• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bimafika, 2016, 8, 25 30

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bimafika, 2016, 8, 25 30"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MURDER (MOOD, UNDERSTAND, RECALL, DIGEST, EXPAND, REVIEW )

TERHADAP HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA MATERI PELUANG KELAS XI IPS SMA ADVENT MALUKU

Apongsina Masela1, dan Muh. Isnain Marasabessy2

1, 2

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Darussalam Ambon

Email:

Diterima 02-10-2016 ; diterbitkan 30-11-2016

ABSTRACK

Latar belakang penelitian ini adalah telah banyak Model pembelajaran yang memungkinkan penerapan pembelajaran matematika agar guru tidak hanya menggunakan model pembelajaran Konvensional. Salah satu Model Pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran matematika adalah Model Pembelajaran Kooperatif tipe MURDER (Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, and Review). Model Pembelajaran Kooperatif tipe MURDER (Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, and Review) menuntut siswa agar lebih aktif dan pada tahap pembelajarannya guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Pada saat proses pembelajaran Matematika Materi Peluang dengan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe MURDER (Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, and Review) pada siswa kelas XI IPS SMA Advent Maluku., siswa terlibat lebih aktif selama proses pembelajaran, hal ini turut berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang menjadi lebih baik dan Tuntas dalam mencapai KKM. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa hasil belajar siswa Materi Peluang dengan menggunakan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe MURDER (Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, and

Review). Berada pada kualifikasi sedang dengan frekuensi 16 siswa pada persentase 80%, dan kualifikasi

rendah 4 siswa pada persentase 20% telah mencapai ketuntasan belajar.

Keywords: Hasil Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe MURDER, Peluang

PENDAHULUAN

Menurut Sahertian (2008:1) pendidikan

adalah usaha sadar yang sengaja

dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan yaitu untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia ialah melalui proses

pembelajaran di sekolah.

Matematika merupakan pengetahuan yang diperlukan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup karena matematika dapat

memberi bekal kepada siswa untuk

menerapkan matematika dalam berbagai keperluan juga diperlukan untuk mempelajari ilmu dan pengetahuan lainnya. Sampai batas tertentu matematika hendaknya dikuasai oleh setiap orang (Kawi, 2014:1).

Dalam proses belajar mengajar di sekolah guru lebih aktif dan siswa pasif. Ratumanan (Titahena, 2007:1) mengatakan bahwa pembelajaran matematika saat ini kurang memberikan perhatian pada aktifitas siswa. Kurang aktifnya siswa dalam proses

pembelajaran di kelas, siswa malas dalam mencari dan menemukan masalah yang dihadapi. Akibatnya, siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal yang diberikan guru. Selain itu, aktivitas siswa yang terjadi dalam setiap proses pembelajaran kurang begitu baik. Di mana, setiap proses pembelajaran berlangsung siswa kurang memperhatikan guru menjelaskan sehingga ketika guru memberikan tugas, siswa tersebut kesulitan untuk mengerjakannya.

Salah satu upaya untuk mendorong aktivitas dan memperbiki hasil belajar matematika siswa terkait dengan materi Peluang adalah dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif (cooperative

learning). Hal ini sejalan dengan pendapat

Nadhifah (2009:13) yang mengatakan bahwa Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dapat menimbulkan terjadinya interaksi antara siswa sehingga

siswa lebih mudah menentukan dan

memahami konsep-konsep yang sulit apabila siswa mendiskusikan permasalahan dengan temannya.

(2)

26

Menurut Darmika (2014), model

pembelajaran kooperatif tipe MURDER

(Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, Review) merupakan salah satu model

pembelajaran kooperatif yang dapat

membangun motivasi belajar siswa serta

peningkatan ke dalam dan luasnya

pemikiran pada siswa. Model pembelajaran

kooperatif tipe MURDER (Mood,

Understand, Recall, Digest, Expand, Review)

ini juga dapat digunakan untuk

mengembangkan sistem belajar yang efektif dan efisien untuk mengaktifkan siswa dengan merangsang kemampuan berpikir analitis siswa.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan selama dua minggu, yaitu 10 Mei dilakukan pertemuan pertama untuk tes awal, 12 Mei pertemuan kedua proses kegiatan belajar mengajar, 17 Mei pertemuan ketiga proses kegiatan belajar mengajar, pertemuan keempat 19 Mei dilakukan tes akhir. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI - IPS yang berjumlah 20 orang dan diambil secara acak.

Analisis Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar yang diperoleh siswa dalam hal hasil belajar materi peluang dan untuk mengetahui

besarnya penguasaan siswa dengan

menggunakan rumus sebagai berikut. Menurut Djaali (Marasabessy, 2015:63), untuk menghitung skor Pretest dan posttest menggunakan rumus:

Ni=

Keterangan:

Ni : Skor dalam skala 100 Xi : skor mentah siswa Yi : Skor mentah Maksimal

Selanjutnya, nilai dari tes hasil belajar yang telah diketahui akan diklasifikasikan sesuai KKM.

Tabel 1. KKM SMA Advent Maluku Kualifikasi Nilai ≥75 <75 Tuntas Tidak Tuntas (Sumber: SMA Advent Maluku)

Kemampuan menyelesaikan masalah

matematika dalam hal ini adalah Peluang berupa tes hasil belajar diklasifikasikan berdasarkan KKM yang telah dtetapkan sekolah tersebut.

Menghitung peningkatan hasil belajar

menggunakan Gain Ternormalisasi

(Normalized Gain) yaitu dengan menghitung

nilai awal (Pre-test) dan nilai akhir

(Post-Test)). Melalui langkah ini dapat diketahui

besar peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah.

N- Gain =

(Marasabessy, 2015:64)

Hasil perhitungan N-Gain kemudian

diinterpresetasikan dengan menggunakan klasifikasi seperti pada table berikut:

Tabel 2. Klasifikasi Gain Ternormalisasi

Besarnya N-Gain Klasifikasi

g ≥ 0,70 Tinggi

0,30 ≤ g ≤ 0,70 Sedang

g < 0,30 Rendah

(Marasabessy, 2015:64)

Analisis aktivitas siswa dalam

pembelajaran berdasarkan rencana

Pembelajaran. Analisis aktivitas siswa

dihitung menggunakan: Skor aktivitas = Ket:

Skor I : Skor Pertemuan I

Skor II : Skor Pertemuan II

Penetuan kategori aspek aktivitas siswa berdasarkan kriteria berikut:

Tabel 3. Kategori Aktivitas Siswa Skor rata-rata Kategori

1,0 – 1,4 Sangat tidak baik

1,5 – 2,4 Tidak baik

2,5 – 3,4 Baik

3,5 – 4,0 Sangat Baik

(Marasabessy, 2015:64) HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk melihat kemampuan awal

siswa, peneliti memberi pre-test dan hasil .pre-test dapat dilihat pada tabel berikut.

(3)

27

Tabel 4. Rata-Rata Pretest Kelas

Rata-Rata

Persentasi (%)

XI-IPS 66.60 35

Setelah proses pembelajaran dilakukan sebanyak dua kali pertemuan serta tes hasil belajar, maka hasil belajar yang diperoleh siswa dapat digambarkan pada tabel berikut.

Tabel 5. Hasil Belajar Kognitif siswa

Kualifi kasi Nilai Jumlah Siswa Persen tasi ≥75 <75 Tuntas Tidak Tuntas 20 - 100 -

Berdasarkan tabel 5 di atas terlihat bahwa pada XI-IPS 20 siswa memperoleh kualifikasi tuntas atau seluruh siswa tuntas dan tidak ada siswa yang tidak tuntas.

Setelah tes akhir atau post-test

diberikan maka untuk menghitung

peningkatan hasil belajar menggunakan Gain Ternormalisasi (Normalizied Gain) yaitu dengan menghitung nilai awal (Pre-test) dan nilai akhir (Post-Test). Hasil perhitungan N-Gain kemudian diinterpretasikan dengan

menggunakan kualifikasi seperti tabel

berikut.

Table 6. Klasifikasi Gain Ternormalisasi Besarnya N-Gain Klasifikasi Jumlah Siswa Pers enta si g ≥ 0,70 Tinggi - - 0,30 ≤ g ≤ 0,70 Sedang 16 80 g < 0,30 Rendah 4 20 .

Tabel 6 terlihat bahwa tidak ada siswa memperoleh kualifikasi tinggi. Sedangkan 16 siswa memperoleh kualifikasi sedang atau 80% memperoleh kualifikasi sedang dan 4 siswa memperoleh kualifikasi rendah atau 20% kualifikasi rendah. Selanjutnya analisis aktivitas siswa disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 7. Kriteria Aktivitas Siswa Skor rata-rata Kategori Jumlah Siswa Persen tasi(%) 1,0 - 1,4 Sangat tidak baik - - 1,5 – 2,4 Tidak baik - - 2,5 – 3,4 Baik 14 70 3,5 – 4,0 Sangat Baik 6 30

Dari tabel 7 terlihat bahwa 14 siswa memperoleh kualifikasi baik atau 70% memperoleh kualifikasi baik, Sedangkan 6 siswa memperoleh kualifikasi sangat baik atau 30% memperoleh kualifikasi sangat baik. hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan siswa pada pertemuan kedua.

Aktivitas guru di dalam kelas

menunjukkan bahwa disetiap pertemuan

guru memulai pembelajaran dengan

Pendahaluan yang baik sehingga pada kegiatan inti, siswa mengikuti pembelajaran dengan semangat. Guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi dalam kelompok yang telah dibentuk dan kemudian mempresentasikan hasil diskusi serta menanggapi hasil diskusi kelompok lain.

Pelaksanaan pembelajaran dikelas disesuaikan dengan RPP (Lampiran 1a,b) yang telah dibuat oleh peneliti. Secara umum, Model Pembelajaran Kooperatif tipe

MURDER (Mood, Understand, Recall,

Digest, Expand, Review) memberi

kesempatan untuk siswa bekerja sama

dengan pasangannya, strategi ini di

kembangkan untuk meningkatkan partisipasi siswa di dalam kelas. Dalam hal ini guru sangat berperan penting untuk membimbing

siswa melakukan diskusi, sehingga

terciptanya suasana belajar yang lebih aktif

dan menyenangkan melalui

tahapan-tahapan yang ada.

Mood berarti suasana hati. Pada

langkah ini, suasana hati siswa dibangun oleh guru. guru membagikan LKS dengan

menanamkan sikap optimisme bahwa

mereka bisa melaksanakan soal melalui LKS dengan baik. Dalam penelitian ini, antusias siswa untuk mendengarkan pengarahan dari guru terlihat dari sikap yang ditunjukkan.

Understand berarti Pemahaman, Pada

langkah ini, guru membagi siswa secara berpasangan dengan kemampuan yang heterogen dan siswa berdiskusi dengan pasangan mengenai jawaban LKS yang

dikerjakan. pasangan-pasangan dalam

kelompok kemudian membaca dan mencoba memahami tentang hal apa saja yang diketahui dan mencoba menyelesaikan soal yang diberikan.

Recall berarti Pengulangan. Pada

langkah ini, siswa dapat menerangkan kepada teman satu kelompok dengan kata-kata yang dapat dipahami sehingga secara tidak langsung siswa dapat memahami

(4)

28

materi tersebut. Digest berarti penelaan. Pada langkah ini, saling bertukar ide dan pendapat mengenai jawaban LKS yang telah dikerjaan.

Expand berarti Pengembangan.

Pada langkah ini, setelah siswa selesai mengerjakan tugas dan mendapatkan hasil maka siswa mengaitkan materi yang telah dipelajari dengan konsep lain yang sudah dipelajari sebelumnya. Review berarti Pelajari Kembali. Pada langkah ini, pelajari kembali materi yang sudah dipelajari dan kemudian dipresentasikan. Selanjutnya guru mengajak siswa untuk menarik kesimpulan dari apa yang dipelajari.

Penghargaan, pada tahap ini siswa diberi penghargaan verbal (pujian) .Dalam penelitian ini guru memberikan jempol dan bertepuk tangan kepada siswa yang telah mempresentasikan hasil pekerjaan dengan benar dan yang menjawab belum benar di berikan penghargaan dengan perhatian tidak penuh yaitu dengan dengan mengatakan kepada siswa jawabanmu sebagian besar baik masih perlu disempurnakan.

Pada model pembelajaran

konvensional, siswa belajar dengan kondisi seperti biasa, menurut Herawaty (2003) model pembelajaran konvensional guru sering mendominasi proses belajar-mengajar sementara siswa menerima materi dan mencatat apa yang dikatakan guru. Dalam penelitian ini guru mendominasi proses pembelajaran, siswa lebih banyak diam dan

hanya menerima informasi. Setelah

memberikan materi guru selanjutnya

memberikan contoh soal dan

mengerjakannya. Dalam penelitian ini terlihat bahwa siswa hanya mencatat materi yang disampaikan guru di depan kelas tanpa ada timbal balik, siswa merasa bosan dan sangat pasif dalam proses pembelajaran.

Sedangkan pada Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe MURDER, guru tidak

mendominasi kelas dan hanya mengarahkan siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Siswa mengikuti arahan guru sehingga siswa tidak pasif serta mampu mengkonstruksi materi yang diterima.

Dari paparan di atas, secara umum

telah mampu menjawab pertanyaan

penelitian. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa dan aktivitas siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe MURDER.

MURDER memberikan kontribusi terhadap

peningkatan hasil belajar siswa kelas XI-IPS SMA Advent Maluku.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di uraikan pada Bab IV, maka dapat di simpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Hasil Belajar Siswa kelas XI - IPS SMA Advent Maluku yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, Review sangat besar yakni

84,10 karena model pembelajaran

kooperatif tipe Mood, Understand,

Recall, Digest, Expand, Review

memberi kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dengan pasangan dan

lebih aktif dalam proses belajar

mengajar sehingga hasil belajar siswa meningkat.

2. Aktifitas Siswa kelas XI – IPS SMA

Advent Maluku yang menggunakan model pembelajaran Mood, Understand,

Recall, Digest, Expand, Review lebeih

bnayak siswa yang aktif dan karena model pembelajaran kooperatif tipe

Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, Review memberi kesempatan

kepada siswa untuk berdiskusi dengan pasangan dan lebih aktif dalam proses belajar mengajar sehingga memberi pengaruh terhadap aktifitas siswa. SARAN

Bertolak dari kesimpulan di atas peneliti memberi saran agar:

- Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Matematika FKIP UNIDAR yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut agar mempelajari terlebih dahulu model pembelajaran kooperatif tipe Mood,

Understand, Recall, Digest, Expand, Review agar ia mampu menjelaskan

secara baik kepada guru yang

membantu dalam penelitian sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik dan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Asriyana dan Yuliana. 2012.

Produktivitas Perairan. Penerbit Bumi Aksara Jakarta. 278 Hal.

[2]. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. 2007. Analisis Data Kelautan Dan Perikann. 83 Hal

(5)

29

[3]. Bandjar,H.H., T.Subeki dan L.Hutuley. 1988. Kepadatan dan Berbagai Indeks Struktur Jenis Teripang (Holothuria spp) di Pantai Kulur Saparua. Dalam : Jurnal Penelitian Perikanan. Balai

Penelitian Perikanan Laut-Jakarta,

No.49 Hal : 99-103.

[4]. Dewi, K.H. 2008. Kajian Ekstraksi Steroid Teripang Pasir (Holothuria

scabra J) Sebagai Sumber

Testosteron Alami Disertasi pada Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor (Tidak dipublikasikan.

[5]. Effendi, M.I. 1979. Biologi Perikanan Penerbit Yayasan Pustaka Nusantara Yogyakarta. 163 hal.

[6]. Efriyeldi. 1997. Struktur Komunitas

Makrozoobentos & Keterkaitannya

dengan Karakteristik Sedimen di

Perairan Muara Sungai Bantan

Tengah, Bengkalis. Tesis

Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (Tidak Dipublikasikan), 102 hal.

[7]. Gultom, C.P.W. 2004.Laju

Pertumbuhan dan Beberapa Aspek Ekologi Teripang Pasir (Holothuria

scabra) Dalam Kolam Pembesaran di

Laut Pulau Kongsi Kepualaun Seribu Jakarta Utara. Skripsi pada Program Studi Ilmu Kelautan Departemen Ilmu

Teknologi Kelautan Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor (Tidak

Dpublikasikan), 80 hal.

[8]. Hartati, R., Widianingsih dan

D.Pringgenies. 2005. Teknologi

Penyediaan Pakan Bagi Teripang Putih (Holothuria scabra). Laporan Kegiatan Penelitian Hibah Bersaing Universitas Diponegoro Semarang. [9]. Hasan, H. 2013. Efek Antiurisemia

Ekstrak Teripang Pasir (Holothuria

scabra) pada Kelinci Jantan

(Oryctolagos cuniculus). Dalam Jurnal ENTROPI, Volume VIII, Nomor 1, Februari 2013 Inovasi Penelitian,

Pendidikan dan Pembelajaran

hal:481-487

[10]. Hendri, M.,A.I.Sunaryo dan

R.Y.Pahlevi. 2008. Tingkat Kelulusan

Hidup Larva Teripang Pasir

(Holothuria scabra, Jaeger) dengan Perlakuan Pemberian Pakan Alami

Berbeda di Balai Besar

Pengembangan Budidaya Laut

(BBPBL) Lampung. Dalam : Jurnal Penelitian Sains Volume 12, Nomor 1 (D) 12110

[11]. Martoyo J, N. Aji dan T.Winanto. 1994.

Budidaya Teripang. Penebar

Swadaya. Jakarta.

[12]. Martoyo J, N. Aji dan T.Winanto. 2004.

Budidaya Teripang. Penebar

Swadaya. Jakarta.

[13]. Martoyo J, N. Aji dan T.Winanto. 2006.

Budidaya Teripang, Edisi Revisi.

Penerbit Penebar Swadaya-Jakarta. 75 hal.

[14]. Marganof. 2007. Model Pengendalian

Pencemaran Perairan di Danau

Maninjau Sumatera Barat. Tesis

Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (Tidak Dipublikasikan).

[15]. Nugroho, A. 2006. Bioindikator

Kualitas Air. Penerbit Universitas Trisakti Jakarta. 145 hal.

[16]. Padang, A. 2011. Struktur Komunitas Diatom Bentik yang Epifit pada Daun Lamun. Dalam : Jurnal BIMAFIKA

Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Darussalam, ISSN: 2086 1869 Volume. 3, No. 1 Juni 2011. Hal: 225-229

[17]. Padang, A., E.Lukman., M.Sangadji. 2014a. Komposisi Makanan Dalam Lambung Teripang. Dalam : Jurnal AGRIKAN ISSN: 1979 6072. Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah, Volume 7 Edisi 2 Bulan Oktober 2014. Hal : 26-30

[18]. Padang, A., E.Lukman., M.Sangadji. 2014b. Pemanfaatan Diatom Bentik Sebagai Makanan Teripang Dalam

Rangka Pengembangan Usaha

Budidaya Teripang. Dalam : Prosiding

Seminar Nasional Penguatan

Pembangunan Berbasis Riset

Perguruan Tinggi (SPP-RPT) I 2014, Vol 1, ISSN : 9-772407-059004. Hal : 264-270.

[19]. Purwati, P. 2002. Pemulihan Populasi Teripang Melalui Fision, Mungkinkah.

(6)

30

Dalam : Oseana ISSN : 0216-1877, Volume XXVII, Nomor 1, 2002 hal 19-25

[20]. Rustam, 2006. Pelatihan Budidaya Laut (COREMAP Fase II Kabupaten Selayar) Yayasan Mattirotasi Makasar. [21]. Serang, A.M., S. P. T.Rahantoknam., P.Tomatala. 2014. Pengaruh Padat Tebar Terhadap Pertumbuhan Dan Sintasan Anakan Teripang Holothuria

scabra. Dalam : Prosiding Seminar

Nasional Penguatan Pembangunan

Berbasis Riset Perguruan Tinggi

(SNPP-RPT) I 2014 , Volume I/2014, ISSN : 9-772407-059004, Hal : 277-282

[22]. Supriharyono. 2000. Pengelolaan

Ekosistem Terumbu Karang. Penerbit Djambatan. Jakarta. 118 pp.

[23]. Sutaman, 1993. Petunjuk Praktis Budidaya Teripang. Penerbit Kanasius Yogyakarta

Gambar

Tabel 1. KKM SMA Advent Maluku  Kualifikasi   Nilai   ≥75  &lt;75  Tuntas  Tidak  Tuntas  (Sumber: SMA Advent Maluku)
Table 6. Klasifikasi Gain Ternormalisasi  Besarnya  N-Gain  Klasifikasi   Jumlah Siswa  Persenta si   g ≥ 0,70  Tinggi  -  -   0,30 ≤ g  ≤ 0,70  Sedang  16  80  g &lt; 0,30  Rendah  4  20

Referensi

Dokumen terkait

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Malang: PT.. Intelegensi menyangkut kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha penyesuaian terhadap

Dari angket tanggapan mengenai perasaan siswa saat melakukan kegiatan pembelajaran berdasarkan teori kecerdasan ganda pada pokok bahasan magnet, penulis menyimpulkan bahwa

judul “ pemahaman konsep pengoperasian penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat menggunakan model kooperatif tipe numbered heads together (nht) (penelitian tindakan kelas

- This sentence cannot be analyzed based on structural rules because it does not follow the rules of standard

Pada penelitian hukum normatif, bahan pustaka merupakan data dasar yang dalam (ilmu) penelitian digolongkan sebagai jenis data sekunder. 16 Sesuai dengan sifat

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ketentuan hukum tentang rehabilitasi terhadap pecandu narkotika dan filosofi tujuan rehabilitasi terhadap pecandu narkotika

Banyubiru 03 Kecamatan Banyuberu Kabupaten Semarang, (Salatiga, SATAIN Salatiga, 2011), hlm.. Dari hasil observasi secara langsung peneliti sebelum melakukan penelitian

Secara singkat simpulan hasil penelitian ini yakni terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas IV pelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri yang