• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE MOOD UNDERSTAND RECALL DIGEST EXPAND REVIEW (MURDER) PADA MATERI HUBUNGAN GARIS DAN SUDUT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI 14 PALU | Ariana | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE MOOD UNDERSTAND RECALL DIGEST EXPAND REVIEW (MURDER) PADA MATERI HUBUNGAN GARIS DAN SUDUT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI 14 PALU | Ariana | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan M"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

(MURDER)

PADA MATERI HUBUNGAN

GARIS DAN SUDUT UNTUK

MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VII

SMP NEGERI 14 PALU

I Made Ariana

E-mail: arianayouth@gmail.com

Muh Hasbi

E-mail: muhhasbi62@yahoo.co.id

Sukayasa

E-mail: sukayasa08@yahoo.co.id

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi penerapan model pembelajaran

kooperatif dengan metode mood understand recall digest expand review (MURDER) pada materi hubungan garis dan sudut untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VII SMP Negeri 14 Palu. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode MURDER dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan mengikuti fase-fase sebagai berikut: 1) menyampaikan tujuan dan memotivasi serta melakukan relaksasi kepada siswa sehingga mood membaik, 2) menyajikan informasi, 3) mengorganisir siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar sehingga muncul understand, 4) membimbing kelompok untuk bekerja dan belajar sehingga muncul recall, digest dan expand, 5) evaluasi sehingga muncul review dan 6) memberikan penghargaan.

Kata kunci: MURDER, hasil belajar, hubungan garis dan sudut.

Abstrack: The purpose of research is to get a description of the application of cooperative learning with mood understand recall digest expand review (MURDER) method on a line and angel relation to improve learning outcomes of students at class VII SMP N 14 Palu. Type of research is classroom action research. The research is application of cooperative learning with MURDER method can improved learning outcomes of students with stepsthere: 1) outlines the objectives and motivate and relaxation to the students so that mood improves, 2) presenting information, 3) organize students into study groups that emerged understand, 4) guiding the group to work and study that appeared recall, digest and expand, 5) evaluation that emerged review and 6) award.

Keywords: MURDER, learning outcomes, line and angel relation.

Matematika merupakan satu diantara matapelajaran di sekolah yang memegang peranan penting dalam kehidupan sehari–hari. Siswa akan mampu menghadapi perubahan kehidupan dan mempertahankan budaya bangsa dengan belajar matematika dalam era globalisasi dimasa yang akan datang. Melalui pembelajaran matematika diharapkan siswa mampu menumbuhkan kemampuan berpikir logis, sistematis, rasional, cermat, tekun, jujur, efisien dan efektif dalam memecahkan masalah (Depdiknas, 2006). Matematika merupakan satu diantara komponen penting dalam rangka peningkatan sumber daya manusia. Oleh sebab itu, matematika dijadikan sebagai satu diantara matapelajaran wajib pada jenjang pendidikan formal.

(2)

memahami pelajaran ditempatkan dalam kelompok yang heterogen sehingga siswa yang berkemampuan tinggi akan membantu siswa yang berkemampuan rendah, siswa yang tadinya malu bertanya kepada guru dapat bertanya kepada sesama anggota kelompoknya yang telah memahami pelajaran.

Pembelajaran kooperatif dengan metode MURDER terdiri atas mood, understand, recall, digest, expand dan review. Pembelajaran kooperatif Tipe MURDER menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan lebih menarik, sehingga meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa pada proses pembelajaran (Hidayati, 2014). Model pembelajaran ini lebih menekankan pada keterampilan kooperatif menggunakan pasangan dyad dan kegiatan pembelajaran lebih terpusat kepada siswa. Dyad adalah pertemuan antara dua orang yang berkomunikasi secara lisan dan tulisan. Fase-fase pembelajaran kooperatif menurut Suprijono (2009) yaitu 1) menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik, 2) menyajikan informasi, 3) mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar, 4) membantu kerja tim dan belajar, 5) mengevaluasi dan 6) memberikan pengakuan atau penghargaan. Penelitian dengan model kooperatif Tipe MURDER telah digunakan sebelumnya oleh Kirana dan Susannah (2013) pada materi persamaan garis lurus menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe MURDER dapat meningkatkan hasil belajar siswa, keaktifan siswa dan respon siswa terhadap pelajaran positif. Oleh sebab itu, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode MURDER pada materi hubungan garis dan sudut untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VII SMP Negeri 14 Palu?

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas. Desain penelitian mengacu pada model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc.Taggart (2013) yang terdiri atas 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi dan 4) refleksi. Proses pelaksanaannya, komponen pelaksanaan tindakan dan observasi dijadikan sebagai satu kesatuan. Kedua komponen tersebut digabungkan karena implementasi pelaksanaan tindakan dan observasi merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan yaitu dilakukan pada satuan waktu yang sama. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII SMP Negeri 14 Palu dengan jumlah 23 orang siswa, yang terdiri atas 13 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Berdasarkan subjek penelitian tersebut, dipilih tiga orang informan yang diambil berdasarkan hasil tes awal dan konsultasi dengan guru matapelajaran matematika yaitu siswi CM berkemampuan matematika tinggi, siswa BS berkemampuan matematika sedang dan siswa AF berkemampuan matematika rendah.

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu tes tertulis, observasi, wawancara dan catatan lapangan. Tes tertulis terbagi menjadi dua yaitu tes awal dan tes akhir tindakan. Tes awal bertujuan mengetahui pengetahuan prasyarat siswa. Tes akhir tindakan bertujuan untuk memperoleh data dan memberikan gambaran tentang sejauh mana pengetahuan siswa terhadap materi hubungan garis dan sudut setelah dilakukan proses pembelajaran. Wawancara bertujuan memperoleh informasi tentang proses berpikir siswa dan masalah siswa dalam menyelesaikan soal–soal yang diberikan. Observasi bertujuan mengumpulkan data dari aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan langkah-langkah yaitu 1) mereduksi data, 2) penyajian data dan 3) penarikan kesimpulan.

(3)

guru dalam mengelola pembelajaran di kelas dan aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan metode MURDER.

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian terbagi atas dua bagian yaitu 1) hasil pra tindakan dan 2) hasil pelaksanaan tindakan. Kegiatan pada pra tindakan yaitu peneliti memberikan tes awal kepada 23 orang siswa dengan jumlah soal 3 butir soal. Tes awal ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa pada materi prasyarat dan sebagai acuan dalam pembentukan kelompok belajar. Peneliti membentuk 6 kelompok belajar yang heterogen. Kelompok 1 sampai kelompok 5 terdiri atas 4 orang siswa dan kelompok 6 terdiri atas 3 orang siswa. Setiap kelompok dibagi menjadi dua pasang dyad yaitu dyad-1 dan dyad-2. Hasil tes awal menunjukkan bahwa 7 orang siswa sudah dapat menentukan kedudukan dua garis, menjelaskan pengertian sudut dan hubungan antar sudut. Namun, 16 orang siswa masih mengalami kesulitan dalam menentukan hubungan antar sudut.

Pelaksanaan tindakan terdiri atas dua siklus yaitu siklus I dan siklus II yang dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Tujuan pembelajaran pada siklus I yaitu siswa dapat menentukan sifat sudut yang terbentuk jika dua garis sejajar dipotong oleh garis ketiga. Tujuan pembelajaran pada siklus II yaitu siswa dapat menggunakan sifat-sifat sudut dan garis untuk menyelesaikan soal. Pertemuan pertama peneliti menyajikan informasi dan masalah melalui LKS. Pertemuan kedua peneliti memberikan tes akhir tindakan. Proses pembelajaran pada pelaksanaan tindakan terdiri atas tiga kegiatan yaitu1) pendahuluan, 2) inti, dan 3) penutup. Kegiatan pendahuluan diawali dengan membuka pembelajaran, menyiapkan siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan motivasi dan melakukan relaksasi serta memberikan apersepsi kepada siswa. Kemudian, pada kegiatan inti terdiri atas 1) menyajikan informasi, 2) mengorganisir siswa ke dalam kelompok belajar sehingga muncul

understand, 3) membimbing kelompok untuk bekerja dan belajar sehingga muncul recall, digest dan expand, 4) evaluasi sehingga muncul review dan 5) memberikan penghargaan. Kegiatan penutup dilakukan dengan memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.

Kegiatan pendahuluan diawali dengan membuka pembelajaran, menyapa siswa, mengajak siswa berdoa, mengecek kehadiran serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tujuan pembelajaran pada siklus I yaitu siswa dapat menentukan sifat sudut yang terbentuk jika dua garis sejajar dipotong oleh garis ketiga. Tujuan pembelajaran pada siklus II yaitu siswa dapat menggunakan sifat-sifat sudut dan garis untuk menyelesaikan soal. Kondisi yang diharapkan setelah penyampaian tujuan pembelajaran adalah agar siswa menjadi terarah dan terbimbing dalam aktifitas belajar.

(4)

apersepsi yaitu siswa menjadi lebih siap untuk belajar karena telah paham dengan materi prasyarat.

Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan inti. Fase-fase yang dilakukan pada kegiatan inti yaitu 1) penyajian informasi, 2) mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, 3) membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar, 4) evaluasi dan 5) penghargaan kelompok. Peneliti menjelaskan poin-poin penting dari materi yang akan dipelajari siswa. Kondisi yang diperoleh yaitu terlihat siswa mendengarkan dengan seksama penyampaian informasi dari peneliti. Materi pembelajaran pada siklus I yaitu sudut-sudut yang terbentuk jika dua garis sejajar dipotong oleh garis lain sedangkan pada siklus II yaitu hubungan sudut-sudut pada garis sejajar yang dipotong oleh garis lain. Kemudian, peneliti menginstruksikan kepada seluruh siswa untuk duduk berdasarkan kelompoknya. Kondisi yang diharapkan yaitu agar seluruh siswa bekerjasama dengan baik selama proses pembelajaran.

Aktivitas yang dilakukan pada tahap understand yaitu peneliti terlebih dahulu membagikan LKS yang di dalamnya termuat materi kepada setiap kelompok. Kemudian peneliti mengarahkan masing-masing pasangan dyad untuk membaca dan memahami isi materi. Peneliti juga mengarahkan siswa untuk mencermati poin-poin penting dari materi tersebut. Melalui membaca materi yang terdapat di dalam LKS diharapkan dapat membentuk pemahaman siswa. Siswa AG dan AF pada siklus I mengalami kesulitan pada pasangan sudut-sudut dalam sepihak dan luar sepihak sehingga peneliti mengarahkan siswa. Kondisi yang diperoleh yaitu siswa sudah memahami poin-poin penting dari materi yang dipelajari. Sedangkan pada siklus II, siswa CM, AD, RL dan SH mengalami kesulitan pada hubungan pasangan sudut sehadap, dalam berseberangan dan luar berseberangan sehingga peneliti mengarahkan siswa. Kondisi yang diperoleh setelah peneliti mengarahkan siswa yaitu siswa sudah memahami poin-poin penting dari materi yang dipelajari.

Aktivitas yang dilakukan pada tahap recall yaitupeneliti meminta kepada setiap dyad

untuk memahami dan mendiskusikan soal-soal pada LKS. Terdapat dua kelompok pada siklus I yang mendapatkan banyak bimbingan dari peneliti yaitu kelompok IV dan kelompok VI. Kesulitan yang mereka alami yaitu menentukan pasangan sudut-sudut dalam sepihak dan luar sepihak sehingga peneliti kemudian mengarahkan mereka. Sedangkan pada siklus II, kelompok yang banyak mendapatkan bimbingan dalam mengerjakan LKS yaitu kelompok II, IV, V dan VI. Kesulitan yang mereka alami yaitu mencari besar sudut sehadap, dalam berseberangan dan luar berseberangan jika pasangan sudut yang lainnya diketahui. Kemudiandengan segera peneliti mengarahkan mereka. Kelompok I dan III dapat mengerjakan soal-soal yang diberikan dengan baik. Hasil yang diperoleh dari pembimbingan ini adalah siswa dapat mengerjakan latihan soal yang diberikan akan tetapi ada siswa yang cepat mengerjakan danada juga siswa yang lambat dalam mengerjakan.

Setelah diskusi selesai, peneliti mengarahkan satu diantara pasangan dyad untuk menyampaikan jawaban soal-soal yang telah dikerjakan pada LKS terhadap pasangannya. Siswa yang dipilih pada siklus I adalah AF. Peneliti juga meminta setiap pasangan dyad

mengungkapkan pemahamannya tentang LKS. Kelompok yang mendapatkan kesempatan pada siklus II adalah kelompok II dan IV diwakili oleh siswa RF dan AG. Hasil yang diperoleh dari pemaparan pasangan dyad yaitu siswa yang lain memperoleh informasi mengenai penyelesaian soal yang dilakukan oleh pasangan dyad lainnya.

(5)

II adalah EP dan YS. Kondisi yang diperoleh pada tahap ini yaitu siswa telah berani mengajukan pendapat atas hasil pemecahan masalah yang disampaikan oleh penyaji. Setelah itu, peneliti meminta masing-masing pasangan dyad saling memperlihatkan hasil pekerjaan kemudian membandingkan dan mendiskusikannya sehingga terbentuklah satu jawaban LKS untuk kelompok.

Aktivitas yang dilakukan pada tahap expand yaitu setiap kelompok menuliskan sebuah contoh yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Kelompok VI pada siklus I mengalami keterlambatan ketika menuliskan contoh soal karena masih mengalami kebingungan. Sedangkan pada siklus II mereka sudah dapat menuliskan contoh soal dengan baik, demikian juga kelompok lainnya telah membuat contoh soal dengan baik. Kondisi yang diperoleh yaitu semua kelompok telah membuat contoh soal dengan baik akan tetapi ada kelompok yang cepat mengerjakan dan ada juga kelompok yang lambat dalam mengerjakan.

Aktivitas yang dilakukan pada tahap review yaitu peneliti mengarahkan beberapa kelompok untuk menuliskan dan mempresentasikan hasil LKS kelompoknya serta menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Siklus I diwakili oleh kelompok I dan II yaitu siswa EP dan siswa MR sedangkan pada siklus II yaitu kelompok III yang diwakili oleh siswi CM dan kelompok VI yang diwakili oleh siswa NL. Hasil yang diperoleh yaitu semua kelompok telah membuat kesimpulan dengan baik. Satu diantara jawaban siswa yang dituliskan di papan tulis saat presentasi dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Jawaban siswa MR saat presentasi

Jawaban siswa MR dapat ditunjukkan sebagaimana pada Gambar 1. Siswa MR telah menuliskan pasangan sudut-sudut sehadap dengan benar yang ditunjukkan pada gambar 1 yaitu 1 dengan 5 (MRSILKS401), 3 dengan 7 (MRSILKS402), 2 dengan 6 (MRSILKS403) dan 4 dengan 8 (MRSILKS404). Kemudian pasangan sudut-sudut dalam berseberangan dengan benar yaitu 5 dengan 4 (MRSILKS405) dan 3 dengan 6 (MRSILKS406). Selanjutnya pasangan sudut-sudut luar berseberangan yaitu 7 dengan 2 (MRSILKS407) dan 8 dengan 1 (MRSILKS408). Pasangan sudut-sudut dalam sepihak yaitu 5 dengan 3 (MRSILKS409)dan 6 dengan 4 (MRSILKS410). Pasangan sudut-sudut luar sepihak yaitu 8 dengan 2 (MRSILKS411) dan 1 dengan 7 (MRSILKS412). Namun

MRSILKS409

MRSILKS4010

MRSILKS4011

MRSILKS4012

MRSILKS4013 MRSILKS405

MRSILKS4014 MRSILKS406

MRSILKS4015

MRSILKS407

MRSILKS4016 MRSILKS408

MRSILKS401

MRSILKS402

MRSILKS403

(6)

siswa MR masih salah dalam menuliskan pasangan sudut-sudut yang bertolak belakang yaitu 8 dengan 6 (MRSILKS413), 7 dengan 5 (MRSILKS414), 3 dengan 1 (MRSILKS415) dan 1 dengan 4 (MRSILKS416).

Aktivitas yang dilakukan pada pemberian penghargaan yaitu peneliti memberikan penghargaan kepada semua kelompok sesuai dengan pencapaian masing-masing kelompok. Penghargaan yang diberikan berupa predikat kelompok. Tujuan dari penghargaan ini adalah untuk lebih meningkatkan lagi motivasi belajar siswa.

Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan penutup. Peneliti menegaskan hal-hal penting yang berkaitan dengan materi pembelajaran dan memberikan pekerjaan rumah sebelum menutup pembelajaran. Setelah itu, peneliti menginformasikan kepada siswa bahwa pertemuan selanjutnya akan diadakan tes tentang materi yang baru saja dipelajari. Peneliti juga berpesan kepada siswa agar kembali mempelajari materinya di rumah. Peneliti menutup kegiatan pembelajaran dengan meminta satu diantara siswa lainnya memimpin temannya untuk berdoa bersama, kemudian mengucapkan salam dan keluar dari ruangan.

Pertemuan kedua dari masing-masing siklus, peneliti memberikan tes akhir tindakan kepada siswa. Pertemuan diawali dengan mengucapkan salam dan berdoa. Peneliti memberikan 3 butir soal pada saat tes akhir tindakan siklus I dan 4 butir soal pada tes akhir tindakan siklus II. Kemudian peneliti mengatur dan menyiapkan siswa untuk ujian. Sebelum siswa mengerjakan soal, peneliti mengingatkan kepada siswa untuk tidak saling bekerjasama saat menyelesaikan soal. Satu diantara soal yang diberikan pada siklus 1seperti pada Gambar 2.

Tulislah semua pasangan sudut:

a) sehadap,

b) dalam berseberangan, c) luar berseberangan, d) dalam sepihak, e) luar sepihak dan f) bertolak belakang.

Gambar 2. Soal Nomor I Tes Akhir Tindakan Siklus I

Gambar 3. Jawaban siswa BS

Pelaksanaan tes akhir tindakan siklus I diikuti oleh 23 orang siswa. Dari 23 orang siswa yang mengikuti tes diperoleh 16 orang siswa tuntas dan 7 orang siswa tidak tuntas. Berdasarkan

BSSI1d01 BSSI1a01

BSSI1a02 BSSI1d02

BSSI1a03

BSSI1e01 BSSI1a04

BSSI1b01

BSSI1e02

BSSI1f01 BSSI1b02

BSSI1f03 BSSI1f02

BSSI1c01

(7)

hasil ujian terdapat beberapa kesalahan yang dilakukan oleh siswa. Satu diantara kesalahan yang dilakukan siswa adalah kesalahan pada saat menuliskan pasangan sudut-sudut sehadap. Satu diantara siswa tersebut adalah siswa BS. Siswa BS tidak benar dalam menuliskan pasangan sudut-sudut sehadapnya. BS menuliskan pasangan sudut-sudut sehadapnya yaitu P3 dengan Q3 (BSSI1a01) , P2 dengan Q2 (BSSI1a02), P4 dengan Q4 (BSSI1a03) dan P1 dengan Q1 (BSSI1a01). Seharusnya yang ditulis adalah P3 dengan Q2, P2 dengan Q1,

P3 dengan Q2 dan P4 dengan Q3.

Untuk menelusuri jawaban siswa tersebut maka dilakukan wawancara. Berikut kutipan hasil wawancara peneliti dengan siswa BS.

P S1 08 : Mari kita perhatikan soalnya (peneliti menyodorkan soal). Kamu tidak benar menjawab pasangan sudut-sudut sehadapnya. Coba kamu ulangi sebutkan pasangan sudut-sudut sehadap!

BSS1 08 : ∠P4 dengan ∠Q1, ∠P1 dengan ∠Q4, ∠P3 dengan∠Q2 dan ∠P4 dengan ∠Q3.Itu semua pak, tetapi saya salah pak.

P S1 09 : Kenapa kamu bisa salah de? Itu kamu tahu.

BS S1 09 : Saya pikir ∠P4 dengan ∠Q4 begitu pak. Sama dengan yang lainnya tetapi ternyata gambarnya tidak sama letak titik-titik yang diberikan dengan contoh yang kemarin.

Melalui wawancara dengan siswa BS diperoleh informasi bahwa siswa BS keliru menentukan pasangan sudut-sudut sehadap sehingga jawaban siswa BS salah. Siswa BS memasangkan setiap sudut dari titik P ke titik Q dengan sudut yang memiliki kode yang sama.

Satu diantara soal yang diberikan pada tes akhir tindakan siklus II dapat dilihat pada Gambar 4.

a. Tentukanlah dua pasang sudut yang sehadap!

b. Untuk m O = 35° dan m OBA = 75°,tentukanlah besar OAB, besar OCD, dan besar ODC

Gambar 4. Soal Nomor 3 Tes Akhir Tindakan Siklus II

Hasil tes pada siklus II menunjukkan bahwa siswa telah mampu menyelesaikan soal yang berkaitan dengan hubungan sudut-sudut yang terbentuk dari dua garis sejajar dipotong oleh garis lain sebagaimana terlihat pada Gambar 4. Namun, masih ada siswa yang tidak menulis jawaban soal nomor 3 bagian a seperti jawaban siswi CM berikut.

Gambar 5. Jawaban siswi CM

CMS23b01 CMS23a01

CMS23b02

CMS23b03 CMS23a02

CMS23b06 CMS23b04

(8)

Jawaban siswi CM dapat ditunjukkan sebagaimana pada Gambar 5. Siswi CM tidak menjawab soal nomor 3 bagian a. Siswi CM hanya menuliskan yang diketahui dari soal (CMS23a01) dan (CMS23a02). Kemudian siswi CM menuliskan m O = m COD = 35˚

(CMS23b04). Seharusnya siswi CM juga menuliskan hubungan sudut O COD. Selanjutnya siswi CM menjawab m OAB = 75˚ (CMS23b05) dan pada tahap akhir siswi

CM menuliskan hubungan sudut OAB dengan OCD (CMS23b06). Untuk menelusuri jawaban siswi CM tersebut peneliti melakukan wawancara. Berikut kutipan hasil wawancara peneliti dengan siswi CM.

P S2 06 : Kenapa pertanyaan nomor 3 bagian a kamu tidak jawab? (peneliti menyodorkan soal kemudian membacanya) Terdapat dua garis yang sejajar dipotong oleh garis AO dan BO, kemudian tentukanlah dua pasang sudut yang sehadap!

CM S2 06: Saya tidak terlalu perhatikan kak. Sudut A dan C kak.

P S2 07: Nah, sekarang anggaplah disini A1, A2, A3, dan A4. C1, C2, C3 dan C4 (peneliti menunjukkan gambar pada soal), baiklah yang mana maksudmu?

CM S2 07: Sudut yang sehadap yaitu A1 dengan C3, A2 dengan C2kak.

P S2 08: (menunjuk gambar soal nomor 3) bila kita sesuaikan dengan soal, manakah sudut yang sehadap?

CM S2 08 : ∠OAB dengan ∠OCD kak.

P S2 09 : Baiklah, baru satu yang kamu jawab. Manakah pasangan sudut sehadap yang lainnya?

CM S2 09: ∠ODC dengan ∠OBA kak.

Melalui wawancara dengan siswi CM diperoleh informasi bahwa siswi CM kurang memperhatikan soal dengan seksama. Sehingga siswi CM mengalami kesulitan untuk menjawab soal nomor 3 bagian a. Tampaknya siswi CM membutuhkan bimbingan yang lebih intensif untuk memahami soal dengan jelas.

Sesuai hasil tes akhir tindakan siklus II diperoleh informasi bahwa siswa telah mampu menyelesaikan soal tentang hubungan sudut-sudut yang terbentuk dari dua garis sejajar yang dipotong oleh garis lain. Hal ini berdasarkan pada hasil tes akhir tindakan siklus II yang menunjukkan bahwa sebanyak 19 dari 21 orang siswa mendapatkan nilai tuntas.

Aspek-aspek yang dinilai dari observasi aktivitas peneliti pada siklus I dan siklus II antara lain: 1) mengucapkan salam, berdoa bersama dan mengecek kehadiran siswa, 2) menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran, 3) menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut, 4) memberikan gambaran tentang proses pembelajaran yang akan berlangsung, 5) memberikan motivasi kepada siswa dan melakukan relaksasi sebelum memulai pembelajaran untuk membuat mood siswa menjadi tenang, 6) melakukan apersepsi, 7) menyajikan materi ajar kepada siswa, 8) mengarahkan siswa membentuk kelompok belajar yang heterogen dan menentukan masing–masing pasangan dyad, 9) memberi LKS kepada setiap kelompok kemudian meminta siswa untuk memahami secara mandiri sehingga muncul understand, 10) meminta satu diantara anggota dyad untuk mengungkapkan hasil pemahamannya terhadap LKS kepada pasangannya sehingga muncul

recall, 11) meminta anggota dyad lain untuk mendengarkan presentasi dari pasangan dyad

lainnya sehingga muncul digest, 12) memberikan waktu kepada pasangan dyad-1 dan dyad-2

(9)

review, 14) meminta beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil pekerjaan di depan kelas, 15) memberikan penghargaan kepada kelompok yang memperoleh skor tertinggi, 16) memberikan PR kepada siswa, 17) mengajak siswa berdoa sebelum menutup pembelajaran. 18) menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam, 19) efektivitas pengelolaan waktu dan 20) penampilan guru dalam proses pembelajaran. Penilaian setiap aspek dilakukan dengan cara memberikan skor yakni, skor 5 berarti sangat baik, skor 4 berarti baik, skor 3 berarti cukup, skor 2 berarti kurang dan skor 1 berarti sangat kurang. Siklus I aspek 1, 2,3, 4, 7, 8, 13, 14, 15, 16, 17 dan 19 memperoleh skor 4. Aspek 5, 6, 9, 10, 11 dan 12 memperoleh nilai 3 sedangkan aspek 18 dan 20 memperoleh nilai 5. Setelah nilai-nilai dari setiap aspek pada siklus I diakumulasikan, maka peneliti memperoleh nilai 73. Nilai 73 tersebut masuk dalam kategori baik, sehingga aktivitas peneliti sebagai guru dikategorikan baik. Untuk siklus II, aspek 1, 3, 9, 16, 17, 18 dan 20 memperoleh skor 5. Aspek 2, 4, 5, 7, 11, 13, 14, 15 dan 19 memperoleh skor 4. Aspek 6, 8, 10 dan 12 memperoleh skor 3. Setelah nilai-nilai dari setiap aspek diakumulasikan, maka peneliti memperoleh nilai 80. Nilai 80 termasuk dalam kategori baik, sehingga aktivitas peneliti sebagai guru pada siklus II dikategorikan baik.

Aspek yang diobservasi pada kegiatan siswa siklus I dan II meliputi: 1) menjawab salam dan berdoa bersama, 2) menyiapkan diri untuk belajar, 3) menyimak penjelasan guru mengenai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, 4) menyimak deskripsi materi yang akan dipelajari, 5) mendengarkan motivasi dan melakukan relaksasi yang diberikan oleh guru, 6) mengingat pembelajaran yang telah dipelajari, 7) memperhatikan penjelasan guru mengenai materi hubungan garis dan sudut, 8) membentuk kelompok belajar, 9) menerima LKS yang diserahkan oleh guru dan mengerjakannya, 10) mempresentasikan hasil diskusi satu diantara pasangan dyad

ke pasangan dyad yang lain, 11) mendengarkan hasil kerja LKS pasangan dyad yang presentasi, 12) pasangan dyad-1 dan pasangan dyad-2 saling membandingkan dan mendiskusikan hasil pekerjaan, 13) menyimpulkan hasil diskusi dari hasil kerja LKS antar pasangan dyad, 14) mengungkapkan dan menuliskan hasil diskusi kelompok di depan kelas, 15) mengapresiasi pemberian penghargaan untuk kelompok terbaik, 16) merespon terhadap hal-hal yang menjadi tugasnya di rumah, 17) berdoa dan 18) menjawab salam. Penilaian setiap aspek dilakukan dengan cara memberikan skor yakni, skor 5 berarti sangat baik, skor 4 berarti baik, skor 3 berarti cukup, skor 2 berarti kurang, dan skor 1 berarti sangat kurang. Siklus I, untuk aspek 1, 2, 3, 4, 7, 8, 13, 14, 15, 16, 17 dan 19 memperoleh skor 4. Aspek 5, 6, 9, 10, 11dan 12 memperoleh skor 3. Sedangkan aspek 18 dan 20 memperoleh skor 5. Setelah nilai dari setiap aspek diakumulasikan maka aktivitas siswa memperoleh nilai 76. Nilai 76 termasuk dalam kategori baik, sehingga aktivitas siswa dikategorikan baik. Siklus II, aspek 2, 3, 4, 7, 9, 11, 13, 16 dan 18 memperoleh skor 5. Aspek 1, 5, 6, 8, 10, 12, 14 dan 17 memperoleh skor 4. Sedangkan aspek 15 memperoleh skor 3. Setelah nilai dari setiap aspek diakumulasikan maka aktivitas siswa memperoleh nilai 80. Aktivitas siswa dikategorikan sangat baik.

PEMBAHASAN

(10)

penelitian ini dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan lebih menarik, sehingga akan meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa (Hidayati, 2014).

Kegiatan pendahuluan diawali dengan membuka pembelajaran, menyapa siswa, mengajak siswa berdoa dan mengecek kehadiran siswa. Selanjutnya peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Penyampaian tujuan pembelajaran dimaksudkan untuk menjelaskan kepada siswa tentang hal-hal yang akan dicapai dalam pembelajaran sehingga siswa terbimbing dalam aktifitas belajar. Siswa yang mengetahui tujuan pembelajaran yang jelas dan tepat menjadi lebih terarah dan terbimbing dalam melaksanakan aktifitas belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanjaya (2009) bahwa tujuan pembelajaran yang jelas dan tepat dapat membimbing siswa dalam melaksanakan aktifitas belajar.

Aktivitas yang dilakukan pada tahap mood yaitu pemberian motivasi kepada siswa dengan menjelaskan manfaat belajar materi garis dan sudut. Hal ini membuat siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Ginting (2008) yang menyatakan bahwa dengan adanya motivasi, siswa akan tertarik dan terlibat aktif bahkan berinisiatif dalam proses pembelajaran. Selain itu dilakukan relaksasi melalui sikap duduk hening agar konsentrasi belajar siswa meningkat. Hal ini sejalan dengan pendapat Aini (2012) yang menyatakan bahwa dengan memberikan perlakuan teknik relaksasi mampu meningkatkan konsentrasi belajar anak. Selanjutnya peneliti melakukan apersepsi dengan memberikan penguatan materi prasyarat untuk mempelajari materi hubungan garis dan sudut. Apersepsi dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada siswa secara lisan. Pertanyaan pada siklus I mengenai pengertian sudut, kedudukan dua garis dan hubungan antar sudut. Sedangkan pada siklus II yaitu mengenai sudut-sudut yang terbentuk dari dua garis sejajar. Kegiatan apersepsi ini bertujuan agar siswa memahami materi prasyarat sebelum mempelajari materi hubungan garis dan sudut. Hal ini sesuai dengan pendapat Hudojo (1990) yang menyatakan bahwa sebelum mempelajari konsep B, seseorang perlu memahami dulu konsep A yang mendasari konsep B. Sebab tanpa memahami konsep A, tidak mungkin orang itu memahami konsep B.

Kegiatan inti diawali dengan penyajian informasi mengenai poin-poin penting dari materi yang akan dipelajari. Kemudian mengorganisir siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Peneliti membentuk 6 kelompok belajar yang setiap kelompoknya terdiri atas tiga sampai empat orang siswa. Pembentukan kelompok ini bertujuan agar siswa dapat bekerja sama, dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Rusman (2013) yang menyatakan bahwa melalui pembentukan kelompok, siswa dapat bekerjasama dalam proses pembelajaran.

Aktivitas yang dilakukan pada tahap understand yaitu setiap dyad membaca materi yang telah dibagikan dan mencermati poin-poin penting dari materi tersebut. Melalui membaca materi tersebut dapat membentuk pemahaman siswa sehingga siswa mampu memberikan penjelasan kepada orang lain. Menurut Herdianto (2014) siswa diharapkan untuk memahami materi agar siswa dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-katanya sendiri.

(11)

Aktivitas yang dilakukan pada tahap digest yaitu dyad-2 mendengarkan penyampaian jawaban LKS sambil mendeteksi adanya kesalahan atau kekurangan pada penjelasan dyad-1 atau sebaliknya. Jika terdapat ketidakcocokan dan ketidaksesuaian terhadap penyampaian oleh penyaji, maka diperlukan koreksi terhadap kesalahan yang muncul dengan mengajukan pertanyaan atau pendapat sehingga pembelajaran lebih bermakna yang menurut Rahmawati (2013) perlunya pembiasaan untuk memberikan tanggapan terhadap jawaban yang diberikan oleh orang lain, sehingga yang dipelajari siswa menjadi lebih bermakna.

Aktivitas yang dilakukan pada tahap expand yaitu peneliti meminta seluruh kelompok untuk bekerjasama mencari dan menulis satu contoh soal yang masih berkaitan dengan materi yang mereka pelajari. Contoh yang dituliskan merupakan hasil diskusi yang dilakukan setiap kelompok. Hal ini sejalan dengan pendapat Isjoni (2009) yang menyatakan bahwa pembelajaran harus menekankan kerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan yang sama.

Aktivitas yang dilakukan pada tahap review yaitu peneliti memberikan kesempatan kepada perwakilan kelompok untuk mempresentasikan jawaban kelompoknya di depan kelas dan siswa yang lain menanggapinya. Ini dilakukan agar siswa terbiasa mengemukakan pendapat mengenai jawaban yang diperoleh dan yang diberikan temannya sehingga hal yang dipelajarinya lebih bermakna. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahmawati (2013) yang menyatakan perlunya pembiasaan untuk memberikan tanggapan terhadap jawaban yang diberikan oleh orang lain dalam pembelajaran matematika, sehingga yang dipelajari siswa menjadi lebih bermakna. Kemudian setiap kelompok membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.

Penghargaan diberikan kepada seluruh kelompok sesuai dengan pencapaian masing-masing kelompok. Peneliti memberikan penghargaan berupa predikat kelompok. Penghargaan bertujuan untuk lebih meningkatkan lagi motivasi siswa dalam belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Natalia (2014) bahwa penghargaan dapat menjadi suatu alat dalam motivasi belajar bagi anak didik.

Hasil tes akhir tindakan dan wawancara siklus I menunjukkan bahwa siswa telah dapat menyelesaikan soal sudut-sudut yang terbentuk dari dua garis sejajar dipotong oleh garis lain. Meskipun masih terdapat siswa yang kurang teliti dalam menyelesaikan soal, namun secara umum siswa telah dapat menyelesaikan soal dengan benar. Indikator keberhasilan tindakan untuk siklus I belum mencapai kriteria keberhasilan tindakan. Hasil tes akhir tindakan dan wawancara siklus II diperoleh informasi bahwamasih terdapat siswa yang mengalami kebingungan dalam menyelesaikan soal, sehingga mengakibatkan kekeliruan pada jawaban akhir. Walaupun demikian, sebagian besar siswa dapat menjawab soal dengan benar. Ini menunjukkan bahwa kriteria keberhasilan tindakan siklus II telah tercapai.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode MURDER dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 14 Palu pada materi hubungan garis dan sudut mengikuti fase-fase sebagai berikut: 1) menyampaikan tujuan dan memotivasi serta melakukan relaksasi kepada siswa sehingga mood membaik, 2) menyajikan informasi, 3) mengorganisir siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar sehingga muncul understand, 4) membimbing kelompok untuk bekerja dan belajar sehingga muncul recall, digest dan expand, 5) evaluasi sehingga muncul review dan 6) memberikan penghargaan.

KESIMPULAN

(12)

garis dan sudut melalui penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode MURDER

telah berhasil dengan mengikuti fase-fase sebagai berikut: 1) menyampaikan tujuan dan menyiapkan peserta didik serta melakukan relaksasikepada siswa sehingga mood membaik, 2) menyajikan informasi, 3) mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar sehingga muncul

understand, 4) membantu kerja tim dan belajar sehingga muncul recall, digest dan expand, 5) mengevaluasi sehingga muncul review dan 6) memberikan pengakuan atau penghargaan.

Pada tahap mood peneliti memotivasi siswa dengan cara menyampaikan fenomena-fenomena menarik dalam kehidupan sehari-hari dan menciptakan suasana belajar yang rileks

dengan sikap duduk hening. Selanjutnya pada tahap understand peneliti mengarahkan masing-masing dyad untuk membaca dan mencermati poin-poin penting yang ada pada materi. Kemudian pada tahap recall peneliti meminta kepada setiap dyad untuk membaca dan mendiskusikan soal-soal yang terdapat di dalam LKS. Pada tahap digest peneliti meminta pasangan dyad mendengarkan penyampaian hasil kerja LKS dyad lainnya sambil mendeteksi kesalahan atau kekurangan pada jawabanLKS yang dikerjakan. Setelah itu, pada tahap expand

peneliti meminta kepada seluruh kelompok untuk bekerjasama mencari dan menulis satu contoh soal yang berkaitan dengan materi yang mereka pelajari. Pada tahap review peneliti mengarahkan beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya serta membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan maka peneliti menyarankan penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode MURDER layak untuk dilaksanakan karena dapat mengaktifkan siswa lebih baik namun perlu melakukan beberapa pertimbangan yaitu khususnya pada pengelolaan waktu pembelajaran. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan metode MURDER perlu melakukan persiapan yang lebih baik sehingga hasil yang diperoleh lebih maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Aini, S.Q. (2012). Penggunaan Teknik Relaksasi untuk Meningkatkan Konsentrasi Belajar Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Terate Pandian Sumenep Tahun Pelajaran 2011-2012. (online) Jurnal Mahasiswa Teknologi Pendidikan. Vol 1 No 1 (2012). Tersedia:https://www.scribd.com/doc/118557706/Penggunaan– teknik-relaksasi-untuk-meningkatkan–konsentrasi-belajar–anak–kelas–b–taman –kanak–kanak-terate– pandian–sumenep–tahun–pelajaran-2011-2012. [1 Agustus 2016].

Apriyanti, R. (2011). Pengaruh Metode Penemuan dengan Menggunakan Teknik Scaffolding Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. [Online]. Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri. Jakarta:diterbitkan. Tersedia: http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/1234 56789/2636[28 Juli 2016].

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

(13)

Fadillah,H.N. (2014). Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Problem Based Learning. Dalam Jurnal Penelitian Pendidikan [Online] Vol 01. Halaman 33-39. Tersedia: http://ejournal.umm.ac.id/index.Php/jps/article/view/1950. [5 Nopember 2015].

Herdianto, K., Sudhita, I. W. R., Sedanayasa, G. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran MURDER Terhadap Pemahaman Konsep IPA Siswa Kelas V SD Di Gugus IKecamatan Buleleng. Jurnal Mimbar PGSD Univeristas Pendidikan Ganesha. [Online]. Vol 02 (1), 10 halaman. Tersedia: http://ejournal.undiksha.ac.id/ index.php/jjpgsd/article/download/945/879. [13 Oktober 2016].

Hidayati, Masril, dan Apersa, R.A. (2014). Penerapan Bahan Ajar Berbasis Advance Organizer Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe MURDER pada Siswa Kelas XI Semester 1 di SMA Negeri 3 Solok. Pillar Of Physics Education. [Online] Vol 1, 161-168. Tersedia: http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pfis/article/ download/ 1112 /804. [20 November 2015].

Hudojo, H. (1990). Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang:IKIP Malang.

Isjoni. (2009). Pembelajaran Kooperatif:Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Ginting, A. (2008). Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung:Humaniora.

Kirana,K. dan Susannah. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

MURDER Pada Materi Persamaan Garis Lurus. Jurnal Mathedunesa [Online], vol 2 no 1, 6 halaman. Tersedia: http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/mathedunesa/ article/view/1394/0. [30 Oktober 2015].

Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. (2013). Action Research Model. [Online]. Tersedia: https://www.scribd.com/doc/232329702/Action–Research–Model–by–Kemis- and-Mc. Taggart. [7 Oktober 2016].

Natalia. (2014). Pengaruh Pemberian Penghargaan oleh Guru Ekonomi Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas X MAN 2 Pontianak. Dalam Pendidikan dan Pengajaran

[Online]. Vol 3 no 6, 11 halaman. Tersedia: http://jurnal.untan.ac.id/index.php/ jpdpb/ article/view/5823 [25Juli 2016].

Rahmawati, F. (2013). Pengaruh Pendekatan Pendidikan Realistik Matematika dalam Meningkatkan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. [Online]. Journal FMIPA Unila. 1, (1), 14 halaman. Tersedia: http;//journal.fmipa.unila.ac.id.index. php/semirata/ article/view/882/701. [25 Juli 2016].

Rusman. (2013). Model-Model Pembelajaran. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, W. (2009). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:Kencana.

Gambar

Gambar 1. Jawaban siswa MR saat presentasi
Gambar 2. Soal Nomor I Tes Akhir Tindakan Siklus I
Gambar 5. Jawaban siswi CM

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian hukum normatif, bahan pustaka merupakan data dasar yang dalam (ilmu) penelitian digolongkan sebagai jenis data sekunder. 16 Sesuai dengan sifat

Selanjutnya menentukan variabel-variabel asli sebagai variabel tidak dasar awal (variabel yang bernilai nol pada tabel simpleks) dengan nilai dan variabel slack

Secara singkat simpulan hasil penelitian ini yakni terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas IV pelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri yang

Agama Islam menjelaskan konsep interaksi sosialnya secara sistematis, yang antara lain di dalamnya terkandung anjuran untuk bersikap kasih dan sayang ( Mawaddah wa Rahmah )

Dalam Pengembangan Perangkat Lunak Generate File Akun Uang Kuliah Tunggal (UKT) Universitas Palangka Raya digunakan metode pengembangan perangkat lunak Waterfall

judul “ pemahaman konsep pengoperasian penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat menggunakan model kooperatif tipe numbered heads together (nht) (penelitian tindakan kelas

- This sentence cannot be analyzed based on structural rules because it does not follow the rules of standard

Banyubiru 03 Kecamatan Banyuberu Kabupaten Semarang, (Salatiga, SATAIN Salatiga, 2011), hlm.. Dari hasil observasi secara langsung peneliti sebelum melakukan penelitian