• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktek Sanitasi Rs Sardjito Kel s5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Praktek Sanitasi Rs Sardjito Kel s5"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan untuk umum, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, yang memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan, gangguan kesehatan dan atau dapat menjadi tempat penyebab penularan penyakit.

Pencemaran dapat terjadi karena di rumah sakit terdapat polutan baik dalam bentuk fisik, kimia maupun bakteriologis. Bentuk pencemaran fisik bersumber dari tempat antara lain bau limbah yang dihasilkan dan dari hasil pembakaran limbah medis dari incenerator. Pencemaran kimia bersumber dari laboratorium dan laundry. Sedangkan pencemaran mikrobiologi bersumber dari mikroba pathogen seperti Salmonella, Vibrio chollera, Klebsiella, Pneumonia, dan lain-lain. Mikroba tersebut merupakan mikroba yang berbahaya bagi manusia.

Selain dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, rumah sakit dapat pula menjadi tempat penularan penyakit. Penularan penyakit dapat terjadi apabila pengunjung atau pasien yang masuk rumah sakit untuk pengobatan suatu penyakit tertentu, terinfeksi oleh kuman yang terdapat di lingkungan rumah sakit. Infeksi yang terjadi di rumah sakit disebut Infeksi Nosokomial (Inos). Pengendalian faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit dan pencegahan penyakit merupakan pengertian dari sanitasi (Ehler dan Stele, 1983).

Secara luas, Ilmu Sanitasi adalah penerapan prinsip-prinsip yang telah diungkapkan oleh Ehler dan Stele, yaitu pengendalian faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit dan pencegahan penyakit. Ilmu Sanitasi bertujuan membantu dalam memperbaiki, menjaga, dan memulihkan lingkungan manusia, sehingga kehidupan yang sehat dapat terwujud. Oleh karena itu penerapan sanitasi mencakup berbagai segi yang berkaitan dengan

(2)

Dalam lingkup rumah sakit, upaya penyehatan yang dilakukan antara lain :

1. Penyehatan bangunan dan ruang termasuk pencahayaan, penghawaan, kebisingan serta kelembaban.

2. Penyehatan makanan dan minuman. 3. Penyediaan air bersih.

4. Penanganan sampah.

5. Penyehatan tempat pencucian umum, termasuk pencucian linen.

6. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu. 7. Sterilisasi dan desinfeksi ruangan.

8. Pencegahan infeksi nosokomial.

9. Upaya promosi kesehatan dari aspek kesehatan lingkungan. Upaya di atas bertujuan untuk mengurangi terjadinya infeksi nosokomial yang disebabkan oleh kondisi lingkungan rumah sakit karena kurang memenuhi syarat kesehatan ataupun terjadinya pencemaran lingkungan. Pemerintah juga telah berusaha mengeluarkan Permenkes RI No. 986/Menkes/Per/1992 Tanggal 14 November 1992 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Selain itu pemerintah telah menetapkan bahwa setiap rumah sakit harus memiliki tenaga sanitasi. Mengacu pada Permenkes tersebut di atas, maka salah satu dari kurikulum Jurusan Kesehatan Lingkungan adalah mengadakan Praktik Lapangan Mata Kuliah Praktek Sanitasi Rumah Sakit. Praktek lapangan kali ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito yang terletak di Jalan Kesehatan No. 1 Sekip, Bulaksumur, Yogyakarta. Tujuan dari pelaksanaan Praktek Sanitasi Rumah Sakit ini yaitu agar mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dan memperoleh pengalaman serta menambah keterampilan di lapangan.

Maksud diselenggarakan Praktek Sanitasi Rumah Sakit adalah untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan berfikir dan bertindak secara

(3)

prinsip siklus pemecahan masalah meliputi analisis situasi, perumusan masalah, penyusunan alternatif terbaik, penyusunan rencana operasional, implementasi monitoring dan evaluasi.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melaksanakan kegiatan praktik sanitasi rumah sakit di Rumah Sakit di RSUP Dr. Sardjito.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme Penyediaan Air Bersih (PAB) di RSUP Dr. Sardjito.

b. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme Desinfeksi (Sterilisasi) ruangan di RSUP Dr. Sardjito.

c. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme pengolahan limbah cair di RSUP Dr. Sardjito.

d. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme pengolahan sampah di RSUP Dr. Sardjito.

e. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme Pengawasan dan Pemantauan Lingkungan Fisik (PPLF) di RSUP Dr. Sardjito.

f. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu di RSUP Dr. Sardjito.

C. Ruang Lingkup

1. Waktu Penyelenggaraan Praktek Sanitasi Rumah Sakit

Pelaksanaan Praktek Sanitasi Rumah Sakit di RSUP Dr. Sardjito dilaksanakan selama 2 minggu, yaitu tanggal 23 Juli-3 Agustus 2012.

2. Lokasi

Lokasi Praktek Sanitasi Rumah Sakit di RSUP Dr. Sardjito pada tiap-tiap sub bagian unit sanitasi di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito. Yang meliputi Unit Penyediaan Air Bersih (PAB), Unit Desinfeksi

(4)

Ruangan, Unit Instalasi Pengolahan Limbah Cair (IPLC), Unit Pengolahan Sampah, Unit Pengawasan dan Pemantauan Lingkungan Fisik (PPLF), dan Unit Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu.

3. Materi

Materi yang diambil yaitu tentang : a. Penyediaan Air Bersih (PAB) b. Desinfeksi Ruangan

c. Instalasi Pengolahan Limbah Cair (IPLC) d. Pengolahan Sampah

e. Pengawasan dan Pemantauan Lingkungan Fisik (PPLF) f. Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu

4. Sasaran

Sasaran dari kegiatan ini adalah semua unit sanitasi, yang meliputi Unit Penyediaan Air Bersih (PAB), Unit Desinfeksi Ruangan, Unit Instalasi Pengolahan Limbah Cair (IPLC), Unit Pengolahan Sampah, Unit Pengawasan dan Pemantauan Lingkungan Fisik (PPLF), dan Unit Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu, yang berada di RSUP Dr. Sardjito.

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

1. Sanitasi

Sanitasi menurut definisi yang dikemukakan oleh WHO adalah merupakan usaha pencegahan / pengendalian semua faktor lingkungan fisik yang dapat memberikan pengaruh terhadap manusia, terutama yang sifatnya merugikan / berbahaya terhadap perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia.

2. Rumah Sakit

Rumah sakit adalah upaya kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan serta berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan tempat penelitian.

3. Sanitasi Rumah Sakit

Sanitasi rumah sakit adalah upaya pengawasan berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi, dan biologi di rumah sakit, yang menimbulkan atau dapat mengakibatkan pengaruh buruk pada kesehatan jasmani, rohani, dan kesejahteraan sosial bagi petugas, penderita, pengunjung, dan masyarakat di sekitar rumah sakit.

B. Tujuan Sanitasi Rumah Sakit

Sanitasi rumah sakit diselenggarakan dengan tujuan agar terwujudnya/terciptanya kondisi lingkungan rumah sakit yang memenuhi syarat sanitasi dan menjamin pencegahan infeksi nosokomial dan membantu proses pengobatan serta penyembuhan penderita.

C. Fungsi Rumah Sakit

1. Menyediakan dan menyelenggarakan : a. Pelayanan medik

(6)

b. Pelayanan penunjang medik c. Pelayanan perawatan

d. Pelayanan rehabilitasi

e. Mencegah penyakit dan peningkatan kesehatan

2. Sebagai tempat pendidikan dan atau latihan tenaga medik dan paramedik. 3. Sebagai tempat pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan

teknologi di bidang kesehatan. D. Klasifikasi Rumah Sakit

Dalam pemberian pelayanan kesehatan rumah sakit adalah memberikan pelayanan berupa pelayanan rawat jalan, rawat inap, gawat darurat yang mencakup pelayanan medik dan penunjang medik. Sesuai dengan banyaknya jenis pelayanan rumah sakit dibedakan menjadi Rumah Sakit Umum (RSU) dan Rumah Sakit Khusus (RSK).

1. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan semua jenis penyakit dari yang bersifat dasar sampai dengan sub spesialistik.

2. Rumah Sakit Khusus (RSK) adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan berdasarkan jenis penyakit tertentu atau disiplin ilmu tertentu.

3. Klasifikasi rumah sakit adalah pengelompokkan rumah sakit berdasarkan perbedaan bertingkat menurut kemampuan pelayanan kesehatan yang dapat disediakan.

4. Akreditasi rumah sakit adalah pengakuan bahwa rumah sakit memenuhi standar minimal yang ditentukan.

Penyelenggara dan atau pemilik rumah sakit dapat pemerintah atau swasta.

1. Klasifikasi RSU Pemerintah terdiri dari :

a. Kelas A mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan sub spesialistik luas.

(7)

b. Kelas BII mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan sub spesialistik terbatas.

c. Kelas BI mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik sekurang-kurangnya 11 jenis spesialistik. d. Kelas C mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik sekurang-kurangnya 4 dasar lengkap. e. Kelas D mempunyai fasilitas dan kemampuan sekurang-kurangnya pelayanan medik dasar.

2. Klasifikasi RSU Swasta terdiri dari :

a. RSU Swasta Pratama, yang memberikan pelayanan medik bersifat umum.

b. RSU Swasta Madya, yang memberikan pelayanan medik bersifat umum dan spesialistik dalam 4 cabang.

c. RSU Swasta Utama, yang memberikan pelayanan medik bersifat umum, spesialistik, dan sub spesialistik.

E. Upaya Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit Upaya penyehatan lingkungan rumah sakit berupa :

1. Penyehatan bangunan dan ruangan, termasuk pencahayaan, penghawaan serta kebisingan.

2. Penyehatan makanan dan minuman. 3. Penyehatan air dan kualitasnya. 4. Penanganan sampah dan limbah.

5. Penyehatan tempat pencucian umum dan laundry. 6. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu. 7. Sterilisasi dan desinfeksi.

8. Perlindungan radiasi.

(8)

F. Dasar Hukum

Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

(9)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Survey Data Dasar

1. Klasifikasi Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito termasuk Rumah Sakit Umum (RSU) Pemerintah Kelas A.

2. Letak Geografi

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito terletak di Jln. Kesehatan No. 1 Sekip, Bulaksumur, Yogyakarta, dengan batas-batas sebagai berikut:

a. Sebelah utara : Kampus Fakultas Teknik UGM b. Sebelah timur : Kampus Fakultas Kedokteran UGM c. Sebelah selatan : Komplek pertokoan

d. Sebelah barat : Sungai Code

3. Wilayah Kerja

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito termasuk Rumah Sakit Umum (RSU) Pemerintah Kelas A, dan juga rumah sakit rujukan bagi daerah-daerah di sekitar kota Yogyakarta. Adapun wilayah kerja RSUP Dr. Sardjito mencakup wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Propinsi Jawa Tengah bagian selatan.

4. Sarana dan Prasarana

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito mempunyai sarana dan prasarana yang lengkap, yang mencakup :

a. Sarana pelayanan kesehatan di RSUP Dr. Sardjito yaitu Instalasi Rawat Inap (IRNA), Instalasi Gawat Darurat (IGD), Unit Haemodialisa, Unit Bedah Sentral, dan lain-lain.

b. Sarana penunjang medik di RSUP Dr. Sardjito yaitu apotek, Unit Sanitasi (PAB, IPLC, PPLF, dll), dan lain-lain.

c. Fasilitas umum di RSUP Dr. Sardjito yaitu musholla, minimarket, bank, dan lain-lain.

(10)

B. Kegiatan Pengelolaan Limbah Cair

1. Pengertian

Adalah upaya untuk mengolah limbah cair rumah sakit yang berasal dari semua unit pelayanan yang memungkinkan mengandung bahan pencemar, baik fisik, biologi, kimia, dan radioaktif, sehingga memenuhi persyaratan Baku Mutu SK Gubernur No. 65 tahun 1999.

2. Tujuan

Supaya limbah cair yang dihasilkan oleh semua kegiatan di RSUP Dr. Sardjito dapat diolah, sehingga kualitasnya dapat memenuhi persyaratan Baku Mutu SK Gubernur DIY No. 65 Tahun 1999, sehingga tidak menimbulkan masalah pada lingkungan.

3. Fasilitas Yang Diperlukan

Unit pengolahan limbah cair (Metode Lumpur Aktif) beserta jaringan perpipaan.

4. Pelaksanaan Kegiatan

a. Pengamatan fungsi jaringan perpipaan

b. Pengamatan dan pengoperasian fungsi pompa c. Pengamatan dan pengoperasian fungsi blower d. Pencatatan debit/ meteran air limbah

e. Pengoperasian sand filter dan carbon filter f. Back wash sand filter dan carbon filter g. Penambahan desinfektan (kaporit)

h. Pemeriksaan dan pencatatan pH dan sisa chlor i. Penambahan lumpur ke dalam bak aerasi (recycle)

j. Pengurasan bak sedimentasi, bak uji biologi I dan II, bak kontak chlor k. Pengambilan sampel air limbah

5. Sarana yang digunakan dalam proses pengolahan limbah

a. Bak ini berfungsi untuk menampung limbah sementara sebelum dipompakan ke jaringan perpipaan untuk dialirkan ke sentral pengolahan limbah cair.

(11)

b. Bak penangkap lemak

Bak ini berfungsi untuk memisahkan sisa makanan dan lemak, yang terbawa dalam limbah cair sebelum dialirkan ke sentral pengolahan limbah.

c. Jaringan Perpipaan

Merupakan jaringan perpipaan tertutup yang dilengkapi dengan bak kontrol pada setiap titik pertemuan. Jaringan perpipaan ini akan mengalirkan ;imbah cair dari sumber ke sentral pengolahan limbah secara gravitasi.

d. Saringan/ Screening

Berfungsi untuk menyaring apabila masih ada benda-benda padat/ pasir dan sejenisnya yang terikat dalam limbah cair.

e. Sentral Pengolahan Limbah Cair

Suatu rangkaian unit pengolahan yang mengolah limbah cair dari bermacam-macam sumber dan jenis limbah cair yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit untuk diproses secara biologi, fisika dan kimia dengan metode lumpur aktif sebelum dibuang ke badan air/lingkungan. 1) Bak Penampung Pasir

Berfungsi untuk mengendapakan pasir dan benda-benda padat lain yang terkandung dalam air limbah.

2) Bak Equalisasi

Fungsi untuk mencampur komposisi limbah dari fisik, kimia, biologi dan debit air agar stabil dan agar tidak berpengaruh buruk di bak pengolahan selanjutnya. Dari bak equalisasi dialirkan ke bak aerasi dengan pompa.

3) Bak Aerasi

Bak aerasi terdiri dari 3 bak yaitu bak aerasi I, II, dan III yang dialirkan dari bak aerasi I sampai bak aerasi III secara gravitasi. Penambahan O2 di bak aerasi ini menggunakan blower, yang beroperasi secara otomatis. Metode pengolahan pada bak aerasi yaitu menggunakan bantuan mikroorganisme aerob. Tujan dari bak aerasi

(12)

adalah mendegradasi limbah cair secara aerob sehingga menghasilkan flok-flok yang akan menjadi lumpur.

4) Bak Sedimentasi

Fungsi untuk mengendapkan flok-flok yang telah menjadi lumpur. Endapan lumpur yang dihasilkan dialirkan ke bak lumpur. Untuk jalan lumpur ada dua macam yaitu masuk ke :

5) Drying bed yang dikeringkan untuk pupuk

Bak aerasi yang dialirkan ke bak aerasi pada saat dilakukan resikel untuk menambah bakteri dan nutrien untuk untuk proses biodegradasi dari bak aerasi.

6) Bak Lumpur Aktif

Fungsi untuk menampung lumpur aktif sebelum dialirkan ke Drying Bed pada umur 5-10 hari dan sebelum dialirkan ke bak aerasi.

7) Bak Uji Biologi I dan II

Fungsi untuk mengetahui pengaruh air limbah terhadap hewan aquatik.

8) Bak Kontak Chlor

Pada bak ini diberi penambahan chlor 70% dalam bentuk kaporit yang diencerkan. Chlor ini berfungsi untuk membunuh bakteri patogen pada ail l;imbah sebelum dialirkan ke badan air serta menghilangkan bau air limbah.

9) Filter

Ada 2 filter yaitu sand filter dan carbon filter. Pada bak sand filter ini menggunakan pasir kuarsa dan koral yang berfungsi sebagai penyaring partikel-partikel yang masih melayang dan belum mengendap pada bak sedimentasi. Sedangkan carbon filter menggunakan carbon aktif yang berfungsi sebagai penyaring partikel yang belum tersaring dan juga sebagai penyerap kadar chlor dalam air limbah olahan.

(13)

10) Bak Uji Biologi III

Bak ini berfungsi untuk mengetahui pengaruh terhadap hewan aquatik setelah adanya penambahan desinfektan chlor 70%.

11) Dryng Bed dan Belt Press

Fungsi untuk memproses lumpur yang sudah tidak terpakai untuk dikeringkan menjadi pupuk.

6. Pembahasan

a. Pengoperasian Instalasi Pengolahan Limbah Cair memerlukan ketelitian dan kecermatan dalam proses pengoperasian IPLC.

b. Pengurasan bak sedimentasi, bak uji biologi, dan bak kontak Chlor dilakukan selama sebulan sekali atau setelah bak tersebut terdapat endapan yang cukup tebal. Tujuannya untuk memperlancar aliran dalam proses pengolahan air limbah.

c. Penambahan Kaporit

Penambahan kaporit ini dilakukan setiap pagi hari dengan menimbang kaporit sebanyak 0,432 kg. penambahan kaporit ini dimaksudkan untuk membunuh bakteri patogen pada air limbah sebelum dialirkan ke badan air serta menghilangkan bau air limbah.

C. Pengelolaan Limbah Padat di Incenerator RSUP Dr. Sardjito

Sampah medis adalah barang atau bahan buangan padat sebagai tindakan medis termasuk sampah infeksius sehingga berbahaya bagi orang yang konyak langsung atau tidak kontak langsung. Jenis sampah ini dihasilkan dari ruang poliklinik, ruang perawatan, kamar bersalin, UGD, dll. Sampah infeksius berupa spuit injeksi, infus set, dressing gas, kemasan obat-obatan, obat kadaluarsa, jaster, tube, cup, HD set, dll. Penanganan sampah medis yaitu dengan cara di bakar di incenerator. Incenerator adalah mesin pembakaran limbah padat medis atau tempat pembakaran limbah klinis atau berbahaya yang dihasilkan dari rumah sakit.

(14)

Sampah/ limbah padat medis sebelum dibakar di incenerator ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui berat sampah yang dihasilkan tiap harinya. Fasilitas pengelolaan limbah padat medis adalah :

1. Kantong Plastik

a. Warna Kuning berlogo : Limbah infeksius b. Warna Ungu : Limbah sitotoksik c. Warna Hitam : Limbah Domestik d. Warna Merah : Limbah Radioaktif

2. Limbah benda tajam di tampung pada tempat khusus anti bocor. Ketentuan pengelolaan limbah padat medis :

1. Ketentuan Pengumpulan

a. Semua bentuk limbah padat medis dimasukkan ke dalam bak penampung yang dilapisi plastik dengan warna sesuai jenisnya.

b. Limbah padat medis yang karena bentuk dan fungsinya memungkinkan cairan berada pada alat tersebut, maka sebelum dimasukkan ke dalam bak sampah, cairan harus dibuang pada sistim pembuangan limbah cair yang tersedia di masing-masing ruangan, misalnya : urine pada bug urine, sisa darah pada bag transfuse, dll. 2. Ketentuan Pengangkutan

a. Pengangkutan dilakukan oleh tenaga khusus dengan memakai APD (wearpack, sarung tangan, masker, sepatu boot).

b. Waktu pengiriman limbah padat medis ke lokasi pemusnahan adalah pagi jam 08.00-11.00

3. Ketentuan Pemusnahan

a. Limbah padat medis (Limbah infeksius, sitotoksik, dan benda tajam) di musnahkan dengan incenerator

b. Limbah benda tajam sebelumnya diolah dengan alat penghancur jarum kemudian dimusnahkan dengan incenerator.

(15)

Ketentuan pengelolaan limbah padat Non Medis

1. Jenis limbah padat non medis : adalah limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman, dan halaman.

2. Fasilitas

Kantong plastik berwarna hitam disediakan oleh ISLRS dan kereta pengangkut khusus limbah padat non medis

Mekanisme pengelolaan

Semua limbah padat non medis yang telah terkumpul diangkut menuju ke TPS, dilakukan 2 hari sekali. Kemudian limbah yang sudah terkumpul di TPS diangkut oleh petugas dari dinas KIMPRASWIL untuk dibuang ke TPA.

D. Kegiatan Penyediaan Air Bersih 1. Pengertian

Suatu upaya yang dilakukan terhadap penyediaan air sehingga dapat dihasilkan kualitas maupun kuantitas air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan air berish sesuai PerMenKes No. 416/1990 dan sesuai dengan KepMenKes RI No. 1204/SK/X/2004

2. Tujuan

Dicapainya kuantitas air yang memadai dan kualitas air yang memenuhi syarat.

3. Sumber dan Sistem PAB a. Sumur Utara b. Sumur Baru

c. Sumur COT

d. Sumur Masjid

4. Pengolahan air bersih di RSUP Dr. Sarjito terdiri atas empat macam, yaitu: a. IPAB (Instalasi Pengolahan Air Bersih) yang menyuplai air untuk

kegiatan penunjang medis seperti pencucian linen, memasak, MCK, dll di seluruh RSUP Dr. Sardjito kecuali GBST.

(16)

b. WTP I (Water Treatment Plant) c. WTP II (Clean Water Treatment) d. WTP (Water Treatment Plant RO) 5. Proses pengolahan air bersih sebagai berikut:

a. IPAB 1) Aerasi

Air bersih dari sumur dalam dipompa ke bak aerasi yang bertujuan menambah O2 sehingga Fe+2 (Ferro) yang sifatnya larut dalam air

berubah menjadi Fe+3 (Ferri) yang dapat mengendap.

2) Bak Sedimentasi

Setelah mengalami aerasi maka air akan masuk ke bak sedimentasi yang di dalamnya terjadi proses pengendapan partikel – partikel padat yang tersuspensi dalam cairan dalm pengaruh gravitasi. 3) Bak Saringan Pasir

Sisa –sisa flok yang tidak bisa mengendap dan masih terbawa aliran kemudian disaring menggunakan saringan pasir yang dikombinasi menggunakan media pasir kuarsa dan antrasite. Jenis saringan ini dinamakan saringan berkecepatan tinggi. Kecepatan filtrasinya 3 – 4 kali saringan pasir cepat.

4) Tandon Bawah

Setelah mengalami pengolahan, kemudian air dilirkan ke tandon bawah (ground tank). Bak ini terdiri dari dua buah bak yang tiap bagiannya diberi penyekat.

5) Bak Desinfeksi

Bak ini juga terdiri dari dua buah yang terletak d atas tandon bawah. Maksud desinfeksi disini adalah untuk membunuh bakteri pathogen yang masih ada dalam air. Kebutuhan kaporit selam 24 jam adalah 1,3 kg.

(17)

6) Tandon Atas

Setelah mengalami desinfeksi, air kemudian diangkat ke tandon atas menggunakan pompa yang fungsinya untuk pendistribusian air ke seluruh bagina menggunakan sistem gravitasi.

b. WTP I (Water Tretment Plant) atau WTP Domestik 1) Chlorin Contact Tnak (Reactor Tank)

Air sumber dipompakan dengan tekanan minimal 3 bar masuk ke dalam reactor tank yang terlebih dahulu diinjeksi dengan larutan Calcium Hypochlorite. Dalam reactor tank, Calcium Hypochlorite yang diinjeksikan mengoksidasi kandungan – kandungan logam berat seperti besi dan mangan, juga organik dan sekaligus membunuh bakteri yang ada. Hasil oksidasi ini berupa partikel suspended solid yang dapat disaring pada filter dalam treatment selanjutnya.

2) Sand Filter

Air yang telah teroksidasi dair reactor tank lalu masuk ke dalam sand filter. Filter ini berfungsi untuk menyaring partikel atau kotoran yang terkandung dalam air. Air akan masuk dari bagian atas tabung filter melewati media filter dan keluar dari bagian bawah filter. Endapan atau partikel akan bergesekan dengan media filter dan tertahan di dalam filter bagian atas sehingga air yang keluar jernih.

3) Activated Carbon Filter

Dari sand filter, air masuk ke dalam activated carbon filter untuk menyerap Calcium Hypochlorite yang tersisa setelah proses oksidasi. Media filter ini berupa carbon aktif (ssebagai media pendukung). Air akan mengalir dari bagian atas filter, melewati media filter dan keluar dari bagian bawah filter.

(18)

c. WTP II (Clean Water Treatment)

WTP II merupakan pengolahan lanjutan dari WTP I. air dari hasil pengolahan ini akan digunakan untuk keperluan medis seperti operasi, hydroterapi, haemodialisa, dll.

Adapun proses pengolahannya adalah sebagai berikut:

1) Sand Filter

Pengolahan WTP II menggunakan 2 sand filter yang berfungsi untuk menyaring turbidity atau kekeruhan partikel/suspended solid. 2) Carbon Filter I

Pengolahan WTP II menggunakan 2 carbon filter yang berfungsi menghilangkan bau, warna, dan segala macam mineral dalam air yang tidak diperlukan

3) Clean Water Tnak (Ground)

Berfungsi untuk menampung air dari WTP I yang akan melalui tahap pengolahan di WTP II.

d. WTP (Water Treatment Plant) RO 1) Sand Filter

Pengolahan WTP II menggunakan 2 sand filter yang berfungsi untuk menyaring turbidity atau kekeruhan partikel/suspended solid. 2) Carbon Filter I

Pengolahan WTP II menggunakan 2 carbon filter yang berfungsi menghilangkan bau, warna, dan segala macam mineral dalam air yang tidak diperlukan.

3) Softener atau Resin

Softener atau pelunak berfungsi untuk menurunkan kesadahan yang terkandung dalam air dengan metode ion exchange. Sistem ini untuk menurunkan kesadahan menggunakan resin.

4) RO Plant

Setelah melalui softener, air akan masuk ke RO Plant. Pada pengolahan RO Plant ini tidak semua air dapat digunakan, sebagian

(19)

5) RO Storage Tank

Digunakan untuk menampung air yang telah melalui sistem pengolahan sebelum akhirnya dialirkan ke user.

6. Pelaksanaan Kegiatan

a. Kegiatan di Unit IPAB

1) Pengamtan kondisi bak sedimentasi dilakukan setiap hari dengan kegiatan:

- Pengamatan tinggi permukaan air

- Pengamatan kejernihan air

- Kondisi flok yang melayang, flok pada dinding dan fiber.

Pengurasan berkala dilakukan bila kondisi flok pada semua bagian yang diamati tebal.

2) Pengamatan kondisi bak saringan dengan kegiatan: - Pengamatan warna saringan pasir

- Pengamatan aliran air

- Pengamatan pengaturan tekanan

Backwash (pencucian pasir) dilakukan bila warna saringan pasir kuning, rat, tebal, aliran lambat dan pengaturan tekanan penuh. 3) Pengamatan kondisi bak kaporit dilakukan setiap hari dengan

kegiatan: - Penambahan kaporit

- Pengaturan debit aliran kaporit - Pengamatan kebocoran bak - Penggelontoran aliran air

Pengurasan bak kaporit dilakukan bila residu sudah tebal. 4) Pengamatan ground tank

b. Kegiatan di Water Treatment Plant GBST (WTP I) 1) Pengamatan dosing pump

2) Penambahan kaporit 1 minggu sekali 3) Penggelontoran selang kaporit 4) Pengamatan tekanan

(20)

5) Pengamatan perpipaan

6) Pengecekan ground 2 kali sehari domestik dan clean 7) Pengamatan panel pompa 2 kali sehari.

E. Desinfeksi Ruangan

1. Pengertian

Adalah suatu usaha untuk menekan atau menurunkan jumlah mikroorganisme penyebab penyakit atau yang berpotensi patogen dengan cara fisika atau kimia yang ada di dalam ruangan sehingga sesuai KepMenKes RI No. 1204/SK/X/2004.

2. Tujuan

Untuk menekan atau menurunkan jumlah mikroorganisme penyebab penyakit atau yang berpotensi patogen dengan cara fisika atau kimia yang ada di dalam ruangan sebagai bagian untuk mengurangi adanya infeksi nosokomial.

3. Metode Desinfeksi Ruangan

Pengabutan/Fogging:

a. Alat : fogger, rol kabel, rak bakel, APD (masker full face, baju pelindung, sarung tangan), penutup ventilasi.

b. Penggunaan Bahan

ASCEND, VIRKON, CIDEX

No Nama Bahan Dosis Formulasi Dosis Aplikasi Waktu Kontak Netralisasi 1 ASCEND 0,4 % (4 ml/1 lt air) 500 ml/36 m3 30 menit 2 jam 2 VIRKON 1 % (10 gr/1 lt air) 1000 ml/30 m3 10-20 menit 2 jam

3 CIDEX Campur activator

2%

500 ml/36 m3

30 menit 12 jam

(21)

Desinfeksi ruangan setiap hari sesuai dengan permintaan pada saat jam kerja.

5. Hasil

Ruang yang di desinfeksi yaitu ruang operasi dan kamar pasien rawat inap. F. Pengendalian Serangga dan Binatang Pengganggu

1. Pengertian

Adalah upaya untuk mengurangi populasi serangga dan binatang pengganggu.

2. Tujuan

Agar keberadaan serangga dan binatang pengganggu tidak menjadi vektor penyakit serta merugikan.

3. Jenis serangga dan binatang pengganggu

a. Jenis serangga meliputi: nyamuk, lalat, kecoa, rayap, semut b. Jenis binatang pengganggu meliputi: tikus dan kucing

4. Pelaksanaan Kegiatan a. Kegiatan Surveilans

b. Kegiatan pencegahan c. Kegiatan pemberantasan

5. Hasil Kegiatan

Pada saat praktik kami mengambil bangkai kucing yang berada di atas ternit ruang unit Radiologi.

G. Pemantauan Kualitas Lingkungan Fisik 1. Pengertian

Adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan sebagai upaya memantau kualitas lingkungan fisik di dalam ruangan maupun di luar ruangan rumah sakit, yang meliputi kegiatan pemeriksaan suhu, kelembaban, pencahayaan, kebisingan agar sesuai dengan KepMenKes RI No. 1204/SK/X/2004.

(22)

Untuk mengetahuikualitas lingkungan fisik di dalam maupun di luar gedung rumah sakit dibandingkan dengan standart sesuai dengan KepMenKes RI No. 1204/SK/X/2004 sebagai bagian dari upaya untuk mencegah dampak negatif dari faktor lingkungan fisik yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan lingkungan dan masyarakat maupun keselamatan kerja.

3. Pelaksanaan Pemantauan

a. Pemantauan dilaksanakan dengan melakukan pengukuran langsung dan pengambilan sampel di dalam maupun di luar ruangan dan diperiksa di laboratorium.

b. Pengambilan dan pemeriksaan dilakukan oleh tenaga BTKL dan petugas ISLRS.

c. Parameter pemeriksaan: suhu, kelembaban, pencahayaan, kebisingan. 4. Hasil Kegiatan

Pada saat praktek Pemantauan Kualitas Lingkungan Fisik, kelompok kami tidak mengikutinya karena kelompok besar yang seharusnya melakukan praktek Pemantauan Kualitas Lingkungan Fisik harus dibagi menjadi dua kelompok kecil dan kelompok kami mengikuti praktek Pengendalian Vektor mengambil bangkai kucing yang berada di atas ternit ruang unit Radiologi sehingga kelompok kami tidak mengikuti praktek Pemantauan Kualitas Lingkungan Fisik.

(23)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Berdasarkan desinfeksi ruangan yang telah dilakukan, prosedur dalam desinfeksi ruangan aman dan petugas yang melaksanakan sudah menggunakan APD yang lengkap

2. Dari kegiatan yang telah dilakukan di incenerator diketahui bahwa pemisahan sampah medis dan non medis serta penggunaan APD sudah sesuai ketentuan walaupun kadang karyawan yang tidak baik menggunakan APD secara tetap.

3. Berdasarkan pengamatan dan pemantauan yang dilakukan diketahui bahwa di lingkungan RSUP DR.Sardjito masih banyak terdapat vektor pengganggu yang harus selalu dikendalikan.

4. Berdasarkan hasil pem,eriksaan, kualitas air limbah di RSUP DR.Sardjito telah memenuhi syarat baik itu pH, sisa chlor, dan kadar phospatnya. 5. berdasarkan hasil pemantauan sistem pengolahan air bersih, sistem

perpipaannya kurang baik karena masih ada kebocoran pipa.

B. SARAN

1. Peneguran terhadap karyawan yang tidak menggunakan APD secara lengkap demi keamanan dan keselamatan.

2. Sebaiknya segera dilakukan perbaikan pada sistem perpipaan agar pengolahan air bersih lebih optimal.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk dapat men#identi0ikasi peralatan ker-a dalam ran#ka memeli'ara peralatan ker-a maka peserta 'arus men#identi0ikasi da0tar inventarisasi peralatan ker-a $an#

Ketika sistem moneter internasional dikaitkan dengan emas, yang pada akhirnya menyebabkan saling ketergantungan di antara sistem mata uang sehingga menjadi jangkar bagi nilai

Sebagai bentuk pengembangan atau modifikasi dari alat yang telah ada tersebut di atas, maka dianggap perlunya untuk membuat pengembangan alat prototipe

 dengan materi, strategi, dan media komunikasi yang tepat dan efektif (cerdas)  secara kooperatif menurut waktu dan bidang tugas yang ditentukan (kerja sama)  penuh

Modal merupakan salah satu faktor produksi. Ia adalah kekayaan yang dipakai untuk menghasilkan kekayaan lagi. 24 Dia adalah “alat produksi yang diproduksi” atau

Sebag bagian ian be besa sar r tum tumor or se sel l rak raksa sasa sa ter terjad jadi i pa pada da tu tulan lang g pa panja njang ng, , tib tibia ia   proksimal,

Untuk mengetahui upaya yang perlu diiakukan oleh Orang Tua dan Pemerintah dalam memberikan perlindungan hukum terhadap anak dari tayangan televisi yang mengandung unsur kekerasan

dikembangkanlah perangkat pembelajaran fisika fluida berbasis lingkungan lahan basah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan validitas perangkat pembelajaran