• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 Lampiran Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Adaptasi Verbal dan Nonverbal Mahasiswa UKSW yang Berasal dari Luar Jawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1 Lampiran Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Adaptasi Verbal dan Nonverbal Mahasiswa UKSW yang Berasal dari Luar Jawa"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Wawancara A1 (Papua) :

1. Sebelum kuliah di UKSW yang terletak di pulau Jawa, apa yang kamu tahu tentang daerah Jawa?

Jawab: Orang-orangnya pasti ngomong dengan bahasa Indonesia. Karena ini kan Indonesia, kalau mereka ngomong pakek bahasa Jawa tidak ada yang mengerti. Karena di Papua juga banyak orang Jawa. Karena Bapak bilang juga kalau orang Jawa Tengah itu mereka tidak kasar, pokoknya

frendly, welcome saja.

2. Susah tidak menyesuaikan dengan lingkungan yang ada?

Jawab : tidak susah juga menurut saya. karena kalau macam mau keluar ih saya kan baru datang keluar jalan kesana-kesisni ndak perlu kalau ketemu orang ya sapa, senyum, selamat pagi, selamat siang, selamat malam trus masuk lagi ke kos.

3. Pernah tidak mengalami kesulitan atau bingung dalam menyesuaikan kata perkata, misalnya waktu kamu pergi belanja?

Jawab: Iya. Sampai sekarang juga masih bingung. Yang pertama itu ‘kembalian’ kalo tidak salah. Saya bilang ke ibunya, ibu kembaliannya kurang, trus ibunya bilang ‘sek-sek’ saya bingung lalu saya bilang apa sih bu, ibu bilang apa? Ibunya balik nanya lagi ‘mudeng ra’ apa sih dong bicara apa semua. Langsung ibu kasih kembaliaanya. Ibunya juga tertawa-tertawa.

4. Kata ‘sek, mudeng dll’ itu kamu bisa mengerti bagaimana caranya?

Jawab : dari teman-teman. Tanya. Kan ada Rosi (teman yang dari Jawa). Ada Jenifer juga. Bisa menuntun kami yang buta. Soalnya kalau beli, belanja ke pasar yang jual nenek-nenek tidak mengerti. Jadi ya kalu dengan teman-teman saya ngomong pakek logat Papua, Lisa ngomong pakek logat Kalimantan, Okla ngomong pakek logat Bandung. Ih epen kah baku mengerti saja. Berusaha untuk mengerti. Kalau saya rasa bisa kolaborasi dengan mereka, agak kolaborasi sedikit tapi kalau tidak bisa ya kembali. Back to the dialeg.

5. Padahal kan kamu sudah sering bicara di rumah pakek bahasa Indonesia, kenapa disini lebih sering pakek dialek Papua?

Jawab : lebih nyaman pakek dialek. Kalau pakek bahasa Indonesia kan panjang lebar, kalau pakek dialek kan singkat-singkat. Tapi dialek kan ada beberapa slak-slak yang mereka tidak mengerti jadi nanti mereka tertawa baru kita yang anak-anak timur balik nganga ‘apa yang lucu?’ nanti kita tertawa mereka yang bingung apa yang lucu.

6. Hubungan kamu dengan anak-anak Papua yang lain bagaimana?

(3)

7. Kok bisa sih kamu punya teman-teman yang bukan satu daerah dengan kamu? Padahal disini kan banyak yang lebih suka berteman dengan yang atu daerah?

Jawab : tidak tahu juga. Kami sudah dari OMB. Suka pulang sama-sama. Ya mereka juga menyesuaikan dengan kita yang kasar, blak-blakan iihh. Sampai kadang-kadang ‘kamu ih kasar skali’- ‘ji baru mau halus bagimana ini sudah begini. Misalnya: ‘ ada inikah?’- ‘ih, tarada’- ‘jangan marah’- ‘apa sih, marah-marah barang apa. bicara biasa saja’. Padahal tidak maksud marah. Tapi lama-kelamaan mereka berarptasi juga.

8. Pernah tidak ada salah paham dengan teman-teman satu geng? Contoh penggunaan kata ‘nanti’ ?

Jawab : ha kalau kita kan nanti masih lama, kalau mereka kan nanti ya hari ini juga. Sepertinya pernah tapi tidakdengan teman-teman satu geng dengan teman-teman satu kelas. ‘sudah dikirmkah?’ – ‘loh kam bilang nanti, nanti kapan?’ – ‘ya udah nanti siang, nanti sore’ – ‘nah bilang begitu, nanti tu yang jelas’. Kadang-kadang di grup juga kalau pakek slak-slak begitu trus mereka tidak mengerti nanti mereka tertawa baru nanti kita yang dari timur masuk smua bicara sendiri. Tapi memang sudah ada teman-teman Papua yang sudah beradptasi sih pakek ‘aku,aku’. Saya : Tapi menurut kamu itu perlu tidak sih?. A1 : ya tidak apa-apa kalau memag bisa. Tapi lebih baik pakai ‘saya’ karena ‘saya’ itu kan bahasa Indonesia yang baku. Rasa aneh sekali.

9. Pernah tersinggung tidak kalau teman-teman ketawa karena slak-slaknya? Jawab : tidak. Epen kah sa tra mau pusing.

10. Menurutmu untuk menyesuaikan bahasa, gaya bicara gampang tidak? Jawab : gampang. Gampang saja. Di sesuaikan. Kalau mereka suruh ya bisa saja, tapi kalau memang tidak ya kita tetap dialek Papua.

11. Menurut kamu, berteman dengan teman-temanmu, tinggal di Jawa mempengaruhi gaya bicara kamu tidak?

12. Jawab : Ia, mempengaruhi skali. Kejadiaanya pas kerja kelompokkemarin. Ketemu dengan teman yang dari Papua juga. Teman A1 : ‘ko mau kemana?’. A1 : ‘mau kerkom sudah telat’. Teman A1 : ‘ko bilang apa?’. A1 : ‘Sudah telat’. Teman A1 : ‘ceehhhhh’. A1 : ‘jih,memang kenapa?’. Teman Echa : Terlambat.

13. Beberapa budaya tertentu kan biasanya kalau makan kan pakek tangan, kalau disini harus pakek disesuaikan dengan pakek sendok dengan garpu juga. Trus kalau ketemu orang kan disini disapa dengan sedikit menunduk. Kalau kamu bagamaina?

(4)

mereka kira kalau orang Papua kalau salaman harus kasih bunyi tangan (jari) trus sa bilang orang Papua mana? Itu beda suku. Di saya suku salaman biasa saja.

14. Kalau interaksi dengan teman-teman yang bukan dari Jawa, misal Manado, Ambon, biasanya pakai bahasa apa?

Jawab : Nah kalau dengan Manado, Ambon kan kita saling-saling mengerti. Biasanya saya bicara ya sesuaikan, kadang pakek dialek Papua selip-selip dialek Ambon.

15. Menurutmu, untuk tahu budaya tempat kamu tinggal sekarang perlu tidak? Sampai kepada bahasa juga?

(5)

Wawancara A2 (Papua):

1. Waktu itu sebelum datang kuliah di Salatiga apa yang kamu tahu atau dengar tentang daerah Jawa? Orang-orang Jawa kayak gimana?

Jawab : tidak cari tahu sih, tapi ada tante yang orang Surabaya. Jadi tante yang kasih tahu kalau orang Jawa tu lembut-lembut. Nanti kalau kalian bicara kasar dikira marah.

2. Pernah ada pertentangan mungkin dari orang tua untuk kuliah di Jawa? Jawab : ada. Dari mama dan mama tua. Kan biasa sakit-sakit juga jadi mama bilang nanti siapa yang liat. Tapi Bapa bilang tidak apa-apa biar mandiri.

3. Awal-awal datang ke Salatiga sempat kaget dengan keadaan sekitar tidak? Penduduknya?

Jawab : kaget. Apalagi dengan suhu udaranya. Dingin. Trus kalau mau ke pantai tidak ada pantai jauh skali. Disini, aduh heran skali tidak ada pantai. Trus makanan juga. Kalau penduduknya ramah sih. Di Jayapura juga banyak yang dari Jawa. Kalau disana mereka kan pakek bahasa Indonesia. Kalau disini masih ada yang kadang-kadang pakai bahasa daerah juga. Bahkan kalau di sana, ada juga yang sudah pakai bahasa sana.

4. Kalau ketemu teman yang ngomong pakek bahasa Jawa sempat bingung kah bagaimana?

Jawab : ia, kayak waktu OMB itu kan awal-awal pas perkenalan itu bingung aduh mereka bicara apa ‘medok-medok’. Tapi habis itu diam saja trus dengar baru ohh ia,iaa jadi maksudnya ini maksudnya itu. 5. Untuk kamu tahu apa yang mereka bilang, kamu tanya atau gimana?

Jawab : ia tanya. Soalnya kan merekacara bicaranya apa tidak jelas. Jadi tanya ‘bagaimana-maaf itu artiya apa?’ baru mereka jelaskan ulang lagi. Kalau sampai sekarang ya sudah mulai mengerti sedikit. 6. Menurut kamu untuk berteman dengan teman-teman dari Jawa atau

daerah lain itu susah tidak?

Jawab : kalau menurut saya sih mau bicara itu, kalau dengan teman yang Papua kan pakai bahasa Papua ‘sa-ko’ kan su enak. Kalau macam dengan teman-teman tu karna su terbiasa pakai ‘sa’ trus kalau mau pakek ‘aku’ itu macam aduh susah skali. Itu bicaranya bingung skali. Rasa aneh gitu karna tidak terbiasa bicara begitu. Tapi sebenarnya teman dengan mereka enak sih kan kita pakai bahasa indonesia jadi ya baik saja.

7. Tapi kalau saya perhatikan kamu lebih sering sama teman-teman Papua ya?

(6)

kalau bagi kelompok yang disuruh pilih sendiri itu dengan yang su rasa nyaman. Itu rata-rata dengan anak-anak Timur smua. Tapi kalau dosen yang bagi itu nanti baru bilang ‘aduh kalo saya dengan yang ini boleh, yang ini boleh’. Trus nanti kalau mau main dengan mereka kayak bagaimana e nanti mau bicara dengan mereka susah lagi. –Tapi kan kalau pakai bahasa Indonesia sebenarnya bisa kan? –Jawab : Ia memang, cuman tapi karna mungkin sudah biasa pakek ‘sa-ko’ jadi mau bicara ‘aku’ itu, biasa kalau su begitu kita yang orang Timur baku liat langsung baru ketawa-ketawa karna rasa lucu. Karna rasa aneh sekali. Kalau dengan yang Ambon juga kan rasa sudah mengerti juga, tapi kalo dengan yang teman-teman Jawa nanti bicara lagi. Rasa susah sendiri.

8. Pernah tidak kamu ketemu dengan orang sini yang memang ngomong pakek bahasa Jawa yang tidak bisa pakai bahasa Indonesia?

Jawab : oh itu pernah, di kos lama ada ibu kosnya mungkin mama mantunya yang sudah tua begitu, ibunya bicara trus aduh saya bingung akhirnya diam saja nanti adik kos yang artikan kalau ibu itu tanya saya dari mana. Jadi diam saja dulu kalau tidak tahu ya diam saja, tapi ya belajar-belajar bahasa mereka. tapi kalau teman yang sudah biasa, kalau dia ngomong dengan temannya pakek bahasa Jawa nanti baru kita tanya itu artinya apa.

9. Pernah tersinggung dengan teman-teman yang mungkin ketawa waktu kamu ngomong gitu?

Jawab : kalau tersinggung sih tidak. Cuman nanti kalau mereka ketawa ya ikut ketawa juga karna rasa lucu.

10. Pernah terjadi salah paham dengan teman-teman yang beda budaya? Kayak misal penggunaan kata ‘nanti’ ?

Jawab : oh iya pernah-pernah kak. Jadi ada teman yang mau antar usda dia bilang nanti, saya pikir nanti ya berarti agak lama begitu. Saya sudah tidur, tidak tahu kalau ternyata dia sudah tunggu lama di luar. Akhirnya pas buka pintu bagitu ‘ini Gress aku dah di luar- oh iya iya maaf’.

11. Menurut kamu untuk tahu budaya, kebiasaan, bahasa dimana kamu tinggal sekarang perlu tidak?

Jawab : menurut saya ada perlu juga sih. kita nanti kan disini 4 tahun jadi ya setidaknya musti tahu juga. Kalau ketemu orang disini yang tidak bisa bahasa Indonesia kan bisa mengerti.

12. Menurut kamu adaptasi perlu?

(7)

Wawancara A3 (Papua): kegiatan yang keluar dari Biak jadi agak tau kalau di Jawa itu barang-barang murah beda jauh dengan Papua. Pokoknya sudah ada gambaran begitu. Kalau dengan orang-orangnya itu paling dikomunikasi saja, kadang kita bicara mereka pikir kasar jadi kayak kita ada marah. Sebelum datang ke Salatiga itu saya kira Salatiga kayak kota-kota besar yang ada mallnya gitu. Lingkungannya juga karna kita anak rantau perlu juga lingkungan yang tenang dan nyaman.

3. Bagaimana pendekatan awal-awal dengan teman-teman yang beda budaya ?

Jawab : tidak rasa keberatan atau gimana gitu mungkin karna saya sudah pernah tinggal, ketemu dengan teman-teman yang beda budaya juga. Kalau mau berteman paling awal-awal tanya nama baru tanya daerah. Mungkin yang masih susah itu dengan teman-teman dari Jawa. Karena awalnya teman-teman itu saya pikir teman-teman2 dari Jawa itu masih berpikir kalau bukan rasis sih tapi mereka mau berteman dengan saya tidak? Saya kan dari Timur beda kulit. Tapi mulai-mulai berteman jadi sudah mengerti. Tapi saya kalau ketemu orang baru saya langsung sapa saja, tidak malu-malu. Jadi saya itu gampang diajak bicara gitu. 4. Gimana caranya kamu menghadapi teman-teman dari Jawa yang

ngomong bahasa Jawa?

Jawab : mereka juga tahu kalau saya dari Timur, beda budaya, jadi kalau mereka sudah selesai bicara saya langsung tanya ‘yang tadi kalian bicara itu artinya apa?’ jadi kalau ketemu mereka setidaknya saya juga mengerti dan bisa bahasa Jawa. Atau kalau teman-teman mereka lagi menjelaskan sesuatu pakek bahasa Jawa nanti saya bilang ‘bahasa Indonesia, karna saya tidak mengerti’ biasa saya teman-teman begitu. 5. Keseharian lebih sering sama teman-teman dari saerah mana?

(8)

6. Waktu kamu ketemu dengan teman-teman yang dari Menado, Batak, Ambon gaya bicara kamu kayak gimana? Menyesuaikan dengan mereka atau gimana?

Jawab : kalau teman-teman yang Menado dan Batak mereka juga pakai bahasa Indonesia, tapi kalau dialeknya saya tidak bisa menyesuaikan. Kalau dengan teman-teman Ambon saya bisa ikut logat mereka karna memang lingkungan tempat tinggal juga ada orang Ambon. Kadang tanpa disadari juga kadang-kadang ikut-ikutan juga bahasa mereka. 7. Pernah tiba-tiba nyeletuk bahasa daerah? Reaksi teman-teman gimana?

Jawab : ia ada, tapi paling nanti mereka tanya.

8. Waktu keluar bahasa daerahnya ada tidak teman-teman yang ketawa atau jadiin itu bahan guyonan?

Jawab : ia ada, tapi abis itu mereka tanya artinya nanti baru ketawa. Tapi bagi saya itu tidak jadi masalah.

9. Pernah ketemu penduduk sini yang tidak bisa pakai bahasa Indonesia? Jawab : pernah sih bapak-bapak. Tapi waktu itu pas dengan kaka yang sudah lama di Jawa jadi kaka yang bilang artinya apa. Memang susah sih kalau ketemu dengan orang-orang tua. Makanya memang perlu sih belajar bahasa Jawa paling tidak bisa mengerti mereka ngomong apa. 10. Pernah terjadi salah paham dengan teman-teman yang beda daerah ?

misalnya penggunaan kata ‘nanti’ ?

Jawab : kalau saya ‘nanti’ itu tidak sampai besok juga bisa hari ini. Tapi kadang kita tangkap ‘nanti’ itu kapan. Paling kalau salah paham misal kita kan bilang ‘tidak’ dengan ‘tra’ jadi kalau bilang ‘tra bermain’ dikira kita tidak mau main. Jadi nanti baru di jelaskan kalau di kita ‘tra’ itu ‘tidak’, jadi nanti baru mereka mengerti.

11. Sampai sejauh ini punya kesulitan apa dengan teman-teman disini? Jawab : paling sih susah kalau teman-teman Jawa mereka lagi menjelaskan sesuatu. Memang kadang pakai bahasa Indonesia tapi masih ada ‘medok Jawanya’. Komunikaisnya sih.

12. Menurut Joice adaptasi itu penting?

Jawab : ia penting. adaptasi itu penting karna ketika kita sudah berada pada satu lingkungan kita perlu adaptasi dimana apapun yang terjadi kita mau pertahankan budaya kita, mau pertahankan gaya bicara kita, bahasa kita tapi ketika kita sudah berada di lingkungan yang bukan bdaya kita sendiri kita harus bisa beradaptasi. Harus bisa mempelajari budaya yang ada dilingkunga itu suaya ketika kita tinggal ditu kita bisa bangun komunikasi dengan orag-orang sekitar situ. Kalau kita tidak bisa beradptasi mana mungkin kita bisa nyaman dengan lingkungan disitu. Menurut sata adaptasi juga salah satu bentuk dari kemandirian juga.

(9)
(10)

Wawancara A4 (Kalimantan-Suku Dayak):

1. Sebelumnya sebelum ke Salatiga penah ke daerah Jawa ? trus yang ada dipikar kamu sebelumnya tentang daerah Jawa apa?

Jawab : kalau ke Jakarta pernah. Aku kan kebetulan ada mbah-mbah orang Boyolali yang tinggal dirumah tapi bukan mbakku. Jadi mbahku cerita kalau orang Jawa itu ramah tapi sebenarnya enggak. Tapi memang nggak semua orang jawa sih yang kayak gitu. Trus aku dibilang kalau di Jawa itu kamu harus jaga kata-katamu. Kamu harus mikir dulu apa yang mau kamu ucapkan. Harus tau gimana kalau ngomong sama orang tua, bahasanya. Trus di ceritain barang-barang di Jawa itu lebih murah.

3. Trus mbahnya pernah ngomong pakai bahasa Jawa dong?

Jawab : dulu waktu muda nggak pernah. Tapi sekarang kan udah tua jadi udah pakai bahasa Jawa dan aku nggak ngerti. Memang aku dari kecil tu nggak tertarik buat blajar bahasa Jawa. Kalau menurutku aku nggak terlalu suka bahasanya. Aku akan belajar bahasa yang cuman aku suka. 4. Sepengalaman kamu waktu masuk kuliah punya kesulitan seperti apa?

Jawab : aku sih sebenranya anaknya pemalu tapi gampang berbaur jadi aku harus dekat-dekat denga orang. Jadi waktu di UKSW aku kan di Agra (nama kosan) disitu kan semuanya anak Manado. Aku udah dari sana udah terkonsep disini (nunjuk kepalanya) aku tuh nggak terlalu suka sama orang Manado kalau mau jujur. Karna pie suaranya tu keras, trus mereka kalau ngomong kan pakai bahasanya mereka nah aku kan nggak ngerti makanya aku memutuskan untuk pindah ke asrama kartini. Di asrama kartini, aku ketemu lagi sama orang-orang Timur. Tapi aku disana pikir kayaknya aku memang harus belajar sedikit-sedikit logatnya mereka. akhirnya aku bisa, aku satu semester logatnya itu kupang tulen. Tapi karna mereka suka pesta yang sampai lebih dari jam 12 au akhirnya pindah. Di kosan ini banyaknya orang Makasar. Lama-lama logatku tu keikut ‘ia ji’ nah kayak gitu. Tapi aku kalau lagi dekat dengan orang Ambon aku pasti nanti keikut logatnya. Tapi kalau aku lagi dekat dengan orang Manado, Kupang, Ambon, Jawa, pacarku orang Bali nanti aku pasti balik ke bahasaku, menurutku sih. tapi kadang kebawa juga ke Jawanya ‘nggak to yo’ tapi kalau budayanya nggak.

5. Kamu pernah nggak punya kejadian atau salah paham tentang penggunaan kata ‘nanti’ dengan teman kamu yang beda budaya?

(11)

6. Kamu pernah ketemu dengan penduduk asli yang nggak bisa bahasa Indonesia?

Jawab : aku pernah tinggal di getasan, trus sama ibinya ngerti bahasa Indonesia itu kan tempat pengolahan organik trus ada pekerja-pekerjanya jadi ada mbak-mbak yang ngomong pakai bahasa Jawa aku nggak ngerti jadi jadi aku cuman ‘yah-yah-yah’ ya aku nggak tau.

7. Kalau kamu lagi sama teman-teman kamu trus mereka ngomong pakai bahasa Jawa, apa yang kamu pikirkan?

Jawab : aku tergantung sih. kalau dia ngomong nggak liat aku aku nggak bakal ngapa-ngapa. Kalau sambil ngeliatin aku ‘kamu tuh lagi ngomong apa sih? jujur kalau kamu ngomong sambil ngeliatin aku, aku tersinggung’. Tapi kalau sekarang kan udah mulai-mulai ngerti mereka ngomong apa.

8. Keseharian kamu sama temen-temen dari daerah mana?

Jawab : aku tu lebih sering sama teman-teman yang cowok dari aku sekolah. Temen-temenku ini temen-temennya pacarku mereka juga anak HI. Ada orang Manado-Makasar, Jawa, Toraja-Magelang, Flores, Papua. 9. Trus kamu kalau sama mereka ngomongnya gimana?

Jawab : kalau sama kaka-kaka Papua, mereka kan anak-anak HI juga jadi jereka tahu aku kayak gimana. Jadi kala sama mereka ya ngomongnya pakai bahasa Indonesia.

10. Nggak pernah nyeletuk ngikut bilang ‘ tidak ko-sa-ko’?

Jawab : Enggak. Palingan pakai ‘enggak kok’ tapi kalau sama yang Makasar kadang ‘tidak ji’ cuman nyeletuk doang sih.

11. Kamu pernah nggak penasaran dengan bahasa mereka, yang ini tu artinya apa?

Jawab : bahasa Jawa. Pacarku kan juga bisa bahasa Jawa, jadi kalau aku dengar apa gitu akau nanya ‘ini tuh artinya apa sih?’ tapi aku udah lupa. Aku tuh nanya cuman buat ngerti sekali (sambil ketawa). Mbahnya pacarku kan di Salatiga, jadi mau nggak mau kan aku duduk dengerin mbahnya cerita.

12. Tapi kok bisa ya nggak kecantol gitu?

Jawab : Kan tadi aku dah bilang kak, kalau bahasanya nggak aku suka ya aku nggak mau. Kalau aku suka Korea ya nanti aku akan belajar bahasa Korea. ‘ya wes-ya wes’ tu paling yang kecantol. Kalau jarang-jarang nggak akan kecantol karena memang aku nggak niat.

13. Nggak ada gitu kamu pengen belajar bahasa daerah apa ?

(12)

tu mereka ngomongnya kan kecampur-campur toh jadi mau nggak mau nggak bisa belajar cuman satu daerah. Beda kalau aku tinggal di Mojokerto yang isisnya orang Jawa smua ya berarti ngomongnya juga bahasa Jawa. Kalau disini kan kadang ketemu orang Batak juga, orang Ambon ngapain aku belajar semuanya paling aku belajar yang penting-penting.

14. Aku pernah dengar kalau orang tu melihat orang dayak sama orang Jawa tu sama. Dari fiskinya kelihatan gitu. Kamu tersinggung nggak?

Jawab : ia sih memang aku awal-awal juga dikira begitu. Kalau nggak Jawa ya Batak. Kalau kk liat kan orang Dayak putih, tapi aku kan nggk makanya dikira orang Jawa. Tapi nggak tersinggung sih. aku juga nggak suka di bilang orang Dayak. Makanya aku nggak terlalu mengekspose kalau aku orang Dayak. Tapi aku memang harus menerima kalau aku orang Dayak.

15. Nah kamu kan tinggal di Jawa ni, menirut kamu perlu nggak kamu tau budayanya?

(13)

Wawancara A5 (Kalimantan-Suku Dayak):

1. Awal mula bisa kuliah di UKSW gimana ?

Jawab : Aku itu dulu udah pernah kuliah, tapi aku nggak suka. Nganggurlah aku 2 minggu. Trus di telfon sama orangtua angkatku di Boyolali, nawarin aku kuliah di UKSW.

2. Bagimana kesan pertama apa di UKSW?

Jawab : awal-awal kan pas OMB, bingung. Lihat orang-orang tu ada yang hitam,putih, pesek, mancung. Awalnya aku kira orang Papua itu orang Flores. Trus aku kenalan sama temen, salam trus tanya ‘eh kamu dari mana?’ ternyata dia orang Boyolali.

3. Trus awal mula kamu di Salatiga, apa yang ada dipikran kamu ? Jawab : orang-orangnya kalem. Apalagi sama orang tua. Mau dibilang kami kan kasar kasar deh. Awal-awal agak kontrol juga waktu bicara. Eh ada tingkatannya bicaranya, tingkat bawah sampai tingkat atas. Tapi karna aku nggak ngerti bahasanya ya udah diam aja. Paling ‘nggih’ itu aja yang paham, ya udah tinggalin.

4. Gimana kamu cara nyesuain dengan penduduk disini?

Jawab : cara penyesuaian diri paling awal, paling pengucapan selamat pagi menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kalau mereka ngomongnya pakek bahasa Jawa ‘oh maaf buk, saya nggak bisa pakek bahasa Jawa, saya dari ini., ne..” kayak gitu. Pertama kali kalau aku liat orang itu ari bahasanya. Kalau aku nggak ngerti ya udah aku diam.

5. Pernah nggak ketemu dengan orang sini yang nggak bisa bahasa Indonesia?

Jawab : wah pernah tu nenek-nenek, opa-opa. Di Ampel tu, kalau nggak salah neneknya udah 100 tahun. Selamat pagi kalau nggak salah kan ‘sugeng enjang’, ada yang kasih tau ‘oh itu artinya selamat pagi. Saku langsung dimarahin. ‘uedan anak ini’ kayak gitu. ‘edan itu apa? Edan tu kayak ‘dunia itu edan (gila). Oh ternyata orang kalau udah sepu-sepu tu penduduk asli memang nggak bisa bahasa Indonesia. Pokoknya kalau udah ketemu sama orang tua yang sepu-sepu aku ngak berani ngomong lagi, sampai sekarang.

6. Kamu tersinggung nggak di bilang ‘edan’ waktu itu ?

(14)

orangtua itu manjur. Ya udah kalau kamu dibilang ‘bodoh’ kamu bakal bodoh seumur hidup. Nah aku jaga itu sbenarnya.

7. Trus bagaimana dengan teman-teman yang disini ?

Jawab : waktu pertama kali itu, aku kan sering pelayanan sama Timur itu kan panas ‘panas lo le’ kalau disini kan ‘le’ itu anak laki-laki kan, kalau di kita itu ‘teman’ nah itu loh, jujur aku aja sampai sekarng itu nanya ke teman artinya apa. Kalau itu baik baru ngomong, kalau nggak baik aku buang.

8. Kamu pertama kali tahu kata ‘makan, minum’ pakek bahasa Jawa itu dari siapa ?

Jawab : sama orang yang pertama kali aku tinggal sama dia. ‘kalau selamat pagi disni itu apa?, kalau makan itu apa ? kasarnya apa? Halusnya apa? Kalau untuk anak-anak apa?’ ku tanya sama orang ini. Nggak mungkin aku tanya sama orang yang seusiaku. Palingan makan itu ‘mangan’ oh kasar sekali. Nanyanya ke yang lebih tua. Kalau sama yang seusia nanti dikerjain.

9. Kenapa kamu nanya sampai segitunya? Kenapa kamu pengen tahu? Jawab : pengen tahu aja. Pengen banget. Bisa dibilang kita sama orang tua harus ngomong kayak gini, sama sebaya harus kayak gini, makanya aku tanya. Berhadapan dengan orang yang kayak gini tu harus kayak gini, sama yang ini tu kayak gini. Malu bertanya sesat di jalan. Kayak gitu peribahasanya. Ntar kaau nggak nanya udah terlanjur ngomong kan malu.

10. Berarti kalau kamu sekarang sama teman sebaya kamu trus dibilang ‘edan’ gitu kamu nggak tersinggung karna udah tau artinya?

Jawab : aku tu bisa tersinggung kalau aku nggak tau artinya. Kalau nggak tau aku akan tanya sama orang yang lebih tua. Trus nanti aku tanya langsung ke orangnya ‘kok kamu ngomongnya kasar gitu.’ 11. Tapi kan orang itu bisa aja mikir kalau itu biasa?

Jawab : ia memang orang bisa pikir itu biasa, tapi kan orang itu punya tata cara. Apalagi kalau dia orang Dayak ya di tegurlah ‘jangan gitu’.

12. Ada yang bilang kalau Dayak sama Jawa sama. Gimana tu?

(15)

sama susur sungai. Jadi kalau di gunung ini, itu keturunannya orang Cina yang botak pinggir kunciran tengah panjang. Itu Cina masuk ke orang Thailand. Lalu yang di bawah gunung, itu keturunannya memang orang Thailand. Kalau di daratan, memang oang suku Dayak asli. Nah, susur sungai itu bagian aku. Susur sungai ini keturunan dari orang daratan ini. Perkawinannya sudah silang ini. 13. Kamu trima nggak dibilang sama?

15. Kamu menyadari nggak berteman dengan berbagai budaya mempengaruhi gaya bahasa kamu?

Jawab : banget. Aku tu sampe sekarang jujur sebenarnya belum bisa pakai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tapi memang dari gaya bahasaku, cara makanku sekarang tu berubah. Orang Dayak itu, kalau makan nggak pernah pakek sendok dan garpu selalu pakai tangan. Disini kita harus nyesuain makannya pakek sendok sama garpu. Cara kamu ngambil nasi pun ada caranya nggak sembarangan. Disini kamu makan di warteg pakai tangan saja diliat orang.

16. Kamu nyaman nggak dengan itu ?

Jawab : pertama-tama sih nggak nyaman, acuh tak acuh. Tapi lama-lama malu juga, ngikutin alur juga. Aku rasa aku perantau jadi harus ngikutin, ini kan budaya orang. Ya rendah hatilah karna kita kan masuk wilayah orang.

17. Kamu pernah nggak ngerasa geli sendiri dengan bahasa kamu yang campur aduk gini?

(16)

sini. Makanya dari itu, aku kan punya adek jadi disini kita juga membiasakan untuk tetap pakai bahasa daerah biar nggak lupa. 18. Kamu kan sering ngomong pakek bahasa Indonesia, kenapa kamu

nggak mau pakek bahasa daerah sedangkan orang lain bisa ?

Jawab : ya kan nggak smua orang bisa ngerti. Nanti kalau ngomong apa gitu trus orang tersinggung kan. Tapi kalau diminta bicara pakek bahasa daerah aku keluarin, tapi yang baik-baik. Bahasa kami tu susah. Yang Dayak saja beda bahasanya.

19. Tapi kan orang lain bilang ‘edan’ gitu juga nggak mikir kalau kamu tersinggung apa nggak?

Jawab : ia itu kan mereka nggak peduli, tapi aku kan masih mikir perasaan orang.

20. Menurut kamu adptasi itu perlu ? penting?

(17)

Wawancara A6 (Kalimantan-Suku Dayak):

1. Apa yang kamu tahu tentang budaya Jawa ?

Jawab : budaya Jawa itu kayak kalau kita ketemu orang tua tu kita harus menundukan diri, terlalu sopan santun. Kalau budayaku kan yang penting tu sapa. Disini kalau sama orang yang nggak kenal pun kan kita harus ‘mari mbah’ – ‘oh iya, nggih’. Kalau di kami lewat atap mata udah.

2. Sebelum kesini apa yangkamu pikirkan tentang daerah Jawa dan orang-orangnya?

Jawab : kan ada om juga jadi katanya orang Jawa itu baik, lembut-lembut. Tapi ternyata sampai disini tu dikira anak remaja sampai orang tua tu tutur katanya baik lembut ternyata enggak.

3. Menurutmu susah nggak sih berteman dengan teman-teman yang beda budaya ?

Jawab : susah sih menurutku. Kan beda budaya berarti karakternya beda. Orang Jawa, Papua, Batak. Kami sama Batak mirip-miriplah gaya bicaranya, kayak ‘toa’ –Toa itu apa?- Toa itu besar gitu mulutnya, kayak kasar, disangka marah. Susah sih soalnya juga harus sesuaikan dengan budaya disini harus bagaimana.

4. Trus gimana kalau pas kamu lagi ngomong lalu ada teman kamu yang beda budaya tersinggung?

Jawab : ya aku minta maaf. Trus aku jelasin sebenarnya aku tuh nggak maksud gitu tapi memang gaya bahasaku tu kayak gini. Pernah kan ya teman aku yang orang Batak ngomong sama teman yang Jawa ‘eh kamu tu kemana aja sih ninggalin aku, anjing’ kalau di kami tu ngomong kayak gitu tu sapaan biasa. Nah dia itu sangkanya kami itu ngehina.

5. Yang aku perhatikan kamu kan sama siapa aja temenan, nah kenapa kamu memilih untuk temenan sama siapa aja? Kan bisa aja kamu temenan sama orang Dayak juga?

Jawab : nah kan aku juha temenan sama orang Papua juga, kenapa aku temenan sama semua orang karna aku penasaran sama budaya mereka, cara-cara mereka. kan nanti juga kalau aku temenan sama temen yang dari Papua, kalau aku main kesana kan ada temen nginapnya juga tuh. Biasanya temenan sama siapa saja enak gitu ya. Jadi kita lebih memahami tingkah laku orang, adat istiadat orang. Sama kayak aku kan Kalimantan, kalaua ku cuman sama yang Kalimantan berarti aku cuman mutar-mutar disitu aja kan.

6. Kamu pernah spontan ngomong bahasa daerah ?

(18)

bilang ‘ngomong apa sih?’. Kadang juga nyatuin bahasa kita dengan bahasa Indonesia itu agak susah.

7. Jadi menurut kamu untuk menyesuaikan bahasanya susah ?

Jawab : susah. Soalnya disana tu belajar bahasa Indonesia cuman di skolah aja kok.

8. Selama kamu disini ada nggak bahasa daerah mana gitu yang sedikit kecantol dengan kamu?

Jawab : ada. Bahasa Jawa, Ambon, Batak. Paling itu sih.

9. Kamu merasa nggak kalau gaya bahasa kamu udah dipengaruhi budaya lain?

Jawab : banget. Biasanya kalau udah ngumpul sama temen-temen Batak tu rasanya kayak gaya bahasa ku, ngomongku udah kayak mereka. kalau aku kumpul sama temen-temen yang dari Jawa kalau pas mereka halus ya aku halus juga. Kadang aku presentasi aja atau ngomong samaorang tu logat aku tu muncul logat Jawa.

10. Aku pernah denger kalau orang Jawa sama orang Dayak sama. Kamu setuju nggak ?

Jawab : nggak tau juga sih. Tapi memang oleh sekarang orang Dayak itu banyak yang campuran. Kata orang juga kan faktor nama. Tapi setuju juga sih soalnya ada sepupuku orang Dayak tapi mukanya Jawa-Jawa.

11. Kamu nggak ngerasa gimana gitu dibilang kayak gitu?

Jawab : enggak sih. Aku stuju-stuju aja. Kalau dari wajah kan kadang orang Dayak sama orang Batak juga mirip, mirip. Orang Flores atau dari mana itu sama orang Ambon juga ada kan yang mirip-mirip.

12. Kenapa kamu disini nggak ngomong aja pakek bahasa daerah kamu? Apalagi tadi kamu ngomong katanya susah. Kan orang disini kalau ngomong juga kan nggak mikir kalau kamu ngerti apa nggak?

Jawab : aku pernah pakai bahasa daerah aku sendiri, tapi pusing aku ditanya ‘apa sih Pit?’. Pengen sih pakai bahasa sendiri juga biar lebih enak, tapi kasian mereka juga pusing malah nggak akrab juga. Kalau mereka ngomong bahasa mereka ya kami adalah ya paham sedikit, kalau bahasa kami kan nggak ada yang ngerti juga gitu loh. Biarin aja mereka, paling mereka pikir ‘ah mereka datang ke tempatku ngapain larang-larang aku pakai bahasaku.’

13. Kok bisa kamu mikir kayak gitu ?

Jawab : soalnya aku pernah waktu lagi kumpul kerja kelompok, sama teman-temanku mereka pakai bahasa Jawa. Trus aku bilang ‘ayolah pakai bahasa Indonesia yang baik dan benar’. Jawab mereka ‘nggak apa-apalah Pit, inikan tempat kami. Ya kami mau pakek bahasa apa suka-suka kami’. 14. Trus kamu tersinggung nggak ?

(19)

15. Untuk kamu tahu tentang budaya Jawa, lingkungannya dan lainnya itu perlu nggak ?

Jawab : perlu. Kan kita tinggal disini. Kita tinggal di tempat orang kanberarti iita harus menyesuaikan. Adat-istiadat kita itu harus kita agak singkirkan. Kan nggak mungkin kita nggak ngikut adat-istiadat dimana tempat kita tinggal sekarang, tapi jangan sampai melupakan adat-istiadat asli. Bersosialisasi, ya kita perlu bersosialasi juga.

16. Gimana caranya kamu bisa tetap menyesuaikan diri dengan teman-temanmu yang beda daerah sedangkan kamu nggak ngerti?

Referensi

Dokumen terkait

Menurut pembuat undang-undang, prinsip demokrasi tidak akan terlanggar dengan diaturnya mekanisme pelaksanaan pemilu Presiden dan Wakil Presiden sebelum pe- milu

Edukasi tersebut termasuk bagaimana defisiensi anemia, bimbingan diet yang tepat menurut ahli medis dan informasi yang berhubungan dengan suplemen oral yang diberikan untuk

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni. © Khairunnisa Dwinalida 2016

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa hukum pidana saat ini yang digunakan dalam upaya penanggulangan delik agama adalah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Seperti halnya protokol perutean EIGRP, OSPF memulai pembangunan jaringan antar router dengan cara mengirimkan paket OSPF. Akan tetapi jika pada EIGRP pengiriman hanya ditujukan

Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh waktu simpan terhadap kualitas soyghurt dengan penambahan susu bubuk krim atau skim yang ditinjau dari jumlah koloni

Tumor Efek direk dari tumor terhadap sistem imun melalui penglepasan Efek direk dari tumor terhadap sistem imun melalui penglepasan molekul imunoregulatori imunosupresif

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Studi Strata Satu Jurusan Manajemen di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas