• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

6 Mind Mapping

2.1.1.1 Pembelajaran Discovery Learning

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintific seperti ini adalah pembelajaran yang terdiri atas kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengolah data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil yang terdiri dari kesimpulan. Sedangkan discovery learning merupakan model pembelajaran kooperatif. Dimana kegiatan yang diinginkan adalah membuat siswa bekerjasama dan adanya partisipasi aktif dari siswa. Disini guru hanya sebagai fasilitator untuk membantu siswa dalam belajar, bukan sebagai sumber untuk siswa belajar. Oleh karena itu discovery learning merupakan model pembelajaran kooperatif seperti halnya dengan model pembelajaran yang lain. Namun karena discovery learning adalah kegiatan belajar ilmiah, jadi discovery learning masuk dalam pendekatan saintific sebagai model pembelajaran kooperatif tipe discovey learning.

Setiap manusia memiliki rasa ingin tahu terhadap sesuatu hal yang baru diketahui, dapat juga hal yang sudah dialami sekian lama, namun tidak tahu asal mula terjadinya sesuatu hal tersebut. Dari situlah manusia mulai mencari tahu segala sesuatu yang ada dihidupnya. Dalam khasus ini, model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning sangat cocok untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Menurut Ridwan Abdullah Sani (2014 : 97) “discovery adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan”. Demikian juga Menurut Sund , “discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip”. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Dr. J. Richard, “discover learning adalah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental.”

(2)

Dari pendapat Ridwan, Sund, dan Richard maka dapat disimpulkan jika model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning adalah sesuatu kegiatan belajar yang melibatkan siswa langsung untuk mencari informasi dan mencari data yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan.

Setiap pendekatan tentu saja memiliki titik efektifnya. Menurut Westwood dalam Ridwan, 2014 : 98), pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning akan efektif jika terjadi hal–hal berikut ini :

1. Proses belajar dibuat secara teratur dengan hati-hati.

2. Siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan awal untuk belajar. 3. Guru memberikan dukungan yang dibutuhkan siswa untuk

melakukan penyelidikan.

2.1.1.2 Langkah-langkah Pembelajaran Discovery Learning

Seperti dalam pendekatan pada umumnya, pendekatan juga harus memiliki langkah-langkah yang sistematis agar pembelajaran dapat berjalan secara berstruktur dan runtut, berikut ini adalah langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning menurut beberapa para ahli yakni:

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning terbimbing menurut Rusman adalah sebagai berikut :

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.

2. Guru membagi petunjuk praktikum/eksperimen.

3. Guru menjelaskan apa saja yang akan dilakukan oleh siswa

4. Peserta didik melaksanakan eksperimen di bawah pengawasan guru.

5. Siswa melaksanakan penyelidikan dengan pantauan dari guru untuk menyelesaikan tugasnya.

6. Guru menunjukkan gelaja yang diamati.

7. Guru melakukan konfirmasi tentang tugas yang telah siswa selesaikan.

8. Peserta didik menyimpulkan hasil eksperimen.

9. Dari kegiatan-kegiatan penelitian, siswa menyimpulkan inti pembelajaran yang diberikan oleh guru.

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning juga dikemukakan oleh Syah adalah sebagai berikut: :

1. Stimulasi / Pemberian Rangsangan

Guru melakukan pengkondisian kepada siswa untuk dapat berpikir ke materi yang akan diajarkan.

(3)

2. Pernyataan / Identifikasi Masalah

Pemberian masalah yang diambil dari kehidupan sekitar siswa dapat memancing siswa untuk timbul rasa ingin tahu, sehingga siswa semangat dalam melaksanakan pembelajaran.

3. Pengumpulan Data

Aktivitas siswa adalah membaca, wawancara, atau dapat mencari artikel untuk mendapatkan informasi tentang permasalahan yang timbul, yang telah disampaikan oleh guru sebelumnya.

4. Pengolahan Data

Dari data yang telah dikumpulkan, siswa melakukan pengolahan, memilih dan memilah informasi yang terpakai dan informasi yang tidak terpakai, sehingga siswa benar-benar mengetahui dengan sendirinya pemecahan dari masalah yang telah diberikan guru.

5. Pembuktian

Siswa dengan bantuan guru melakukan pembuktian dengan menghubungkan masalah dengan informasi yang telah siswa dapat. 6. Penarikan Kesimpulan

Siswa menyimpulkan materi dan pemecahan masalah yang telah dipelajari dengan guru.

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning menurut Jerome Bruner adalah sebagai berikut:

1. Stimulasi / Pemberian Rangsangan

Disini siswa diberikan sebuah masalah yang ada disekitar mereka, sehingga timbul rasa penasaran dan tanda tanya pada diri mereka sampai timbul rasa ingin tahu.

2. Pernyataan / Identifikasi Masalah

Setelah dilakukan stimulasi, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mencari tahu atau mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah, bisa dari buku pelajaran yang relevan dengan bahan ajar.

3. Pengumpulan Data

Siswa diminta untuk mengumpulkan banyak informasi-informasi yang relevan dengan cara wawancara dengan nara sumber, membaca literature, mengamati objek, melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya.

4. Pengolahan Data

Semua informasi yang telah didapat, diolah, diacak, diklarifikasikan, ditabuasi, dihitung dan ditafsirkan, sehingga dapat membentuk pengetahuan baru tentang alternatif jawaban yang perlu mendapat pembuktian secara logis.

(4)

Pada tahap ini siswa memeriksa secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil pengolahan data.

6. Penarikan Kesimpulan

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi

Jadi, dari beberapa pendapat para ahli tentang langkah-langkah discover learning diatas, dapat ditarik kesimpulan jika langkah-langkah discovery learning adalah sebagai berikut:

1. Stimulasi / Pemberian Rangsangan 2. Pernyataan / Identifikasi Masalah 3. Pengumpulan Data

4. Pengolahan Data 5. Pembuktian

6. Penarikan Kesimpulan 2.1.1.3 Teknik Mencatat Mind Mapping

Untuk mempermudah seseorang dalam mengingat, maka seseorang akan menggunakan akal kreatifnya untuk membuat ringkasan supaya dapat mempermudah ingatannya untuk memeroleh ilmu. Menurut Michael Michalko, “mind map adalah alternatif pemikiran keseluruhan otak terhadap pemikiran linear.” Begitu juga dengan Tony Buzan (Buzan, 2010: 4) mengemukakan bahwa “mind map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran seseorang sehingga dapat mempermudah dalam menempatkan dan mengeluarkan informasi dari otak.” Tidak hanya Michael dan Tony, DePorter, (2009:153) juga mengemukakan “mind mapping adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan.”

Dari beberapa pendapat diatas, maka mind mapping adalah teknik mencantat yang dapat menambah kreatifitas berpikir siswa dengan cara menggambar atau menyimbolkan sesuatu konsep, dan mempermudah siswa untuk mengolah informasi yang didapat dan yang akan dikeluarkan dari otak.

(5)

Hal yang dapat dilakukan ntuk menghasilkan suatu konsep dengan teknik mencatat mind mapping dapat mengikuti langkah-langkah cara membuat mind mapping berikut ini:

2.1.1.4 Langkah-langkah Teknik Mencatat Mind Mapping

Langkah-langkah dalam membuat mind map menurut Rusman adalah sebagai berikut :

1. Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan datar.

2. Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral. 3. Gunakan warna.

4. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya.

5. Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. 6. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis.

7. Gunakan gambar.

Tony juga mengungkapkan pendapatnya untuk lengkah-langkah membuat mind mapping yang baik adalah sebagai berikut:

1. Mulailah dari kertas kosong 2. Gunakan gambar untuk ide utama

3. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat 4. Buat garis hubung melengkung

5. Gunakan kata kunci untuk setiap garis 6. Gunakan gambar

Tidak jauh berbeda dengan Rusman dan Tony, Langkah-langkah membuat mind mapping menurut Fikrotur adalah sebagai berikut:

1. Mulai dari bagian tengah

2. Menggunakan gambar atau foto untuk ide sentral 3. Menggunakan warna

4. Menghubungkan cabang-cabang ke gambar pusat 5. Membuat garis hubung yang melengkung

6. Menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis 7. Menggunakan gambar

Jadi, dari uraian langkah-langkah menggunakan mind mapping diatas, dapat ditarik kesimpulan jika langkah-langkah menggunakan mind mapping adalah sebagai berikut:

(6)

2. Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral 3. Gunakan warna dan garis melengkung

4. Hubungkan setiap garis cabang ke gambar pusat 5. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis 6. Gunakan gambar

2.1.2 Hasil Belajar

2.1.2.1 Pengertian Hasil Belajar

Setiap proses belajar, pasti akan mencari hasil keberhasilan dalam pembelajaran. Menurut Permendikbud Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukurpencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah.

Para ahli seperti Oemar Malik (2006) mengemukakan “hasil belajar sebagai terjadinya perubahan tingkah laku yang awalnya belum memiliki banyak pengalaman dan ilmu pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, serta keterampilan.” Dan Sudjana (1989) mengatakan bahwa “hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengetahuan yang baru dalam kemampuan belajarnya.” Sedangkan Howart Kingsley dalam Sudjana (1989) membagi tiga macam hasil belajar mengajar sebagai (1) keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengarahan, (3) sikap dan cita-cita. Dimyati dan Mudjiono (2002) mengemukakan bahwa “hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar, dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.” Kemudian Mulyono Abdurrahman (2009) berpendapat bahwa “hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar.”

Tipe hasil belajar terdiri dari : ranah kognitif, afektif dan psikomotor (Bloom yang dikutip Dimyati 2002:26). Ranah kognitif meliputi : tipe hasil belajar pengetahuan hafalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan

(7)

evaluasi. (Sularyo 2004:9). Ranah afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai yang meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. Ranah psikomotor, meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Dengan demikian hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Dengan hasil belajar diharapkan dapat membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi, sehingga akan mengubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

2.1.2.2 Kriteria Hasil Belajar

Ketuntasan belajar (daya serap) merupakan pencapaian taraf penguasaan minimal yang telah ditetapkan guru dalam tujuan pembelajaran setiap satuan pelajaran. Ketuntasan belajar dapat dianalisis dari dua segi yaitu ketuntasan belajar pada siswa dan ketuntasan belajar pada materi pelajaran/tujuan pembelajaran, keduanya dapat dianalisis secara perorangan atau perkelas siswa. (Sularyo 2004:6). Adapun kriteria ketuntasan belajar yang digunakan adalah sesuai yang dikeluarkan Tim Khusus (2000:4) adalah sebagai berikut. :

a. Setiap materi/pokok uji/soal/ yang merupakan ketercapaian kompetensi dasar mencapai ketuntasan apabila telah dikuasai oleh 75% siswa sekelas.

b. Setiap siswa mencapai ketuntasan belajar bila telah menguasai sekurang-kurangnya 75% (atau memperoleh nilai 70) dari keseluruhan materi pokok uji. c. Setiap kelas siswa (seluruh siswa dalam kelas) mencapai ketuntasan belajar

bila jumlah siswa yang memperoleh nilai 70 sebanyak 75% dari jumlah siswa di kelas itu.

Ketuntasan belajar siswa berpengaruh pada efektivitas model pembelajaran yang digunakan. Efektivitas suatu model pembelajaran dapat dilihat dari ketuntasan hasil belajar siswa, perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dan pemahaman setelah pembelajaran dan motivasi siswa untuk belajar. Oleh karena itu untuk mencapai efektivitas dalam pembelajaran perlu adanya penerapan model pembelajaran yang inovatif yang dilakukan oleh guru, agar siswa dapat

(8)

belajar sesuai dengan kebutuhan dengan adanya minat yang lebih dalam pembelajaran, sehingga terjadi perubahan perilaku siswa kearah yang lebih positif dan kriteria ketuntasan hasil belajar tercapai. Dengan demikian efektivitas dalam pembelajaran dapat tercapai.

Kriteria ketuntasan belajar yang dipergunakan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan yang ditetapkan oleh ketentuan tersebut. Ukuran tersebut dapat mengacu pada ketuntasan belajar siswa sekurang-kurangnya 75 % dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 70 dalam peningkatan hasil belajar.

2.1.2.3 Pembelajaran Discovery Learning dan Teknik Mencatat Mind Mapping

Model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning merupakan sesuatu kegiatan belajar yang melibatkan siswa langsung untuk mencari informasi dan mencari data yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Siswa menemukan sendiri pemecahan masalah yang disediakan oleh guru. Sedangkan mind mapping adalah teknik mencantat yang dapat menambah kreatifitas berpikir siswa dengan cara menggambar atau menyimbolkan sesuatu konsep, dan mempermudah siswa untuk mengolah informasi yang didapat dan yang akan dikeluarkan dari otak. Jadi, guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning dan dibantu dengan teknik mencatat mind mapping, guru akan lebih mudah untuk membagi informasi yang harus ditemukan sendiri oleh siswa. Guru menyediakan suatu masalah berupa gambar, dan siswa mengimajinasikan masalah tersebut, lalu menggambarkan di cabang gambar persoalan tersebut, maka siswa akan lebih mudah menemukan dan menyimpan informasi yang mereka dapat dan saat ada tes siswa juga mudah untuk mengingat kembali, karena siswa pasti senang dengan gambar yang berwarna warni, secara otomatis mereka akan mengingat pembelajaran yang tersusun pada gambar mind map mereka.

Model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning dan teknik mencatat ini dapat dikolaborasikan. Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk

(9)

mengaplikasikan model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning dengan teknik mencatat mind mapping :

1. Stimulasi

Guru melakukan apersepsi agar siswa tahu apa yang akan mereka dapatkan dalam pembelajaran.

2. Pernyataan

Guru menyediakan masalah yang harus dipecahkan oleh siswa. 3. Pengumpulan Data

Disinilah teknik mencatat mind mapping dapat masuk kedalam model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning. Saat siswa menghadapi masalah, dan siswa harus menemukan sendiri pemecahannya, maka siswa dapat berimajinasi dengan gambar.

4. Pengolahan Data

Guru dan siswa mengolah data yang telah didapatkan oleh siswa. 5. Pembuktian

Guru dan siswa melakukan konfirmasi tentang apa yang telah mereka buat atau pikirkan.

6. Penarikan Kesimpulan

Guru dan siswa menarik kesimpulan materi pembelajaran 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian skripsi yang dibuat oleh Kristina Vileonarti tahun 2014 yang berjudul Penerapan Metode Discovery learning untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Kutowinangun 12 Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa discovery learning dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA. Pada kondisi awal sebelum diadakan tindakan, keaktifan siswa kategori tinggi sebesar 42,1% pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 63% dan meningkat di siklus II yaitu 86%. Hasil tersebut telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 70% siswa mencapai keaktifan tinggi. Hasil belajar IPA ketuntasan siswa pada prasiklus adalah 42,1 % pada siklus I meningkat menjadi 78,9% siswa tuntas dan pada siklus II meningkat dengan 94,8% siswa tuntas.

(10)

Hasil tersebut telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 80% siswa tuntas. Dengan demikian hipotesis yang diajukan peneliti dapat dibuktikan kebenarannya, dengan penerapan Discovery learning dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri Kutowinangun 12.

Penelitian skripsi menurut Fiska Erlian Renita Ayuni tahun 2014 yang berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar dan Keaktifan Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Metode Discovery learning Siswa Kelas 5 SD Negeri Kumpulrejo 01 Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian pada hasil belajar siswa menunjukkan kondisi awal siswa yang mencapai KKM terdapat 9 siswa (39%), pada siklus I terjadi peningkatan yang cukup signifikan yaitu terdapat 17 siswa (74%), dan pada siklus II terdapat 20 siswa (87%). Kondisi awal siswa yang keaktifannya rendah berjumlah 10 siswa (45%), dan setelah dilakukan penelitian pada siklus I siswa yang keaktifan belajarnya rendah bejumlah 6 siswa (26%) dan siklus II keaktifan belajarnya rendah berjumlah 3 siswa (12%).Peningkatan keaktifan belajar siswa dengan kriteria sangat tinggi dikondisi awal yang berjumlah 1 siswa dengan presentase 4%, menjadi 4 siswa dengan presentase 17% pada siklus I dan 8 siswa dengan presentase 35%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan belajar siswa.

Menurut penelitian Agnesia Clara Dau tahun 2014 dengan judul Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Model Pembelajaran Discovery learning pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 20113/2014. Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini yaitu 85 % dari seluruh siswa kelas 5 telah mencapai atau melebihi Kriteria Ketuntasan minimal (KKM) yaitu 62(≥62). Hasil penelitian menunjukkan Pada kondisi awal yang sangat tinggi dan tinggi ada 17 siswa (51,51%), siklus I ada 22 siswa (66,66%), siklus II ada 30 siswa ( 90%). Minat belajar sedang dan rendah pada kondisi awal ada 15 siswa (45,45%), pada siklus I dan II ada 3 siswa ( 9,09%), sedangkan minat sangat rendah kondisi awal ada 1 siswa (3,03%) dan siklus I dan siklus II tidak ada.Jadi peningkatan minat belajar siswa dari yang sangat tinggi dan tinggi dari kondisi

(11)

awal 51,51% ,siklus I 66,66%, dan 90,90% pada siklus II. Sedangkan peningkatan kondisi awal Sebelum tindakan (pra siklus) siswa yang tuntas belajar sebanyak 18 siswa (54,54%) dari 33 siswa, dengan nilai ratarata 70,48. siklus I, jumlah siswa yang tuntas belajar menjadi 28 siswa (84,84%) dengan nilai rata-rata 76,81. Pada siklus II, diketahui bahwa hanya 1 siswa yang tidak tuntas dalam belajarnya, dengan perolehan nilai rata -rata 77,72.Disimpulkan bahwa model pembelajaran Discovery learning pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas 5 Semester II SD Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten semarang.

Menurut penelitian Silverius Novie Paranso tahun 2013 yang berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Menggunakan Model Pembelajaran Mind mapping Siswa Kelas 5 SDN Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2012/2013. Sklus I, aktivitas siswa cukup baik dengan perolehan skor 44 (64.7%). Siklus II aktivitas siswa baik dengan skor 54 (79.4%). Sekolah dan guru disarankan untuk menerapkan model mind mapping dalam pembelajaran IPA materi lain maupun mata pelajaran lain. Siswa disarankan berlatih melakukan pemetaan konsep setiap materi pelajaran. Dengan melakukan pemetaan konsep, akan memungkinkan siswa lebih mudah dan lebih banyak memahami materi pelajaran. Dengan demikian dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Menurut penelitian dari Yunita Indah Sulistyaningrum tahun 2013 yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar Menggunakan Metode Pembelajaran Mind mapping pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Kelas IV SD Negeri 1 Kaligentong Kecamatan Ampel Tahun Ajaran 2012/2013. Pada kondisi awal ketika belum diadakannya tindakan, ketuntasan hasil belajar adalah 56,7%, sedangkan pada Siklus I ketuntasan hasil belajar mengalami peningkatan menjadi 80% dan pada Siklus II ketuntasan hasil belajar meningkat menjadi 93,3%.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas IV SD Negeri 1 Kaligentong Kecamatan Ampel Tahun Ajaran 2012/2013.

(12)

Supaya lebih mudah untuk melihat peningkatan hasil belajar IPA melalui pendekatan discovery learning dan teknik mencatat mind mapping, maka akan disajikan dalam bentuk tabel di halaman selanjutnya berikut ini :

(13)

Perbandingan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan discovery learning dan tekhnik mencatat mind mapping.

No. Nama Variabel Hasil

Penelitian

Perbedaan Persamaan

X Y

1. Kristina Vileonarti Discovery learning

Hasil Belajar Meningkat Tidak menggunakan teknik mencatat mind mapping

Menggunakan pendekatan discovery learning dan mengalami peningkatan 2. Fiska Erlian Renita

Ayuni

Discovery learning

Hasil Beajar Meningkat Tidak menggunakan teknik mencatat mind mapping

Menggunakan pendekatan discovery learning dan mengalami peningkatan 3. Agnesia Clara Dau Discovery

learning

Hasil Beajar Meningkat Tidak menggunakan teknik mencatat mind mapping

Menggunakan pendekatan discovery learning dan mengalami peningkatan 4. Silverius Novie

Paranso

Discovery learning

Hasil Beajar Meningkat Tidak menggunakan pendekatan discovery learning

Menggunakan teknik mencatat mind mapping

dan mengalami peningkatan 5. Yunita Indah Sulistyaningrum Discovery learning

Hasil Beajar Meningkat Tidak menggunakan pendekatan discovery learning

Menggunakan teknik mencatat mind mapping

dan mengalami

(14)

2.3 Kerangka Pikir

Pada proses pembelajaran saat ini, sering kali siswa merasa bosan dan tidak tertarik pada proses pembelajaran, itu dikarenakan pembelajaran hanya berfokus pada guru, jadi siswa hanya mendengarkan dan menulis jika guru memintanya. Hal seperti ini sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Karena siswa tidak merasa bahwa pelajaran itu menarik. Agar siswa menjadi tertarik dan senang dengan pembelajaran, guru perlu mengembangkan kreatifitas dengan cara menggunakan model-model pembelajaran, siswa akan senang jika mereka mendapat pengalaman baru.

Model pembelajaran kooperatif tipe pembelajaran discovery learning sesuatu kegiatan belajar yang melibatkan siswa langsung untuk mencari informasi dan mencari data yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Adapun langkah-langkahnya yaitu, stimulasi / pemberian rangsangan, pernyataan / identifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data, pembuktian, dan penarikan kesimpulan. Dari langkah-langkah tersebut, guru dapat mengambil skor dari tes dan non tes yang akan dijadikan satu untuk memperoleh skor hasil belajar. Hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Dengan hasil belajar diharapkan dapat membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi, sehingga akan mengubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik. Teknik mencatat mind mapping digunakan guru untuk membantu siswa dalam menulis catatan yang menarik, sehingga siswa gemar membaca dan belajar dari buku catatan yang telah mereka buat sendiri. Penggunaan teknik mencatat mind mapping juga dapat membantu siswa agar siswa dapat tertarik dalam pembelajaran, juga dapat mengembangkan kreatifitas imajinasi dan ingatan yang lebih lama dibanding hanya mencatat seperti biasa, dan itu tentunya akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang diajukan untuk penelitian ini adalah jika penggunaan teknik mencatat mind mapping dalam pembelajaran IPA dapat berjalan dengan efektif dan efesien, maka diduga atau ditafsirkan :

(15)

a. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning dan teknik mencatat mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 01 semester 1 tahun pelajaran 2016-2017.

b. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning dan teknik mencatat mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 01 semester 1 tahun pelajaran 2016-2017 dengan langkah-langkah menemukan masalah, mengumpulkan data, mengolah data, lalu membuktikan hasil penemuannya, lalu menarik kesimpulan atas pembelajarannya.

Referensi

Dokumen terkait

penggilingan pulp dapat dinyatakan sebagai CSF (Canadian Standar Freeness)  (Smook 1992; Kerekes 2004). 

Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses untuk mengembangkan produk-produk yang akan digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran, upaya ini untuk mengembangkan dan

Hasil analisis menunjukkan adanya pengaruh terhadap hasil belajar siswa yang menggunakan media pembelajaran online berbantuan google classroom, siswa juga sangat

Sementara komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat antara lain

Fasa arus dalam lilitan sekunder selalu berlawanan dengan arus primer, sehingga untuk tarif daya yang sama lilitan sekunder bisa dibuat dengan kawat yang lebih

- Nilai kualitas transformator dianalisis dengan metode Markov berdasarkan data hasil tes DGA, pengujian tegangan tembus, dan tahanan isolasi..c. Pembangkit Tenaga

Dalam penelitian ini uji validitas kuesioner menggunakan analisis faktor dengan program SPSS 16.0 karena untuk mengenali atau mengidentifikasi suatu set variabel

Jadi koordinat tersebut ditumpangtindihkan dengan basemap kesesuaian lahan perumahan hasil analisis spasial GIS menggunakan Autodeskmap di Kawasan Bandung Utara dan