• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAYA HAMBAT ANTIBAKTERI PROPOLIS Trigona leaviceps YANG BERASAL DARI NAGARI ANDALEH KECAMATAN BATIPUH KABUPATEN TANAH DATAR SUMATERA BARAT ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAYA HAMBAT ANTIBAKTERI PROPOLIS Trigona leaviceps YANG BERASAL DARI NAGARI ANDALEH KECAMATAN BATIPUH KABUPATEN TANAH DATAR SUMATERA BARAT ABSTRACT"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

DAYA HAMBAT ANTIBAKTERI PROPOLIS Trigona leaviceps YANG BERASAL DARI NAGARI ANDALEH KECAMATAN BATIPUH

KABUPATEN TANAH DATAR SUMATERA BARAT

Rilla Elvandar1, Mades Fifendy2, Yosmed Hidayat2 1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2

Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat elvandarr@yahoo.com

ABSTRACT

Propolis is an adhesive material derived from buds, plant skin or resin plant parts. Propolis is collected by worker bees to strengthen nest structures. propolis has another role in the field of health one of them as antibacterial because propolis contains flavonoids and fenolid that can damage bacterial tissue. Every Propolis has different composition in each region depending on plant vegetation in the area and others . The study aims to determine the inhibitory effects of antibacterial propolis T. laeviceps at Nagari Andaleh Batipuh districtS Tanah Datar District of West Sumatra. The research was conducted in May 2017 at the Microbiology Laboratory of Padang State University. This research is an experimental research using Completely Randomized Design (RAL) which consists of 6 treatments that are 10%, 15%, 20%, 25%, 30% and 3 repetitions. The treatments for this study using propolis extract Trigona laeviceps with several different concentrations. The data was processed with Analysis Of Variance (ANOVA) then continued with BNT test. The Results showed T. laevicep propolis extract has the ability to inhibit bacterial growth test with an average diameter zone of inhibition for each concentration of the bacteria E. coli was 9.9 mm, 10 mm, 12 mm, 12.5 mm, 13.9 mm, and 14 mm by 13.9 mm positive control, while the S. aureus bacteria obtained inhibition zone 9.8 mm, 12.9 mm, 13 mm, 13.6 mm, and 14.6 mm with a positive control of 14.2 mm. Based on the results of this study concluded that T. laevicep propolis extract can inhibit the growth of E. coli and S. aureus as well as the best antibacterial activity in inhibiting the growth of bacteria at a concentration of 30%.

Keywords : Trigona, Propolis, Antimikroba, Antibakteri. PENDAHULUAN

Lebah sudah dikenal sejak zaman kuno dengan produksinya sebagai obat penyembuh. Selain madu, bahan yang dihasilkan lebah adalah propolis. Propolis merupakan bahan perekat yang bersifat resin

yang dikumpulkan oleh lebah pekerja dari kuncup, kulit tumbuhan, atau bagian-bagian lain dari tumbuhan (Sihombing, 1997). Propolis memiliki fungsi yang unik bagi lebah. Propolis dapat memperkuat stabilitas struktural sarang lebah,

(2)

2 mengurangi getaran yang berasal dari luar sarang, melindungi sarang lebah dengan cara menambal calah-celah yang rusak, mencegah parasit dan penyakit masuk ke dalam sarang, serta mencegah pembusukan dalam sarang (Tim Karya Tani, 2010). Selain itu propolis juga memiliki peranan dalam bidang kesehatan. Susunan kimia propolis sangat kompleks, mengandung zat aromatik, dan berbagai mineral.

Propolis juga memiliki beberapa komponen lain seperti zat besi dan seng, vitamin A, B kompleks, C, D, E, Biotin, Bioflavonoid, Glukosa. Propolis juga sudah digunakan dalam berbagai obat dalam industri farmasi, antara lain untuk obat luka, dalam tapal gigi, dan luka usus. Hal ini sangat memungkinkan karena di dalam propolis terdapat zat bakterisida, bakteriostatik, dan memiliki antibiotik (Tim Karya Tani, 2010)

Propolis salah satu bagian sarang lebah yang berasal dari tumbuhan. Propolis diambil oleh lebah pekerja dari getah tumbuhan sebagai pelengkap sarangnya. Kaal 1991 dalam Cindrakori (2015)

menjelaskan bahwa kandungan resin pada propolis berkisar antara 50-55%, sedangkan Sarwono (2001) menyatakan bahwa kandungan resin pada propolis berkisar 45-50%, berarti kandungan resin dalam propolis cukup tinggi. Menurut Sihombing (1997) propolis memiliki komposisi yang berbeda-beda yang berkaitan dengan tumbuhan asalnya. Pernyataan ini menunjukkan bahwa jenis tumbuhan yang hidup disekitar lebah dapat mempengaruhi jumlah resin, dengan adanya perbedaan kandungan resin pada propolis akan dapat mempengaruhi kualitas dari propolis itu sendiri. Resin memiliki beberapa kandungan diantaranya flavonoid, asam fenolat, dan ester (Franz 2010 dalam Yusuf, 2016). Menurut Sabir (2005) flavonoid propolis yang terkandung dalam

Trigona sp menunjukkan adanya

kemampuan menghambat

pertumbuhan Streptococcus mutans. Berbagai penelitian tentang pengujian kualitas propolis telah dilakukan seperti yang dilaporkan oleh Hasan (2006) bahwa propolis yang dikoleksi di Pandeglang Banten dapat digunakan sebagai senyawa

(3)

3 antibakteri, baik bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif. Hasil uji menunjukkan bahwa ekstrak propolis mampu menghambat pertumbuhan Staphilococcus aureus,

Bacillus subtilis dan Escherichia coli. Aktifitas antibakteri propolis

juga dapat dipengaruhi oleh konsentrasi propolis dalam larutan uji. Hasan (2006) melaporkan adanya aktifitas antibakteri yang berbeda-beda untuk setiap konsentrasi propolis yang diujikan. Propolis dihasilkan oleh berbagai jenis lebah salah satunya adalah Trigona sp.

Budidaya lebah Trigona sp. sudah banyak diterapkan oleh masyarakat salah satu daerah budidaya Trigona seperti di Sumatera Barat adalah Nagari Andaleh kecamatan Batipuh kabupaten Tanah Datar. Pada daerah ini jenis lebah yang dibudidayakan adalah Trigona leaviceps. Namun belum ada laporan yang menjelaskan kemampuan antibakteri dari propolis yang terdapat di daerah ini. Sehingga perlu diadakan kajian. Padahal propolis Trigona leaviceps yang ada di daerah ini memiliki peluang untuk dikembangkan.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bertujuan Untuk mengetahui daya hambat antibakteri propolis T. laeviceps Nagari Andaleh kecamatan Batipuh kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat terhadap E.

coli dan S. aureus dan untuk

mengetahui aktifitas antibakteri terbaik propolis T. leaviceps yang berasal dari Nagari Andaleh kecamatan Batipuh kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat terhadap E.

coli dan S. aureus.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei-Juli tahun 2017. Uji daya hambat bakteri dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Padang.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 6 perlakuan dan 3 kali pengulangan. Perlakuan berupa ekstrak propolis

Trigona leaviceps, pada beberapa

konsentrasi. Adapun yang diujikan dalam penelitian ini adalah: kontrol Amoxilin 10% (Kontrol Positif), konsentrasi ekstrak propolis 10%,

(4)

4 konsentrasi ekstrak propolis 15%, konsentrasi ekstrak propolis 20%, konsentrasi ekstrak propolis 25%, konsentrasi ekstrak propolis 30%

Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan ini dilakukan dengan metode cakram (difusi agar) yaitu kertas cakram direndam selama 30 menit dalam masing-masing konsentrasi propolis. 7 ml NA diambil dan dimasukan ke dalam cawan petri yang telah disterilisasi, setelah medium NA beku dimasukkan 1 ml biakan bakteri E.

coli diinokulasi pada permukaan

medium NA yang ada pada cawan petri dengan menggunakan pipet tetes di dekat api bunsen. Kemudian gunakan drill glass untuk menggunkan bakteri di atas media yang telah beku. Kertas cakram yang telah direndam dalam larutan dengan masing-masing perlakuan selama 30 menit di oleskan sedikit di dinding cawan petri lalu diletakkan ditengah medium NA menggunakan pinset steril. Kemudian cawan petri ditutup dan dibungkus dengan plastik wrap disekelilingnya cawan perti dan penutupnya agar udara tidak dapat

keluar masuk. Inkubasi medium selama 24 jam sampai 48 jam pada suhu 37oC. Setelah inkubasi, dilakukan pengukuran zona hambat disekeliling kertas cakram menggunakan jangka sorong. Prosedur yang sama dilakukan pada bakteri S. aureus.

Pengamatan

Setelah biakan diinkubasi selama 24-48 jam maka dilihat ada atau tidaknya zona bening yang terbentuk pada permukaan agar. Jika terbentuk zona bening maka sampel propolis dinyatakan positif dapat menghambat pertumbuhan E.coli dan

S.aureus. Pengukuran zona bening

tersebut menggunakan jangka sorong dengan tiga daerah pengukuran, setelah itu dilakukan perbandingan hasil rata-rata diameter zona bening yang terbentuk untuk masing-masing konsenterasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil pengujian ekstrak propolis Trigona leaviceps pada beberapa konsentrasi uji

(5)

5 menunjukkan adanya zona hambat terhadap pertumbuhan Escherichia

coli dan Staphyloccus aureus, hal ini

dapat dilihat dari rata-rata diameter

zona hambat yang terbentuk pada sekitar kertas cakram seperti pada Tabel 4 dan 5.

Tabel 1. Rata-rata diameter zona hambat yang terbentuk pada masing-masing perlakuan ekstrak T. leaviceps terhadap bakteri E. coli.

Perlakuan Rata-rata diameter

zona hambat (mm) Notasi

F= Ekstrak Propolis 30% 14 a A= Kontrol Amoxicillin 10% 13,9 a E= Ekstrak Propolis 25% 12,5 b D= Ekstrak Propolis 20% 12 c C= Ekstrak Propolis 15% 10 d B= Ekstrak Propolis 10% 9,9 d

Ket: Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda, berbeda nyata pada taraf α 5% menurut Uji Beda Nyata (BNT).

Pada Tabel 1. diketahui daya hambat ekstrak propolis T. leaviceps terhadap E. coli pada konsentrasi 10% memiliki diameter zona hambat 9,9 mm, sedangkan konsentrasi ekstrak propolis konsentrasi 15% memiliki diameter zona hambat adalah 10 mm dan konsentrasi ekstrak propolis 20% memiliki diameter zona hambat adalah 12 mm. Konsentrasi 25% diameter zona

hambat adalah 12,5 mm, sedangkan kotrol Amoxicillin 10% diameter zona hambat adalah 13,9 mm dan perlakuan F (konsentrasi 30%) rata-rata zona hambat adalah 14 mm. Masing-masing perlakuan memiliki notasi yang berbeda-beda.

Gambar zona hambat ekstrak Propolis Trigona leaviceps terhadap pertumbuhan E. coli dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

(6)

6

Gambar 2. Zona hambat yang terbentuk pada medium NA, yang telah di inokulasi bakteri E. coli (A) zona hambat, (B) kertas cakram yang telah diberi perlakuan ekstrak propolis.

Tabel 2. Rata-rata diameter zona hambat yang terbentuk pada masing-masing perlakuan ekstrak Trigona leaviceps terhadap bakteri Staphycoccus aureus.

Perlakuan Rata-rata diameter zona

hembat (mm) Notasi F= Ekstrak Propolis 30% 14.6 a A= Kontrol Amoxicillin 10% 14.2 a E= Ekstrak Propolis 25% 13.6 b D= Ekstrak Propolis 20% 13 c C= Ekstrak Propolis 15% 12.9 c B= Ekstrak Propolis 10% 9.8 d

Ket: Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda, berbeda nyata padataraf α 5% menurut Uji Beda Nyata (BNT).

Pada Tabel 2. diketahui daya hambat ekstrak propolis T. leaviceps terhadap S. aureus pada konsentrasi 10% memiliki diameter zona hambat 9,8 mm, sedangkan konsentrasi ekstrak propolis konsentrasi 15% memiliki diameter zona hambat adalah 12,9 mm dan konsentrasi ekstrak propolis 20% memiliki diameter zona hambat adalah 13 mm. Konsentrasi 25% diameter zona hambat adalah 13,6 mm, sedangkan

kotrol Amoxicillin 10% diameter zona hambat adalah 14,2 mm dan perlakuan F (konsentrasi 30%) rata-rata zona hambat adalah 14,6 mm. Masing-masing perlakuan memiliki notasi yang berbeda-beda.

Gambar zona hambat ekstrak Propolis Trigona leaviceps terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

A

B

(7)

7

Gambar 3. Zona hambat yang terbentuk pada medium NA, yang telah di inokulasi bakteri E. coli (A) zona hambat, (B) kertas cakram yang telah diberi perlakuan ekstrak propolis.

Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa semua konsentrasi eksrak propolis T.

leaviceps dan kontrol amoxicillin

memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan E. coli dan S. aureus yang ditandai dengan terbentuknya zona hambat di sekeliling kertas cakram. Terbentuknya zona hambat diduga karena adanya senyawa aktif yang dihasilkan oleh eksrak propolis

T. leaviceps sebagai antibakteri.

Apabila agen antimikroba yang telah ditanami antimikroba pada media agar memiliki area jernih, maka area jernih menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan

mikroorganisme (Pratiwi, 2008).

Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak propolis T. leaviceps menunjukkan rata-rata diameter zona hambat eksrak propolis T. leaviceps terhadap bakteri E. coli dan S. aureus mengalami peningkatan seiring dengan konsentrasi eksrak Propolis

T. leaviceps yang digunakan. Hasil

pengujian ini menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi perlakuan yang digunakan, maka semakin tinggi pula kemampuan eksrak Propolis T. leaviceps dalam menghambat pertumbuhan bakteri E.

coli dan S. aureus. Menurut Pelczar

and Chan (1988) semakin tinggi konsentrasi suatu anti mikroorganisme akan semakin cepat pula sel mikroorganisme mati atau terhambat pertumbuhannya.

B

A

(8)

8 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan data statistik terhadap bakteri E. coli bahwa diameter zona hambat terbesar yaitu konsentrasi 30% dengan besar diameter yaitu 14 mm, sedangkan zona hambat yang terkecil terdapat pada konsentrasi 10% dengan besar diameter zona hambat 9,9 mm. Amoxicillin digunakan sebagai kontrol positif dengan konsentrasi 10% memiliki diameter zona hambat sebesar 13,9 mm. Besar atau kecilnya zona hambat yang terbentuk kemungkinan dipengaruhi oleh senyawa antibakteri yang terdapat pada eksrak Propolis T.

leaviceps. Menurut Chinthapally et al. (1993) Senyawa antibakteri yang

terkadung pada ekstrak propolis T.

leaviceps yaitu flavonoid dan fenolid

sehingga mampu menghambat peryumbuhan bakteri.

Bakteri S. aureus memiliki hasil uji BNT taraf 5% diameter zona hambat bakteri S. aureus dengan nilai LSD (Least Significant Difference) yaitu 0,5 mm, didapat

bahwa diameter zona hambat terbesar yaitu konsentrasi 30% dengan besar diameter yaitu 14,6

mm, sedangkan zona hambat yang terkecil terdapat pada konsentrasi 10% memiliki diameter zona hambat 9,8 mm. Amoxicillin 10% digunakan sebagai kontrol positif dengan konsentrasi 10% memiliki diameter zona hambat sebesar 14,2 mm.

Menurut Rastina dkk. (2015) peningkatan konsentrasi ekstrak menghasilkan diameter daya hambat yang semakin luas. Menurut Jawetz

et al (2001) suatu zat antimikroba

menjadi efektif apabila dipengaruhi oleh konsetrasi zat tersebut. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak menyebabkan kandungan bahan aktif yang berfungsi sebagai bahan anti mikroba semakin meningkat, sehingga kemampuan dalam menghambat pertumbuhan mikroba juga semakin besar.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa dengan menggunakan ekstrak propolis T. leaviceps pertumbuhan bakteri E. coli, dan S. aureus memiliki perbedaan daya hambat dan memiliki spektrum yang luas menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif. Sesuai dengan penelitian Anggraini (2006)

(9)

9 propolis memiliki aktifitas terhadap bakteri gram negatif (E. coli dan

Pseudomonas aeruginosa)

menunjukkan aktivitas yang lebih rendah dibandingkan dua bakteri Gram positif (Bacillus subtilis dan

Staphylococcus aureus). Menurut

Jawetz et al (2005) adanya perbedaan dalam hal zona hambat yang dihasilkan antara S.aureus sebagai gram positif (+) dengan bakteri E. coli sebangai gram negatif (-) dikarenakan adanya perbedaan komponen pada dinding sel kedua bakteri tersebut, dimana S. aureus sebagai gram (+) memiliki lapisan tunggal (mono) yang tebalnya 15-18 nm, sedangkan E. coli sebagai gram (-) memiliki lapisan yang lebih kompleks dan berlapis-lapis yaitu selaput sitoplasma, lapisan tunggal peptidoglikan dan selaput luar yang terdiri dari lipoprotein dan lipopolisakarida.

Selaput luar E. coli memiliki karakteristik yang unik dimana pada selaput itu bersifat menolak molekul hidrofobik sekaligus hidrofilik dengan baik namun dilain pihak selaput ini memiliki saluran khusus yang mengandung molekul protein

yang disebut porin. Saluran tersebut memudahkan difusi pasif senyawa hidrofilik dengan berat molekul rendah seperti gula dan asam amino, sedangkan molekul yang besar seperti molekul antibiotika dan termasuk juga molekul zat aktif eksrak propolis T. leaviceps akan mengalami kesulitan untuk menembusnya. Adanya perbedaan-perbedaan tersebut menyebabkan

E.coli sebagai gram (-) lebih bersifat

resisten (Jawetz et al., 2005).

Menurut Suriawiria dalam Rahmawati (2006), pengukuran kekuatan antibakteri berdasarkan metode David-Stout, menyatakan bila diameter zona hambat ≤ 5 mm menunjukkan aktivitas antibakteri lemah, diameter 5-10 mm menunjukkan aktivitas antibakteri sedang, diameter 10-20 mm menunjukkan aktivitas antibakteri kuat, dan diameter > 20 mm menunjukkan aktivitas antibakteri sangat kuat. Berdasarkan standar ini, maka aktifitas daya hambat eksrak propolis T. leaviceps hampir semua perlakuan memiliki diameter 10-20 mm, namun perlakuan terbaik dari

(10)

10 setiap perlakuan adalah pada konsentrasi 30%.

BPS, 2010 dalam Jasmi (2014) Nagari Andaleh Kecamatan Batipuh. Kabupaten Tanah Datar merupakan pertanaman polikultural dataran tinggi yang didominasi oleh tanaman kopi, kayu manis dan berbagai pohon. Rata-rata suhu harian adalah 25,5oC, kisaran curah hujan bulanan 28-549,00 mm perbulan.

KESIMPULAN

1. Ekstrak propolis Trigona leaviceps dapat menghambat

pertumbuhan bakteri

Escherichia coli dan

Staphylococcus aureus.

2. Aktifitas antibakteri terbaik

dalam menghambat

pertumbuhan Escherichia coli

dan Staphylococcus aureus

ditunjukkan pada konsentrasi 30%.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, A. D. 2006. Potensi propolis lebah madu Trigona spp. sebagai bahan antibakteri. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Cindrakori, H. N. 2015. Efektifitas Ekstrak Propolis Trigona sp. Terhadap Pertumbuhan Bakteri Porphyromonas gingivalis. Skripsi. Makassar:

Universitas Hasanuddin. Chinthapally, V., Rao, dan Valhalla

N. Y, 1993. Propolis. Medical

Journal. 53:1482-1488.

Hasan, A. E. Z. 2014. Potensi Propolis Lebah Madu Trigona sp. sebagai Bahan Antibakteri: Bogor. Journal Of Pharmacy. 4(12)01-09.

Jasmi. 2014. Kajian Morfometrik dan Ekologi Apis cerana Fabr. (Hymenoptera: Apidae) pada Pertanaman Polikulturan di Sumatera Barat. Disertasi. Universitas Andalas.

Jawetz, Melnick, dan Adelberg’s. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba

Medika.

Pelczar, M. J. dan E. C. S Chan.

1988. Dasar-Dasar

Mikrobiologi Jilid 2. Jakarta:

Universitas Indonesia.

Pratiwi, S. T. 2008. Mikrobiologi

Farmasi. Jakarta: Erlangga.

Rahmawati, F. 2008. Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Antibakteri Ekstrak Daun Miana (Coleus scuatellariode

[L] Benth). Tesis. Departemen

Biokimia Institut Pertania Bogor.

Sabir, A. 2005. Aktivitas Anti Bakteri Flavonoid propolis

Trigona sp terhadap bakteri

Streptococcus mutans (in

vitro). Skripsi. Makassar: Fakultas Kedokteran GigI Universitas Hasanuddin. Sarwono, B. 2001. Lebah Madu.

(11)

11 Sihombing, D. T. H. 1997. Ilmu

Ternak Lebah Madu. Bogor:

University Press.

Suin, M. N. 2001. Biostatistik. Padang: Yayasan Perguruan Tinggi Komputer.

Tim Karya Tani. 2010. Pedoman

Budidaya Lebah Madu.

Bandung: Nuansa Aulia. Yusuf, N. 2016. Pengaruh

Pengembangan Propolis

Trigona sp Pada Bahan

Tumpatan Glass Ionomer

Cement Terhadap

Pertumbuhan Streptococcus Mutans (penelitian in vitro). Skripsi. Makasar: Universitas

Gambar

Gambar 2. Zona hambat yang terbentuk pada medium NA, yang telah di inokulasi bakteri E
Gambar 3. Zona hambat yang terbentuk pada medium NA, yang telah di inokulasi bakteri E

Referensi

Dokumen terkait

Dari proses penelitian konsolidasi tanah organik melalui variasi pemadatan tanah dengan sampel kadar air optimum, kering dan basah maka nilai yang didapat dari perilaku

tersebut telah memenuhi unsur adanya persamaan, relasi antara cerita Haji Saleh dan mitos Ungku Saliah dapat diangkat sebagai kajian perluasan makna dan perluasan

PERANCANGAN BALAI PELATIHAN PETERNAKAN AYAM PETELUR DI BLITAR DENGAN PENDEKATAN METAFORA KOMBINASI OLEH RIZAL QOMARUZ ZAMAN 13660006... UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK

diperoleh di lapangan diketahui bahwa pemanfaatan hasil hutan yang terdapat di Dusun Lemang dan Siamang diantaranya pemanfaatan petai, pemanfaatan ikan, pemanfaatan

Pada sekuen gen IGF2, frekuensi genotipe TC pada 4 populasi yaitu ayam kampung, pelung, persilangan kampung dengan ras pedaging dan persilangan pelung dengan sentul lebih

TIDAK RAHASIA Ketidakmampuan untuk meningkatkan harga jual di dalam negeri secara wajar yang bertujuan untuk menutupi atau mengganti kenaikan biaya produksi serta penurunan

Sedangkan perencanaan/perhitungan berdasarkan capacity adalah merupakan perencanaan yang tinjauannya untuk menentukan jumlah site yang dibutuhkan agar mampu melayani banyaknya

atas limpahan rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penambahan Daun Trembesi (Samanea Saman) Dengan Level