• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL MEMOIRS OF A GEISHA DAN KONSEP PSIKOANALISA SIGMUND FREUD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL MEMOIRS OF A GEISHA DAN KONSEP PSIKOANALISA SIGMUND FREUD"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL MEMOIRS OF A

GEISHA DAN KONSEP PSIKOANALISA SIGMUND FREUD

2.1 Definisi Novel

Sebutan novel berasal dari bahasa italia, yakni novella yang secara harfiah berarti sebuah barang baru yang kecil dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa (Abrams dalam Nurgiyanto, 1995:9). Dalam bahasa Jerman novel disebut dengan novelle dan dalam bahasa inggris disebut dengan novel, istilah ini yang kemudian masuk ke dalam bahasa Indonesia.

Menurut Djsacob Sumardjo (1992:11-12), novel adalah genre sastra yang berupa cerita yang mudah dibaca dan dicernakan, juga kebanyakan mengandung unsur suspense dalam alur ceritanya yang mudah menimbulkan sikap penasaran bagi pembacanya.

Novel merupakan jenis dan genre prosa dalam karya sastra. Prosa dalam pengertian kesusasteraan juga disebut fiksi. Karya fiksi menyarankan pada suatu karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak perlu dicari kebenarannya kedunia nyata (Nurgiyantoro, 1995:2). Dan menurut Takeo (Pujiono, 2002:3), novel merupakan sesuatu yang menggambarkan kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat meskipun kejadiannya tidak nyata.

(2)

Walau bersifat imajiner namun ada juga karya fiksi atau novel yang berdasarkan pada fakta. Karya fiksi yang demikian adalah (Abrams dalam Nurgiyantoro 1995:4) menggolongkan sebagai fiksi non fiksi (non fiction fiction), yang terbagi atas (1) fiksi historis (historical fiction) atau novel historis, jika yang menjadi dasar penulisan fajta sejarah; (2) fiksi biografis (biographical fiction) atau novel biografis; jika yang menjadi dasar penulisan fakta biografis dan (3) fiksi sains (science fiction) atau novel sains, jika yang menjadi dasar pemikirannya fakta ilmu pengetahuan.

Dilihat dari penggolongannya maka penulis memasukkan novel Memoirs of a

Geisha, yang merupakan objek penelitian ini, kedalam novel historis karena terikat

oleh fakta-fakta yang dikumpulkan melalui penelitian dari berbagai sumber.

2.2 Unsur Intrinsik

2.2.1 Tema

Setiap cerita mempunyai dasar. Penulis atau tokoh menuliskan tokoh dengan dasar atau tema yang telah ditentukan, mengingat kenyataan tersebut maka tema menduduki posisi penting. Yang dimaksud dengan tema adalah persoalan yang berhasil menduduki posisi tempat utama dalam cerita (MS. Hutagalung dalam Badrun 1995:85).

Istilah tema menurut Scharbach (Aminuddin, 2000:91) berasal dari bahasa latin yang berarti tempat meletakkan suatu perangkat. Disebut demikian karena tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak

(3)

pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Sebab itulah penyikapan terhadap tema yang diberikan pengarang terhadap pembaca umumnya terbalik. Seorang pengarang harus memahami tema cerita yang akan dipaparkan sebelum melaksanakan proses kreatif penciptaan, sementara pembaca baru dapat memahami tema bila mereka telah selesai memahami unsur- unsur signifikan yang menjadi media pemapar tema tersebut.

Dalam mengapresiasi tema suatu cerita, apresiator harus memahami ilmu-ilmu humanitas karena tema sebenarnya merupakan pendalaman hasil kontemplasi. Pengarang yang berkaitan dengan masalah kemanusian serta masalah lain yang bersifat universal. Tema dalam hal ini tidak lah berada diluar cerita, tetapi inklusif didalamnya. Akan tetapi keberadaan tema meskipun inklusif didalam cerita tidaklah terumus dalam satu dua kalimat secara tersurat tetapi tersebar dibalik keseluruhan unsur-unsur signifikan atau media pemapar prosa fiksi. Dalam upaya pemahaman tema, pembaca perlu memperhatikan beberapa langkah berikut secara cermat yaitu:

1. Memahami setting dalam prosa fiksi yang dibaca.

2. Memahami penokohan dan perwatakan para pelaku dalam prosa fiksi yang dibaca. 3. Memahami suatu peristiwa pokok pikiran serta tahapan peristiwa dalam prosa

fiksi yang dibaca.

4. Memahami plot atau alur prosa fiksi yang dibaca.

5. Menghubungkan pokok-pokok pikiran yang satu dengan yang lainnya yang disimpulkan dari satuan-satuan peristiwa yang terpapar dalam suatu cerita.

(4)

7. Mengidentifikasikan tujuan pengarang memaparkan ceritanya dengan bertolak dari satuan pokok pikiran yang ditapilkannya.

8. Menafsirkan tema dalam cerita yang dibaca serta menyimpulkannya dalam satu dua kalimat yang diharapkan merupakan ide dasar cerita yang dipaparkan pengarangnya.

Sesuai dengan novel yang berjudul “Memoirs of a Geisha” maka tema dalam novel ini adalah berceritakan tentang perjalanan hidup seorang gadis kecil dari desa hingga menjadi seorang Geisha pada zaman Showa. Dimana tokoh utama dalam novel ini adalah Sayuri, gadis dari kampung nelayan di Yoroido yang dibawa ke

Kyoto untuk dijadikan sebagai calon Geisha. Dan yang menjadi fokus cerita dalam

novel “Memoirs of a Geisha” karya Arthur Golden ini adalah lika-liku kehidupan dan perjuangan seorang Geisha.

2.2.2 Plot Alur

Pengertian alur atau plot pada karaya sastra pada umumnya adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin sebuah cerita yang dihadirkan para pelaku dalam sebuah cerita. Istilah alur dalam hal ini sama dengan istilah plot maupun struktur cerita. Tahapan peristiwa yang menjalin suatu cerita bisa berbentuk dalam rangkaian suatu peristiwa yang berbagai macam (Aminuddin, 2000: 83).

(5)

Dalam cerita fiksi atau cerpen urutan peristiwa dapat beraneka ragam. Montage dan Henshaw (Aminuddin, 2000:84) menjelaskan bahwa tahapan peristiwa dalam plot suatu cerita dapat tersusun dalam tahapan-tahapan sebagai berikut:

- Exposition: yakni tahap awal yang berisi penjelasan tentang tenpat terjadinya peristiwa serta perkenalan dari setiap pelaku yang mendukung cerita.

- Inciting force: yakni tahap ketika timbul kekuatan, kehendak maupun perilaku yang bertentangan dari pelaku.

- Rising action: yakni situasi panas karena pelaku-pelaku dalam cerita mulai berkonflik.

- Crisis yaitu: situasi makin panas dan para pelaku sudah diberikan gambaran nasib oleh pengarangnya.

- Climax: yakni situasi puncak ketika konflik berada dalam kadar yang paling tinggi hingga para pelaku itu mendapatkan kadar nasibnya itu sendiri.

- Falling action: yakni kadar konflik sudah menurun sehingga ketegangan dalam cerita sudah mulai mereda sampai menuju conclution atau penyelesaian cerita.

Dalam novel Memoirs of a Geisha, tahapan peristiwa dalam plot suat cerita juga tersusun dalam tahapan yang dinyatakan oleh Montage dan Henshaw yaitu dalam tahapan:

- Exposition: didalam novel Memoirs of a Geisha pada awalnya diceritakan tentang kehidupan Sayuri yang tinggal di Yoroido, yaitu suatu daerah yang mayoritasnya adalah nelayan, termasuk Ayah Sayuri. Keluarga Sayuri

(6)

merupakan keluarga yang miskin, ketika ibunya meninggal Sayuri dan kakaknya di bawa ke Kyoto.

- Inciting force: sejak tiba di Kyoto, Sayuri berusaha keras untuk melarikan diri dari Okiya untuk bertemu dengan kakaknya, namun Sayuri gagal. Karena Sayuri terlanjur melarikan diri dan gagal, Sayuri dihukum untuk tidak ikut bersekolah layaknya para calon Geisha lainnya, kemudian diancam menjadi pelayan seumur hidup.

- Rising action: Sayuri tidak bersekolah dan hanya jadi pembantu di Okiya serta jadi kambing hitamnya Hatsumomo, membuat Sayuri bersedih dan merenung di tepi sungai Shirakawa. Namun tiba-tiba diluar kebiasaan seorang bangsawan, Iwamura Ken datang menhampiri Sayuri dan menghiburnya. Hal ini lah yang membuat Sayuri berusaha menjadi seorang

Geisha.

- Crisis yaitu: Sayuri bertemu dengan Mameha. Melihat kelebihan yang dimiliki Sayuri membuat Mameha mengadopsi Sayuri sebagai adik angkatnya. Mameha mengajari Sayuri banyak hal tentang Geisha. Mameha dan Hatsumomo merupakan Geisha yang terkenal pada masa itu di Kyoto. Hatsumomo selalu menganggap Mameha adalah saingannya. Karena Mameha mengadopsi Sayuri membuat Hatsumomo berusaha keras mendidik Labu (salah satu calon Geisha) dan menantang Mameha bersaing menjadikan adik angkat mereka menjadi Geisha yang paling terkenal dimata para bangsawan.

- Climax: Dalam persaingannya, Sayuri berhasil menjadi Geisha yang terbaik dan terkenal saat itu di Kyoto. Hingga membuat Nobu (salah satu bangsawan

(7)

terkaya di Kyoto dan sahabat Iwamura Ken) ingin menjadi danna sayuri. Sedangkan Sayuri sangat mencintai Iwamura Ken sejak pertemuan pertama di sungai Shirakawa. Sayuri sangat takut dan berusaha untuk membuat Nobu agar tidak menjadi danna Sayuri. Sayuri berusaha untuk menghalangi Nobu hingga melakukan hal-hal bodoh yang memepertaruhkan kehormatannya. - Falling action: Sayuri pada akhirnya sadar dan pasrah bahwa Nobu adalah

takdirnya. Namun Iwamura Ken tiba-tiba ingin bertemu dengan Sayuri dan membawa Sayuri jauh dari Nobu. Kemudian Sayuri di bawa ke New York dan berhenti menjadi Geisha. Disana Sayuri membuka bar kecil sebagai aktivitasnya untuk orang-orang Jepang yang berkunjung ke New York.

2.2.3 Tokoh dan Penokohan

Struktur yang hendak dikaji dalam roman ini hanya akan dititikberatkan pada tokoh dan penokohan. Tokoh dalam suatu cerita rekaan merupakan unsur penting yang menghidupkan cerita. Kehadiran tokoh dalam cerita berkaitan dengan terciptanya konflik, dalam hal ini tokoh berperan membuat konflik dalam sebuah cerita rekaan (Burhan Nurgiyantoro, 1995:164).

Pembicaraan mengenai penokohan dalam cerita rekaan tidak dapat dilepaskan hubungannya dengan tokoh. Istilah ‘tokoh’ menunjuk pada pelaku dalam cerita sedangkan ‘penokohan’ menunjukkan pada sifat, watak atau karakter yang melingkupi diri tokoh yang ada. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones dalam Burhan Nurgiyantoro, 1995:165). Penokohan dapat juga dikatakan sebagai proses

(8)

penampilan tokoh sebagai pembawa peran watak tokoh dalam suatu cerita. “Penokohan harus mampu menciptakan citra tokoh. Oleh karena itu, tokoh-tokoh harus dihidupkan.” (Soediro Satoto, 1998:43).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan watak dan tokoh-tokoh dalam sebuah cerita rekaan. Penciptaan citra atau karakter ini merupakan hasil imajinasi pengarang untuk dimunculkan dalam cerita sesuai dengan keadaan yang diinginkan.

Penokohan dalam cerita dapat disajikan melalui dua metode, yaitu metode langsung (analitik) dan metode tidak langsung (dramatik). Metode langsung (analitik) adalah teknik pelukisan tokoh cerita yang memberikan deskripsi, uraian atau penjelasan langsung. Pengarang memberikan komentar tentang kedirian tokoh cerita berupa lukisan sikap, sifat, watak, tingkah laku, bahkan ciri fisiknya. Metode tidak langsung (dramatik) adalah teknik pengarang mendeskripsikan tokoh dengan membiarkan tokoh-tokoh tersebut saling menunjukkan kediriannya masing-masing, melalui berbagai aktivitas yang dilakukan baik secara verbal maupun nonverbal, seperti tingkah laku, sikap dan peristiwa yang terjadi (Burhan Nurgiyantoro, 1995:166).

Setiap tokoh mempunyai wataknya sendiri-sendiri. Tokoh adalah bahan yang paling aktif menjadi penggerak jalan cerita karena tokoh ini berpribadi, berwatak, dan memiliki sifat-sifat karakteristik tiga dimensional, yaitu :

1. Dimensi fisiologis ialah ciri-ciri badan, misalnya usia (tingkat kedewasaan), jenis kelamin, keadaan tubuhnya, ciri-ciri muka dan ciri-ciri badani yang lain.

(9)

2. Dimensi sosiologis ialah ciri-ciri kehidupan masyarakat, misalnya status sosial, pekerjaan, jabatan atau peran dalam masyarakat, tingkat pendidikan, pandangan hidup, agama, aktifitas sosial, suku bangsa dan keturunan.

3. Dimensi psikologis ialah latar belakang kejiwaan, misalnya mentalitas, ukuran moral, temperamen, keinginan, perasaan pribadi, IQ dan tingkat kecerdasan keahlian khusus (Soediro Satoto, 1998:44 - 45).

Tokoh berkaitan dengan orang atau seseorang sehingga perlu penggambaran yang jelas tentang tokoh tersebut. Menurut Burhan Nurgiyantoro (1995:173 - 174), jenis-jenis tokoh dapat dibagi sebagai berikut:

1. Berdasarkan segi peranan atau tingkat pentingnya.

a. Tokoh utama, yaitu tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel dan sangat menentukan perkembangan alur secara keseluruhan.

b. Tokoh tambahan, yaitu tokoh yang permunculannya lebih sedikit dan kehadirannya jika hanya ada keterkaitannya dengan tokoh utama secara langsung atau tidak langsung.

2. Berdasarkan segi fungsi penampilan tokoh.

a. Tokoh protagonis, yaitu tokoh utama yang merupakan pengejawantahan nilai-nilai yang ideal bagi pembaca.

(10)

1. Berdasarkan segi peranan atau tingkat pentingnya dalam novel Memoirs of a

Geisha:

a. Tokoh utama dalam novel ini adalah Sayuri yang berperan sebagai gadis kecil dari perkampungan nelayan di Yoroido yang kemudian menjadi seorang

Geisha di Kyoto.

b. Tokoh pendukung/tambahan dalam novel ini adalah Mameha (seorang

Geisha senior sekaligus kakak angkat Sayuri sebagai Geisha magang),

Iwamura Ken (seorang bangsawan di Kyoto yang sering dipanggil Ketua), Hatsumomo (seorang Geisha senior di Okiya Nitta), Labu ( kawan Sayuri di Okiya Nitta sekaligus saingannya sebagai Geisha) dan Nobu (seorang bangsawan Kyoto dan kawan akrab Ketua).

2.2.4 Setting

Latar atau setting yang disebut juga sebagai landasan tumpu menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995: 216). Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Pembaca demikian merasa dipermudah untuk menggunakan daya imajinasinya, disamping dimungkinkan untuk berperan serta secara kritis sehubungan dengan pengetahuannya dengan latar.

(11)

Unsur latar dapat dibedakan dengan tiga pokok yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial. Ketiga unsur itu masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi yang satu dengan yang lainnya (Nurgiyantoro, 1995:227).

2.3 Setting Dalam Novel Memoirs Of A Geisha

Unsur-unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu:

a. Latar Tempat

Latar tempat menyaran lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Penggunaan latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah mencerminkan atau tidak bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan. Deskripsi tempat secara teliti dan realistis ini penting untuk mengesani pembaca seolah-olah hal yang diceritakan itu sungguh-sungguh ada dan terjadi ditempat dan waktu seperti yang diceritakan itu.

Latar tempat dalam novel Memoirs Of a Geisha ini adalah ada di Yoroido, Kyoto dan New York. Hal tersebut bisa dilihat dari cuplikan dibawah ini:

Cuplikan hal 102

“Aku ingat betul bahwa suatu hari di Yoroido dulu seorang nak laki-laki mendorongku ke semak berduri dekat kolam.

(12)

Ketika aku berhasil susah payah melepaskan diri semak itu, aku marah sekali sampai bisa menggigit putus kayu.”

Cuplikan diatas menunjukkan latar tempat yang pertama adalah di Yoroido. Yoroido adalah nama sebuah perkampungan nelayan di sekitar Senzuru. Dari Senzuru diperkirakan 2 kali naik kreta api ke Kyoto dan perjalanannya mulai pagi hingga sore hari tiba di Kyoto. Di Yoroido adalah tempat dimana Sayuri tinggal bersama keluarganya hingga berusia 9 tahun sebelum di jual ke Kyoto.

Cuplikan hal 200

“Tur ini meninggalkan kesan yang cukup mendalam bagiku, karena inilah pertama kalinya aku melihat luasnya kota Kyoto yang terhampar di luar batas-batas Gion kecil kami , apalagi ini pertama kalinya aku naik limusin.”

Cuplikan diatas menunjukkan latar tempat yang kedua ada di Kyoto. Kyoto adalah kota tempat Chiyo dijual oleh tuan Tanaka ke sebuah Okiya yang disebut dengan Okiya Nitta pada usia 9 tahun. Dan disinilah Sayuri memulai karirnya sebagai Geisha yang sukses pada usia yang sangat muda.

Cuplikan hal 471

“Tetapi New York adalah kota yang sangat menggairahkan. Dalam waktu singkat New york terasa seperti rumah sendiri, seperti Gion.“

Cuplikan diatas menunjukkan latar tempat yang ketiga yaitu New York. New York adalah kota tempat Sayuri menghabiskan masa tuanya setelah pensiun dari

Geisha dan menjalani hidup dengan Ketua.

b. Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah kapan tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual. Latar waktu juga harus dikaitkan

(13)

dengan latar tempat atau latar sosial sebab pada kenyataannya memang saling berkaitan. Dalam novel ini latar waktu ditunjukkan pada cuplikan sebagai berikut:

Cuplikan hal 90

“Aku saat itu tidak tau, tetapi jalan-jalan sepi gara-gara depresi besar atau zaman Malaise. di era lain Miyagawa –Cho bisa saja jauh lebih ramai daripada Gion.”

Cuplikan diatas menunjukkan latar waktu pada zaman Malaise. Zaman Malaise adalah masa terjadinya krisis perekonomian di dunia yang terjadi sekitar tahun 1930_an. Termasuk di Jepang, selain terlibat perang Dunia ke II juga terjadi kesulitan ekonomi yang disebut kuraitani yang artinya lembah kegelapan.

Cuplikan hal 467

“Tetapi dalam musim gugur 1952, aku menemani Ketua dalam perjalanan keduanya ke Amerika Serikat.”

Cuplikan hal 364

“Sementara sebagian besar orang Jepang hidup dalam lembah kegelapan sepanjang tahun 1930-an, misalnya di Gion kami masih dihangati oleh sedikit matahari.”

Kedua cuplikan diatas menunjukkan cerita ini berlangsung pada zaman Showa yang berlangsung dari tahun 1926 - 1989.

c. Latar Sosial

Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehudupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks, dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan , pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap dan lain-lain. Disamping itu latar sosial

(14)

juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah atau atas.

Dalam novel Memoirs of a Geisha terdapar ruang lingkup, tempat dan waktu sebagai wahana para tokoh-tokohnya mengalami berbagai pengalaman kehidupannya. Peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam novel ini terjadi dalam tiga tempat, yakni Yoroido, Kyoto dan New York.

Kyoto dalam novel ini lebih spesifik lagi ditempatkan di Tominaga-cho di

distrik Gion, yang merupakan salah satu pusat Geisha yang terkenal di Jepang pada saat itu. Pada umur 9 tahun Sayuri datang ke Kyoto dan menetap disana kira-kira 28 tahun. Keadaan Kyoto dalam novel ini terjadi pada tahun 1930 sampai 1940-an yang dalam kurun waktu tersebut telah menjadi salah satu kota besar di Jepang. Wilayahnya terdiri dari jalan-jalan yang besar, kiri dan kanannya berjejer rumah dan bangunan-bangunan besar. Karena telah mempergunakan listrik, di tepi jalan juga sudah menggunakan lampu-lampu kota yang indah.

Kyoto memiliki penduduk yang cukup padat sehingga di seputaran kota dapat

dilihat orang banyak berlalu-lalang, sepeda, mobil, dan truk. Selain itu stasiun kreta api merupakan salah satu sarana transportasi antar daerah yang utama pada saat itu.

Jalannya membentang dan berblok-blok, ditepinya berderet rumah-rumah kayu yang berdempetan, yang sebagian besarnya adalah Okiya yaitu rumah-rumah

Geisha. Sedangkan distrik Gion itu sendiri merupakan daerah Kyoto yang dibelah

(15)

Pada tahun 1930-an, di seluruh dunia sedang terjadi depresi ekonomi yang disebut dengan zaman Malaise. Demikian juga di Jepang, selain terlibat dalam perang dunia II juga diseluruh daerah mengalami kesulitan ekonomi, tak terkecuali di

Kyoto. Kehidupan para Geisha di Kyoto dikatakan juga semakin menyedihkan, tidak

ada lagi yang bersenang-senang atau mengadakan pesta karena kegiatan seperti itu dianggap tidak patriotisdan tidak memikirkan keadaan bangsa dalam keadaan krisis. Kemudian pada tahun 1943 dan puncaknya pada saat perang pacific terdapat keputusan dari pemerntah bahwa selama perang semua district-district Geisha ditutup.

Pada tahun 1946 telah ada keoptimisan dari rakyat Jepang bahwa keadaan Jepang akan kembali pulih. Beberapa bulan kemudian di disrict-district Geisha dan tempat-tempat hiburan di Kyoto kembali dibuka. Kali ini mulai mengikuti kebudayaan barat karena saat itu banyak juga orang-orang asing yang datang bahkan menetap di Kyoto.

Yoroido adalah sebuah desa yang terletak di laut Jepang, tempat kelahiran Sayuri dan menghabiskan masa kecilnya sampai berusia 9 tahun dan akhirnya dibawa ke Kyoto. Yoroido adalah sebuah perkampungan nelayan yang sering mengalami badai dan masyarakatnya miskin. Terletak di tepi ceruk dan hanya punya satu jalan besar dan di sana terdapat satu-satunya pabrik sebagai tempat penampungan ikan.

Sepanjang jalan terdapat deretan rumah yang bagian depannya digunakan sebagai toko. Rumah-rumah penduduknya berukuran kecil dan terbuat dari kayu yang berwarna abu-abu dan berkarat karena udara laut yang asin. Masyarakatnya

(16)

masih bersifat tradisional dan sangat percaya pada tahayul dan dalam kedudukan sosialnya perempuan berstatus lebih rendah dari laki-laki, bahkan tidak diperkenankan mencampuri pekerjaan laki-laki. Pakaian penduduknya pun masih sederhana yakni pakaian petani untuk prianya dan wanita tidak pernah memliki pakaian yang lebih mewah dari baju katun atau linen dengan motif ungu sederahana.

Diceritakan Sayuri pindah ke New York pada 1956, kira-kira pada umur 36 tahun. dan tinggal disana sampai pada masa tuanya. New York merupakan kota yang menggairahkan penduduknya padat dan terdiri dari berbagai macam ras dunia. Jalan-jalan rayanya ramai akan peJalan-jalan kaki dan wanita-wanita yang berpergian untuk berkerja dan penuuh dengan suara-suara bising mobil-mobil yang memadati jalan dan klakson taksi-taksi kuning yang meluncur cepat untuk mencari penumpang setiap harinya.

(17)

2.4 Pendekatan Psikologi Sastra

1. Pengertian Psikologi

Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘psyche’, yang artinya jiwa dan

‘logos’ yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologis, psikologi artinya

adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya, maupun latar belakangnya (Ahmad, 1979:1). Menurut pendapat lain, (Bimo Walgito 1997:9) mengatakan bahwa ‘psikologi’ adalah ilmu yang membicarakan tentang jiwa. Ia merupakan suatu ilmu yang menyelidiki dan mempelajari tingkah laku serta aktifitas itu sebagai manifestasi hidup kejiwaan. Sedangkan dalam (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995:792). dijelaskan bahwa pengertian ‘psikologi’ adalah ilmu yang berkaitan dengan dengan proses-proses mental baik normal maupun abnormal yang pengaruhnya pada perilaku atau ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa.

Dengan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia, baik mengenai gejala-gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya yang tercermin dalam tingkah laku serta aktivitas manusia atau individu sendiri. Dalam penelitian ini, ada beberapa peristiwa kejiwaan yang perlu dipahami antara lain:

a. Konflik

Konflik terjadi bila ada tujuan yang ingin dicapai, sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Konflik juga terjadi akibat perbedaan yang tidak dapat diatasi

(18)

antara kebutuhan individu dan kemampuan potensial. Konflik dapat diselesaikan melalui keputusan hati. Konflik dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu:

1. Approach-approach conflict, yaitu konflik-konflik psikis yang dialami oleh individu karena individu tersebut mengalami dua atau lebih motif yang positif dan sama kuat. Misalnya, seorang mahasiswa pergi kuliah atau menemui temannya karena sudah berjanji.

2. Approach avoIdance conflict, yaitu konflik psikis yang dialami individu karena dalam waktu yang bersamaan menghadapi situasi yang mengandung motif positif dan motif negatif yang sama kuat. Misalnya, mahasiswa diangkat menjadi pegawai negeri (positif) di daerah terpencil (negatif).

3. AvoIdance-avoIdance conflict, yaitu konflik psikis yang dialami individu karena menghadapi dua motif yang sama-sama negatif dan sama-sama kuat. Misalnya, seorang penjahat yang tertangkap dan harus membuka rahasia kelompoknya dan apabila ia melakukan akan mendapat ancaman dari kelompoknya.

4. Double approach avoIdance conflict, yaitu konflik psikis yang dialami individu karena menghadapi dua situasi yang masing-masing mengandung motif negatif dan motif positif yang sama kuat. Misalnya, seorang mahasiswa harus menikah dengan orang yang tidak disukai (negatif) atau melanjutkan studi (positif) (Usman Effendi dan Juhaya S. Praja, 1993:73 - 75).

b. Sikap

(19)

perilaku atau perbuatan orang yang bersangkutan. Dengan mengetahui sikap seseorang, orang dapat menduga respon atau perilaku yang akan diambil oleh orang yang bersangkutan, terhadap sesuatu masalah atau keadaan yang dihadapkan kepadanya.

Pengertian attitude itu dapat kita terjemahkan dengan kata sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tadi. Jadi attitude itu lebih tepat diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap sesuatu hal (Gerungan, 1991:149). Bimo Walgito (1978:109) juga menegaskan bahwa, sikap itu merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara yang tertentu yang dipilihnya.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan organisasi pendapat, pandangan, keyakinan seseorang mengenai objek tertentu yang disertai adanya perasaan tertentu yang memberikan dasar kepada seseorang untuk membuat respon atau bereaksi dengan cara tertentu yang dipilihnya.

2. Pengertian Psikologi Sastra

Psikologi sastra merupakan suatu pendekatan yang mempertimbangkan segi-segi kejiwaan dan menyangkut batiniah manusia. Lewat tinjauan psikologi akan nampak bahwa fungsi dan peran sastra adalah untuk menghidangkan citra manusia yang seadil-adilnya dan sehidup-hidupnya atau paling sedikit untuk memancarkan

(20)

bahwa karya sastra pada hakikatnya bertujuan untuk melukiskan kehidupan manusia (Andre Hardjana, 1985:66).

Psikologi sastra sebagai cabang ilmu sastra yang mendekati sastra dari sudut psikologi. Perhatiannya dapat diarahkan kepada pengarang dan pembaca (psikologi komunikasi sastra) atau kepada teks itu sendiri (Dick Hartoko dan B. Rahmanto, 1986:126).

Istilah psikologi sastra mempunyai 4 kemungkinan pengertian menurut Wellek Rene dan Austin Warren (1989:90) yaitu:

a. Studi psikologi pengarang sebagai tipe atau pembeda. b. Studi proses kreatif.

c. Studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra. d. Studi yang mempelajari dampak sastra pada pembaca atau psikologi pembaca.

Berdasarkan pendapat Wellek dan Warren di atas, penelitian pada novel

Memoirs of a Geishaini mengarah pada pengertian ketiga, yaitu pendekatan psikologi

sebagai studi tipe dan hukum-hukum yang diterapkan pada karya sastra. Secara spesifik dapat dijelaskan, bahwa analisis yang akan dilakukan terutama diarahkan pada kondisi kejiwaan tokoh utama yang berperan dalam cerita, untuk mengungkap kepribadiannya secara menyeluruh.

(21)

2.5 Teori Kepribadian Psikoanalisis Sigmund Freud

Sigmund Freud lahir di Moravia, 6 Mei tahun1856. Freud adalah psikolog pertama yang menyelidiki aspek ketidaksadaran dalam jiwa manusia. Freud mengibaratkan kesadaran manusia sebagai gunung es, sedikit yang terlihat di permukaan adalah menunjukkan kesadaran, sedangkan bagian tidak terlihat yang lebih besar menunjukkan aspek ketidaksadaran. Dalam daerah ketidaksadaran yang sangat luas ini ditemukan dorongan-dorongan, nafsu-nafsu, ide-ide dan perasaan-perasan yang ditekan, suatu dunia dalam yang besar dan berisi kekuatan14 kekuatan vital yang melaksanakan kontrol penting atas pikiran-pikiran dan perbuatan sadar manusia (S. Calvin Hall dan Lindzey Gardner, 1993:60).

Penekanan Freud pada aspek ketidaksadaran yang letaknya lebih dalam dari pada aspek kesadaran tersebut, membuat aliran psikologi yang disusun atas dasar penyelidikannya itu disebut ‘Psikologi Dalam’ (Sujanto, 1980:62).

Ajaran-ajaran Freud di atas, dalam dunia psikologi lazim disebut sebagai psikoanalisa, yang menekankan penyelidikannya pada proses kejiwaan dalam ketidaksadaran manusia. Dalam ketidaksadaran inilah menurut Freud berkembang insting hidup yang paling berperan dalam diri manusia yaitu insting seks, dan selama tahun-tahun pertama perkembangan psikoanalisa, segala sesuatu yang dilakukan manusia dianggap berasal dari dorongan ini. Seks dan insting-insting hidup yang lain, mempunyai bentuk energi yang menopangnya yaitu libido (S. Calvin Hall dan Lindzey Gardner, 1993:73).

(22)

Struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem yaitu Id, (das es), Ego (das ich), dan Super Ego (das ueber ich). Perilaku manusia pada hakikatnya merupakan hasil interaksi substansi dalam kepribadian manusia Id, Ego, dan Super Ego yang ketiganya selalu bekerja, jarang salah satu di antaranya terlepas atau bekerja sendiri.

1. Id adalah aspek biologis yang merupakan sistem asli dalam kepribadian, dari sini aspek kepribadian yang lain tumbuh. Id berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir dan yang menjadi pedoman Id dalam berfungsi adalah menghindarkan diri dari ketidakenakan dan mengejar kenikmatan. Untuk mengejar kenikmatan itu Id mempunyai dua cara, yaitu: tindakan refleks dan proses primer, tindakan refleks seperti bersin atau berkedip, sedangkan proses primer seperti saat orang lapar membayangkan makanan (Sumadi Suryabrata, 1993:145 - 146).

2. Ego adalah adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul karena kebutuhan individu untuk berhubungan baik dengan dunia nyata. Dalam berfungsinya Ego berpegang pada prinsip kenyataan atau realitas. Ego dapat pula dipandang sebagai aspek eksekutif kepribadian, karena Ego mengontrol jalan yang ditempuh, memilih kebutuhan-kebutuhan yang dapat dipenuhi serta cara-cara memenuhinya. Dalam berfungsinya sering kali Ego harus mempersatukan pertentangan-pertentangan antara Id dan Super Ego. Peran Ego ialah menjadi perantara antara kebutuhan-kebutuhan instingtif dan keadaan lingkungan (Sumadi Suryabrata, 1993:146 - 147).

3. Super Ego adalah aspek sosiologi kepribadian, merupakan wakil dari nilainilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana yang ditafsirkan orang tua kepada anaknya lewat perintah-perintah atau larangan-larangan. Super Ego dapat pula

(23)

dianggap sebagai aspek moral kepribadian, fungsinya menentukan apakah sesuatu itu baik atau buruk, benar atau salah, pantas atau tidak, sesuai dengan moralitas yang berlaku di masyarakat. Fungsi pokok Super Ego adalah merintangi dorongan Id terutama dorongan seksual dan agresif yang ditentang oleh masyarakat. Mendorong

Ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralistis dari pada realistis, dan megejar

kesempurnaan. Jadi Super Ego cenderung untuk menentang Id maupun Ego dan membuat konsepsi yang ideal (Sumadi Suryabrata, 1983:148 - 149).

Demikianlah struktur kepribadian menurut Freud, yang terdiri dari tiga aspek yaitu Id, Ego dan Super Ego yang ketiganya tidak dapat dipisahkan. Secara umum, Id bisa dipandang sebagai komponen biologis kepribadian, Ego sebagai komponen psikologisnya sedangkan Super Ego adalah komponen sosialnya.

2.6 Biografi Pengarang

Arthur Golden dilahirkan dan dibesarkan di Chattanooga, Tennesee, Amerika Serikat. Dia merupakan lulusan Harvard College pada tahun 1978 dari jurusan Sejarah Kesenian khususnya kesenian Jepang. Pada tahun 1980 Arthur Golden berhasil memperoleh gelar M.A dalam bidang Sejarah Jepang dari Colombia University tempat di mana dia juga mempelajari bahasa Mandarin.

Setelah melewatkan satu musim panas di Universitas Beijing, dia bekerja di sebuah majalah di Tokyo. Kemudian pada tahun 1988 dia memperoleh gelar M.A dalam bahasa Inggris dari Boston University. Setelah tinggal dan bekerja ke Jepang, Arthur Golden mengajar penulisan kesusasteraan di daerah Boston saat ini di tinggal

(24)

di Brookline, Massachussetts bersama istri dan anak-anaknya. “Memoirs of a

Geisha” adalah novel pertamanya.

Minat Arthur Golden dalam mengangkat topik Geisha dalam novelnya ini adalah ketika dia bekerja di Tokyo di mana dia bertemu dengan seorang pemuda yang mempunyai Ayah seorang pengusaha terkenal dan seorang ibu mantan Geisha. Ketika kembali ke Amerika dia mencoba menuliskan masa kecil si pemuda ituke dalam sebuah novel. Kemudian dia menyadari bahwa dia lebih tertarik pada kehidupan ibu si pemuda yang pernah menjalani profesi sebagai seorang Geisha sehingga akhiranya dia membulatkan tekad untuk menulis novel tentang Geisha.

Dalam pembuatan novel ini pada awalnya Arthur Golden telah berhasil menulis draft pertama sebanyak 800 halaman, yang berkisah tentang lima tahun kehidupan seorang Geisha di Kyoto, tak lama setelah Perang Dunia ke II. Ini dibuatnya setelah membaca resensi mengenai topik tersebut, baik dalam bahasa Inggris maupun bahasa Jepang. Pada akhirnya draft awal yang ditulis sebelumnya itu, terpaksa harus diubah mulai dari awal setelah pertemuannya dengan Mineko, seorang

Geisha Kyoto yang sudah mengundurkan diri pada usia 42 tahun. Arthur Golden

mengenal Mineko sebagai sahabat lama neneknya yang berangkat ke Jepang untuk bertemu dan berbicara dengannya mengenai kehidupan Geisha.

Sambutan Mineko adalah sangat berkerjasama dan sangat berterus ternag dalam memberikan semua keterangan yang dibutuhkan. Mineko kemudian membawa Arthur Golden melakukan kunjungan sebagai orang dalam ke Gion, sebuah distrik

Geisha di Kyoto. Arthur Golden menghabiskan waktu lebih dari 6 tahun dalam

(25)

Novel “Memoirs of a Geisha” ini kemudian menjadi sukses dan merupakan novel terlaris sepanjang tahun 1997, tahun pertama kalinya diterbitkan. Novel ini juga banyak mendapat pujian dari berbagai pihak, baik itu orang asing dan orang Jepang sendiri. Mengikuti kesuksesan novel ”Memoirs of a Geisha” ini, semakin banyak essai dan buku-buku yang berisi tentang gambaran kehidupan Geisha yang dulu maupun sekarang, baik itu berupa fiksi maupun nonfiksi. Bahkan kisah novel ini telah dibuat ke dalam film produksi Hollywood, Amerika Serikat dengan judul yang sama dengan versi aslinya, yakni “Memoirs of a Geisha”.

Pada intinya “Memoirs of a Geisha” bercerita tentang persaingan dan perjuangan hidup perempuan di tengah masyarakat patriarki yang mendewakan laki-laki. Novel ini telah diterbitkan ke dalam 32 bahasa dan terjual sebanyak empat juta kopi untuk versi bahasa Inggrisnya.

Referensi

Dokumen terkait

peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar sosial adalah latar yang.. menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial. masyarakat

peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. 3) Latar sosial, menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan. perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu

Menurut Rees dalam Aziez dan Hasim (2010:1), novel pada hakikatnya sebuah cerita fiksi dalam bentuk prosa yang cukup panjang, yang tokoh dan perilakunya merupakan cerminan

Latar tempat merupakan lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan dapat berupa tempat-tempat dengan nama

Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan

peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.. (3)

Ego berkembang dari Id agar mampu menangani realita, sehingga Ego beroperasi mengikuti prinsip realita. Ego berusaha memperoleh kepuasan yang dituntut Id

Brooks dalam Aminuddin (2000 : 20) mengungkapkan bahwa dalam mengapresiasikan tema suatu cerita, aspirator harus memahami ilmu-ilmu humanitas karena tema sebenarnya