• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kegiatan Komunikasi Informasi Dan Edukasi Terhadap Tindakan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sma Negeri 17 Medan Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kegiatan Komunikasi Informasi Dan Edukasi Terhadap Tindakan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sma Negeri 17 Medan Tahun 2013"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan

sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan system dan fungsi, serta

proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecatatan.

Implikasi defenisi kesehatan reproduksi berarti bahwa setiap orang mampu memiliki

kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu

menurunkan serta memenuhi keinginanya tanpa ada hambatan apapun, kapan, dan

berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

Tidak terkecuali kesehatan reproduksi remaja menjadi isu penting dalam

Milenium Development Goals (MDGs). Selain itu, dewasa ini kesehatan reproduksi

juga mendapat perhatian khusus secara global sejak diangkatnya isu tersebut kedalam

Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan di Kairo, Mesir,

pada tahun 1994. Hal penting dalam konferensi tersebut adalah disepakatinya

perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan

dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan

yang terfokus pada kesehatan reproduksi serta upaya pemenuhan hak- hak reproduski.

Sejak saat itu, masyarakat internasional secara konsisten mengukuhkan hak-hak

remaja akan informasi tentang kesehatan reproduksi dan pelayanan kesehatan

(2)

Jumlah remaja di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2005

mencapai 42 juta jiwa atau 19,34% dari seluruh penduduk Indonesia. Masa remaja

adaah masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada

saat terjadi kematangan seksual, yaitu antara usia 11 sampai 12 tahun sampai 20

tahun. Pada masa remaja, individu mengalami perubahan baik fisik, psikis, maupun

sosial. Remaja memiliki karakteristik berupa rasa ingin tahu yang besar, gemar

terhadap tantangan dan selalu ingin mencoba hal hal yang baru, cenderung

berkelompok, masih mencari jati diri, mudah terpengaruh dengan lingkungan

sekitarnya, serta cenderung melakukan tindakan tanpa pemikiran yang matang

sehingga permasalahan-permasalahan yang dialami remaja juga khas (Hurlock,

1995:10 dalam Imron, 20012 : 21).

Menurut penelitian Sunarti, Winarni dan Anam (2009) proyeksi penduduk

yang dilakukan BPS, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah 116, 11

juta orang menurun dibanding tahun 2000 yaitu 206,6 juta. Penduduk remaja usia 15

-24 tahun pada tahun 2010 diperkirakan 36,8 % atau 42,69 juta orang yang terdiri dari

remaja perempuan 21,0 juta dan remaja laki-laki 21,69 juta orang. Persentase

penduduk usia 15-24 tahun pada tahun 2010, diperkirakan meningkat lebih tajam

dibandingkan jumlah pada tahun 2010 (Jurnal Kesehatan, Volume 7, No.1, Mei 2009

50-57).

Pada tahun 2007 jumlah remaja usia 10-24 tahun terdapat sekitar 64 juta atau

28,64 % dari jumlah penduduk Indonesia (proyeksi penduduk Indonesia tahun

(3)

Hal ini ditunjukan dengan masih rendahnya tindakan remaja tentang kesehatan

reproduksi. Remaja perempuan dan laki-laki usia 15-24 tahun yang tahu tentang masa

subur baru mencapai 29% dan 32,3%. Remaja perempuan dan laki-laki yang

mengetahui resiko kehamilan jika melakukan hubungan seksual sekali

masing-masing baru mencapai 49,5 % dan 45,5%. Ramaja perempuan dan remaja laki-laki

usia 14-19 tahun yang mengaku mempunyai teman pernah melakukan hubungan

seksual pra nikah masing-masing mencapai 34,7% dan 30,9% sedangkan remaja

perempuan dan laki-laki usia 20-24 tahun yang mengaku mempunyai teman pernah

melakukan hubungan seksual sebelum menikah masing-masing mencapai 48,6% dan

46,5% (SKRRI 2002-2003 dalam Muadz dkk, 2008).

Survey dari BKKBN (2004) masalah yang sering dialami remaja adalah

masalah yang berkaitan dengan seksualitas dan kesehatan reproduksi. Perubahan fisik

dan mulai berfungsinya organ reproduksi remaja kurang memiliki tindakan yang baik

tentang kesehatan reproduksi. fenomena hubungan seksual (HUS) pada saat

Pranikah. Remaja pada usia 13-15 tahun di kota besar, seperti Bandung, Jakarta, dan

Yogyakarta, sebanyak 21-30% telah melakukan hubungan seks pra nikah

(BKKBN,2008a: 5). Permasalahan lain yang muncul adalah kekerasan seksual

terutama pada masa pacaran (KDP) Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), aborsi,

Infeksi Menular Seksual (IMS), sampai terjangkitnya HIV/AIDS. Permasalah

tersebut merupakan serangkaian dampak dari minimnya pengetahuan remaja tentang

kesehatan reproduksi. Minimnya pengetahuan remaja terhadap kesehatan reproduksi

(4)

2002/2003, yaitu hampir sekitar 50 % remaja yang mengerti dengan benar tentang

HIV/AIDS Dan penyakit Infeksi Menular Seksual. Padahal, objek survey BPS

tersebut digunakan hampir 100% mereka yang pernah mendengar tentang HIV/AIDS.

Survey yang dilakukan DKT Indonesia menunjukan bahwa 81% dari 487 responden

menyatakan lebih nyaman mendiskusikan masalah seksualitas dengan teman, 25%

merasa nyaman membahas dengan pacar, dan hanya 8% yang merasa nyaman

membicarakan masalah seksualitas dengan orangtua (BKKBN,2008b:4 dalam Imron,

2012 :24).

Dari penelitian Sunarti, Winarni dan Anam dkk (2009) yang dilakukan di

SMP N 1 Blitar, diketahui 36,2% (28 responden) sangat butuh, 36,2% (28 responden)

butuh, 24,8% (26 responden) tidak butuh, dan 2,9%(3 responden) sangat tidak butuh

terhadap pelayanan komunikasi informasi dan edukasi kesehatan reproduksi remaja

(Jurnal Kesehatan, Volume 7, No.1, Mei 2009 50-57).

Menurut Khotai (2003) meningkatnya minat seksual remaja mendorong bagi

remaja itu sendiri untuk selalu berusaha mencari informasi dalam berbagai bentuk.

Sumber informasi itu dapat diperoleh dengan bebas mulai dari teman sebaya,

buku-buku, film, video, bahkan dengan mudah membuka situs-situs lewat internet. Namun

ironisnya sangat sedikit remaja memperoleh pendidikan yang berkaitan dengan

seksual dan kesehatan reproduksi dari guru ataupun orang tua, sehingga tidak salah

remaja melangkah sampai tahap percobaan. Pengaruh informasi global (paparan

(5)

meniru kebiasaan-kebiasaan yang tidak sehat yaitu berbagai macam perilaku seksual

seperti melakukan hubungan seksual dengan banyak pasangan atau pra nikah.

Penyimpangan terhadap perilaku seksual menurut Imron (2012), selain

dikarenakan kurangnya pengetahuan remaja tentang pengetahuan kesehatan

reproduksi juga sebagai akibat pengaruh media massa dan internet yang menyediakan

informasi yang kurang tepat dan salah. Keluarga sekolah atau pesantren kurang

membekali pengetahuan kesehatan reproduksi yang sebanding sehingga remaja tidak

mampu membuat keputusan yang tidak tepat. Akibatnya rasa ingin tau yang kuat

membuat remaja semakin terjebak kedalam permasalahan seksualitas. Pendidikan

kesehatan reproduksi yang dimaksud adalah memberikan informasi kepada remaja

sehingga para remaja tahu bagaimana caranya menghindari terjadinya hubungan

seksual sebelum waktunya dan membentuk remaja yang mempunyai sikap dan

perilaku seksual yang sehat dan bertanggung jawab. Saat ini di Indonesia menurut

BKKBN Pusat terdapat tidak kurang dari 31.622 kelompok BKR, 949 buah PIK, dan

16.795 KKPR. Ini belum termasuk kelompok remaja yang perduli terhadap kesehatan

reproduksinya yang berjumlah 8.597 kelompok. Kelompok-kelompok ini perlu

diberdayakan agar lebih efektif dan efesien dalam melakukan KIE terhadap remaja

sasaran agar hasilnya lebih optimal.

Gambaran tersebut mengindikasikan bahwa pemahaman remaja tentang

kesehatan reproduksi remaja masih rendah. Selayaknya para remaja memperoleh

informasi lain tentang : pengenalan alat, system, fungsi dan proses reproduksi,

(6)

HIV/AIDS. Pengaruh lingkungan seksual dan media terhadap perilaku remaja,

pelecehan seksual dan pornografi, kesetaraan dan keadilan gender, dan tanggung

jawab remaja terhadap keluarga. Bimbingan dan pengawasan perlu diberikan selama

siswa melaksanakan pembelajaran kesehatan reproduksi remaja agar siswa

termotivasi untuk mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, sehingga siswa

memperoleh informasi kesehatan informasi yang benar dan tepat (Jurnal Kesehatan

Surya Medika Yogyakarta,2010).

Pada studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di SMA Negeri 17

Medan, diperoleh keterangan dari guru bahwa para siswa telah mendapatkan kegiatan

KIE kesehatan reproduksi dari acara bakti sosial, kegiatan keagamaan dan pelajaran

Biolohi yang secara umum membahas tentang system reproduksi. Mulai saat MOS

(Masa Orientasi Siswa) mendapatkan penyuluhan dari puskesmas tentang

komunikasi, informasi dan edukasi tentang kesehatan reproduksi remaja. Walaupun

upaya yang sudah dilakukan sudah optimal tetapi program penyuluhan ini belum

berhasil apabila dibandingkan dengan target yang diinginkan.

Berdasarkan pemaparan di atas maka peneliti menganggap bahwa penelitian

ini penting dilakukan untuk melihat pengaruh kegiatan komunikasi, informasi dan

komunikasi terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja di SMA Negeri 17 Medan

(7)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian

ini adalah ”Bagaimanakah Pengaruh Kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi

Terhadap Tindakan Kesehatan Reproduksi Remaja di SMA Negeri 17 Medan

Tahun 2013.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisis pengaruh kegiatan komunikasi informasi dan edukasi terhadap

tindakan kesehatan reproduksi remaja di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013.

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis kegiatan komunikasi informasi dan edukasi remaja

b. Menganalisis tindakan kesehatan reproduksi remaja

c. Menganalisis pengaruh kegiatan komunikasi informasi dan edukasi

terhadap kegiatan kesehatan reproduksi remaja.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Ilmu Kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan toeri kesehatan

reproduksi, pendidikan dalam kebidanan terutama tentang pentingnya

perawatan kesehatan reproduksi remaja.

b. Bagi SMA Negeri 17 Medan

Sebagai masukan dalam memberikan materi dan informasi yang berguna

(8)

c. Bagi Responden

Sebagai penambahan ilmu mengenai pentingnya mempelajari kesehatan

reproduksi remaja dan permasalahanya dalam langkah mencegah

terjadinya berbagai macam kesalahpahaman.

d. Bagi Peneliti

Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan DIV Bidan

Pendidik serta meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan pengalaman

peneliti mengenai pengaruh komunikasi, informasi dan komunikasi

Referensi

Dokumen terkait

Kedua, hasil akreditasi belum menunjukkan indikator akuntabilitas satuan pendidikan secara maksimal, baik kepada pemerintah, masyarakat, orang tua siswa, maupun siswa, seperti

Gultom Maidin, Perlindungan Hukum Terhadap Anak , Bandung: Rafika Aditama, 2008. Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan , Jakarta: Akademi

[r]

B. Berdasarkan peta kedudukan bahan ajar, mata pelajaran Jaringan dasar komputer ini berdiri sendiri dan bersama sama satu kelompok dengan mata pelajaran

3 Anak secara individual membuat gambar sesuai dengan keinginannya 4 Anak menceritakan gambar yang dibuatnya dengan bahasa yang sederhana 5 Guru membantu menulis cerita

Pertemuan VI: Evaluasi dan Aplikasi Pendekatan Psikodinamika. (Review Bab 2, Bab 3, Bab 4 dan

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dengan memberikan dorongan, saran, serta kritik yang membangun dalam penyusunan skripsi ini. Akhir

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pengembangan materi komunikasi interpersonal siswa kelas X SLTA sederajat berdasarkan hasil validitaas dari