• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II 2"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III BAB III

TINJAUAN LOKASI PERENCANAAN TINJAUAN LOKASI PERENCANAAN

3.1

3.1 Tinjauan Umum Wilayah Tinjauan Umum Wilayah PerencaPerencanaannaan 3.1.1

3.1.1 AdministratifAdministratif

Perencanaan dan perancangan

Perencanaan dan perancangan “Pusat Kesenian Sasando” adalah“Pusat Kesenian Sasando” adalah  berada

 berada di di Kota Kota Kupang Kupang yang yang secara secara administratif, administratif, kota kota KupangKupang merupakan satu daerah otonomi yang berdiri sendiri setara dengan merupakan satu daerah otonomi yang berdiri sendiri setara dengan kabupaten / kota lainnya di Provinsi nusa Tenggara Timur ( NTT ) kabupaten / kota lainnya di Provinsi nusa Tenggara Timur ( NTT ) maupun Indonesia pada umumnya, yang secara definitif dimulai sejak maupun Indonesia pada umumnya, yang secara definitif dimulai sejak tanggal 25 April 1996. Dengan demikian maka kota Kupang jelas tanggal 25 April 1996. Dengan demikian maka kota Kupang jelas merupakan bagian dari wilayah administratif Provinsi Nusa Tenggara merupakan bagian dari wilayah administratif Provinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT ), bahkan kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Timur ( NTT ), bahkan kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT ) sejak terbentuknya Provinsi Nusa Tenggara Tenggara Timur ( NTT ) sejak terbentuknya Provinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT ) pada t

Timur ( NTT ) pada tahun 1958.ahun 1958.

Gambar 3.1. Peta Kota Kupang Gambar 3.1. Peta Kota Kupang Sumber : BAPPEDA Kota Kupang Sumber : BAPPEDA Kota Kupang

(2)

A. Wilayah Administrasi

i. Jumlah Kecamatan : 4 kecamatan, yakni : Kecamatan Kelapa Lima, Kecamatan Maulafa, Kecamatan Alak, Kecamatan Oebobo.

ii. Jumlah Kelurahan : 49 Kelurahan, yakni : Airmata, Bonipoi, Fatubesi, Kelapa Lima, LLBK, Lasiana, Merdeka,  Nefonaek, Oeba, Oesapa, Oesapa Barat, Oesapa Selatan, Pasir

Panjang, Solor, Tode Kisar, Bello, Fatukoa, Kolhua, Maulafa,  Naikolan, Naimata, Oepura, Penfui, Sikumana, Alak, Batuplat, Fatufeto, Mantasi, Manulai II, Manutapen, Naioni, Namosain,  Nunbaun Delha, Nunbaun Sabu, Nunhila, Airnona, Bakunase, Fatululi, Fontein, Kayu Putih, Kuanino, Liliba, Naikoten I,  Naikoten II, Nunleu, Oebobo, Oebufu, Oetete, Tuak Daun

Merah.

B. Fungsi dan Peranan Kota Kupang

Kota Kupang sebagai ibu kota propinsi NTT, ibukota kabupaten dan kotamadya. Selain memiliki wilayah yang lebih luas  juga mempunyai fungsi dan peranan yang lebih besar dibandingkan dengan kota  –  kota lain di NTT. Peranan dan fungsinya yang terpenting antara lain :

i. Pusat pemerintahan daerah tingkat I di NTT dan daerah tingkat II Kupang disamping sebagai kotamadya.

ii. Pusat perdagangan yang menampung dan menyebarkan hasil bumi, bahan baku, hasil industri dari dan ke daerah  –  daerah pedalaman.

iii. Pusat pelayanan medis dan pendidikan

iv. Kota pelabuhan nusantara dan samudra yang melayani  jasa angkutan laut bagi pelayaran nasional maupun

internasional.

v. Pusat pengembangan wilayah NTT khususnya untuk Timor dan Alor.

vi. Sebagai pusat kebudayaan dibuktikan adanya Museum  NTT, Lokabinkra dan sanggar –  sanggar seni yang ada.

(3)

Dari hal tersebut diatas terlihat bahwa Kota Kupang mempunyai kedudukan yang strategis dalam menunjang wilayah  NTT umumnya. (Sumber Kimpraswil Kota Kupang tahun 2004).

Gambar 3.2 Peta Administrasi Kota Kupang

(4)

3.1.2 Keadaan Geografis Kota Kupang

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Kupang menyebutkan bahwa Kota Kupang merupakan ibukota Nusa Tenggara Timur ( NTT ), yang secara geografis, terletak di antara 10˚36’14”

-10˚39’58” lintang Selatan dan 123˚32’23” - 123˚37’01” bujur Timur

dengan luas wilayah 180,27 Km2 atau 18.027 Ha.

Kota Kupang yang berada di ujung Barat pulau Timor, selain letaknya yang berdekatan dengan Negara Timor Leste juga berhadapan langsung dengan Australia bagian Utara. Kondisi inilah yang menempatkan kota Kupang sebagai pintu gerbang Selatan dari Negara kesatuan Republik Indonesia. Posisinya yang strategis ini memungkinkan kota Kupang kedepan akan menjadi pilihan terbaik sebagai gerbang masuk / keluar (  Entry and Exit Gate ) orang. Perdagangan arus barang / jasa, pada arah lokal, regional, nasional, maupun internasional. Luas wilayah 180,27 Km2 atau 18.027 Ha dengan  peruntukan : kawasan industry 735,57 Ha, permukiman 10.127,40 Ha,  jalur hijau 5.090,05 Ha, perdagangan 219,70 Ha, pergudangan 112,57 Ha, pertambangan 480,00 Ha, pelabuhan laut / udara 670,1 Ha,  pendidikan 275,67 Ha, pemerintahan / perkantoran 209,47 Ha, lain-lain 106,54 Ha. Sektor dominan yang memberikan kontribusi terhadap PDRB dan pertumbuhan ekonomi berturut-turut adalah sektor perdagangan dan  jasa ( restaurant dan hotel, pemerintahan, pengangkutan dan komunikasi,  persewaan, perusahaan ) dan sektor keuangan.

( Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi NTT; Kota Kupang Dalam Angka, 2011: 5 )

1. Pembagian Wilayah Kecamatan

Ada empat pembagian Wilayah kecamatan Kota Kupang sebagai  berikut :

a. Kecamatan Kelapa Lima, luas area 18,24 Km2  dengan  presentase terhadap luas kota Kupang adalah 10,12;

 b. Kecamatan Oebobo, luas area 20,32 Km2  dengan presentase terhadap luas kota Kupang adalah 11,27;

c. Kecamatan Maulafa, luas area 54,80 Km2  dengan presentase terhadap luas kota Kupang adalah 30,40;

(5)

d. Kecamatan Alak, luas area 86,91 Km2  dengan presentase terhadap luas kota Kupang adalah 48.21;

2. Batas Wilayah Administratif Kota Kupang

Batas wilayah administrasi kota Kupang adalah sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Kupang;

 b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kupang Barat (Kabupaten Kupang);

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kupang Tengah (Kabupaten Kupang);

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kupang Barat dan selat Semau.

3.1.3 Fisik Dasar Kota Kupang 1. Letak Geografis

Letak Geografis kota Kupang adalah sebagai berikut : a. Utara : 10˚ 36’ 14” Lintang Selatan

 b. Selatan : 10˚ 39’ 58” Lintang Selatan

c. Barat : 123˚ 32’ 23” Bujur Timur

d. Timur : 123˚ 37’ 01” Bujur Timur

2. Topografi dan Kemiringan

Keadaan topografi dan kemiringan tanah kota Kupang adalah

a. Daerah tertinggi d atas permukaan laut terletak di bagian Selatan dengan ketinggian 100-350 meter;

 b. Daerah terendah di ataa permukaan laut terletak di bgaian Utara dengan ketinggian 0-50 meter;

c. Tingkat kemiringan berkisar antara 0-15 %.

(Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi NTT ; “Kupang dalam Angka 2010”).

3. Iklim

Kondisi iklim suatu wilayah / daerah mempunyai peran yang cukup berarti bagi perkembangan daerah itu sendiri yang pada dasarnya dipengaruhi oleh unsur-unsur iklim yang ada seperti di

(6)

daerah-daerah lain di wilayah tropis. Dari semua unsur iklim yang ada, yang paling berpengaruh di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) khususnya di kota Kupang adalah curah hujan. Namun demikian tidak berarti bahwa unsur-unsur iklim lainnya terabaikan, karena unsur iklim yang lainpun mempunyai peran yang sangat  berarti bagi kegiatan-kegiatan tertentu. Iklim kota Kupang pada dasarnya dipengaruhi oleh angin Muson sehingga dikenal 2 musim yaitu musim penghujan ( November  –  Maret ) dan musim kemarau / kering ( April  –   Oktober ). Unsur-unsur iklim dimaksudkan diatas adalah curah hujan, arah angin, dan kecepatan anggin, temperatur,  penyinaran matahari dan kelembaban udara.

4. Musim

Berdasarkan data statistik kota Kupang 2010 (BPS) menjelaskan bahwa di kota Kupang, sebagaimana daerah lainnya di  NTT khususnya daratan Timor dikenal hanya dua musim saja yaitu musim kmarau dan musim hujan. Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air sehingga terjadi musim kemarau. Sebaliknya  pada bulan Desember sampai dengan Maret arus angin yang datang dari Benua Asia dan Samudra pasifik banyak mengandung uap air sehingga terjadi musim hujan. Keadaan seperti ini berganti setiap setengah thun setelah mengalami masa peralihan Mei  –   Juni dan  November –  Desember.

(Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi NTT ; “Kupang dalam Angka 2010”).

Musim Kemarau Sumber gambar : http://Timexpos.id

(7)

Musim Hujan Sumber : http://Timexpos.id

5. Cuaca

Suhu dan Kelembaban

Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut dari permukaan laut dan jaraknya dari  pantai. Pada tahun 2003 rata-rata suhu udara kota Kupang adalah

22.72˚C –  31.95˚C. Suhu udara maksimum terjadi pada bulan April

(33.6˚C) dan suhu udara minimum terjadi pada bulan Maret dan Juni

(22.0˚C).

6. Hidrologi

Pada kawasan kota Kupang sumber air tanah yang ada sangatlah banyak. Akan tetapi perlu adanya sumur galian atau sumur  bor bila lokasi pada area berbatu. Dan kalau lokas i berada pada tanah  bekas sawah maka akan lebih banyak air yang akan di peroleh.

Terdapat sembilan buah mata air dengan debit air bervariasi dari 2 –  5 liter/detik yang terjadi pada musim kemarau, sedangkan 15  –   70 liter/detik pada musim hujan, debit air terkecil yaitu 2

liter/detik dan 15 liter/detik (pada musim hujan) dihasilkan dari sumber mata air, Oe’leu dan mata air Amnesi, sementara untuk debit air terbesar 50 liter/detik (musim kemarau) dan 70 liter/detik (musim hujan) berasal dari mata air Oeba. ( Sumber : BPS Kupang Dalam Angka 2010)

Daerah Aliran Sungai

Kota Kupang yang sering dijuluki Kota Karang, memang merupakan daerah yang kering, pada musim yang kemarau (± Mei  –   November) mengalami krisis air bersih. Kota Kupang hanya dilalui

oleh beberapa aliran sungai yang pada musim hujan baru tampak aliran airnya yaitu antara lain :

(8)

a. Kali Dendeng yang bermuara di pantai LLBK (Teddys Bar);  b. Kali Liliba yang bermuara di pantai Oesapa;

c. Kali Merdeka yang bermuara di pantai Oeba.

7. Topografi

Kondisi topografi kota Kupang cukup bervariasi mulai dari datar, landai dan bergelombang, dan menaik dari Utara ke Selatan. Mayoritas memiliki topografi landai dengan kemiringan antara 0  –  15 %. Kondisi menaiknya topografi kota Kupang nampaknya membentuk anak tangga dengan trap-trap ketinggian tertentu. Trpa  pertama berada di bagian Utara kota dengan ketinggian berkisar 0 – 

50 meter (dpl), trap kedua berada di bagian tengah dengan ketinggian  berkisar antara 50 –  150 meter (dpl), dan trap ketiga berada di bagian Selatan denggan ketinggian berkisar 150  –   350 meter (dpl). Lebih  jelasnya dapat lihat pada tabel 3.1 berikut ini :

Tabel 3.1. Topografi Kota Kupang

KAWASAN KETINGGIN

Daerah tertinggi bagian Selatan 150 –  350 m ( msl ) Daerah bagian Tengah 50 –  150 m ( msl ) Daerah Utara / Pantai 0 –  50 m ( msl )

Sumber : BPS Propinsi NTT; Kupang Dalam Angka Tahun 2010

8. Geologi dan Jenis Tanah

Struktur geologi Kota Kupang dan sekitarnya terutama terdiri atas formasi batu gamping dan coral dalam satuan otokton, terutama karang berbentuk teras sebagai akibat dari adanya proses  pengangkatan. Umumnya pada dormasi ini terdapat rongga-rongga alam yang disebabkan karena melarutnya sebagian batu gamping oleh air hujan.

Jenis tanah yang terdapat dalam wilayah kota Kupang secara umum terdiri atas dua jenis tanah yaitu Rhodustalf dan Pellustert dengan reaksi agak asam sampai netral. Kedua jenis tanah ini berasal dari bahan induk batuan gamping dan coral. Tingkat kestabilan tanah cukup tinggi sehingga erosi yang terjadi masih dalam batas yang

(9)

diperbolehkan. Selain itu terdapat juga setempat-setempat dalam luasan yang terbatas jenis tanah alluvial sebagai endapat dari daerah-daerah sekitar yang lebih tinggi.

9. Vegetasi

Vegetasi umumnya berasal dari jenis rumput-rumput dan  jenis vegetasi seperti pohon lontar, pohon gewang, pohon gamal,  pohon akasia, dan jenis vegetasi lainnya. Sisanya batu karang dan sebagian kecil tanah lading dan sawah. (Sumber : Badan Pusat Statistik  Propinsi NTT; Kota Kupang Dalam Angka 2010:6)

Gambar 3.3 Peta Kondisi Morfologi Kota Kupang

(10)

3.1.4 Ekonomi, Sosial Budaya Kota Kupang 1. Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dihitung berdasarkan pertumbuhan PDRB atau dasar harga konstan. Dengan demikian maka  pertumbuhan ekonomi kota Kupang selama 3 tahun antara tahun 2006 hingga 2009 berfluktuasi. Antara tahun 2007 hingga tahun 2009 pertumbuhan ekonomi kota Kupang sebesar 4,91 %; pada tahun 2010 petumbuhan ekonomi kota Kupang sebesar 5,78 %, naik sebesar 0,87 %.

Tingkat pertumbuhan perekonomian di kota Kupang dari tahun ke tahun relative meningkat, ini di tandai dengan semakin meningkatnya kualitas perdagangan di kota Kuapng. Banyaknya RUKO yang menjamur di kota Kupang juga merupakan salah satu indikasi pertumbuhan ekonomi kota Kupang yang semakin meningkat.

2. Sosial Budaya

Pada dasarnya masyarakat kota Kupang secara umum telah membentuk pola-pola kemasyarakatan dan komunitas serta kondisi sosial budaya dari berbagai suku bangsa. Kelompok-kelompok suku yang mendiami kota Kupang telah mengidentifikasikan diri dengan teritori yang menjadi wilayah kekuasaannya. Identifikasi itu begitu kental, sehingga setiap kelompok suku bangsa telah menjadikan teritori huniannya sebagai bagian dari identitas diri.

Kelompok-kelompok suku bangsa yang mendiami kota Kupang antara lain terdiri atas suku Timor, Rote, Sabu, Flores, Sumba, Alor, dan sebagian kecil suku bangsa lainnya dari hampir seantero Nusantara. Dari berbagai suku bangsa yang ada nampaknya yang dominan adalah suku bangsa Timor, disusul suku bangsa Rote, Sabu dan lain-lainnya.

Disamping suku-suku diatas maka terdapat pula etnis Tionghoa (Cina) yang mayoritas mendiami daerah pusat kota lama, terutama dalam wilayah kelurahan LLBK yang boleh dikatakan menguasai perdagangan di kota Kupang, yang pada saat ini

(11)

 persebaran etnis ini telah menyebar ke berbagai kelurahan di kota Kupang.

Gambaran diatas dengan jelas memperlihatkan bahwa antara wilayah kota Kupang dengan masyarakat yang menghuninya tidak dapat dipisahkan. Manusia dan teritorinya terjalin dalam suatu hubungan mistis dan karenanya saling berpengaruh. Manusia terikat  pada teritorinya dan teritori merupakan bagian dari jatidiri  penghuninya. Pandangan demikian adalah pandangan yang bersifat monistis, artinya antara alam dan manusia terjalin dalam suatu kesatuan kosmis yang saling bergantung dan saling mempengaruhi.

3.1.5 Potensi Kota dari segi Pariwisata

Kondisi geografi Kota Kupang yang terletak di sepanjang  pesisir pantai Teluk Kupang dan terus berkembang hingga sekarang menjadi 4 bagian wilayah administrasi Kota Kupang, ternyata memberikan potensi spesifik kota ini. Potensi yang paling menonjol dan terus berkembang yakni dari segi pariwisata, baik wisata alam maupun  budaya yang sangat beragam dan memiliki ciri khas tersendiri serta terkait satu sama lain, sehingga membentuk kesatuan yang saling menguntungkan (mutualisme).

Melihat potensi wisata yang saling menguntungkan ini, maka mendorong pemerintah untuk terus mengupayakan dan meningkatkan  potensi-potensi ini ke arah yang lebih baik sehingga berdampak positif  bagi keberlanjutan dan kelestarian alam dan budaya daerah. Dengan demikian, maka akan berdampak pula pada peningkatan mutu dan kualitas daerah dalam hal ini kota kupang, serta semakin membuka cakrawala dunia tentang keanekaragaman alam dan budaya daerah di Indonesia.

A. Kebijaksanaan Pengembangan Pariwisata Kota Kupang

Pengembangan Kepariwisataan diarahkan sebagai sektor andalan dan unggulan didalam membantu menggerakan kegiatan  perekonomian, yakni :

(12)

2. Mendorong pertumbuhan ekonomi; 3. Meningkatkan pendapatan daerah;

4. Memberdayakan perekonomian masyarakat;

5. Memperluas lapangan kerja dan kesempatan kerja; 6. Meningkatkan kesejahteraan rakyat;

7. Memelihara kepribadian bangsa;

8. Memelihara nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya; 9. Melestarikan fungsi dan mutu lingkungan hidup.

SASANDO (Klaster V)

Bagan 3.1 Objek Wisata di NTT sebagai ICON

Sumber: Program Pengembangan Pariwisata Nusa Tenggara Timur Tahun 2011-2015

(13)

3.2 Tinjauan Khusus Lokasi Perencanaan 3.2.1 Letak Administratif dan Geografis

Secara administrasi kelurahan Lasiana merupakan bagian dari Kota Kupang dengan batas- batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Oesapa.  b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Timor Raya.

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Noelbaki. d. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Kupang.

Gambar 3.4Lokasi Perencanaan, berada pada kawasan wisata Lasiana

Lokasi Proyek (Keberadaan Site Plan) 1. Kotamadya : Kupang

2. Kecamatan : Kelapa Lima 3. Kelurahan : Lasiana

4. Lokasi : Kawasan Wisata Pantai Lasiana a. Utara : Teluk Batunona , pantai manikin a. Selatan : Pemukiman warga Lasiana

 b. Barat : Teluk Nunsui, pantai pasir panjang c. Timur : Area persawahan

5. Peruntukan : Kawasan Pariwisata

U

(14)

6. Luas Tapak : ± 2,5 Ha

7. KDB :

-8. KLB :

-(Sumber : Hasil observasi lokasi di kawasan Pantai Lasiana, pada tanggal 30 Juli 2011.).

3.2.2 Keadaan Topografi

Kawasan permukiman di kelurahan Oesapa memiliki topografi yang dapat diklasifikasikan dalam daratan dan perbukitan. Daerah daratan hanya terdapat pada daerah pesisir pantai sedangkan pada daerah  perbukitan terdapat pada daerah yang jauh dari pesisir pantai. Tingkat kemiringan lahan antara 0  –   5% terutama sepanjang pesisir pantai. Sedangkan 0,5  –   10 %, 10 -15% dan kemiringan di atas 15 % pada daerah yang cukup jauh pada dari pesisir pantai.

3.2.3 Keadaan Geologis.

Akibat dari proses pengangkatan Pulau Timor dalam periode yang panjang dan pembentukan sediment merine pada daerah yang kemudian terangkat pula maka tidaklah mengherankan dijumpai batuan kapur karang pada ketinggian yang cukup tinggi. Pada daerah Tablolong terdapat batu-batuan yang berbeda yaitu perbedaan struktur geologis,  perbedaan morfologid dan vegetasi. Formasi geologi yang terlihat di

wilayah ini adalah timbunan batu karang, sedimen aktual dan lain-lain. Jenis tanah pada kawasan tidak jauh berbeda dengan wilayah kabupaten Kupang yaitu jenis tanah Almeral, tanah grumusual dengan kandungan unsur hara yang miskin serta dalam kondisi yang buruk, tetapi mempunyai kandungan mineral berupa mangan. Sedangkan kedalaman efektifnya antara 60 - 90 CM, kontur tanah sedang dengan kondisi lahan tidak tergenang dan tidak erosi.

3.2.4 Perekonomian

Penduduk yang mendiami wilayah lasiana sejak dahulu sampai dengan tahun 1981 sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan,  petani, penyadap tuak, penjual sayur, peternak dan bidang jasa lainnya. Sekitar tahun 1980 yang ditandai dengan arus transformasi, maka mata

(15)

 pencaharian masyarakat sudah mulai berkembang. Hal ini ditandai dengan dibangunnya kios-kios, toko dan juga jasa lainnya.

3.2.5 Sosial Budaya

Penduduk asli lasiana adalah orang Timor. Sejak abad ke 18 atas usaha Belanda, maka orang-orang Rote dan Sabu didatangkan untuk menempati wilayah sepanjang Oesapa, Lasiana sampai Pariti. Dengan adanya migrasi tersebut, maka lasiana untuk jangka waktu lama dihuni oleh mayoritas suku Rote namun tidak sedikit pula yang penduduknya merupakan suku bugis. Suku Bugis yang mendiami wilayah ini awalnya  pada tahun 1971 hanya 3 (tiga) kepala keluarga, dengan tujuan untuk  berdagang dan nelayan. Wilayah tersebut kemudian berkembang dan menetap banyak orang Bugis-Makasar. 10 (sepuluh) tahun kemudian, tepatnya tahun 1981 jumlah keluarga dari Bugis-Makasar tersebut sebanyak 80 KK dengan 361 jiwa. Pada tahun 2006 jumlah penduduk Bugis-Makasar sebanyak 480 KK dengan 2.500 jiwa.

(Sumber : Poin-poin dari tinjauan khusus lokasi perencanaan ini dikutip dari laporan Seminar Arsitektur “Permukiman Nelayan Lasiana” oleh Budi Lili, Unwira Kupang 2009).

3.3 Potensi Dan Peluang

Dengan hadirnya pusat kesenian sasando diharapkan mutu kuantitas dan kualitas pariwisata daerah semakin maju seiring dengan kedewasaan IPTEKS, oleh karena itu potensi dan peluang dari lokasi perencanaan menjadi faktor utama menjawab tujuan dan sasaran dari perencanaan dan perancangan  pusat kesenian sasando di Kupang ini, diantaranya sebagai berikut :

A. Potensi Kesenian Pariwisata

1. Keunikan seni budaya NTT yang merupakan ciri khas pariwisata nasional republik Indonesian, sebagai perekat keragaman, lokomotif  penggerak ekonomi lokal, membuka peluang dan kesempatan kerja,

serta mampu mengentaskan kemiskinan;

2. Dengan predikat Kota Kupang sebagai Ibu Kota Propinsi Nusa Tenggara Timur merupakan bidikan rantai perdagangan,  perekonomian, dan pariwisata lintas negara;

(16)

3. Kota Kupang memiliki SDM yang beranekaragam suku dan budaya dari kota-kota lain di NTT sehingga memiliki potensi besar dalam  perkembangan kesenian khususnya seni musik daerah yang adalah

komoditas unggulan daerah;

4. Tingkat kebutuhan akan pusat-pusat seni, tempat hiburan musik, tempat wisata di kalangan generasi muda di Nusa Tenggara Timur yang tinggi, berdasarkan hasil survey pengunjung wisatawan oleh  balai penelitian IKIP Bandung, yakni :

Tabel 3.2. Frekuensi Kunjungan Wisatawan di Nusa Tenggara Timur, berdasarkan penelitian IKIP Bandung.

 NO. FAKTOR PENARIK PROSENTASE

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. OBJEK SEJARAH WISATA PANTAI WISATA PEGUNUNGAN DANAU TELAGA TEMPAT HIBURAN TEMPAT IBADAH TEMPAT BERISTIRAHAT PUSAT-PUSAT SENI 20.39 % 19.20 % 11.09 % 7.65 % 5.74 % 6.39 % 5.37 % 27.13 %

Sumber : http//IKIP Bandung.co.id, download date; 26-10-2011, at 08:34 am.

Di samping itu berdasarakan data Dinas Pariwisata Propinsi NTT,  jumlah peminat generasi muda terhadap kesenian musik daerah sejak tahun 2008 sampai sekarang adalah 25 % dari jumlah total penduduk usia 0-24 tahun, sehingga didapat frekuensi peminat generasi muda terhadap kesenian daerah adalah :

Tabel 3.3. Penduduk Kota Kupang Berdasarkan Usia

 NO. USIA JUMLAH JIWA

1. 2. 3. 4. 5. 0 –  4 Tahun 3 –  9 Tahun 10 –  14 Tahun 15 –  19 Tahun 20 –  24 Tahun 30.990 29.555 24.712 33.404 39.179

(17)

TOTAL 157.840

Peminat 25 % 39.460

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota  Kupang, Kupang Dalam Angka 2011.

5.  Branding   Kepariwisataan Nusa Tenggara Timur sebagai gerbang Asia, Australia dan Pasifik. Dengan visi terwujudnya NTT sebagai destinasi unggulan pariwisata berbasis bahari dengan menjunjung tinggi nilai budaya, yang memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan rakyat.

B. Potensi Kawasan Pengembangan Kesenian Sasasando

1. Kawasan pantai lasiana merupakan bidikan kawasan pariwisata andalan NTT dan sesuai dengan peruntukan tata ruang kota yaitu daerah wisata pantai dengan potensi wisata pantai dan laut yang indah;

2. Potensi kawasan lasiana dengan keadaan topografi dan karakter jenis tanahnya maka banyak dijumpai pohon-pohon lontar (tuak) sebagai  bahan utama pembuatan sasando, sehingga menjadikan kawasan ini

sebagai gudang industri produk daerah (sasando) demi mendukung  pembudidayaan kesenian sasando;

3. Dengan fungsi utama wisata pantai dan didukung oleh benda cagar  budaya (sasando) maka kawasan ini berpeluang menjadi kawasan

wisata budaya berskala internasional;

4. Potensi aksesbilitas, yaitu dengan jarak yang relatif dekat dari pusat aktifitas Kota Kupang dan mudah dijangkau dengan kendaraan umum maupun pribadi atau pejalan kaki sebab terdapat pada jalan timor raya yang merupakan pintu gerbang utama masuk keluar aktifitas kota, potensi ini menjadi bagian dari berkembangnya tempat rekreasi kota;

5. Kawasan perencanaan yang berupa daratan yang ditumbuhi beraneka ragam vegetasi yang merupakan tanaman peneduh, pengarah dan lain sebagainya;

(18)

6. Keberadaan masyarakat lokal asal ethnis Rote banyak dijumpai pada kawasan lasiana sehingga SDM yang ada sangat berpotensi untuk dikembangkan;

7. Jenis batu karang yang sangat keras yang dapat menahan gelombang akibat perubahan cuaca sehingga tidak menyebabkan terjadinya abrasi.

(Sumber : Hasil analisa penulis berdasarkan observasi lokasi di kawasan Lasiana pada tanggal 30  Juli 2011.).

Tabel 3.4 Konsep dan Arah Pengembangan ICON Pariwisata Sasando

Sumber: Program Pengembangan Pariwisata Nusa Tenggara Timur Tahun 2011-2015

Gambar

Gambar 3.1. Peta Kota KupangGambar 3.1. Peta Kota Kupang Sumber : BAPPEDA Kota KupangSumber : BAPPEDA Kota Kupang
Gambar 3.2 Peta Administrasi Kota Kupang
Tabel 3.1. Topografi Kota Kupang
Gambar 3.3 Peta Kondisi Morfologi Kota Kupang
+4

Referensi

Dokumen terkait

Syarat tatap muka daring adalah terjadinya komunikasi dua arah dalam waktu yang bersamaan secara langsung ( synchronous ) antara tutor dengan warga belajar, maupun

Teknik adalah suatu bentuk keterampilan motorik (gerakan) dalam olahraga atau cabang olahraga tertentu yang secara kualitas dapat dievaluasi melalui pengamatan

17 Herman Hudaya, Strategi Belajar Matematika, (Malang: Angkasa Raya, 1990), hlm.. menggunakan tes standar alat ukur keberhasilan belajar seorang siswa. Jadi dalam hal ini

Foi possível perceber como os recursos artísticos são canais de livre expressão do indivíduo e como essa possibilidade de expressão acessa conteúdos alheios à consciência,

Dalam penelitian ini penulis terjun ke lapangan langsung untuk mencari data dari narasumber-narasumber yang melakukan akad jual beli atau praktek jual beli binatang

anhidritpun bisa terbentuk dipermukaan ketika gipsum tersingkap dan terjadi evaporasi lanjut hingga gipsum kehilangan air (GRECO (CNRS) volume 52 1994

Model pertama dan kedua di atas lebih mengarah pada cara kerja pemahaman, tetapi model yang ketiga ini yaitu model hermeneutik ontologi erat kaitannya dengan konsep asli,

Tabel menunjukan hasil koefisien jalur pengaruh pengaruh kepuasan kerja dan disiplin Kerja dan komitmen terhadap kinerja karyawan pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat