• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Pelayanan Poli Lansia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pedoman Pelayanan Poli Lansia"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN PELAYANAN RAWAT JALAN PEDOMAN PELAYANAN RAWAT JALAN

RUANG PEMERIKSAAN LANSIA RUANG PEMERIKSAAN LANSIA

BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

A.

A. Latar Latar BelakangBelakang

Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok,

serta memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.dan masyarakat.

Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.

pelayanan profesi yang telah ditetapkan. Pelayanan

Pelayanan Ruang Ruang Pemeriksaan Pemeriksaan Lansia Lansia merupakan merupakan pelayanan pelayanan yang yang dapatdapat memberikan penatalaksaan

memberikan penatalaksaan yang yang tepat tepat pada pada seseorang atau seseorang atau kelompok orang kelompok orang agar agar dapatdapat mengatasi penyakit yang diderita.

mengatasi penyakit yang diderita.

Ruang Lingkup Ruang Lingkup

Ruang lingkup pelayanan Ruang Pemeriksaan Lansia meliputi seluruh pasien yang datang Ruang lingkup pelayanan Ruang Pemeriksaan Lansia meliputi seluruh pasien yang datang berobat ke UPT Puskesmas Pancoran Mas dan mendaftar di

berobat ke UPT Puskesmas Pancoran Mas dan mendaftar di Ruang PendaftaranRuang Pendaftaran..

B.

B. Batasan Batasan OperasionalOperasional

Ruang Pemeriksaan Lansia Ruang Pemeriksaan Lansia

 Adalah ruang

 Adalah ruang pelayanapelayanan n di di Puskesmas Puskesmas yang yang memberikan pelayanan memberikan pelayanan padapada pasien berusia ≥ 55

pasien berusia ≥ 55  tahun. Pasien dengan kondisi gawat darurat ditangani secara  tahun. Pasien dengan kondisi gawat darurat ditangani secara prioritas.

prioritas.

C.

C. Landasan Landasan HukumHukum 1. Undang

1. Undang – – undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. 2. Undang

2. Undang – – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran. undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran. 3. Undang

(2)

4. Undang-undang no.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan usia lanjut yang menyebutkan bahwa perlu diberikan kemudahan dalam pelayanan kesehatan usia lanjut.

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.

6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.

BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi SDM

Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Ruang Pemeriksaan Lansia adalah :

Nomor Nama Jabatan Kualifikasi

Formal

Keterangan

1 Penanggung jawab Pelayanan Keperawatan Ruang

Pemeriksaan Lansia

S.Kep/ D III Keperawatan

2 Penanggung jawab Pelayanan Ruang Pemeriksaan Lansia

Dokter Umum

3 Perawat Pelaksana Ruang Pemeriksaan Lansia

SPK

4 Dokter Ruang Pemeriksaan Lansia

Dokter Umum

5 TPK SMU

-B. Distribusi Ketenagaan

Pola pengaturan ketenagaan Ruang Pemeriksaan Lansia yaitu :

Bertugas hanya untuk Dinas Pagi yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang. Kategori :

1 orang dokter pelaksana 1 orang perawat pelak

(3)

C. Pengaturan Jaga

I. Pengaturan Jaga Perawat Ruang Pemeriksaan Lansia

 Pengaturan jadwal dinas perawat Ruang Pemeriksaan Lansia dibuat dan di pertanggung jawabkan oleh Penanggung Jawab Pelayanan Keperawatan Ruang Pemeriksaan Lansia

 Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke perawat pelaksana Ruang Pemeriksaan Umum setiap satu bulan..

 Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada lembar surat cuti. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apa bila tenaga cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui).

BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

B. Standar Fasilitas

I. Fasilitas & Sarana

Ruang Pemeriksaan lansia UPT Puskesmas Kecamatan Pancoran mas, berlokasi di lantai I gedung utama yang terdiri dari ruangan pemeriksaan.

Ruangan periksa terdiri dari 1 meja pemeriksaan awal oleh perawat, 1 meja pemeriksaan dokter dan 1 meja komputer untuk rujukan BPJS. Ruangan tindakan terdiri dari 1 ( satu ) tempat tidur pasien.

II. Peralatan

Peralatan yang tersedia di Ruang Pemeriksaan Lansia mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.

(4)

a. Alat

 –

 alat untuk Ruang Pemeriksaan Lansia : 1. Buku Ishihara Tes ( 1 buah )

2. Corong telinga / Spekulum telinga ukuran kecil, besar, sedang ( 1 set ) 3. Emesis basin / Nierbeken besar ( 1 buah )

4. Lampu senter untuk periksa/ pen light ( 1 buah ) 5. Metline ( pengukur lingkar pinggang ) ( 1 buah ) 6. Otoscope ( 1 buah )

7. Palu reflex ( 1 buah )

8. Sphygmomanometer untuk dewasa ( 1 buah ) 9. Stetoskop untuk dewasa ( 1 buah )

10. Tempat tidur periksa dan perlengkapannya ( 1 buah ) 11. Termometer untuk dewasa ( 1 buah )

12. Timbangan dewasa ( 1 buah )

b. Bahan Habis Pakai

1. Alkohol ( Sesuai kebutuhan )

2. Povidone Iodine ( Sesuai kebutuhan )

3. Podofilin Tinctura 25% ( Sesuai kebutuhan ) 4. Kapas ( Sesuai kebutuhan )

5. Kasa non steril ( Sesuai kebutuhan ) 6. Kasa steril ( Sesuai kebutuhan ) 7. Masker wajah ( Sesuai kebutuhan )

8. Sabun tangan atau antiseptik ( Sesuai kebutuhan ) 9. Sarung tangan steril ( Sesuai kebutuhan )

c. Perlengkapan

1. Bantal ( 1 buah )

2. Baskom cuci tangan ( 1 buah ) 3. Kasur ( 1 buah )

4. Meteran tinggi badan ( 1 buah ) 5. Perlak ( 2 buah )

6. Pispot ( 1 buah )

7. Sarung bantal ( 1 buah ) 8. Seprei ( 1 buah )

(5)

9. Stop watch ( 1 buah )

10. Tempat sampah tertutup yang dilengkapi dengan injakan pembuka penutup ( 2 buah )

d. Meubelair 

1. Kursi kerja ( 3 ) 2. Lemari arsip ( 1 ) 3. Meja tulis 1/2 biro ( 2 )

e. Pencatatan dan Pelaporan

1. Buku register pelayanan ( Sesuai kebutuhan )

2. Formulir dan surat keterangan lain sesuai kebutuhan pelayanan yang diberikan ( Sesuai kebutuhan )

3. Formulir Informed Consent ( Sesuai kebutuhan ) 4. Formulir rujukan ( Sesuai kebutuhan )

5. Kertas resep ( Sesuai kebutuhan )

6. Surat Keterangan Sakit ( Sesuai kebutuhan ) 7. Surat Keterangan Sehat ( Sesuai kebutuhan )

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. TATA LAKSANA PENDAFTARAN PASIEN I. Petugas Penanggung Jawab

 Petugas Loket Pendaftaran II. Perangkat Kerja

 Rekam Medis

III. Tata Laksana Pendaftaran Pasien Ruang Pemeriksaan Lansia

1. Pendaftaran pasien yang akan berobat ke Ruang Pemeriksaan Lansia dilakukan

oleh pasien / keluarga dibagian Loket Pendaftaran

2. Sebagai bukti pasien sudah mendaftar di bagian Loket Pendaftaran akan

(6)

3. Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung diberikan pertolongan di Ruang Tindakan, sementara keluarga / penanggung jawab melakukan pendaftaran di bagian Loket Pendaftaran.

B. TATA LAKSANA SISTIM KOMUNIKASI RUANG PEMERIKSAAN LANSIA

I. Petugas Penanggung Jawab

 Dokter / perawat Ruang Pemeriksaan Lansia II. Perangkat Kerja

 Hand phone

III. Tata Laksana Sistim Komunikasi Ruang Pemeriksaan Lansia

1. Antara Ruang Pemeriksaan Lansia dengan unit lain dalam UPT Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas adalah dengan bertemu muka langsung dengan petugas yang bersangkutan atau dengan handphone pribadi.

2. Antara Ruang Pemeriksaan Lansia dengan dokter konsulen / rumah sakit lain / yang terkait dengan pelayanan diluar puskesmas adalah menggunakan pesawat telephone dari ruang Loket Pendaftaran.

3. Antara Ruang Pemeriksaan Umum dengan petugas ambulan yang berada dilapangan menggunakan pesawat telephone dan handphone.

4. Dari luar puskesmas dapat langsung melalui Ruang Tata Usaha atau Ruang Loket Pendaftaran.

D. TATA LAKSANA PENGISIAN INFORMED CONSENT

I. Petugas Penangung Jawab

- Dokter jaga Ruang Pemeriksaan Lansia II. Perangkat Kerja

(7)

 III. Tata Laksana Informed Consent

1. Dokter Ruang Pemeriksaan Lansia yang sedang bertugas menjelaskan

tujuan dari pengisian informed consent pada pasien / keluarga pasien

disaksikan oleh perawat .

2. Pasien menyetujui, informed consent diisi dengan lengkap disaksikan oleh

perawat.

3. Setelah diisi dimasukkan dalam rekam medis pasien.

E. TATA LAKSANA SISTIM RUJUKAN I. Petugas Penanggung Jawab

 Dokter Ruang Pemeriksaan lansia  Perawat Ruang Pemeriksaan Lansia II. Perangkat Kerja

  Ambulan

 Formulir persetujuan tindakan  Formulir rujukan

III. Tata Laksana Sistim Rujukan Ruang Pemeriksaan Umum 1. Alih Rawat

 Dokter jaga Ruang Pemeriksaan Lansia menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang indikasi rujuk. Dokter membuatkan formulir rujukan sesuai

dengan status jaminan / pembayaran pasien.

 Untuk keadaan gawat darurat pasien dirujuk menggunakan ambulan siaga puskesmas.

2. Pemeriksaan Diagnostik

 Pasien / keluarga pasien dijelaskan oleh dokter jaga mengenai tujuan pemeriksaan diagnostik, bila setuju maka keluarga pasien diberikan formulir

(8)

pemeriksaan diagnostik yang tidak tersedia di puskesmas atau diberikan rujukan

sesuai status jaminan / pembayaran pasien ke RS.

BAB V LOGISTIK

Standar Obat Ruang Pemeriksaan Lansia

Obat-obatan di Ruang Pemeriksaan Lansia masuk kedalam Ruang Tindakan dan dijelaskan dalam Pedoman Pelayanan Kegawat daruratan.

BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian

Keselamatan Pasien ( Patient Safety )

 Adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :

 Asesmen resiko

 Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien  Pelaporan dan analisis insiden

 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya  Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :

 Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan  Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. Tujuan

 Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit

 Meningkatnya akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan masyarakat  Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit

(9)

 Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

STANDAR KESELAMATAN PASIEN 1. Hak pasien

2. Mendidik pasien dan keluarga

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien

5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

KE JA DIAN TIDAK DIHARAPK AN ( KTD )

 A DVE R S E E VE NT :

 Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah

K TD yang tidak dapat diceg ah

Unpreventable A dvers e Ev ent :

Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan mutakhir

KE JAD IAN NYA RIS CE DERA ( K NC )

Near Mis s :

 Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :

 Karena “ keberuntungan”  Karena “ pencegahan ”  Karena “ peringanan ”

(10)

KE SALA HAN MEDIS

 Medical Err ors :

 Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien

KE JA DIAN SE NTINEL

 S entinel E vent :

 Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.

Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keser iusan cedera yang terjadi ( seperti, amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

C. TATA LAKSANA

a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien b. Melaporkan pada dokter jaga Ruang Pemeriksaan Lansia

c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga d. Mengobservasi keadaan umum pasien

e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden Keselamatan”

(11)

BAB VII KESELAMATAN KERJA

I. Pendahuluan

HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.

 Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung, pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).

Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.

Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.

Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.

(12)

II. Tujuan

a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.

b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.

III. Tindakan yang beresiko terpajan

a. Cuci tangan yang kurang benar.

b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat. c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman. d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.

e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat. f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

IV. Prinsip Keselamatan Kerja

Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :

a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang

b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.

c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai

d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

(13)

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di Ruang Pemeriksaan Umum dalam memberikan pelayanan adalah pengisian rekam medis pasien sesuai dengan panduan yang berlaku sebesar 100%.

Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan audit rekam medis pasien secara sampling setiap hari dalam format tersendiri dan dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada tim monitoring indikator mutu.

Depok, Juli 2016 Kepala Puskesmas Pancoran Mas

drg. Kurnia Permitasari NIP. 19741202 200604 2 013

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Bagian atas miring keluar jika dilihat dari depan kendaraan, sehingga garis vertikal dengan garis tengah roda membentuk sudut  (sudut camber +

Proses pengenalan dan pendektesian pupil mata melalui beberapa tahapan yaitu dengan mengubah kanal warna (RGB) menjadi kanal keabuan (grayscale), meningkatkan kontras

Dalam hal penjualan kembali Unit Penyertaan REKSA DANA BNP PARIBAS INFRASTRUKTUR PLUS dilakukan oleh Pemegang Unit Penyertaan melalui media elektronik, maka Formulir

Unit PT PLN (PERSERO) yang akan membangun SCADA harus mengacu pada SPLN S3.001: 2008 Peralatan SCADA Sistem Tenaga Listrik. Jumlah yang dijelaskan pada tabel 6 dan tabel 7

3.Cara KOLOH, dengan memakai tempat lain besi aji yang telah diputihkan dimasukkan dalam larutan warangan jeruk nipis encer yang diberi cemengan.. Setelah beberapa menit besi

Hasil persen hidup, jumlah tunas dan panjang akar yang tidak terpengaruh nyata terhadap perlakuan ZPT yang diaplikasikan pada penelitian ini menunjukkan bahwa

Pada penelitian ini dilakukan konversi pati ubi gajah menjadi asam levulinat melalui reaksi hidrolisis dengan menggunakan katalis asam sulfat.. Asam levulinat

Siswa yang tidak suka bermain, akan lulus dengan nilai baikd. Ana lulus dengan