• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Pelayanan Poli Umum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pedoman Pelayanan Poli Umum"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN

PELAYANAN KLINIS

POLI UMUM

UPT PUSKESMAS ARJOSARI

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN

UPT PUSKESMAS ARJOSARI

JL. Nawangan No.Km 02

(2)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1.2 Ruang Lingkup 1.3 Landasan Hukum

BAB II. PENGORGANISASIAN

BAB III STANDART KETENAGAAN

BAB IV STANDART FASILITAS

BAB V TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Tata Laksana Pelayanan di poli Umum

5.1 Petugas Penanggung Jawab 5.2 Perangkat Kerja

5.3 Tata laksana Pelayanan di Poli Umum

5.4 Jenis Pelayanan Yang Dilakukan di Poli Umum

BAB VI LOGISTIK

A. Standart Obat di Poli Umum

6.1 Obat Live Saving

BAB VII KESELAMATAN PASIEN BAB VIII KESELAMATAN KERJA BAB IX PENGENDALIAN MUTU

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat

Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.dan prefentif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya di wilayah kerjanya.

Pusat Kesehatan masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Upaya kesehatan perseorangan yang selanjutnya disebut UKP adalah suatu kegiatan dan atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan.

Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita rawat jalan, maka diperlukan peningkatan pelayanan rawat jalan di fasilitas pelayanan kesehatan / Puskesmas.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Poli Umum perlu dibuat standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan pelayanan yang diberikan ke pasien rawat jalan UPT.Puskesmas Arjosari.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan rawat jalan di Poli Umum UPT.Puskesmas Arjosari harus berdasarkan standar pelayanan

(4)

Ruang Lingkup

Ruang lingkup pelayanan di Poli Umum meliputi :

- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif, berkesinambungan dan bermutu

- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif

- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu, kelompok dan masyarakat

- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung

- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerjasama inter dan antar profesi

- Melaksanakan rekam medis

- Melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi terhadap mutu dan akses pelayanan kesehatan

- Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan

- Mengkoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya

- Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem rujukan

- Sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan.

B. Landasan Hukum

1. Undang – undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

2. Undang – undang No 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan 3. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran 4. Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen 5. Peraturan Pemerintah No 46 tahun 2014 tentang Sistem Informasi

Kesehatan

6. Peraturan Presiden No 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional

(5)

7. Peraturan Menteri Kesehatan No 75 Tahun 2004 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.

BAB II

(6)

Puskesmas merupakan unit pelaksanan teknis Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan perorangan tingkat pertama secara terintegrasi dan berkesinambungan.

Organisasi puskesmas disusun oleh DinasKesehatan Kabupaten / Kota berdasarkan kategori, upaya kesehatan dan beban kerja puskesmas.

Organisasi puskesmas paling sedikit terdiri atas :

a.

Kepala Puskesmas

b.

Kepala sub bagian tata usaha

c.

Penanggung jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat

d.

Penanggung jawab UKP, Kefarmasian dan laboratorium

e.

Penanggunag jawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan

Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam bentuk :

a.

Pelayanan rawat jalan

b.

Pelayanan gawat darurat

c.

Pelayanan satu hari ( one day care ) d. Rawat Inap

e. Home care

Di Pelayanan rawat jalan yang melakukan pemeriksaan, pengobatan, konseling, maupun rujukan adalah tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter dan tenaga paramedis.

BAB III

(7)

Kualifikasi SDM ( Sumber Daya manusia )

Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Poli Umum adalah :

Nomor Nama Jabatan Kualifikasi Formal

Keterangan

1 Penanggung jawab Pelayanan Poli Umum

Dokter Umum

Bersertifikat ACLS/ATLS

2 Dokter Poli Umum Dokter Umum Bersertifikat ACLS/ATLS 3 Perawat Pelaksana Poli Umum S1/D III Keperawatan Bersertifikat BLS/BTCLS/PPGD

BAB IV

STANDAR FASILITAS

(8)

A. Standar Fasilitas

I. Jenis Peralatan

Peralatan yang tersedia di Poli Umum untuk penunjang kegiatan pelayanan terhadap pasien rawat jalan :

a. Meubelair, terdiri dari : 1. Meja kerja : 2 buah 2. Kursi kerja : 4 buah

3. Tempat tidur pemeriksaan : 1 buah 4. Lemari arsip : 1 buah

5. Lemari tempat peralatan : 2 buah b. Perlengkapan, terdiri dari :

1. Komputer desk : 1 buah 2. Laptop : 1 buah

3. Printer : 1 buah 4. Bantal :1 buah

5. Sarung bantal : 1 buah 6. Sprei :1 buah

7. Taplak meja : 2 buah

8. Wastafel cuci tangan : 1 buah 9. Perlak : 1 buah

10. Tempat sampah tertutup yang dilengkapi dengan injakan pembuka penutup : sampah organik, sampah anorganik

c. Set pemeriksaan umum, terdiri dari ; 1. Buku tes ishihara

2. Snellen chart ( alphabet chart ) 3. Senter untuk periksa

4. Tensimeter 5. Stop watch 6. Stetoskop 7. Termometer

8. Metline ( pengukur lingkar pinggang )

(9)

d. Bahan Habis Pakai, teridir dari : 1. Masker wajah

2. Sarung tangan non steril 3. Sabun tangan atau antiseptic e. Pencatatan dan Pelaporan, terdiri dari :

1. Buku Register Harian Pelayanan Poli umum 2. Buku Register Rujukan Internal

3. Buku Register Rujukan Eksternal 4. Kertas Resep : putih, biru, pink

5. Formulir Permintaan Rujukan Internal 6. Formulir Rujukan Eksternal

7. Formulir Surat Keterangan Dokter ( surat keterangan sehat ) 8. Formulir Surat Keterangan Sakit

9. Formulir Informed consent

BAB V

(10)

A. TATA LAKSANA PELAYANAN DI POLI UMUM

I. Petugas Penanggung Jawab

 Dokter

 Tenaga paramedis / perawat

II. Perangkat Kerja

1. Buku Register Harian Pelayanan Poli umum 2. Buku Register Rujukan Internal

3. Buku Register Rujukan Eksternal 4. Kertas Resep : putih, biru, pink

5. Formulir Permintaan Rujukan Internal 6. Formulir Rujukan Eksternal

7. Formulir Surat Keterangan Dokter ( surat keterangan sehat ) 8. Formulir Surat Keterangan Sakit

9. Formulir Informed consent 10. Rekam medis

III. Tata Laksana Pelayanan di Poli Umum

1. Pendaftaran pasien yang datang ke Poli Umum dilakukan oleh pasien / keluarga dibagian admission

2. Sebagai bukti pasien sudah mendaftar di bagian admission akan memberikan status/ rekam medis untuk diisi oleh dokter / tenaga paramedis yang bertugas

3. Petugas admission memberikan rekam medis ke Poli Umum 4. Paramedis memanggil pasien, kemudian mencocokkan

(11)

5. Paramedis melakukan anamnesa untuk mengetahui kondisi yang dialami pasien

6. Paramedis melakukan pemeriksaan vital sign 7. Dokter melakukan pemeriksaan fisik

8. Bila diperlukan, akan dilakukan rujukan internal ke laboratorium untuk kejelasan diagnosa dan ke poli gizi bila memerlukan konseling gizi.

9. Dokter menegakkan diagnosa, bila pasien memerlukan tindakan dilakukan di Ruang Tindakan / UGD, dan bila memerlukan rujukan paramedis membuatkan surat rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.

10. Dokter memberikan terapi, mengedukasi, menulis resep dan menyerahkan ke pasien / keluarga,

11. Dokter mencatat hasil pemeriksaan, tindakan, terapi ke dalam rekam medis.

12. Paramedis menulis hasil pemeriksaan ke dalam buku register harian.

13. Paramedis melakukan entry data ke dalam komputer ( SIK / P.CARE )

14. Paramedis mengembalikan rekam medis pasien ke bagian admission.

IV. Jenis Pelayanan Yang Dilakukan Di Poli Umum

1. Kajian awal klinis meliputi :

(12)

adalah wawancara terhadap pasien atau keluarganya tentang penyakit / keluhan, lamanya sakit dan pengobatan yang sudah didapatkan

Sebelum anamnesis dilakukan sebaiknya konfirmasi dahulu identifas pasien.

Keluhan utama

Adalah keluhan yang paling dirasakan atau yang paling berat sehingga mendorong pasien datang berobat atau mencari pertolongan medis.

Riwayat Penyakit Sekarang

Adalah perjalanan penyakit dimulai saat pertama kali pasien merasakan munculnya keluhan atau gejala penyakitnya atau dengan kata lain mulai dari akhir masa sehat. Setelah itu ditanyakan bagaimana perkembangan penyakitnya apakah cenderung menetap, berfluktuasi atau bertambah lama bertambah berat sampai akhirnya datang mencari pertolongan medis.

Riwayat Penyakit Dahulu

Merupakan informasi tentang riwayat penyakit dahulu ini secara lengkap, karena seringkali atau penyakit riwayat pengobatan yang pernah diterimanya.

Riwayat Penyakit Keluarga

Merupakan penyakit yang berhubungan dengan faktor keturunan seperti misalnya diabetes melitus, hipertensi. Menanyakan riwayat penyakit orangtua, kakek nenek dan lain lain.

Riwayat kebiasaan/sosial

Kebiasaan yang biasa dilakukan oleh pasien yang bisa mempengaruhi kondisi kesehatannya. Seperti kebiasaan merokok, atau minum alkohol, dan lain lain

(13)

Kesadaran

Penentuan tingkat kesadaran dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif : compos mentis, apatis, somnolen, stupor, koma. Sedangkan secara kuantitatif dengan glasgow coma scale (GCS)

Tanda tanda vital

Pemeriksaan tanda tanda vital meliputi pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi.

Pemeriksaan fisik

adalah pemeriksaan yang mencakup :

a. Inspeksi : Keadaan umum pasien secara visual

b. Palpasi: Pemeriksaan raba(perabaan benjolan,konsistensi hepar/ lien)

c. Perkusi : Pemeriksaan ketuk (batas jantung, paru , hepar , asites)

d. Auskultasi : Periksa dengan menggunakan stetoskop

Pemeriksaan penunjang sederhana

Adalah pemeriksaan yang diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosa penyakit yaitu Laboratorium, Rontgen, EKG

Penegakan diagnosis (assesment)

adalah menetapkan jenis penyakit yang diderita oleh pasien berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan oleh dokter atau oleh paramedik apabila dokter tidak ada

(14)

Bagian ini berisi rencana tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien

1. Pengobatan / terapi

Pengobatan diberikan sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan dan penunjang.

Pengobatan juga memberikan kesempatan kepada pasien untuk memilih menerima atau pun menolak akan tindak lanjut terapi yang akan diberikan kepada pasien.

2. Rujukan internal

adalah rujukan yang ditujukan atau berasal dari sub unit lain dalam lingkungan Puskesmas meliputi KIA - KB, Gigi, UGD/ Rawat Inap, Kesling, Gizi, Poli Umum, MTBS, Laboratorium. 3. Rujukan Eksternal

adalah rujukan ke fasilitas kesehatan di luar Puskesmas ( Rumah Sakit, Laboratorium swasta )

Kriteria rujukan

 Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan yaitu diluar diagnosa 144 penyakit yang tidak boleh dirujuk.

 Berdasarkan persetujuan dari pasien 4. Pengisian rekam medis

Harus diisi secara lengkap oleh petugas yang melaksanakan layanan klinis mulai dari anamnesa, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, konseling pasien, diagnosa pasien, serta terapi yang akan diberikan ( S/ subjektif,O/ objektif,A/ assesment,P/ planning )

(15)

BAB VI

LOGISTIK

STANDART OBAT DI POLI UMUM

I. OBAT LIVE SAVING

a. Injeksi

No Nama Obat Satuan Jumlah

1. Aminophilin Ampul 1 2. Diazepam Ampul 1 3. Adrenalin Ampul 2 4 Vit k Ampul 2 5. Dexametason Ampul 2 6 Mgso4 Ampul 1 7 Deladryl Flacon 2 b. CairanInfus

No Nama Obat Satuan Jumlah

1. Dextrose 5 % 500 ml Kolf 1

(16)

c. Alat

No Nama Alat Satuan Jumlah

1. Spuit 1 cc buah 1

2. Spuit 3 cc buah 1

3. Spuit 5 cc buah 1

4. Infusion set buah 2

5. Abocat no 18 buah 1

6. Abocat no 22 buah 1

7. Abocat no 24 buah 1

Penyediaan obat dan bahan habis pakai dilakukan melalui Instalasi Farmasi. Pengadaan obat dan alat kesehatan dilakukan oleh panitia pengadaan setelah mendapat persetujuan dari kepala Puskesmas.

(17)

BAB VII

KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian

Keselamatan Pasien ( Patient Safety )

Adalah suatu sistem dimana Puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :

 Asesment resiko

 Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien  Pelaporan dan analisis insiden

 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya  Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :  Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan

 Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. Tujuan

 Terciptanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas

 Meningkatnya akuntabilitas Puskesmasterhadap pasien dan masyarakat

 Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di Puskesmas  Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi

pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

STANDAR KESELAMATAN PASIEN

1. Hak pasien

2. Mendidik pasien dan keluarga

(18)

4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien

5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD ) ADVERSE EVENT :

Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah

KTD yang tidak dapat dicegah Unpreventable Adverse Event :

Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan mutakhir

KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC ) Near Miss :

Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :

 Karena “ keberuntungan”  Karena “ pencegahan ”  Karena “ peringanan ”

KESALAHAN MEDIS Medical Errors:

Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien

(19)

KEJADIAN SENTINEL Sentinel Event :

Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.

Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti, amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

C. TATA LAKSANA

a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien

b. Melaporkan pada dokter jaga puskesmas

c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga d. Mengobservasi keadaan umum pasien

e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden Keselamatan”

(20)

BAB VIII

KESELAMATAN KERJA

I. Pendahuluan

HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala. Setiap hari ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 49 tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di negara -negara berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.

Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelindung, pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).

Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.

Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.

(21)

Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.

II. Tujuan

a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.

b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.

III. Tindakan yang beresiko terpajan

a. Cuci tangan yang kurang benar.

b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat. c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman. d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.

e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat. f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

IV. Prinsip Keselamatan Kerja

Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :

a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang

b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.

(22)

d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

BAB IX

PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di UPT.Puskesmas Arjosari dalam memberikan pelayanan di poli Umum adalah pemberi pelayanan adalah dokter dengan target 100%, kepuasan pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan di Poli Umum dengan target > 90%

Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva harian dalam format tersendiri dan dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada panitia mutu dan Kepala Upt.Puskesmas Arjosari.

(23)

Referensi

Dokumen terkait

Pasien, pengunjung, dan masyarakat dapat mengalami cedera atau Pasien, pengunjung, dan masyarakat dapat mengalami cedera atau kejadian tidak diharapkan terkait dengan

Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commission) atau

Pelaporan Insiden adalah pelaporan atas kejadian yang dapat berupa kejadian tidak diharapkan (KTD), kejadian tidak cidera (KTC), kejadian nyaris cedera (KNC) dan

kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.... Kejadian Sentinel : KTD yg mengakibatkan kematian atau cedera

Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan atau karena tidak bertindak, dan bukan karena penyakit yang mendasari/kondisi

Suatu insiden yang tuidak menyebabkan cedera pada pasien akibat melaksanakan Suatu insiden yang tuidak menyebabkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak

Suatu sistem untuk mendokumentasikan insiden yang tidak disengaja dan tidak Diharapkan,yang dapat mengakibatkan atau berpotensimengakibatkan cedera Pada pasien.Sistem ini

Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah suatu sistem yang mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan tindakan commission atau tidak mengambil