• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lens-Induced Glaucoma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lens-Induced Glaucoma"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 BAB 1 BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 1..11. . LLAATTAAR R BBEELLAAKKAANNGG Gla

Glaukoukoma ma mermerupaupakan kan penypenyebaebab b kebkebutautaan an kedkedua ua palpaling ing banbanyayak k di di negnegara ara sedsedangang  berkembang setelah

 berkembang setelah diabetes. diabetes. Pada tahun Pada tahun 2000 diperkirakan 2000 diperkirakan kurang lebih kurang lebih 67 juta 67 juta orang akanorang akan menderita glaukoma dan 10% diantaranya (6,7 juta orang akan mengalami

menderita glaukoma dan 10% diantaranya (6,7 juta orang akan mengalami kebutaan bilateralkebutaan bilateral disebabkan oleh penyakit ini.

disebabkan oleh penyakit ini.1,21,2 Glaukoma juga dikenal dengan sebutan Glaukoma juga dikenal dengan sebutan silent  silent thief thief of of sight,sight,

ka

karerena na hahampmpir ir !0!0% % papasisien en dedengngan an glglauaukokoma ma selselamama a peperjarjalalananan n pepenynyakiakitntnya ya tidtidak ak  menunjukkan gejala atau tanda suatu penyakit.

menunjukkan gejala atau tanda suatu penyakit.

"da beberapa jenis glaukoma, tetapi semuanya menunjukkan karakteristik yang sama "da beberapa jenis glaukoma, tetapi semuanya menunjukkan karakteristik yang sama ya

yaititu u kekerurusaksakan an strstrukuktuturaral l dadari ri nener#r#us us opoptitikukus s yayang ng memenynyebebababkakan n gagangngguguan an $u$ungngsisi  penglihatan. Glaukoma dapat disebabkan oleh gangguan pada lensa,

 penglihatan. Glaukoma dapat disebabkan oleh gangguan pada lensa, sehingga disebut dengansehingga disebut dengan len

lens s indinduceuced d glaglaucoucoma.ma.  Lens  Lens induced induced glaucomaglaucoma terterbagbagi i atasatas  glaglaukoukoma ma phaphakolikolitiktik,,  phakoantigenik, dan partikel lensa.

 phakoantigenik, dan partikel lensa. &a

&ari ri pepenenelitlitiaian n yayang ng didilalakukukan kan papada da 'e'epapal l yye e )o)ospspititalalpadpada a *an*anuauari ri 202002 02 + +  &esember 200 didapatkan bah-a

&esember 200 didapatkan bah-a lens induced glaucomalens induced glaucoma merupakan penyebab terbesar dari merupakan penyebab terbesar dari glaukoma sekunder dengan total 0 kasus. 6! % merupakan glaukoma $akomor$ik dan !% glaukoma sekunder dengan total 0 kasus. 6! % merupakan glaukoma $akomor$ik dan !% glaukoma $akolitik.

glaukoma $akolitik. 

/leh karena begitu buruknya dampak yang diakibatkan glaukoma maka dibutuhkan /leh karena begitu buruknya dampak yang diakibatkan glaukoma maka dibutuhkan suatu diagnosis dan pengobatan seara epat dan tepat sehingga progresi#itas lanjut penyebab suatu diagnosis dan pengobatan seara epat dan tepat sehingga progresi#itas lanjut penyebab kebutaan dapat diegah seara dini

kebutaan dapat diegah seara dini

1

1..22.. TTUUJJUUAAN N PPEENNUULLIISSAANN Pen

Penuliulisan san linliniaial l sisientienti$i $i sessessiosion n ((  ini ini berbertujtujuan uan untuntuk uk memmemahamahami i sertsertaa menambah pengetahuan tentang glaukoma diinduksi lensa.

menambah pengetahuan tentang glaukoma diinduksi lensa.

1

1..33.. BBAATTAASSAAN MN MAASSAALLAAHH

&alam  ini akan dibahas mengenai glaukoma diinduksi lensa. &alam  ini akan dibahas mengenai glaukoma diinduksi lensa.

1

1..44.. TTUUJJUUAAN N PPEENNUULLIISSAANN Pen

Penuliulisan san linliniaial l sisientienti$i $i sessessiosion n ((  ini ini berbertujtujuan uan untuntuk uk memmemahamahami i sertsertaa menambah pengetahuan tentang glaukoma diinduksi lensa.

menambah pengetahuan tentang glaukoma diinduksi lensa.

1 1

(2)

1

1..55.. MMEETTOODDE E PPEENNUULLIISSAANN

Penulisan  ini menggunakan berbagai literature sebagai sumber kepustakaan. Penulisan  ini menggunakan berbagai literature sebagai sumber kepustakaan.

2 2

(3)

1

1..55.. MMEETTOODDE E PPEENNUULLIISSAANN

Penulisan  ini menggunakan berbagai literature sebagai sumber kepustakaan. Penulisan  ini menggunakan berbagai literature sebagai sumber kepustakaan.

2 2

(4)

BAB II BAB II

TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anato

2.1 Anatomi S!t mi S!t Bi"i# Mata D$%anBi"i# Mata D$%an

udut bilik mata depan terletak pada pertautan antara kornea peri$er dan pangkal iris. udut bilik mata depan terletak pada pertautan antara kornea peri$er dan pangkal iris. iri3iri anatomis utama sudut ini adalah garis h-albe, anyaman trabekula (yang terletak di iri3iri anatomis utama sudut ini adalah garis h-albe, anyaman trabekula (yang terletak di at

atas as kakananal l hlhlememmm, , dadan n tataji ji sksklelerara (scl(scleraeral l spuspur)r). . ""nanatotomi mi susududut t bibililik k mamata ta dedepapann diperlihatkan oleh gambar 2.1.

diperlihatkan oleh gambar 2.1.

Gam&a' 1 S!t &i"i# mata !$%an !an (t'#t' ($#ita'n)a Gam&a' 1 S!t &i"i# mata !$%an !an (t'#t' ($#ita'n)a

Garis h-albe menandai berakhirnya endotel kornea. "nyaman trabekula berbentuk  Garis h-albe menandai berakhirnya endotel kornea. "nyaman trabekula berbentuk  segitiga pada potongan melintang, dengan dasar yang mengarah ke orpus iliare. "nyaman segitiga pada potongan melintang, dengan dasar yang mengarah ke orpus iliare. "nyaman ini tersusun atas lembar3lembar berlubang jaringan kolagen dan elastik, yang membentuk  ini tersusun atas lembar3lembar berlubang jaringan kolagen dan elastik, yang membentuk  suatu $ilter dengan pori yang semakin mengeil ketika mendekati kanal hlemm. 4agian suatu $ilter dengan pori yang semakin mengeil ketika mendekati kanal hlemm. 4agian dalam anyaman ini, yang menghadap ke bilik mata depan, dikenal dengan anyaman u#ea5 dalam anyaman ini, yang menghadap ke bilik mata depan, dikenal dengan anyaman u#ea5  bagian luar, yang berada

 bagian luar, yang berada di dekat di dekat kanal hlemm kanal hlemm disebut anyaman disebut anyaman korneoskleral. erat3seratkorneoskleral. erat3serat lo

longngituitudidinanal l ototot ot sisililiariaris s memenynyisiisip p kekedadalam lam ananyayamaman n trtrabeabekukula la tertersebsebutut. . aaji ji sksklerleralal mer

merupaupakan kan penpenonjonjolaolan n sklsklera era keakearah rah daldalam am diadiantantara ra ororpus pus iliiliare are dan dan kankanal al hhlemlemm,m, tempat iris dan orpus iliare menempel. aluran3saluran e$eren dari kanal hlemm (sekitar  tempat iris dan orpus iliare menempel. aluran3saluran e$eren dari kanal hlemm (sekitar  0 saluran pengumpul dan 12 #ena aueous

0 saluran pengumpul dan 12 #ena aueous berhubungan dengan sistem #ena episklera.berhubungan dengan sistem #ena episklera.

 

(5)

2.2 Anatomi L$n(a K'i(ta"in 2.2 Anatomi L$n(a K'i(ta"in

8ensa kristalin adalah struktur bikonka$ dan transparan yang berperan untuk menjaga 8ensa kristalin adalah struktur bikonka$ dan transparan yang berperan untuk menjaga kej

kejernernihaihan n lenlensa sa sendsendiri, iri, mermere$rae$raksiksikan kan ahahayaaya, , dan dan berberperaperan n untuntuk uk akoakomodmodasi. asi. 8en8ensasa terletak di posterior iris dan anterior korpus #itreus. 8ensa digantung oleh 9onula :inii yang terletak di posterior iris dan anterior korpus #itreus. 8ensa digantung oleh 9onula :inii yang tersusun atas serat lembut dan kuat yang menyangga lensa ke korpus siliaris. 8ensa tersusun tersusun atas serat lembut dan kuat yang menyangga lensa ke korpus siliaris. 8ensa tersusun dari kapsul, epitel lensa, korteks, dan nukleus,

dari kapsul, epitel lensa, korteks, dan nukleus,

;utub anterior dan posterior lensa disatukan oleh garis imajiner yang disebut aksis ;utub anterior dan posterior lensa disatukan oleh garis imajiner yang disebut aksis optikal. Garis di permukaan yang mele-ati satu kutub ke kutub lainnya disebut meridian. optikal. Garis di permukaan yang mele-ati satu kutub ke kutub lainnya disebut meridian. uator adalah diameter terbesar lensa.

uator adalah diameter terbesar lensa.

8ensa dapat membiaskan ahaya karena indeks re$raksi, yang normalnya adalah < 1, 8ensa dapat membiaskan ahaya karena indeks re$raksi, yang normalnya adalah < 1, di sentral dan 1,6 di peri$er. Pada keadaan tidak berakomodasi lensa berkontribusi < 1!320 di sentral dan 1,6 di peri$er. Pada keadaan tidak berakomodasi lensa berkontribusi < 1!320 &ioptri dari 60 & kekuatan re$raksi mata manusia normal.

&ioptri dari 60 & kekuatan re$raksi mata manusia normal.

aat baru lahir, diameter euator lensa < 6, mm dan diameter anteroposterior < ,! aat baru lahir, diameter euator lensa < 6, mm dan diameter anteroposterior < ,! mm

mm, , beberarat t < < =0 =0 mgmg. . PaPada da ororanang g dede-a-asasa, , didiamameteter er eeuauatotor r < < = = mm mm dadan n didiamameteter er  ant

anteroeroposposterterior ior < < ! ! mm mm dendengan gan berberat at < < 2!! mg. 2!! mg. ;et;etebalebalan an korkortekteks s berbertamtambah bah seirseiringing  pertambahan

 pertambahan usia, usia, demikian demikian pula pula bentuknya, bentuknya, semakin semakin lama lama semakin semakin ekung. ekung. )al )al iniini menyebabkan lensa pada orang yang lebih tua memiliki daya bias lebih besar. "kan tetapi, menyebabkan lensa pada orang yang lebih tua memiliki daya bias lebih besar. "kan tetapi, indeks re$raksi menurun seiring pertambahan usia, kemungkinan akibat dari pertambahan indeks re$raksi menurun seiring pertambahan usia, kemungkinan akibat dari pertambahan  jumlah partikel protein tak terlarut.

 jumlah partikel protein tak terlarut. !!

 

(6)

Gam&a' 2 (t'#t' "$n(a5

;apsul

;apsul lensa adalah membran dasar elastik dan transparan, tersusun atas kolagen tipe  yang didasari oleh sel epitel. ;apsul mengandung substansi lensa yang dapat berubah3ubah bentuk  saat akomodasi. 8apisan terluar, lamella zonular , juga berperan untuk menghubungkan serat3 serat :onular. ;apsul lensa paling tebal di bagian anterior dan posterior preeuator dan paling tipis di daerah sentral kutub posterior, sekitar 23 $lm. 8ensa anterior kapsul jauh lebih tebal dari kapsul posterior saat lahir dan mengalami peningkatan ketebalan sepanjang hidup

erat3serat 9onular

8ensa didukung oleh serat :onular yang berasal dari lamina basal epitel tak berpigmen pars plana dan pars pliata dari korpus siliaris. erat :onuler ini menembus lensa pada kapsul lensa di :ona euator, anterior   1,! mm ke kapsul lensa anterior dan posterior 1,2! mm ke posterior  kapsul lensa. eiring bertambahnya usia, euator serat3serat :onula mengalami regresi,

(7)

terpisah dengan lapisan anterior dan posterior yang munul dalam bentuk segitiga pada  penampang inin :onuilar. &iameter serat ini adalah ! 3 0 $lm diameter, mikroskop ahaya memperlihatkan bah-a serat3serat ini memiliki struktur eosino$ilik yang memiliki reaksi  periodic acid-Schiff  (P" positi$. eara ultrastruktural, serat3serat ini terdiri dari untai, atau

$ibril, dengan diameter >310 nm dan berkas 12 3 1 nm.

pitel 8ensa

erletak tepat di belakang kapsul anterior lensa. truktur in melakukan metabolisme akti$, termasuk biosintesis &'", ?'", protein dan lemak serta membentuk "P sebagai sumber  energi lensa.

 'ukleus dan ;orteks

el3sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan akan menekan serat3 serat lama untuk berkumpul di bagian tengah lensa. erat3seratpaling tua yang terbentuk  merupakan lensa $etus yang diproduksi pada $ase embrionik dan masih menetap hingga sekarang. erat3serat yang baru akan membentuk korteks dari lensa.!

Gam&a' 3 (t'#t' "$n(a5

@ekanisme yang dilakukan mata untuk merubah $okus dari benda jauh kebenda dekat disebut akomodasi. "komodasi terjadi akibat perubahan lensa olehaksi badan silier terhadap serat3serat :onula. etelah umur 0 tahun, kekakuanyang terjadi di nukleus lensa seara klinis mengurangi daya akomodasi.aat otot silier berkontraksi, serat :onular relaksasi mengakibatkan lensamenjadi lebih embung. ;etika otot silier berkontraksi, ketebalan aAial lensameningkat, kekuatan dioptri meningkat, dan terjadi akomodasi. aat otot silierrelaksasi, serat :onular menegang, lensa lebih pipih dan kekuatan dioptri menurun.!

(8)

2.2 *i(io"o+i Aqueous Humor 

ekanan intraokular ditentukan oleh keepatan pembentukan aqueous humor  dan tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata. Aqueous humor  adalah suatu airan jernih yang mengisi kamera anterior dan posterior mata. Bolumenya adalah sekitar 2!0 C8Dmenit. ekanan osmotik sedikit lebih tinggi daripada plasma. ;omposisi aqueous humor   serupa dengan plasma keuali bah-a airan ini memiliki konsentrasi askorbat, piru#at, dan laktat yang lebih tinggi dan protein, urea dan glukosa yang lebih rendah. 

Pada manusia, aueous humor memiliki kelebihan ion hidrogen dan klorida, kelebihan askorbat, dan de$isit bikarbonat relati$ terhadap plasma. "ueous humor pada dasarnya merupakan proteinbebas (1D20031D!00 dari protein yang ditemukan dalam plasma, yang memungkinkan kejelasan opti dan memantulkan integritas sa-ar darah3auous mata normal. "lbumin jumlahnya sekitar setengah dari total protein. ;omponen lainnya termasuk  $ator pertumbuhan, beberapa en:im, seperti karbonat anhidrase, liso:im, diamina oksidase. "ti#ator plasminogen, dopamin3hidroksilase, $os$olipase "2, dan prostaglandin, mono$os$at3adenosin siklik ("@P, katekolamin, hormon steroid, dan asam hyaluroni.!

 Aqueous humor  diproduksi oleh korpus siliaris. Eltra$iltrat plasma yang dihasilkan di stroma prosessus siliaris dimodi$ikasi oleh $ungsi sa-ar dan prosessus sekretorius epitel siliaris. Produksi aueous humor rata3rata perhari adalah 2.032.! mikroliterDmenit. etelah masuk ke kamera posterior, aqueous humor  mengalir melalui pupil ke kamera anterior lalu ke  jalinan trabekular di sudut kamera anterior. elama periode ini, terjadi pertukaran di$erensial komponen3komponen dengan darah di iris. Peradangan atau trauma intraokuler dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi protein. )al ini disebut  plasmid humor   dan sangat mirip dengan serum darah.

*alinan trabekula terdiri dari berkas3berkas jaringan kolagen dan elastik yang dibungkus oleh sel3sel trabekula yang membentuk suatu saringan dengan ukuran pori3pori semakin mengeil se-aktu mendekati kanalis hlemm. ;ontraksi otot siliaris melalui insersinya ke dalam jalinan trabekula memperbesar ukuran pori3pori di jalinan tersebut sehingga keepatan drainase aqueous humor  juga meningkat. "liran aqueous humor  ke dalam kanalis hlemm bergantung pada pembentukan saluran3saluran transelular siklik di lapisan endotel. aluran e$eren dari kanalis hlemm menyalurkan airan ke dalam sistem #ena. ejumlah keil humor akueus keluar dari mata antara berkas otot siliaris dan le-at sela3sela sklera (aliran u#eoskleralDunconventional pathway. &iperlihatkan pada gambar . 

(9)

Gam&a' 4 *i(io"o+i a"i'an a,$o( -mo'

2.3 D$ini(i

Glaukoma diinduksi lensa adalah glaukoma sekunder yang disebabkan oleh kelainan  pada lensa kristalin. ;eadaan patologis pada lensa ini dapat menyebabkan glaukoma sudut

terbuka maupun tertutup, dan seringkali kombinasi keduanya.

Glaukoma sudut terbuka pada umumnya terjadi karena penyumbatan dari sistem drainase auous humor dengan material lensa dan debris in$lamasi. Fang termasuk dalam golongan ini antara lain  phacolytic glaucoma, lens particle glaucoma, dan  phacoanaphylactic glaucoma. Pada glaukoma sudut tertutup, lensa seara langsung mengakibatkan penutupan sudut seara mekanik. )al ini terjadi pada intumesent lensa dalam phaomorphi glaukoma atau pada subluksasi atau dislokasi lensa dalam etopia lentis. Glaukoma sudut terbuka dapat menyebabkan glaukoma sudut tertutup jika terjadi induksi  peradangan yang ukup untuk menyebabkan pembentukan sinekia anterior peri$er atau

sinekia posterior.6

2.4 E%i!$mio"o+i

Glaukoma merupakan penyakit mata yang dikenal sebagai penyebab kebutaan  permanen jika tidak terdeteksi dan diobati.2 Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua

 paling banyak di negara sedang berkembang setelah diabetes.1 Pada tahun 2000 diperkirakan

(10)

kurang lebih 67 juta orang akan menderita glaukoma dan 10% diantaranya (6,7 juta orang akan mengalami kebutaan bilateral disebabkan oleh penyakit ini.1,2 &i "merika Etara,

 penyakit ini merupakan penyebab utama kebutaan dan memiliki insiden 1 per 100 orang  penduduk di atas usia 0 tahun. &ari seluruh jumlah ini hanya !0% yang dapat terdeteksi, sedangkan setengah bagian lagi tidak dapat terdeteksi karena dalam perjalanan penyakitnya kelainan ini tidak menampakkan gejala atau tanda penyakit.

4ank data )/ memperkirakan bah-a di seluruh dunia terdapat kira3kira 2,7 juta orang menderita glaukoma sekunder. Lens induced glaucoma yang disebabkan oleh katarak  hipermatur merupakan penyebab utama glaukoma sekunder di negara sedang berkembang. &ari penelitian yang dilakukan pada ?umah akit @ata "ra#ind di Hndia elatan pada tahun 2000 didapatkan bah-a lens induced glaucoma merupakan penyebab terbesar dari glaukoma sekunder dengan persentase 2!% dari total kasus yang ada.

3. K"a((ii#a(i L$n(/In!0$! G"a#oma

8ens3indued glaukoma sudut terbuka dibagi atas  bagian

•  phaolyti glauoma • lens partile glauoma •  phaoantigeni glauoma

edangkan lens3indued glaukoma sudut tertutup dibagi atas 2 bagian

• Phaomorphi glaukoma • topia 8entis

3.1 P-a0o")ti0 +"a0oma

Phaolyti glauoma disebabkan oleh kebooran protein lensa melalui kapsul katarak matur atau hipermatur. "kibat penuaan, komposisi protein lensa berubah, dimana terjadi peningkatan konsentrasi protein berat molekul tinggi. Pada katarak  matur atau hipermatur protein ini lepas melalui lubang mikroskopik pada kapsul lensa. ndapan protein ini mengakibatkan terjadinya glaukoma karena protein protein lensa di$agosit oleh makro$ag serta debris in$lamasi lainnya akan menyumbat jaring trabekula. 7

(11)

Pada pemeriksaan $isik ditemukan peningkatan tekanan intra okular, edema kornea mikro sistik, reaksi sel dan $lare yang menolok. idak ditemukannya keratik   presipitat manjadi panduan membedakan phaolyti glauoma dengan phaoantigeni

glauoma. &ebris selular mungkin dapat terlihat pada sudut kamera anterior, keberadaan pseudohipopion mungkin terlihat. Partikel ber-arna putih besar  (gumpalan protein lensa mungkin terlihat di kamera anterior. erdapat katarak matur  dan hipermatur dengan kapsul lensa anterior yang mengerut yang manandakan  berkurangnya #olume dan lepasnya material material lensa. Pada segmen posterior 

dapat ditemukan opasitas #itreous dan pre#askulitis pada retina.6,7

3.2 L$n( %a'ti0"$ +"a0oma

8ens partile glauoma terjadi ketika partikel korteks lensa menyumbat jaring trabekula akibat lepasnya materi lensa ke dalam aueous humor setelah dilakukannya ekstraksi katarak ekstrakapsular, neodymiumyttrium3aluminumgarnet ('dF"G kapsulotomi, ataupun trauma okuli serta traumatik kapsul lensa. 4eratnya glaukoma  bergantung pada material lensa yang dilepaskan, derajat in$lamasi, kemampuan jaring trabekular membersihkan partikel lensa , dan status $ungsional badan siliar yang sering menurun setelah trauma atau perosedur operasi. 8ens partile glauoma  biasanya terjadi beberapa minggu setelah terjasinya trauma, namun juga mungkin

terjadi beberapa bulan bahkan beberapa tahun kemudian. 7

Pada studi histopatologi ditemukan material lensa yang menyumbat aliran aueous dan monosit tempat protein lensa menempel. &ari spesimen trabeular  mesh-ork ditemukan sel3sel phaolyti, sel debris, dan meteri lensa $ree $loating. 7

emuan klinis lens partile glauoma adalah material kortikal bebas dalam kamera anterior, peningkatan H/, edema kornea mikro sistik, dan seiring berjalannya -aktu terbentuk sinekia posterior dan sinekia anterior peri$er. 7

3.3. P-a0oanti+$ni0 +"a0oma

Phaoantigeni glauoma atau yang sebelumnya dikenal dengan  phaoanaphylaAis ini sangan jarang ditemukan, dimana pasien tersensitisasi terhadap  protein lensa mereka sendiri setelah trauma ataupun prosedur operasi sehingga terjadi in$lamasi granulomatous. Gambaran klinis uktuk keadaan ini sangat ber#ariasi, namun kebanyakan pasien menampilkan reaksi kamera anterior moderat dengan keratik presipitat pada endotel kornea dan permukaan anterior lensa. elain itu

(12)

ditemukan 1003grade #iritis, sinekia, dan residu meterial permukaan lensa. Glauomatous opti neuropathy dapat ditemukan namun tidak umum ditemukan. 7

3.4

Phacomorphic glaucoma

Phacomorphic glaucoma merupakan glaukoma sudut tertutup

yang diakibatkan oleh tekanan mekanik anterior lensa pada iris.

Mata hiperopik dengan lensa yang relatif besar terhadap sumbu

axial mengakibatkan penyempitan kamera anterior dan merupakan

predisposisi untuk keadaan ini.

7

Pembesaran lensa lebih lanjut diakibatkan oleh beberapa $aktor termasuk   penuaan, dimana lensa akan bertambah tebal dan membentuk lengkung anterior yang

lebih besar, dan pada trauma lensa akan memiu pembengkakan lensa. Penyebab  pembengkakan lensa yang tidak umum termasuk pada diabetes dan e$ek samping diuretik tertentu. Pada persistent hyperplasti primary #itreous (P)PB ruptur kapsul  posterior lensa akan mengakibatkan terbentuknya katarak yang akan mengakibatkan kontraksi membran $ibro#askular yang akan menekan dia$ragma lensa dan iris ke arah depan dan mengakibatkan penyempitan kamera anterior. ?etinopati prematur juga dapat mengakibatkan penekanan ke arah depan dia$ragma lensa3iris. Penyebab lain

seperti pseudoexfoliation dapat mempengaruhi zonula dan

menekan lensa ke arah depan.

7

3.5 E0to%ia L$nti(

ublukasasi lensa seara umum berasal dari longgarnya, gangguan, dan hanurnya sebagian :onula. alaupun lensa tidak lagi berada di tengah, lensa tetap  berada di belakang iris. &engan adanya dislokasi seluruh :onula mengalami

kerusakan, lensa dapat tetap berada di belakang iris, jatuh ke dalam retina, atau pindah ke kamera anterior.7

"bnormalitas pada :onula lensa mengakibatkan seluruh bentuk ektopia lensa. rauma merupakan penyebab utama kelainan :onula yang akan mengakibatkan ruptur  :onula dan spasme siliar. )al ini akan memiu pergerakan lensa ke depan,  penyempitan sudut /" dan blok pupil. Pada kelainan kongenital seperti @ar$an sindrom, hemosisinuria, atau hlers3&anlos sindrom mengakibatkan berkurangnya  penahan lensa. 7

"papun penyebabnya, glaukoma diakibatkan oleh blok pupil karena kelainan  posisi lensa atau obstruksi pupil oleh lensa dan #itreous atau oleh #itreous itu sendiri.

(13)

Pada beberapa kasus terjadi dislokasi komplit lensa ke kamera anterior dan seara langsung menghambat aliran aueous. erangan berulang pada sudut tertutup pada  blok pupil akan mengakibatkan sinekia anterior peri$er, dan bersamaan dengan

glaukoma sudut terbuka kronik akan mengakibat rusaknya aliran trabekula. 7

4. Mani$(ta(i K"ini(

eara umum, lens-induced glaucoma memiliki gambaran klinis antara lain sebagai  berikut >

a. Gejala klinis (subjekti$

• Penurunan #isus • nyeri

• $oto$obia • mata merah

• melihat halo disekitar ahaya •  pengeilan lapangan pandang

 b. anda3tanda klinis (objekti$

•  penurunan ketajaman #isus

•  peningkatan tekanan intra okuler  • injeksi siliar 

• ell dan $lare di /" • sinekia anterior peri$er 

• material sisa lensa atau katarak 

• ri-ayat operasi atau trauma apda mata • upping ner#us optikus

• de$ek lapisan serabut sara$  • de$ek lapangan pandang

5. Dia+no(i( !an Dia+no(i( Ban!in+

!.1 Glaukoma Iakolitik ( hacolytic !laucoma a. &iagnosis

(14)

Gejala glaukoma $akolitik mirip dengan jenis glaukoma akut lainnya. &iagnosis dibuat berdasarkan gejala dan tanda3tanda klinis glaukoma $akolitik. Gejala klinis yang timbul biasanya melibatkan pasien usia lanjut dengan ri-ayat penglihatan kurang yang tiba3 tiba mengalami nyeri, konjungti#a hiperemis, dan penurunan #isus. ebelum datangnya serangan, sebagian besar pasien telah mengalami penurunan penglihatan yang progesi$  selama berbulan3bulan atau bertahun3tahun, konsisten dengan mendapatkan katarak.

anda3tanda klinis yang dapat ditemukan pada pemeriksaan antara lain didapatkan tekanan intra okuler yang meningkat, edema kornea mikrositik, sel prominen dan reaksi $lare tanpa keratik presipitat dan sudut /"3nya terbuka. idak adanya keratik presipitat membantu untuk menyingkirkan glaukoma $akolitik dari glaukoma $akoantigenikD $akoana$ilaktik. elain itu ditemukan katarak matur atau hipermatur (morgagni, dengan kapsul lensa anterior yang mengkerut dan memperlihatkan #olume lensa yang berkurang dan lepasnya material lensa (""/. anda3tanda lainnya berupa injeksi konjungti#a, kapsul intak, #itreus yang keruh, dan makro$ag di aueous humor. 6 &isamping itu dapat pula ditemukan

debris seluler di sudut /", pseudohipopion, dan partikel putih yang besar (gumpalan  protein lensa di /" . 7

Gam&a' 5. Gam&a'an +"a#oma a#o"iti#. A!an)a #onn+tia -i%$'$mi( $!$ma #o'n$a mi#'o(iti# #ata'a# mat' !an '$a#(i OA %'omin$n. J+a t$'!a%at !$%o(it %'ot$in %a!a $n!ot$" ! an m$"a%i(i (!t m$m&$nt# %($!o-i%o%ion.7

 b. &iagnosis banding

&iagnosis banding glaukoma $akolitik antara lain 6

 Glaukoma akut sudut tertutup pada mata dengan katarak  sudut sempit pada

goniosopy

 Glaukoma $akomor$ik  sudut sempit pada goniosopy

(15)

 Glaukoma u#eitik  8eukosit lebih keil dari makro$ag

 Glaukoma neo#askuler  pembuluh darah abnormal di tepian dan sudut pupil

 ndo$talmitis endogen ri-ayat in$eksi pada pejamu yang immunokompromise

dan kultur kuman positi$ 

 raumati angle reession glauoma and atarat ?i-ayat trauma, resesi sudut

 pada gonioskopi, ketiadaan u#eitis

• Glaukoma partikel lensa kerusakan kapsul, material lensa yang bebas melayang

!.2 Glaukoma partikel lensa ( Lens article !laucoma a. &iagnosis

&iagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda3tanda glaukoma partikel lensa dengan onset munul beberapa hari atau beberapa minggu setelah menjalani operasi mata seperti operasi  (eAtraapsular atarat eAtration atau setelah trauma ruptur lensa. Gejala glaukoma partikel lensa antara lain kemerahan, rasa tidak nyaman, penurunan #isus dan nyeri. anda3tandanya meliputi bekas katarak di kamera okuli posterior, injeksi konjungti#a, material kortikal dan debris lensa di aueous humor, hipopion, leukosit, makro$ag dan $lare di /". 6 elain itu tekanan intra okuler meningkat, adanya reaksi /",

edema kornea mikrositik dan seiring -aktu dapat terbentuk sinekia posterior dan sinekia anterior peri$er.7

Gam&a'  G"a#oma Pa'ti#$" L$n(a t$'"i-at %a'ti#$" "$n(a m$n+i(i OA6

 b. &iagnosis banding

 Hn$eksi akut angat progresi$ 

(16)

 ndophthalmitis Gram stain dan kultur kuman positi$ 

 Glaukoma $akoana$ilaktik eara patologis terdapat "onal #nflammation

 Glaukoma u#eitik erdapat ri-ayat u#eitis sebelumnya serta terdapat tanda dan

gejala sindrom u#eitik 

 raumati u#eitis and glauoma idak terlihat lensa yang ruptor atau material

lensa yang bebas melayang

 Glaukoma $akolitik idak ada ri-ayat trauma atau operasi lensa sebelumnya  Hn$eksi . acnes )asil kultur positi$. 6

1. Glaukoma $akoantigenik ( hacoantigenic !laucoma a. &iagnosis

&iagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda3tanda klinisnya. Gejala klinis glaukoma $akoantigenik antara lain onsetnya munul beberapa hari atau beberapa minggu setelah operasi atau trauma pada mata, penurunan #isus dan nyeri. anda3tandanya meliputi terdapatnya cells dan  flare di /", keratik presipitat, hipopion, sinekia anterior dan  posterior, kekeruhan #etrous dan edema makula. 6 @ani$estasi klinisnya ukup ber#ariasi,

tapi sebagian besar pasien munul dengan reaksi /" sedang dengan keratik presipitat pada endotel kornea dan permukaan anterior lensa. elain itu, terdapat #itritis ringan, $ormasi sinekia dan material lensa di /" ditemukan. 7

Gam&a' 6. G"a#oma a#oanai"a#ti#. Pa!a +am&a' otomi#'o+'a !$n+an (%$0im$n a0i!/S0-i m$m%$'"i-at#an #a%(" )an+ %$0a-7 disrupted  8tan!a %ana-9 !an mat$'ia" "$n(a 8L9 !i#$"i"in+i o"$- zonal inflammation 8:9.

 b. &iagnosis 4anding. 6

 ndo$talmitis in$eksi Pemeriksaan Gram dan kultur kuman positi$ 

(17)

 Glaukoma partikel lensa tidak ditemukan respon in$lamasi :onal pada material

lensa seara patologis

 ;omplikasi lensa intraokuler 8ensa intraokuler terletak di jaringan u#ea, de$ek 

transiluminasi iris

 4enda asing intra okuler tampak benda asing di intraokuler 

  Sympathetic ophthalmia ri-ayat operasi atau trauma pada mata sebelumnya,

 $alen-%uchs nodules

 Glaukoma u#eitik tidak ada ri-ayat operasi atau trauma okuler, tidak ditemukan

material lensa.

!. Glaukoma $akomor$ik ( hacomorphic !laucoma a. &iagnosis

Gejala glaukoma $akomor$ik umumnya terbatas pada penurunan #isus sekunder  akibat $ormasi katarak dan myopic shift . anda3tanda klinisnya meliputi perbedaan kedalaman /", $ormasi katarak, dan sudut tertutup. 6Glaukoma $akolitik disertai dengan pembentukan

lensa intumesen yang besar. 7

Gam&a' ;. G"a#oma a#omo'i#. L$n(a intm$($n m$n)$&a&#an &"o# %%i" !an (!t t$'tt% ($#n!$' %a!a mata

(18)

Gam&a' <. G"a#oma a#omo'i# 8A9 OA &ia(an)a !an+#a" !i ($nt'a" !an %$'i$' #$mn+#inan #a'$na t$#anan #$ !$%an i'i( o"$- "$n(a #ata'a# )an+ m$m&$n+#a# 8B9 S%$(im$n %ato"o+i# m$m&an!in+#an !iam$t$' ant$'o%o(t$'io' !a'i "$n(a intm$($n !an "$n(a no'ma".

 b. &iagnosis banding

 Glaukoma blok pupil 'yeri akut, nausea, and penurunan #isus, biasanya

membaik dengan laser peripheral iridotomy.

!.! topia 8entis a. &iagnosis

&iagnosis ditegakkan dari gejala dan tanda3tanda klinis. Gejala ektopia lentis antara lain perubahan #isus akibat induced myopia, astigmatisma (rotasi atau miringnya lensa, re$raksi yang ber#ariasi, dan diplopia monokuler. anda3tanda klinisnya antara lain  pemindahan lensa ringan sampai komplit, :onula abnormal, kelainan sudut ber#ariasi tergantung posisi lensa dan prolaps #itreous. indroma mar$an adalah sindrom yang paling sering berhubungan dengan etopia lentis. ;elainan jaringan pengikat ini dihubungkan dengan abnormalitas produksi $ibrilin, kelainan genetik di kromosom 1! (1!21.1 dan autosomal dominan. 7

Gam&a' 1=. E#to%ia L$nti( !i("o#a(i "$n(a #$ OA m$"a"i %%i" )an+ &$'!i"ata(i

(19)

 b. &iagnosis 4anding

 &raumatic angle recession glaucoma resesi sudut pada goniosopy  Glaukoma hemolitik traumatik adanya darah, sudutnya terbuka  Glaukoma u#eitik traumatik u#eitis menonjol

 Glaukoma partikel lensa u#eitis dan adanya material lensa bebas  !host cell glaucoma khaki3olored ells

 Glaukoma pseudoeks$oliasi @aterial Pseudoeks$oliasi pada kapsul anterior lensa,

meningkatnya pigmen di sudut /" 6

. P$m$'i#(aan P$nnan+ 6.1. onometri "planasi 7

onometri aplanasi adalah metode yang sering digunakan untuk mengukur tekanan intra okuler (H/. ara ini menggunakan prinsip  #m'ert-%ic , dimana tekanan di dalam kubah berdinding tipis sama dengan gaya yang diperlukan untuk mendatarkan permukaannya dibagi dengan area yang mendatar

P J ID"

P J tekanan, I J gaya, " J area.

Pada tonometri aplanasi ini, kornea didatarkan, dan H/ dapat ditentukan dengan gaya aplanasi pada area yang mengalami pendataran.

onometri aplanasi dengan menggunakan tonometer aplanasi !oldmann, memberikan gaya tekanan untuk mendatarkan kornea dengan diameter ,06 mm. Pada diameter ini, tahanan kornea untuk mendatar diimbangi oleh daya tarik kapiler di menisus tear $ilm pada kepala tonometer. Pada tonometer aplanasi Goldmann jumlah tekanan dibagi penampang dikali 10, dikon#ersi langsung dalam mm)g H/. 2

6.2. 4iomikroskopi 7

4iomikroskopi pada segmen anterior dilakukan untuk melihat tanda3tanda dari  penyakit mata yang sedang terjadi. Pemeriksaan biomikroskopi menggunakan slit3lamp. 4eberapa bagian yang dapat dilihat melalui pemeriksaan biomikroskopi adalah sebagai  beirkut.

a. ;onjungti#a

(20)

@ata dengan peningkatan tekanan intra okuler (H/ dapat menunjukkan konjugti#a yang hiperemis. *ika H/ meningkat seara kronis akan terlihat dilatasi #ena episklera yang masi$. Penggunaan simpatotmimetik dan analog prostaglandin dapat menyebabkan injeksi onjunti#a. /bat antiglaukoma topikal juga dapat menyebabkan penurunan produksi air mata, reaksi alergi dan hipersensiti#itas,  pemendekan $orniks konjungti#a dan sikatrik.

 b. pisklera dan sklera

&ilatasi pembuluh darah episklera dapat mengindikasikan peningkatan tekanan #ena episklera, sebuah tanda yang dapat ditemui pada beberapa jenis glaukoma sekunder.

. ;ornea

Pembesaran kornea berkaitan dengan kerusakan membran &esemets,  biasanya ditemukan pada glaukoma didapat. &e$ek epitel puntata di bagian in$eronasal region interpalpebra sering berhubungan dengan toksisitas obat3obatan. dema mikrositik epitelial biasanya berhubungan dengan peningkatan H/, terutama  jika peningkatan H/3nya bersi$at akut. ;elainan endotel kornea di ba-ah ini

merupakan tanda3tanda glaukoma sekunder

3  ruen'erg spindle pada glaukoma pigmentari 3 &eposit material eks$oliasi pada sindrom eks$oliasi 3 ;eratik presipitat pada glaukoma u#eitik 

3 !uttae pada distro$i endothelial Iuhs

3 8esi ireguler dan #esikuler pada distro$i poliorpus posterior 

3 *+eaten 'ronze appearance pada sindrom endothelial iridoorneal

d. ;amera okuli anterior 

Entuk memperkirakan sudut /", pemeriksa meletakkan slit beam sempit di sudut 60° ke arah kornea, tepat di anterior limbus (metode Ban )erik. *ika jarak 

antara permukaan iris anterior ke permukaan posterior kornea kurang dari seperempat ketebalan kornea, sudut /" mungkin sempit. Pemeriksaan yang lebih akurat dapat dilakukan dengan gonioskopi.

;elainan di /" yang dapat dilihat antara lain  #ris 'om'e, yakni iris yang tengahnya dalam namun tepinya bengkak atau datar. emuan lainnya seperti masa iris, e$usi koroid, atau trauma, dapat membentuk permukaan iris menjadi tidak teratur dan

(21)

tidak simetris pada dasar /". anda lain dapat ditemukan sel3sel in$lamasi, sel darah merah,  ghost cells, $ibrin, #itreous, dan lain3lain. &erajat in$lamasi dapat ditentukan dari banyaknya flare dan cell.

e. Hris

emuan klinis pada iris dapat berupa heterokromia, atropi iris, de$ek  transiluminasi, ectropion iveae, corectopia, nevi, nodul, dan material eks$oliati$.

$. 8ensa

emuan pada lensa antara lain material yang berhubungan dengan  pseudoeks$oliasi, $akodonesis, subluksasi dan dislokasi, beserta ukuran lensa, bentuk 

dan kejernihannya. 4enda asing intra okuler dengan siderosis dan glaukoma mungkin memperlihatkan perubahan pada lensa. elain itu keberadaan, tipe dan posisi lensa intraokuler mesti dinilai, beserta kapsul posteriornya.

g. Iundus

Pemeriksaan $undus yang ermat merupakan bagian penting pada pemeriksaan glaukoma, temuan yang dinilai yakni patologi segmen posterior seperti perdarahan, e$usi, masa, lesi in$lamasi, oklusi retino#askuler, retinopati diabeti atau retinal  detachments yang dapat berhubungan dengan glaukoma. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan $unduskopi.

6.. Gonioskopi 7

Gonioskopi adalah alat diagnostik esensial dan teknik pemeriksaan dengan menggunakan #isualisasi struktur sudut /". Gonioskopi diperlukan untuk melihat sudut /" karena dalam kondisi normal sudut /" tidak dapat dilihat dengan langsung akibat  pembiasan ahaya antara udara dan permukaan tear $ilm. Gonioskopi dapat digunakan

sebagai pemeriksaan penunjang untuk melihat tipe obstruksi aliran auos humor di /". Gonioskopi terbagi menjadi dua jenis yakni langsung dan tidak langsung.

1. Gonioskopi langsung (direct 

Gonioskopi langsung dikerjakan dengan mikroskop binoular, sebuah  fi'eroptic illuminator atau slit-pen light, dan goniolens langsung seperti ;oeppe, 4arkan, urst, -an3*aob atau lensa ?ihardson. 8ensa diletakkan di mata, dan larutan salin digunakan untuk mengisi ruang antara kornea dan lensa tersebut. alin itu akan  berperan sebagai penghubung dua permukaan. 8ensa akan menyediakan #isualisasi langsung pada sudut /". Gonioskopi langsung sangat mudah dilakukan terhadap

(22)

 pasien dalam posisi supine dan biasanya digunakan pada ruang operasi untuk   pemeriksaan mata bayi diba-ah anestesi.

2. Gonioskopi tidak langsung (indirect 

Gonioskopi tidak langsung lebih sering digunakan pada ruang pemeriksaan. Gonioskopi tidak langsung juga mampu menghilangkan pembiasan internal total pada  permukaan kornea. ahaya akan dire$leksikan dari sudut /" masuk kedalam lensa

gonioskopi dan dire$leksikan oleh ermin di dalam lensa. Gonioskopi tidak langsung ini dapat digunakan pada pasien dengan posisi tegak, dengan penyinaran dan  pembesaran yang dibantu dengan slit lamp. Pemeriksaan menggunakan  goniolens yang mengandung ermin atau beberapa ermin, menghasilkan gambar yang terbalik  dan sedikit lebih pendek pada sudut yang berla-anan. @eskipun gambarnya terbalik  dengan goniolens tidak langsung ini, orientasi kiri kanan dari ermin hori:ontal dan orientasi atas ba-ah ermin #ertikal tidak akan berubah. ontoh goniolens tidak  langsung antara lain Goldmann, Posner, ussman dan 9eis.

 Gam&a' 11 J$ni(/$ni( +onio(#o%i

@etode terbaik untuk menggabarkan sudut /" adalah dengan menggunakan sistem grading yang telah tersandar. istem yang paling sering digunakan adalah sistem ha$$er dan paeth. istem ini menggunakan sudut yang dibentuk antara iris dan permukaan jaringan trabekula sebagai auan, antara lain sebagai berkut

• Grade  sudut antara iris dan permukaan jaringan trabekula adalah !°

• Grade  sudut antara iris dan permukaan jaringan trabekula lebih besar dari 20° tapi

keil dari !°

(23)

• Grade 2 sudut antara iris dan permukaan jaringan trabekula adalah 20°. udut

tertutup mungkin ada.

• Grade 1 sudut antara iris dan permukaan jaringan trabekula 10°. udut tertutup

mungkin ada.

• lit udut antara iris dan permukaan jaringan tabekula keil dari 10°. udut tertutup

sangat mungkin.

• 0 iris melekat ke jaringan trabekula. udut tertutup ditemukan.

Pada pemeriksaan gonioskopi, ada beberapa tampilan yang diperhatikan di sudut /", yakni sebagai berikut

1. ;ornea Posterior pigmentasi, endotel kornea

2. Garis sh-albe  menebal, perpindahan ke anterior 

. *aringan trabekula pigmentasi, sinekia anterior peri$er, membran in$lamasi atau neo#askuler, keratik presipitat

. lera spur prosesus iris, ada atau tidak ada

!. iliary body band ketebalan, keteraturan , elah siklodialisis 6. Hris kontur, rubeosis, atro$i, kista, iridodonesis

7. Pupil dan lensa sindrom eks$oliasi, sinekia posterior, posisi dan keteraturan, ruptur  s$ingter, u#ea ektropion

>. erat :onula pigmentasi, ruptur 

Gam&a' 12. Tam%i"an +onio(#o%i# %a!a (!t OA no'ma". 2 i'i( %$'i$'> a in($'(i? & #'at'a? 0(!t i'i(. 3 0i"ia') &o!) &an!. 4 (0"$'a" (%'. 5 a'in+an t'a&$#"a.  Ga'i( S0-@a"&$.

(24)

Gam&a' 13. Tam%i"an %a!a (!t OA no'ma"

6.. Pemeriksaan &iskus /ptikus

&iskus optikus dapat diperiksa seara klinis dengan optalmoskop direct , optalmoskop indirect atau biomikroskop slit3lap dengan lensa polus posterior.

a. $irect ophthalmosocope

@enyediakan pemandangan diskus optikus melaui pupil yang keil langsung menggunakan optalmoskop.

 b. #ndirect ophthalmoscope

&igunakan untuk pemeriksaan diskus optikus pada anak3anak, pasien yang tidak kooperati$, pasien dengan miopi tinggi dan terdapatnya media re$raksi yang keruh. &engan o$talmoskop indiret, upping ner#us optikus dapat dideteksi, tapi  pada umumya upping ner#us optikus dan pallor munul kurang jernih dibandingkan medote slit3lamp, dan magni$ikasinya sering inadekuat untuk mendeteksi detail umum atau lokal yang penting dalam e#aluasi glaukoma. /leh karena itu, o$talmoskop indiret tidak direkomendasikan digunakan sebagai pemeriksaan rutin diskus optikus.

c. Slit-lamp com'ined with ru'y lens

)ruby lens adalah lensa kontak polus posterior dengan kekuatan diptri 60, 7> atau =0. Pemeriksan menggunakan sinar slit (slit 'eam) untuk menentukan perubahan halus pada kontur ner#us optikus. ara ini merupakan ara terbaik untuk pemeriksaan

(25)

untuk diagnosis glaukoma. @agni$ikasinya bagus, penahayaannya baik, dan #ie-diskusnya stereoskopik.

ampilan klinis glaukoma yang die#aluasi pada diskus optikus antara lain 1. ampilan umum

• 4esarnya opti up • "simetri dari ups

• Progresi$itas pembesaran ups

2. ampilan $okal

• ;edalaman tepi diskus • longasi #ertikal dari up • upping  di margin rim • Puat regional

• plinter hemoragik 

• )ilangnya lapisan serabut sara$ 

. ampilan spesi$ik 

• erpaparnya lamina kribosa

• Pergerseran pembuluh darah ke arah nasal • ampaknya pembuluh darah sirkumlinear 

•   eripapillary crescent 

Gam&a' 14 4. A(im$t'i !a'i 0%%in+ n$'( o%ti#(. Tan!ai %$m&$(a'an tam%i"an mm !a'i 0% !i mata #anan 8A9 !i&an!in+#an mata #i'i 8B9

(26)

8Gam&a' 15. E"on+a(i $'ti0a" !a'i 0% )an+ !i($'tai %$ni%i(an "o#a" &in+#ai n$'$tina" in$'io' %a!a mata #anan %a!a %a(i$n !$n+an +"a#oma ($!an+9

Gam&a' 1. S%"int$' H$mo'a+i# %a!a n$'( o%ti#( #anan %a!a a'a- am 6 %a!a %a(i$n !$n+an +"a#oma (!t t$'&#a a@a"

d. on$oal scanning laser ophtalmoscopy

"dalah metode untuk melihat ner#us optikus dengan tampilan  dimensi. "lat yang dipakai menggunakan teknologi confocal scanning laser yang mampu membuat slie tomogra$i serial, atau optical sections dari struktur yang sedang dilihat. Gambar  yang didapatkan dengan metode ini disimpan dalam komputer dann dimanipulasi untuk mereskonstruksi struktur  dimensinya, menampilkan gambarnya dan mengalisis datanya.

(27)

e. /ptical oherene tomography (/

/ menggunakan inter$erometri dan koherensi ahaya untuk mendapatkan  potongan melintang struktur biologis mata dengan resolusi tinggi. / dapat

mengukur ketebalan serabut sara$.

6.!. Pemeriksaan 8apangan Pandang

Pemeriksaan standar lapangan pandang adalah menggunakan  erimetri. Entuk   pengelolaan glaukoma, tujuan perimetri adalah untuk mengidenti$ikasi lapangan pandang

abnormal dan untuk menilai lapangan pandang seara kuantitati$ dalam menuntun pera-atan $ollo- up pasien glauoma. 7

6.7. peular @irosopy

Glaukoma dapat menimbulkan perubahan3perubahan pada struktur dan $ungsi endotel kornea yang menyebabkan edema kornea dan gangguan #isus. Specular microscopy  adalah teknik $otogra$i non in#asi$ yang dapat memperlihatkan dan menganalisa endotel kornea. Pemeriksaan ini menggunakan computer-assisted morphometry, sebuah mikroskop spekular  modern yang dapat menganalisis ukuran, bentuk dan populasi sel3sel endotel. Hnsrumen ini memproyeksikan sinar kedalam kornea dan menangkap gambar yang dire$leksikan dari  permukaan optik antara endotel kornea dan auous humor. Gambar yang dire$leksikan kemudian dianalisis dengan alat dan ditampilkan sebagai specular photomicrograph. ara ini merupakan metode terakurat untuk memeriksa endotel kornea. (homas

6. P$nata"a#(anaan

6.1. T$'a%i M$!i#am$nto(a G"a#oma

Penatalaksanaan pada pasien dengan glaukoma bertujuan untuk mempertahankan $ungsi #isual dengan mengendalikan tekanan intraokuler dan dengan begitu akan menegah atau menunda kerusakan sara$ optik yang lebih lanjut.H/ yang abnormal memainkan peran  penting dalam terbentuknya neuropati optik glaukomatosa. @eskipun H/ yang tinggi bukan satu3satunya $aktor yang menyebabkan neuropati optik, namun ini adalah satu3satunya $aktor  yang dapat di inter#ensi.12,1

 Pemberian penatalaksanaan seara dini dapat meminimalisasi terjadinya gangguan  penglihatan. Penurunan tekanan intraokular dapat menegah terjadinya kerusakan pada

(28)

ner#us optikus. emakin parah keadaan glaukoma yang terjadi, maka semakin rendah target H/ yang dibutuhkan untuk menegah progresi penyakit. 1

Penatalaksaan glaukoma sekunder sama dengan penatalaksaan glaukoma primer, dengan beberapa pengeulian. Penyebab dari glaukoma tersebut harus ditemukan. @isalnya  pada glaukoma u#eitis terapi steroid topikal, intraokular dan sistemik digunakan untuk 

menatalaksana proses in$lamasi, sedangkan analog prostaglandin biasanya dihindari karena  berpotensi menyebabkan eksaserbasi in$lamasi. 1

 Glaukoma dapat dikontrol tekanannya dengan  1

1. Ana"o+ %'o(ta+"an!in

8arutan bimatoprost 0,00%, 8atanoprost 0,00!% dan ra#oprost 0,00%, masing3masing sekali setiap malam, dan larutan Enoprostone 0,1!% empat kali sehari.

"nalog prostaglandin mengurangi H/ dengan meningkatkan aliran keluar  dari mata melalui rute u#eoskleral, dengan meningkatkan elah diantara otot korpus siliare. 7

8atanoprost dan tra#oprost mengurangi H/ sebesar 2!32%. 8antanoprost lebih e$ekti$ jika digunakan pada malam hari. $ek samping dari golongan obat ini adalah iris dan kulit periokular yang menjadi gelap akibat peningkatan melanosom dalam melanosit. $ek samping pigmentasi iris ini bersi$at permanen. $ek samping lainnya berupa hypertrihosis, trihiasis, tumbuhnya rambut pada -ajah, gatal, hiperemis konjungti#a. $ek samping sistemik yaitu, sakit kepala dan gejala3gejala saluran na$as atas. ;ontraindikasi dari golongan obat ini adalah ri-ayat menderita u#eitis, operasi katarak dengan komplikasi, keratitis, dan herpes simpleks. 12,1

Gam&a' 16 H)%$'t'i0-o(i( OS

(29)

2. Anta+oni(  a!'$n$'+i# 8 B"o0#$'9

K bloker mengurangi H/ dengan menghambat produksi "@P di epitel siliar, sehingga mengurangi sekresi akuos humor 20%30%. ontoh golongan obat ini adalah imolol, arteolol, 8e#obunolol, @etipranolol, dan 4etaAolol. &osis  biasanya berkisar antara 0,2!31%, digunakan  kali sehari. $ek ini munul dalam 1  jam setelah penggunaan dan bertahan hingga  minggu setelah penggunaan obat dihentikan. 4ukti menunjukkan bah-a K bloker menurunkan produksi akuos lebih  banyak pada siang hari dibanding saat tidur. aat penyerapan sistemik terjadi, H/  pada mata kontralateral juga dapat menurun. ontoh sediaan 'on selekti$ imolol maleate (timopti, konsentrasi 0,2!%, 0,!% dan dosis pemakaian  kali sehari. $ek samping pada mata  kekaburan, iritasi, anestesi kornea, keratitis puntate, alergi. ontoh sediaan non selekti$ lainnya imolol38" (istalol, imolol hemihydrate (betimol, 8e#obunolol (betagan, @etipranolol (optipranolol, dan arteolol hydrohloride (oupress. ontoh sediaan K 4loker selekti$ adalah  betaAolol dengan konsentrasi 0,2!% dan dosis pemakaian 2 kali sehari, e$ek 

samping pada mata  kekaburan, iritasi, anestesi kornea, keratitis puntate, alergi, e$ek samping sistemik  komplikasi paru3paru. 12,1

 imolol 0,2!% sama e$ekti$nya dengan timolol 0,!% dalam mengurangi H/. ebagian besar 4 bloker digunakan dua kali perhari. $ek samping sistemik  dari 4 bloker yaitu bronkospasme, bradikardi, blok jantung, hipotensi dan depresi P. 12,1

3. Pa'a(im%atomim$ti# 8Mioti#9

@iotik memiliki e$ek kontraksi s$ingter iris, menyebabkan pupil menjadi lebih keil. Golongan obat parasimpatomimetik telah digunakan sebagai terapi glaukoma selama lebih dari 100 tahun, terbagi menjadi 2 kelompok 

• &iret ating holinergik agonist

• Hndiret3ating antiholinesterase agents

&iret ating holinergik agonist mempengaruhi motor end plate dengan ara yang sama seperti asetilkholin yang di transmisikan pada post ganglion  parasimpatetik juntion, bekerja langsung pada serat otot s$ingter pupil. Hndiret3 ating antiholinesterase agents menghambat en:im asetilkholin esterase sehingga memperpanjang kinerja asetilkholin, sehingga menyebabkan miosis seara tidak  langsung. ;edua agen tersebut mengurangi H/ dengan menyebabkan kontraksi

(30)

otot siliare longitudinal sehingga mengenangkan trabekular mesh-ork dan meningkatkan aliran keluar akuos humor. "gen tersebut dapat menurunkan H/ 1!%32!%, indikasi dari terapi miotik ini adalah untuk terapi jangka panjang pada  pasien glaukoma sudut terbuka dan terapi pro$ilaksis untuk glaukoma sudut

tertutup. 12,1

"gen miotik dapat menimbulkan e$ek samping ablatio retina, katarak  (Hndiret3ating. ;arena obat indiret3ating lebih berpotensi menimbulkan e$eksamping okular dan sistemik, maka obat yang bersi$at diret ating lebih sering digunakan. Pilokarpin adalah agen diret ating yang paling banyak digunakan Pilokarpin, mempunyai konsentrasi 0,2310% dan dosis pemakaian 23 kali sehari. $ek samping pada mata  sinekia posterior, keratitis, miosis, miopia. $ek  sistemiknya  meningkatkan sali#asi, meningkatkan sekresi gaster.7,12

ontoh golongan obat parasimpatomimetik indiret yaitu $isostigmin (0,2!% dan 0,!% empat kali sehari, &emerarium 4romide, hothiophate Hodine (phospholine iodide. /bat ini mempunyai konsentrasi 0,12!% dan dosis  pemakaian 23 kali sehari. ara kerja  meningkatkan aliran trabekular dan menurunkan H/ sebesar 1!32!%. $ek samping yang pada mata  miopia, katarak, epi$ora. $ek samping sistemik  meningkatkan sali#asi, meningkatkan sekresi gaster. 12,1

4. In-i&ito' an-i!'a($ #a'&onat 8AI9

Hnhibitor anhidrase karbonat menurunkan pembentukan akuos humor  dengan akti#itas antagonis direk terhadap en:im karbonik anhidrase pada epitel siliar. "H sistemik dapat diberikan seara oral, intramuskular dan intra#ena dan  banyak digunakan pada situasi akut. "seta:olamide dan meta:olamide sistemik 

adalah ontoh "H yang paling sering digunakan. @eta:olamide mempunyai -aktu  paruh yang lebih panjang dibandingkan aseta:olamide. $ek samping dari "H sistemik tergantung kepada dosis, ontohnya penurunan berat badan, nyeri abdomen, diare dan lain3lain. 1

@eta:olamide (meta:ane menurunkan produksi akuos dan menurunkan H/ sebesar 1!320%. $ek samping sistemik  asidosis, depresi, latargi dan lain3 lain. digunakan pada dosis 2!3!0mg sebanyak 23 kali sehari. "seta:olamide (diamoA dapat dimulai pada dosis 62,! mg setiap 6jam, atau lebih tinggi jika dapat ditoleransi (12! dan 2!0 mg dan dosis pemakaian 23 kali sehari. ara kerja  2=

(31)

menurunkan produksi akuos dan menurunkan H/ sebesar 1!320%. $ek samping sistemik  asidosis, depresi, latargi.1

ontoh "H topikal yaitu &or:olamide dan 4rin:olamide. &or:olamide (trusopt, obat ini mempunyai konsentrasi 2% dan dosis pemakaian 23 kali sehari, e$eknya  osmoti gradient dehydrates #itreous dan menurunkan H/ sebesar 1!3 20%. $ek samping pada mata  miopia, penglihatan kabur, keratitis, konjungtu#itis. Pada pasien yang telah mendapatkan terapi "H oral tidak perlu lagi mendapatkan terapi "H topikal. $ek samping dari "H topikal adalah #isus yang kabur dan keratopati pungtata. 1

5. A+oni( a!'$n$'+i#

"gonis adrenergik non selekti$ yaitu epine$rin dan dipi#e$rin meningkatkan arus keluar trabekular dari u#eosklera. "rus keluar u#eosklera dipengaruhi oleh epine$rin yang menginduksi sintesis prostaglandin. @enariknya agen terkait epine$rin mungkin meningkatkan produksi akuos pada a-alnya namun dengan  penggunaan jangka panjang justru menurunkan produksi. pine$rin mempunyai konsentrasi 0,2!%, 0,!%, 1%, 2% dan dosis pemakaian 2 kali sehari. ara kerjanya meningkatkan aliran akuos dan menurunkan H/ sebesar 1!320%. $ek samping  pada mata  iritasi, konjungti#a hiperemis, retraksi kelopak mata, midriasis. $ek 

samping sistemik  hipertemsi, sakit kepala, ekstrasistole. 1

 &ipi#e$rin adalah prodrug yang akan ditrans$ormasi menjadi epine$rin oleh en:im esterase di kornea. &ipi#e$rin memiliki kemampuan penetrasi kornea yang lebih baik daripada epine$rin. Penggunaan agen3agen ini sering menyebabkan dilatasi pupil sebagai konsekuensi aksi L agonis yang menstimulasi reseptor  norepine$rin yang mungkin mempresipitasi sudut tertutup pada indi#idu tertentu. ;ini agen adrenergik non selekti$ telah digantikan dengan agonis L2 adrenergik  yang selekti$ karena e$ekti$itas yang lebih tinggi dan e$ek samping yang lebih sedikit. $ek agonis L1 adrenergik pada mata terdiri dari #asokonstriksi, dilatasi  pupil, retraksi kelopak mata, sedangkan e$ek agonis L2 adrenergik berupa  pengurangan H/ dan bersi$at neuroprotekti$. "praklonidin dan brimonidin merupakan ontoh agonis L2 adrenergik yang telah dikembangkan menjadi terapi glaukom. "pralonidin )l (iopidin /bat ini mempunyai konsentrasi 0,!%, 1% dan dosis pemakaian 23 kali sehari. ara kerjanya dengan menurunkan produksi akuos, menurunkan tekanan #ena episkleral dan menurunkan H/ sebesar 2030%. 0

(32)

$ek samping pada mata  iritasi, iskemia, alergi, retraksi kelopak mata, konjungti#itis $olikularis. $ek samping sistemik  hipotensi, kelelahan, hidung dan mulut kering, #aso#agal attak. 4rimonidine tartrate 0,2% (alphagan /bat ini mempunyai konsentrasi 0,2% dan dosis pemakaian 23 kali sehari. ara kerjanya dengan menurunkan produksi akuos, meningkatkan alairan u#eoskleral dan menurunkan H/ sebesar 2030%. $ek samping yang pada mata  kekaburan, edem kelopak mata, kekeringan, sensasi benda asing. $ek samping sistemik adalah sakit kepala, hipotensi, kelelahan, insomnia. 1

6. A+$n Hi%$'o(moti# 

"gen hiperosmotik digunakan untuk mengontrol episode akut dari  peningkatan H/. "gen hiperosmotik yang sering digunakan ontohnya mannitol intra#ena dan gliserin oral. @annitol parenteral (osmitrol, obat ini mempunyai konsentrasi 20% soln dan !0% soln dan dosis pemakaian 2grDkg44. $eknya  osmoti gradient dehydrates #itreous dan menurunkan H/ sebesar 1!320%. $ek  samping pada mata  H/ rebound. $ek samping sistemik  retensi urin, sakit kepala, gagal jantung kongesti$. aat diberikan seara sistemik agen hiperosmotik  menurunkan H/ dengan meningkatkan osmolaritas darah, sehingga meniptakan gradien osmotik antara darah dan #itreus humor, mengalirkan air dari ka#itas #itreus dan menurunkan H/. emakin besar dosis dan semakin epat pemberian maka semakin besar pula penurunan H/. *ika blood auos barrier terganggu maka agen osmotik akan memasuki mata lebih epat dibanding jika barrier nya intak, sehingga durasi kerja obat dan e$ekti$itas obat berkurang. $ek samping dari obat ini berupa sakit kepala, bingung, )I akut, in$ark miokard dan lain3lain . 1

T$'a%i G"a#oma S!t T$'&#a

erapi biasanya dimulai dengan satu jenis obat topikal, keuali jika H/ sangat tinggi yang dapat menggunakan terapi kombinasi. "nalog prostaglandin, 4 bloker, agonis L2, dan "H topikal dapat dijadikan terapi lini pertama. "nalog prostaglandin satu kali sehari sangat e$ekti$ untuk menurunkan H/ dan memiliki dampak sistemik yang paling aman. /bat tetes mata yang diberikan pada -aktu yang sama sebaiknya dipisahkan pemberiannya minimal ! menit untuk menghindari terhapusnya obat pertama oleh obat kedua. Perlu juga memberitahu  pasien untuk menutup mata selama 13 menit setelah pemberian obat tetes untuk membantu  penetrasi obat ke kornea dan mengurangi absorbsi sistemik. *ika suatu obat tidak berhasil 1

(33)

mengurangi H/ sesuai target sebaiknya dihentikan dan diganti dengan obat yang lain. *ika tidak ada pengobatan tunggal yang berhasil mengontrol H/ maka harus digunakan terapi kombinasi agen topikal. 'amun jika pasien membutuhkan tiga atau lebih obat maka potensi e$ek samping okuler dan sistemik akan meningkat. Pasien dengan glaukoma sudut terbuka membutuhkan monitoring seara periodik berupa pengukuran H/, gambaran ner#us optikus dan lapangan pandang . 1

T$'a%i G"a#oma S!t T$'tt%

erapi medis untuk glaukoma sudut tertutup akut ditujukan untuk mempersiapkan  pasien untuk iridektomi. ujuan pengobatan adalah untuk mengurangi H/ seara epat sehingga dapat menghindari kerusakan lebih lanjut ner#us optikus, udem kornea dan mengurangi in$lamasi intraokuler, membiarkan pupil konstriksi, dan menghindari  pembentukan sinekia anterior dan posterior. erapi untuk glaukoma sudut tertutup kronik 

sama dengan glaukoma sudut terbuka primer. @iotik memainkan peran yang penting namun  penggunaan nya meningkatkan H/ jika sudut tertutup dan trabekular mesh-ork non

$ungsional. 1

Pada serangan akut sebaiknya tekanan diturunkan terlebih dahulu dengan pilokarpin 2% setiap menit selama ! menit yang disusul setiap satu jam selama 1 hari. Pengobatan glaukoma akut harus segera berupa topikal dan sistemik. ujuan pengobatan ialah menurunkan tekanan bola mata seepatnya, kemudian bila tekanan bola mata normal dan mata tenang dilakukan pembedahan. Pengobatan sistemik diberikan HB karena pasien sering merasa mual. &iberikan aseta:olamid !00 mg HB, yang disusul dengan 2!0mg tablet setiap   jam sesudah keluhan mual hilang. Hntra#ena dapat juga diberikan mannitol 1,!32mgDkgbb

dalam larutan 20%.2

T$'a%i P$m&$!a-an

erapi pembedahan pada glaukoma biasanya dilakukan jika terapi medikamentosa tidak  dapat ditoleransi, tidak e$ekti$, tidak berman$aat bagi pasien dan glaukoma tetap tidak  terkontrol baik yang telah mengalami kerusakan progresi$ maupun yang memiliki resiko. Pada pasien dengan glaukoma primer sudut terbuka pembedahan dipertimbangkan jika terapi medis gagal. rabekulektomi memiliki beberapa keuntungan yaitu kontrol H/ yang lebih  baik, penurunan angka kunjungan kembali pasien ke dokter dan lapangan pandang yang lebih  baik. )asil penelitian HGP ( ollaborati#e Hnitial Glauoma reatment tudy

(34)

mengkon$irmasi bah-a terapi bedah inisial menghasilkan kontrol H/ yang lebih baik  dibandingkan terapi medis. 4agaimanpun penemuan ini tidak menghasilkan lapangan  pandang yang lebih baik pada subjek karena pembedahan memiliki resiko yang lebih tinggi untuk katarak. 4eberapa jenis pembedahan yang dapat dilakukan pada glaukoma adalah trabekulektomi dan berbagai #ariasinya, prosedur penurunan H/ non penetrasi, Hmplantasi "uos hunt, Pembedahan sudut untuk glaukoma sudut tertutup dan glaukoma kongenital, dan ablasi korpus siliare. Prosedur lain seperti iridektomi dan gonioplasti mengatasi masalah akses akuos ke sudut. Entuk masing3masing kondisi, penting untuk mengetahui indikasi, kontra indikasi, pato$isiologi penyakit, untuk menjalankan renana bedah yang tepat. 4edah glaukoma dapat dilakukan dengan laser atau teknik bedah insisi. 1

B$!a- Unt# G"a#oma S!t T$'&#a

a.  Laser tra'eculoplasty (L&)

8P adalah teknik menembakkan energy laser pada trabekular mesh-ork. 4eberapa modalitas 8P yang ada antara lain argo laser trabeuloplasty ("8, diode laser  trabeuloplasty, dan seleti#e laser trabeuloplasty (8. 1

3 Hndikasi

8P diindikasikan jika penurunan H/ gagal meski dengan terapi medikamentosa maksimal. api sekarang ini, "8 juga bisa digunakan sebagai terapi a-al. &ari penelitian yang dilakukan oleh he Glaukoma 8aser rial (G8 ?esearh Group, "8 sebagai terapi a-al terbukti see$ekti$ medikamentosa. 1

3 ;ontraindikasi

8P kontraindikasi pada

Hn$lammatory glauoma, iridoorneal endothelial (H syndrome, neo#asular  glauoma, dan sinekia sudut tertutup.1

3 ;omplikasi

;omplikasi terbanyak 8P adalah peningkatan H/, yaitu pada sekitar 20% pasien. Peningkatan H/ terjadi dalam 13 jam pertama setelah tindakan, sehingga semua pasien harus dikontrol dengan seksama. Entuk mengatasinya bisa digunakan apralonidine topial 1%, brimonidine topial 0,2%. *ika tidak berhasil, bisa digunakan hyperosmoti agent dan arboni "nhydrase Hnhibitos ("Hs oral. 1

3 )asil dan $ollo- up

(35)

$ek 8P baru akan terlihat  sampai 6 minggu. ekitar >0 % pasien akan mengalami  penurunan tekanan intraokuler yang minimal setelah enam sampai 12 bulan. >0 % pasien

akan mengalami penurunan H/ yang signi$ikan dalam 6312 bulan setelah 8P. !0 % pasien mengalami penurunan tekanan intraokuler yang signi$ikan dalam 3! tahun. 0 % paien sukses meurunkan tekanan intraokulernya dalam 10 tahun. 1

Peningkatan tekanan intraokuler masih bisa terjadi pada beberapa paien setelah  beberapa bulan atau beberapa tahun pasa pengobatan. 8P lanjutan mungkin bisa berguna

terutama jika semua sudut belum ditatalaksana sebelumnya. *ika 8P pertama gagal menurunkan tekanan intraokuler maka sebaiknya dilakukan trabekulektomi. 1

 b. eknik 4edah Hnsisional

ujuan bedah insisi pada glauoma adalah untuk membuat jalur baru atau $istel untuk  mengalirkan aueous humor dari oa melalui de$ek insisi di slera menuju subkonjungtti#a dan daerah sub3enon. 1

3 Hndikasi

4edah insisi diindikasikan jika penurunan H/ gagal melalui medikamentosa dan tatalaksana laser. Hndikasi pastinya adalah glauoma dengan kemungkinan kerusakan ner#us opti yang tinggi. 1

3 ;ontraindikasi

;ontraindikasi relati#e bedah insisi antara lain rubeosis iridis atau iritis akti$. 4edah insisi kurang menguntungkan pada pasien a$akia atau pseudo$akia,  beberapa jenis glauoma sekunder (ontohnya u#eitis atau neo#askuler dan pada  beberapa pasien yang gagal operasi insisi sebelumya. 1

3 ;omplikasi

arly ompliation 8ate ompliation

Hn$eksi 4oor atau gagalnya $istel

)ipotoni ;atarak

/" datar 4lebitis

@isdiretion "ueous ndophtalmitis

)i$ema )ipotonia

Pembentukan ;atarak Ptosis

Peningkatan H/ sementara ?etraksi ;elopak @ata $usi ;oroid

Perdarahan uprakoroid E#eitis Persisten

;ehilangan Penglihatan

4edah Hnsisi glauoma diikuti dengan $lap slera untuk menegah post operati$ hipotoni a-al.

(36)

*ika semua usaha bedah tersebut gagal dilakukan prosedur siklodestrukti$ untuk  menghanurkan badan silier. Prosedur siklodestrukti$ antara lain dengan krioterapi, diatermi, ultrasonik $rekuensi tinggi dan dengan termal neodynium. 1

B$!a- Unt# G"a#oma S!t T$'tt%

Poin keputusan klinis pertama setelah diagnosis glauoma sudut tertutup adalah membedakan antara sudut tertutup yang disebabkan blok pupil, dan sudut tertutup yang disebabkan mekanisme lain. Hridektomi laser adalah prosedur pilihan untuk membebaskan  blok pupil, tetapi ini tidak berguna pada mata dengan sinekia komplit yang disebabkan neo#askularisasi dari in$lamasi kronik. 4agaimanapun, sesekali dibutuhkan iridektomi untuk  tindakan diagnosti. @isalnya, diagnosis iris plateau dapat dikon$irmasi hanya jika iridektomi  paten gagal untuk mengubah kon$igurasi iris peri$er dan membebaskan sudut yang tertutup. 1

atalaksana untuk glauoma blok pupil, baik primer maupun sekunder, adalah iridektomi dengan laser atau dengan insisi. Prosedur ini memungkinkan rute alternati#e bagi akuos yang terjebak di /P untuk bisa memasuki /", yang membuat hilangnya oklusi  pada trabekular mesh-ork. Pembedahan laser telah menjadi pilihan pada hamper semua

kasus. 8aser argon dan laser 'dF"G sama3sama e$ekti$, namun laser 'dF"G kini lebih  popular. kstraksi katarak juga sama e$ekti$nya dengan terapi glauoma sudut tertutup sekunder akibat blok pupil. &engan terbebasnya blok pupil, H/ dapat turun ke normal atau tetap tinggi. Pada poin ini, indikasi pembedahan menjadi sama dengan indikasi pada glauoma sudut terbuka primer. 4lok pupil akibat a$akia atau lensa intra/" biasanya membutuhkan iridektomi insisi, karena #itreus dapat menyumbat iridektomi laser. ;etika

operasi katarak menyebabkan a$akia atau pemberian lensa intra/", iridektomi insisi harus !i"a##an (aat %$m&$!a-an #ata'a# t$'($&t.13

Gam&a' 1; (!t t$'tt% I'i!$#tomi

(37)

a. I'i!$#tomi "a($'

Hndikasi "danya blok pupil atau untuk menegah terjadinya blok pupil, dinilai dengan gonioskopi

;ontraindikasi rubeosis iridiis karena dapat terjadi perdarahan. &. Gonio%"a(t) ata i'i!o%"a(t)

Hndikasi  @erupakan teknik untuk memperdalam sudut. angat berguna untuk  glaukoma sudut tertutup akibat iris plateau. 1

;ontraindikasi  sama dengan iridektomi laser.1

0. B$!a- In(i(iona"

Hridektomi insisi dibutuhkan jika tidak dapat dilakukan dengan laser, misalnya pada kornea yang bera-an, oa yang datar dan pasien yang kurang kooperati$. 1

T$'a%i G"a#oma a#i&at "$n(a 1. Glaukoma Phaolyti

erapi nya adalah pemberian obat3obatan untuk mengontrol H/, namun terapi de$initi$ adalah ekstraksi katarak.1

2. Glaukoma partikel lensa

erapi medis untuk mengontrol H/ diberikan setelah operasi ekstraksi katarak, sambil menunggu residu material lensa diserap.erapi yang diberikan adalah obat yang menurunkan pembentukan akuos, midriatik untuk menghambat pembentukan sinekia posterior, dan kortikosteroid topikal untuk mengurangi in$lamasi. *ika glaukoma tetap tidak terkontrol maka dibutuhkan pengambilan material lensa tersebut.1

. Glaukoma Phako antigeni

Glaukoma Phakoantigeni diterapi seara medikamentosa dengan menggunakan kortikosteroid dan obat yang menurunkan pembentukan akuos, untuk mengurangi in$lamasi dan H/. *ika tidak berhasil residu material lensa harus diangkat.

. Glaukoma Phakomorphi

(38)

erapi yang dibutuhkan adalah iridektomi laser diikuti dengan ekstraksi katarak. Pada banyak kasus, iridektomi tidak terlalu dibutuhkan jika pembedahan katarak  sudah direnanakan dalam -aktu dekat. 1

!. topia 8entis

&ua Hridektomi laser yang terpisah sebesar 1>00merupakan terapi yang dibutuhkan

untuk membebaskan blok pupil sementara sampai dilakukan terapi de$initi$ berupa lensektomi. kstraksi lensa biasanya diindikasikan untuk mengurangi blok lensa yang berulang dan menegah glaukoma sudut tertutup kronik. 1

;. Kom%"i#a(i

*ika tidak ditatalaksana dengan baik, maka peninggian H/ yang lama dapat mengakibatkan komplikasi yaitu 

• Elkus kornea  akibat udem yang lama, hingga dapat menyebabkan per$orasi

• Pembentukan sta$iloma  akibat peningkatan H/ yang kontinyu, sklera menjadi

sangat tipis dan atro$i, hingga akhirnya menonjol ke luar ke regio siliaris ( ciliary  staphyloma maupun regio ekuator (equatorial staphyloma.

"tro$i bulbi  "khirnya, terjadi degenerasi korpus siliaris, H/ jauh menurun, dan bola mata menyusut.

DA*TAR PUSTAKA

1. Glauoma. &iakses dari  ---.emedine.om. pada tanggal 2> "pril200=

2. Hlyas . Penglihatan turun perlahan tanpa mata merah. &alam Hlyas , editor. Hlmu Penyakit @ata. disi . *akarta 4alai Penerbit I;EH5 2007. hal. 212317.

. ?ijal "P, ;arki &4. ;athmandu Eni#ersity @edial *ournal (2006, #ol , 'o 1. Bisual /utome and H/P ontrol "$ter atarat urgery in 8ens Hndue Glauoma

Referensi

Dokumen terkait

10 Di sisi lain penelitian ini tidak serta merta menjelaskan Thoriqohnya saja, melainkan menjelaskan pribadi dan pemikiran kiai haji Ahmad Dimyathi Romly yang

Kedua refluk rasio tidak memiliki perbedaan yang nyata jika refluk rasio mempengaruhi berat jenis, namun demikian dapat dilihat bahwa persentase kesalahan berat

Ruang lingkup penulisan sekripsi ini dikususkan pada bidang Ilmu Hukum bagian Administrasi Negara karena mengkaji mengenai pelaksanaan pengembangan pariwisata oleh Dinas

Pada saat wawancara, peneliti melakukan wawancara dengan pemilik toko Andini yang bertujuan untuk mengetahui apa saja yang dibutuhkan dari segi aplikasi sistem

Untuk dapat mengetahui prosedur penerjemahan informasi implisit, pertama kali harus diketahui unsur bahasa yang merupakan elipsis dan selanjutnya di analisis prosedur

Kualitas jasa sangat dipengaruhi oleh persepsi konsumen. Persepsi konsumen lebih mengacu pada perasaan konsumen terhadap jasa yang diterimanya berdasarkan apa yang

memberikan kesan baik kerana masalah yang dihadapi oleh negara tersebut dapat diselesaikan.Malaysia juga dapat. membuktikan bahawa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan bank pemerintah tahun 2012-2016 dengan pendekatan Risk Profile, Good Corporate Governance,.. Earnings,