• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL) Memanfaatkan Media Pembelajaran Video Tutorial Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar TIK Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Suruh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL) Memanfaatkan Media Pembelajaran Video Tutorial Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar TIK Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Suruh "

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MEMANFAATKAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO

TUTORIAL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR TIK SISWA KELAS XII

SMA NEGERI 1 SURUH SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi

Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Peneliti:

Yopentius Herlianus (702010125) Krismiyati, S. Pd., M.A. George, J.L. Nikijuluw, S. Pd.

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen SatyaWacana

Salatiga

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL) Memanfaatkan Media Pembelajaran Video Tutorial Untuk Meningkatkan Keaktifan

dan Hasil Belajar TIK Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Suruh Semester I

Tahun Pelajaran 2014/2015

1)

Yopentius Herlianus, 2)Krismiyati, 3)George. J.L. Nikijuluw

Program Studi pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen SatyaWacana

Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

Email: 1)702010125@student.uksw.edu, 2)krismiyati@staff.uksw.edu,

3)

george.nikijuluw@staff.uksw.edu

Abstract

The purpose of this study is improve the student learning activity and student learning outcomes using Problem Based Learning method in ICT subject. This study used classroom action research, which in every cycle has four stages: plan, act, observe and reflect. The research instruments used are test, observation, dan documentary studies. The popula tion in this study are students of grade XII at SMA N 1 in Suruh, and the sample used in this study are grade XII IPS 1 with a total sample 23 students. The results showed the used of Problem Based Learning methods can improve percentage the student learning activity and students learning outcomes in ICT subject. This is proven by an increase of student learning activity and increase the students learning outcomes in each cycle.

Keywords: peer tutoring method, video tutorials, student activity, students learning outcomes

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa menggunakan metode Problem Based Learning dalam pembelajaran TIK. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dimana pada setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan yaitu : perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Instrumen yang digunakan berupa tes, observasi dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA N 1 Suruh, dan sampel yang digunakan adalah kelas XII IPS 1 dengan total sampel 23 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode

Problem Based Learning dapat meningkatkan persentase keaktifan belajar siswa serta hasil belajar siswa pada setiap siklus.

Kata Kunci : Metode Problem Based Learning, Video Tutorial, Keaktifan Siswa, Hasil Belajar.

1)Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

(11)

1. Pendahuluan

Penyampaian materi TIK, siswa tidak hanya dituntut untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, inovatif dan sistematis, tetapi juga dituntut untuk mampu memahami konsep materi dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, agar mereka memiliki kemampuan memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi secara aktif dan cepat tanggap. Untuk dapat membentuk karakter siswa yang demikian diperlukan pula kreativitas guru yang bervariasi dalam menyampaikan materi yang akan disampaikan kepada siswa. Guru harus berani mencobakan metode-metode serta strategi-strategi baru yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar serta hasil belajar siswa. Metode penyampaian materi TIK yang sering dilakukan oleh sebagain besar guru tidak lain dengan menggunakan ceramah, atau pembelajaran konvensional

Hasil observasi di SMA Negeri 1 Suruh kelas XII semester I menunjukan bahwa keaktifan dan hasil belajar siswa rendah, Banyak siswa yang nilainya di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) terdapat 64% atau 16 siswa yang tidak memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan terdapat 36% atau 9 siswa yang telah mencapai KKM dari jumlah total 25 siswa, dimana nilai KKM adalah 75. Hal ini disebabkan kurang tepatnya strategi belajar yang diterapkan guru dalam pembelajaran. Rendahnya keaktifan belajar siswa secara jelas terlihat selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Tidak banyak siswa yang menanggapi pernyataan maupun pertanyaan dari guru, tidak banyak pula siswa yang berani mengemukakan gagasan mereka ketika guru menyampaikan materi, banyak siswa yang sibuk sendiri dan kurang memperhatikan saat pelajaran berlangsung. Sehingga materi pelajaran tidak dapat diserap oleh siswa. Ketidak aktifan siswa diantaranya disebabkan selama pembelajaran siswa tidak terlibat langsung baik fisik, mental, dan emosi. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu adanya pengembangan suatu media dan metode pembelajaran yang menarik untuk membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran TIK agar siswa dapat lebih aktif dan mampu memahami dengan baik setiap materi yang diberikan.

Melihat permasalahan tersebut, maka diperlukan salah satu metode dan memanfaatkan media yang diharapkan dapat meningkatkan kaektifan dan hasil belajar siswa dalam belajar serta mutu dari kegiatan pembelajaran yang akan berpengaruh baik terhadap hasil yang diperoleh. Metode pembelajaran yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode Problem Based Learning

memanfaatkan media pembelajaran video tutorial. Problem Based Learning

merupakan metode belajar menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru [1]. Metode ini juga berfokus pada keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. siswa tidak lagi diberikan materi belajar secara satu arah seperti pada metode pembelajaran konvensional. Video tutorial adalah susunan gambar yang hidup dan ditayangkan oleh pengajar yang berisi materi pembelajaran untuk membantu memahami suatu materi pembelajaran untuk membantu memahami suatu materi pembelajaran sebagai suatu pengajaran tambahan kepada siswa [2].

(12)

meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK, khususnya dalam materi ajar Photoshop di kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Suruh Semester 1 Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Tinjauan Pustaka

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Astuti [3], menunjukan bahwa melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII semester II SMP Negeri 5 Semarang pokok bahasan bangun ruang sisi datar Tahun Pelajaran 2006/2007. Penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan aktifitas siswa selama pemebelajaran mengalami peningkatan setiap siklusnya. Simpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dengan model pembelelajarn berbasis masalah aktivitas siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan. Kelebihan dalam penelitian ini setiap siklus selalu mengalami peingkatan. Kelemahannya adalah membutuhkan waktu penelitian yang relatif lama. Berdasarkan kelemahan diatas penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian. Berdasarkan perbedaan dalam penelitian di atas metode yang digunakan sama perbedaan hanya untuk mengukur hasil belajar siswa tetapi juga untuk mengukur aktivitas belajar siswa dan tidak terdapat media yang di gunakan dalam penelitian.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari [4], dengan melalui Problem Based Learning berbantuan CD Interaktif dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika pada siswa kelas IVB SDN Wates 01 Semarang. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Masing-masing pertemuan terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar ranah kognitif siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai Siklus II mengalami peningkatan dikategorikan sangat baik. Simpulan dari penelitian ini adalah melalui penerapan

Problem Based Learning berbantuan CD Interaktif dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di kelas IV Sekolah Dasar. Berdasarkan perbedaan dalam penelitian diatas metode yang digunakan sama perbedaan hanya untuk mengukur kualitas belajar siswa tetapi tidak untuk mengukur aktivitas dan hasil belajar siswa dan hanya menggunakan media melalui CD interaktif.

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Yuliastutik [5], hasil penelitian menunjukkan Penerapan model pembelajaran problem based learning

dengan media Video Compact Disk (VCD) dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada mata kuliah kebutuhan dasar manusia II dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran problem based learning dengan media Video Compact Disk

(13)

kemampuan berpikir kritis belajar siswa tetapi juga untuk mengukur aktivitas dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari beberapa penelitian yang dilakukan diatas, maka dapat digunakan sebagai acuan oleh peneliti dalam

melaksanakan kegiatan penelitian “Penerapan Metode Problem Based Learning

(PBL) Memanfaatkan Media Pembelajaran Video Tutorial Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar TIK Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Suruh semester

1 Tahun Pelajaran 2014/2015”.

Metode adalah cara yang harus dilakukan sesuatu atau prosedur yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas, sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan [6]. Metode Problem based learning (PBL) “problem based learning is a curriculum

development and instructional method that places the student in an active role as a problem-solver confronted with ill-structured, real-life problem”. Pengembangan kurikulum pembelajaran dimana siswa ditempatkan dalam posisi yang memiliki peranan aktif dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang mereka hadapi. Artinya bahwa metode problem based learning menuntut adanya peran aktif siswa agar dapat mencapai pada penyelesaian masalah yang diharapkan sesuai dengan tujuan pembelajaran [7]. Problem Based Learning

(PBL) juga merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Metode ini juga berfokus pada keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. siswa tidak lagi diberikan materi belajar secara satu arah seperti pada metode pembelajaran konvensional. Dengan metode ini, diharapkan siswa dapat mengembangkan pengetahuan mereka secara mandiri maupun kelompok. Dalam metode PBL, peserta didik diberikan suatu permasalahan. Kemudian secara berkelompok (sekitar 4-5 orang siswa), mereka akan berusaha untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut. Untuk mendapatkan solusi, mereka diharapkan secara aktif mencari informasi yang dibutuhkan dari berbagai sumber. Informasi dapat diperoleh dari bahan bacaan (literatur), narasumber, dan lain sebagainya [1]. Karakteristik dari metode Problem Based Learning diantaranya adalah; (1). Belajar dimulai dari suatu masalah, (2). Memastikan bahwa permasalahan yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata. (3). Mengorganisasikan pelajaran diseputar permasalahan, bukan diseputar disiplin ilmu, (4). Memberikan sepenuhnya kepada siswa dalam mengalami secara langsung proses belajar mereka sendiri, (5). Menggunakan kelompok kecil, (6). Menuntut siswa untuk mendemosntrasikan apa yang telah dipelajari dalam bentuk produk atau kinerja (performence) [8].

(14)

video, Siswa dibagi kelompok 4-5 anggota, untuk menyelesaikan diskusi masalah yang diberikan, Masing-masing kelompok diberi Lembar Kerja Kelompok (LKK) untuk menuliskan hasil, serta diberi petunjuk maupun waktu untuk penyelesaian masalah (tugas) serta pelaporan nanti. 3) Membimbing penyelidikan individua l maupun kelompok, kegiatan guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Siswa mempersiapkan kebutuhan yang diperlukan dalam proses pembelajaran. Siswa berada dalam kelompok yang telah ditetapkan untuk memcahkan masalah yang akan di selesaikan, siswa dalam kelompok diminta aktif menyampaikan pemikiran/ide dalam mencari cara pemecahan masalah dan berdiskusi menyelesaikan masalah, dan Siswa diamati, dimotivasi oleh guru sebagai fasilitator untuk mengarahkan siswa bersama kelompok dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. 4) Mengemba ngka n da n menya jika n hasil kar ya, kegiatan guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pelaksanaan tugas, misalnya berupa laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Setelah siswa menemukan semua jawaban dari soal yang diberikan siswa siswa menuliskan langkah-langkah pemecahan masalah pada lembar kerja kelompok dan salah satu perwakilan kelompok mempersentasikan hasil diskusi di depan kelas dan kelompok lain menanggapai hasil yang dipersentasikan kelompok lain. 5)

Menga na lisis da n mengeva luasi proses pemeca ha n ma sa la h, kegiatan guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka tempuh atau gunakan. Setelah presentasi selesai, siswa dan guru bersama-sama menganalisis dan mengevaluai proses pemecahan masalah yang telah dilaksanakan dengan menayangkan langkah-langkah pemecahan yang paling sistematis serta hasil yang benar melalui layar LCD, Guru melakukan evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami dan menguasai materi, siswa mengerjakan dalam lembar jawab yang diberi oleh guru [9].

Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara siswa, guru dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana pesan atau media. Media yang digunakan dalam pembelajaran disebut media pembelajaran, yang mempunyai fungsi sebagai perantara pesan. Dalam hal ini materi pembelajan kepada siswa [9]. Media pembelajaran dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan guru dalam mengajar untuk menarik perhatian dan minat siswa memudahkan siswa memahami materi yang diberikan. Sehingga guru perlu mengetahui kriteria dalam memilih media untuk pengajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

(15)

terhadap suatu materi pembelajaran [11]. Video tutorial adalah susunan gambar yang hidup dan ditayangkan oleh pengajar yang berisi materi pembelajaran untuk membantu memahami suatu materi pembelajaran untuk membantu memahami suatu materi pembelajaran sebagai suatu pengajaran tambahan kepada siswa [2]. Sehingga dapat disimpulkan bahwa video tutorial adalah adalah suatu bentuk visual dari susunan gambar bergerak yang ditayangkan melalui LCD yang berisi materi pengajaran sebagai alat bantu media pembelajaran yang di bentuk dalam CD agar siswa dapat memahami materi yang disampaikan.

Aktif dalam proses pembelajaran dimaksudkan bahwa, guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa, sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari pembelajaran dalam pengetahuan [6]. keaktifan dapat disimpulkan dalam kegiatan belajar mengajar dapat berupa pengerjaan tugas, berpartisipasi memecahkan masalah, mencari informasi untuk menyelesaikan masalah, bertanya pada teman atau guru bila ada hal-hal yang belum dimengerti, berdiskusi, menilai kemampuan diri, melatih diri memecahkan soal, mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh. Ciri dari keaktifan belajar adalah sebagai berikut: 1) Pengetahuan dialami (pengalaman), dipelajari, dan ditemukan oleh siswa; 2) Siswa melakukan sesuatu untuk memahami materi pelajaran (membangun pemahaman); 3) Siswa mengkomunikasikan sendiri hasil pemikirannya; dan 4) Siswa berpikir reflektif [6].

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap [12]. hasil-hasil belajar adalah pola perbuatan, nilai-nilai, penengertian dan sikap, serta apersepsi dan abilitas [13]. hasil belajar juga merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan pengukuran hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa hurup atau simbol [12]. Jadi dapat disimpulkan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan.

3. Metode Penelitian

(16)

Gambar 1. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan McTaggart [14] Tahapan PTK model Kemmis dan McTaggart pada Gambar 1, terdiri dari tiga tahap, yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan dan observasi, dan tahap refleksi. Tahap perencanaan, pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah menemui guru pengampu TIK sebelum melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan pada siswa, membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mempersiapkan lembar observasi keaktifan belajar siswa sesuai dengan langkah-langkah metode Problem Based Learning, menyiapkan video tutorial terkait materi yang diberikan, menyediakan alat evaluasi pembelajaran yang berupa instrumen tes.Tahap pelaksanaan tindakan dan observasi, pada tahap pelaksanaan tindakan hal-hal yang dilakukan adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai RPP yang sudah disiapkan, pada tahap observasi melakukan pengamatan terhadap keaktifan siswa dalam belajar melalui lembar observasi yang telah dipersiapkan serta mengamati penerapan metode pembelajaran yang berlangsung. Tahap refleksi, merupakan tahap dimana dilakukan pembahasan atau pengkajian ulang atas apa yang telah dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan dan observasi, kemudian dijadikan acuan untuk perbaikan pada siklus selanjutnya.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes, dokumentasi, wawancara dan teknik observasi. Tes digunakan sebagai alat ukur untuk melihat hasil belajar siswa dalam mata pelajaran TIK menggunakan metode

Problem Based Learning. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data awal siswa (dokumen sekolah) dan juga dipergunakan selama pelaksanaan penelitian dengan dokumentasi berupa foto. Wawancara digunakan untuk mengetahui sejauh mana penerapan model pembelajaran terlaksana dan dapat diterima dengan baik oleh siswa. Observasi digunakan untuk memperoleh data keaktifan siswa dan data keterlaksanaan sintaks metode Problem based Learning. Untuk melihat perbandingan perubahan perilaku siswa dibuat kisi-kisi lembar pengamatan yang didasarkan atas enam jenis aktifitas seperti pada tabel 1 berikut.

Tabel 1 Indikator Pengamatan Keaktifan Siswa [15]

No Jenis Aktivitas Indikator

1. Visual Activities (aktifitas visual) adalah aktifitas yang dilakukan siswa yang mengandalkan indera penglihatannya yang berhubungan dengan materi yang diajarkan.

1. Siswa fokus memperhatikan video tutorial terkait materi adobe photoshop.

(17)

aktifitas yang dilakukan siswa yang mengandalkan lisannya.

materi serta berani mengajukan pertanyaan terkait materi yang belum dipahami dari video tutorial.

3. Motor Activities (aktifitas motor) adalah aktifitas yang dilakukan siswa berkaitan dengan kemampuan motoriknya.

1. Siswa mampu berdiskusi dan bekerja sama dengan kelompok dalam memecahkan masalah soal cerita yang berkaitan dengan materi. 4. Writing Activities

( aktifitas menulis) adalah aktifitas siswa dalam kegiatan menulis materi yang telah disampaikan oleh guru.

1. Memecahkan masalah yang ada dalam materi pelajaran.

2. Memecahkan masalah yang ada dalam materi pelajaran.

3. Mengambil keputusan dalam memecahkan masalah. 6. Emotional Activities (aktifitas emosional)

adalah aktifitas emosional siswa dalam proses pembelajaran.

1. Bersemangat dan berani

mengemukakan setiap gagasannya. 2. Mengerjakan soal tes secara individu

dengan baik (tidak mencontek teman).

Pengukuran hasil pengamatan menggunakan skala likert karena jawaban setiap instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai dengan negatif, yang dapat berupa kata dan diberi skor atau nilai [16]. Kategori penilaian dikualifikasikan dalam empat kategori yaitu amat baik, baik, cukup dan kurang. Interval dalam setiap kategori diperoleh melalui perhitungan distribusi frekuensi pada perhitungan statistika sederhana. Berikut kualifikasi penilaian serta panjang interval dalam setiap kategorinya.

Data observasi keaktifan siswa kemudian dinilai dengan kategori penskoran sebagai berikut ini:

1. Skor 1 jika pernyataan tersebut dilakukan oleh kurang dari 10% seluruh siswa.

2. Skor 2 jika pernyataan tersebut dilakukan oleh tidak kurang dari 11% tidak lebih dari 40% seluruh siswa.

3. Skor 3 jika pernyataan tersebut dilakukan oleh tidak kurang dari 41% tidak lebih dari 70% seluruh siswa.

4. Skor 4 jika pernyataan tersebut dilakukan oleh tidak kurang dari 71% tidak lebih dari 100% seluruh siswa.

Perhitungan yang digunakan untuk mengukur persentase keaktifan siswa adalah sebagai berikut :

Persentase Keaktifan Siswa

(18)

adalah expert judgement. Validitas dilakukan dengan memintakan pendapat para ahli untuk menilai ketepatan isi butir instrumen [17].

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif merupakan data yang berupa angka atau bilangan, baik yang diperoleh dari hasil pengukuran maupun diperoleh dengan cara mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif [17]. Analisis data kuantitatif dapat dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif dapat dilakukan dengan memanfaatkan statistika sederhana seperti menghitung rata-rata (mean) dan menghitung persentase. Analisis deskriptif ini digunakan untuk menganalisis keaktifan belajar siswa dan nilai tes hasil belajar siswa pada ulangan harian materi CorelDraw serta sesudah dilakukan tindakan yakni nilai tes hasil belajar siklus I dan siklus II. Data tersebut diolah dan dihitung rata-rata sacara statistika, kemudian membandingkan nilai rata-rata siswa dari prasiklus, nilai tes siklus I dan nilai tes siklus II guna mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah keberhasilan klasikal. Keberhasilan klasikal dapat dicapai jika lebih dari atau sama dengan 80% dari jumlah siswa masuk dalam kategori tuntas [17]. Siswa dikategorikan tuntas apabila nilai yang diperoleh lebih dari atau sama dengan KKM sekolah. KKM yang ditetapkan oleh sekolah adalah 75.

4. Hasil dan Pembahasan

Deskripsi Prasiklus. Proses pembelajaran sebelum dilakukan tindakan, kecenderungan guru masih menggunakan metode konvensional (lama). Metode ceramah merupakan metode pembelajaran sehari-hari yang dilakukan oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajaran TIK. Media yang digunakan dalam pemberian materi diantaranya adalah papan tulis, buku materi terkait dan spidol. Seluruh fasilitas yang disediakan oleh sekolah seperti ruang multimedia atau laboratorium TIK tidak selalu dimanfaatkan dalam setiap pembelajaran. Guru tidak memanfaatkan fasilitas tersebut karena merasa lebih repot apabila siswa harus berpindah-pindah ruang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran TIK. Guru lebih nyaman mengajar dikelas jika dibandingkan harus membawa siswa berpindah ke ruang multimedia, karena tidak harus banyak mengurangi waktu belajar setiap pertemuannya. Pemanfaatan media yang kurang maksimal serta kegiatan belajar mengajar yang lebih mengutamakan penjelasan materi secara ceramah tanpa diimbangi dengan praktik sangat berpengaruh terhadap hasil belajar TIK siswa di SMA Negeri 1 Suruh khususnya siswa kelas XII IPS 1 yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Pengaruhnya siswa seringkali kurang memperhatikan dan meremehkan penjelasan materi dari guru dikarenakan merasa bosan bahkan terdapat beberapa siswa yang sampai mengantuk didalam kelas. Adapula siswa yang berbicara dengan temannya ketika guru menjelaskan materi kedepan kelas. Bahkan nampak beberapa siswa berulangkali menggunakan

handphone di kelas. Kondisi ini dirasa kurang kondusif untuk proses belajar mengajar. Keaktifan belajar siswa pada kondisi awal diperoleh jumlah skor 51 dengan dari jumlah skor total 88 item. Perolehan skor pada kondisi awal masuk dalam kategori kurang.

(19)

Kamis, tanggal 20 November 2014 dengna alokasi waktu 2 kali 45 menit. Kegiatan awal yang dilakukan oleh guru diantaranya menyiapkan ruang multimedia atau laboratorium TIK, menyiapkan peralatan pembelajaran seperti laptop dan LCD, mengucapkan salam, mengabsen siswa dan menanyakan kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Kegiatan inti dimulai dengan penayangan materi memanfaatkan media video tutorial. Guru mengamati keaktifan siswa melalui lembar observasi keaktifan belajar yang telah dibuat. Setelah penayangan materi melalui media video tutorial selesai, guru memeriksa pengetahuan yang telah diperoleh siswa. Guru melemparkan beberapa pertanyaan secara lisan terkait materi. Melalui beberapa contoh pertanyaan yang dilemparkan kepada siswa seusai penayangan materi, guru berdiskusi bersama dengan siswa. Guru memulai pembelajaran dengan menerapkan metode Problem Based Learning dengan membagikan lembar soal pada setiap siswa. Lembar soal tersebut harus dikerjakan sendiri oleh siswa selama tidak lebih dari 10 menit. Guru mengundi tiga siswa untuk maju mempersentasikan hasil pekerjaan mereka. Pengundian dilakukan sesuai dengan tanggal pada pertemuan ini, yaitu siswa yang bernomor absen 20, 11 dan 14 diminta untuk maju presentasi kedepan kelas. Sisa dari siswa yang tidak mendapat kesempatan maju mempresentasikan hasil belajarnya diminta untuk memperhatikan dengan baik. Guru meluruskan beberapa presetasi siswa yang masih salah. Pada akhir pertemuan guru mengingatkan kepada siswa bahwa pada pertemuan selanjutnya akan diberikan tugas secara berkelompok terkait materi yang sudah diberikan. Siswa diminta untuk tetap belajar dirumah. Guru mengucapkan salam penutup kepada siswa.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin tanggal 24 November 2014. Kegiatan awal pembelajaran yang dilakukan adalah menyiapkan seluruh peralatan pembelajaran, mengucapkan salam, mengabsen kehadiran siswa serta menyampaikan tujuan dari pembelajaran. Kegiatan inti dimulai dari penayangan ulang materi pengertian serta fungsi dari menu dan ikon yang terdapat pada perangkat lunak pembuat desain grafis melalui media video tutorial. Sesuai penayangan, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum diapahami. Selanjutnya siswa dibagi dalam kelompok yang setiap kelompok beranggotakan empat sampai lima siswa dan salah satu pilih sebagai ketua. Masing-masing ketua kelompok diminta maju kedepan untuk mengambil nomor urutan presentasi. Guru membagi soal dan lembar jawaban kepada setiap kelompok. Setiap kelompok diminta untuk mendiskusikan permasalahan yang diperoleh, selanjutnya dipresentasikan kedepan sesuai dengan nomor urutan. Guru mendampingi kegiatan pembelajaran serta mengamati dan mencatat keaktifan dari masing-masing siswa pada lembar keaktifan belajar siswa yang telah dibuat. Setelah selesai berdiskusi, masing-masing kelompok presentasi kedepan. Guru memberikan evaluasi pada presentasi dari masing-masing anggota kelompok. Guru menutup pembelajaran dengan salam dan mengingatkan siswa untuk mempelajari materi yang sudah diajarkan karena pada pertemuan selanjutnya akan diadakan postes I.

(20)

ketiga diisi dengan pelaksanaan tes evaluasi atau postes I untuk mengukur hasil belajar siswa selama satu siklus.

Setelah kegiatan pembelajaran pada siklus I terlaksana, dilakukan pengamatan dan refleksi terkait pelaksanaan pembelajaran bersama dengan observer (guru sebagai pengamat) dengan melihat kondisi guru dan siswa. Dengan adanya penerapan metode Problem Based Learning pada pelaksanaan siklus I mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar serta hasil belajar siswa. Akan tetapi peningkatan yang terjadi belum melampaui indikator keberhasilan. Dikarenakan hasil belajar yang diperoleh pada siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan, maka perlu dilakukan tindak lanjut pada pelaksanaan siklus ke dua dengan melakukan beberapa perbaikan. Beberapa perbaikan yang harus dilakukan pada pelaksanaan siklus II yaitu: 1. Guru harus lebih memotivasi siswa untuk lebih bersemangat dalam melakukan kegiatan pembelajaran, 2. Guru harus mampu memberikan pengertian kepada siswa untuk bersedia menerima setiap anggota kelompok tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lain, 3. Guru harus lebih baik dalam memberikan refleksi pada setiap presentasi siswa. Proses kegiatan PTK pada siklus I dapat dilihat pada pemaparan gambar 2 dibawah ini.

Deskripsi Siklus II. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 1 Desember 2014. Kegiatan awal yang dilakukan tidak jauh berbeda pada siklus pertama yaitu menyatlakan laptop dan LCD untuk menayangkan materi serta melakukan apersepsi kepada siswa. Kegiatan inti dimulai dari menampilkan

Gambar 2.a Penayangan materi melalui video tutorial

Gambar 2.b Penerapan PBL melalui diskusi kelompok

(21)

tayangan materi mengidentifikasi menu dan ikon yang terdapat pada perangkat lunak pembuat desain grafis dengan menggunakan media video tutorial. Guru mengorganisasi posisi tempat duduk siswa karena pada siklus sebelumnya terdapat siswa yang memiliki gangguan penglihatan dan tidak menjangkau tampilan LCD. Selesai penayangan materi guru memberikan kuis kepada siswa dengan melemparkan pertanyaan secara lisan kepada siswa untuk dijawab. Antusias siswa dalam menjawab kuis diamati oleh guru melalui lembar pengamatan keaktifan siswa yang telah dipersiapkan. Pembelajaran ditutup dengan melakukan refleksi terhadap jawaban yang diperoleh siswa serta menyimpulkan bersama-sama materi yang telah dipelajari hari ini. Guru menutup pembelajaran dengan salam.

Pertemuan kedua dilakukan pada hari kamis tanggal 4 Desember 2014. Kegaitan awal pembelajaran dimulai dengan apersepsi. Kegiatan inti dari pembelajaran dimulai dengan mengatur siswa dalam kelompok yang dipilih secara acak. Selanjutnya guru mulai menerapkan metode Problem Based Learning dengan membagikan soal kepada masing-masing kelompok untuk berdiskusi. Setiap kelompok diminta untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi dengan pemikiran dan diskusi bersama. Setiap masing-masing dari anggota kelompok diberikan kesempatan untuk mengemukakan setiap ide tanpa ada perbedaan. Setelah selesai melaksanakan diskusi kelompok, selanjutnya dilakukan presentasi. Guru mengevaluasi setiap presentasi dari masing-masing kelompok. Guru merevisi presentasi siswa yang belum berhasil. Akhir pembelajaran, guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan ini bersama-sama dengan siswa. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan salam.

Pertemuan ketiga dilakukan pada hari Senin, tanggal 8 Desember 2014 diisi dengan kegiatan evaluasi atau postes pada siklus kedua.

Pada akhir siklus, dilakukan pengamatan dan refleksi atas pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang telah selesai dilakukan pada siklus kedua. Berdasarkan pengamatan serta pengolahan data berbantuan statistika sederhana, keaktikan belajar siswa serta hasil belajar siswa meningkat lebih baik jika dibandingkan pada siklus ke satu. Hasil belajar yang diperoleh siswa pada akhir pertemuan telah melampaui indikator keberhasilan yaitu telah mencapai 80% siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus II dapat dilihat pada gambar 3 berikut.

Gambar 3.a Penayangan materi melalui video tutorial

(22)

Pembahasan Terkait Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa. Data terkait keaktifan belajar siswa diperoleh melalui observasi yang dilakukan pada setiap pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode Problem Based Learning. Alat ukur yang digunakan untuk mencatat skor keaktifan siswa adalah lembar observasi keaktifan belajar siswa yang terdiri dari 5 item. Rentang skor dari masing-masing item adalah antara 1 sampai dengan 4 sehingga perolehan skor maksimal keaktifan hasil belajar siswa sebanyak 20. Perhitungan data observasi keaktifan belajar siswa berdasarkan perolehan skor tiap indikator aktifitas yang diamati. Dara hasil observasi keaktifan siswa berdasarkan perolehan skor disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2 Perolehan Skor Keaktifan Belajar Siswa Antar Siklus

No Jenis Aktivitas Indikator Prasiklus Siklus I Siklus II

1. Visual Activities

(23)

dengan materi. setiap aktifitas cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan untuk jenis aktivitas visual (visual activities) pada indikator siswa fokus memperhatikan video tutorial terkait materi adobe photoshop pada Prasiklus mencapai 39%, Siklus I meningkat menjadi 70% dan Siklus II menjadi 91%. Persentase peningkatan pada aktifitas visual dari prasiklus ke siklus I sebesar 31% dikarenakan pemberian materi melalui penayangan bermedia video tutorial cukup menarik perhatian dan minat siswa untuk memahami materi adobe photoshop. Mulanya pada aktifitas visual yang diamati, tidak lebih dari 9 siswa yang mau memperhatikan materi, setelah dilakukan tindakan dengan memberikan materi melalui media video tutorial perhatian siswa meningkat menjadi 16 siswa. Peningkatan aktifitas visual pada indikator siswa fokus memperhatikan penayangan media video tutorial terkait materi adobe photoshop semakin meningkat pada pelaksanaan tindakan siklus II yaitu sebanyak 21 siswa yang terlihat semakin berminat memperhatikan penyampaian materi.

(24)

cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran. Siklus I mencapai 39% mengalami peningkatan atau terdapat sekitar 9 anak yang mulai berani mempresentasikan penyelesaian masalah yang diperolehnya baik secara individu maupun kelompok. Siklus II meningkat menjadi 70% atau 16 siswa yang semakin berani mengajukan pertanyaan terkait materi yang belum dipahami dari penayangan video tutorial kepada guru.

Jenis aktifitas motorik (motor activities) pada indikator siswa mampu berdiskusi dan bekerja sama dengan kelompok dalam memecahkan masalah soal cerita yang berkaitan dengan materi desain garfis (Adobe fhotoshop) pada Prasiklus mencapai 39% atau terdapat 9 siswa yang memenuhi indikator, Siklus I mencapai 70% atau terdapat 9 siswa yang memenuhi indikator. Peningkatan persentase pada aktifitas motorik dikarenakan melalui pendampingan dari guru siswa dalam kelompok mampu menjalankan diskusi kelompok dan dapat bekerja sama dengan anggota masing-masing dalam memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Siklus II mengalami ketetapan yaitu 70% atau terdapat 16 siswa yang memenuhi indikator. Meskipun dalam setiap siklus mengalami peningkatan, akan tetapi masih terdapat beberapa siswa yang masih belum mampu terlibat aktif dalam diskusi kelompok. Siswa yang demikian, cenderung pasif dan tidak banyak mengemukakan gagasannya selama proses pemecahan hingga penarikan kesimpulan pada setiap permasalah yang diterima.

Jenis Aktifitas menulis (writing activities) pada indikator siswa mencatat hal-hal penting yang berhubungan dengan materi adobe photoshop pada video tutorial pada Prasiklus mencapai 39% atau terdapat 9 siswa yang memenuhi indikator, Siklus I mencapai 70% atau terdapat 16 siswa yang memenuhi indikator, peningkatan tersebut terjadi karena siswa merasa perlu untuk mencatat materi-materi yang ditayangkan pada video sebagai bahan referensi belajar sebelum diadakan evaluasi akhir pembelajaran. Siklus II mencapai 96% atau terdapat 22 siswa yang memenuhi indikator. Sampai dengan siklus II, keaktifan siswa pada aktifitas menulis meningkat cukup tinggi. Hanya satu siswa saja yang sampai dengan akhir pelaksanaan siklus II tidak mencatat dengan alasan tayangan video terlalu cepat.

(25)

indikator, Siklus I mencapai 91% atau terdapat 21 siswa yang memenuhi indikator, dan Siklus II mencapai 96% atau terdapat 22 siswa yang memenuhi indikator.

Jenis aktifitas emosional (emotional activities) pada indikator pertama siswa bersemangat dan berani mengemukakan setiap gagasannya pada Prasiklus mencapai 39% atau terdapat 9 siswa yang memenuhi indikator. Pada siklus I mencapai 70% atau terdapat 16 siswa yang memenuhi indikator. Peningkatan persentase dikarenakan melalui pendampingan guru serta menarikanya materi yang diberikan melalui media video tutorial meningkatkan semangat serta keberanian siswa dalam mengemukakan setiap gagasannya. Siswa yang bersemangat dapat diamati dari sikap dan raut muka. Siklus II mengalami ketetapan persentase perolehan skor yaitu sebesar 70% atau terdapat 16 siswa yang memenuhi indikator. Pada indikator kedua yaitu siswa mengerjakan soal tes secara individu dengan baik (tidak mencontek teman) pada Prasiklus mencapai 39% atau terdapat 9 siswa yang memenuhi indikator, Siklus I mencapai 70% atau terdapat 16 siswa yang memenuhi indikator dan Siklus II mengalami ketetapan persentase sebesar 70% atau terdapat 16 siswa yang memenuhi indikator. Dengan kata lain 7 siswa lainnya belum mampu mengerjakan soal secara individu dikarena kurangnya penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan selama pelaksanaan pembelajaran melalui model problem based learning. Berdasarkan pengamatan guru selama pelaksanaan evaluasi dalam setiap akhir siklus I maupun siklus II, kejujuran siswa nampak dari sikap dan perilaku selama kegiatan evaluasi berlangsung. Meskipun masih terdapat beberapa siswa yang merasa tidak percaya diri hingga akhirnya bertanya kepada teman, akan tetapi tidak selalu teman disampingnya bersedia menanggapi dan memberikan jawaban atau memberikan contekan.

Rata-rata persentase keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran melalui metode Problem Based Learning mulanya pada Prasiklus sebesar 36%, setelah dilakukan tindakan sampai dengan akhir siklus I, keaktifan siswa meningkat menjadi 69% dan pada Siklus II mengalami peningkatan yang cukup baik yaitu sebesar 81%. Peningkatan yang terjadi dikarenakan adanya penerapan metode

Problem Based Learning yang dapat dengan baik diterima dan dilakukan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. Melalui Problem Based Learning, setiap siswa dapat mengapresiasikan seluruh gagasan yang dimiliki tanpa ada perbedaan dan batasan. Siswa dibimbing untuk dapat memecahkan setiap permasalahan baik secara individu maupun dalam kelompok. Dalam setiap akhir pembelajaran siswa dituntun untuk mendemonstrasikan setiap hasil yang mereka peroleh. Hal ini memicu keberanian siswa untuk tampil sehingga terjadi peningkatan keaktifan dari setiap individu. Sehingga dapat disimpulkan dengan adanya penerapan metode Problem Based Learning berbantuan media video tutorial dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dikelas XII SMA Negeri 1 Suruh Kabupaten Semarang.

(26)

pertemuan ketiga setiap siklusnya. Perbandingan statistik deskriptif berupa nilai terendah, nilai tertinggi, dan nilai rata-rata pada Prasiklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 3

Hasil Belajar TIK Antar Siklus Siswa

Keterangan Prasiklus Siklus I Siklus II

Nilai terendah 33 30 40

Nilai tertinggi 80 90 90

Nilai rata-rata 61 72 77

Tabel 4 menunjukkan perubahan nilai terendah dari Prasiklus, siklus I, dan siklus II. Nilai tersebut yaitu 33, 30, dan 40. Perubahan nilai terendah dari Prasiklus menuju siklus satu mengalami penurunan sebesar 3. Perubahan nilai terendah dari siklus I ke siklus II sebesar 10. Tabel 4.4 juga menunjukkan nilai tertinggi pada Prasiklus, siklus I, dan siklus II. Nilai tertinggi pada Prasiklus hanya mencapai 80. Nilai tertinggi pada siklus I meningkat menjadi 90. Pada siklus II nilai tertinggi mengalami ketetapan yaitu 90. Deskriptif data pada Tabel 4.4 juga memperlihatkan nilai rata Prasiklus, siklus I, dan siklus II. Nilai rata-rata Prasiklus sebesar 61. Rata-rata-rata kelas yang diperoleh siswa meningkat pada siklus I sebesar 11 menjadi 72. Rata-rata kelas meningkat kembali pada siklus II menjadi 77. Peningkatan rata-rata dari siklus I ke siklus II cukup tinggi yaitu sebesar 5.

Data hasil belajar siswa mulai dari Prasiklus, siklus I, dan siklus II juga menunjukkan siswa yang tuntas dan tidak tuntas. Siswa yang dinyatakan tuntas adalah siswa yang telah melampaui KKM yaitu sebesar 75. Siswa yang belum melampaui KKM dinyatakan belum tuntas. Gambar 5 menyajikan persentase ketuntasan antar siklus dalam bentuk diagram.

Gambar 4. Diagram persentase ketuntasan antar siklus

(27)

menjadi 83% atau 19 siswa. Berdasarkan data-data yang terkumpul di atas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan P roblem Based Learning (PBL) dengan berbantuan media video tutorial pada materi menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat desain grafis dapat meningkatkan hasil belajar TIK siswa.

5. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dapat disimpulkan bahwa, Penggunaan metode problem based learning (PBL) memanfaatkan video tutorial dalam pembelajaran TIK dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Hal ini dapat dibuktikan dengan data hasil observasi keaktifan siswa dengan memperoleh nilai Rata-rata persentase keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran melalui metode Problem Based Learning mulanya pada Prasiklus sebesar 36%, setelah dilakukan tindakan sampai dengan akhir siklus I, keaktifan siswa meningkat menjadi 69% dan pada Siklus II mengalami peningkatan yang cukup baik yaitu sebesar 81%. Peningkatan yang terjadi dikarenakan adanya penerapan metode Problem Based Learning yang dapat dengan baik diterima dan dilakukan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. Melalui Problem Based Learning, setiap siswa dapat mengapresiasikan seluruh gagasan yang dimiliki tanpa ada perbedaan dan batasan. Siswa dibimbing untuk dapat memecahkan setiap permasalahan baik secara individu maupun dalam kelompok. Penggunaan metode problem based learning (PBL) memanfaatkan video tutorial dalam pembelajaran TIK dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dibuktikan dengan data hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata siklus I 72% dan siklus II 77%, terjadi peningkatan persentase siswa yang tuntas pada setiap siklus ataupun setiap pertemuan. Hal tersebut membuktikan adanya pengaruh penerapan metode Problem Based Learning (PBL) memanfaatkan video tutorial terhadap keaktifan dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil dan simpulan penelitian ini, maka diberikan beberapa saran terkait pembelajaran TIK. Adapun saran yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini yaitu: 1). memberikan referensi metode pembelajaran dalam menyampaikan materi yang akan diajarkan kepada siswa, 2). sebagai reverensi bagi peneliti berikutnya yang tertarik menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) memanfaatkan media video tutorial untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran lainnya.

6. Daftar Pustaka

[1] Muhson Ali. 2009. Peningkatan Minat Belajar Dan Pemahaman Mahasiswa Melalui Penerapan Problem-Based Learning. Jurusan Pendidikan Ekonomi, FISE Universitas Negeri Yogyakarta. Volume 39, Nomor 2, November 2009, hal. 171-182.

[2] Pramudito. 2013. Pengembangan Media Pembelajaran Video Tutorial Pada Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan Standar Kompetensi Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Bubut Di SMK Muhammadiyah 1 Pla yen. Jurnal pendidikan teknik mesin, Edisi I No 5.

(28)

[4] Sari Nadya Laila. 2013. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika melalui Problem Based Learning Berbantuan CD Interaktif pada Siswa Kelas IVB SDN Wates 01 Semarang

[5] Yuliastuti 2010. Penerapan model pembela jaran problem based learning Dengan media video campact disk (vcd) dalam upaya Meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan Berpikir kritis mahasiswa ( studi kasus di AKPER rustida banyuwangi )

[6] Asmani, J. M. 2011. 7 Tip Aplikasi PAKEM : P embelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Jakarta: Diva Press.

[7] Wardoyo. 2013. Pembelajaran Konstruktivisme. Bandung. Alfabeta

[8] Amir, M. Taufiq. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning Bagaimana Pendidik Memberdayakan P emelajar di Era Pengetahuan. Jakarta Kencana Prenada Media Group.

[9] Rusman. 2012. Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada [10] Tim Redaksi Pusat Bahasa Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Edisi ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.

[11] Cheppy Riyana. 2007. Pedoman Pengembangan Media Video. Jakarta: P3AI UPI.

[12] Jihat, A, Haris, A. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo

[13] Hamalik, Oemar. (2013). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. [14] Kunandar. 2012. Penelitian tindakan kelas. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada [15] Hamalik,Oemar. 2002. Psikologi Belajar Mengajar: Sinar Baru Algesindo [16] Riduwan. 2010. Skala Pengukuran variabel-Variabel Penelitian. Bandung :

Alfabeta.

[17] Sugiyono. 2010. Metode P enelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.

Gambar

Gambar 1. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan McTaggart [14] Tahapan PTK model Kemmis dan McTaggart pada Gambar 1, terdiri dari tiga tahap, yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan dan observasi, dan tahap refleksi
Gambar 2 .a Penayangan materi melalui video tutorial
Gambar 3 .a Penayangan materi melalui video tutorial
Gambar 3 .d Presentasi siswa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini membuktikan bahwa kinerja pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Kerinci dipengaruhi oleh budaya organisasi secara positif karena dengan budaya organisasi

reguler pada perkembangan kegiatan ekonomi suatu negara. Siklus tersebut umumnya terdiri dari ekspansi yang terjadi pada saat tertentu ketika dunia usaha meningkatkan kegiatannya,

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa kompetensi, lingkungan kerja dan sistem reward memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai Kantor

Kajian-kajian meta analisis di Barat kebanyakanan para pakar psikologi transfortasi belum menunjukan kesamaan hasil kajian tentang faktor personaliti big five apa

Hasil analisis, desain, dan implementasi menghasilkan perangkat lunak laboratorium virtual yang disertai fasilitas pembentukan karakter denganevaluasiuntuk aspek isi

Persoalan  masyarakat  plural  sangat  berkaitrapat  dengan  latar  belakang  dan  sejarah  bermulanya  pembentukan  identiti  etnik  ( identity  formation)   di 

Hasil penelitian ini menunjukkan variabel independen pendidikan dan tinggi badan tidak ada yang berhubungan signifikan dengan keluhan GOTRAK (P > 0,01).. Pendidikan

Pencernaan lemak kemudian dilanjutkan di usus halus, lemak yang masuk dalam usus halus mengalami pencampuran dengan empedu dan cairan pankreas untuk