• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Definisi Akuntansi yang dikemukakan oleh American Institute of

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Definisi Akuntansi yang dikemukakan oleh American Institute of"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

11 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pengertian Akuntansi

Definisi Akuntansi yang dikemukakan oleh American Institute of certified Public Accounts (AICPA) yaitu “Akuntansi adalah suatu seni pencatatan, pengelompokkan dan pengikhtisaran menurut cara-cara yang berarti dan dinyatakan dalam nilai uang, segala transaksi dan kejadian yang sedikit-dikitnya bersifat keuangan dan kemudian menafsirkan artinya”. Sedangkan American Accounting Association menyatakan akuntansi sebagai “proses pengumpulan, pengidentifikasian dan pencatatan serta pengikhtisaran dari data keuangan serta melaporkannya kepada pihak yang menggunakannya, kemudian menafsirkan guna pengambilan keputusan ekonomi” (Kandar, 2010).

2.1.2 Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility)

Menurut Achda (dalam Susiloadi, 2008) menjelaskan bahwa CSR dapat diartikan sebagai komitmen perusahaan untuk mempertanggungjawabkan dampak operasinya dalam dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan, serta terus-menerus menjaga agar dampak tersebut menyumbang manfaat kepada masyarakat dan lingkungan hidupnya.

(2)

Secara umum, CSR dapat didefinisikan sebagai bentuk kegiatan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat melalui peningkatan kemampuan manusia sebagai individu untuk beradaptasi dengan keadaan sosial yang ada, menikmati, memanfaatkan, dan memelihara lingkungan hidup yang ada. CSR merupakan salah satu wujud partisipasi dunia usaha dalam pembangunan berkelanjutan untuk mengembangkan program kepedulian perusahaan kepada masyarakat sekitar melalui penciptaan dan pemeliharaan keseimbangan antara mencetak keuntungan, fungsi-fungsi sosial, dan pemeliharaan lingkungan hidup (Anatan).

2.1.3 Manfaat Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Terdapat manfaat yang didapatkan dari pelaksanaan program CSR, baik bagi pihak perusahaan, bagi masyarakat, pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya. Wibisono (2007, hal 99) menguraikan manfaat yang akan diterima dari pelaksanaan CSR, diantaranya:

1. Bagi Perusahaan. Terdapat empat manfaat yang diperoleh perusahaan dengan mengimplementasikan CSR. Pertama, keberadaan perusahaan dapat tumbuh dan berkelanjutan dan perusahaan mendapatkan citra yang positif dari masyarakat luas. Kedua, perusahaan lebih mudah memperoleh akses terhadap modal (capital). Ketiga, perusahaan dapat mempertahankan sumber daya manusia (human resources) yang berkualitas. Keempat, perusahaan dapat meningkatkan pengambilan keputusan pada hal-hal yang kritis (critical decision making) dan mempermudah pengelolaan manajemen risiko (risk management).

(3)

2. Bagi masyarakat, praktik CSR yang baik akan meningkatkan nilai-tambah adanya perusahaan di suatu daerah karena akan menyerap tenaga kerja, meningkatkan kualitas sosial di daerah tersebut. Pekerja lokal yang diserap akan mendapatkan perlindungan akan hak-haknya sebagai pekerja. Jika terdapat masyarakat adat atau masyarakat lokal, praktek CSR akan mengharagai keberadaan tradisi dan budaya lokal tersebut, 3. Bagi lingkungan, praktik CSR akan mencegah eksploitasi berlebihan

atas sumber daya alam, menjaga kualitas lingkungan dengan menekan tingkat polusi dan justru perusahaan terlibat mempengaruhi lingkungannnya,

4. Bagi negara, praktik CSR yang baik akan mencegah apa yang disebut “corporate misconduct” atau malpraktik bisnis seperti penyuapan pada aparat negara atau aparat hukum yang memicu tingginya korupsi. Selain itu, negara akan menikmati pendapatan dari pajak yang wajar (yang tidak digelapkan) oleh perusahaan.

2.1.4 Motif Dilaksanakan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

Wibisono (2007, hal 78) menyatakan bahwa sulit untuk menentukan benefit perusahaan yang menerapkan CSR, karena tidak ada yang dapat menjamin bahwa bila perusahaan yang telah mengimplementasikan CSR dengan baik akan mendapat kepastian benefit-nya. Oleh karena itu terdapat beberapa motif dilaksanakanya CSR, diantaranya:

1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan. Perbuatan destruktif akan menurunkan reputasi perusahaan.

(4)

Begitupun sebaliknya, konstribusi positif akan mendongkrak reputasi perusahaan. Inilah yang menjadi modal non-financial utama bagi perusahaan dan bagi stakeholder-nya yang menjadi nilai tambah bagi perusahaan untuk dapat tumbuh secara berkelanjutan.

2. Layak mendapatkan social licence to operate. Masyarakat sekitar perusahaan merupakan komunitas utama perusahaan. Ketika mereka mendapatkan benefit dari keberadaan perusahaan, maka pasti dengan sendirinya mereka ikut merasa memiliki perusahaan. Sebagai imbalan yang diberikan ke perusahaan paling tidak adalah keleluasaan perusahaan untuk menjalankan roda bisnisnya di wilayah tersebut. Jadi program CSR diharapkan menjadi bagian dari asuransi sosial (social insurance) yang akan menghasilkan harmoni dan persepsi positif dari masyarakat terhadap eksistensi perusahaan.

3. Mereduksi risiko bisnis perusahaan. Perusahaan harus menyadari bahwa kegagalan untuk memenuhi ekspektasi stakeholders akan menjadi bom waktu yang dapat memicu risiko yang tidak diharapkan. Bila itu terjadi, maka disamping menanggung opportunity loss, perusahaan juga harus mengeluarkan biaya yang mungkin berlipat besarnya dibandingkan biaya untuk mengimplementasikan CSR.

4. Melebarkan akses sumber daya. Track record yang baik dalam pengelolaan CSR merupakan keunggulan bersaing bagi perusahaan yang dapat membantu untuk memuluskan jalan menuju sumber daya yang diperlukan perusahaan.

(5)

5. Membentangkan akses menuju market. Investasi yang ditanamkan untuk program CSR ini dapat menjadi tiket bagi perusahaan menuju peluang pasar yang terbuka lebar. Termasuk didalamnya akan memupuk loyalitas konsumen dan menembus pangsa pasar baru.

6. Mereduksi biaya. Banyak contoh yang dapat menggambarkan keuntungan perusahaan yang didapat dari penghematan biaya yang merupakan buah dari implementasi dari penerapan program tanggung jawab sosialnya. Contohnya adalah upaya untuk mereduksi limbah melalui proses recycle atau daur ulang kedalam siklus produksi.

7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders. Implementasi program CSR tentunya akan menambah frekuensi komunikasi dengan stakeholders. Nuansa seperti itu dapat membentangkan karpet merah bagi terbentuknya trust kepada perusahaan.

8. Memperbaiki hubungan dengan regulator. Perusahaan yang menerapkan program CSR pada dasarnya merupakan upaya untuk meringankan beban pemerintah sebagai regulator. Sebab pemerintahlah yang menjadi penanggungjawab utama untuk mensejahterakan masyarakat dan melestarikan lingkungan. Tanpa bantuan dari perusahaan, umumnya terlalu berat bagi pemerintah untuk menanggung beban tersebut.

9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan. Kesejahteraan yang diberikan para pelaku CSR umumnya sudah jauh melebihi standar normatif kewajiban yang dibebankan kepada perusahaan. Oleh

(6)

karenanya wajar bila karyawan menjadi terpacu untuk meningkatkan kinerjanya.

10. Peluang mendapatkan penghargaan. Banyak reward ditawarkan bagi penggiat CSR, sehingga kesempatan untuk mendapatkan penghargaan mempunyai kesempatan yang cukup tinggi.

2.1.5 Tujuh Kategori Pengungkapan Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial

Hackston dan Milne (dalam yap dan widyaningdyah, 2009; 97-98) menyebutkan dalam pengungkapan informasi akuntansi ada tujuh tema yang termasuk dalam wacana akuntansi pertanggungjawaban sosial adalah sebagai berikut:

1. Kemasyarakatan

Tema ini mencakup aktivitas kemasyarakatan yang diikuti oleh perusahaan, misalnya aktivitas yang terkait dengan kesehatan, pendidikan dan seni, serta pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lainnya.

2. Ketenagakerjaan

Tema ini meliputi dampak aktivitas perusahaan pada orang-orang dalam perusahaan tersebut. Aktivitas tersebut meliputi rekruitmen, program pelatihan, gaji dan tunjangan, serta pengungkapan aktivitas ketenagakerjaan lainnya.

(7)

3. Kesehatan dan Keselamatan Tenaga Kerja.

Tema ini mencakup aktivitas perusahaan terhadap kesehatan dan keselamatan tenaga kerja perusahaan. Aktivitas tersebut meliputi mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental, mengungkapkan statistik kecelakaan kerja, menetapkan suatu komite keselamatan kerja, serta pengungkapan aktivitas ketenagakerjaan lainnya.

4. Produk dan Konsumen

Tema ini melibatkan aspek kualitatif suatu produk atau jasa, antara lain kegunaan, durability, kepuasan pelanggan, kejujuran dalam iklan, kejelasan atau kelengkapan isi pada kemasan, serta pengungkapan aktivitas lainnya.

5. Energi

Tema ini mencakup aktivitas perusahaan terhadap pemanfaatan energi. Aktivitas tersebut meliputi memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi, pengungkapan peningkatan efisiensi energi dari produk, serta pengungkapan aktivitas energi lainnya.

6. Lingkungan Hidup

Tema ini meliputi aspek lingkungan dari proses produksi, yang meliputi pengendalian polusi dalam menjalankan operasi bisnis, pencegahan dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat pemrosesan sumber daya alam dan konversi sumber daya alam, serta pengungkapan aktivitas lingkungan hidup lainnya.

(8)

7. Umum

Tema ini meliputi pengungkapan tujuan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggungjawab sosial perusahaan kepada masyarakat dan informasi yang berhubungan dengan tanggungjawab sosial perusahaan selain yang disebutkan di atas.

2.1.6 Penerapan Biaya Sosial

Biaya sosial adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk kepentingan masyarakat dan dilaporkan melalui laporan tanggung jawab sosial perusahaan. (Harahap, 2001 dalam Farida) membuat daftar keterlibatan sosial perusahaan dengan memperhatikan relevansinya dengan keadaan di Indonesia. Bentuk kegiatan itu adalah sebagai berikut:

a. Lingkungan Hidup

1)Pengawasan terhadap efek posisi; 2) Perbaikan pengrusakan alam; 3) Konservasi alam; 4) Keindahan lingkungan; 5) Pengurangan suara bising; 6) Penggunaan tanah; 7) Pengelolaan limbah padat dan cair; 8) Riset dan pengembangan lingkungan; 9) Kerjasama dengan pemerintah dan universitas; 10) Pengembangan lokasi; 11) dan lain-lain

b. Energi:

1) Konservasi energi yang dilakukan perusahaan; 2) Penghematan energi dalam proses produksi; 3) dan lain-lain

c. Sumber Daya Manusia dan Pendidikan :

1) Keamanan dan kesehatan karyawan; 2) Pendidikan karyawan; 3) Kebutuhan keluarga dan rekreasi karyawan; 4) Menambah dan

(9)

memperluas hak-hak karyawan; 5) Usaha untuk mendorong partisipasi; 6) Perbaikan pensiun; 7) Beasiswa; 8) Bantuan pada sekolah; 9) Pendirian sekolah; 10) Membantu pendidikan tinggi; 11) Riset dan pengembangan; 12) Pengangkatan pegawai dan kelompok miskin; 13) Peningkatan karir karyawan; 14) dan lain-lain

d. Praktek Bisnis yang Jujur:

1) Memperhatikan hak-hak karyawan; 2) Wanita; 3) Jujur dalam iklan; 4) Kredit; 5) Servis; 6) Produk dan jaminan; 7) Selalu mengontrol kualitas produk; 8) dan lain-lain

e. Membantu Masyarakat Sekitar Perusahaan :

1) Memanfaatkan tenaga ahli perusahaan dalam mengatasi masalah sosial lingkungannya; 2) Tidak campur tangan dalan struktur masyarakat; 3) Membangun klinik kesehatan; 4) Sekolah; 5) Rumah Ibadah; 6) Perbaikan desa/kota; 7) Sumbangan untuk kegiatan sosial masyarakat; 8) Perbaikan perumahan desa; 9) Bantuan dana; 10) Perbaikan sarana pengangkutan; 11) Pasar; 12) dan lain-lain

f. Kegiatan Seni dan Kebudayaan:

1) Membuat lembaga seni dan budaya; 2) Sponsor kegiatan seni dan budaya; 3) Penggunaan seni dan budaya dalam iklan; 4) Merekrut tenaga kerja yang berbakat di bidang seni dan olahraga; 5) dan lain-lain

(10)

g. Hubungan dengan Pemegang Saham :

1) Sifat keterbukaan semua direksi kepada semua persero; 2) Peningkatan pengungkapan dalam laporan keuangan; 3) Pengungkapan keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial; 4) dan lain-lain

h. Hubungan dengan Pemerintah:

1) Menaati peraturan pemerintah; 2) Mengatasi kegiatan lobying; 3) Mengontrol kegiatan politik perusahaan; 4) Membantu lembaga pemerintah sesuai dengan kemampuan perusahaan; 5) Membantu secara umum usaha peningkatan kesejahteraan ssial masyarakat; 6) Membantu proyek dan kebijaksanaan pemerintah; 7) Meningkatkan produktivitas sektor informal; 8) Pengembangan dan inovasi manajemen; 9) dan lain-lain

2.1.7 Model CSR Perusahaan Dalam melaksanakan kegiatan Corporate Social Responsibility

Dalam penerapan model CSR masing – masing perusahaan memiliki model yang berbeda – beda. Di beberapa perusahaan besar biasanya telah dibentuk tim khusus yang menangani perencanaan program CSR hingga implementasi dari program CSR itu sendiri. Pelaksanaan program CSR dapat juga dilakukan dengan cara perusahaan melakukan kerjasama dengan organisasi lain. Model yang lain adalah perusahaan dapat membentuk badan / organisasi diluar perusahaan untuk menangani CSR dari perusahaan tetapi badan yang dibentuk tersebut tetap mendapat support dan menjadi bagian dari perusahaan.

(11)

(Menurut Saidi dan Abidin, 2004) , setidaknya ada empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan di Indonesia.

1. Keterlibatan langsung, perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation.

2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan, perusahaan mendirikan yayasan sendiri dibawah perusahaan atau grupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan – perusahaan negara maju. Biasanya perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan.

3. Bermitra dengan pihak lain, perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial atau organisasi non-pemerintah, instansi non-pemerintah, universitas maupun media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.

4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium, perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah

(12)

perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercayai oleh perusahaan - perusahaan yang mendukung secara pro aktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati bersama.

2.1.8 Informasi – infomasi yang seharusnya diungkapkan dalam pelaporan tanggungjawab sosial perusahaan antara lain yang berkaitan dengan (Sulistyowati, dalam Nurdin, 2008)

1. lingkungan, meliputi: pengendalian polusi, pencegahan dan perbaikan kerusakan lingkungan yang berkaitan dengan pemrosesan sumber daya alam, serta konservasi sumber daya alam

2. Energi, meliputi : konservasi energi dalam operasi bisnis dan produk-produk dengan efisiensi energi

3. Pratik bisnis yang wajar, meliputi: mempekerjakan dan memperhatikan kemajuan kelompok minoritas dan perempuan.

4. Sumber daya manusia, meliputi: kesehatan, keamanan, dan pengembangan diri karyawan

5. Keterlibatan masyarakat, meliputi: aktivitas masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan pendidikan diri kayawan

6. Produk, meliputi: keamanan produk dan pengurangan polusi akibat penggunaan produk

(13)

2.1.9 Peraturan Hukum Tanggung Jawab Sosial

Terdapat 4 (empat) peraturan yang mewajibkan perusahaan tertentu untuk menjalankan program tanggungjawab sosial perusahaan atau CSR dan satu acuan (Guidance) ISO 26000 sebagai referensi dalam menjalankan CSR, sebagaimana diuraikan Rahmatullah (2011, hal.14) 1. Keputusan Menteri BUMN Tentang Program Kemitraan Bina

Lingkungan (PKBL).

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara BUMN, Per-05/MBU/2007 Pasal 1 ayat (6) dijelaskan bahwa Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil, yang selanjutnya disebut Program Kemitraan, adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Sedangkan pada pasal 1 ayat (7) dijelaskan bahwa Program Bina Lingkungan, yang selanjutnya disebut Program BL, adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.

Adapun ruang lingkup bantuan Program BL BUMN, berdasarkan Permeneg BUMN, Per-05/MBU/2007 Pasal 11 ayat (2) huruf e adalah: a. Bantuan korban bencana alam;

b. Bantuan pendidikan dan/atau pelatihan; c. Bantuan peningkatan kesehatan;

d. Bantuan pengembangan prasarana dan/atau sarana umum; e. Bantuan sarana ibadah;

(14)

f. Bantuan pelestarian alam.

2. Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007

Selain BUMN, saat ini Perseroan Terbatas (PT) yang mengelola atau operasionalnya terkait dengan Sumber Daya Alam (SDA) diwajibkan melaksanakan program CSR, karena telah diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007.

Dalam pasal 74 dijelaskan bahwa:

a. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam, wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan,

b. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran,

c. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,

d. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

3. Undang-Undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007

Peraturan lain yang mewajibkan CSR adalah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, tentang Penanaman Modal, baik penanaman modal dalam negeri, maupun penenaman modal asing. Dalam Pasal 15 (b)

(15)

dinyatakan bahwa setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.

Sanksi-sanksi terhadap badan usaha atau perseorangan yang melanggar peraturan, diatur dalam Pasal 34, yaitu berupa sanksi administratif dan sanksi lainnya, diantaranya: (a) Peringatan tertulis; (b) pembatasan kegiatan usaha; (c) pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau (d) pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.

4. Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi Nomor 22 Tahun 2001

Khusus bagi perusahaan yang operasionalnya mengelola Sumber Daya Alam (SDA) dalam hal ini minyak dan gas bumi, terikat oleh Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001, tentang Minyak dan Gas Bumi, disebutkan pada Pasal 13 ayat 3 (p) :

Kontrak Kerja Sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memuat paling sedikit ketentuan-ketentuan pokok yaitu: pengembangan masyarakat sekitarnya dan jaminan hak-hak masyarakat adat.

Berdasarkan Undang-undang tersebut, perusahaan yang operasionalnya terkait Minyak dan Gas Bumi baik pengelola eksplorasi maupun distribusi, wajib melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat dan menjamin hak-hak masyarakat adat yang berada di sekitar perusahaan.

(16)

5. Guidance ISO 26000

Berbeda dari bentuk ISO yang lain, seperti ISO 9001: 2000 dan 14001: 2004. ISO 26000 hanya sekedar standar dan panduan, tidak menggunakan mekanisme sertifikasi. Terminologi Should didalam batang tubuh standar berarti shall dan tidak menggunakan kata must maupun have to. Sehingga Fungsi ISO 26000 hanya sebagai guidance. Selain itu dengan menggunakan istilah Guidance Standard on Social Responsibility, menunjukkan bahwa ISO 26000 tidak hanya diperuntukkan bagi Corporate (perusahaan) melainkan juga untuk semua sektor publik dan privat. Tanggung jawab sosial dapat dilakukan oleh institusi pemerintah, Non governmental Organisation (NGO) dan tentunya sektor bisnis, hal itu dikarenakan setiap organisasi dapat memberikan akibat bagi lingkungan sosial maupun alam. Sehingga adanya ISO 26000 ini membantu organisasi dalam pelaksanaan Social Responsibility, dengan cara memberikan pedoman praktis, serta memperluas pemahaman publik terhadap Social Responsibility.

ISO 26000 mencakup beberapa aspek berikut:

1. ISO 26000 menyediakan panduan mengenai tanggung jawab sosial kepada semua bentuk organisasi tanpa memperhatikan ukuran dan lokasi untuk:

(17)

b. Menyatukan, melaksanakan dan memajukan praktek tanggung jawab sosial

c. Mengindetifikasi dan pendekatan/pelibatan dengan para pemangku kepentingan

d. Mengkomunikasikan komitmen dan performa serta kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan.

2. ISO 26000 mendorong organisasi untuk melaksanakan aktivitas lebih sekedar dari apa yang diwajibkan.

a. ISO 26000 menyempurnakan/melengkapi Instrumen dan inisiatif lain yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial. b. Mempromosikan terminologi umum dalam lingkup tanggung

jawab sosial dan semakin memperluas pengetahuan mengenai tanggung jawab sosial.

c. Konsisten dan tidak berkonflik dengan traktat internasional dan standarisasi ISO lainnya serta tidak bermaksud mengurangi otoritas pemerintah dalam menjalankan tanggung jawab sosial oleh suatu organisasi.

d. Prinsip ketaatan pada hukum/ legal compliance, prinsip penghormatan terhadap instrumen internasional, prinsip akuntabilitas, prinsip transparasi, prinsip pembangunan keberlanjutan, prinsip ethical conduct, prinsip penghormatan hak asasi manusia, prinsip pendekatan dengan pencegahan dan prinsip penghormatan terhadap keanekaragaman.

(18)

Tabel 1

Laporan Kegiatan Sosial Ekonomi dalam Bentuk Laba Rugi Sosial

I. Kaitan dengan Masyarakat

A. Perbaikan

1. Pelatihan Orang Cacat xxx

2. Sumbangan kepada lembaga pendidikan xxx

3. Biaya Ekstra karena merekrut minoritas xxx

4. Biaya Penitipan Bayi xxx

Total Perbaikan XXX

B. Kerusakan.

1. Biaya Penundaan Pemasangan alat pengaman (xxx)

C. Perbaikan Bersih untuk Masyarakat (I) XXX

II. Kaitan dengan Lingkungan

A. Perbaikan

1. Reklamasi lahan dan Pembuatan Taman xxx

2. Biaya Pemasangan Kontrol Polusi xxx

3. Biaya Pematian Racun Limbah xxx

Total Perbaikan XXX

B. Kerusakan

1. Biaya yang akan dikeluarkan untuk Reklamasi Pertambangan (xxx) 2. Taksiran Biaya pemasangan penetralan racun air. (xxx) Total

Kerusakan (XXX)

C. Surplus / (Defisit) (II) XXX

III. Kaitan dengan Produk

A. Perbaikan

1. Biaya Eksekutif saat melayani Komisi Pengamanan produk xxx

2. Biaya penggantian cat beracun. xxx

Total Perbaikan XXX

B. Kerusakan

1. Pemasangan alat pengaman produksi (xxx)

C. Net Perbaikan (III) XXX

Saldo Kumulatif Net Perbaikan Tahun Lalu XXX

Total Sosio Ekonomi (I+II+III) (XXX)

Saldo Kumulatif Net Perbaikan Tahun Ini XXX

(19)

Tabel 2 Laporan Laba Rugi

Sumber : Sofyan Syafrie Harahap, 2007:487

Dengan memperhatikan laporan laba rugi dapat diketahui jumlah laba bersih pada periode tertentu, biasanya dalam periode tahunan, dan dengan mengetahui total laba bersih pada periode tertentu dapat dibandingkan dengan total biaya sosial yang telah dibebankan oleh perusahaan.

PT. Sipangko Jaya Laporan Laba Rugi

Untuk tahun yang berakhir pada 2005

Penjualan Rp. 10.000.000

Dikurangi:

Bahan yang digunakan Rp. 1.000.000

Upah tenaga kerja Rp. 2.000.000

Biaya jasa-jasa Rp. 3.000.000

Biaya Bunga Rp. 600.000

Penyusutan Rp. 400.000

Total Biaya Rp. 7.000.000

Laba sebelum pajak Rp. 3.000.000

Biaya pajak 10% Rp. 1.200.000

Laba setelah pajak Rp. 1.800.000

Dividen Rp. 500.000

(20)

2.2 Rerangka Pemikiran

CSR (Corporate Social Responsibility)

Penerapan program CSR

Biaya biaya sosial

Laporan biaya sosial

Gambar

Tabel 2  Laporan Laba Rugi

Referensi

Dokumen terkait

Dan dari hasil sensitivitas yang dilakukan terhadap 8 kemungkinan perubahan produksi pada tingkat diskonto 15 persen, memperlihatkan bahwa industri pengolahan nanas secara

Penelitian ini, dibatasi dengan kajian etnografi sebagai latar belakang dari tiga seniman seni rupa Medan yang diteliti, yaitu berupa deskripsi yang mengulas tentang kebudayaan

Sistem rancang bangun aplikasi analisis pengenalan tulisan tangan aksara Hanacaraka berhasil dikembangkan dan dibangun dengan hasil dan akurasi yang cukup baik walaupun

Selain kegunaan di atas regresi dapat digunakan juga untuk mengetahui hubungan antara peubah tidak bebas (Y/parameter yang diukur) dengan peubah bebas

Eryono(1999:127) berpendapat bahwa dari kedua cara di atas, sistem klasifikasi yang sesuai untuk diterapkan di perpustakaan adalah klasifikasi fundamental karena memiliki

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Tulungagung Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu. Sarjana

Pasal 4 ayat (3) UU Kehutanan bertentangan dengan s{vw ä Ž‡Š sebab itu, pasal tersebut harus dimaknai “penguasaan hutan oleh negara tetap memperhatikan hak masyarakat

Pada bab ini penulis akan menjelaskan proses pengumpulan data yang telah dilakukan di PT. Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh atau TRANS7. Proses pengumpulan datatersebut terdiri