• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pragmatik Terhadap Cerita Novel “Dear Yurichika” Karya Akiko Terenin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pragmatik Terhadap Cerita Novel “Dear Yurichika” Karya Akiko Terenin"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL "DEAR YURICHIKA" KONSEP MORAL BUSHIDO, STUDI PRAGMATIK DAN SEMIOTIK

2.1 Defenisi Novel

Novel berasal dari bahasa italia Novella.Secara harfiah, Novella berarti sebuah "barang baru yang kecil" dan kemudian diartikan sebagai "cerita pendek dalam bentuk prosa" (Abram dalam Nurgiyantoro, 1995:9). Dewasa ini Novella mengandung pengertian yang sama dengan istilah Novellete dalam bahasa inggris, yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukup, tidak terlalu panjang, namun tidak terlalu pendek.

Novel adalah salah satu jenis karya fiksi yaitu menyajikan berbagai macam kisah yang membuat pembaca ikut merasakan jalan cerita yang abadi dalam novel tersebut.Fiksi merupakan suatu penceritaan terhadap suatu peristiwa yang pernah terjadi dalam khayalannya.Menurut Altenbernd dan lewis dalam Nurgiyantoro (1995:2) mengartikan bahwa fiksi adalah prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antarmanusia.

(2)

Novel merupakan suatu bentuk karya sastra prosa yang menyajikan tokoh-tokoh dengan watak masing-masing dan berbeda dari tokoh-tokoh satu dengan yang lainnya, sehingga dapat menyuguhkan alur cerita yang menarik untuk dibaca oleh pembaca terutama tentang gambaran kehidupan masyarakat. Novel adalah karangan prosa yang panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengn orang-orang disekitarnya dengan menonjolkan watak dan sikap setiap perilaku (Depdikbud, 1995:694).

Semi (1993:32) mengungkapkan bahwa novel adalah karya sastra yang mengungkapkan suatu konsentrasi kehidupan pada suatu saat yang tegang, dan pemusatan kehidupan yang tegas. Ungkapan tegang dan tegas mengindikasikan bahwa karya sastra novel akan menampakan sebuah kehidupan yang tegang dimana didalamnya memunculkan suatu masalah/persoalan sebagai ide cerita, dan tegas disini dituliskan dalam bahasa yang sederhana dengan tujuan mudah dipahami.

Novel sebagai sebuah karya sastra menawarkan sebuah dunia, dunia berisi model.Kehidupan yang ideal, dunia imajinatif yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsik seperti plot/alur, penokohan, latar dan sudut pandang tentunya juga bersifat imajinatif. Kesemua itu walau bersifat nonekstensial (dengan sengaja dikreasikan oleh pengarang) namun dibuat mirip, diimitasikan dan dianalogikan dengan dunia nyata lengkap dengan peristiwa-peristiwa sehingga tampak sungguh-sungguh ada dan terjadi (Nurgiyantoro,1995:4).

(3)

menampilkan masalah- masalah yang aktual dan selalu menzaman, namun hanya pada tingkat permukaan.Novel populer tidak menampilkan permasalahan kehidupan secara lebih intens, tidak berusaha meresapi hakikat kehidupan.Novel populer umumnya bersifat sementara, cepat ketinggalan zaman.Novel populer cepat dilupakan orang, apalagi dengan munculnya novel-novel baru yang lebih populer pada masa sesudahnya.

Novel serius adalah novel yang sanggup memberikan serba kemungkinan.Untuk membaca novel serius, untuk memahaminya dengan baik, diperlukan daya konsentrasi yang tinggi dan disertai dengan kemampuan untuk itu.Pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditampilkan dalam novel jenis ini diungkapkan sampai ke inti hakikat kehidupan yang universal.Novel serius disamping memberikan hiburan, juga terimplisit tujuan untuk memberikan pengalaman yang berharga kepada pembaca atau paling tidak mengajaknya untuk meresapi dan merenungkan secara lebih sunggh-sungguh tentang permasalahan yang dikemukakan.

Novel "Dear Yurichika" ini termasuk kedalam novel serius.Dimana pengarang mengangkat nilai yang mungkin dihadapi oleh masyarakat/pembaca sehingga pembaca mengetahui isi-isi pesan yang terdapat dalam novel ini.

2.2 Resensi Novel "Dear Yurichika"

2.2.1 Tema

(4)

kalimat pernyataan. Tema adalah makna yang terkandung dari sebuah cerita, merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan terkandung didalam teks sebagai struktur semantik dan menyangkut persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan (Nurgiyantoro,1995:67).

Dalam sebuah karya sastra tema kadang tidak dengan mudah ditemukan, karena tak jarang harus melakukan kegiatan membaca dan memahami seluruh bacaan terlebih dahulu untuk menemukan sebuah tema. Harus memulai pengamatan yang jeli, menghubungkan setiap persoalan yang ada, mencari fakta-fakta yang trdapat dalam cerita dan menghubungkannya dengan persoalan, mempelajari karakter-karakter dan sikap para tokoh, dan kemudian baru menyimpulkan tema.

Berdasarkan pengertian diatas, maka tema yang diangkat dalam novel "Dear Yurichika" ini adalah bagaimana semangat hidup seorang ibu yang sedang mengidap penyakit tumor bertepatan saat kehamilannya dimana ia hanya mempunyai dua pilihan antara merelakan nyawa sendiri atau kehilangan bayinya. Semangat untuk terus bisa hidup agar bisa menemani putri mungilnya, kesabaran dalam menjalani pengobatan dan rasa sakit yang dideritanya, mengambil suatu keputusan dalam menjalani hidup.

2.2.2 Alur/Plot

(5)

tersebut akan menjadi sebab bagi timbulnya peristiwa berikutnya dan seterusnya sampai peristiwa itu berakhir.

Menurut Tasrif dalam Nurgiyantoro (1995:149-150) membedakan tahapan plot menjadi lima bagian, kelima tahapan itu adalah sebagai berikut :

11. Tahap Situation yang artinya tahap penyituasian, tahap yang terutama

berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal, dan lain-lain yang terutama berfungsi untuk menjadi landasan cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya.

12. Tahap generating circumstances yang artinya tahap pemunculan konflik

(masalah-masalah) dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik yang mulai dimunculkan.

13. Tahap Rising action yang berarti tahap peningkatan konflik. Konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang. Peristiwa yang menjadi inti cerita.

14. Tahap Climax yang berarti tahap klimaks, konflik atau pertentangan-pertentangan yang terjadi yang diakui dan ditimpahkan para tokoh mencapai titik puncak.

15. Tahap Denouement (tahap penyelesaian) yaitu konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan dikendorkan.

Alur Menurut Bahrudin,dkk (2006:14) yaitu :

(6)

b. Sorot balik atau Regresif yaitu pengungkapan cerita dari audut peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelumnya atau masa lampau ke masa kini.

c. Alur campuran yaitu pengungkapan cerita kadang-kadang peristiwa terjadi pada masa kini dan masa lampau kemudian kembali menceritakam masa kini.

Berdasarkanuraian cerita diatas, alur dalam novel "Dear Yurichika" adalah alur campuran. Cerita novel ini tidak berurutan dari awal namun dimulai di masa kini, dan kemudian ke masa lalu dan kembali lagi kemasa depan.

2.2.3 Latar (Setting)

Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan tempat lingkungan sosial yang terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan, (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995:216). Latar dalam cerita sangat mempengaruhi pembentukan tingkah laku dan cara berpikir tokoh. Menurut Nurgiyantoro (1995:227), latar dapat dibedakan dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu dan sosial-budaya. Ketiga unsur itu masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

1. Latar tempat

(7)

tanpa nama yang jelas.

Dalam novel “Dear Yurichika”, lokasi tempat berlangsungnya cerita adalah kota Ogoori, Fukuoka di Jepang.

2. Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi atau non fiksi.Latar waktu mengacu pada hari, tanggal, bulan, tahun bahkan zaman tertentu yang melatarbelakangi cerita tersebut.Latar novel “Dear Yurichika” terjadi pada tahun 2005-2008 di Fukouka.Saat musim gugur tahun 2005.

3. Latar Sosial

Latar atau setting adalah penggambaran situasi, tempat, dan waktu serta suasana terjadinya peristiwa (Aminuddin, 2000:94).Latar atau setting yang disebut juga sebagai landasan tempat, hubungan, waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgyantoro, 1995:216).

[“17 Desember 2005, Masuk Rumah sakit.Tengah malam kemarin aku kesakitan.

Mungkin dari jam 3 sampai jam 6 terus mengerang kesakitan. Rasanya ingin

menyerah saja.Begitu bangun pagi aku langsung meminta leony mengantar

kerumah sakit.

Sekarang aku pakai alat penyangga di pinggang sehingga hanya bisa tertidur

(8)

[“..akhirnya mereka menjemputku jam 17.30. Kami pun keruang dokter untuk

berlatih cara memijat. Aku menunggu, lalu pulang dengan mobil.Dibandingkan

sebelumnya, mobil ini tidak terasa menyakitkan.Senang sekali bisa merasa

normal kembali.Maan nasi dengan wajah tersenyum lebar. Senang rasanya bisa

berada dirumah bersama Leony dan Gon-chan. (halaman 109)]

Dari cuplikan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa cerita novel “Dear Yurichika” ini terjadi di sebuah daerah di Jepang yaitu Fukuoka.Rangkaian peristiwa terjadi di lingkungan rumah Akiko Terenin, dan di rumah sakit tempat Akiko Terenin dirawat.Dilingkungan rumah dan di rumah sakit itu banyak terjadinya peristiwa-peristiwa yang menunjukan nilai-nilai pragmatik yang terkandung didalam novel "Dear Yurichika".Nilai-nilai pragmatik itu adalah Kerelaan berkorban dan kesabaran.

(9)

2.2.4 Penokohan (Perwatakan)

Penokohan adalah bagaimana pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam ceritanya dan bagaimana pula perilaku tokoh-tokoh tersebut.Dalam penokohan ada dua hal penting, yaitu pertama berhubungan dengan teknik penyampaian dan yang kedua adalah berhubungan dengan watak atau kepribadian tokoh yang ditampilkan. Kedua hal ini memiliki hubungan yang sangat erat karena penampilan dan penggambaran sang tokoh harus mendukung watak tokoh tersebut (Aminuddin, 2000:79).

Sedangkan tokoh dalam cerita menurut Abram dalam Nurgiyantoro adalah orang – orang yang ditampilakan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan (Nurgiyantoro, 1995:165). Melalui tokoh cerita, penulis juga dapat menyampaikan pesan, amanat, moral atau sesuatu yang memang ingin disampaikan oleh pembaca (Nurgiyantoro, 1995:167).

Penokohan dalam novel “Dear Yurichika” adalah sebagai berikut:

1. Akiko Terenin adalah tokoh utama dalam novel "Dear Yurichika" yang merupakan seorang Ibu yang kuat dan penuh kesabaran dalam menjalani pengobatan kanker juga mempunyai sifat pemberani dalam mengambil suatu keputusan dalam hidupnya. Serta sangat setia kepada suami dan anaknya. 2. Leony adalah Suami dari Akiko terenin yang mempunyai sifat sabar dan tegar

dalam menjalani hidup. Serta kesetiaan kepada istrinya Akiko Terenin.

(10)

besar terhadap putrinya, Akiko Terenin.

4. Bibi Michiyo adalah tokoh bibi yang sangat setia menemani Akiko saat menjalani pengobatan kanker di rumah sakit.

2.2.5 Sudut Pandang

Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (1995: 248) sudut pandang atau

view of point menyaran pada cara dan pandangan yang dipergunakan pengarang

sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.

Menurut Aminuddin (2000 : 96) sudut pandang adalah kedudukan atau posisi pengarang dalam cerita tersebut. Dengan kata lain, posisi pengarang menempatkan dirinya dalam cerita tersebut dan dari titik pandang ini, pembaca mengikuti jalan ceritanya dan memahami temanya. Ada beberapa jenis sudut pandang (point of view):

1. Pengarang sebagai tokoh utama.Sering juga posisi yang demikian disebutsudut pandang orang pertama aktif.Disini pengarang menuturkan dirinya sendiri. 2. Pengarang sebagai tokoh bawahan atau sampingan.Disini pengarang ikut

melibatkan diri dalam cerita. Akan tetapi, ia mengangkat tokoh utama. Dalam posisi yang demikian itu sering disebut sudut pandang orang pertama pasif. 3. Pengarang hanya sebagai pengamat yang berada di luar cerita. Disini pengarang

menceritakan orang lain dalam segala hal.

Dalam hal ini, sudut pandang pengarang Akiko Terenin dalam novelnya

“Dear Yurichika ” adalah sebagai tokoh utama. Akiko Terenin adalah sebagai

(11)

2.3 Studi Pragmatik dan Semiotik dalam Sastra 2.3.1 Studi Pragmatik

Pendekatan pragmatik yang digunakan dalam menelaah sastra dikemukakan oleh Abrams. Abrams dalam Fannie (2001:100), mengemukakan bahwa dalam menelaah sastra terdapat empat model pendekatan yang dapat diterapkan, yaitu :

1. Telaah dari sudut pandang karya sastra itu sendiri yang merupakan produk pengarang (Pendekatan Objektif)

2. Telaah dari sudut pengarangnya (Pendekatan Ekspresif)

3. Telaah dari keterhubungan ide, perasaan, atau peristiwa-peristiwa yang mendasari karya yang ditelaah, baik secara langsung atau tidak langsung yang secara esensial dasarnya merupakan satu tiruan (Pendekatan Mimesis)

4. Telaah dari sudut pandang pembaca atau penerima karya sastra (Pendekatan Pragmatik)

Pendekatan pragmatik sastra memandang karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca, seperti tujuan pendidikan, moral, agama dan tujuan pendidikan lainnya. Dengan kata lain, pragmatik sastra bertugas sebagai pengungkap tujuan yang dikemukakan para pengarang untuk mendidik masyarakat pembacanya. Semakin banyak nilai-nilai, ajaran-ajaran dan pesan-pesan yang diberikan kepada pembaca, maka semakin baik dan bernilai tinggi karya sastra tersebut (Abrams dalam Pradopo, 2002:67).

(12)

pembacanya serta apakah tugas dan batas kemungkinan pembaca sebagai pemberi makna. Hal ini berhubungan dengan manfaat pragmatik sastra terhadap fungsi-fungsi karya sastra dalam masyarakat, perkembangan dan penyebarluasannya sehingga manfaat karya sastra dapat dirasakan melalui peranan pembaca dalam memahami karya sastra.Dengan indikator pembaca dan karya sastra, tujuan pendekatan pragmatik adalah memberikan manfaat terhadap pembaca.Dengan mempertimbangkan indikator karya sastra dan pembaca, maka masalah yang dapat dipecahkan melalui pendekatan pragmatik diantaranya adalah berbagai tanggapan masyarakat tertentu terhadap sebuah karya sastra.

Jika dikaitkan oleh pandangan Wellek dan Warren dalam Siswanto (2008:30), yang mengatakan bahwa fungsi sastra adalah gabungan dari Dulce “manis, menyenangkan” dan Utile “berguna,bermanfaat”, penelitian terhadap tujuan atau fungsi sastra mengarah kepada fungsi Utile bukan Dulce. Hal ini didasari oleh anggapan karya sastra mengandung tujuan atau manfaat, yaitu membina, mendidik pribadi pembaca.

2.3.2 Pendekatan Semiotik

Menurut Pradopo dalam Endraswara (2008:119) semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Saussure dalam Nurgiyantoro (1995:43) berpendapat bahwa bahasa sebagai sebuah sistem tanda memiliki dua unsur yang tak terpisahkan yaitu

signifier dan signified, signifiant dan signifi, atau penanda dan petanda dimana

(13)

Semiotik menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan merupakan tanda-tanda.Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan dan konvensi yang memungkinkan tanda tersebut mempunyai arti.Tanda itu sendiri adalah sebagai sesuatu yang memiliki ciri khusus yang penting.Pertama, tanda harus dapat diamati, dalam arti tanda itu dapat ditangkap. Kedua, tanda harus menunjukkan pada sesuatu yang lain. Artinya bisa menggantikan mewakili dan menyajikan ( Endraswara , 2008:63 )

Pragmatik sangat berhubungan dengan semiotik, karena hubungan pragmatik merupakan hubungan makna dan pelambangan.Ia dipakai untuk mengkaji, misalnya, signifiant tertentu mengacu pada signifie tertentu, baris-baris kata dan kalimat tertentu mengungkapkan makna tertentu, peristiwa-peristiwa tertentu mengingatkan peristiwa-peristiwa yang lain, melambangkan gagasan tertentu atau menggambarkan suasana kejiwaan tokoh (Todorov dalam Nurgiyantoro, 1995: 47).

Dengan demikian, uraian tentang kajian semiotik yang berupa notasi simbol-simbol kemudian dicoba untuk menjelaskan fungsi dan maknanya. Dalam hal ini, kajian semiotik ini penulis pergunakan untuk dapat menjelaskan makna dalam novel “Dear Yurichika”

2.3.3 Moral Bushido

(14)

yang unggul dalam tekhnologi dan Industri.Semangat juang yang tinggi dalam masyarakat Jepang dikenal dengan bushido. Bushido dikenal sebagai tata cara samurai untuk menunjukkan perilaku tradisional Jepang yang ideal. Dalam etika

Bushido ada ajaran moral yang terkait dengan keadilan, keberanian, kebaikan hati,

kesopanan, kesungguhan hati, kehormatan, kesetiaan dan pengendalian diri (Benedict, 1982:333).

Bushido merupakan etika yang dipengaruhi oleh ajaran Budha Zen.Zen

merupakan moral dan filosofi Samurai.Zen merupakan agama dan kepercayaan yang mengajarkan bahwa tidak ada tenggang waktu (jeda) dari perbuatan yang telah dimulai dan harus diselesaikan.Etika Zen adalah “langsung” percaya pada diri sendiri dan memenuhi kebutuhan sendiri.

Selain dilandasi oleh etika Zen, bushido juga dilandasi oleh etika

Confusius. Ajaran Confusius mengatur harmonisasi hubungan antara sesama

manusia, hubungan manusia dengan makhluk lain yang ada di dunia dan hubungan alam dengan semesta. Selain didasari oleh Zein dan Confusius, bushido juga dipengaruhi oleh ajaran Shinto yang mengajarkan kesetiaan pada kaisar. (http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi/article/download/6232/5266).

(15)

1. Gi ( Integritas)

Gi dalam moral Bushido yaitu etika samurai yang berkaitan dengan

kemampuan untuk memecahkan masalah dan keputusan yang tepat berdasarkan pada alasan-alasan yang rasional sehingga hasil yang diperoleh merupakan sesuatu ketetapan yang adil.Gi merupakan dasar dari keseluruhan sikap mental terkait dengan pikiran, perkataan dan perbuatan dalam menegakkan kejujuran dan kebenaran

(http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi/article/download/6232/5266)

Integritas akan melahirkan kepercayaan. Kepercayaan adalah modal sosial untuk menciptakan organisasi dan hubungan bisnis yang baik serta besar. Dalam

Gi apa yang ada di hati, yang kita ucapkan yang kita pikirkan dan yang kita

lakukan adalah sama (Agustian, 2010:50)

2. Yu ( Keberanian)

Yu adalah sifat samurai dalam berani menghadapi kesulitan dan kegagalan.Keberanian merupakan sebuah karakter dan sikap untuk bertahan demi prinsip kebenaran yang dipercaya meski mendapat berbagai tekanan dan kesulitan. Untuk mendapat kebenaran, diperlukan rasa keberanian dan keteguhan hati (Agustian, 2010:64)

(16)

3. Makoto – Shin ( Kejujuran dan Keikhlasan)

Jujur dan tulus ikhlas merupakan kode etik samurai yang berarti berkata atau membeikan informasi yang sesuai dengan kenyataan dan kebenaran. Pelanggaran makato-shin merupakan sanksi yang dihindari karena akan merusak nama baik pribadi, keluarga, lembaga atau masyarakat dan bangsa (http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi/article/download/6232/5266)

4. Jin ( Murah Hati)

Makna Jin adalah murah hati, mencintai sesama dan simpati.Bushido memiliki aspek keseimbangan antara maskulin (yin) dan feminin (yang).Samurai yang memiliki kemampuan tempur yang hebat, dia juga harus memiliki sifat murah hati, memiliki kepedulian sosial yang tinggi Kemurahan hati juga ditunjukkan dalam hal memaafkan.

http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi/article/download/6232/5266

5.Rei ( Hormat dan santun kepada orang lain)

Sikap samurai dalam bersikap santun kepada orang lain yang tulus yang di tujukan kepada semua orang, kepada atasan, pimpinan dan orang tua. Sikap hormat dan santun tercermin dalam sikap duduk, cara bicara, cara menghormati dengan menundukkan badan dan kepala.

http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi/article/download/6232/5266

(17)

6. Meiyo ( Menjaga nama baik)

Meiyo adalah etika samurai untuk menjaga nama baik dan kehormatan. Seorang samurai memiliki harga diri yang tinggi, yang mereka jaga dengan cara perilaku terhormat. Penghormatan samurai ditujukan kepada atasan/majikan, orang tua dan keluarga.Kehormatan dan harga diri seorang samurai diekspresikan dalam bentuk sikap dan kekokohan mereka memegang dan mempertahankan prinsip kehidupan yang mereka yakini.

http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi/article/download/6232/5266

7. Chungi (Kesetiaan pada pemimpin)

Chungi merupakan etika Samurai yang berkaitan dengan kesetiaan pada pimpinan.Kesetiaan ditunjukkan dengan dedikasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas. Kesetiaan dilakukan untuk menjaga nama baik dan kehormatan pimpinan, atasan dan juga nama baiknya sendiri (Agustian, 2010 :118).

(18)

2.6 Sekilas Tentang Biografi Pengarang

(19)

2.6 Nilai-nilai Pragmatik yang terdapat dalam Novel “Dear Yurichika” 1. Kasih sayang

2. Kesetiaan 3. Keberanian

4. Kerelaan Berkorban 5. Kesabaran

Referensi

Dokumen terkait

peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar sosial adalah latar yang.. menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial. masyarakat

peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. 3) Latar sosial, menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan. perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu

Novel "Dear Yurichika" merupakan sebuah novel otobiografi dari Akiko Terenin yang menceritakan kembali tentang pengalamannya ketika Akiko mengalami masa-masa sulit

tentang nilai kerelaan berkorban dan kesabaran dalam menjalani pengobatan. kanker yang bertepatan pada

Penulis menggunakan novel " Dear Yurichika " karya Akiko Terenin dalam. versi terjemahan bahasa Indonesia yang terdiri dari 157 halaman

Bahruddin, dkk.2006.Kamus Pintar Plus Bahasa Indonesia..

Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan

peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.. (3)