• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK SIPIL TEKNIK ELEKTRO TEKNIK INFORMATIKA. Volume 11, Nomor 2, Juli 2015 ISSN : JUDUL PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNIK SIPIL TEKNIK ELEKTRO TEKNIK INFORMATIKA. Volume 11, Nomor 2, Juli 2015 ISSN : JUDUL PENELITIAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL PENELITIAN

SITROTIKA

TEKNIK SIPIL – TEKNIK ELEKTRO – TEKNIK INFORMATIKA

Volume 11, Nomor 2, Juli 2015 ISSN : 1693-9670

JUDUL PENELITIAN

1. Analisa Efektifitas Jalur Pejalan Kaki Pada Rencana Pengembangan Trotoar Dan

Landscape Jalan Siliwangi Tasikmalaya, Wendi Hendrina, Herianto, Nina Herlina.

2. Analisis Check Dam Sebagai Bangunan Pengendali Sedimen Pada Sungai Ciliung

Dengan Dua Alternatif Debit Banjir, Asep Kurnia Hidayat, Ivan Nurandi.

3. Analisis Potensi Oscilating Water Column (OWC) Sebagai Pembangkit Listrik

Tenaga Gelombang Laut, Abdul Chobir, Nurul Hiron, Empung.

4. Studi Jaringan Tegangan Rendah 380/220 V, Edvin Priatna, Ifkar Usrah, Anang

Sudarna.

5. Analisa Konservasi Energi Listrik Dengan Meningkatkan Kualitas Daya Listrik,

Sutisna, Nurul Hiron.

6. Pengaruh Bentuk Geometri Terhadap Kuat Tekan Paving Block, Yusep Ramdani,

Iman Handiman, Agus Widodo.

7. Redesign Bentuk Bangunan Di Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan, Indra

Mahdi

8. Teknologi Sms Pada Monitoring Lingkungan Dengan Wireless Sensor Network

(WSN) Asep Andang, Nurul Hiron, Nundang Busaeri.

9.

Rancang Bangun Sistem Informasi Manajemen Penjadwalan Sidang Kerja Praktek/

Tugas Akhir,

Yuki Rizki Adam Nugraha, Husni Mubarok, R. Reza El Akbar.

10. Mengukur Tingkat Kepuasan Penghuni Perumahan Menggunakan Cara Servqual,

Murdini Mukhsin.

11. Implementasi Sms Gateway Untuk Aplikasi Polling Sms Survey Pemilihan Bupati Di

Kabupaten Pangandaran, Acep Irham Gufroni, Cecep Muhamad Sidik R, Hendra

Pratama.

FAKULTAS TEKNIK

(2)

DAFTAR ISI

ANALISA EFEKTIFITAS JALUR PEJALAN KAKI PADA RENCANA

PENGEMBANGAN TROTOAR DAN LANDSCAPE JALAN SILIWANGI

TASIKMALAYA ... 1

ANALISIS CHECK DAM SEBAGAI BANGUNAN PENGENDALI

SEDIMEN PADA SUNGAI CILIUNG DENGAN DUA ALTERNATIF

DEBIT BANJIR ... 10

ANALISIS POTENSI OSCILATING WATER COLUMN (OWC)

SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GELOMBANG LAUT ... 18

STUDI JARINGAN TEGANGAN RENDAH 380/220 V ... 26

ANALISA

KONSERVASI

ENERGI

LISTRIK

DENGAN

MENINGKATKAN KUALITAS DAYA LISTRIK ... 35

PENGARUH BENTUK GEOMETRI TERHADAP KUAT TEKAN

PAVING BLOCK ... 43

REDESIGN BENTUK BANGUNAN DI KAWASAN PERMUKIMAN

KUMUH PERKOTAAN ... 48

TEKNOLOGI SMS PADA MONITORING LINGKUNGAN DENGAN

WIRELESS SENSOR NETWORK (WSN) ... 63

RANCANG

BANGUN

SISTEM

INFORMASI

MANAJEMEN

PENJADWALAN SIDANG KERJA PRAKTEK/ TUGAS AKHIR... 69

MENGUKUR TINGKAT KEPUASAN PENGHUNI PERUMAHAN

MENGGUNAKAN CARA SERVQUAL ... 76

IMPLEMENTASI SMS GATEWAY UNTUK APLIKASI POLLING SMS

(3)

48

REDESIGN BENTUK BANGUNAN DI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

Oleh:

Indra Mahdi

Email:

indramahdi2002@yahoo.com

Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Siliwangi Tasikmalaya

ABSTRAK

Kawasan Permukiman Perkotaan Bungursari merupakan salah satu kawasan permukiman kumuh di Kota Tasikmalaya. Kondisi permukiman kumuh di kawasan ini menunjukkan kondisi lingkungan permukiman yang memprihatinkan dengan ketersediaan sarana prasarana penunjang yang sangat minim padahal memiliki akses yang cukup dekat ke pusat kota. Untuk itu diperlukan penataan kawasan permukiman perkotaan yang memadai. Penelitian ini bertujuan untuk membuat siteplan kawasan permukiman kumuh di perkotaan di Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya. Analisis penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi secara deskriptif kualitatif mengenai karakteristik permukiman kumuh. Hasil penelitian ini berupa siteplan, rencana, dan strategi penataan kawasan permukiman kumuh perkotaan yang sesuai dengan kondisi kawasan perkotaan yang berkembang di Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya.

Kata Kunci: Siteplan, permukiman kumuh, perkotaan Tasikmalaya.

I. PENDAHULUAN

Pemukiman kumuh merupakan

masalah yang dihadapi oleh hampir semua kota besar di Indonesia bahkan kota-kota besar di negara berkembang lainnya. Telaah tentang permukiman kumuh (slum), pada umumnya mencakup tiga segi, pertama kondisi fisiknya, kedua

kondisi sosial ekonomi budaya

komunitas yang bermukim di

pemukiman tersebut, dan ketiga dampak oleh kedua kondisi

tersebut. Kondisi fisik tersebut antara lain tampak dari kondisi bangunannya yang

sangat rapat dengan kualitas konstruksi rendah, jaringan jalan tidak berpola dan tidak diperkeras, sanitasi umum dan drainase tidak berfungsi, serta sampah belum dikelola dengan baik.

Kawasan pemukiman kumuh

dianggap sebagai penyakit kota yang harus diatasi. Pertumbuhan penduduk

merupakan faktor utama yang

mendorong pertumbuhan permukiman,

sedang kondisi sosial ekonomi

masyarakat dan kemampuan pengelola

kota akan menentukan kualitas

(4)

49

Permukiman kumuh timbul karena penyebab dan kondisi yang

berbeda-beda. Perbedaan karakteristik

permukiman kumuh harus menjadi

pertimbangan dalam merumuskan

rencana penanganannya, Berdasarkan

perbedaan karakteristik dan

permasalahannya, maka dibutuhkan

pendekatan dan penanganan yang

berbeda. Ketidaktepatan dalam

pemilihan pola penanganan yang

mengacu pada tipologi permasalahan kumuh akan mengakibatkan kegagalan dalam penanganannya.

Permasalahan utama adalah bahwa Wilayah Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya merupakan salah satu titik kawasan permukiman kumuh yang berada perkotaan di Kota Tasikmalaya. Kondisi permukiman kumuh di Wilayah Kecamatan Bungursari sebenarnya sudah mendapat perhatian pemerintah dengan dilakukannya program penataan P2KP PNPM Mandiri yang juga sudah memberikan arahan penataan kawasan

permukiman kumuh.

Namun kenyataannya program tersebut kurang memberi hasil yang signifikan untuk perbaikan kawasan, karena kondisi sosial budaya penduduk perkotaan yang semakin berkembang.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan penataan terhadap kawasan permukiman kumuh di perkotaan di

Kecamatan Bungursari Kota

Tasikmalaya. Analisis penelitian

dilakukan dengan mengidentifikasi

secara deskriptif kualitatif mengenai karakteristik permukiman kumuh. Hasil nya adalah berupa siteplan kawasan permukiman kumuh perkotaan.

II. PERMUKIMAN KUMUH

Lingkungan

permukiman

kumuh

didefinisikan

sebagai

lingkungan

permukiman

yang

berpenghuni padat (melebihi 500

jiwa/ha), kondisi sosial dan ekonomi

rendah, jumlah rumah yang sangat

padat dan ukurannya di bawah

standar,

lingkungan

dan

tata

permukiman tidak teratur (bangunan

sementara dan acak-acakan tanpa

perencanaan), prasarana lingkungan

hampir tidak ada atau tidak memenuhi

persyaratan teknis dan kesehatan

(mck, air bersih, saluran buangan,

listrik, gang, lingkungan jorok dan

menjadi sarang penyakit), fasilitas

sosial kurang (sekolah, rumah ibadah,

balai pengobatan), serta dibangun di

atas tanah negara atau tanah milik

orang lain, dan di luar peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Keberadaan

permukiman

kumuh tidak bisa dilepaskan dari

(5)

50

keberadaan para pendatang (kaum

urbanisasi) yang merantau ke kota

untuk mendapatkan pekerjaan guna

memperoleh penghasilan. Adanya

urbanisasi ke kota tiap tahun tidak

pernah

menurun

jumlahnya.

Terjadinya arus urbanisasi ke kota

disebabkan oleh dua hal yaitu

kondisi-kondisi

yang

mendorong

terjadinya urbanisasi dan

kondisi-kondisi daya tarik kota.

Kondisi-kondisi yang mendorong terjadinya

urbanisasi ke kota adalah terjadinya

kemiskinan di pelosok pedesaan.

Kemiskinan itu dikarenakan tidak

tersedianya lapangan kerja yang

layak,

terdesaknya

kegiatan

masyarakat desa oleh produksi pabrik

berskala besar, terbatasnya lahan

persawahan

yang

bisa

digarap

sementara jumlah angkatan kerjanya

terus meningkat dan membutuhkan

saluran.

Kondisi-kondisi

yang

menjadi daya tarik kota adalah di kota

merupakan

pusat

perdagangan,

tersedianya berbagai jenis pekerjaan,

tersedianya sarana dan prasarana

yang memadai.

III. GAMBARAN UMUM

WILAYAH

Kondisi Fisis Wilayah

Secara administratif Kecamatan

Bungursari merupakan salah satu

Kecamatan di wilayah Kota Tasikmalaya

dan merupakan pemekaran dari

Kecamatan Indihiang. Secara geografis

Kecamatan Bungursari Kota

Tasikmalaya memiliki batas-batas

wilayah, sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Kecamatan

Cisayong Kabupaten Tasikmalaya

- Sebelah Selatan : Kecamatan

Mangkubumi Kota Tasikmalaya

- Sebelah Timur : Kecamatan

Cihideung Kota Tasikmalaya

-

Sebelah Barat :Kecamatan

Padakembang

Kabupaten

Tasikmalaya

Luas wilayah Kecamatan Bungursari adalah 1436,33 Ha yang terdiri dari 7 Kelurahan, yaitu Kelurahan Sukamulya, Kelurahan Sukajaya, Kelurahan Bantarsari, Kelurahan Sukarindik, Kelurahan Cibunigeulis, Kelurahan Bungursari, Kelurahan Sukalaksana.Dilihat dari segi geografis Kecamatan Bungursari terletak di sebelah Barat Kota Tasikmalaya dengan jarak dari pusat Kota Tasikmalaya ke pusat Kecamatan Bungursari adalah ± 5 km, dan memiliki ketinggian dari permukaan laut ± 375 meter.

Gambar 1. Peta Kecamatan Bungursari

(6)

51

Kondisi Demografis

Dari hasil penelitian diketahui bahwa jumlah penduduk Kecamatan Bungursari adalah 47.670 jiwa dan luas wilayahnya adalah 1.436,33 Ha, jadi kepadatan penduduknya adalah 332 jiwa/km ²

Sementara itu kepadatan penduduk fisiologis di Kecamatan Bungursari adalah 539 jiwa tiap satu km² pertanian.

Kepadatan penduduk fisiologis di

Kecamatan Bungursari akan semakin

tinggi (padat) seiring dengan

bertambahnya jumlah penduduk yang pada akhirnya akan mempersempit lahan pertanian. Penduduk di Kecamatan Bungursari dikelompokan berdasarkan penggolongan usia produktif, yaitu usia belum produktif (0 – 14 tahun) sebanyak 12031 jiwa; usia produkitf (15 – 64 tahun) sebanyak 32470 jiwa; dan usia tidak produktif (65 tahun keatas) sebanyak 3169 jiwa.

Tingkat pendidikan di Kecamatan

Bungursari berada pada tingkat

pendidikan sedang, yaitu dengan

persentase penduduk tidak pernah/tidak tamat SD dan hanya tamat SD yaitu sebesar 60% dan masyarakat yang berpendidikan SMP sampai Perguruan Tinggi S2sebesar 37,1%. Penduduk di Kecamatan Bungursari pada umumnya memiliki mata pencaharian sebagai buruh

(19,9%), wiraswasta/pedagang (14,4%) dan beragam mata pencaharian yang lainnya. Masyarakat yang bermata pencaharian petani cukup banyak dari persentase masyarakat. Selain itu masih banyak juga jenis mata pencaharian yang

lain. Kondisi ini menggambarkan

heterogenitas mata pencaharian yang menjadi ciri khas masyarakat kota.

Potensi Kawasan

 Merupakan Kawasan Strategis Perkotaan;

 Merupakan Kawasan yang

Memberikan Perlindungan

terhadap Kawasan Bawahannya;  Merupakan Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya;

 Merupakan Kawasan Lindung Geologi;

 Merupakan Kawasan

Minapolitan;

 Merupakan Kawasan

Pergudangan;

 Terdapat sumber mata air dari bukit-bukit sekitar;

 Potensi Perikanan di Kelurahan

Cibunigeulis, Sukalaksana,

Bungursari dan Sukarindik;  Potensi ekonomi dari kegiatan

(7)

52

Permasalahan Kawasan

 Pertambahan jumlah penduduk tinggi yang dapat mendorong kebutuhan

lahan permukiman yang dapat

mengakibatkan tingginya konversi lahan pertanian/perkebunan potensial;  Pertambangan bahan galian C di bukit-bukit tanpa disertai reklamasi

mengakibatkan kerusakan

lingkungan;

 Eksploitasi bukit-bukit sebagai

potensi resapan sumber mataair;

 Pembangunan perumahan tanpa

perencanaan yang matang pada lahan-lahan konservasi;

 Kepadatan penduduk yang tinggi di beberapa lokasi, yang mendorong tumbuhnya kawasan permukiman, sementara harga lahan perkotaan tinggi, mengakibatkan munculnya permukiman kumuh terutama di kelurahan yang padat penduduk.

 Belum optimalnya ketersediaan

sarana dan prasarana permukiman

perkotaan, misalnya sistem

drainase/pembuangan limbah yang sangat tidak memadai.

IV. ANALISIS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH

Gambar 2. Lokasi Kecamatan Bungursari

Karakteristik Umum Permukiman Kumuh Kecamatan Bungursari

Permukiman kumuh adalah permukiman

yang tidak layak huni karena

ketidakteraturan bangunan, tingkat

kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Ciri-ciri utama:

1. Kepadatan penduduk dan tata

bangunan sangat tidak teratur dan tidak permanen

2. Jalan lingkungan sempit tidak dapat dilalui roda empat;

3. Fasilitas drainase sangat tidak memadai;

4. Fasilitas pembuangan air kotor sangat minim;

5. Fasilitas penyediaan air bersih sangat minim;

6. Rawan terhadap penularan penyakit akibat kepadatan tinggi dan minimnya sarana prasarana kebersihan;

7. Kepemilikan hak atas lahan seringkali tidak legal dan luasan yang sempit.

(8)

53

Permukiman tidak layak huni, tingkat kepadatan tinggi, dan kualitas bangunan rendah, serta sarana-dan prasarana tidak memenuhi syarat.

Perumahan tidak layak huni

Perumahan kepadatan tinggi

Kualitas bangunan rendah

Prasarana tidak memenuhi syarat

Gambar 3. Karakteristik Permukiman Kumuh

Kondisi Pemukiman secara kualitas

 bahan bangunan terdiri dari kayu, bambu dan tembok dengan kualitas sangat rendah dan usang;

 tidak terdapat pembuangan

sampah;

 rumah berdekatan dengan

kandang peliharaan warga.  atap bangunan rumah berbahan

genting tanah liat dengan

kualitas rendah dan bertambalan;  bangunan rumah memiliki lantai yang rusak bahkan terdapat rumah yang tidak memiliki lantai beralas/ lantai langsung berupa tanah;

 ukuran bangunan rumah relatif kecil rata-rata 3 x 4 m2, sehingga fasilitas setiap ruangan untuk beraktivitas keluarga tidak layak.

 tidak memiliki ruangan

kelengkapan rumah dengan jelas yaitu: ruang tamu, dapur, dan ruang tidur berada pada satu ruangan;

 terdapat banyak rumah yang tidak layak huni.

(9)

54

Kondisi permukiman secara kuantitas/kepadatan

 Antar rumah penduduk saling berhimpitan tanpa batas sehingga terlihat hanya satu rumah padahal terdiri dari banyak rumah warga;  Ukuran bangunan rumah yang kecil

kurang lebih hanya 3 x 4 m2 menyebabkan jumlah rumah warga cukup banyak;

 Rumah warga pada umumnya tidak memiliki halaman rumah namun langsung berbatasan dengan jalan umum atau selokan dengan jarak 50 cm, sehingga jumlahnya sangat padat dan terlihat kumuh;

 jumlah rumah kumuh berdekatan dengan jalur parit/selokan.

 Terdapat beberapa rumah yang berada diatas kolam ikan dengan konsisi air yang kotor dan berbau.

Kondisi sanitasi lingkungan

 Tidak teraturnya sanitasi

lingkungan;

 sumber air untuk kebutuhan domestik didapat dari sumber mata air yang berdekatan dengan kolam

pembuangan sehingga

memungkinkan air meresap;

 Warga tidak memiliki kamar mandi sendiri di setiap rumahnya;

 Satu kamar mandi di pakai lebih dari 5 KK;

 Saluran pembuangan kotoran dan air pembuangan dari kamar mandi tidak teratur dan langsung disalurkan ke parit terdekat;

 Warga memanfaatkan air kolam untuk aktivitas mencuci dan lainnya;  Kondisi bangunan kamar mandi yang

tidak layak pakai.

Kondisi jalan lingkungan

 Kondisi jalan lingkungan sangat sempit;

 atribut jalan tidak lengkap, (tidak adanya lampu penerang jalan, untuk aktivitas kendaraan sangat kurang memadai;

 kondisi jalan yang tidak

beraspal;

 jalan berlubang dan

bergelombang. 

Kondisi saluran pembuangan air hujan dan saluran air limbah

 kondisi pembuangan air hujan sangat tidak memadai dengan ukuran kurang lebih 50 cm;  saluran air limbah rumah tangga

warga langsung didistribusikan ke parit atau kolam ikan;

 selokan/parit saluran air hujan terdapat banyak sampah;

 sampah menghalangi jalur

pembuangan air hujan dan saluran air limbah;

(10)

55

V. PENATAAN KAWASAN

PERMUKIMAN KUMUH

5.1. Tata Guna lahan

Pengaturan pemanfaatan lahan dan jarak antar bangunan merupakan suatu tahapan yang harus dilakukan dalam proses penyusunan aturan teknis zonasi, dimana disetiap ketentuan pembangunan

perumahan akan dibagi sesuai

peruntukan.

Blok peruntukan merupakan

sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan fisik yang nyata (seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, saluran udara tegangan (ekstra) tinggi, pantai, dan lain-lain), maupun yang belum nyata (rencana jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota). Di dalam tahapan

penentuan pemanfaatan lahan dan

atauran jarak bangunan dan aturan kegiatan di dalam peruntukan. Tahapan

evaluasi ini dilakukan untuk

mempemudah serta mengkaji ulang seluruh kawasan didalam penataan kawasan pembangunan di Kelurahan Bantarsari Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya yang menjadi kawasan perencanaan penataan adalah di RW 04, RW 06, RW 12, dan RW 14. Berikut Tabel pemanfaatan Tata Guna Lahan.

Tabel

1.

Tata

Guna

Lahan

Kecamatan Bungursari

Sumber : Hasil Analisis 2014

Jika dari luasan atauran tata

banguna dengan koefisien dasar

bangunan 40 %, koefisien lantai bangunan maksimal 2 lantai, koefisien dasar hijau 60 %. Dengan pendekekatan skenario penataan tata letak bangunan

dengan model land sharing atau

konsilidasi tanah, kawasan permukiman kumuh dapat di ilustrasikan dengan site plan kawasan (misal kawasan kumuh di RW 04) sebagai berikut:

Gambar 4. Citra Satelit Lokasi Permukiman di Kelurahan Bantarsari Intensitas Jumlah Lantai Tinggi Bangunan Maksimu m Sky exp KDB (%) KL B KDH (%) Jarak Antar Bangunan 40 2 60 1-3 m 2 9 45

Peruntukan lahan : Pemanfaatan Tata Guna Lahan berupa permukiman dengan Jenis rumah dan fasilitas:

Rumah Tinggal, Rumah tinggal beraksesoris, Fasilitas Umum dan Sosial, Kawasan Lindung, Kawasan Pertanian dan Perkebunan.

(11)

56

Gambar 5. Gambar Ilustrasi Penataan

Permukiman di RW 04 Kelurahan Bantarsari

Gambar 6. Gambar Ilustrasi Penataan Permukiman di RW 012 Kelurahan

Bantarsari

Gambar 7. Gambar Ilustrasi Penataan Permukiman di RW 014 Kelurahan

Bantarsari

Gambar 8. Gambar Ilustrasi Penataan Permukiman di RW 06 Kelurahan

Bantarsari

5.2. Rencana Prasarana Jaringan

Jalan

Jalan adalah Jalan adalah suatu prasarana perhubungan dalam bentuk apapun, meliputi segala bagian jalan,

termasuk bangunan pelengkap dan

perlengkapannya, yang diperuntukkan bagi lalu lintas. Hirarki prasaran jalan yang ada pada wilayah kajian Prioritas terdiri dari Jalan Lingkungan, dan Jalan Setapak. Jalan Lingkungan merupakan jalan yang menghubungkan antar hunian di kawasan perencanaan, serta merupakan jalan yang diperuntukan untuk pejalan kaki dan dapat dilalui oleh kendaraan roda dua. Jalan lingkungan umumnya dimiliki oleh jalan-jalan yang terdapat pada wilayah permukiman. Hal tersebut guna memudahkan ruang bagi pejalan kaki, khususnya untuk menuju permukiman. Sedangkan ukuran lebar jalan lingkungan

(12)

57

yang akan dirancang yaitu 1-2 meter dengan perkerasan menggunakan paving block atau rabat beton.

Gambar 9. Gambar Ilustrasi Perbaikan Jalan Lingkungan

5.3. Rencana Drainase dan Saluran Air Kotor

Saluran air dan drainase sangat

diperlukan dalam suatu kawasan.

Disamping untuk menjaga kelestarian lingkungan, keberadaan saluran air dan drainase juga sangat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat setempat. Adanya penataan saluran air dan drainase yang baik, lingkungan disekitarnya tidak akan tercemari dan terganggu. Selain itu, keindahan lingkungan pun dapat tetap terjaga dengan baik. Dalam rencana

pengembangan Kawasan, dibuat

pemisahan antara saluran air kotor atau limbah dengan saluran drainase yang menyalurkan air hujan. Untuk saluran

drainase di kawasan perencanaan

semuanya direncanakan dengan ukuran yang sama yaitu lebar 30 cm dan tinggi 30 cm.

Sedangkan dalam perencaanaan

saluran air kotor untuk untuk

permukiman di kawasan prioritas

adalah dengan menggunakan saluran

tertutup yang juga ditempatkan di

sepanjang

jaringan

jalan

dan

disesuaikan dengan jalura jalan

lingkungan

yang

ada

di

area

permukiman tersebut. Jenis sistem

yang

akan

digunkan

dalam

perencanaan saluran air kotor

berupa sistem perpipaan. Pipa yang

dipakai terbuat dari PVC, PVC

merupakan material yang tak karat

dan lebih mudah perawatan maupun

perbaikannya jika terjadi kerusakan,

biaya/harga PVC pun lebih murah.

Gambar 10. Gambar Ilustrasi Perbaikan Drainase dan Saluran Air kotor

(13)

58

Adapun pengembangan sistem

pengelolaan air limbah meliputi:

a. Pengelolaan air limbah domestik dilakukan dengan sistem septictank. b. Pengolahan air limbah rumah tangga dengan sistem septictank komunal, baik dari MCK umum maupun MCK rumah

Gambar 11. Ilustrasi Septictank Komunal

Sementara itu konsep yang dapat

digunakan untuk menangani

permasalahan permbuangan air hujan di

perkotaan adalah dengan konsep

ekodrainase. Ekodrainase dimana air hujan tidak secepatnya dialirkan menuju sungai namun diresapkan atau ditampung terlebih dahulu. Hal ini dapat dilakukan dengan membangun sumur resapan dan kolam retensi. Selain itu, konsep ekodrainase juga dapat dilaksanakan secara terintegrasi dengan penanganan sampah dan air limbah yang bertujuan memulihkan dan meningkatkan kualitas air saluran drainase perkotaan dari pencemaran yang disebabkan oleh

sampah atau air limbah yang masuk ke dalam saluran drainase. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk dapat

meningkatkan kualitas air yaitu

pemasangan trash rack di saluran drainase, proses bioremediasi, serta kegiatan 3R (reduce, reuse, dan recycle)

dan SANIMAS (Sanitasi Berbasis

Masyarakat) di daerah tangkapan

drainase.

Gambar 12. Ilustrasi

Ekodrainase

5.4.Rencana Prasarana

Persampahan

Saat ini, sistem persampahan di kawasan perencanaan belum dapat dikatakan baik. Pengelolaan sampah rumah tangga masih dilakukan sendiri dengan cara tradisional yaitu membakar sampah di pekarangan rumah. Pada

(14)

59

kawasan ini tidak terdapat satu buah pun tempat pembuangan sampah. Untuk itu dalam perencanaan, akan dibuat 1 buah tempat penampungan atau pembuangan sampah sementara, yang kemudian tempat penampungan sampah tersebut

dapat dipindahkan ke tempat

pembuangan akhir. Solusi dalam

permasalahan persampahan ini, untuk

kawasan perencanaan dalam

perencanaan perancangannya akan

dibangun tempat sampah individual di rumah masing-masing/bangunan lainnya dengan ukuran minimal 0.24 m³ serta membangun sebuah TPS yang dapat menampung sampah sebanyak 11,52 m³/hari ³. Penempatan TPS sebaiknya tidak mengganggu aktivitas penduduk sehari-harinya dan mempertimbangkan hal berikut ini :

a) Tidak mengambil lahan trotoar

(kecuali bagi wadah sampah

pejalan kaki)

b) Tidak dipinggir jalan protokol

(untuk perumahan)

c) Sedekat

mungkin

dengan

sumber sampah

d) Tidak mengganggu pemakai

jalan atau sarana umum

lainnya

Di tepi jalan besar, tidak

mengambil

badan

jalan

ataupun pejalan kaki pada

suatu lokasi yang mudah

untuk

pengoperasiannya

(untuk pejalan kaki dan daerah

komersial)

Rencana

pengembangan

sistem

persampahan meliputi:

a. Pengembangan

program

pengelolaan sampah secara

berkelanjutan

dengan

mengembangkan

Tempat

Pengolahan Sampah Terpadu

(TPST) di setiap lingkungan

RW;

b. Pengembangan

sistem

pengangkutan

sampah

lingkungan;

c. Mengembangkan

dan

menerapkan

model

pengelolaan

sampah

3R

(reuse, reduce, recycle);

d. Mengembangkan

sistem

pengolahan

sampah

di

masyarakat, misalnya dengan

bank sampah

(15)

60

Gambar 13. Ilustrasi Penanganan

Persampahan

5.5.Rencana Perbaikan

Permukiman Kawasan

Prioritas

Dalam

pembangunan

di

Kawasan perencanaan ditetapkan

ketentuan

pembangunan

pembangunan

yang

meliputi

batasan-batasan

pembangunan.

Dalam

batasan-batasan

pembangunan dimaksudkan agar

pembangunan yang

dilakukan

dapat

diarahkan

dengan

baik

dan

tetap

mempertahankan

ciri

khas

Kawasan Kawasan Prioritas, baik

itu dalam sisi fisiknya maupun

dalam sisi masayarakat dan

lingkungannya. Selain itu di

kembangan strukur bangunan

yang

tahan

gempa

agar

mengurangi tingkat kerusakan

apabila suatu hati akan terjadi

gempa bumi.

Gambar 14. Gambar Ilustrasi Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni

5.6. Rencana Penyediaan Sarana

Fasilitas Umum

Keberadaan sarana fasilitas umum

biasanya

dibutuhkan

sebagai

penunjang berlangsungnya aktifitas

manusia,

baik

bagi

masyarakat

setempat

maupun

pengunjung.

Fasilitas Umum biasanya sudah

menjadi bagian penting apabila

(16)

61

sangat dibutuhkan aktivitas manusia

sehari-hari.

Dalam

perencanaan

Kawasan Prioritas, direncanakan pula

penyedian sarana kamar mandi umum

dengan

konsep

MCK

(mandi,Cuci,kakus), balai pertemuan

taman dan lain lain. Untuk

pembangunan MCK agar diletakkan

di tempat strategis yaitu dekat

pemukiman dan sumber air bersih.

Salain itu dapat juga membuat

sanggarbangunan

yang

berfungsi

sebagai kegaitan sosial di masyarakat.

Gambar 15. Gambar Ilustrasi

Perbaikan MCK Umum

5.7. Rencana Ruang Terbuka

Taman lingkungan yang berada di susun merupakan ruaang terbuka untuk kegiatan dan sebagai pusat kegiatan

masyarakat sekitar.

Komponen-komponen yang berada di taman lingkungan yaitu kursi taman yang terbuat dari kayu-kayu yang berbentuk bulat dan persegi panjang, lampu taman, telepon umum, dan dihiasi oleh tanaman-tanaman vegetasi seperti pohon palem, bunga lili, cemara, ros putih, dan euphorbia. Dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 16. Gambar Ilustrasi

Perbaikan Ruang Terbuka Hijau

Gambar 16. Gambar Ilustrasi

Perbaikan Ruang Terbuka Hijau

(17)

62

Dengan menggunakan

prinsip-prinsip penataan tersebut diharapkan

pada

tahun

2020

Kecamatan

Bungursari bebas dari kawasan

permukiman kumuh. Berikut ini

adalah

ilustrasi

karakteristik

permukiman

setelah

penataan

permukiman kumuh di Kecamatan

Bungursari Kota Tasikmalaya yang

diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Branch,

Melville

C.

(1995).

Perencanaan

Kota

Komprehensif : Penerjemah Ir.

Bambang Hari Wibisono MUP

MSc,

Budiharjo. Eko. (1991). Arsitektur

dan

Kota

di

Indonesia.

Yogyakarta:

Gajah

Mada

University Press.

Catanese, A. J. (1979). History and

Trends of Urban Planning. In

Introduction to Urban Planning

edited by Anthony J. Catanese

dan James C.Snyder. New

York: McGraw Hill.

Chapin. F.S. (1972). Urban Land Use

Planning. Urbana: University

of Illinios. Yogyakarta: Gajah

Mada University Press.

Ching, DK. (2000). Arsitektur:

Bentuk, Ruang dan Tatanan.

Jakarta: Erlangga.

Danisworo,

M.

(1999).

Teori

Perancangan

Urban.

Bandung: ITB.

Dunn. William N. (1999). Analisis

Kebijakan Publik. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Etzioni-Halevy. Eva. (1981). Social

Change:

The Advent

and

Maturation of Modern Society.

London: Routledge & Kegan

Paul.

Lynch. Kevin. (1973). The Image of

the City. London-England: The

MIT Press

(18)

Gambar

Gambar 1. Peta Kecamatan  Bungursari
Gambar 2. Lokasi Kecamatan  Bungursari
Gambar 3. Karakteristik Permukiman  Kumuh
Tabel  1.  Tata  Guna  Lahan  Kecamatan Bungursari
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kerja sama tersebut, Balai Bahasa Sulawesi Selatan berperan sebagai Perpanjangan tangan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan

HASIL PENELITIAN JUGA MENUNJUKAN BAHWA IBU YANG BEKERJA MEMPUNYAI TINGKAT PEGETAHUAN YANG LEBIH BAIK DARI IBU YANG TIDAK BEKERJA, KARENA IBU YANG BEKERJA BANYAK MEMILIKI

Penelitia n ini akan m engem ba ngkan m aterial berup a m em bran hidrogel nanokitosan berbentuk lem baran tipis yang a kan digunakan untuk m enutupi perm ukaan kawat

48 Beberapa contoh kelainan kongenital yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan non invasive (ultrasonografi) pada midtrimester kehamilan adalah hidrosefalus dengan atau tanpa

Cacat yang paling sering sering dilaporkan, tanpa memandang apakah ibu mendapat obat atau tidak adalah sumbing orofasial dan penyakit jantung kongenital.... Hanson dan Smith,

2) Guru memaparkan materi yang berkaitan dengan mutasi, serta macam macam mutasi. 3) Siswa memahami pengertian mutasi, serta macam - macam mutasi gen. 4) Guru memberikan

6 menggunakan ekstrak etil asetat biji alpukat (Persea americana Mill.) 3,25 gram terhadap Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes menunjukkan adanya

Mengkaji pengaruh karakteristik sosial ekonomi petani terhadap tingkat penerapan petani dalam sistem pertanian berkelanjutan pada budidaya padi sawah di Kecamatan