• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Kekuasaan Negara

N/A
N/A
Samsul Arif

Academic year: 2024

Membagikan "Makalah Kekuasaan Negara"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

0

MAKALAH TENTANG KEKUASAAN NEGARA DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :

AMANDA DEAH MAHARANI

X IPS 2

TAHUN AJARAN 2021 / 2022

(2)

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Di dalam makalah yang berjudul KEKUASAAN NEGARA DI INDONESIA DAN DI DUNIA ini akan dibahas megens jenis-jens kekusasaan di indonesia dan di dunia dan bentuk-bentuk negara.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada ibu pembimbing kami karena telah mengarahkan kami dalam penyusunan makalah melalui penyampaian materi tentang kekuasaan negara di indonesia dan di dunia.

Dalam penyusunan makalah ini tak luput dari kesalahan,untuk itu kami mohon maaf atas kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Dan demi menghasilkan makalah yang lebih baik, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Terima kasih..!

Tangerang, Agustus 2021

PENYUSUN

(3)

2

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...1

Daftar Isi...2

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang masalah...3

B.Rumusan masalah ...3

C.tujuan...3

BAB II PEMBAHASAN A.Definisi kekuasaan...4

B.Definisi kekuasaan menurut beberapa ahli ...4

C.Macam-macam cara menyelenggarakan kekuasaan...5

D.Sumber kekuasaan...5

E. Pembagian kekuasaan negara secara vertikal dan horizontal... 6

F. Jenis-jenis kekuasaan...7

G.Bentuk Negara...9

H.Bentuk pemerintahan...11

BAB III PENUTUP A.Kesimpulan...14

B.saran...14

DAFTAR PUSTAKA...15

(4)

3

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang masalah

Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu kelompok manusia untuk mempengaruhi perilaku seseorang atu kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai tujuan itu.Maksudnya seseorang mempunyai kemampuan mempengaruhi tingkah laku laku orang lain atau sekelompok orang berdasarkan kewibawaan,wewenang,karisms atau kekuasaan fisik yang dimiliki.Dalam buku dasar-dasar ilmu politik,Miriam Budiarjo menuliskan bahwa:Menurut Robert M.Mac Iver,”kekuasaan sosial adalah kemampuan untuk mengendalikan tingkah laku orang lain,baik secara langsung dengan jalan memberi perintah,maupun secara tidak langsung dengan mempergunakan segala alat dan cara yang tersedia.”kekuasaan biasanya berbentuk hubungan (relationship) dalam arti bahwa ada satu pihak yang memerintah dan pihak yang lain untuk diperintah (the ruler ans the ruled),satu pihak yang memberi perintah dan pihak lain yang mematuhi perintah.”Diantaranya banyak bentuk kekuasaan ,ada satu bentuk yang sangat penting,yaitu kekuasaan politik.Dalam hal ini kekuasaan politik adalah kemampuan untuk mempengaruhi kebijaksanaan umum (pemerintah) baik terbentuknya maupun akibat-akibatnya sesuai dengan tujuan pemegang kekuasaan itu sendiri.

Diantaranya konsep politik yang banyak dibahas adalh kekuasaan.Hal ini tidak mengherankan sebab konsep sangat krusial dalam ilmu sosial pada .Pada umumnya,dan ilmu politik khususnya.Pada suatu ketika politik (politic)dianggap identik dengan kekuasaan,dan kekuasaan dianggap sebagai cara untuk mencapai hal yang diinginkan,antara lain membagi sumber-sumber dinataranya kelompok-kelompok dalam masyarakat.

B.Rumusan masalah

1. Mengapa seorang pelaku mempunyai kekuasaan ? 2. Apa arti kekuasaan itu sendiri?

3. Apa sumber dari kekusaan?

4. Apa saja jenis-jenis kekuasaan dan jenis-jenis bentuk negara C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi kekuasaan menurut beberapa ahli?

2. Untuk mengetahui apa saja sumber kekuasan itu?

3. Untuk mengetahui jenis-jenis kekuasaan an bentuk negara

(5)

4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi kekusaan

Telah muncul banyak definisi beberapa ahli,seperti W.connoly (1983) dan S.LUKES (1947) menganggap kekuasaan sebaga konsep yang dipertetangkan (a conseted concept) yang artinya merupakan hal yang tidak dapat dicapai suatu consesus.Perumusan yang umumnya di kenal bahwa kekuasaan adalah kemampuan seseoramg atau suatu kelompok manusia untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau kelompok lain sedemikian rup sehingga tingkah laku itu sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai tujuan itu.Dalam hal ini pelaku bisa berupa seorang,sekelompok orang,atau suatu kolektifitas.”’kekuasaan biasanya berbentuk hubungan (relationship)dalam arti bahwa satu pihak yang memerintah dan pihak lain yang diperintah.Satu pihak yang memberi perintah dan pihak lain yang mematuhi perintah.”

B. Defini kekuasaan menurut beberapa ahli

1. Max weber (wirtschaft and gesellshaft (1992):kekuasaan adalah kemampuan untuk dalam suatu hubungan sosial,melaksanakan kemauan sendiri sekalipun mengalami perlawanan ,dan apapun dasar kemampan ini.

2. Haroid D.lasswell dan Abraham Kaplan yang definisinya sudah menjadi rumusan klasik menyebutkan bahwa kekuasaan adalah suatu hubungan dimana seseorang atau kelompok lain ke arah tujuan ke pihak pertama.

3. Barbara Goodwin (2003) seorang ahli kontemporer,mendefinisikan bahwa kekuasaan adalah kemampuan untuk mengakibatkan seseorang bertindak dengan cara yang oleh yang bersangkutan tidak akan dipilih ,seandainya ia tidak dilinatkan.Dengan kata lain memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kehendaknya.Biasanya kekuasaan di selenggarakan melalui isyarat yang jelas.Ini sering dinamakan kekuasaan mainfest.Namun kadang-kadang isyarat itu tidak ada,misalnya dalam keadaan yang oleh Cari Friendrich dinamakan the rule of anticipated reactions.Perilaku B ditentukan oleh reaksi yang diantisipasikan jika keinginan A tidak dilakukan oleh B.Bentuk kekuasaan ini sering dinamakan kekuasaan implisit.Suatu contoh dari kekuasaan manifes ialah jika seseorang polisi menghentikan seseorang pengendara motor karena melanggar peraturan lalu lintas.Contoh dari kekuasaan implisit ialah seorang anak sekolah membatalkan rencana unruk main bola dan memutuskan untuk membuat pekerjaan rumahnya,karena takut akan dimarahi bapaknya.

C. MACAM-MACAM CARA UNTUK MENYELENGGARAKAN KEKUASAAN

(6)

5 a. Dengan cara kekerasan fisik

b. Kekuasaan dapat juga diselenggarkan lewat koersi,yaitu melalui ancaman akan diadakan sanksi.

c. Persuasion yaitu proses menyakinkan,berargumentasi atau menunjuk pada pendapat seorang ahli.

d. Pemberian imbalan ialah pemerintah yang berupaya untuk mengatasi masalah sampah dapat melakukan sanksi negatif dengan mendenda tiap pelanggar. Akan tetapi karena pengawas terbatas mungkin pemerintah cenderung memeberi sanksi positif misalnya,berupa hadiah kepada rukun tetangga yang paling bersih. Kadang hal ini dinamakan sanksi positif.

D. SUMBER KEKUASAAN

Sumber kekuasaan dapat berupa kedududkan misalnya seorang komandan terhadap anak buahnya atau seorang majikan terhadap pegawainya, sumber kekuasaan dapat juga pula berupa kekayaan.Misal seorang pengusaha kaya mempunyai kekuasaan atau seorang politikus atau seoarang bawahan yang mempunyai hutang yang belum di bayar kembali. Kekuasaan dapat pula bersumber pada kepercayaan atau agama.Di banyak tempat alim ulama’ mempunyai kekuasaan terhadap umatnya ,sehingga mereka dianggap sebagai pemimpin informal yang perlu di perhitungakan dalam proses pembuatan keputusan di tempat itu.Kita perlu membedakan dua istilah menyangkut konsep kekuasaan:

1. Cakupan kekuasaan (Scoope of power)

menunjuk pada kegiatan ,perilaku,serta sikap serta sikap dan keputusan- keputusan yang menjadi objek dari kekuasaan.Misalnya seorang direktur perusahaan mempunyai kekuasaan untuk memecat seorang karyawan (asal sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku),akan tetapi tidak mempunyai kekusaan terhadap karyawan diluar hubungan kerja ini.

2. Wilayah kekuasaan (domain of power)

Menjawab pertanyaan siapa-siapa saja yang dikuasai oleh orang atau kelompok yang berkuasa,jadi menunjuk pada pelaku,kelompok organiasasi atau kolektifitas kena sasaran .Misalnya seorang direktur perusahaan mempunyai kekuasaan tas semua karyawan dalam perusahaan itu,baik di puasat maupun yang di cabang-cabang.

 Taloct parsons

Seorang sosiolog terkenal Taloct parsons,yang cenderung melihat kekuasaan sebagai senjata yang ampuh untuk mencapai tujuan-tujuan kolektif dengan jalan membuat keputusan-keputusan yang mengikat di dukung dengan sanksi yang negatif

Dalam perumusan Taloct persons yang diterjemahkan secar bebas mengatakan :

(7)

6 Kekuasaan adalah kemampuan untuk menjamin terlaksananya kewajiban-kewajiban yang mengikat,oleh kesatuan-kesatuan dalam suatu sistem dalam suatu organisasi kolektif.

Kewajiban adalah sah jika menyangkut tujuan-tujuan kolektif.Jika ada perlawanan, maka pemaksaan melalui sanksi-sanksi negatif wajar,terlepas dari siapa yang melaksanakan pemaksaan itu.

Jadi ,Persons melihat segi positif dari kekuasaan jika di hubungkan dengan authority dan kemungkinan-kemungkinan.Rencana-rencana dapat terlaksana dengan baik.

E. PEMBAGIAN KEKUASAAN NEGARA SECARA VERTIKAL DAN HORIZONTAL

Pembagian kekuasaan dibedakan menjadi pembagian kekuasaan secara vertikal dan pembagian secara horizontal.pembagian kekuasaan secra vertikal dapat diartikan bahwa kekuasaan di bagi secra terotorial atau wilayah kekuasaan.

1. Pembagian kekusaan secara horizontal

Pembagian kekuasaan secara horizontal dilakukan menurut fungsi lembaga-lembaga tertentu.Pada tingkatan pemerintahan daerah yang sederajat, yakni antara pemerintahan Daerah (kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).Tingkat provinsi,antara Pemerintah Provinsi (Gubernur/Wakil Gubernur) dan DPRD provinsi. Tingkat kabupaten antara pemerintahan kabupaten/kota (Bupati/Wakil Bupati atau Walikota/Wakilkota) dan DPRD Kabupaten/Kota.

2. Pembagian kekuasaan secara vertikal

Pembagian kekusaan secara vertikal yaitu pembagian kekuasaan antara beberapa tingkatan pemerintah. Pembagian kekuasaan sexcara vertikal di negara indonesia berlangsung antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah (pemerintahan provinsi dan pemerintahan kabupaten/kota). Pembagian kekuasaan secara vertikal muncul akibat adanya asas desentralsasi di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

F. JENIS-JENIS KEKUASAAN

1. Monarki dan Tirani

(8)

7 Monarki berasal dari kata ‘monarch’ yang berarti raja, yaitu jenis kekuasaan politik di mana raja atau ratu sebagai pemegang kekuasaan dominan negara (kerajaan). Para pendukung monarki biasanya mengajukan pendapat bahwa jenis kekuasaan yang dipegang oleh satu tangan ini lebih efektif untuk menciptakan suatu stabiltas atau konsensus di dalam proses pembuatan kebijakan. Perdebatan yang bertele-tele, pendapat yang beragam, atau persaingan antarkelompok menjadi relatif terkurangi oleh sebab cuma ada satu kekuasaan yang dominan.

Negara-negara yang menerapkan jenis kekuasaan monarki hingga saat ini adalah Inggris, Swedia, Denmark, Belanda, Norwegia, Belgia, Luxemburg, Jepang, Muangthai, dan Spanyol. Di negara-negara ini, monarki menjadi instrumen pemersatu yang cukup efektif, misalnya sebagai simbol persatuan antar berbagai kelompok yang ada di tengah masyarakat.

Kita perhatikan negara yang modern dan maju seperti Inggris dan Jepang pun masih menerapkan sistem monarki.

Namun, di negara-negara ini, penguasa monarki harus berbagi kekuasaan dengan pihak lain, terutama parlemen. Proses berbagi kekuasaan tersebut dikukuhkan lewat konstitusi (Undang-undang Dasar), dan sebab itu, monarki di era negara-negara modern sesungguhnya bukan lagi absolut melainkan bersifat monarki konstitusional. Bahkan, kekuasaannya hanya bersifat simbolik (sekadar kepala negara) ketimbang amat menentukan praktek pemerintahan sehari-hari (kepala pemerintahan). Di ke-10 negara monarki yang telah disebut di atas, pihak yang relatif lebih berkuasa untuk menentukan jalannya pemerintahan adalah parlemen dengan perdana menteri sebagai kepala pemerintahannya.

Jenis monarki lainnya yang kini masih ada adalah Arab Saudi. Negara ini berupa kerajaan dan raja adalah sekaligus kepala negara dan pemerintahan. Kekuasaan raja tidak dibatasi secara konstitusional, tidak ada partai politik dan oposisi di sana. Pola kekuasaan di Arab Saudi juga dikenal sebagai dinasti (Dinasti al-Saud), di mana pewaris raja adalah keturunannya.

Bentuk pemerintahan yang buruk di dalam satu tangan adalah Tirani. Tiran-tiran kejam yang pernah muncul dalam sejarah politik dunia misalnya Kaisar Nero, Caligula, Hitler, atau Stalin. Meskipun Hitler atau Stalin memerintah di era negara modern, tetapi jenis kekuasaan yang mereka jalankan pada hakekatnya terkonsentrasi pada satu tangan, di mana keduanya sama sekali tidak mau membagi kekuasaan dengan pihak lain, dan kerap kali bersifat kejam baik terhadap rakyat sendiri maupun lawan politik.

2. Aristokrasi dan Oligarki

Dalam jenis kekuasaan monarki, raja atau ratu biasanya bergantung pada dukungan yang diberikan oleh para penasihat dan birokrat. Jika kekuasaan lebih banyak ditentukan oleh orang-orang ini (penasihat dan birokrat) maka jenis kekuasaan tidak lagi berada pada satu orang (mono) melainkan beberapa (few).

Aristokrasi sendiri merupakan pemerintahan oleh sekelompok elit (few) dalam masyarakat, di mana mereka ini mempunyai status sosial, kekayaan, dan kekuasaan politik

(9)

8 yang besar. Ketiga hal ini dinikmati secara turun-temurun (diwariskan), menurun dari orang tua kepada anak. Jenis kekuasaan aristokrasi ini disebut pula sebagai jenis kekuasaan kaum bangsawan (aristokrasi).

Biasanya, di mana ada kelas aristokrat yang dominan secara politik, maka di sana ada pula monarki. Namun, jenis kekuasaan oleh beberapa orang ini —aristokrasi— tidak bertahan lama, oleh sebab orang-orang yang orang tuanya bukan bangsawan pun bisa duduk mempengaruhi keputusan politik negara asalkan mereka berprestasi, kaya, berpengaruh, dan cerdik. Jika kenyataan ini terjadi, yaitu peralihan dari kekuasaan para bangsawasan ke kelompok non-bangsawan, maka hal tersebut dinyatakan sebagai peralihan atau pergeseran dari aristokrasi menuju oligarki.

3. Demokrasi dan Mobokrasi

Jika kekuasaan dipegang oleh seluruh rakyat, bukan oleh mono atau few, maka kekuasaan tersebut dinamakan demokrasi. Di dalam sejarah politik, jenis kekuasaan demokrasi yang dikenal terdiri dari dua kategori. Kategori pertama adalah demokrasi langsung (direct democracy) dan demokrasi perwakilan (representative democracy).

Demokrasi langsung berarti rakyat memerintah dirinya secara langsung, tanpa perantara. Salah satu pendukung demokrasi langsung adalah Jean Jacques Rousseau, di mana Rousseau ini mengemukakan 4 kondisi yang memungkinkan bagi dilaksanakannya demokrasi langsung yaitu:

Jumlah warganegara harus kecil.

Pemilikan dan kemakmuran harus dibagi secara merata (hampir merata).

Masyarakat harus homogen (sama) secara budaya.

Terpenuhi di dalam masyarakat kecil yang bermata pencaharian pertanian.

Pertanyaan kemudian adalah: Mungkinkan keadaan yang digambarkan Rousseau itu ada di era negara modern saat ini? Jumlah warganegara negara-negara di dunia rata-rata berada di atas jumlah 1-2 juta jiwa, pemilikan harta sama sekali tidak merata, secara budaya masyarakat relatif heterogen (beragam) yang ditambah dengan infiltrasi budaya asing, dan pencaharian penduduk dunia tengah beralih dari pertanian ke industri. Masih mungkinkah demokrasi langsung dilaksanakan?

Di dalam demokrasi langsung, memang kedaulatan rakyat lebih terpelihara oleh sebab kekuasaannya tidak diwakilkan. Semua warganegara ikut terlibat di dalam proses pengambilan keputusan, tanpa ada yang tidak ikut serta. Namun, di zaman pelaksanaan demokrasi langsung sendiri, yaitu di masa negara-kota Yunani Kuno, ada beberapa kelompok masyarakat yang tidak diizinkan untuk ikut serta di dalam proses demokrasi langsung yaitu:

budak, perempuan, dan orang asing.

4. Timokrasi

Menurut Stanley Rosen, Timokrasi adalah jenis kekuasaan yang pernah disebutkan

(10)

9 oleh Sokrates, filosof Yunani. Timokrasi dirujuk Sokrates dalam menggambarkan rezim pemerintahan negara kota Sparta. Konsep ini mengacu pada “timocratic man”, yaitu seseorang yang gandrung akan kemenangan dan kehormatan. Timokrasi terletak di posisi tengah antara Aristokrasi dan Oligarki. Juga disebutkan Timokrasi adalah Aristokrasi yang tengah mengalami kemerosotan ke arah jenis kekuasaan Oligarki.

5. Oklokrasi

Mirip dengan definisi Mobokrasi. Oklokrasi adalah situasi negara dalam anarki massa.

Pemerintahan ini tidak legal dan konstitusional. Namun, karena --biasanya-- kelompok- kelompok massa tersebut punya senjata atau massa besar, mereka memerintah memanfaatkan rasa takut. Amerika Serikat tahun 1930-an hampir masuk ke dalam kategori ini, di mana keluarga-keluarga mafia mengendalikan negara secara ilegal dan inkonstitusional.

6. Plutokrasi

Plutokrasi adalah jenis kekuasaan di mana negara “disetir” oleh orang-orang kaya.

Plutokrasi ini mirip dengan Oligarki. Namun, Plutokrasi terjadi tatkala tercipta suatu kondisi ekstrim ketimpangan antara “kaya” dan “miskin” di dalam suatu negara. Plutokrat (penguasa dalam Plutokrasi) tidak hanya menguasai sumber-sumber ekonomi dan politik, melainkan juga sumber-sumber militer (pasukan, senjata, teknologi). Dalam kondisi seperti ini, Plutokrat biasanya, secara de facto, lebih berkuasa ketimbang pemerintah resmi.

7. Kleptokrasi

Kleptokrasi adalah jenis kekuasaan dimana pejabat publik menggunakan kekuasaan publiknya untuk mencuri kekayaan negara (korupsi otomatis). Kleptokrasi juga disebut sebagai korupsi yang dilakukan oleh para pejabat tingkat tinggi yang secara sistematis menggunakan posisinya untuk mengalirkan dana publik ke dalam kantong-kantong pribadinya. Semakin massal tindak korupsi oleh para pejabat publik, maka semakin mendekati suatu negara menganut jenis pemerintahan Kleptokrasi

G. BENTUK NEGARA

Bentuk-bentuk negara yang dikenal hingga saat ini terdiri dari tiga bentuk yaitu Konfederasi, Kesatuan, dan Federal. Meskipun demikian, bentuk negara Konfederasi kiranya jarang diterapkan di dalam bentuk-bentuk negara pada masa kini. Namun, untuk keperluan analisis, baiklah di dalam materi kuliah ini dicantumkan pula masalah Konfederasi minimal untuk lebih meluaskan wawasan kita mengenai bentuk-bentuk negara yang ada.

1. Negara Konfederasi

Bagi L. Oppenheim, “konfederasi terdiri dari beberapa negara yang berdaulat penuh yang untuk mempertahankan kedaulatan ekstern (ke luar) dan intern (ke dalam) bersatu atas

(11)

10 dasar perjanjian internasional yang diakui dengan menyelenggarakan beberapa alat perlengkapan tersendiri yang mempunyai kekuasaan tertentu terhadap negara anggota Konfederasi, tetapi tidak terhadap warganegara anggota Konfederasi itu.”

Menurut kepada definisi yang diberikan oleh L. Oppenheim di atas, maka Konfederasi adalah negara yang terdiri dari persatuan beberapa negara yang berdaulat. Persatuan tersebut diantaranya dilakukan demi mempertahankan kedaulatan dari negara-negara yang masuk ke dalam Konfederasi tersebut. Pada tahun 1963, Malaysia dan Singapura pernah membangun suatu Konfederasi, yang salah satunya dimaksudkan untuk mengantisipasi politik luar negeri yang agresif dari Indonesia di masa pemerintahan Sukarno. Malaysia dan Singapura mendirikan Konfederasi lebih karena alasan pertahanan masing-masing negara.

Dalam Konfederasi, aturan-aturan yang ada di dalamnya hanya berefek kepada masing-masing pemerintah (misal: pemerintah Malaysia dan Singapura), dengan tidak mempengaruhi warganegara (individu warganegara) Malaysia dan Singapura. Meskipun terikat dalam perjanjian, pemerintah Malaysia dan Singapura tetap berdaulat dan berdiri sendiri tanpa intervensi satu negara terhadap negara lainnya di dalam Konfederasi.

2. Kesatuan

Negara Kesatuan adalah negara yang pemerintah pusat atau nasional memegang kedudukan tertinggi, dan memiliki kekuasaan penuh dalam pemerintahan sehari-hari. Tidak ada bidang kegiatan pemerintah yang diserahkan konstitusi kepada satuan-satuan pemerintahan yang lebih kecil (dalam hal ini, daerah atau provinsi).

Dalam negara Kesatuan, pemerintah pusat (nasional) bisa melimpahkan banyak tugas (melimpahkan wewenang) kepada kota-kota, kabupaten-kabupaten, atau satuan-satuan pemerintahan lokal. Namun, pelimpahan wewenang ini hanya diatur oleh undang-undang yang dibuat parlemen pusat (di Indonesia DPR-RI), bukan diatur di dalam konstitusi (di Indonesia UUD 1945), di mana pelimpahan wewenang tersebut bisa saja ditarik sewaktu- waktu.

Keuntungan negara Kesatuan adalah adanya keseragaman Undang-Undang, karena aturan yang menyangkut ‘nasib’ daerah secara keseluruhan hanya dibuat oleh parlemen pusat. Namun, negara Kesatuan bisa tertimpa beban berat oleh sebab adanya perhatian ekstra pemerintah pusat terhadap masalah-masalah yang muncul di daerah.

Dalam negara Kesatuan, pemerintah pusat secara langsung mengatur masing-masing penduduk yang ada di setiap daerah. Misalnya, pemerintah pusat berwenang menarik pajak dari penduduk daerah, mengatur kepolisian daerah, mengatur badan pengadilan, membuat kurikulum pendidikan yang bersifat nasional, merelay stasiun televisi dan radio pemerintah ke seluruh daerah, dan bahkan menunjuk gubernur kepala daerah.

3. Federasi

Negara Federasi ditandai adanya pemisahan kekuasaan negara antara pemerintahan nasional dengan unsur-unsur kesatuannya (negara bagian, provinsi, republik, kawasan, atau

(12)

11 wilayah). Pembagian kekuasaan ini dicantumkan ke dalam konstitusi (undang-undang dasar).

Sistem pemerintahan Federasi sangat cocok untuk negara-negara yang memiliki kawasan geografis luas, keragaman budaya daerah tinggi, dan ketimpangan ekonomi cukup tajam.

Apakah ada perbedaan antara Konfederasi dengan Federasi ? Ya, ada! Negara-negara yang menjadi anggota suatu Konfederasi tetap merdeka sepenuhnya atau berdaulat, sedangkan negara-negara yang tergabung ke dalam suatu Federasi kehilangan kedaulatannya, oleh sebab kedaulatan ini hanya ada di tangan pemerintahan Federasi.

Di Amerika Serikat, terdapat 50 negara bagian semisal Alabama, New Hampshire, New Mexico, Maine, Utah, Wisconsin, South Dakota, Wyoming, West Virginia, Nevada, New Jersey, Florida, Hawaii, Alaska, New Mexico, California, Kansas, Phoenix, Nebraska, Pennsylvania, atau Texas. Negara-negara bagian ini tidaklah berdaulat sendiri-sendiri melainkan kedaulatan tersebut hanya ada di tangan pemerintah Federasi yang dikenal sebagai United States of America (Amerika Serikat) dengan ibukotanya di Washington D.C. (District Columbia) itu!

Bagaimana selanjutnya, adakah perbedaan antara negara Federasi dengan negara Kesatuan ? Ya, juga ada! Negara-negara bagian suatu Federasi memiliki wewenang untuk membentuk undang-undang dasar sendiri serta pula wewenang untuk mengatur bentuk organisasi sendiri dalam batas-batas konstitusi federal, sedangkan di dalam negara Kesatuan, organisasi pemerintah daerah secara garis besar telah ditetapkan oleh undang-undang dari pusat.

H. BENTUK PEMERINTAHAN

1. Bentuk Pemerintahan Parlementer

Dalam sistem Parlementer, warganegara tidak memilih kepala negara secara langsung. Mereka memilih anggota-anggota dewan perwakilan rakyat, yang diorganisasi ke dalam satu atau lebih partai politik. Umumnya, sistem Parlementer mengindikasikan hubungan kelembagaan yang erat antara eksekutif dan legislatif.

Kepala pemerintahan dalam sistem Parlementer adalah perdana menteri (disebut Premier di Italia atau Kanselir di Jerman). Perdana menteri memilih menteri-menteri serta membentuk kabinet berdasarkan suatu ‘mayoritas’ dalam parlemen (berdasarkan jumlah suara yang didapat masing-masing partai di dalam Pemilu).

Dalam bentuk pemerintahan parlementer, pemilu hanya diadakan satu macam yaitu untuk memilih anggota parlemen. Lewat mekanisme pemilihan umum, warganegara memilih wakil-wakil mereka untuk duduk di parlemen. Wakil-wakil yang mereka pilih tersebut merupakan anggota dari partai-partai politik yang ikut serta di dalam pemilihan umum.

Jika sebuah partai memenangkan suara secara mayoritas (misalnya 51% suara pemilih), maka secara otomatis, ketua partai tersebut menjadi perdana menteri. Selanjutnya, tugas yang harus dilakukan si perdana menteri ini adalah membentuk kabinet, di mana anggota-anggota kabinet diajukan oleh para anggota parlemen terpilih, sehingga anggota

(13)

12 kabinet dapat berasal baik dari partainya sendiri maupun partai saingannya yang punya jumlah suara signifikan. Menteri-menteri inilah yang nantinya mengarahkan atau mengepalai kementerian-kementerian yang dibentuk.

Dalam bentuk parlementer, perdana menteri menjadi kepala pemerintahan sekaligus pemimpin partai. Dalam sistem parlementer, partai yang menang dan masuk ke dalam kabinet menjadi ‘pemerintah’ sementara yang tetap berada di dalam parlemen menjadi

‘oposisi.’

2. Bentuk Pemerintahan Presidensil

Presidensil cenderung memisahkan kepala eksekutif dari dewan perwakilan rakyat.

Sangat sedikit media tempat di mana eksekutif dan legislatif dapat saling bertanya satu sama lain.

Dalam sistem presidensil, pemilu diadakan dua macam. Pertama untuk memilih anggota parlemen dan kedua untuk memilih presiden. Presiden inilah yang dengan hak prerogatifnya menunjuk pembantu-pembantunya, yaitu menteri-menteri di dalam kabinet.

Pola penunjukkan menteri oleh presiden ini efektif di dalam sistem dua partai, di mana dengan dua partai yang bersaing tersebut, pasti salah satu partai akan menang secara mayoritas. Di dalam sistem banyak partai, penunjukkan menteri oleh presiden juga dapat efektif jika salah satu partai menang secara 51%.

Di dalam sistem presidensil, presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen (DPR) tetapi langsung kepada rakyat. Sanksi jika presiden dianggap tidak ‘menrespon hati nurani rakyat’ dapat berujung pada dua jalan: pertama, tidak memilih lagi si presiden tersebut dalam proses pemilihan umumj, dan kedua, mengadukan pelanggaran-pelanggaran yang presiden lakukan kepada parlemen. Parlemen inilah yang nanti menggunakan hak kontrolnya untuk mempertanyan sikap-sikap presiden yang diadukan ‘rakyat’ tersebut. Jadi, berbeda dengan Parlementer —di mana jika si perdana menteri dianggap tidak bertanggung jawab, parlemen, terutama partai-partai oposisi, dapat mengajukan mosi tidak percaya kepada perdana menteri yang jika didukung oleh 51% suara parlemen, si perdana menteri tersebut beserta kabinetnya terpaksa harus mengundurkan diri— dalam sistem presidensil, hal seperti ini sulit untuk dilakukan mengingat yang memilih si presiden bukanlah parlemen melainkan rakyat secara langsung.

3. Semi Presidensil

Shugart memuat pernyataan Maurice Duverger tahun 1980 tentang sistem pemerintahan campuran. Sistem campuran ini ia sebut Semi-Presidensial. Lebih lanjut, Shugart menyatakan bahwa ciri utama dari Semi-Presidensial adalah:

Presiden dipilih langsung oleh rakyat;

Presiden punya kewenangan konstitusional terbatas;

Terdapat pula Perdana Menteri dan Kabinet, yang merupakan kepanjangan tangan dari mayoritas di parlemen.

(14)

13 Semi-Presidensial juga disebut Blondell tahun 1984 sebagai “Dual Excecutive”. Dual executive terjadi kala presiden tidak hanya kepala negara yang kurang otoritas politiknya, tetapi juga bukan kepala pemerintahan (eksekutif) yang sesungguhnya, karena juga terdapat Perdana Menteri yang punya hubungan kuat dengan parlemen dan merefleksikan demokrasi parlementer. Namun, rupa hubungan antara Presiden, Perdana Menteri, Kabinet, dan Parlemen berbeda-beda antara negara-negara yang menerapkan Semi-Presidensial tersebut.

4. Hybryd Lainnya

Selain Semi-Presidensial, terdapat pula model hybryd sistem pemerintahan yang bukan parlementer, bukan presidensil, dan bukan Semi-Presidensial. Model pemerintahan ini terdapat di Swiss di mana terdapat eksekutif yang dipilih dari parlemen dan memiliki jangka waktu kekuasaan yang fix (tidak bisa diganggu oleh parlemen). Model ini juga ada di Israel, di mana kepala eksekutif yang dipilih langsung rakyat sekaligus punya posisi yang punya ketergantungan tinggi pada parlemen.

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam suatu hubungan kekuasaan selalu ada satu pihak yang lebih kuat dari pihak lain.Jadi,selalu ada hubungan tidak seimbang.Ketidak seimbangan inilah yang dering menimbulkan ketergantungan.Semakin tidak seimbang maka semakin besar pula sifat ketergantungannya.

(15)

14

B. SARAN

Penulis mengharapkan makalah ini dapat memberi manfaat dan ilmu pengetahuan kepada para pembaca,dan disarankan pada pembaca untuk mencari referensi yang lebih banyak lagi,baik dari sosial media maupun media lain.

DAFTAR PUSTAKA

Rodee,Carlton clymer dkk,pengantar ilmu politik,Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,2011 Budiardjo,Miriam,Dasar-Dasar ilmu politik,Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama,2007.

www.setabasri01.blogspot.co.id

Referensi

Dokumen terkait