• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Implementasi Program Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Pintu Langit Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Implementasi Program Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Pintu Langit Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2016"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Posyandu 2.1.1 Pengertian Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya

Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama

masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan

masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh

pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi

(Kemenkes RI, 2011).

UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar

kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan

bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya.

Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif,

guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu

mengidentifikasi masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan

melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat (Kemenkes RI,

(2)

Selain itu Posyandu merupakan wadah pemberdayaan masyarakat yang

mengintegrasikan berbagai layanan social dasar yang meliputi paling sedikit 5 program

yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), Imnuisasi, Gizi dan

Penanggulangan Diare. Pelayanan ini merupakan keterpaduan dinamis yang meliputi

aspek sasaran, lokasi kegiatan, petugas penyelenggaraan dan dana. Konsep Posyandu

juga menekankan kemandirian dari masyarakat dalam pengelolaan Posyandu sesuai

dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat.

2.1.2 Tujuan Dan Sasaran Posyandu

Kemenkes RI (2011) menetapkan tujuan Posyandu sebagai berikut:

a. Tujuan Umum

Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu(AKI), Angka Kematian

Bayi (AKB), Angka Kematian Anak Balita (AKABA) dan mmbudayakan Norma

Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan

masyarakat.

b. Tujuan Khusus

- Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar,

terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.

- Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu, terutama

(3)

- Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama

yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA

c. Sasaran Posyandu

Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, terutamanya:

- Bayi

- Anak balita

- Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui

- Pasangan usia subur (PUS)

Selain itu ditetapkan pula fungsi dan manfaat Posyandu (Kemenkes RI, 2011), yaitu:

d. Fungsi Posyandu

- Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan

keterampilan dari petugas kepada masayarakat dan antar sesama masyarakat

dalam rangka mempercepat penurunan AKI, AKB dan AKABA.

- Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama

berkaitan dengan penurunan AKI, AKB, dan AKABA.

e. Manfaat Posyandu

1. Bagi masyarakat

- Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan

dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

- Memperoleh bantuan secara profesional dalam pemecahan masalah kesehatan

(4)

- Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan terpadu kesehatan dan sektor lain

terkait.

2. Bagi kader, pengurus Posyandu dan tokoh masyarakat

- Mendapatkan informasi terdahulu tentang upaya kesehatan yang terkait dengan

penurunan AKI dan AKB.

- Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat

menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI dan AKB.

3. Bagi Puskesmas

- Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan

berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan

kesehatan strata pertama.

- Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan

sesuai kondisi setempat.

- Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana melalui pemberian pelayanan

secara terpadu.

4. Bagi sektor lain

- Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah sektor

terkait, utamanya yang terkait dengan upaya penurunan AKI dan AKB sesuai

kondisi setempat.

- Meningkatkan efisiensi melalui pemberian perlayanan secara terpadu sesuai

(5)

2.1.3 Pengorganisasian Posyandu

Pengorganisasian Posyandu merupakan kedudukan Posyandu terhadap berbagai

sektor (Kemenkes RI, 2011), yaitu:

1.Kedudukan Posyandu terhadap Pemerintahan Desa/Kelurahan

Pemerintahan desa/kelurahan adalah instansi pemerintah yang bertanggung

jawab menyelenggarakan pembangunan di desa/kelurahan adalah sebagai wadah

pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang secara kelembagaan dibina oleh

pemerintahan desa/kelurahan.

2. Kedudukan Posyandu Terhadap Pokja Posyandu

Pokja Posyandu adalah kelompok kerja yang dibentuk di desa/kelurahan, yang

anggotanya terdiri dari aparat pemerintahan desa/kelurahan dan tokoh masyarakat yang

bertanggung jawab membina Posyandu. Kedudukan Posyandu terhadap Pokja adalah

sebagai satuan organisasi yang mendapat binaan aspek administratif, keuangan, dan

program dari Pokja.

3. Kedudukan Posyandu Terhadap Berbagai UKBM

UKBM adalah bentuk umum wadah pemberdayaan masyarakat di bidang

(6)

UKBM dan pelbagai lembaga kemasyarakatan /LSM desa/kelurahan yang bergerak di

bidang kesehatan adalah sebagai mitra.

4. Kedudukan Posyandu Terhadap Konsil Kesehatan Kecamatan

Konsil Kesehatan Kecamatan adalah wadah pemberdayaan masyarakat di bidang

keshatan yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat di kecamatan yang berfungsi

menaungi dan mengkoordinir setiap Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat

(UKBM). Kedudukan Posyandu Terhadap Konsil Kesehatan Kecamatan adalah sebagai

satuan organisasi yang mendapat arahan dan dukungan sumberdaya dari Konsil

Kesehatan Kecamatan

5. Kedudukan Posyandu Terhadap Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang

bertanggung jawab melaksanakan pembangunan kesehatan di kecamatan. Kedudukan

Posyandu terhadap Puskesmas adalah sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di

bidang kesehatan yang secara teknis medis dibina oleh Puskesmas.

2.1.4 Penyelenggaraan Posyandu

Kegiatan rutin Posyandu diselenggarakan dan digerakkan oleh Kader Posyandu

dengan bimbingan teknis dari Puskesmas dan sektor terkait. Pada saat penyelenggaraan

Posyandu minimal jumlah kader adalah 5 (lima) orang. Jumlah ini sesuai dengan jumlah

(7)

Kegiatan yang dilaksanakan pada setiap langkah serta para

penanggungjawabpelaksanaannya secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut

(Kemenkes RI, 2011):

Langkah Kegiatan Pelaksana

Pertama Pendaftaran Kader

Kedua Penimbangan Kader

Ketiga Pengisian KMS Kader

Keempat Penyuluhan Kader

Kelima Pelayanan

Kesehatan

Kader atau bersama

petugas kesehatan

33

Selain itu, terselenggaranya pelayanan Posyandu melibatkan banyak pihak. Adapun

tugas dan tanggungjawab masing-masing pihak dalam menyelenggarakan Posyandu

adalah sebagai berikut (Kemenkes RI, 2011):

1. Kader

Sebelum hari buka Posyandu, antara lain:

a. Menyebarluaskan hari buka Posyandu melalui pertemuan warga setempat.

b. Mempersiapkan tempat pelaksanaan Posyandu.

(8)

d. Melakukan pembagian tugas antar kader.

e. Berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya.

f. Mempersiapkan bahan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) penyuluhan.

Pada hari buka Posyandu, antara lain:

a. Melaksanakan pendaftaran pengunjung Posyandu.

b. Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang berkunjung ke Posyandu.

c. Mencatat hasil penimbangan di buku KIA atau Kartu Menuju Sehat (KMS) dan

mengisi buku registerPosyandu.

d. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) pada ibu hamil dan WUS.

e. Melaksanakan kegiatan penyuluhan dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan

hasil penimbangan serta memberikan PMT.

f. Membantu petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan dan KB sesuai

kewenangannya.

g. Setelah pelayanan Posyandu selesai, kader bersama petugas kesehatan melengkapi

pencatatan dan membahas hasil kegiatan serta tindak lanjut.

Di luar hari buka Posyandu, antara lain:

a. Mengadakan pemutakhiran data sasaran Posyandu: ibu hamil, ibu nifas dan

(9)

b. Membuat diagram batang (balok) SKDN tentang jumlah Semua balita yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu, jumlah balita yang mempunyai Kartu Menuju Sehat (KMS) atau Buku KIA, jumlah balita yang Datang pada hari buka Posyandu dan jumlah balita yang timbangan berat badannya Naik.

c. Melakukan tindak lanjut terhadap sasaran yang tidak datang dan sasaran yang

memerlukan penyuluhan lanjutan.

d. Memberitahukan kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke Posyandu saat hari

buka .

e. Melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh masyarakat, dan menghadiri pertemuan

rutin kelompok masyarakat atau organisasi keagamaan.

2. Petugas Puskesmas

Kehadiran tenaga kesehatan Puskesmas yang diwajibkan di Posyandu satu kali

dalam sebulan. Dengan perkataan lain kehadiran tenaga kesehatan Puskesmas tidak

pada setiap hari buka Posyandu (untuk Posyandu yang buka lebih dari 1 kali dalam

sebulan). Peran petugas Puskesmas pada hari buka Posyandu antara lain sebagai berikut:

a. Membimbing kader dalam penyelenggaraan Posyandu.

b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan Keluarga Berencana di langkah 5 (lima).

Sesuai dengan kehadiran wajib petugas Puskesmas, pelayanan kesehatan dan KB oleh

petugas Puskesmas hanya diselenggarakan satu kali sebulan. Dengan perkataan lain jika

hari buka Posyandu lebih dari satu kali dalam sebulan, pelayanan tersebut

(10)

c. Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling kesehatan, KB dan gizi kepada

pengunjung Posyandu dan masyarakat luas.

d. Menganalisa hasil kegiatan Posyandu, melaporkan hasilnya kepada Puskesmas serta

menyusun rencana kerja dan melaksanakan upaya perbaikan sesuai dengan kebutuhan

Posyandu.

e. Melakukan deteksi dini tanda bahaya umum terhadap Ibu Hamil, bayi dan anak balita

serta melakukan rujukan ke Puskesmas apabila dibutuhkan.

3. Stakeholder (Unsur Pembina dan Penggerak Terkait)

a. Camat, selaku penanggung jawab Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Posyandu

kecamatan:

1) Mengkoordinasikan hasil kegiatan dan tindak lanjut kegiatan Posyandu.

2) Memberikan dukungan dalam upaya meningkatkan kinerja Posyandu.

3) Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan Posyandu secara teratur.

b. Lurah/Kepala Desa atau sebutan lain, selaku penanggung jawab Pokja Posyandu

desa/kelurahan:

1) Memberikan dukungan kebijakan, sarana dan dana untuk penyelenggaraan Posyandu.

2) Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk dapat hadir pada hari buka

(11)

3) Mengkoordinasikan peran kader Posyandu, pengurus Posyandu dan tokoh

masyarakat untuk berperan aktif dalam penyelenggaraan Posyandu.

4) Menindaklanjuti hasil kegiatan Posyandu bersama Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat (LPM), Lembaga Kemasyarakatan atau sebutan lainnya.

5) Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan Posyandu secara teratur.

c. Instansi/Lembaga Terkait:

1) Badan / Kantor / Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD)

berperan dalam fungsi koordinasi penyelenggaraan pembinaan, penggerakan peran serta

masyarakat, pengembangan jaringan kemitraan, pengembangan metode pendampingan

masyarakat, teknis advokasi, fasilitasi, pemantauan dan sebagainya.

2) Dinas Kesehatan, berperan dalam membantu pemenuhan pelayanan sarana dan

prasarana kesehatan (pengadaan alat timbangan, distribusi Buku KIA atau KMS,

obat-obatan dan vitamin) serta dukungan bimbingan tenaga teknis kesehatan.

3) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) KB di Provinsi dan Kabupaten/Kota,

berperan dalam penyuluhan, penggerakan peran serta masyarakat melalui Bina Keluarga

Balita (BKB) dan Bina Keluarga Lansia (BKL).

4) Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BAPPEDA), berperan dalam

koordinasi perencanaan umum, dukungan program dan anggaran serta evaluasi.

5) Kantor Kementerian Agama, Dinas Pendidikan, Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian

(12)

dalam mendukung teknis operasional Posyandu sesuai dengan peran dan fungsinya

masing-masing.

d. Kelompok Kerja (Pokja) Posyandu:

1) Mengelola berbagai data dan informasi yang berkaitan dengan kegiatan Posyandu.

2) Menyusun rencana kegiatan tahunan dan mengupayakan adanya sumber-sumber

pendanaan untuk mendukung kegiatan pembinaan Posyandu.

3) Melakukan analisis masalah pelaksanaan program berdasarkan alternatif pemecahan

masalah sesuai dengan potensi dan kebutuhan desa/kelurahan.

4) Melakukan bimbingan dan pembinaan, fasilitasi, pamantauan dan evaluasi terhadap

pengelolaan kegiatan dan kinerja kader Posyandu secara berkesinambungan.

5) Menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong, dan swadaya

masyarakat dalam mengembangkan Posyandu.

6) Mengembangkan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan.

7) Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan Posyandu kepada Kepala Desa/Lurah dan

Ketua Pokjanal Posyandu Kecamatan.

2.2Kegiatan Posyandu

Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan /

(13)

A. Kegiatan Utama

1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

a. Ibu Hamil

Pelayanan yang diberikan untuk ibu hamil mencakup:

1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan

darah, pemantauan nilai status gizi (pengukuran lingkar lengan atas), pemberian

tablet besi, pemberian imunisasi Tetanus Toksoid, pemeriksaan tinggi fundus

uteri, temu wicara (konseling) termasuk Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan dibantu oleh kader. Apabila ditemukan kelainan, segera

dirujuk ke Puskesmas.

2) Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselengarakan Kelas Ibu

Hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain sesuai dengan

kesepakatan. Kegaiatan Kelas Ibu Hamil antara lain sebagai berikut:

a) Penyuluhan; tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan, persiapan

menyusui, KB dan gizi.

b) Perawatan payudara dan pemberian ASI

c) Peragaan pola makan ibu hamil

d) Perawatan bayi baru lahir

e) Senam ibu hamil

b. Ibu Nifas dan Menyusui

(14)

1) Penyuluhan/konseling kesehatan, KB Pasca persalinan, Inisiasi Menyusui Dini

(IMD) dan ASI eksklusif dan gizi

2) Pemberian kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI (1 kapsul segera setelah

melahirkan dan kapsul lagi 24 jam setelah pemberian kapsul pertama).

3) Perawatan payudara

4) Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara, pemeriksaan

fundus uteri (rahim) dan pemeriksaan lochia oleh petugas kesehatan. Apabila

ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.

c. Bayi dan Anak Balita

Pelayanan Posyandu untuk bayi dan anak balita harus dilakukan secara

menyenangkan dan memacu kreativitas tumbuh kembangnya. Jika ruang pelayanan

memadai, pada waktu menunggu giliran pelayanan, anak balita sebaiknya tidak

digendong melainkan dilepas bermain sesama balita dengan penagwasan orangtua di

bawah bimbingan kader. Untuk itu perlu disediakan sarana permainan yang sesuai

dengan umur balita. Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu utnuk

balita mencakup:

1) Penimbangan berat badan

2) Penentuan status pertumbuhan

(15)

4) Jika ada tenaga kesehatan dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan

deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke

Puskesmas.

2. Keluarga Berencana (KB)

Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader adalah pemberian

kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dapat

dialkuakn pelayanan suntikan KB dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan

peralatan yang menunjang serta tenaga yang terlatih dapat dilakukan pemasangan IUD

dan implant.

3. Imunisasi

Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas Puskesmas. Jenis

imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program terhadap bayi dan ibu hamil.

4. Gizi

Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Jenis pelayanan yang diberikan

meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan

dan konseling gizi, pemberian makanan tambahan (PMT) lokal, suplementasi viatamin

A dan tablet Fe. Apabila ditemukan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), balita yang

berat badannya tidak naik dua kali berturut-turut atau berada di bawah garis merah

(16)

5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare

Pencegahan diare di posyandu dilakukan dengan Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu dilakukan melalui pemberian

oralit. Apabila diperlukan penanganan lebih lanjut akan diberikan obat Zink oleh

petugas kesehatan.

B. Kegiatan Pengembangan

Dalam keadaan tertentu masyarakat dapat menambah kegiatan Posyandu dengan

kegiatan baru, di samping 5 (lima) kegiatan utama yang telah ditetapkan. Kegiatan baru

tersebut misalnya: perbaikan kesehatan lingkungan, pengendalian penyakit menular, dan

berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya. Posyandu yang seperti ini

disebut dengan nama Posyandu Terintegrasi. Penambahan kegiatan baru dilakukan

apabila 5 kegiatan utama telah dilaksanakan dengan baik dalam arti cakupannya di atas

50%, serta tersedia sumber daya yang mendukung. Penetapan kegiatan baru harus

mendapat dukungan dari seluruh masyarakat yang tercermin dari hasil Survey Mawas

Diri (SMD) dan disepakati bersama melalui forum Musyawarah Masyarakat Desa

(MMD). Pada saat ini telah dikenal beberapa kegiatan tambahan Posyandu yang telah

diselenggarakan antara lain:

- Bina Keluarga Balita (BKB).

(17)

- Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB),

misalnya: Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), Demam Berdarah Dengue (DBD),

gizi buruk, Polio, Campak, Difteri, Pertusis, Tetanus Neonatorum.

-Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

-Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).

-Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB – PLP).

-Program diversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan, melalui

Taman Obat Keluarga (TOGA).

-Kegiatan ekonomi produktif, seperti: Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga

(UP2K), usaha simpan pinjam.

-Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Tabungan Masyarakat (Tabumas).

-Kesehatan lanjut usia melalui Bina Keluarga Lansia (BKL).

-Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR).

-Pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil dan penyandang masalah

kesejahteraan sosial.

2.3 Perkembangan Posyandu

Untuk mengetahui tingkat perkembangan Posyandu, telah dikembangkan

metode dan alat telaahan perkembangan Posyandu, yang dikenal dengan nama Telaah

(18)

perkembangan Posyandu yang secara umum dibedakan atas 4 tingkat sebagai berikut

(Kemenkes RI, 2011):

1. Posyandu Pratama

Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh

kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader sangat

terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang. Penyebab tidak terlaksananya kegiatan rutin

bulanan Posyandu, di samping karena jumlah kader yang terbatas, dapat pula karena

belum siapnya masyarakat. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat

adalah memotivasi masyarakat serta menambah jumlah kader.

2. Posyandu Madya

Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan

lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau

lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah, yaitu kurang dari 50%.

Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah meningkatkan

cakupan dengan mengikutsertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih

menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan Posyandu. Contoh intervensi yang dapat

dilakukan antara lain:

a. Pelatihan tokoh masyarakat, menggunakan Modul Posyandu dengan metode simulasi.

b. Menerapkan Survei Mawas Diri(SMD) dan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) di

Posyandu, dengan tujuan untuk merumuskan masalah dan menetapkan cara

(19)

3. Posyandu Purnama

Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan

lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau

lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan

program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang

dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di

wilayah kerja Posyandu. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat

antara lain:

a. Sosialisasi program dana sehat yang bertujuan untuk memantapkan pemahaman

masyarakat tentang dana sehat.

b. Pelatihan dana sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh dana sehat yang kuat,

dengan cakupan anggota lebih dari 50% KK. Peserta pelatihan adalah para tokoh

masyarakat, terutama pengurus dana sehat desa/kelurahan, serta untuk kepentingan

Posyandu mengikutsertakan pula pengurus Posyandu.

4. Posyandu Mandiri

Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan

lebih dari 8 kali per tahun,dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau

lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan

program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang

dikelola oleh masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal di

(20)

pembinaan program dana sehat, sehingga terjamin kesinambungannya. Selain itu dapat

dilakukan intervensi memperbanyak macam program tambahan sesuai dengan masalah

dan kemampuan masing masing. Adapun indikator tingkat perkembangan posyandu

adalah sebagai berikut:

No. Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri

1. Frekwensi

Pembinaan Posyandu dilakukan secara berjenjang dari pusat, provinsi,

kabupaten/kota, kecamatan, dan desa/kelurahan. Di tingkat pusat, provinsi,

kabupaten/kota, dan kecamatan pembinaan dilakukan oleh Kelompok Kerja Operasional

(Pokjanal) Posyandu dan di tingkat desa/kelurahan dilakukan oleh Kelompok Kerja

(21)

program, aspek kelembagaan, dan aspek personel atau sumber daya manusia pengelola

Posyandu. Unsur-unsur yang ada dalam pengorganisasian Pokjanal/ Pokja Posyandu

tidak terbatas hanya pada komponen instansi pemerintah saja, tetapi juga melibatkan

unsur-unsur lain seperti Lembaga Profesi, Perguruan Tinggi, LSM, Swasta/Dunia

Usaha, dan sebagainya. Tujuan pengorganisasian Pokjanal/Pokja Posyandu adalah

untuk mengkoordinasikan berbagai upaya pembinaan yang berkaitan dengan

peningkatan fungsi dan kinerja Posyandu yang secara operasional dilaksanakan oleh

unit atau kelompok kerja pengelola Posyandu di desa, melalui mekanisme pembinaan

secara berjenjang oleh Pokjanal Posyandu di daerah (Kemenkes RI, 2011).

Pokjanal Posyandu desa/kelurahan mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Mengelola berbagai data dan informasi yang berkaitan dengan kegiatan

Posyandu di desa/kelurahan

b. Melakukan rencana kegiatan tahunan dan mengupayakan adanya

sumber-sumber pendanaan untuk mendukung kegiatan pembinaan Posyandu

c. Melakukan analisis masalah pelaksanaan program berdasarkan alternative

pemecahan maslah sesuai dengan potensi dan kebutuhan desa/kelurahan

d. Melakukan bimbingan, pembinaan, fasilitas, pemantauan dan evaluasi terhadap

pengelolaan kegiatan dan kinerja kader Posyandu secara berkesinambungan.

e. Menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong, dan swadaya

masyarakat dalam mengembangkan Posyandu.

(22)

g. Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Desa/Lurah dan Ketua

Pokjanal Posyandu Kecamatan.

Selain itu, Pokja/Pokjanal Posyandu mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Penyaluran aspirasi masyarakat dalam mengembangkan Posyandu

b. Pelaksanaan kebijakan pemerintah dalam pembinaan Posyandu

c. Pengoordinasian pelaksanaan program yang berkaitan dengan pengembangan

Posyandu.

d. Peningkatan kualitas pelayanan Posyandu kepada masyarakat.

e. Pengembangan kemitraan dalam pembinaan Posyandu.

2.5 Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar Posyandu

Pada tahun 2011 Pemerintah mengeluarkan peraturan tentang Pedoman

Pengintegrasan Layanan Sosial Dasar di Posyandu. Pengintegrasian Layanan ini

merupakan upaya yang dilakukan pemerintah untuk mensinergikan berbagai layanan

yang dibutuhkan masyarakat meliputi perbaikan kesehatan dan gizi, pendidikan dan

perkembangan anak, peningkatan ekonomi keluarga, ketahanan pangan dan keluarga

dan keseahteraan social. Peneyelenggaraan layanan ini dilakukan dengan terlebih

dahulu melakukan pemetaan potensi dan permasalahan di suatu wilayah meliputi

kondisi Posyandu, jumlah keluarga, kader, partisipasi masyarakat dan sarana prasarana.

Pengintegrasian layanan social dasar di Posyandu ini meliputi:

(23)

b. Pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan

c. Perilaku hidup bersih dan sehat

d. Kesehatan usia lanjut

e. BKB (Bina Kesehatan Balita)

f. Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

g. Percepatan penganekaragaman konsumsi pangan

h. Pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil dan penyanang masalah

kesejahteraan social

i. Kesehatan reproduksi remaja

j. Peningkatan ekonomi keluarga

Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar ini diselenggarakan oleh pengelola Posyandu

dan kader. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan dilakukan oleh Pokja/Pokjanal. Selain

itu pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh pemerintah setempat. Pembinaan dan

pengawasan dilakukan melalui:

a. Sosialisasi

b. Rapat koordinasi

c. Konsultasi

d. Workshop

e. Lomba

f. Penghargaan, dan

(24)

2.6 Konsep Implementasi Program

Kusumanegara (2010) mendefinisikan implementasi sebagai proses administrasi

dari hukum yang didalamnya tercakup keterlibatan berbagai actor, organisasi, prosedur,

dan teknik yang dilakukan agar kebijakan yang telah ditetapkan mempunyai akibat,

yaitu tercapainya tujuan kebijakan. Implementasi dapat dikonseptualisasikan sebagai

proses karena yang didalamnya terdapat serangkaian aktivitas yang berkelanjutan.

Konsep implementasi juga harus diperhatikan dari berbagi aspek pemahaman seperti

proses, output, dan outcome.

Fungsi implementasi sendiri berguna untuk membentuk suatu hubungan yang

memungkinkan tujuan-tujuan ataupun sasaran-sasaran kebijakan public sebagai

outcome kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah. Selain itu fungsi implementasi

terdiri pula dari cara-cara atau sarana-sarana tertentu yang dirancang/didesain secara

khusus serta diarahkan menuju tercapainya tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang yang

dikehendaki. Mendalami implementasi berarti berusaha untuk memahami apa yang

senyatanya terjadi sesudah suatu program diberlakukan atau dirumuskan, yakni

peristiwa dan kegiatan-kegiatan yang terjadi setelah proses legislasi, baik menyangkut

usaha-usaha untuk memberikan dampak tertentu pada masyarakat ataupun

peristiwa-peristiwa (Wahab, 2008).

Widodo (2011) memberikan kesimpulan bahwa implementasi merupakan suatu

proses yang melibatkan sejumlah sumber yang termasuk manusia, dana, dan

(25)

atau kelompok). Proses itu dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya oleh pembuat kebijakan. Dalam menjalankan implementasi program tentu

tidak berjalan mulus. Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan

sebuah implementasi. Untuk menggambarkan secara jelas variabel atau faktor yang

berpengaruh penting pada implementasi program, maka digunakan berbagai model

implementasi program.

Terdapat beberapa model implementasi menurut para ahli. Berikut diuraikan

beberapa model-model tersebut.

a. Model Donald Van Metter dan Carl Van Horn

Menurut Van Matter dan Carl Van Horn (dalam Kusumanegara, 2010) ada 6

variabel yang memengaruhi kinerja kebijakan, yaitu:

1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Kinerja implementasi kebijakan ini dapat diukur apabila ukuran dan tujuan

kebijakan realistis dengan sosiokultur yang ada di level pelaksana kebijakan.

2. Sumberdaya

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan

memanfaatkan sumber daya yang tersedia.

3. Karakteristik Agen Pelaksana

Agen pelaksana meliputi organisasi formal dan organisasi informal yang terlibat

dalam pelaksanaan kebijakan/program akan banyak dipenagruhi cirri-ciri yang tepat

(26)

kebijakan perlu juga diperhitungkan ketika hendak menentukan agenda pelaksana.

Semakin luas implementasi kebijakan semakin besar pula agen yang terlibat.

4. Sikap/Kecenderungan Pelaksana

Penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana akan sangat banyak mempengaruhi

keberhasilan dari implementasi kebijakan. Hal ini sangat mungkin terjadi karena

kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi orang-orang yang terkait

langsung dengan kebijakan yang memahami secara mendalam permasalahan.

5. Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Pelaksana

Dalam implementasi kebijakan public komunikasi merupakan hal yang sangat

penting. Semakin baik komunikasi diantara para agen pelaksana maka diasumsikan

kesalahan-kesalahan yang terjadi akan lebih kecil.

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik

Menurut Van Metter dan Van Horn hal terakhir yang perlu diperhatikan guna

menilai kinerja implementasi adaah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong

keberhasilan kebijakan public yang telah ditetapkan. Lingkungan social, ekonomi, dan

politik yang tidak kondusif dapat menjadi penyebab dari kegagalan kinerja

implementasi kebijakan. Oleh karena itu upaya untuk mengimplementasikan kebijakan

harus memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan eksternal.

b. Model Brian W.Hogwood dan Lewis A. Gunn

Model ini sering disebut sebagai “the down approach”. Menurut Hogwood dan Gunn

(27)

maka diperlukan beberapa persyaratan. Persyaratan ini harus diperhatikan dengan

seksama agar implementasi kebijakan dapat dilaksanaka dengan baik.

Persyaratan-persyaratan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kondisi eksternal yang dihadapi oleh badan/instansi pelaksana tidak akan

menimbulkan gangguan/kendala yang serius.

2. Tersedia waktu dan sumber-sumber yang cukup memadai

3. Perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar tersedia.

4. Kebijakan yang akan diimplementasikan didasari pada hubungan kausalitas yang

handal

5. Hubungan kausalitas yang bersifat langsung dan hanya sedikit mata rantai

penghubungnya.

6. Hubungan saling ketergantungan harus kecil.

7. Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan.

8. Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat.

9. Komunikasi dan koordinasi yang sempurna.

10. Pihak-pihak yang memiliki wewenang/kekuasaan dapat menuntut dan

mendapatkan kepatuhan yang sempurna.

c. Model George Edward III

Menurut George Edward III (dalam Widodo, 2010) terdapat 4 faktor yang

mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan implementasi yaitu faktor komunikasi,

sumber daya, disposisi dan struktur pelaksana.

(28)

Diartikan sebagai proses penyampaian informasi komunikator kepada komunikan.

Hal ini menyangkut bagaimana program dikomunikasikan kepada organisasi dan/atau

public. Implementor harus mengetahui apa yang harus dilaksanakan, apa yang menjadi

tujuan dan sasaran sehingga mengurangi distorsi implementasi. Jika tujuan dan sasaran

tidak jelas dan bahkan tidak diketahui samasekali oleh kelompok sasaran maka

kemungkinan akan menjadi resistensi dari kelompok sasaran. Komunikasi memiliki

beberapa dimensi yaitu:

a. Dimensi transmisi (transmission) yaitu menghendaki agar program tidak hanya

disampaikan kepada pelaksana kebijakan namun juga disampaikan kepada

kelompok sasaran dan pihak lain yang berkepentingan baik secara langsung

maupun tidak langsung.

b. Dimensi kejelasan (clarity) yaitu menghendaki agar kebijakan yang

ditransmisikan kepada pelaksana, target group, dan yang berkepentingan secara

jelas sehingga mereka mengerti maksud, tujuan, sasaran, serta substansi program

sehingga masing-masing mengetahui apa yang mesti dipersiapkan serta

dilaksanakan untuk mensukseskan kebijakan tersebut secara efektif dan efisien.

c. Dimensi konsistensi (consistency) yang diperlukan agar informasi tidak simpang

siur sehingga membingungkan pelaksana kepentingan , target group dan

pihak-pihak yang berkepentingan.

2. Sumberdaya

Sumberdaya merupakan hal yang penting dalam implementasi. Apabila

(29)

akan berjalan dengan efektif. Sumberdaya ini meliputi sumberdaya manusia,

sumberdaya anggaran, sumberdaya peralatan, dan sumberdaya kewenangan.

3. Disposisi

Disposisi merupakan watak dan karakter/sikap yang dimiliki implementor dalam

menjalankan program seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila

implementor memiliki disposisi yang baik maka dia akan menjalankan kebijakan

dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Jika implementor

memiliki sifat /perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses

implementasi kebijakan menjadi tidak efektif.

2. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi merupakan struktur yang bertugas mengimplementasikan

program seperti ketersediaan SOP (standard operating procedures) dan stuktur

organisasi masyarakat yang bertugas melaksanakan program.

2.7 Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini untuk melihat 4 variabel yang mempengaruhi keberhasilan

implementasi program Posyandu. Fokus penelitian disusun sebagai berikut:

(30)

Adapun defenisi dari fokus penelitian, yaitu:

a. Komunikasi: bagaimana komunikasi tentang penyelenggaraan Posyandu

dilakukan selama ini. Apakah sudah dikomunikasikan dengan jelas kepada para

pelaksana tentang konsep penyelenggaraan Posyandu yang meliputi perencanaan

penyelenggaraan; pelaksanaan kegiatan; pelaporan dan pemantauan; evaluasi ;

dan pembinaan Posyandu.

b. Sumberdaya: meliputi sumberdaya manusia, sumberdaya peralatan, dan

sumberdaya financial.

c. Disposisi: bagaimana sikap dan persepsi implementor tentang pelaksanaan

program Posyandu.

d. Struktur organisasi: apakah ada struktur organisasi yang jelas tentang pembagian

peran dalam penyelenggaraan Posyandu.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Demikian Surat Penugasan/ljin ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebegaimana mestinya dan setelah selesai tugas dirnohon untuk melaporkan hasilnya. Agar menjadikan

Pada tampilan pilihan menu ini laboran dapat melakukan beberapa interaksi antara lain menambahkan data barang, menambahkan data lokasi, menambahkan kondisi, menambahkan riwayat

Hipotesis nol (Ho) dalam penelitian ini adalah tidak terdapat pengaruh penggunaan Tipe Numbered Head Together pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial terhadap

Keamanan data merupakan hal yang penting dan patut diperhatikan dalam menjaga kearahasiaan informasi. Penelitian ini adalah penelitian tentang perancangan kriptografi

Proses pertama plaintext dan kunci dikonversi menjadi ASCII kemudian diubah ke bilangan biner, kemudian plaintext dimasukkan ke dalam kolom 8x8 menggunakan

Peneliti melaksanakan penelitian setelah melakukan revisi dari validasi, validasi ahli menguatkan sebuah produk yang akan dikembangkan pada peserta didik dengan harapan

Pada penelitian utama, keberdayaan pemangku kepentingan terhadap ke- berhasilan proyek dengan koefisien path sebesar 0,492 menunjukkan bahwa variabel laten ini sangat