• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS MAKALAH DISKUSI KELOMPOK ISU ISU K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS MAKALAH DISKUSI KELOMPOK ISU ISU K"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MAKALAH DISKUSI KELOMPOK

“ISU-ISU KESEHATAN’’

Disusun Oleh Kelompok II

Kelas 16 A

Noviani Cindy Paramma

Murni Sri Astuti

(16 3145 453 024)

(16 3145 453 021)

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN

STIKes MEGA REZKY MAKASSAR

(2)

Kesehatan menurut WHO adalah sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Menurut Undang-Undang kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelengarakan upaya kesehatan.

Isu dalam bahasa inggris yaitu issue artinya persoalan atau kejadian. Jadi dapat disimpulkan bahwa isu-isu kesehatan adalah suatu peristiwa atau kejadian yang menyangkut masalah kesehatan yang diperkirakan terjadi pada masa yang akan datang.

Isu kesehatan ini, khususnya di Indonesia yang pertama adalah persoalan kondisi gizi buruk di beberapa daerah. Kasus gizi buruk yang banyak dialami oleh masyarakat kalangan miskin atau ekonomi lemah dan kurang mampu. Ada juga beberapa isu kesehatan tentang gizi yang berlebihan adalah kegemukan, penyebabnya adalah karena adanya perubahan gaya hidup masyarakat yang banyak muncul di wilayah perkotaan. Beberapa isu penyakit lain yang sudah sangat umum menjangkit masyarakat Indonesia adalah anemia dan imunitas, penyakit pada gigi dan juga mulut, infeksi saluran pernafasan, hipertensi, gangguan saluran pencernaan, gangguan penglihatan, dan penyakit mata lainnya seperti katarak, penyakit kulit, sendi dan infeksi nafas kronik. Beberapa penyakit kronis yang lain juga sudah banyak menyerang masyarakat Indonesia seperti DBD Demam Berdarah Dengue, HIV/AIDS, Chikungunya, Malaria, SARS, dan TBC dan lain lain.

Isu-isu kesehatan di Indonesia tersebut mulai muncul, disebabkan oleh perilaku, lingkungan sekitar, dan pelayanan kesehatan yang kurang optimal. Masalah yang menjadi penyebab isu pada pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kurangnya ketersediaan dan kualitas terkait dengan fasilitas di tempat pelayanan kesehatan, kurangnya mutu dan kualitas

(3)

manajemen kesehatan yang kurang. Sebenarnya Puskesmas sudah banyak tersebar dan didirikan di beberapa daerah dan wilayah, namun pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih menjadi kendala untuk beberapa daerah terpencil yang sulit dijangkau dengan kendala utamanya adalah biaya dan transportasi. Untuk kalangan masyarakat tertentu pun, biaya pengobatan di beberapa pelayanan kesehatan tidaklah murah. Tidak adanya biaya bagi masyarakat untuk melakukan pengobatan juga menjadi salah satu alasan mengapa isu kesehatan di Indonesia meningkat.

Denganisu kesehatan di Indonesia tersebut, telah menunjukkan bahwa kurangnya kepedulian dan usaha, bukan hanya dari pemerintah, namun juga dari masyarakat Indonesia itu sendiri. Alangkah baiknya sebagai salah satu dari masyarakat Indonesia, jika kita ikut serta dalam menjaga dan memperhatikan kesehatan tubuh, dimulai dari diri sendiri. Jika kesulitan berobat terkait dengan keuangan, tak ada salahnya mulai dengan pencegahan, yang bisa dimulai dengan meningkatkan kepedulian terhadap kesehatan, dan selalu mengonsumsi makanan yang bergizi secara seimbang.

Transisi kesehatan ini pada dasarnya telah menciptakan beban ganda (double burden) masalah kesehatan.

1. Transisi demografi, misalnya mendorong peningkatan usia harapan hidup yang meningkatkan proporsi kelompok usia lanjut sementara masalah bayi dan BALITA tetap menggantung.

2. Transisi epidemiologi, menyebabkan beban ganda atas penyakit menular yang belum pupus ditambah dengan penyakit tidak menular yang meningkat dengan drastis.

3. Transisi gizi, ditandai dengan gizi kurang dibarengi dengan gizi lebih.

(4)

Masalah Kesehatan di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan penduduk yang masih perlu mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari semua pihak antara lain: anemia pada ibu hamil, kekurangan kalori dan protein pada bayi dan anak-anak, terutama di daerah endemic, kekurangan vitamin A pada anak, anemia pada kelompok mahasiswa, anak-anak usia sekolah, serta bagaimana mempertahankan dan meningkatkan cakupan imunisasi. Permasalahan tersebut harus ditangani secara sungguh-sungguh karena dampaknya akan mempengaruhi kualitas bahan baku sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan datang. Perubahan masalah kesehatan ditandai dengan terjadinya berbagai macam transisi kesehatan berupa transisi demografi, transisi epidemiologi, transisi gizi dan transisi perilaku. Transisi kesehatan ini pada dasarnya telah menciptakan beban ganda (double burden) masalah kesehatan.

1. Transisi demografi, misalnya mendorong peningkatan usia harapan hidup yang meningkatkan proporsi kelompok usia lanjut sementara masalah bayi dan BALITA tetap menggantung.

2. Transisi epidemiologi, menyebabkan beban ganda atas penyakit menular yang belum pupus ditambah dengan penyakit tidak menular yang meningkat dengan drastis.

3. Transisi gizi, ditandai dengan gizi kurang dibarengi dengan gizi lebih.

(5)

mereka yang sakit. Sedangkan mereka yang berada di antara sehat dan sakit tidak banyak mendapat upaya promosi. Untuk itu, dalam penyusunan prioritas anggaran, peletakan perhatian dan biaya sebesar 85 % seharusnya diberikan kepada 85% masyarakat sehat yang perlu mendapatkan upaya promosi kesehatan. Dengan adanya tantangan seperti tersebut di atas maka diperlukan suatu perubahan paradigma dan konsep pembangunan kesehatan (Elmi, Bachrul. 2002)

Untuk memahami masalah kesehatan yang sering ditemukan di Indonesia perlu dibagi menjadi beberapa kelompok, antara lain masalah perilaku kesehatan, lingkungan, genetik dan pelayanan kesehatan yang akan menimbulkan berbagai masalah lanjutan seperti masalah kesehatan ibu dan anak, masalah gizi dan penyakit-penyakit baik menular maupun tidak menular. Masalah kesehatan tersebut dapat terjadi pada masyarakat secara umum atau komunitas tertentu seperti kelompok rawan (bayi, balita dan ibu), kelompok lanjut usia dan kelompok pekerja.

1. Masalah Perilaku Kesehatan

(6)

atas. Jenis perilaku ini cenderung tidak bertahan lama karena terbentuk tanda pemahaman manfaat berperilaku tertentu.

Proses terbentuknya sebuah perilaku yang diawali pengetahuan membutuhkan sumber pengetahuan dan diperoleh dari pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada sasaran sehingga pengetahuan sasaran terhadap sesuatu masalah meningkat dengan harapan sasaran dapat berperilaku sehat.

Sikap setuju terhadap suatu perilaku sehat dapat terbentuk bila pengetahuan yang mendasari perilaku diperkuat dengan bukti manfaat karena perilaku seseorang dilandasi motif. Bila seseorang dapat menemukan manfaat dari berperilaku sehat yang diharapkan oleh petugas kesehatan maka terbentuklah sikap yang mendukung.

Perilaku sendiri menurut Lawrence Green dilatarbelakangi 3 faktor pokok yaitu faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pendukung (enabling factors) dan faktor penguat (reinforcing factors). Oleh sebab tersebut maka perubahan perilaku melalui pendidikan kesehatan perlu melakukan intervensi terhadap ketiga faktor tersebut di atas sehingga masyarakat memiliki perilaku yang sesuai nilai-nilai kesehatan (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).

a. Masalah Kesehatan lingkungan

Kesehatan lingkungan merupakan keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terbentuknya derajat kesehatan masyarakat yang optimum pula. Masalah kesehatan lingkungan meliputi penyehatan lingkungan pemukiman, penyediaan air bersih, pengelolaan limbah dan sampah serta pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan makanan.

(7)

Lingkungan pemukiman secara khusus adalah rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Pertumbuhan penduduk yang tidak diikuti pertambahan luas tanah cenderung menimbulkan masalah kepadatan populasi dan lingkungan tempat tinggal yang menyebabkan berbagai penyakit serta masalah kesehatan. Rumah sehat sebagai prasyarat berperilaku sehat memiliki kriteria yang sulit dapat dipenuhi akibat kepadatan populasi yang tidak diimbangi ketersediaan lahan perumahan. Kriteria tersebut antara lain luas bangunan rumah minimal 2,5 m2 per penghuni, fasilitas air bersih yang cukup, pembuangan

tinja, pembuangan sampah dan limbah, fasilitas dapur dan ruang berkumpul keluarga serta gudang dan kandang ternak untuk rumah pedesaan. Tidak terpenuhi syarat rumah sehat dapat menimbulkan masalah kesehatan atau penyakit baik fisik, mental maupun sosial yang mempengaruhi produktivitas keluarga dan pada akhirnya mengarah pada kemiskinan dan masalah sosial.

c. Penyediaan air bersih

(8)

d. Pengelolaan limbah dan sampah

Limbah merupakan hasil buangan baik manusia (kotoran), rumah tangga, industri atau tempat-tempat umum lainnya. Sampah merupakan bahan atau benda padat yang dibuang karena sudah tidak digunakan dalam kegiatan manusia. Pengelolaan limbah dan sampah yang tidak tepat akan menimbulkan polusi terhadap kesehatan lingkungan.

Pengolahan kotoran manusia membutuhkan tempat yang memenuhi syarat agar tidak menimbulkan kontaminasi terhadap air dan tanah serta menimbulkan polusi bau dan mengganggu estetika. Tempat pembuangan dan pengolahan limbah kotoran manusia berupa jamban dan septic tank harus memenuhi syarat kesehatan karena beberapa penyakit disebarkan melalui perantaraan kotoran.

Pengelolaan sampah meliputi sampah organik, anorganik serta bahan berbahaya, memiliki 2 tahap pengelolaan yaitu pengumpulan dan pengangkutan sampah serta pemusnahan dan pengolahan sampah.

Pengelolaan limbah ditujukan untuk menghindarkan pencemaran air dan tanah sehingga pengolahan limbah harus menghasilkan limbah yang tidah berbahaya. Syarat pengolahan limbah cair meliputi syarat fisik, bakteriologis dan kimia. Pengolahan air limbah dilakukan secara sederhana dan modern. Secara sederhana pengolahan air limbah dapat dilakukan dengan pengenceran (dilusi), kolam oksidasi dan irigasi, sedangkan secara modern menggunakan Sarana atau Instalasi Pengolahan Air Limbah (SPAL/IPAL).

1) Pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan makanan

(9)

tempat penjualan makanan (toko, warung makan, kantin, restoran, cafe, dll). Kegiatan berupa pemeriksaan syarat bangunan, ketersediaan air bersih serta pengolahan limbah dan sampah.

2. Masalah Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan yang bermutu akan menghasilkan derajat kesehatan optimal. Tercapainya pelayanan kesehatan yang sesuai standar membutuhkan syarat ketersediaan sumber daya dan prosedur pelayanan.

Ketersediaan sumber daya yang akan menunjang perilaku sehat masyarakat untuk memanfaat pelayanan kesehatan baik negeri atau swasta membutuhkan prasyarat sumber daya manusia (petugas kesehatan yang profesional), sumber daya sarana dan prasarana (bangunan dan sarana pendukung) seta sumber daya dana (pembiayaan kesehatan).

3. Petugas kesehatan yang profesional

Pelaksana pelayanan kesehatan meliputi tenaga medis, paramedis keperawatan, paramedis non keperawatan dan non medis (administrasi). Profesionalitas tenaga kesehatan yang memberi pelayanan kesehatan ditunjukkan dengan kompetensi dan taat prosedur.

(10)

kesehatan maupun program peningkatan kompetensi dan pemerataan distribusi tenaga kesehatan tetapi belum seluruh petugas kesehatan mendukung. Hal tersebut terkait perilaku sehat petugas kesehatan yang masih banyak menyimpang dari tujuan awal keberadaannya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kuratif masih memimpin sedangkan aspek preventif dan promotif dalam pelayanan kesehatan belum dominan. Perilaku sehat masyarakat pun mengikuti saat paradigma sehat dikalahkan oleh perilaku sakit, yaitu memanfaatkan pelayanan kesehatan hanya pada saat sakit.

a. Sarana bangunan dan pendukung

Keterbatasan sarana dan prasarana pendukung pelayanan kesehatan saat ini diatasi dengan konsep Desa Siaga yaitu konsep memandirikan masyarakat untuk sehat. Sayangnya kondisi tersebut tidak didukung sepenuhnya oleh masyarakat karena lebih dominannya perilaku sakit. Pemerintah sendiri selain dana APBN dan APBD, melalui program Bantuan Operasional Kegiatan (BOK) Puskesmas dan program pengembangan sarana pelayanan kesehatan rujukan telah banyak meningkatkan mutu sarana dan prasarana pelayanan kesehatan di Indonesia.

b. Pembiayaan kesehatan

(11)

tetap saja masalah pembiayaan kesehatan menjadi kendala dalam mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu terkait kesadaran masyarakat berperilaku sehat. Perilaku sakit masih dominan sehingga upaya kuratif yang membutuhkan biaya besar cenderung menyebabkan dana tidak tercukupi atau habis di tengah jalan. Karena itu diperlukan perubahan paradigma masyarakat menjadi Paradigma Sehat melalui Pendidikan Kesehatan oleh petugas kesehatan secara terus menerus.

c. Masalah Genetik

Beberapa masalah kesehatan dan penyakit yang disebabkan oleh faktor genetik tidak hanya penyakit keturunan seperti hemophilia, Diabetes Mellitus, infertilitas dan lain-lain tetapi juga masalah sosial seperti keretakan rumah tangga sampai perceraian, kemiskinan dan kejahatan. Masalah kesehatan dan penyakit yang timbul akibat faktor genetik lebih banyak disebabkan kurang paham terhadap penyebab genetik, disamping sikap penolakan karena faktor kepercayaan. Agar masyarakat dapat berperilaku genetik yang sehat diperlukan intervensi pendidikan kesehatan disertai upaya pendekatan kepada pengambil keputusan (tokoh agama, tokoh masyarakat dan penguasa wilayah). Intervensi berupa pendidikan kesehatan melalui konseling genetik, penyuluhan usia reproduksi, persiapan pranikah dan pentingnya pemeriksaan genetik dapat mengurangi resiko munculnya penyakit atau masalah kesehatan pada keturunannya.

B. Beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan kesehatan antara lain :

(12)

2. Status kesehatan penduduk miskin masih rendah.

3. Beban ganda penyakit. Dimana pola penyakit yang diderita oleh masyarakat adalah penyakit infeksi menular dan pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan penyakit tidak menular, sehingga Indonesia menghadapi beban ganda pada waktu yang bersamaan (double burden)

4. Kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih rendah.

5. Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusinya tidak merata.

6. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat.

7. Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah.

8. Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan. Masih rendahnya kondisi kesehatan lingkungan juga berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Kesehatan lingkungan merupakan kegiatan lintas sektor belum dikelola dalam suatu sistem kesehatan kewilayahan.

9. Lemahnya dukungan peraturan perundang-undangan, kemampuan sumber daya manusia, standarisasi, penilaian hasil penelitian produk, pengawasan obat tradisional, kosmetik, produk terapetik/obat, obat asli Indonesia, dan sistem informasi (Utami, Sri Tjahyani Budi, 2003).

C. Faktor Penyebab terjadinya Masalah Kesehatan

(13)

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan

“Health is not everything but without health everything is nothing” artinya “Kesehatan bukanlah segalanya tetapi tanpa kesehatan segalanya bukan apa-apa”.

Menurut Hendrik L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu: faktor perilaku, lingkungan, keturunan dan pelayanan kesehatan.

1. Faktor Genetik

Faktor ini paling kecil pengaruhnya terhadap kesehatan perorangan atau masyarakat dibandingkan dengan faktor yang lain. Pengaruhnya pada status kesehatan perorangan terjadi secara evolutif dan paling sukar di deteksi. Untuk itu perlu dilakukan konseling genetik. Untuk kepentingan kesehatan masyarakat atau keluarga, faktor genetik perlu mendapat perhatian dibidang pencegahan penyakit.

Misalnya seorang anak yang lahir dari orang tua penderita diabetas melitus akan mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan anak yang lahir dari orang tua bukan penderita DM. Untuk upaya pencegahan, anak yang lahir dari penderita DM harus diberi tahu dan selalu mewaspadai faktor genetik yang diwariskan orang tuanya .Olehkarenanya, ia harus mengatur diet nya, teratur berolahraga dan upaya pencegahan lainnya sehingga tidak ada peluang faktor genetiknya berkembang menjadi faktor resiko terjadinya DM pada dirinya. Jadi dapat di umpamakan, genetik adalah peluru (bullet) tubuh manusia adalah pistol (senjata), dan lingkungan/prilakun manusia adalah pelatuknya (trigger).

(14)

teknologi kesehatan dan kedokteran semakin maju. Teknologi dan kemampuan tenaga ahli harus diarahkan untuk meningkatkan upaya mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

2. Faktor Pelayanan Kesehatan

Ketersediaan pelayanan kesehatan, dan pelayanan kesehatan yang berkualitas akan berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan yang diimbangi dengan kelengkapan sarana/prasarana, dan dana akan menjamin kualitas pelayanan kesehatan. Pelayanan seperti ini akan mampu mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan yang berkembang di suatu wilayah atau kelompok masyarakat. Misalnya, jadwal imunisasi yang teratur dan penyediaan vaksin yang cukup sesuai dengan kebutuhan, serta informasi tentang pelayanan imunisasi yang memadai kepada masyarakat akan meningkatkan cakupan imunisasi. Cakupan imunisasi yang tinggi akan menekan angka kesakitan akibat penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi.

Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang sangat terkait dengan upaya pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dengan membangun Puskesmas, Pustu, Bidan Desa, Pos Obat Desa, dan jejaring lainnya. Pelayanan rujukan juga ditingkatkan dengan munculnya rumah sakit-rumah sakit baru di setiap Kab/Kota.

3. Faktor Perilaku Masyarakat

Perilaku adalah suatu aktifitas manusia baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak. Perilaku adalah hasil dari segala macam pengalaman dan interaksi manusia dan lingkungan (Pusat PKM depkes RI, 1992)

(15)

kesehatan di masyarakat .Tersedianya jasa pelayanan kesehatan (health service) tanpa disertai perubahan tingkah laku (peran serta) masyarakat akan mengakibatkan masalah kesehatan tetap potensial berkembang di masyarakat. Misalnya, Penyediaan fasilitas dan imunisasi tidak akan banyak manfaatnya apabila ibu-ibu tidak datang ke pos-pos imunisasi. Perilaku ibu-ibu yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan yang sudah tersedia adalah akibat kurangnya pengetahuan ibu-ibu tentang manfaat imunisasi dan efek sampingnya. Pengetahuan ibu-ibu akan meningkat karena adanya penyuluhan kesehatan tentang imunisasi yang di berikan oleh petugas kesehatan.

Perilaku individu atau kelompok masyarakat yang kurang sehat juga akan berpengaruh pada faktor lingkungan yang memudahkan timbulnya suatu penyakit. Perilaku yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal ini dapat dilihat dari banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup. Kebiasaan pola makan yang sehat dapat menghindarkan diri kita dari banyak penyakit, diantaranya penyakit jantung, darah tinggi, stroke, kegemukan, diabetes mellitus dan lain-lain. Perilaku/kebiasaan mencuci tangan sebelum makan juga dapat menghindarkan kita dari penyakit saluran cerna seperti diare dan lainnya. Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan sebagai suatu respon seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek, dan respon ini terbagi 2, yaitu :

a. Respon bentuk pasif

(16)

puskesmas untuk di imunisasi. Perilaku seperti ini masih terselubung (covert behaviour).

b. Respon bentuk aktif

Respon bentuk aktiv artinya bahwa perilaku itu dapat secara langsung dilihat atau diamati. Misalnya si ibu yang sudah tahu manfaat dari imunisasi terhadap kesehatan anaknya, akan membawa anaknya ke posyandu atau puskesmas untuk di imunisasi. Perilaku ini sudah nyata (overt behaviour). Perilaku kesehatan tidak lain merupakan suatu reaksi dari seseorang terhadap rangsangan (stimulus) yang berhubungan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Reaksi ini dapat berbentuk pasif dan dapat pula aktif.

Menurut Lawrence Green, kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku dan faktor-faktor diluar perilaku (non perilaku). Faktor perilaku ditentukan oleh 3 kelompok, yaitu :

a. faktor presdiposisi

adalah setiap karakterisitik pasien, konsumen atau masyarakat yang memotivasi perilaku yang berkaitan dengan kesehatan. Mencakup pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat.

b. faktor pendukung

faktor pendukung adalah setiap karakteristik lingkungan yang memudahkan perilaku kesehatan dan setiap leterampilan atau sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan perilaku tersebut.

(17)

Faktor pendorong adalah setiap ganjaran yang mengikuti atau diperkirakan sebagai akibat suatu perilaku kesehatan. Menurut Herbert C.Kelman perubahan perilaku seseorang dapat disebabkan karena: karena terpaksa, karena ingin meniru,dan karena menyadari manfaatnya.

4. Faktor Lingkungan

Lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan. Dalam kehidupan di sekitar kita dapat kita rasakan, daerah yang kumuh dan tidak dirawat biasanya banyak penduduknya yang mengidap penyakit seperti: gatal-gatal, infeksi saluran pernafasan, dan infeksi saluran pencernaan. Penyakit demam berdarah juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan yang tidak bersih, banyaknya tempat penampungan air yang tidak pernah dibersihkan memyebabkan perkembangan nyamuk aedes aegypti penyebab demam berdarah meningkat (Maskoeri, Jasin.1994).

Hal ini menyebabkan penduduk si sekitar memiliki resiko tergigit nyamuk dan tertular demam berdarah. Untuk menganalisis program kesehatan dilapangan, paradigma H.L.Blum dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan masalah sesuai dengan faktor-faktor yang berpengaruh pada status kesehatan masyarakat.

Analisis ke 4 faktor tersebut perlu dilakukan secara cermat sehingga masalah kesmas dan masalah program dapat di rumuskan dengan jelas. Analisis ke 4 faktor ini adalah bagian dari analisis situasi (bagian dari fungsi perencnaan)untuk pengembangan program kesehatan di suatu wilayah tertentu. Yang termasuk kedalam lingkungan ini adalah :

1. Lingkungan fisik

(18)

didapat), keadaan cuaca (seperti panas, dingin, lembab, atau kering), dan lain sebagainya

2. Lingkungan biologis

Adanya hewan atau makhluk hidup lainnya yang berguna serta yang merugikan manusia. Yang berguna misalnya ternak, dan yang merugikan misalnya bakteri, virus, cacing parasit, dan lain-lain. Adanya tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi manusia berupa bahan pangan, sedangkan yang merugikan dapat berbentuk jamur penyebab penyakit, dan lain-lain.

3. Lingkungan sosial budaya

Lingkungan sosial budaya dapat berupa :

a. Tingkat pendidikan

b. Adat istiadat dan kepercayaan seperti tahayul, dan pantangan-pantangan yang tidak sesuai dengan kesehatan.

c. Adanya lembaga-lembaga masyarakat yang dapat menjadi wadah kerjasama.

d. Upacara-upacara.

4. Lingkungan ekonomi

Yang termasuk dalam lingkungan ekonomi antara lain adalah :

a. Struktur ekonomi

b. Status ekonomi

(19)

lingkungan, faktor oleh petugas kesehatan, faktor pelayanan kesehatan, dan budaya. Urbanisasi salah satu yang sangat sangat mempengaruhi kesehatan masyarakat Indonesia. Pengertian urbanisasi adalah perpindahan penduduk dalam jumlah besar dari desa ke kota. Faktor ini mengakibatkan banyak masalah baru di ibu kota terutama dalam hal kesehatan masyarakat kota. Masalah ini akibat ketidak adaan skill atau keahlian khusus dari warga yang pindah ke kota sehingga menimbulkan penganggur atau pengemis dan masalah lainnya. penduduk yang pindah itu terkadang pindah tampa memiliki tempat tinggal tetap sehingg menciptakan lingkungan kumuh dll.

1. Kondisi tempat pembuangan limbah dapat menjadi masalah untuk kesehatan di lingkungan tempat pembuangan sampah. Masalah lingkungan itu timbul dari limbah rumah tangga, yang dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan. Masalah besar yang ditimbulkan oleh limbah rumah tangga tersebut adalah pencemaran air, tanah, udara serta air sungai yang menjadikan tempat

2. Berkembangbiaknya penyakit agens dan vektor penyakit menular.

3. Pendidikan juga menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Pendidikan sangat mempengaruhi prilaku masyarakat, kurangnya pendidik mengakibatkan kurang nya kesadaran untuk menghargai kesehatan.

4. Faktor lingkungan adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan, lingkunganlah yang membuat kita berinteraksi. Jadi situasi lingkungan yang jelek sangat berpengaruh terhadap status kesehatan. 5. Lingkungan pemukiman khususnya rumah tempat tinggal merupakan

salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia.

(20)

7. Masalah kesehatan yang menyangkut petugas kesehatan biasanya terletak pada masyarakat yang sulit untuk menerima pelayanan kesehatan secara maksimal. Hal ini terjadi karena petugas yang profesional masih terbilang kurang karena petugas profesional masih terkonsentrasi di kota, padahal di daerah pedesaan lebih membutuhkan pelayanan dan ketenagaan kesehatan.

8. Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan,nilai dan kebiasaan individu, termasuk sistem pelayanan kesehatan, dan cara pelaksanaan kesehatan pribadi.

E. Bentuk Akibat/Dampak dari Adanya masalah Kesehatan di Indonesia

Salah satu masalah kesehatan masyarakat yang menjadi sorotan ialah gizi masyarakat, karena masih banyak masyarakat Indonesia yang dalam pemenuhan gizinya belum mendekati normal, artinya angka kecukupan gizi di masyarakat Indonesia sangat rendah terutama di daerah pedesaan yang ekonomi masyarakatnya menengah ke bawah. Banyak masyarakat yang masih mengkonsumsi makanan satu macam sehingga nutrisisnya tidak optimum. Hal tersebut dapat menyebabkan busung lapar, gizi buruk, dan kurang gizi. Pentingnya kesehatan masyarakat haruis benar- benar mendapat perhatian, karena masyarakat bisa menjadi cerminan suatu Negara. Bagaimanapun suatu Negara bisa terus berkembang karena ada masyarakat yang menyumbangkan SDM nya. Sumber daya manusia yang baik tentu berasal dari masyarakat yang sehat.

(21)

terserang penyakit. Masalah gizi utama di Indonesia adalah Kurang Energi Protein (KEP), obesitas, anemia, defisiensi vitamin A, dan gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY).

1. Kurang Energi Protein (KEP)

KEP merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan energi maupun protein dalam proporsi yang berbeda-beda. KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari, gangguan sistem pencernaan, serta pengetahuan yang kurang tentang gizi.

2. Obesitas

Obesitas merupakan penyakit gizi yang disebabkan kelebihan kalori dan ditandai dengan akumulasi jaringan lemak secara berlebihan diseluruh tubuh. Obesitas disebabkan perilaku makan yang berhubungan dengan faktor keluarga dan lingkungan, jarang berolahraga, gangguan hormon, serta faktor genetik.

3. Anemia

Anemia ialah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam darah berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru- paru, dan mengantarkannya ke seluruh tubuh. Gejala anemia adalah pucat, lemah, lesu, sering berdebar, sakit kepala.

4. Defisiensi Vitamin A

(22)

5. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)

Gaky ialah sekumpulan gejala yang timbul karena tubuh seseorang kekurangan unsur yodium secara terus menerus dalam waktu yang cukup lama. Yodium ialah sejenis mineral yang terdapat dialam dan merupakan zat gizi mikro yang diperlukan untuk pertumbuhan.defisiensi yang berlangsung lama akan mengganggu fungsi kelenjar tiroid yang secara perlahan menyebabkan pembesaran kelenjar gondok. Gizi salah berpengaruh negatif terhadap perkembanagn mental, fisik, produktivitas, dan kesanggupan kerja manusia. Gizi salah yang diderita pada masa periode anak-anak dapat menghambat kecerdasan anak. Anak yang menderita gizi salah mengalami kelelahan mental serta fisik, dan dengan demikian mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi di dalam kelas, dan sering kali ia tersisihkan dari kehidupan sekitarnya (Elmi, Bachrul. 2002).

F. Upaya Mengatasi Masalah Kesehatan di Indonesia

1. Peningkatan Gizi

Hal ini dapat dilakukan dengan memberi makanan tambahan yang bergizi terutama bagi anak-anak dapat dioptimalkan melalui pemberdayaan posyandu dan kegiatan PKK.

2. Penambahan Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan harus mampu menampung dan menjangkau masyarakat didaerah-daerah tertinggal. Penambahan fasilitas kesehatan ini meliputi rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, polindes (pondok bersalin desa), posyandu. Penambahan fasilitas ini dimaksudkan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, seperti imunisasi, KB, pengobatan , dan lain-lain

(23)

Berdasarkan prinsip pencegahan lebih baik dari pengobatan, program imunisasi bertujuan melindungi tiap anak dari penyakit umum. Hal tersebut dapat dilaksanakan melalui PIN (Pekan Imunisasi Nasional).

4. Penyediaan Pelayanan Kesehatan Gratis

Pemerintah menyediakan pelayanan gratis bagi penduduk miskin dalam bentuk Askeskin ( Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin ) dan Kartu sehat yang dapat digunakan untuk memperoleh layanan kesehatan secara murah,

5. Pengadaan Obat Generik

Pemerintah harusmengembangkan pengadaan obat murah yang dapat dijangkau oleh masyarakat bawah. penyediaan obat murah ini dapat beruba obat generik.

6. Penambahan jumlah tenaga medis

Agar pelayanan kesehatan dapat mencakup seluruh lapisan masyarakat dan mencakup seluruh wilayah indonesia diperlukan penambahan jumlah tenaga medis, seperti dokter, bidan, perawat.

7. Melakukan penyuluhan tentang arti pentingnya kebersihan dan pola hidup sehat.

Penyuluhan semacam ini juga bisa melibatkan lembaga-lembaga lain diluar lembaga kesehatan, seperti sekolah, organiassi kemasyarakata, tokoh-tokoh masyarakat (Utami, Sri Tjahyani Budi, 2003).

(24)

pembangunan kesehatan dalam bentuk paradigma sehat. Sebelumnya pembangunan kesehatan cenderung menggunakan paradigma sakit dengan menekankan upaya-upaya pengobatan (kuratif) terhadap masyarakat Indonesia. Perubahan paradigma kesehatan dan pengalaman kita dalam menangani masalah kesehatan di waktu yang lalu, memaksa kita untuk melihat kembali prioritas dan penekanan program dalam upaya meningkatkan kesehatan penduduk yang akan menjadi pelaku utama dan mempertahankan kesinambungan pembangunan. Indonesia menjadi sumber daya manusia sehat-produktif-kreatif, kita harus berfikir dan agak berbeda dengan apa yang kita lakukan sekarang. Kita perlu re-orientasi dalam strategi dan pendekatan. Pembangunan penduduk yang sehat tidak bisa dilakukan melalui pengobatan yang sedikit saja. Perubahan paradigma dan re-orientasi mendasar yang perlu dilakukan adalah paradigma atau konsep yang semula menekankan pada penyembuhan penyakit berupa pengobatan dan meringankan beban penyakit diubah ke arah upaya peningkatan kesehatan dari sebagian besar masyarakat yang belum jatuh sakit agar bias lebih berkontribusi dalam pembangunan.

Dalam upaya kesehatan program yang diperlukan adalah program kesehatan yang lebih “efektif” yaitu program kesehatan yang mempunyai model-model pembinaan kesehatan (Health Development Model) sebagai paradigma pembangunan kesehatan yang diharapkan mampu menjawab tantangan sekaligus memenuhi program upaya kesehatan. Model ini menekankan pada upaya kesehatan dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Mempersiapkan bahan baku sumber daya manusia yang berkualitas untuk 20-25 tahun mendatang.

2. Meningkatkan produktivitas sumber daya manusia yang ada.

3. Melindungi masyarakat luas dari pencemaran melalui upaya promotif-preventif-protektif dengan pendekatan pro-aktif.

(25)

5. Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai potensi kesehatannya secara penuh (peningkatan vitalitas) penduduk yang tidak sakit (85%) agar lebih tahan terhadap penyakit.

6. Pencegahan penyakit melalui imunisasi : bumil (ibu hamil), bayi, anak, dan juga melindungi masyarakat dari pencemaran.

7. Pencegahan, pengendalian, penanggulangan pencemaran lingkungan serta perlindungan masyarakat terhadap pengaruh lingkungan buruk (melalui perubahan perilaku)

8. Penggerakan peran serta masyarakat.

9. Penciptaan lingkungan yang memungkinkan masyarakat dapat hidup dan bekerja secara sehat.

10. Pendekatan multi sektor dan inter disipliner.

11. Pengembangan kebijakan yang dapat memberi perlindungan pada kepentingan kesehatan masyarakat luas (tidak merokok di tempat umum).

12. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.

G. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kesehatan di Indonesia, diantaranya:

1. Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan

2. Peningkatan jumlah dan kualitas Puskesmas.

3. Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan

4. Peningkatan pendidikan kesehatan pada masyarakat sejak usia dini

(26)

Tenaga Kesehatan Peranan dokter, dokter gigi, perawat dan bidan dalam upaya kesehatan yang menekankan penyembuhan penyakit adalah sangat penting. Pengelolaan upaya kesehatan dan pembinaan bangsa yang sehat memerlukan pendekatan holistic yang lebih luas, menyeluruh, dan dilakukan terhadap masyarakat secara kolektif dan tidak individual.

Tenaga kesehatan harus mampu mengajak, memotivasi dan memberdayakan masyarakat, mampu melibatkan kerjasama lintas sektoral, mampu mengelola system pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif, mampu menjadi pemimpin, pelopor, pembinaan dan teladan hidup sehat. Pemberdayaan Masyarakat Dalam pembinaan dan pemberdayaan masyarakat yang sangat penting adalah bagaimana mengajak dan menggairahkan masyarakat untuk dapat tertarik dan bertanggungjawab atas kesehatan mereka sendiri dengan memobilisasi sumber dana yang ada pada mereka.

Kesehatan dan Komitmen Politik Masalah kesehatan pada dasarnya adalah masalah politik oleh karena itu untuk memecahkan masalah kesehatan diperlukan komitmen politik. Dewasa ini masih terasa adanya anggapan bahwa unsur kesehatan penduduk tidak banyak berperan terhadap pembangunan sosial ekonomi. Para penentu kebijakan banyak beranggapan sektor kesehatan lebih merupakan sektor konsumtif ketimbang sektor produktif sebagai penyedia sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga apabila ada kegoncangan dalam keadaan ekonomi negara alokasi terhadap sektor ini tidak akan meningkat.

(27)

atau bahkan reformasi termasuk reformasi kegiatan dan program di pusat penyuluhan kesehatan.

Indikator Kesehatan untuk mengukur status kesehatan penduduk yang tepat digunakan adalah indikator positif, bukan hanya indikator negatif (sakit, mati) yang dewasa ini masih dipakai. WHO menyarankan agar sebagai indikator kesehatan penduduk harus mengacu pada empat hal sebagai berikut :

1. Melihat ada tidaknya kelainan patosiologis pada seseorang

2. Mengukur kemampuan fisik

3. Penilaian atas kesehatan sendiri

4. Indeks massa tubuh 6.

Tantangan bagi pemerintahan yang akan datang ialah bagaimana untuk dapat terus meningkatkan keadaan kesehatan sambil merestrukturisasi dan mereformasi sistem kesehatan di era desentralisasi ini. Tugas yang paling penting ialah memberikan perhatian lebih kepada kondisi kesehatan utama, meningkatkan kelayakan kondisi kesehatan serta pemanfaatan sistem kesehatan, melibatkan peran swasta, mengevaluasi ulang mekanisme pendanaan kesehatan dan melaksanakan desentralisasi, termasuk juga menyangkut isu tenaga kesehatan.

1. Memfokuskan pada peningkatan kondisi kesehatan utama dan pengelolaan sistem kesehatan yang menyeluruh.

(28)

2. Memusatkan penggunaan dana publik pada penyediaan kesehatan publik dan tingkatkan kelayakan kondisi kesehatan prioritas.

Pembiayaan kesehatan oleh pemerintah di Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan kebanyakan negara tetangga. Karena itu memprioritaskan anggaran pemerintah yang terbatas ini untuk penyediaan kesehatan publik (seperti imunisasi dan perawatan/untuk mengontrol penyakit menular) menjadi sangat penting untuk untuk menjamin kontrol serta pengelolaan sektor kesehatan secara menyeluruh. Hal tersebut juga penting untuk mendorong serta menjamin kualitas pelayanan kesehatan dan untuk menyediakan sejumlah pelayanan kesehatan dimana pasar tidak mampu menyediakannya (seperti pendidikan dan informasi mengenai kesehatan). Sementara itu penyediaan fasilitas kesehatan merupakan prioritas kedua, kecuali di wilayah dimana terdapat kegagalan mekanisme pasar, misalnya sektor swasta tidak mampu atau tidak ingin menyediakan sejumlah pelayanan kesehatan. Meski demikian pemerintah dapat melibatkan sektor swasta untuk turut menyediakan sejumlah pelayanan spesifik, sepanjang mereka dapat menyediakannya secara lebih efisien.

Fungsi-fungsi tersebut dapat dilakukan oleh pemerintah daerah, sementara pemerintah pusat dapat melakukan tiga hal penting untuk mendorong distribusi dana yang lebih pro-orang miskin yaitu dengan: (i) membuat distribusi DAU lebih adil dengan memperkuat mekanisme alokasi yang berbasis formula, yang memasukkan unsur indeks pembangunan manusia, sesuai dengan revisi terbaru UU 25/1999; (ii) memperbesar DAK untuk kesehatan, fokuskan untuk penyediaan pelayanan kesehatan dasar, terutama untuk kabupaten yang miskin; (iii) memberdayakan kaum miskin melalui penyediaan pembiayaan kesehatan pihak ketiga, pemberian informasi kesehatan serta memberikan mereka kontrol yang lebih besar terhadap sejumlah penyedia jasa kesehatan.

3. Memperkenalkan peran pihak swasta dalam dunia kesehatan.

(29)

mereka tidak dilibatkan dalam proses ini. Sebagai contoh, lebih banyak orang yang menggunakan fasilitas kesehatan sektor swasta untuk pelayanan kesehatan yang penting dibandingkan fasilitas kesehatan pemerintah, seperti ketika bersalin (kelahiran), anak menderita diare, infeksi pernafasan yang akut. Kecenderungan ini terlihat semakin meningkat, bahkan kecenderungan ini terjadi pula pada perilaku kaum miskin. Dengan ketergantungan terhadap pelayanan kesehatan pihak swasta, Departemen Kesehatan dapat melindungi pengguna jasa kesehatan tersebut dengan menjamin kualitas dan akuntabilitas melalui intervensi di sisi permintaan (seperti dengan pemberian kupon kesehatan untuk orang miskin dan asuransi kesehatan) dan melalui regulasi maupun lisensi kesehatan.

4. Tinjau ulang pembiayaan kesehatan.

Indonesia saat ini sedang mepertimbangkan perlunya reformasi penting dalam pembiayaan kesehatan melalui pengenalan asuransi kesehatan nasional. Asuransi kesehatan merupakan cara yang cukup ampuh untuk meningkatkan sumber daya perlindungan kesehatan, meningkatkan akses kesehatan bagi orang miskin dan mendorong penyedia jasa kesehatan untuk menjadi lebih bertanggung jawab (accountable). Akan tetapi UU Sistem Jaminan Sosial Nasional yang baru masih belum mampu memberikan kerangka yang menyeluruh bagi reformasi pembiayaan sektor kesehatan dan sistem pelayanan kesehatan. Pemerintahan yang baru harus segera membentuk kelompok kerja yang bertugas untuk merancang strategi pembiayaan kesehatan yang menyeluruh, dimana asuransi kesehatan sosial termasuk didalamnya, dan juga mengamandemen undangundang tersebut. Strategi tersebut dapat ditempuh dengan:

a. Menentukan kombinasi pembiayaan kesehatan (asuransi pemerintah, asuransi swasta dan dana pribadi) yang dapat dengan baik memenuhi tujuan pemerintah, yaitu menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan harga yang terjangkau dan dapat diakses oleh orang miskin.

(30)

c. Mempelajari pengalaman di negara tetangga mengenai asuransi kesehatan sosial dan bentuk lain pelayanan kesehatan yang sifatnya pra-bayar.

d. Mengajukan rencana transisi atas skema asuransi kesehatan swasta maupun asuransi kesehatan pemerintah yang telah ada.

e. Memberikan kesempatan penyedia jasa kesehatan lainnya, tidak hanya dokter, untuk juga berhak memperoleh pembayaran melalui mekanisme asuransi sosial.

5. Mengelola desentralisasi lembaga-lembaga kesehatan publik. Pihak pemerintah telah mengambil sejumlah insiatif untuk mengelola.

(31)
(32)

Maskoeri, Jasin.1994. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT Raja Gafindo Persada. TIM IAD MKU UMS, TIM MUP.2008. Ilmu Kealaman Dasar. Surakarta:

Muhammadiyah University Press.

Elmi, Bachrul. 2002. Keuangan pemerintah Daerah otonom di Indonesia. Jakarta: UI-Press.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok menolong individu untuk dapat memahami bahwa orang-orang lain ternyata mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan masalah-masalah

Penelitian yang dilakukan peneliti memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2005) antara lain masalah yang dikaji peneliti adalah bagaimana

menemukan beberapa siswa yang minat belajarnya rendah apalagi terhadap pelajaran matematika yaitu perilaku siswa yang sering membolos pada jam pelajaran matematika

Masalah kesehatan belakangan ini semakin sering menjadi bahan pembicaraan di masyarakat, antara lain permasalahan perilaku masyarakat terhadap pengobatan itu

Sedangkan peningkatan kemampuan memahami informasi tertulis melalui strategi pembelajaran berba- sis masalah dengan teknik diskusi kelompok pada siswa kelas X SMK Farmasi

Beberapa masalah yang sering ditemui dalam pencarian modal antara lain : a Kurangnya ketajaman bisnis misal : tidak jeli melihat peluang, tidak dapat mengadaptasi masalah dengan baik

Selain larangan dan custom yang disebutkan di atas, wisatawan juga perlu memperhatikan beberapa hal lain saat berkunjung ke India, seperti:  Bersikap sopan dan hormat kepada semua

Aspek yang perlu ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok siswa diharapkan dapat meningkatkan kepekaan sosial dengan memahami keadaan orang lain, kesadaran diri, memiliki rasa