PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MURDER (MOOD, UNDERSTAND, RECALL, DIGEST, EXPAND, REVIEW )
TERHADAP HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA MATERI PELUANG KELAS XI IPS SMA ADVENT MALUKU
Apongsina Masela1, dan Muh. Isnain Marasabessy2
1, 2
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Darussalam Ambon
Email:
Diterima 02-10-2016 ; diterbitkan 30-11-2016
ABSTRACK
Latar belakang penelitian ini adalah telah banyak Model pembelajaran yang memungkinkan penerapan pembelajaran matematika agar guru tidak hanya menggunakan model pembelajaran Konvensional. Salah satu Model Pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran matematika adalah Model Pembelajaran Kooperatif tipe MURDER (Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, and Review). Model Pembelajaran Kooperatif tipe MURDER (Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, and Review) menuntut siswa agar lebih aktif dan pada tahap pembelajarannya guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Pada saat proses pembelajaran Matematika Materi Peluang dengan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe MURDER (Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, and Review) pada siswa kelas XI IPS SMA Advent Maluku., siswa terlibat lebih aktif selama proses pembelajaran, hal ini turut berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang menjadi lebih baik dan Tuntas dalam mencapai KKM. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa hasil belajar siswa Materi Peluang dengan menggunakan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe MURDER (Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, and
Review). Berada pada kualifikasi sedang dengan frekuensi 16 siswa pada persentase 80%, dan kualifikasi
rendah 4 siswa pada persentase 20% telah mencapai ketuntasan belajar.
Keywords: Hasil Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe MURDER, Peluang
PENDAHULUAN
Menurut Sahertian (2008:1) pendidikan
adalah usaha sadar yang sengaja
dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan yaitu untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia ialah melalui proses
pembelajaran di sekolah.
Matematika merupakan pengetahuan yang diperlukan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup karena matematika dapat
memberi bekal kepada siswa untuk
menerapkan matematika dalam berbagai keperluan juga diperlukan untuk mempelajari ilmu dan pengetahuan lainnya. Sampai batas tertentu matematika hendaknya dikuasai oleh setiap orang (Kawi, 2014:1).
Dalam proses belajar mengajar di sekolah guru lebih aktif dan siswa pasif. Ratumanan (Titahena, 2007:1) mengatakan bahwa pembelajaran matematika saat ini kurang memberikan perhatian pada aktifitas siswa. Kurang aktifnya siswa dalam proses
pembelajaran di kelas, siswa malas dalam mencari dan menemukan masalah yang dihadapi. Akibatnya, siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal yang diberikan guru. Selain itu, aktivitas siswa yang terjadi dalam setiap proses pembelajaran kurang begitu baik. Di mana, setiap proses pembelajaran berlangsung siswa kurang memperhatikan guru menjelaskan sehingga ketika guru memberikan tugas, siswa tersebut kesulitan untuk mengerjakannya.
Salah satu upaya untuk mendorong aktivitas dan memperbiki hasil belajar matematika siswa terkait dengan materi Peluang adalah dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif (cooperative
learning). Hal ini sejalan dengan pendapat
Nadhifah (2009:13) yang mengatakan bahwa Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dapat menimbulkan terjadinya interaksi antara siswa sehingga
siswa lebih mudah menentukan dan
memahami konsep-konsep yang sulit apabila siswa mendiskusikan permasalahan dengan temannya.
26
Menurut Darmika (2014), model
pembelajaran kooperatif tipe MURDER
(Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, Review) merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang dapat
membangun motivasi belajar siswa serta
peningkatan ke dalam dan luasnya
pemikiran pada siswa. Model pembelajaran
kooperatif tipe MURDER (Mood,
Understand, Recall, Digest, Expand, Review)
ini juga dapat digunakan untuk
mengembangkan sistem belajar yang efektif dan efisien untuk mengaktifkan siswa dengan merangsang kemampuan berpikir analitis siswa.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan selama dua minggu, yaitu 10 Mei dilakukan pertemuan pertama untuk tes awal, 12 Mei pertemuan kedua proses kegiatan belajar mengajar, 17 Mei pertemuan ketiga proses kegiatan belajar mengajar, pertemuan keempat 19 Mei dilakukan tes akhir. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI - IPS yang berjumlah 20 orang dan diambil secara acak.
Analisis Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar yang diperoleh siswa dalam hal hasil belajar materi peluang dan untuk mengetahui
besarnya penguasaan siswa dengan
menggunakan rumus sebagai berikut. Menurut Djaali (Marasabessy, 2015:63), untuk menghitung skor Pretest dan posttest menggunakan rumus:
Ni=
Keterangan:
Ni : Skor dalam skala 100 Xi : skor mentah siswa Yi : Skor mentah Maksimal
Selanjutnya, nilai dari tes hasil belajar yang telah diketahui akan diklasifikasikan sesuai KKM.
Tabel 1. KKM SMA Advent Maluku Kualifikasi Nilai ≥75 <75 Tuntas Tidak Tuntas (Sumber: SMA Advent Maluku)
Kemampuan menyelesaikan masalah
matematika dalam hal ini adalah Peluang berupa tes hasil belajar diklasifikasikan berdasarkan KKM yang telah dtetapkan sekolah tersebut.
Menghitung peningkatan hasil belajar
menggunakan Gain Ternormalisasi
(Normalized Gain) yaitu dengan menghitung
nilai awal (Pre-test) dan nilai akhir
(Post-Test)). Melalui langkah ini dapat diketahui
besar peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah.
N- Gain =
(Marasabessy, 2015:64)
Hasil perhitungan N-Gain kemudian
diinterpresetasikan dengan menggunakan klasifikasi seperti pada table berikut:
Tabel 2. Klasifikasi Gain Ternormalisasi
Besarnya N-Gain Klasifikasi
g ≥ 0,70 Tinggi
0,30 ≤ g ≤ 0,70 Sedang
g < 0,30 Rendah
(Marasabessy, 2015:64)
Analisis aktivitas siswa dalam
pembelajaran berdasarkan rencana
Pembelajaran. Analisis aktivitas siswa
dihitung menggunakan: Skor aktivitas = Ket:
Skor I : Skor Pertemuan I
Skor II : Skor Pertemuan II
Penetuan kategori aspek aktivitas siswa berdasarkan kriteria berikut:
Tabel 3. Kategori Aktivitas Siswa Skor rata-rata Kategori
1,0 – 1,4 Sangat tidak baik
1,5 – 2,4 Tidak baik
2,5 – 3,4 Baik
3,5 – 4,0 Sangat Baik
(Marasabessy, 2015:64) HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk melihat kemampuan awal
siswa, peneliti memberi pre-test dan hasil .pre-test dapat dilihat pada tabel berikut.
27
Tabel 4. Rata-Rata Pretest Kelas
Rata-Rata
Persentasi (%)
XI-IPS 66.60 35
Setelah proses pembelajaran dilakukan sebanyak dua kali pertemuan serta tes hasil belajar, maka hasil belajar yang diperoleh siswa dapat digambarkan pada tabel berikut.
Tabel 5. Hasil Belajar Kognitif siswa
Kualifi kasi Nilai Jumlah Siswa Persen tasi ≥75 <75 Tuntas Tidak Tuntas 20 - 100 -
Berdasarkan tabel 5 di atas terlihat bahwa pada XI-IPS 20 siswa memperoleh kualifikasi tuntas atau seluruh siswa tuntas dan tidak ada siswa yang tidak tuntas.
Setelah tes akhir atau post-test
diberikan maka untuk menghitung
peningkatan hasil belajar menggunakan Gain Ternormalisasi (Normalizied Gain) yaitu dengan menghitung nilai awal (Pre-test) dan nilai akhir (Post-Test). Hasil perhitungan N-Gain kemudian diinterpretasikan dengan
menggunakan kualifikasi seperti tabel
berikut.
Table 6. Klasifikasi Gain Ternormalisasi Besarnya N-Gain Klasifikasi Jumlah Siswa Pers enta si g ≥ 0,70 Tinggi - - 0,30 ≤ g ≤ 0,70 Sedang 16 80 g < 0,30 Rendah 4 20 .
Tabel 6 terlihat bahwa tidak ada siswa memperoleh kualifikasi tinggi. Sedangkan 16 siswa memperoleh kualifikasi sedang atau 80% memperoleh kualifikasi sedang dan 4 siswa memperoleh kualifikasi rendah atau 20% kualifikasi rendah. Selanjutnya analisis aktivitas siswa disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 7. Kriteria Aktivitas Siswa Skor rata-rata Kategori Jumlah Siswa Persen tasi(%) 1,0 - 1,4 Sangat tidak baik - - 1,5 – 2,4 Tidak baik - - 2,5 – 3,4 Baik 14 70 3,5 – 4,0 Sangat Baik 6 30
Dari tabel 7 terlihat bahwa 14 siswa memperoleh kualifikasi baik atau 70% memperoleh kualifikasi baik, Sedangkan 6 siswa memperoleh kualifikasi sangat baik atau 30% memperoleh kualifikasi sangat baik. hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan siswa pada pertemuan kedua.
Aktivitas guru di dalam kelas
menunjukkan bahwa disetiap pertemuan
guru memulai pembelajaran dengan
Pendahaluan yang baik sehingga pada kegiatan inti, siswa mengikuti pembelajaran dengan semangat. Guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi dalam kelompok yang telah dibentuk dan kemudian mempresentasikan hasil diskusi serta menanggapi hasil diskusi kelompok lain.
Pelaksanaan pembelajaran dikelas disesuaikan dengan RPP (Lampiran 1a,b) yang telah dibuat oleh peneliti. Secara umum, Model Pembelajaran Kooperatif tipe
MURDER (Mood, Understand, Recall,
Digest, Expand, Review) memberi
kesempatan untuk siswa bekerja sama
dengan pasangannya, strategi ini di
kembangkan untuk meningkatkan partisipasi siswa di dalam kelas. Dalam hal ini guru sangat berperan penting untuk membimbing
siswa melakukan diskusi, sehingga
terciptanya suasana belajar yang lebih aktif
dan menyenangkan melalui
tahapan-tahapan yang ada.
Mood berarti suasana hati. Pada
langkah ini, suasana hati siswa dibangun oleh guru. guru membagikan LKS dengan
menanamkan sikap optimisme bahwa
mereka bisa melaksanakan soal melalui LKS dengan baik. Dalam penelitian ini, antusias siswa untuk mendengarkan pengarahan dari guru terlihat dari sikap yang ditunjukkan.
Understand berarti Pemahaman, Pada
langkah ini, guru membagi siswa secara berpasangan dengan kemampuan yang heterogen dan siswa berdiskusi dengan pasangan mengenai jawaban LKS yang
dikerjakan. pasangan-pasangan dalam
kelompok kemudian membaca dan mencoba memahami tentang hal apa saja yang diketahui dan mencoba menyelesaikan soal yang diberikan.
Recall berarti Pengulangan. Pada
langkah ini, siswa dapat menerangkan kepada teman satu kelompok dengan kata-kata yang dapat dipahami sehingga secara tidak langsung siswa dapat memahami
28
materi tersebut. Digest berarti penelaan. Pada langkah ini, saling bertukar ide dan pendapat mengenai jawaban LKS yang telah dikerjaan.
Expand berarti Pengembangan.
Pada langkah ini, setelah siswa selesai mengerjakan tugas dan mendapatkan hasil maka siswa mengaitkan materi yang telah dipelajari dengan konsep lain yang sudah dipelajari sebelumnya. Review berarti Pelajari Kembali. Pada langkah ini, pelajari kembali materi yang sudah dipelajari dan kemudian dipresentasikan. Selanjutnya guru mengajak siswa untuk menarik kesimpulan dari apa yang dipelajari.
Penghargaan, pada tahap ini siswa diberi penghargaan verbal (pujian) .Dalam penelitian ini guru memberikan jempol dan bertepuk tangan kepada siswa yang telah mempresentasikan hasil pekerjaan dengan benar dan yang menjawab belum benar di berikan penghargaan dengan perhatian tidak penuh yaitu dengan dengan mengatakan kepada siswa jawabanmu sebagian besar baik masih perlu disempurnakan.
Pada model pembelajaran
konvensional, siswa belajar dengan kondisi seperti biasa, menurut Herawaty (2003) model pembelajaran konvensional guru sering mendominasi proses belajar-mengajar sementara siswa menerima materi dan mencatat apa yang dikatakan guru. Dalam penelitian ini guru mendominasi proses pembelajaran, siswa lebih banyak diam dan
hanya menerima informasi. Setelah
memberikan materi guru selanjutnya
memberikan contoh soal dan
mengerjakannya. Dalam penelitian ini terlihat bahwa siswa hanya mencatat materi yang disampaikan guru di depan kelas tanpa ada timbal balik, siswa merasa bosan dan sangat pasif dalam proses pembelajaran.
Sedangkan pada Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe MURDER, guru tidak
mendominasi kelas dan hanya mengarahkan siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Siswa mengikuti arahan guru sehingga siswa tidak pasif serta mampu mengkonstruksi materi yang diterima.
Dari paparan di atas, secara umum
telah mampu menjawab pertanyaan
penelitian. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa dan aktivitas siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe MURDER.
MURDER memberikan kontribusi terhadap
peningkatan hasil belajar siswa kelas XI-IPS SMA Advent Maluku.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di uraikan pada Bab IV, maka dapat di simpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Hasil Belajar Siswa kelas XI - IPS SMA Advent Maluku yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, Review sangat besar yakni
84,10 karena model pembelajaran
kooperatif tipe Mood, Understand,
Recall, Digest, Expand, Review
memberi kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dengan pasangan dan
lebih aktif dalam proses belajar
mengajar sehingga hasil belajar siswa meningkat.
2. Aktifitas Siswa kelas XI – IPS SMA
Advent Maluku yang menggunakan model pembelajaran Mood, Understand,
Recall, Digest, Expand, Review lebeih
bnayak siswa yang aktif dan karena model pembelajaran kooperatif tipe
Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, Review memberi kesempatan
kepada siswa untuk berdiskusi dengan pasangan dan lebih aktif dalam proses belajar mengajar sehingga memberi pengaruh terhadap aktifitas siswa. SARAN
Bertolak dari kesimpulan di atas peneliti memberi saran agar:
- Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Matematika FKIP UNIDAR yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut agar mempelajari terlebih dahulu model pembelajaran kooperatif tipe Mood,
Understand, Recall, Digest, Expand, Review agar ia mampu menjelaskan
secara baik kepada guru yang
membantu dalam penelitian sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik dan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Asriyana dan Yuliana. 2012.
Produktivitas Perairan. Penerbit Bumi Aksara Jakarta. 278 Hal.
[2]. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. 2007. Analisis Data Kelautan Dan Perikann. 83 Hal
29
[3]. Bandjar,H.H., T.Subeki dan L.Hutuley. 1988. Kepadatan dan Berbagai Indeks Struktur Jenis Teripang (Holothuria spp) di Pantai Kulur Saparua. Dalam : Jurnal Penelitian Perikanan. Balai
Penelitian Perikanan Laut-Jakarta,
No.49 Hal : 99-103.
[4]. Dewi, K.H. 2008. Kajian Ekstraksi Steroid Teripang Pasir (Holothuria
scabra J) Sebagai Sumber
Testosteron Alami Disertasi pada Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor (Tidak dipublikasikan.
[5]. Effendi, M.I. 1979. Biologi Perikanan Penerbit Yayasan Pustaka Nusantara Yogyakarta. 163 hal.
[6]. Efriyeldi. 1997. Struktur Komunitas
Makrozoobentos & Keterkaitannya
dengan Karakteristik Sedimen di
Perairan Muara Sungai Bantan
Tengah, Bengkalis. Tesis
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (Tidak Dipublikasikan), 102 hal.
[7]. Gultom, C.P.W. 2004.Laju
Pertumbuhan dan Beberapa Aspek Ekologi Teripang Pasir (Holothuria
scabra) Dalam Kolam Pembesaran di
Laut Pulau Kongsi Kepualaun Seribu Jakarta Utara. Skripsi pada Program Studi Ilmu Kelautan Departemen Ilmu
Teknologi Kelautan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor (Tidak
Dpublikasikan), 80 hal.
[8]. Hartati, R., Widianingsih dan
D.Pringgenies. 2005. Teknologi
Penyediaan Pakan Bagi Teripang Putih (Holothuria scabra). Laporan Kegiatan Penelitian Hibah Bersaing Universitas Diponegoro Semarang. [9]. Hasan, H. 2013. Efek Antiurisemia
Ekstrak Teripang Pasir (Holothuria
scabra) pada Kelinci Jantan
(Oryctolagos cuniculus). Dalam Jurnal ENTROPI, Volume VIII, Nomor 1, Februari 2013 Inovasi Penelitian,
Pendidikan dan Pembelajaran
hal:481-487
[10]. Hendri, M.,A.I.Sunaryo dan
R.Y.Pahlevi. 2008. Tingkat Kelulusan
Hidup Larva Teripang Pasir
(Holothuria scabra, Jaeger) dengan Perlakuan Pemberian Pakan Alami
Berbeda di Balai Besar
Pengembangan Budidaya Laut
(BBPBL) Lampung. Dalam : Jurnal Penelitian Sains Volume 12, Nomor 1 (D) 12110
[11]. Martoyo J, N. Aji dan T.Winanto. 1994.
Budidaya Teripang. Penebar
Swadaya. Jakarta.
[12]. Martoyo J, N. Aji dan T.Winanto. 2004.
Budidaya Teripang. Penebar
Swadaya. Jakarta.
[13]. Martoyo J, N. Aji dan T.Winanto. 2006.
Budidaya Teripang, Edisi Revisi.
Penerbit Penebar Swadaya-Jakarta. 75 hal.
[14]. Marganof. 2007. Model Pengendalian
Pencemaran Perairan di Danau
Maninjau Sumatera Barat. Tesis
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (Tidak Dipublikasikan).
[15]. Nugroho, A. 2006. Bioindikator
Kualitas Air. Penerbit Universitas Trisakti Jakarta. 145 hal.
[16]. Padang, A. 2011. Struktur Komunitas Diatom Bentik yang Epifit pada Daun Lamun. Dalam : Jurnal BIMAFIKA
Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Darussalam, ISSN: 2086 1869 Volume. 3, No. 1 Juni 2011. Hal: 225-229
[17]. Padang, A., E.Lukman., M.Sangadji. 2014a. Komposisi Makanan Dalam Lambung Teripang. Dalam : Jurnal AGRIKAN ISSN: 1979 6072. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah, Volume 7 Edisi 2 Bulan Oktober 2014. Hal : 26-30
[18]. Padang, A., E.Lukman., M.Sangadji. 2014b. Pemanfaatan Diatom Bentik Sebagai Makanan Teripang Dalam
Rangka Pengembangan Usaha
Budidaya Teripang. Dalam : Prosiding
Seminar Nasional Penguatan
Pembangunan Berbasis Riset
Perguruan Tinggi (SPP-RPT) I 2014, Vol 1, ISSN : 9-772407-059004. Hal : 264-270.
[19]. Purwati, P. 2002. Pemulihan Populasi Teripang Melalui Fision, Mungkinkah.
30
Dalam : Oseana ISSN : 0216-1877, Volume XXVII, Nomor 1, 2002 hal 19-25
[20]. Rustam, 2006. Pelatihan Budidaya Laut (COREMAP Fase II Kabupaten Selayar) Yayasan Mattirotasi Makasar. [21]. Serang, A.M., S. P. T.Rahantoknam., P.Tomatala. 2014. Pengaruh Padat Tebar Terhadap Pertumbuhan Dan Sintasan Anakan Teripang Holothuria
scabra. Dalam : Prosiding Seminar
Nasional Penguatan Pembangunan
Berbasis Riset Perguruan Tinggi
(SNPP-RPT) I 2014 , Volume I/2014, ISSN : 9-772407-059004, Hal : 277-282
[22]. Supriharyono. 2000. Pengelolaan
Ekosistem Terumbu Karang. Penerbit Djambatan. Jakarta. 118 pp.
[23]. Sutaman, 1993. Petunjuk Praktis Budidaya Teripang. Penerbit Kanasius Yogyakarta