.

Dari pernyataan yang dikemukakan oleh bapak tersebut di atas dapat kita lihat bahwa Bapak T. Tambunan selalu menasehati isterinya tersebut mengenai perilakunya yang suka bermain judi tetapi memang pada dasarnya isteri Bapak T. Tambunan ini tidak bisa di nasehati karena perilaku isterinya yang suka melawan bapak tersebut dan tidak memperdulikan apa kata orang lain yang penting ibu tersebut senang.

- Bapak N. Panjaitan

Bapak N. Panjaitan adalah hanya seorang lulusan dari SMA. Dia bekerja sebagai petani ditempat sawah mereka sendiri. Adapun tanggapan Bapak N. Panjaitan dalam menyikapi perilaku isterinya yang suka bermain judi adalah sebagai berikut:

(36)

Tulang ingin telepon polisi biar ditangkap semua ibu-ibu yang ikut bermain judi tetapi kalau Tulang panggil polisi sama juga semakin buat keluarga malu, jadinya Tulang diam saja lihat semua yang terjadi sama Nantulang mu ini, Tulang tidak ada protes-protes lagi tentang tingkah Nantulang mu itu biarlah Nantulang mu itu seperti itu sampai Nantulang mu dapat karma dan bertobat”.

Dari pernyataan bapak tersebut di atas dapat kita lihat bahwa Bapak N. Panjaitan hanya bisa pasrah saja melihat tingkah laku isterinya tersebut sampai isterinya itu sadar akan kesalahan yang diperbuatnya itu dan mengerti bahwa tindakannya yang suka bermain judi itu tidak baik dan hanya membuat malu keluarga saja.

4.2. Tanggapan dari Anak-Anak

Adapun tanggapan-tanggapan yang diberikan oleh anak-anak yang ibunya ikut dalam bermain judi adalah sebagai berikut:

• Maria Sihotang

Maria Sihotang adalah puteri ke-4 dari pasangan Ibu E. Sinaga dengan Bapak P. Sihotang. Maria Sihotang adalah seorang lulusan Sarjana Ekonomi Manajement dari UNIKA (Universitas Katolik). Adapun tanggapan Maria Sihotang menyikapi ibunya yang suka bermain judi adalah sebagai berikut:

(37)

jadikan penilaian orang jadi jelek sama keluarga. Contohnya ada cowok yang suka sama saya ehh ternyata dia tahu mama suka bermain judi, jadinyakan laki-laki itu jadi tidak ada niat lagi ngedekatin saya lagi karena mungkin dipikirannya saya nantinya sama kayak perilaku mama suka bermain judi itu yang membuat saya malu dengan tingkah laku mama itu. Terkadang saya juga mau nasehati mama ini biar tidak berjudi lagi tetapi kalau saya berbicara seperti itu mama ini malah merepet dan marah-marah bilang kalau saya itu tidak pantas menasehatin dia. Padahalkan saya sudah besar dan pantas menasehati mama yang seperti itu. Tetapi pernah dulu karena saking gondoknya saya lihat mama seperti itu, saya diamin mama seharian tidak ada satu katapun terucap sama mama sampe-sampe mama heran kenapa saya diamin. Mamapun bertanya kenapa saya diamin, disaat momen itulah semua yang sudah saya simpan saya kasih tahu dan mungkinlah perkataan saya itu mama dengar dan sekarang mama sudah mulai jarang bermain judi tidak sesering yang dulu lagi. Walaupun masih berjudi tapi sudah mendinganlah tidak seperti yang dulu lagi setiap hari selalu pergi main judi, ini paling sekali-kali saja dan tidak lama lagi sampai-sampai di panggil dari tempat perjudiannya itu”.

Dari uraian di atas ini dapat kita ketahui bahwa Maria Sihotang malu melihat tingkah laku ibunya yang suka bermain judi. Oleh karena itu seringkali dia memberi nasehat kepada ibunya dan nasehat tersebut dapat di dengarkan oleh ibunya walaupun belum sepenuhnya dilaksanakan.

• Ira Sihotang

(38)

“Saya melihat perilaku mama seperti itu sih malu karenakan mana ada seorang anak yang senang lihat mamanya suka berjudi. Apalagi bapak aja tidak pernah berjudi bagaimana pula mama yang suka berjudi, kan terbalik jadinya. Saya selalunya bilang sama mama kalau berjudi itu tidak cocok dilakukan mama-mama apalagi mama-mama yang sudah berumur kan cocoknya kalau sudah tua duduk-duduk saja istirahat dirumah kalau sudah habis pulang bekerja. Mama juga kalau berjudi tidak pernah ingat waktu sampai seharian pun bisa, terkadang saya berpikir apa gak capek pantatnya mama-mama ini duduk saja karenakan saya saja kalau bepergian Medan ke Tebing saja sekitar 2 jam perjalanan hanya duduk-duduk saja pantat saya sudah sakit apalagi orang mama-mama ini yang duduk seharian tapi mungkinlah tidak dirasakan karena asiknya bermain judi. Mamakan seorang bidan jadi kalau ada pasiennya yang datang berobat mama ini lebih penting judinya itu sedangkan pasiennya itu tidak diperdulikan, saya sampai kesal lihat perilaku mama ini karena sudah melewati batas. Terkadang mama kalau pulang dari tempat perjudiannya itu bisa sampai tengah malam, kalau bapak tidak dengar pintu digedor-gedor mama saya diamin saja, saya pura-pura tidak dengar biar mama itu sadar kalau jam segitu tidak pantas lagi seorang ibu-ibu pulang, tetapi itulah bapak ini terlalau baik sekali kepada mama ini tetap saja pintu dibukakan”.

Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa Ira tidak senang melihat tingkahlaku ibunya yang suka bermain judi, maka Ira seringkali marah-marah dan kesal terhadap ibunya yang menurut dia bahwa perilaku ibunya tersebut sudah kelewatan batas.

• Uli Harianja

(39)

yang ada di Desa Gempolan. Adapun tanggapannya menyikapi ibunya yang suka bermain judi adalah sebagai berikut:

“Saya melihat keadaan ibu saya sperti itu memang sih terkadang malu tetapi terkadang saya kasihan lihat ibu seperti itu. Malunya, orang-orang pada ceritain tingkah mama ini dan tetanggapun ikut mengosipin mama, itu salah satunya yang buat saya malu dibuat mama ini. Tetapi saya juga kasihan lihat mama karena aku tahu kenapa mama bertingkah seperti itu karena mama lagi banyak beban pikiran, suntuk dan stres. Sawah tidak bagus, padinya malah dimakanin tikus banyak rumput-rumput yang tumbuh disekitar padi sudah itu masalah keluarga yang cukup rumit. Jadi, dengan bermain judi mungkin perasaan ibu jadi tenang. Seringkali juga saya buat lelucon sama ibu kalau kami sedang duduk-duduk berdua biar beban pikirannya itu berkurang tetapi tetap saja ibu kelihatan masih stres. Jadi mau apa boleh buat lagilah kalau memang bermain judi yang buat ibu senang saya diam sajalah walaupun terkadang saya juga menasehati ibu”.

Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa Uli Harianja ini kasihan melihat ibunya yang lagi banyak beban pikirannya. Oleh karena itu dia tidak terlalu mempermasahkan tingkahlaku ibunya tersebut yang penting buat dia adalah ibunya bisa senang.

• Mangasi Harianja

Mangasi Harianja adalah putera ke-4 dari pasangan Bapak A. Harianja dengan Ibu S. Situmorang. Dia adalah seorang lulusan D3 dari Universitas Swasta di Siantar, sekarang ini Mangasi bekerja sebagai wiraswasta. Adapun tanggapannya menyikapi ibunya yang suka bermain judi adalah sebagai berikut:

(40)

ibu bilang seperti ini “ibu suka bermain judi untuk menghibur diri saja biar tidak stres”. Jadi saya sebagai anak mau bilang apalagilah kalau sudah seperti itu jawaban ibu. Sebenarnya saya selalu bilang sama ibu kalau stres itu bukan dengan berjudi, kalau ingin buang stress itu bisa jalan-jalan, belanja-belanja, kalau tidak cerita-cerita sama teman-teman, daripada berjudi uang sudah habis, malu dilihat orang sudah itu kalau ketahuan polisi ditangkap. Tetapi apalah tetap saja ibu lebih memilih berjudi daripada yang saya sebutkan tadi diatas untuk menghibur diri. Ibu itu orangnya keras kepala tidak mau mendengar apa kata kami anak-anaknya, bapak aja kalau sudah menasehati ibu sampai bapak emosi bilangnya tetap saja ibu tidak bisa berubah apalagi kata orang-orang, ibu cuek habis saja yang dipikiran ibu yang penting buat dirinya senang dan apa penilaian orang terhadap ibu tidak peduli”.

Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa Mangasi tidak terlalu peduli dengan perilaku ibunya yang suka bermain judi karena walaupun selalu dilarang oleh mereka anak-anaknya supanya tidak berjudi lagi tetapi tetap saja ibunya tidak peduli.

• Sonnya Situmorang

Sonnya Situmorang adalah puteri pertama dari pasangan Bapak K. Situmorang dengan Ibu M. Sinaga. Dia adalah lulusan D3 dari Universitas Swasta di salah satu Universitas Tinggi di Kota Medan. Adapun tanggapannya dalam menyikapi ibunya bermain judi adalah sebagai berikut:

(41)

Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa Sonnya tidak suka melihat tingkahlaku ibunya yang suka bermain judi tersebut karena seringkali dia mendengar ibu-ibu yang lain menceritakan tingkah ibunya.

• Dewi Panjaitan

Dewi adalah puteri pertama dari pasangan Bapak N. Panjaitan dengan Ibu G. Giltom. Dewi adalah mahasiswa lulusan dari D3 Universitas Swasta di Medan dan dia sekarang ini bekerja sebagai wiraswasta. Adapun tanggapan Dewi dalam menyikapi perilaku ibunya yang suka bermain judi adalah sebagai berikut:

(42)

Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa Dewi selalu memperdulikan ibunya walaupun jarak antara tempat tinggalnya dengan ibunya jauh tetapi Dewi masih ada rasa menasehati terhadap tingkahlaku ibunya.

• Donny Naibaho

Donny Naibaho adalah putera ke- 4 dari pasangan Bapak J. Naibaho dengan Ibu H. pandiangan. Donny menjalani pendidikan akhirnya dari STM. Dia sekarang bekerja sebagai tukang bengkel di usaha bengkelnya sendiri. Adapun tanggapannya menyikapi ibunya yang suka bermain judi adalah sebagai berikut:

“Saya kalau melihat tingkah mama yang suka bermain judi ini jadi malu karena kadang kawan-kawan saya yang lain selalu meledekin saya dan bilangin kalau mama saya itu sudah tua tapi tukang judi. Sayakan malu dibilangin orang seperti itu, pernah sewaktu saya main-main sama teman-teman yang lain saya berkelahi karena kawanku itu bilangin kalau mama saya tukang judi, disanakan saya sudah emosi karena saya tidak suka kalau mama saya dihina jadinya saya pukul saja pipinya. Saya juga sudah pernah bilangin mama jangan berjudi memang iya pernah tetapi hanya seminggu setelah itu entah kenapa mama berjudi lagi”.

Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa Donny ini tidak suka melihat ibunya bermain judi karena dengan tingkahlaku ibunya tersebut dia selalu di hina oleh teman-temannya.

• Dedi Naibaho

(43)

perguruan tinggi di universitas swasta di Siantar. Adapun tanggapan yang dikemukakan oleh Dedi dalam menyikapi perilaku ibunya yang suka bermain judi adalah sebagai berikut:

“Sayakan anak paling kecil dirumah jadi saya seringkali cerita-cerita sama mama. Saya pernah bilang sama mama jangan lagi bermain judi tetapi kata mama dia berjudi hanya buang-buang suntuk saja dan untuk kumpul-kumpul sambil cerita-cerita dengan ibu-ibu yang lain. Saya sebenarnya malu lihat sifat mama yang suka bermain judi tetapi apa boleh buat lagi sudah banyak orang yang menasehati tetapi tetap saja tidak di dengar kepada mama tetap saja seperti itu, mau dibilang apa lagilah. Sebenarnya kalau saya lihat-lihat mama ini bisa sajanya berubah tidak bermain judi karena dulu pernah mama sempat semingguanlah tidak berjudi lagi. Tetapi karena diajak oleh ibu-ibu yang lain jadinya mama ikut lagi berjudi, memang mama-mama disini kebanyakan tidak beres karena kalau tidak menggosip, bermain judipun jadi”.

Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa alasan ibunya bermain judi adalah untuk menghilangkan rasa stress dan banyaknya beban pikirannya. Oleh karena itu Dedi sangat paham sekali dengan tingkahlaku ibunya yang suka bermain judi.

• Magdalena Sinaga

(44)

“Saya sebagai “boru” nya selalunya menasehati mama biar tidak berjudi lagi, setiap hari mengingatin mama tetapi mama kalau dibilangin marah-marah. Kalau saya sudah menasehatin mama dibilanglah saya itu sok lebih tua dari mama dan perasaan tahu tentang mama, padahal saya berbicara seperti itu sama mama karena saya sayang sama mama tapi mama ini selalu salah penilaian dengan apa yang saya bilangin. Terkadang saya emosi lihat mama ini sudah baik saya peduli sama mama tapi mama ini selalu acuh tak acuh sama omongan saya mungkin mama ini anggap saya itu sampah yah karena tidak pernah peduli sama omongan saya. Kalau saya tidak lihat mama dirumah pasti saya tahu mama itu pergi ketempat perjudiannya dan memang iya saya lihat mama bermain kartu bersama-sama dengan mama-mama yang lainnya. Saya pernah datang ketempat perjudiannya itu sambil marah-marah dan mama-mama yang disanapun sampai-sampai saya permalukan tapi tetap saja mama-mama itu bermain judi tidak memperdulikan caci makian saya. Yah mulai dari situ saya tidak peduli lagi dengan tingkah mama yang suka berjudi itu terpaksa saya diamin sajalah segala tingkah lakunya mama itu”.

Dari pernyataan yang disampaikan di atas dapat kita lihat bahwa Magdalena selalu memberi nasehat kepada ibunya supanya tidak berjudi lagi, tetapi walaupun berbagai cara yang dilakukan Magdalena terhadap perubahan perilaku ibunya tetap saja ibunya tidak perduli dan acuh tak acuh pada perkataannya.

• Marata Tambunan

(45)

“Saya itukan anak laki-laki jadi saya selalu tegas menasehati mama biar jangan suka bermain judi sudah banyak cara saya bilangin sama mama ini tetapi tetap saja mama tidak bisa merubah sikapnya itu. Saya selalu bilang sama mama kalau saya malu lihat tingkah mama itu tapi mama selalu bilang untuk apa malu cuekin saja apa kata orang, emangnya mama mencuri sampai-sampai kamu malu”.

Dari pernyataan di atas dapat kita ketahui bahwa Marata Tambunan ini selalu bersikap tegas terhadap perilaku ibunya yang suka bermain judi, tetapi memang Ibu S. Sinaga yang selalu tidak peduli dengan segala perkataan anak-anaknya itu.

• Rico Nadeak

Rico Nadeak adalah putera ke-4 dari pasangan Bapak P. Nadeak dengan Ibu E. Manurung. Rico adalah mahasiswa semester 7 disalah satu universitas Swasta di Medan. Adapun tanggapannya dalam menyikapi perilaku ibunya yang suka bermain judi adalah sebagai berikut:

“Setiap anak pasti malu kalau lihat mamanya suka bermain judi, apalagi kalau mamanya setiap hari selalu bermain judi dan orang-orang pada tahu kalau mama kita itu suka berjudi, tetapi mau dibilang apalagilah kalau kebiasaan mama berjudi tidak bisa dirubah lagi, mama itu seringkali banyak alasan kalau ditanya, apalagi kalau sudah jamnya untuk berjudi beribu alasan dibuat untuk bisa pergi ketempat perjudiannya itu”.

(46)

4.3. Tanggapan dari Keluarga Terdekat

• Ibu B. Sinaga

Ibu B. Sinaga adalah adik dari Ibu E. Sinaga. Ibu B. Sinaga seringkali datang berkunjung kerumah Ibu E. Sinaga karena jarak tempat tinggalnya dekat dengan rumah Ibu E. Sinaga. Ibu B. Sinaga bekerja sebagai petani, dan sawah yang dikelolahnya berdekatan dengan desa Ibu E. Sinaga. Adapun tanggapan Ibu B. Sinaga dalam menyikapi perilaku Ibu E. Sinaga yang suka bermain judi adalah sebagai berikut:

“Awalnya saya melihat tingkah laku kakak ini buat Inanguda tidak masalahnya karena mungkin karena banyaknya beban pikiran yang dipikirkannya, lagian juga kakak itu masih ingat kerja dan mengurus Akkang baoa serta anak-anaknya. Tetapi lama-kelaman Inanguda tidak suka melihat tingkah kakak itu karena kakak ini bermain judi setiap hari, setiap jam sampai-sampai tidak ingat waktu, sudah seharian pun nanti berjudi tetapi tetap saja tidak selesai-selesai, pulang pun kerumah hanya untuk mengambil modalnya saja untuk berjudi. Siapa yang tidak emosi melihatnya, saya saja “palak” apalagi Akkang baoa itu, tapi salutlah Inanguda sama Akkang baoa bisa melihat tingkah kakak seperti itu. Seandainya saja kakak ini salah pilih suami, sudahlah pasti rumahtangga mereka tidak akan bisa bertahan sampai sekarang, tapi karena kakak dapat suami yang baik seperti Akkang baoa ini bisalah kakak dibilang beruntung. Jujur saja Inang saya malu kalau sudah datang kerumah kakak ini karena kakak ini jarang dirumah saya dapat dan kalau saya tidak dapat jumpai kakak dirumah, pasti saya duduk-duduk dikedai depan rumah kakak itu, kalau sudah disitu tukang jaga kedainya itu selalu cakap seperti ini kepada Inanguda:

(47)

tidak ada dimasak sama Op. Tiur boru ini jadinya Op. Tiur doli inilah yang masak. Teruslah Op. Tiur doli ini bercerita-cerita tentang tingkah Op. Tiur boru ini tapi sambil senyum-senyumnya. Memanglah Op. Tiur doli ini yang baikan orangnya.”

Saya malukan Inang dengar cerita Eda itu, entah apalah yang ada dipikiran kakak ini bingung saya melihatnya. Kalau saya marah-marah nanti dibilang saya itu suka ikut campur tentang pribadinya tau rumahtangganya itulah. Nanti dibilang pula sama Inanguda seperti ini:

“Urus keluarga sendiri sajalah, untuk apa mengurus keluarga orang,padahal keluarga sendiri masih harus diurus.”

Daripada nanti kami sama-sama emosi lebih bagus saya diamin saja, sedangkan Akkang baoa itu saja dilawan apalagi saya, malah dimaki-maki kakak itu pula. Kakak ini oranyakan Inang “parbada” tidak terlawan kan kalau sudah marah. Jadi kalau Inanguda dan Uda datang kerumah kakak ini dan kami tidak ketemu dirumah berarti kakak ini lagi asik-asiknya bermain judi, dan orang-orangpun yang datang berobat sudah tahu kalau kakak tidak dirumah pasti ditempat perjudiannya”.

Dari pernyataan di atas dapat kita ketahui bahwa Ibu B. Sinaga tidak tahan melihat perilaku Ibu E. Sinaga yang suka bermain judi, dan masayarakat yang ada di desa tersebut tahu kalau Ibu E. Sinaga suka bermain judi dan dimana tempat perjudian meraka.

• Bapak J. Nadeak

(48)

“Mau dibilang apalagilah saya ini Iboto, memang sudah dasarnya tingkah laku Akkang Boru seperti itu, kalau memang mau merubahnya pasti sangat susah, karena sudah beberapa kali saya dengar kalau anak-anaknya selalu menasehati Akkang Boru supanya tidak berjudi karena dilihat orang, seperti Mamak-mamak yang tidak beres saja, apalagi umurnya yang sudah tua tidak pantas lagi bertingkah seperti itu. Iyah mungkinlah alasannya untuk buang-buang suntuk saja tapikan Akkang ini sudah kelewat batas, tidak bisa mengontrol sifat buruknya itu, masa Mamak-mamak baru tengah-tengah malam pulang dari tempat perjudiannya, mungkinlah Akkang ini tidak masalah kalau diceritain orang-orang tetapi anak-anaknya bagaimanalah, pasti mereka malu lihat tingkah laku Akkang itu yang buruk. Selalunya saya perhatikan anak-anaknya selalu menyinggung tingkah laku oma mereka itu tapi itulah Akkang ini tidak pernah dengar nasehat anak-anaknya, padahal anak-anaknya ini sudah pada besar-besar dan seharusnya sudah bisa kasih saran kepada orangtuanya, tetapi memanglah kakak ini sifatnya keras kepala tidak peduli nasehat-nasehat orang-orang sekitarnya, padahal nasehat-nasehat itu untuk kebaikannya juganya. Heran saya melihatnya”.

Dari pernyataan di atas dapat kita ketahui bahwa menurut Bapak J. Nadeak ini tingkahlaku Ibu A. Sinaga tersebut sudah tidak bisa lagi diubahnya lagi karena memang sudah menjadi kebiasaan Ibu A. Sinaga bermain judi, walaupun sudah seringkali anak-anaknya menasehati Ibu A. Sinaga.

4.4. Tanggapan dari Masyarakat di Lingkungan Sekitar

Adapun beberapa tanggapan-tanggapan yang saya tanyakan kepada masyarakat yang ada disekitar lokasi penelitian saya dalam menyikapi perilaku ibu-ibu yang suka bermain judi adalah sebagai berikut:

(49)

Bapak E. Manalu adalah salah satu tetua adat di Dsa Sei Belutu, setiap ada pesta yang satu marga dengannya bapak ini selalu dipanggil untuk menjadi “Parhata” di acara pesta tersebut. Bapak E. Manalu juga adalah seorang PNS dan bekerja sebagai Kepala Sekolah di SD Negeri di Desa Sei Belutu. Adapun tanggapan bapak tersebut dalam menyikapi perilaku ibu-ibu yang suka bermain judi adalah sebagai berikut:

“Saya melihat ibu-ibu yang suka bermain judi mungkin memiliki beberapa alasan kenapa mereka melakukan tindakan perjudian tersebut walaupun mereka sadar dan mengerti kalau perjudian yang mereka lakukan itu dilarang pemerintah dan kalau saja mereka ketahuan pastinya hukuman yang mereka peroleh sangat lama minimal 5 tahun penjara dan mereka pun malu terhadap keluarga dan orang-orang. Mungkin ada satu alasan yang membuat mereka suka berjudi yaitu mungkin karena stres karena banyaknya beban pikiran yang dipikirkan mereka, dan juga mungkin karena tidak adanya kecocokan antara suami dan isteri karena mereka sering bertengkar jadinya ibu inipun pergi gabung-gabung dengan teman-teman yang suka bermain judi. Sebenarnya di Adat Batak Toba ataupu di adat suku manapun itu, perempuan tidak bagus bermain judi, seharusnya perempuan itu berada di rumah membantu suaminya, mengurus anak-anak mereka dan kalau ibu itu punya pekerjaan ya sudah pekerjaan itu mereka lakukan dengan benar. Sepulang bekerja mereka bisa dirumah beres-beres rumah. Tetapi memang bapak sudah lihat sekarang ini sudah banyak mama yang berjudi, bukan hanya berjudi bapak pernah lihat ada ibu-ibu yang suka sekali bertogel, kalau ada kejadian yang aneh atau sedang bermimpi pasti dirumuskan ketogel. Hal yang seperti itu sebenarnya mudah saja untuk menghilangkannya, kalau memang keinginannya besar untuk berubah pasti bisa”.

(50)

tidak bagus dilakukan. Menurut Bapak E. manalu sikap seperti itu bisa di rubah kalau saja ada niat yang besar untuk melaksanakannya.

• Bapak K. Situmorang

Bapak K. Situmorang adalah salah satu masyarakat Desa Sei Belutu, dia bekerja sebagai salah satu staff di salah satu kantor CU yang ada di Rampah, bapak tersebut sudah 28 tahun tinggal di Desa Sei Belutu. Adapun tanggapan Bapak K. Situmorang dalam menyikapi perilaku ibu-ibu yang suka bermain judi adalah sebagai berikut:

“Kalau saya melihat ibu-ibu bermain judi itu wajar-wajar sajalah karena mungkin dengan bermain judi itu yang membuat mereka senang. Walaupun orang tahu bahwa sebenarnya seorang wanita khususnya ibu tidak pantas bermain judi karena bermain judi itu seharusnya dilakukan oleh kaum laki-laki tetapi kalau dilihat sekarang ini ibu-ibu dan bapak-bapak itu sama semuanya. Bapak-bapak berjudi ibu-ibu juga, bapak-bapak minum-minum tuak ibu-ibu juga, bapak-bapak suka bertogel ibu-ibu juga suka bertogel jadi bapak-bapak dan ibu-ibu jaman sekarang sudah sama tidak ada lagi batasannya, dan sekarang tergantung ibu-ibunya gimana seharusnya dia berperilaku semestinya ibu-ibu. Di Kasino sana banyak perjudian ibu-ibu juga banyak sekali yang ikut berjudi, jadi kalau menurut saya sendiri tidak masalahnya kalau ibu-ibu bermain judi”.

(51)

• Bapak P. Sitorus

Bapak P. Sitorus adalah salah satu tetua adat di Desa Sei Belutu, dia juga merangkap sebagai guru SD Swasta di Sei Belutu, bapak ini mengajar mata pelajaran Muatan Lokal di semua kelas mulai dari kelas I s/d kelas VI. Adapun tanggapan bapak ini dalam menyikapi perilaku ibu-ibu yang suka bermain judi adalah sebagai berikut:

“Menurut saya kalau ibu-ibu bermain judi itu tidak wajar sama sekali karena seharusnya seorang ibu harus berbuat bagaimana seharus perempuan maksu Tulang seharusnya perempuan yaitu berada dirumah mengurus suami, anak dan membersihkan rumah dan walaupun bekerja dia harus bekerja sesuai dengan kodratnya. Tapi sekarang ibu sudah banyak saya lihat ibu-ibu yang suka berjudi, ada juga ibu-ibu yang ikut gabung dengan bapak-bapak yang lain berjudi, sebenarnya itu hal yang sangat memalukan untuk para perempuan. Perempuan sekarang ini tidak tahu malu menurut saya mereka bangga pada diri mereka yang suka bermain judi, apalagi kalau saya melihat mamak-mamak bermain judi sambil merokok kalau bisa sudah Tulang jambak-jambak rambutnya itu, tapi mungkin dipikiran mereka berjudi merupakan suatu kebanggaan buat mereka padahal menurut saya itu sungguh memalukan sekali. Saya heran melihat ibu-ibu yang suka bermain judi apakah keluarganya tidak menasehati tingkahlaku ibu-ibu itu, atau sudah dinasehati tapi malah ibu-ibu ini yang tetap saja tidak peduli dan tidak mau mendengarkan nasehat-nasehat dari keluarganya”.

(52)

beralkohol dan merokok tetapi perempuan sekarang bangga dengan perilakunya yang seperti itu.

• Bapak A. Sinaga

Bapak A. Sinaga adalah salah satu tetangga rumah Ibu E. Sinaga. Dia bekerja sebagai petani dan hanya lulusan SMA. Bapak A. Sinaga salah satu teman dekat dari Bapak P. Sihotang yaitu suami dari Ibu E. Sinaga, dank arena memang Bapak A. Sinaga sama-sama satu marga dengan Ibu E. Sinaga. Adapun tanggapan Bapak A. Sinaga mengenai perilaku Ibu E. Sinaga yang suka bermain judi adalah sebagai berikut:

(53)

mereka. Kalau menurut saya yah tidak bagus sekali kalau seorang ibu-ibu itu bermain judi, bagaimana pandangan orang pasti rendah sekali melihatnya. Seandainyalah ada laki-laki yang mau dekatin borunya karena laki-laki itu tahu mamanya suka bermain judi pasti laki-laki itu berfikir lagi mendekati anaknya itu, jadinyakan anak-anak yang jadi korban dari tingkah laku mamanya itu sedangkan anaknya itu orangnya baik.

Dari pernyataan di atas dapat kita ketahui bahwa menurut Bapak A. Sinaga seorang ibu itu harus mencerminkan sikap atau perilaku yang baik kepada masyarakat khususnya terhadap keluarganya.

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

(54)

a. Bagi ibu-ibu tersebut judi merupakan suatu pengobat stres, suntuk dan sebagai obat penenang dalam menghadapi beratnya beban pikiran oleh ibu-ibu tersebut.

b. Awalnya perjudian ibu-ibu ini memiliki anggota sebanyak 3 orang saja tetapi karena adanya persamaan yang ada dalam sikap bu-ibu tersebut anggota perjudian ini pun bertambah menjadi 8 (delapan)o orang.

c. Menurut Bapak E . Manalu salah satu tetua adat di Desa Sei Belutu judi merupakan tindakan yang tidak baik dilakukan oleh kaum perempuan karena perempuan seharusnya berada dirumah membantu suami maupun anak-anak dan segala bentuk perjudian dilarang oleh pemerintah tetapi walaupun mereka tahu bahwa judi itu tidak baik dan dilarang oleh pemerintah mereka tetap saja melakukan tindakan perjudian.

d. Dalam melakukan tindakan perjudian meraka berkumpul di suatu tempat yang sudah mereka sepakati sebagai tempat mereka berkumpul yaitu berada di salah satu rumah ibu yang ikut dalam permainan judi tersebut yaitu berada di rumah ibu H. Pandiangan.

(55)

tanggapan-tanggapan yang dikemukan mereka bermacam-macam ada yang setuju kalau ibu-ibu berjudi tidak ada masalah dan ada juga yang menolak bahwa ibu-ibu tidak pantas melakukan tindakan perjudian tersebut.

f. Ada beberapa fungsi judi bagi ibu-ibu tersebut yaitu 1. Bersifat Rekreatif artinya dalam permainan judi ini para ibu dapat merasakan kesenangan dalam melakukan perjudian tersebut, 2. Bersifat Sosialisasi artinya dalam permainan judi yang dilakukan oleh ibu-ibu tersebut membutuhkan teman dalam bersosialisasi dimana sosialisasi ini bertujuan untuk berkumpul dengan ibu-ibu yang lainnya untuk meringankan beban yang ada dalam pikiran mereka, 3. Waktu artinya dalam permainan judi ini ibu-ibu tidak melihat berapa lama waktu yang mereka butuhkan dalam permainan judi ini , 4. Bersifat Ekonomi artinya dalam permainan judi ini ibu-ibu melakukan tindakan perjudian bertujuan untuk menghasilkan uang sebagai tambahan untuk belanja rumah tangga mereka.

5.2. Saran

(56)

peneliti memiliki beberapa saran yang mungkin berguna untuk kedepannya. Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut:

a. Sebaiknya seorang perempuan itu harus mencerminkan sikap atau perilaku yang baik sebagaimana citra perempuan yaitu mengurus anak, suami dan rumah tangga.

b. Dengan adanya peraturan pemerintah yang tegas kepada masyarakat mengenai penertiban perjudian, maka masyarakat akan merasa takut dan oleh karena itu masyarakat akan mematuhi peraturan yang dibuat oleh pemerintah tersebut.

c. Masyarakat seharusnya dapat bekerjasama dengan pemerintah dalam menghapuskan segala tindakan penjudian yaitu dengan cara melaporkan tindakan perjudian tersebut kepihak yang berwajib.

d. Seharusnya pihak berwajib mengadakan suatu kegiatan pengawasan disetiap desa-desa sehingga tindakan perjudian tidak terjadi.

e. Dengan adanya komunikasi yang baik dalam keluarga, maka tindakan perjudian yang dilakukan oleh kaum ibu-ibu tidak akan pernah terjadi.

(57)

g. Sebaiknya keluarga, kerabat dekat maupun masyarakat tidak bosan-bosannya menasehati ibu-ibu yang suka bermain judi dan memberitahukan dampaknya mereka melakukan tindakan perjudian.

h. Bagi mahasiswa antropologi yang akan mengadakan penelitian selanjutnya, sebaiknya perlu menciptakan hubungan yang baik dengan masyarakat tineliti (masyarakat yang diteliti). Adapun guna dari hal tersebut adalah untuk mendapatkan data yang lebih akurat. Dengan demikian, sebagai antropolog kita tidak lagi mengolah data dan mendeskripsikannya secara subjektif malainkan objektif. Artinya data diolah berdasarkan fenomena yang terjadi di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Danandjaja,Paulus.1988.

Antropologi Psikologi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Ig, Surwanto. 2005.

Referensi

Dokumen terkait

"Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki

Untuk membuka program Adobe Flash CS3 Professional, Anda dapat melakukan. salah satu

Hasil penilaian tahun ajaran 2014/2015 untuk kompetensi dasar membaca puisi di kelas X dan XII mencapai nilai di bawah 85% keberhasilan secara klsikal. Hal ini dilihat dari

Selain itu, juga terdapat keserasian pada finishing yang digunakan pada setiap perabot dan elemen interior yang terbuat dari kayu, yaitu menggunakan politur dengan

dan Peningkatan Keamanan Pangan segar, diarahkan pada Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) yang meliputi: (1) Pemanfaatan Pekarangan oleh Kelompok

Script yang digunakan untuk program game kuis ini adalah action script 2.0. yang sudah tersedia

100 milyar untuk penanganan tahap tanggap darurat, mendirikan Posko Aju di Kota Padang, mengirimkan Tim Reaksi Cepat, Tenda Pleton 20 unit, Tenda Keluarga 30 unit, Tenda Gulung

Berdasarkan hasil in i dapat disimpulkan bahwa extended family tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian Toyota Kijang Innova. Berdasarkan hasil