• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU

SEJARAH PENGELOLAAN LAUT KEPULAUAN SERIBU

1. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 527/Kpts/Um/7/1982 tanggal 21 Juli 1982, yang menetapkan wilayah seluas 108.000 hektar Kepulauan Seribu sebagai Cagar Alam dengan nama Cagar Alam Laut Pulau Seribu.

2. Pernyataan Menteri Pertanian pada Konggres Taman Nasional Se-Dunia ke III tahun 1982 di Bali, Nomor 736/Mentan/X/1982 tanggal 10 Oktober 1982, yang menyatakan Cagar Alam Laut Pulau Seribu seluas 108.000 hektar sebagai Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu.

3. Keputusan Direktur Taman Nasional dan Hutan Wisata Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Departemen Kehutanan Nomor 02/VI/TN-2/SK/1986 tanggal 19 April 1986 tentang Pembagian zona di kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu. 4. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 162/Kpts-II/1995 tanggal 21 Maret 1995 tentang

Perubahan fungsi Cagar Alam Laut Kepulauan Seribu yang terletak di Kotamadya Daerah Tingkat II Jakarta Utara Daerah Khusus Ibukota Jakarta selua s +/- 108.000 (Seratus delapan ribu) hektar menjadi Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu.

5. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 220/Kpts-II/2000 tanggal 2 Agustus 2000 tentang Penunjukan kawasan hutan dan perairan di wilayah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta seluas 108.475,45 (Seratus delapan ribu empat ratus tujuh puluh lima koma empat puluh lima) hektar.

6. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 6310/Kpts-II/2002 tanggal 13 Juni 2002 tentang Penetapan kawasan pelestarian alam perairan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu seluas 107.489 (Seratus tujuh empat ratus delapan puluh sembilan) hektar di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

7. Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan Nomor SK.05/IV-KK/2004 tanggal 27 Januari 2004 tentang Zonasi Pengelolaan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu.

KONDISI UMUM TAMAN NASIONAL

Letak, Luas dan Pulau

Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu seluas 107.489 hektar, merupakan kawasan perairan laut sampai batas pasang tertinggi, pada geografis antara 5°24' - 5°45' LS dan 106°25' - 106°40' BT, termasuk kawasan darat Pulau Penjaliran Barat dan Pulau Penjaliran Timur seluas 39,50 hektar. Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu tersusun oleh Ekosistem Pulau-Pulau Sangat Kecil dan Perairan Laut Dangkal, yang terdiri dari Gugus Kepulauan dengan 78 pulau sangat kecil, 86 Gosong Pulau dan hamparan laut dangkal pasir karang pulau sekitar 2.136 hektar (Reef flat 1.994 ha, Laguna 119 ha, Selat 18 ha dan Teluk 5 ha), terumbu karang tipe fringing reef, Mangrove dan Lamun bermedia tumbuh sangat miskin hara/lumpur, dan kedalaman laut dangkal sekitar 20-40 m.

Dari jumlah pulau yang berada di dalam kawasan TNKpS yang berjumlah 78 pulau, diantaranya 20 pulau sebagai pulau wisata, 6 pulau sebagai hunian penduduk dan sisanya dikelola perorangan atau badan usaha.

Dengan bermodalkan slogan LSM (Lestarikan terumbu karang, mangrove, lamun dan ekosistemnya; Selamatkan penyu sisik Kepulauan Seribu; dan Manfaatkan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu melalui wisata bahari di resort wisata, wisata konservasi di pulau pemukiman

(2)

mengajak seluruh lapisan masyarakat yang ada di Kepulauan Seribu untuk bersama-sama menjaga kelestarian ekosistem pulau-pulau sangat kecil dan perairan laut dangkal.

Kondisi umum

Ditinjau dan letak kontinental dan oseanografisnya, wilayah Kepulauan Seribu mempunyai iklim muson laut tropis, yakni adanya pergantian arah angin setiap setengah tahun yang disebut angin muson. Banyaknya uap air laut yang berpengaruh terhadap suhu udara. Hal ini juga sebagai akibat karena Kepulauan Seribu berada pada daerah equator yang mempunyai sistem equator yang dipengaruhi variasi tekanan udara. Dimana musim basah mencapai kondisi maksimum pada bulan Januari, sedang musim kering mencapai puncak pada bulan Juni - Agustus. Pengaruh musim terlihat sebagai tiupan angin Barat Laut - Utara yang kuat seiama musim Barat pada bulan Oktober - April; serta angin Tenggara - Timur pada musim Tenggara atau Timur pada bulan Mei - September.

Kondisi iklim di Kepulaun Seribu tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan pesisir Teluk Jakarta, dimana termasuk tipe iklim D menurut Schimidt dan Fergusson dengan nisbah jumlah bulan kering dan bulan basah antara 60 - 100%. Musim hujan berlangsung pada bulan November - April dengan jumlah hari hujan antara 10 - 20 hari per bulan dan curah hujan terbesar terjadi pada bulan Januari. Musim kemarau berlangsung antara bulan Mei - Oktober dengan hari hujan antara 4 - 10 had per bulandan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus. Rata-rata curah hujan bulanan selama 10 tahun terakhir berkisar antara 43 - 510 mm, dimana curah hujan terbanyak (510 mm) terjadi pada bulan Januari dan curah hujan terkecil (43 mm) terjadi pada bulan Agustus (BPLHD DKI Jakarta, 2002).

Suhu udara rata-rata berkisar antara 26,5 °C - 28,5 °C, suhu udara maksimum berkisar antara

29,5 °C - 32,5 °C, sedangkan suhu udara minimum berkisar antara 23,4 °C - 23,8 °C.

Kelembaban nisbi rata-rata berkisar antara 75 - 85 %, sedangkan tekanan udara rata-rata antara 1009,0 -1011,0 mb (Dinas Tata Kota DKI Jakarta, 2003).

Angin dan Gelombang laut

Pengamatan angin permukaan menunjukkan bahwa angin dominan di Kepulauan Seribu adalah angin timur. Dikaitkan dengan arah angin dominan yang terjadi tersebut, karakteristik arah gelombang datang teramati yaitu 130° (dan Timur-Tenggara) menunjukkan adanya ketergantungan gelombang terhadap angin. Tinggi gelombang di Kepulauan Seribu pada musim Barat adalah sebesar 0,5 - 1,5 m, sedangkan pada musim timur sebesar 0,5 - 1,0 meter. Benvariasinya tinggi geiombang ini dikarenakan terdapat perbedaan kecepatan angin musim yang bertiup di atasnya (Kab. Adm. Kep. Seribu-LAPI ITB, 2004).

Kualitas Peraian Laut

Suhu dan salinitas air permukaan laut di Kepulauan Seribu secara umum berkisar antara 30-34°/oo. Salinitas air permukaan pada musim barat, musim timur dan msim pncaroba tidak

berfluktuasi secara nyata (Suyarso, 1995; Pardjaman, 1977 dalam Dinas Perikanan DKl Jakarta, 1997).

Kecerahan perairan berkisar antara 3-8 meter, sedangkan kekeruhannya berkisar antara 0,5-1,1 NTU yang bervariasi dimana pada musim barat umumnya mempunyai kecerahan lebih rendah dan kekeruhan lebih tinggi dibanding musim timur (Dinas Perikanan DKI Jakarta, 1997).

Kondisi Sosial EKonomi Masyarakat

Penduduk yang bermukim di wilayah ini umumnya adalah pelaut yang berasal dari beberapa etnis di Sulawesi, yang paling dominan adalah etnis Bugis, sehingga budaya yang berkembang di masyarakat saat ini mencerminkan etnis-etnis tersebut. Mata pencaharian penduduk umumnya

(3)

sebagai nelayan (70,99%) perikanan tangkap atau budidaya sebagai petani rumput laut musiman sedangkan sisanya bekerja di sektor jasa perdagangan dan sektor lainnya.

Jumlah penduduk yang bermukim di pulau-pulau pemukiman dalam kawasan TNKpS sebanyak 11.052 jiwa yang tersebar di lima buah pulau, yaitu Pulau Pramuka, P. Panggang, P. Kelapa, P. Harapan dan P. Kelapa Dua. Tingkat pertumbuhan penduduk di wilayah ini rata-rata 1,21 % pertahun. Tingginya angka pertumbuhan penduduk ini umumnya tidak dibarengi dengan animo untuk bermigrasi keluar pulaunya (Laporan RKL TN Kepulauan Seribu, 1999), sehingga pemukiman penduduk hanya terkonsentrasi pada pulau pemukiman yang telah ada.

Beberapa pulau mempunyai tingkat kepadatan yang cukup tinggi, bahkan lebih tinggi dari kepadatan penduduk rata-rata DKI Jakarta, seperti Pulau Panggang 35.278 jiwa/km2, Pulau Kelapa 34.156 jiwa/km2, dan Pulau Harapan 10.000 jiwa/km2 yang secara geografis berada dalam kawasan taman nasional.

Komposisi tingkat pendidikan masyarakat di kabupaten ini 39,21% tidak tamat SD, 43,01% tamat SD, 9,59% tamat SLTP, 7,19% tamat SLTA, 1,17% tamat Akademi/Diploma, dan 0,51% tamat sarjana. Porsi terbesar masyarakat kabupaten ini, yaitu 82,22% berpendidikan SD dan tidak tamat SD.

Kehidupan sehari-hari masyarakat tidak lepas dari keberadaan dan fungsi laut. Anak-anak biasa dengan kegiatan bersenda gurau dan berenang di pantai selain kegiatan mereka menuntut ilmu di bangku sekolah. Kegiatan berenang di dermaga mereka lakukan seolah-olah tidak ada sedikitpun rasa takut dan ngeri akan tersapu gelombang. Kegiatan rutin orang tua sebagian besar adalah melaut untuk mencari ikan. Tetapi kegiatan tersebut tidak mereka lakukan pada setiap hari Jum’at. Apabila tidak melaut, hari-hari mereka diisi dengan memperbaiki/ membuat jaring ataupun memperbaiki/ membuat kapal. Kehidupan seperti ini sudah rutin dan bisa dinikmati setiap saat.

Berdasarkan kriteria kegiatan budidaya perikanan berupa kondisi fisik geofisik (keterlindungan, kedalaman perairan, dan substrat dasar laut), oceanografis (kecepatan arus), dan kualitas air (kecerahan dan salinitas), kapasitas Kepulauan Seribu untuk pengembangan budidaya perikanan laut seluas 904,17 ha, diantaranya 622,49 ha (66 %) dalam kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu.

Berdasarkan kriteria kepariwisataan berupa keindahan alam, keaslian panorama alam, keunikan ekosistem, tidak adanya gangguan alam yang berbahaya, dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung, kapasitas Kepulauan Seribu untuk pengembangan pariwisata seluas 872,06 ha dengan kapasitas pengunjung 2.318 Orang per hari, diantaranya 795,38 ha dan 1.699 Orang per hari (73 %) adalah kapasitas dalam kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu. 3. Potensi Sumber Daya Alam

Terumbu Karang

Pulau-pulau di Kepulauan Seribu umumnya dikelilingi oleh terumbu karang tepian (fringing reefs) pada kedalaman 0,5 - 10 meter. Jenis-jenis karang yang dapat ditemukan di sini termasuk ke dalam jenis karang keras (hard coral) dan karang funak (soft coral). Kondisi terumbu karang di wilayah Kepulauan Seribu umumnya berada di wilayah Kepulauan Seribu utara di kawasan TNKpS dengan kategorikan rusak sampai sedang. Presentase penutupan karang hidup di kawasan TNKpS berkisar antara 4,3 - 50,7 % dan dominasi tutupan unsur-unsur abiotik seperti pasir, pecahan karang, serta karang mati umumnya telah melampaui 50%. Kerusakan terumbu karang ini sebagian besar diakibatkan oleh kegiatan pengambilan karang untuk bahan bangunan dan cara penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak dan bahan kimia.

(4)

Dari Pengamatan yang dilakukan selama kurun waktu 22 tahun oleh berbagai instasi tercatat jenis terumbu karang yang terdapat di Taman Nasional Kepulauan Seribu mencakup 68 genera dan subgenera dengan 134 spesies. Sedangkan dan berbagai penefitian ditemukan bahwa di kawasan Kepulauan Seribu secara keseluruhan terdapat sekitar 276 jenis karang di wilayah Kepulauan Seribu Utara dan Selatan.

TNKpS mempunyai sumber daya alam yang khas yaitu keindahan alam laut dengan ekosistem karang yang unik seperti terumbu karang, ikan hias dan ikan konsumsi, echinodermata, crustacea, molusca, penyu, tumbuhan laut dan darat, mangrove, padang lamun, dan lain-lain. Terumbu karang di kawasan perairan ini membentuk ekosistem khas daerah tropik, pulau-pulaunya dikelilingi terumbu karang tepian (fringing reef) dengan kedalaman 1 - 20 meter. Terumbu karang merupakan salah satu sub sistem ekosistem perairan laut yang produktif, yaitu dengan produktivitas primernya mencapai sekitar 10.000 gram Carbon/m2/tahun, sangat tinggi bila dibandingkan dengan produktivitas perairan laut lepas pantan hanya sekitar 50-100 gram Carbon/m2/tahun.

Jenis-jenis karang yang dapat ditemukan adalah jenis karang keras (hard coral) seperti karang batu (massive coral) misalnya Monstastrea dan Labophyllia; karang meja (Table coral); karang kipas (Gorgonia); karang daun (Leaf coral); karang jamur (Mushroom coral); dan jenis karang lunak (Soft coral).

Jenis ikan hias yang banyak ditemukan diantara-nya adalah jenis-jenis yang termasuk dalam famili Chaetodontidae, Apogonidae dan Pomancanthidae, sedangkan jenis Ikan konsumsi yang bernilai ekonomis tinggi antara lain adalah Baronang (Family Siganidae), Ekor Kuning (Family

Caesiodiae), Kerapu (Family Serranidae) dan Tongkol (Eutynus sp.). Dari hasil pengamatan terdapat 232 Spesies ikan, dengan kondisi potensi rata-rata 36.132 individuals/hektar, dimana tertinggi 140.875 di taman nasional, dan terendah 1.425 di luar taman nasional dengan ukuran ikan umumnya kecil-sedang.

Echinodermata yang banyak dijumpai diantaranya adalah Bintang Laut, Lili Laut, Teripang dan Bulu Babi yang juga merupakan indikator kerusakan terumbu karang. Crustacea yang banyak dikonsumsi antara lain Kepiting, Rajungan (Portumus sp.) dan Udang Karang (Spiny lobster). Moluska (binatang lunak) yang dijumpai terdiri dari Gastropoda, Pelecypoda, termasuk jenis yang dilindungi diantaranya adalah Kima Raksasa (Tridacna gigas) dan Kima Sisik (Tridacna squamosa).

Padang Lamun

Ekosistem padang lamun umumnya berada di rataan terumbu karang, didominasi oleh tumbuhan rumput laut (sea grass) dengan struktur perakaran di dasar perairan. Di Kepulauan Seribu terdapat 4 (empat) famili rumput laut yang hidup pada padang lamun, yang didominasi oleh genus Thalassia, Enhalus dan Cymodoceae. Sedangkan dari jenis alga (sea weed) umumnya ditemukan Halimeda, Sargassum, dan Caulerpa.

Mangrove dan Tumbuhan Darat

Hutan di kawasan TNKpS umumnya ditemukan di pulau-pulau bagian utara seperti Pulau Penjaliran, Pulau Gosong Rengat dan Pulau Nyamplung. Penyebaran mangrove di kawasan ini tidak memiliki zonasi spesies mangrove seperti yang umumnya ditemukan di Teluk Jakarta. Hal ini disebabkan pulau-pulaunya yang sangat terbuka dan tidak terdapatnya sungai di daratan. Jenis mangrove yang ditemukan adalah jenis Rhyzopora stylosa di daerah intertidal dan Nypa frutucans di daratnya.

(5)

Jenis-jenis tumbuhan darat yang banyak ditemukan antara lain adalah Kelapa (Cocos nucifera), Mengkudu (Morinda citrifolia), Ketapang (Terminalia catappa), Butun (Baringtonia asiatica), Sukun (Artocarpus atilis), Pandan Laut (Pandanus tectorius), Sentigi (Pemphis acidula), dan Cemara Laut (Casuarina equisetifolia).

Penyu Sisik

Kawasan TNKpS merupakan habitat bagi Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) yang dilindungi, dan keberadaannya cenderung semakin langka. Dalam upaya pelestarian satwa ini, selain dilakukan perlindungan terhadap tempat-tempat penelurannya seperti Pulau Peteloran Timur, Penjaliran Barat, Penjaliran Timur dan Pulau Belanda, telah dilakukan juga pengembangan pusat penetasan, pembesaran dan pelepasliaran Penyu Sisik di Pulau Pramuka dan Pulau Sepa. Kegiatan di Pulau Pramuka dan Pulau Sepa tersebut dilakukan dengan cara mengambil telur dari pulau-pulau tempat bertelur untuk ditetaskan secara semi alami. Anak penyu (tukik) hasil penetasan tersebut kemudian sebagian dilepaskan kembali ke alam, dan sisanya dipelihara untuk dilepaskan secara bertahap.

Zonasi

Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan Nomor SK.05/IV-KK/2004 tanggal 27 Januari 2004 tentang Zonasi Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu sebagai berikut :

1. Zona Inti Taman Nasional (4.449 Hektar) adalah bagian kawasan taman nasional yang mutlak dilindungi dan tidak diperbolehkan adanya perubahan apapun oleh aktivitas manusia.

(6)

Zona Inti I (1.389 hektar) meliputi perairan sekitar Pulau Gosong Rengat dan Karang Rengat pada posisi geografis 5°27'00" - 5°29'00" LS dan 106°26'00" - 106°28'00" BT, yang merupakan perlindungan Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), dan Ekosistem Terumbu Karang.

Zona Inti II (2.490 hektar) meliputi perairan sekitar Pulau Penjaliran Barat dan Penjaliran Timur, dan perairan sekitar Pulau Peteloran Timur, Peteloran Barat, Buton, dan Gosong Penjaliran, pada posisi 5°26'36" - 5°29'00" LS dan106°32'00" - 106°36'00" BT, yang merupakan perlindungan Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), Ekosistem Terumbu Karang, dan Ekosistem Hutan Mangrove.

Zona Inti III (570 hektar) meliputi perairan sekitar Pulau Kayu Angin Bira, Belanda dan bagian utara Pulau Bira Besar, pada posisi 5°36'00"-5°37'00" LS dan 106°33'36"-106°36'42" BT, yang merupakan perlindungan perlindungan Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), dan Ekosistem Terumbu Karang.

2. Zona Perlindungan Taman Nasional (26.284, 50 Hektar) adalah bagian kawasan taman nasional yang berfungsi sebagai penyangga zona inti taman nasional.

Zona Perlindungan meliputi perairan sekitar Pulau Dua Barat, Dua Timur, Jagung, Gosong Sebaru Besar, Rengit, dan Karang Mayang, pada posisi geografis5°24'00"-5°30'00" LS dan 106°25'00"-106°40'00" BT, dan daratan Pulau Penjaliran Barat dan Penjaliran Timur seluas 39,5 hektar.

3. Zona Pemanfaatan Wisata Taman Nasional (59.634,50 Hektar) adalah bagian kawasan taman nasional yang dijadikan sebagai pusat rekreasi dan kunjungan wisata.

Zona Pemanfaatan Wisata meliputi perairan sekitar Pulau Nyamplung, Sebaru Besar, Lipan, Kapas, Sebaru Kecil, Bunder, Karang Baka, Hantu Timur, Hantu Barat, Gosong Laga, Yu Barat/Besar, Yu Timur, Satu/Saktu, Kelor Timur, Kelor Barat, Jukung, Semut Kecil, Cina, Semut Besar, Sepa Timur/Kecil, Sepa Barat/Besar, Gosong Sepa, Melinjo, Melintang Besar, Melintang Kecil, Perak, Kayu Angin Melintang, Kayu Angin Genteng, Panjang, Kayu Angin Putri, Tongkeng, Petondan Timur, Petondan Barat/Pelangi, Putri Kecil/Timur, Putri Barat/Besar, Putri Gundul, Macan Kecil, Macan Besar/Matahari, Genteng Besar, Genteng Kecil, Bira Besar, Bira Kecil, Kuburan Cina, Bulat, Karang Pilang, Karang Ketamba, Gosong Munggu, Kotok Besar, dan Kotok Kecil, pada posisi geografis 5°30'00"-5°38'00" LS dan 106°25'00"-106°40'00" BT, dan 5°38'00"-5°45'00" LS dan 106°25'00"-106°33'00" BT. 4. Zona Pemukiman Taman Nasional (17.121 Hektar) adalah bagian kawasan taman nasional

yang dijadikan sebagai pusat pemerintahan dan perumahan penduduk masyarakat.

Zona Pemukiman meliputi perairan sekitar Pulau Pemagaran, Panjang Kecil, Panjang, Rakit Tiang, Kelapa, Harapan, Kaliage Besar, Kaliage Kecil, Semut, Opak Kecil, Opak Besar, Karang Bongkok, Karang Congkak, Karang Pandan, Semak Daun, Layar, Sempit, Karya, Panggang, dan Pramuka, pada posisi geografis 5°38'00"-5°45'00" LS dan 106°33'00"-106°40'00" BT.

Beberapa pulau/obyek yang menarik untuk dikunjungi:

Kepulauan Seribu terdapat beberapa Resort Wisata Bahari seperti Resort Wisata Pulau Kotok, Pulau Bira, Pulau Sepa, Pulau Putri, Pulau Matahari, dan Pulau Pantara. Sedangkan di Pulau Pramuka terdapat Paket Wisata Pendidikan dan Konservasi Laut yang dikelola oleh Koperasi Taman Nasional Kepulauan Seribu dengan melibatkan masyarakat setempat.

(7)

Beberapa obyek yang menarik dalam wisata pendidikan dan konservasi laut adalah Pengenalan Tukik/ Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata); Pengenalan jenis, manfaat dan berkarya dengan menanam Mangrove; Pengenalan jenis, manfaat dan berkarya dengan menanam Lamun; Pengenalan biota laut & melakukan transplantasi karang hias; Menikmati panorama alam bahari dan budaya masyarakat Kepulauan Seribu; Pengenalan Diving awal/diving; Pengenalan

Snorkeling/Snorkeling; Melakukan kunjungan ke Pulau Rambut, Resort Wisata Pulau Kotok, Pulau Putri (akuarium bawah laut); Melihat Penangkaran Kupu-kupu dan Hatchery Biota Langka;

Memancing; Bakar Ikan/ Api Unggun; High Ropes Out Bond; dsb

(8)

Musim kunjungan terbaik: bulan Maret s/d Mei setiap tahunnya.

Cara pencapaian lokasi: Dari Muara Angke setiap hari ada kapal kayu/ojeg yang melayani pengunjung untuk ke Kepulauan Seribu, dengan waktu tempuh +2,5 jam. Atau dari Marina Ancol dengan menggunakan speedboat tetapi harus reservasi terlebih dahulu, lama perjalanan +1 jam.

(9)

Akomodasi

Kepulauan Seribu terdapat beberapa Resort Wisata Bahari seperti Resort Wisata Pulau Kotok, Pulau Bira, Pulau Sepa, Pulau Putri, Pulau Matahari, dan Pulau Pantara. Sedangkan terkait dengan Wisata Pendidikan dan Konservasi Laut di Pulau Pramuka dan sekitarnya, terdapat beberapa akomodasi antara lain Mess/wisma tamu TNKpS, vila de lima, vila dermaga, dan homestay milik penduduk.

BALAI TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU Jl. Salemba Raya No. 9 Lt. III Jakarta Pusat 10440 Telp/Fax. (021) 3915773

Website: www.tnlkepulauanseribu.net Email: webmail@tnlkepulauanseribu.net

Referensi

Dokumen terkait

 Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil,

adanya kontrak tersebut tidak mematuhi materi atau isi dari Undang-Undang pertambangan tebaru terkait Pasal 169 tentang pegantian sistem kontrak karya ke sistem izin

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran 5E terintegrasi pendekatan saintifik terhadap kompetensi literasi sains berdasarkan kemampuan

Hasil yang diperoleh adalah: penerimaan pajak daerah dalam kurun waktu 2002 – 2009 mengalami peningkatan yang baik dan secara umum berada pada kategori sangat

Kemudian klik kanan pada tiap objek tersebut dan pilih Convert to Editable Poly agar bisa disesuaikan dengan bentuk gendang melalui editing vertex, edge, face, dan

[r]

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode struktural sintesis analisis (SAS) terhadap peningkatan keterampilan membaca permulaan pada siswa kelas II SDN

Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum dari berdirinya usaha tersebut dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dan mekanisme penentuan