• Tidak ada hasil yang ditemukan

ATRIBUT INOVASI DAN TINGKAT KECEPATAN ADOPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ATRIBUT INOVASI DAN TINGKAT KECEPATAN ADOPSI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ATRIBUT INOVASI DAN

TINGKAT KECEPATAN ADOPSI

DIFUSI INOVASI PENDIDIKAN

KELOMPOK 10

1. Idham Art

2. Djatmiko

3. Rizky Fajrina

4. Riski Khoirunnisa

2013

KELOMPOK 10 DIFUSI INOVASI PENDIDIKAN 5/7/2013

(2)

2

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan mengucapkan rasa syukur segala puji bagi Allah,

penguasa alam dan seisinya yang telah memberikan hidayah-Nya kepada penulis

sehingga makalah dengan judul “Atribut Inovasi dan tingkat kecepatan adopsi

inovasi” ini dapat terselesaikan dengan baik, dan tidak lupa shalawat dan salam

semoga tercurahkan atas utusan Allah sebagai rahmat bagi alam semesta,

junjungkan kita nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya dan

para pengikut sekiranya sampai akhir zaman. Adapun tujuan pembuatan dari

makalah ini adalah dijadikan sebagai penambah pengetahuan dan pengalaman.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada dosen Dr.

Eveline Siregar, M.Pd. yang telah memberikan begitu banyak dukungan dan

kesempatan kepada saya untuk membuat naskah kajian ini. Serta tidak lupa pula

saya mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan rekan-rekan yang telah

membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari didalam penulisan ini terdapat kekurangan, oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak,

agar kita mampu belajar menyempurnakan pemikiran kita.

Demikian sedikit yang dapat penulis sampaikan, mudah-mudahan makalah

ini bermanfaat untuk kita semua. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

Jakarta, 6 MEI 2013

(3)

3

DAFTAR ISI

COVER . . . 1 KATA PENGANTAR . . . 2 DAFTAR ISI . . . 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . . . 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Atribut Inovasi . . . 5 • Relative Advantage . . . 5 • Compatibility . . . 5 • Complexity . . . 5 • Trialability . . . 5 • Observebelity . . . 5

2.2 Proses Adopsi Inovasi . . . 5

• Awareness . . . 5 • Interest . . . 6 • Evaluation . . . 6 • Trial . . . 6 • Adoption . . . 6 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Kecepatan Adopsi Inovasi . . . 7

3.2 Efek Difusi . . . 9

3.3 Over Adopsi . . . . . . 10

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan . . . 11

(4)

4

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berkaitan dengan perubahan sosial, Zaltman dan Duncan (1973:7) berpendapat bahwa semua inovasi adalah termasuk perubahan sosial, tetapi perubahan sosial belum tentu inovasi. Inovasi merupakan perubahan sosial yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dan diamati sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Dengan demikian, inovasi adalah bagian dari perubahan sosial.

Beragam definisi inovasi dikemukakan oleh beberapa ahli dengan susunan kalimat dan penekanan maksud yang berbeda namun pada dasarnya mengandung pengertian yang sama. Di antaranya dikemukakan oleh Ibrahim (1988: 40) mendefinisikan inovasi sebagai: Suatu ide, barang, kejadian, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil invensi maupun diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu.

Definisi tersebut menyatakan bahwa inovasi adalah suatu ide, hal-hal yang praktis, metode, cara, barang buatan manusia, yang diamati atau dirasakan sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Hal yang baru tersebut dapat berupa hasil invensi maupun diskoveri yang dipergunakan untuk mencapai tujuan tertentu atau memecahkan masalah.

Invensi (Invention) adalah suatu penemuan sesuatu yang benar-benar baru. Dalam arti, hasil kreasi manusia, benda atau hal lain yang ditemukan tersebut benar-benar belum ada sebelumnya, kemudian diadakan kreasi baru. Misalnya penemuan teori belajar, teknik pembuatan barang dari plastik, dan lain-lain. Sedangkan diskoveri (discovery) adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada, tetapi belum diketahui orang. Misalnya penemuan hukum gravitasi oleh Newton, dan lain-lain (Ibrahim, 1988:40).

Adapun inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Dengan kata lain, inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil invensi maupun diskoveri untuk mencapai tujuan pendidikan atau memecahkan masalah pendidikan (Ibrahim, 1988: 51).

Sejalan dengan semakin berkembangnya inovasi pendidikan untuk pembangunan di Indonesia, studi-studi tentang adopsi inovasi kian menarik untuk terus dikaji, terutama kaitannya dengan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan. Semakin pentingnya kajian tentang adopsi inovasi tersebut, antara lain disebabkan karena pemusatan nya pada dunia pendidikan guna peningkatan mutu yang diupayakan melalui penerapan inovasi-inovasi, baik yang berupa inovasi-teknis maupun inovasi-sosial, tergantung kepada proses perubahan perilaku yang diupayakan, proses pencapaian tahapan adopsi dapat berlangsung secara cepat ataupun lambat.

Jika proses tersebut melalui “pemaksaan” (coersion), biasanya dapat berlangsung secara cepat, tetapi jika melalui “bujukan” (persuasive) atau “pendidikan” (learning), proses adopsi tersebut dapat berlangsung lebih lambat (Soewardi, 1987). Tetapi, ditinjau dari pemantapan perubahan perilaku yang terjadi, adopsi yang berlangsung melalui proses bujukan dan atau pendidikan biasanya lebih sulit berubah lagi. Sedang adopsi yang terjadi melalui pemaksaan, biasanya lebih cepat berubah kembali, segera setelah unsur atau kegiatan pemak-saan tersebut tidak dilanjutakan lagi.

Berdasarkan uraian diatas, makalah ini akan mencoba membahas secara lebih mendalam mengenai apa saja yang menjadi atribusi dari inovasi dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi cepat lambatnya suatu inovasi serta tingkat kecepatan adopsi.

(5)

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

ATRIBUT INOVASI

Cepat lambatnya penerimaan inovasi oleh masyarakat luas dipengaruhi oleh karakteristik inovasi itu sendiri . Misalnya penyebarluasan penggunaan kalkulator dan “blue jean”, dalam waktu kurang dari 1 sampai 5 tahun sudah merata keseluruh Amerika Serikat , sedangkan penggunaan tali pengaman bagi pengendara mobil baru tersebar merata setelah memakan waktu beberapa puluh tahun. Everett M. Rogers (1993:14-16) mengemukakan karakteristik inovasi yang dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan inovasi, sebagai berikut .

1. Keuntungan Relatif (Relative Advantage), yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya. Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu inovasi dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya, atau mungkin dari faktor status sosial (gengsi), kesenangan, kepuasan, atau karena mempunyai komponen yang sangat penting. Makin menguntungkan bagi penerima, makin cepat tersebarnya inovasi.

2. Kompatibel (Compatibility) adalah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai atau (values), pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang diyakini oleh penerima tidak akan diterima secepat inovasi yang sesuai dengan norma yang ada. Misalnya penyebarluasan penggunaan alat KB dimasyarakat yang keyakinan agamanya melarang penggunaan alat tersebut, maka tentu saja penyebaran inovasi akan terhambat.

3. Kompleksitas (Complexity) adalah tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima. Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar, sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebaranya. Misalnya masyarakat pedesaan yang tidak mengetahui tentang teori penyebaran bibit penyakit melalui kuman, diberitahu oleh penyuluh kesehatan agar membiasakan memasak air yang akan diminum, karena air yang tidak dimasak jika diminum dapat menyebabkan sakit perut. Tentu saja ajakan itu sukar diterima. Makin mudah dimengerti suatu inovasi akan makin cepat diterima oleh masyarakat.

4. Trialabilitas (Trialability) adalah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima. Suatu inovasi yang dapat dicoba akan cepat diterima oleh masyarakat dari pada inovasi yang tidak dapat dicoba terlebih dahulu. Misalnya penyebarluasan bibit unggul padi gogo akan cepat diterima oleh masyarakat jika masyarakat dapat mencoba dulu menanam dan dapat melihat hasilnya.

5. Dapat diamati (Observebelity) adalah mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Suatu inovasi yang hasinya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi yang sukar diamati hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat. Misalnya penyebarluasan bibit unggul padi, karena petani dapat dengan mudah melihat hasil padi yang menggunakan bibit unggul tersebut, maka mudah untuk memutuskan mau menggunakan bibit unggul yang diperkenalkan. Tetapi mengajak petani yang buta huruf untuk mau belajar membaca dan menulis tidak dapat segera dibuktikan karena para petani sukar untuk melihat hasil yang nyata, menguntungkan setelah orang tidak buta huruf lagi.

PROSES ADOPSI INOVASI

Dalam proses adopsi atau penerimaan, kita dapat melihat adanya lima tahap, yaitu :

1. Tahap kesadaran atau penghayatan (awareness stage).[ Pertama kali mendengar tentang inovasi ]

Pada tahap ini sasaran sudah maklum atau menghayati sesuatu hal yang baru yang aneh tidak biasa (kebiasaan atau cara yang mereka lakukan kurang baik atau mengandung kekeliruan, cara baru dapat meningkatkan hasil usaha dan pendapatannya, cara baru

(6)

6 dapat mengatasi kesulitan yang sering dihadapi). Hal ini diketahuinya karena hasil berkomunikasi dengan penyuluh. Tahapan mengetahui adanya inovasi dapat diperoleh seseorang dari mendengar, membaca atau melihat, tetapi pengertian seseorang tersebut belum mendalam.

2. Tahap Minat atau tertarik (interest stage). [ Mencari informasi lebih lanjut ]

Pada tahap ini sasaran mulai ingin mengetahui lebih banyak perihal yang baru tersebut. Ia menginginkan keterangan-keterangan yang lebih terinci lagi. Sasaran mulai bertanya-tanya. Hanya keberhasilan dan penjelasan petani golongan early adopterlah yang dapat menghilangkan kebimbangan petani yang telah menaruh minat.

3. Tahap Penilaian (Evaluation stage). [ Menimbang manfaat dan kekurangan penggunaan inovasi ]

Pada tahap ini sasaran mulai berpikir-pikir dan menilai keterangan-keterangan perihal yang baru itu. Juga ia menghubungkan hal baru itu dengan keadaan sendiri (kesanggupan, resiko, modal, dll.). Pertimbangan- pertimbangan atau penilaian terhadap inovasi dapat dilakukan dari tiga segi, yaitu teknis, ekonomis dan sosiologis. Misalkan inovasi yang diperkenalkan adalah jenis padi baru, segi-segi teknis yang dinilai adalah tingkat produktivitasnya, pemeliharaannya mudah atau tidak, umurnya lebig pendek daripada lokal atau tidak, mudah terserang hama dan penyakit atau tidak dsb. Penilaian berikutnya dilakukan terhadap segi ekonominya; penilaian segi ini dilakukan terhadap semua biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi untuk satuan luas tertentu pada suatu periode kegiatan berproduksi dan nilai yang diperoleh dari hasil penjualan hasil produksinya. Selisih antara nilai penjualan dari nilai pengorbanan yang diperlukan dihitung dalam nilai uang, merupakan keuntungan yang dapat diperoleh dari usaha tani tersebut. Keuntungan inilah yang akan diperbandingkan dengan keuntungan yang diperoleh jika seseorang menanam padi jenis unggul lokal. Pertimbangan dari segi sosial ini antara lain manfaat penerapan inovasi tersebut bagi masyarakat di sekitar usaha taninya, apakah penerapan inovasi ini dapat memberikan lapangan kerja baru bagi keluarganya atau masyarakat disekitarnya. Jika penilaian telah dilakukan dan kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa penerapan inovasi tersebut menguntungkan, maka seseorang akan melangkah ke tahap berikutnya.

4. Tahap Percobaan ( Trial stage) [ Menguji sendiri inovasi pada skala kecil ]

Sasaran sudah mulai mencoba-coba dalam luas dan jumlah yang sedikit saja. Sering juga terjadi bahwa usaha mencoba ini tidak dilakukan sendiri, tetapi sasaran mengikuti (dalam pikiran dan percakapan-percakapan), sepak terjang tetangga atau instansi mencoba hal baru itu (dalam pertanaman percobaan atau demosntrasi). Kalau ia sudah yakin tentang apa yang dianjurkan, maka ia kan mengetrapkannya secara lebih luas. Bila gagal dalam percobaan ini, maka petani yang biasa akan berhenti dan tidak akan percaya lagi. Tapi petani naju yang ulet akan mengulangi percoabaannya lagi, sampai ia mendapat keyakinannya.

5. Tahap Penerimaan (Adoption) [ Menerapkan inovasi pada skala besar setelah membandingkannya dengan metoda lama]

Sasaran sudah yakin akan kebenaran atau keunggulan hal baru itu, maka ia mengetrapkan anjuran secara luas dan kontinu. Ia juga akan mengajurkannya kepada tetangga atau teman-temannya. Dalam prakteknya pentahapan tadi tidak perlu secara berurutan dilaluinya. Dapat saja sesuatu tahap dilampaui, karena tahap tersebut dilaluinya secara mental. Tidak semua orang mempunyai waktu, kesempatan, ketekunan, kesanggupan dan keuletan yang sama untuk menjalani, kadang-kadang mengulangi proses adopsi sampai sakhir dan mendapat sukses.

(7)

7

BAB III

PEMBAHASAN

TINGKAT KECEPATAN ADOPSI INOVASI

Tingkat adopsi adalah kecepatan yang relatif di mana sebuah inovasi diadopsi oleh anggota dari sistem sosial. Hal ini secara umum diukur dengan banyaknya jumlah individu yang mengadopsi suatu ide baru dalam rentang waktu tertentu.

Menurut Rogers (1983), tingkat adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, yaitu : atribut/karakteristik inovasi (keuntungan relatif, kompatibilitas, kompleksitas, trialabilitas, observabilitas/dapat diamati), Jenis keputusan inovasi, saluran komunikasi (media massa atau interpersonal), sifat dasar sistem sosial (norma, sifat saling keterhubungan individu), upaya promosi agen perubahan.

Skema variable tingkat adopsi inovasi

Variabel terikat yang dijelaskan Variable tingkat adopsi inovasi

ATRIBUT INOVASI •Keuntungan relatif •Kompatibilitas •Kompleksitas •Trialibilitas •Observabilitas TIPE KEPUTUSAN •Opsional •Kolektif •Otoritas SALURAN

KOMUNIKASI •Media Massa•Interpersonal

SISTEM SOSIAL

•Norma

•Tingkat jaringan hubungan sosial

UPAYA

PROMOSI •Agen-Agen Perubahan

KECEPATAN ADOPSI INOVASI

(8)

8 ATRIBUT ATAU KARAKTERISTIK INOVASI

Cepat lambatnya penerimaan inovasi oleh masyarakat luas dipengaruhi oleh karakteristik inovasi itu sendiri. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Zaltman, Duncan, dan Holbek bahwa cepat lambatnya suatu inovasi diterima dan diikuti oleh masyarkat tergantung pada atribut atau karakteristik inovasi tersebut.

Atribut atau karakteristik inovasi adalah salah satu hal yang penting dalam menjelaskan tingkat adopsi suatu inovasi. Dari 49 hingga 87 persen dari variasi dalam tingkat adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh lima atribut/karakteristik inovasi, yaitu keuntungan relatif, kompatibilitas, kompleksitas, trialabilitas, observabilitas.

TIPE KEPUTUSAN INOVASI

Suatu inovasi yang diadopsi secara individual secara umum diadopsi lebih cepat dari pada suatu inovasi yang diadopsi oleh suatu kelompok. Semakin banyak orang yang terlibat dalam pembuatan keputusan nuntuk mengadopsi suatu inovasi maka tingkat adopsi akan semakin lambat. Artinya, kecepatan tingkat adopsi inovasi dalam rangka untuk membuat sebuah keputusan inovasi tergantung semakin sedikitnya individu yang terlibat.

SALURAN-SALURAN KOMUNIKASI

Saluran komunikasi merupakan suatu ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidakperlu memperhatikan (a) tujuan diadakannya komunikasi dan (b) karakteristik penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal. Saluran-saluran Komunikasi biasanya digunakan untuk mendifusikan suatu inovasi, juga dapat mempengaruhi tingkat adopsi inovasi. Contohnya jika saluran interpersonal (dibandingkan saluran media massa) menciptakan kesadaran ilmu pengetahuan, sebagaimana seringkali terjadi pada pengadopsi selanjutnya, tingkat adopsi mereka terjadi secara lambat. Jika sebuah saluran komunikasi yang tidak pantas digunakan, melalui seperti media massa untuk ide-ide baru yang rumit/kompleks/sulit dipahami, hal ini akan mengakibatkan tingkat adopsi yang rendah.

KONDISI SISTEM SOSIAL

Sistem sosial merupakan berbagai unit yang saling berhubungan satu sama lain dalam tatanan masyarakat, dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Beberapa hal yang dikelompokkan sebagai bagian atau unit dalam sistem sosial kemasyarakatan antara lain meliputi : individu anggota masyarakat, tokoh masyarakat, pemimpin formal, kiai, kelompok tertentu dalam masyarakat. Kesemuanya secara nyata, baik langsung ataupun tak langsung mempengaruhi dalam proses difusi inovasi yang dilakukan.

Skema variable tingkat adopsi inovasi di atas menunjukkan sifat dasar sistem sosial, seperti norma-norma masyarakat atau suatu sistem dan tingkat di mana struktur jaringan komunikasi saling berhubungan erat, juga mempengaruhi tingkat adopsi inovasi.

Peran Norma dalam Difusi Inovasi

Norma merupakan hal yang penting dalam proses difusi inovasi. Lebih jauh dalam kaitannya dengan sistem sosial, norma yang dianut oleh masyarakat dapat dipandang sebagai pengikat dan pengukuh pola prilaku masyarakat yang bersangkutan sesuai dengan kaidah sistem sosial yang berlaku.

Dalam kadar tertentu norma yang dianut juga dapat dipandang sebagai standar dari suatu tatanan prilaku masyarakat yang diianut. Norma itu sendiri bisa bercirian budaya lokal, bernafas keagamaan, ataupun ciri khusus suatu masyartakat tertentu, yang memberi warna tersendiri terhadap sosial budaya masyarakat yang bersengkutan. Namun demikian, di sisi lain norma suatu sistem juga bisa berperan sebagai pengahalang atau barrirers suatu perubahan. Banyak contoh kasus inovasi yang terganggu atau mengalami daya tolak masyarakat (resistensi) karena faktor norma sosial yang dianut oleh masyarakat. Misal, di beberapa

(9)

9 provinsi di India, banyak sapi peliharaan yang dianaggap suci sehingga tabu bagi masyarakat untuk menyembelihnya, padahal masyarakat yang bersangkutan umumnya rawan gizi daan rawan protein hewani. Inovasi yang dilakukan termasuk perubahan di bidang pendidikan, direncanakan dan diorganisasikan sedemikian rupa sesuai dengan

social system yang dianut. Yang dimaksud dengan sistem sosial dalam pendidikan misalnya : lembaga sekolah (dasar, menengah, dan pendidikan tinggi), masyarakat pendidikan, malahan mungkin menjamah sistem organisasi yang lebih luas lagi yang berkaitan langsung dengan layanan pendidikan seperti : Dewan Pendidikan di tingkat kabupaten/kota, dewan sekolah, organisasi profesi guru PGRI, dan sebagainya.

UPAYA PROMOSI PERLUASAN AGEN-AGEN PERUBAHAN

Dalam sistem sosial, salah satu komponen penting adalah pemimpin pendapat (opinion leaders) dan agen perubahan. Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa difusi inovasi yang pada dasarnya sebagai penyebarluasan dari gagasan inovasi tersebut melalui suatu proses komunikasi yang dilakukan dengan mengunakan saluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu di antara anggota sistem sosial masyarakat. Oleh karena sistem sosial merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi, maka proses difusi inovasi tak senantiasa berjalan mulus, karena perbedaan latar belakang dan sistem sosial yang berlaku. Sering peran pemimpi pendapat (opinion leaders) sangat berpengaruh pada prilaku individu.

Pemimpin pendapat adalah suatu tingkat dimana seorang individu dapat mempengaruhi individu yang lainnya atau mengatur prilaku individu lainnya secara tidak formal ke arah kondisi yang diharapkan, sesuai dengan norma yang berlaku. Sedangkan agen perubahan (change agent)merupakan individu yang bisa mempengaruhi pengambilan inovasi klien ke arah yang diharapkan para agent perubahan.

Tingkat adopsi inovasi juga dipengaruhi oleh upaya promosi agen-agen perubahan. Hubungan antara tingkat adopsi dan upaya agen-agen perubahan mungkin tidak terjadi secara langsung dan linear. Hasil yang lebih besar dari jumlah yang diberikan aktivitas agen perubahan terjadipada tahap tertentu dalam difusi inovasi. Respon terbesar terhadap upaya agen-agen perubahan terjadi ketika pendapat/opini dari pemimpin diadopsi. Inovasi kemudian berlanjut menyebar dengan sedikit promosi dari agen-agen perubahan, setelah kritik ataupun tanggapan masyarakat diterima.

Selain itu, ditemukan bahwa (a) sampai tingkat kesadaran inovasi mencapai 20-30% tingkat adopsi rendah, sedangkan setelah ambang tersebut tingkat kesadaran dan tingkat adopsi meninggi dan (b) overadopsi adalah fenomena inovasi diadopsi padahal menurut para ahli sebaiknya tidak diadopsi.

EFEK DIFUSI

Tidak hanya usaha agen pembaru yang punya efek berbeda pada titik yang berbeda dalam urutan kecepatan adopsi suatu inovasi, tetapi tekanan-tekanan sistem terhadap pengadopsian juga berubah begitu proporsi anggota sistem yang mengadopsi meningkat. Kami menyebut peningkatan tekanan jaringan antar pribadi ini sebagai “efek difusi” (diffusion effect).

Efek difusi adalah peningkatan kumulatif kekuatan pengaruh terhadap seseorang untuk mengadopsi inovasi atau menolak suatu inovasi dikarenakan pergerakan jaringan kawan-sebaya berkenaan dengan inovasi dalam suatu sistem sosial. Misalnya, ketika hanya 5 persen orang dalam suatu sistem sosial yang mengetahui suatu ide baru, tingkat pengaruh terhadap seseorang untuk mengadopsi atau menolak suatu inovasi itu sangat berbeda ketika 95% anggota sistem itu telah mengadopsi. Dengan kata lain, norma-norma sistem mengenai inovasi itu berubah seiring dengan berjalannya waktu, ketika proses difusi itu berlangsung, dan ide baru itu sedikit demi sedikit menyatu dengan arus kehidupan sistem itu. Lingkungan komunikasi sistem itu berkenaan dengan inovasi iti berubah begitu jumlah orang yang mengadopsi bertambah. Ada antar hubungan yang kompleks tetapi penting antara menyebarnya pengetahuan me-ngenai suatu inovasi di dalam suatu sistem dan kecepatan adopsinya. Dalam satu hal, tingkat pengetahuan pada suatu waktu tertentu merupakan indikasi keseluruhan informasi mengenai inovasi yang ada pada rata-rata orang di dalam

(10)

10 sistem itu. Bila level informasi seperti itu (bergabung dengan pengaruh jaring-an) sangat rendah, pengadopsian inovasi tidak mungkin bagi setiap orang. Bila level informasi penilaian inovasi meningkat melampaui ambang batas tertentu, pengadopsian sangat mungkin terjadi tekanan-tekanan jaringan sosial terhadap adopsi meningkat. Hubungan ini positif tetapi tidak linier dan langsung. Begitu tingkat pengetahuan-kesadaran tentang inovasi meningkat sampai 2-30 persen, sangat sedikit terjadi adopsi. Kemudian, begitu titik ambang ini terlampaui setiap tambahan persentase pengetahuan-kesadaran dalam sistem itu biasanya disosiasikan dengan beberapa persentase yang meningkat dalam kecepatan adopsi. Efek difusi berarti bahwa sampai orang memiliki suatu level pengetahuan tertentu dan pengaruh teman sebayanya dalam sistem sosial itu berada pada level minimum, dia tidak mungkin mengadopsi. Tetapi begitu ambang ini terlampaui (titik ambang yang pasti untuk setiap inovasi dan setiap sistem adalah berbeda), pengadopsian ide itu selanjutnya ditingkatkan oleh setiap masukan tambahan pengetahuan dan pengaruh terhadap lingkungan komunikasi sistem. Suatu ambang agaknya terjadi sekitar titik dimana para pemuka pendapat dalam suatu sistem mulai berkenan terhadap inovasi.

Suatu penyelidikan kecepatan adopsi lima inovasi makanan di kalangan 1.028 ibu rumah tangga di lima desa Guatemala memberi beberapa bukti lebih lanjut tentang pentingnya efek difusi dalam menjelaskan kecepatan adopsi (Mendez, 1968). Semakin cepat kecepatan adopsi diketemukan pada desa-desa yang sangat padu dimana lebih banyak dari mereka yang terjangkau oleh jaringan-jaringan antar-pribadi. Bukti yang mendukung diberikan oleh Guy Mares (1968), Yadav (1967), Coughenour (1964), dan Colleman et al (1966). Di semua kasus tampak bahwa sistem-sistem sosial yang anggotanya lebih erat dikaitkan jejaring komunikasi (guyub), punya efek difusi yang lebih kuat dan suatu kecepatan adopsi inovasi yang lebih cepat. Kami menyimpulkan pembahasan ini dalam rampatan 6-6:

tingkat saling keterkaitan dalam suatu sistem sosial berhubungan positif dengan kecepatan adopsi inovasi.

Di seluruh buku ini, kita melihat betapa penilaian subyektif terhadap suatu inovasi menggerakkan proses difusi, melalui jaring-jaring antar pribadi.

ADOPSI BERLEBIH (OVERADOPTION)

Overadopsi adalah pengadopsian inovasi oleh seseorang ketika para ahli menganggap bahwa sebetulnya dia seharusnya menolak. Ada beberapa kemungkinan alasan overadopsi, termasuk tidak lengkapnya pengetahuan si pengguna tentang inovasi itu, ketidak-mampuan memperkirakan akibat-akibat penggunaannya, atau aspek-aspek yang menyangkut status dari ide baru. Yang umum adalah bahwa ada orang-orang tertentu punya semacam kegemaran untuk sesuatu yang baru (maniak inovasi) sehingga sepintas mereka tampak sebagai pelahap perubahan.

Seringkali sulit menentukan apakah seseorang harus mengadopsi suatu inovasi atau tidak. Rasionalitas, yang diartikan sebagai penggunaan cara-cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan, tidak gampang diukur. Klasifikasi kadang-kadang dapat dibuat oleh para ahli mengenai inovasi yang sedang dikaji. Dalam satu hal, kebanyakan orang memandang dirinya/tindakannya rasional. Karena ketiadaan pengetahuan atau kekurangtepatan persepsi, penilaian seseorang tentang suatu inovasi mungkin tidak sesuai dengan penilaian para pakar. Perhatian utama kami adalah pada rasional obyektif pada kasus yang ada, dan bukan pada rasional subyektif seseorang (yang mengadopsi inovasi).

(11)

11

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Cepat lambatnya penerimaan inovasi oleh masyarakat luas dipengaruhi oleh karakteristik inovasi itu sendiri, yaitu: keuntungan relatif (relative advantage), kompatibel (compatibility), kompleksitas (complexity), trialibilitas (trialibility) dan dapat diamati (observability).

Tingkat adopsi adalah kecepatan yang relatif di mana sebuah inovasi diadopsi oleh anggota dari sistem sosial. Hal ini secara umum diukur dengan banyaknya jumlah individu yang mengadopsi suatu ide baru dalam rentang waktu tertentu. Tingkat adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, yaitu : atribut/karakteristik inovasi, jenis keputusan inovasi, saluran komunikasi (media massa atau interpersonal), sifat dasar sistem sosial (norma, sifat saling keterhubungan individu), upaya promosi agen perubahan.

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim. (1988). Inovasi Pendidikan. Jakarta : Depdikbud.

Miles, Matthew B dan A. Michael Huberman. Analisis Data Kualitatif : Buku Sumber tentang Metode-metode Baru. Edisi Indonesia. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

Rogers, E. M. (1995). Diffusion of Innovations. New York: The Free Press. Syaefudin, Udin. (2010). Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

http://rivaarifin.blogspot.com/2012/03/proses-adopsi-dan-difusi-dalam.html http://mayasitayahya.blogspot.com/2013/03/v-behaviorurldefaultvmlo_27.html

Referensi

Dokumen terkait

Dini Anggita Herdianti, D0212034, Jaringan Komunikasi dalam Difusi Adopsi Inovasi Pengelolaan Tanaman Terpadu (Studi Perbandingan Jaringan Komunikasi Sosial terhadap

Oleh karena difusi pendidikan adalah proses kom unikasi unt uk m enyebarluaskan gagasan, ide, karya dsb sebagai suat u produk inovasi pendidikan, m aka aspek kom unikasi m enj

Herawan Wahyu Pratama, D0210057, Difusi Inovasi dan Adopsi Program Jaminan Kesehatan Nasional (Studi Difusi Inovasi dan Adopsi tentang Jaminan Kesehatan Nasional sebagai Program

(Studi Deskriptif Peran Rumah Pintar Petani sebagai Saluran Komunikasi Petani dalam Proses Difusi dan Adopsi Inovasi Pertanian di Desa Pulosari, Kecamatan

Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (Internet) Pada Tahapan Implementasi Dan Tahapan Konfirmasi Dalam Proses Difusi Inovasi Yang Dilakukan Oleh BAPPEDA

Pada proses difusi inovasi teknologi komunikasi (internet) tahap keempat di Pondok Pesantren Karangasem Muhammadiyah ini, dalam implementasinya tempat yang digunakan

Proses komunikasi berlangsung dimulai dari sebuah (1) inovasi, kemudian diketahui oleh (2) pihak atau unit yang mengerti/mengetahui atau sudah mencoba inovasi tersebut, kemudian

Masih berkaitan dengan unsur sumber daya manusia, selain faktor perilaku komunikasi di atas, juga terdapat faktor kepemimpinan yang berperan penting dalam proses difusi