10
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Sirup biasanya mengandung sukrosa antara 60 – 80%, hal ini dimaksudkan bukan hanya untuk memperoleh kekentalan yang diinginkan. Sirup dari larutan sukrosa yang encer merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Sebaliknya, sirup dengan larutan sukrosa yang pekat resisten terhadap pertumbuhan mikroorganisme (Ansel, 2005).
Karena sediaan farmasi terutama cairan mudah mengalami cemaran mikrobiologi. Alternatif pencegahannya adalah dengan menggunakan kemasan sekali pakai, seperti produk steril. Pada sediaan multidosis, peluang kontaminasi selama penggunaan cukup besar. Kontaminasi mikroba dapat menimbulkan bahaya kesehatan dan kerusakan produk (Agoes, 2008).
Pencemaran mikroorganisme dihindari dengan pembuatan mengikuti ketentuan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), selain itu digunakan juga pengawet dengan kadar yang sesuai dengan standar yang diperbolehkan (Agoes, 2008).
Menyadari akan hal ini, maka penulis tertarik untuk mengambil judul tugas akhir “Penetapan Kadar Asam Benzoat Dalam Sediaan Sirup Multivitamin Secara Spektrofotometri Ultraviolet”. Adapun pengujian dilakukan selama penulis melakukan praktek kerja lapangan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Medan.
11
Adapun fungsi pengawet bukan untuk melindungi proses pembuatan yang tidak memenuhi syarat tetapi menjamin konsumen agar memperoleh obat yang memenuhi persyaratan/kondisi memuaskan, baik selama penyimpanan maupun penggunaan (Agoes, 2008).
1.2Tujuan
i. Untuk mengetahui kadar asam benzoat dalam sirup multivitamin secara spektrofotometri ultraviolet.
ii. Untuk mengetahui kadar asam benzoat yang di uji memenuhi persyaratan atau tidak memenuhi persyaratan menurut peraturan pemerintah.
1.3Manfaat
i. Memberikan informasi tentang metode yang digunakan untuk analisis sirup multivitamin.
ii. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kadar asam benzoat yang terdapat dalam sirup multivitamin.