• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi kuliah online ini didownload dari. Belajar Keyakinan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Materi kuliah online ini didownload dari. Belajar Keyakinan"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 1

Belajar Keyakinan

Ada yang tau, tapi ga yakin. Ada yang yakin, tapi ga ngamalkan. Ada yang tau dan yakin, tapi ga bekerja dengan apa yang diketahui dan diyakininya. Maka bekerjalah dengan apa yang diketahui dan diyakini.

Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Alhamdulilaahi rabbil ‘aalamiin. Washalaatu wassalaamu ‘alaa asyrafil anbiyaa-i wal mursalanbiyaa-ianbiyaa-in. Nabanbiyaa-iyyanbiyaa-inaa Muhammadanbiyaa-in shallaallahu ‘alaanbiyaa-ihanbiyaa-i wasallama. Wa ‘alaa aalihi wa azwaajihii wa dzurriyyatihii wa ash-haabihii wa ummatihii ilaa yamuddiin. Bismillaahirrahmaanirrahiim. Ammaa ba’du.

Onliners… Luangkan waktu untuk membaca Kuliah Tauhid sesi 1 ini. Agak panjang nih. Yang cakep, baca artikel ini sekali jalan… Sekali habis. Supaya utuh. Luangin aja waktu, sambil duduk santai…

Sungguh, di hari-hari ke depan yang Saudara lalui, saya berharap Saudara mau memulai satu demi satu mendengar dan mempelajari CD-CD/DVD-DVD yang saya sarankan untuk Saudara ikuti. Saya doakan.

Bismillaah saya langsung ngebut mengajak Saudara belajar ilmu yakin, dan belajar make ilmu tauhid. Baca bismillaah jangan lupa. Supaya dapat banyak pahala dan kebaikan. Syukur-syukur mau kayak saya. Maksudnya “kayak saya”, saya tuh insya Allah sebelom nulis, wudhu, dan baca doa. Dan kalau ada waktu meluangkan shalat sunnah 2 rokaat. Saya pilih shalat hajat. Kemudian istighfar, shalawat. Supaya yang saya tulis adalah sesuatu yang berguna, bermanfaat, di sisi Allah. Maka kemudian saya menulis, “syukur-syukur Saudara bisa kayak saya”. Yakni sebelom baca paragraf lanjutan, ambil wudhu dulu… Shalat dulu 2 rokaat. Shalat hajat aja. atau shalat mutlak, sekedar shalat sunnah gitu.

(2)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 2 Ya Allah, saya mau shalat sunnah 2 rokaat. Dah gitu. Ga pake embel-embel. Atau tambahin aja niat shalat hajat, 2 rokaat.

Minta apa?

Minta ilmu dan keyakinan sama Allah. Sama kasih tau sama Allah,”Lagi belajar nih sama Yusuf Mansur. Biar nyambung, biar ngerti, biar paham, dan biar bisa ngelaksanain”.

Buat yang sudah berilmu, buat yang sudah ngerti, sekalian minta ridho-Nya, dan bertambah-tambah ilmu dan keyakinannya.

Ustadz, pagi-pagi di awal ngajar, udah bilang-bilang amal ke orang lain?

He he, saya mah ngajar. Supaya bisa dicontoh. Mudah-mudahan tidak dianggap jadi riya dan sum’ah (memperlihatkan amal, dan memperdengarkan amal).

Ok, paling engga, bismillaah ya… Syukur-syukur, jeda sebentar buat shalat ngelaksanain yang tadi. Kan jarang-jarang orang shalat untuk minta ilmu. Jarang-jarang orang istighfar ketika menimba ilmu, ketika belajar. Jarang-jarang orang bershalawat ketika menuntut ilmu. Dan jadilah yang jarang itu…

Ok, kita mulai ya…

***

Cara-cara Allah, pastilah yang terbaik.

Tau shalat malam bisa mengangkat derajat?

Bisa jadi ada yang ga tau. Tapi insya Allah dah, kalo suka ngaji mah, tau. Setelah tau? Apakah kemudian meyakini? Belom tentu. Kemudian setelah tau, apakah kemudian berkenan shalat malam? Tambah belom tentu. Terus umpama kata bener-bener tau dan yakin, dan bener-bener kepengen diangkat derajatnya,

(3)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 3 sebab bosan susah, bosan melarat, bosan dihina, he he he, apakah lalu mau make shalat malam ini? Jawabannya masih tetep wawloohu a’lam.

Tau ga shalat malam bisa memecah semua kesulitan? Mengubah kehidupan? Bisa jadi juga ada yang ga tau. Tapi insya Allah dah, kalo suka ngaji, tau. Setelah tau? Apakah kemudian meyakini? Belom tentu. Kemudian setelah tau, apakah kemudian berkenan shalat malam? Tambah belom tentu. Makin belom tentu lagi makenya pada orang-orang yang betul-betul sedang punya kesusahan, sedang punya kesulitan. Sebab barangkali emang pusing kepala duluan dan lagi susah tidur susah mikir. Ga tenang.

Shalat malam saat terbaik bersepi-sepi sama Allah, saat terbaik buat ngucap syukur dan wujud bersyukur. Ini pun insya Allah diketahui orang.

Diketahui kita-kita. Namun kemudian, kita-kita ini masih tetap sulit buat bangun malam. Padahal mungkin pagi harinya baru saja kita dapat khabar bahwa istri kita hamil. Padahal baru saja mungkin sorenya kita terima gaji. Padahal baru saja hari itu banyak menerima karunia. Namun masya Allah, tetap tidak menjadi dorongan kita bangun malam.

Itulah kita.

Kesatu, tidak tahu. Kedua, setelah tahu, tidak yakin. Ketiga, setelah tahu dan yakin, tidak berbuah menjadi amal saleh. Keempat, makin jarang lagi yang bekerja dengan apa yang diketahui dan diyakininya.

Yang keempat ini, lebih lagi dari sekedar yang ketiga. Dia “awas”, perhatian, peduli, dan memang memakai ilmu dan keyakinannya, hingga mendorongnya kemudian bangun malam.

Nanti kita akan belajar yang kelima, keenam, dan ketujuh. Yakni yang kemudian istiqomah, sabar & baik sangka, dan bersyukur.

Perkara yang begini ini terjadi hampir di semua amal. Sekali lagi, ini terjadi hampir di semua amal.

(4)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 4 # Seseorang apakah tahu keridhaan Allah itu ada di keridhaan orang tua? Rada-rada ga mungkin ga tahu. Apakah dia tahu kalau orang tuanya mengangkat tangannya, mendoakan dia, utamanya ibunya, maka doa itu akan dikabulkan Allah? Insya Allah juga tahu. Tapi kemudian apakah dia “make” ilmu itu? Make apa yang diyakininya? Sehingga setiap dia ada kesulitan, lalu dia mendatangi orang tuanya? Meminta doanya? Berbuat baik juga kepada orang tuanya, dan meminta ridhonya?

(+) Ooohhh… Kalau gitu nanti pas ada kesulitan aja dong dia datengin ibunya? (-) He he he, Onliners, jangan su-udzdzon dong… Jangan ampe nuduh mereka-mereka bakal “cuma” ngedatengin orang tuanya pas susah saja, pas sulit saja. Jangan. Ga baik itu.

Tentu kita berharap, bahwa setelah ada ilmu dan pengalaman, dia menjaga amalnya ini. Inilah mereka yang istiqomah. Kita berharap mereka-mereka yang sudah istiqomah mau menyabarkan dirinya dalam keadaan ibadah, juga sabar dalam ibadahnya.

(+) Maksudnya?

(-) Bersabar ini luas. Termasuk bersabar dalam ibadah dan doa. Sudah ditempuh jalan-jalan yang bisa mengantarkan kepada pertolongan Allah, namun tidak ada kesabaran, hasilnya bisa-bisa adalah pernyataan kekecewaan kepada Allah. Padahal bisa jadi dianya yang tidak bersabar menunggu Janji Allah. Makanya saya suka merendengkan antara sabar dan baik sangka. Perlu baik sangka sama Allah. Selanjutnya sangat bagus bila kita kemudian beramal sebagai orang yang bersyukur. Tatkala katakan kita beramal saleh dengan amal saleh berupa birrul walidain, lalu kita dikabul doa, dipenuhi hajat, sebaiknya kemudian kita terus ber-birrul walidain. Tetap taat, sayang, dan berbuat baik kepada orang tua. Sebagai rasa syukur kita kepada Allah, kita jaga amal saleh kita.

(+) Paham.

(-) Alhamdulillah. Tapi kebiasaan deh. Belom selesai saya “ngajar” satu bab, situ udah muncul. Terlalu lebar ngajar juga ga bagus. Ga fokus.

(5)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 5 (+) Bener juga. Kayak tentang sabar. Sabar itu luas sekali ya. Ga usah dijabarkan dalam satu kali pengajaran. Ada sabar dalam menggunakan karunia Allah, ada sabar dalam menahan maksiat, ada sabar dalam…

(-) Stop, stop, stop… itu namanya “mulai meluas”. He he he, udah dulu ya. Udah kelebaran. Ini kan saya lagi menjelaskan tentang contoh-contoh orang yang beramal dengan apa yang diketahuinya dan diyakininya tentang amal saleh, ibadah dan kebesaran Allah.

(+) Siap. Lanjutkan.

***

Saya ulangi sedikit ya… Sebab udah kejauhan tadi… Semoga “yang kejauhan itu” tetap bermanfaat buat Saudara-Saudara Onliners semua…

Saya membagi tipe kita-kita ini menjadi minimal 4 tipe. Tipe pertama tipe yang tidak tahu. Tipe kedua, setelah tahu, ada yang tidak yakin. Tipe ketiga, setelah tahu dan yakin, tidak berbuah menjadi amal saleh. Tipe ke-empat, tipe yang makin jarang lagi yang bekerja dengan apa yang diketahui dan diyakininya. Di atas, saya tambahin lagi dengan 3 tipe lainnya. Tapi nanti saja pembahasannya.

Ok, di atas saya menyebut tentang “shalat malam”. Bisa jadi ada yang tidak tahu tentang shalat malam, termasuk tidak tahu keutamaan-keutamaannya. Sehingga boro-boro dia yakin, tahu aja engga. Tapi bisa jadi ada yang tahu dan yakin. Lalu kemudian bekerja menjadi tipe yang ke-empat. Dia pakai shalat malamnya, dengan segenap apa yang dia ketahui dan dia yakini. Dan saya katakan di atas, bahwa yang begini ini terjadi hampir di semua amal. Setelah saya coba contohkan dengan contoh pertama, contoh birrul walidain, berbuat baik sama orang tua, saya contohkan beberapa lagi amal saleh yang lain. Harapan saya adalah mudah-mudahan kita menjadi yang tahu, yakin, dan terus menerus bekerja dengan apa yang diketahui dan diyakini…

# Seseorang misalnya apakah tahu shalat dhuha itu pembuka rizki? Shalat dhuha adalah ibadah di pagi hari pertanda syukur di pagi hari, dan pertanda juga

(6)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 6 melibatkan Allah di setiap ikhtiar di pagi hari, sebelom jauh-jauh kemudian berikhtiar mencari rizki?

Insya Allah tahu. Kalau tahu, yakin tuh? Insya Allah yakin.

Kalo yakin, kenapa ga dhuha dulu sebelom ikhtiar dagang, sebelom ikhtiar usaha, sebelom ikhtiar menuntut ilmu, sebelom ikhtiar kerja, dan lain-lain ikhtiar? Kalau iya dhuha, kenapa dhuha nya begitu kering, tanpa motivasi?

Seperti orang yang diterima orang kaya, tapi setelah diterima dan berhadap-hadapan, bahasa tubuhnya seperti acuh tak acuh? Duduk mah duduk. Tapi bahasa tubuhnya membuat si orang kaya ini jadi bertanya, koq setelah diterima, begini sikapnya? Mengapa datangnya bukan seperti orang yang sangat perlu? Kenapa datangnya bukan seperti orang yang kepengen berterima kasih? Ga hidup shalat dhuhanya.

Lalu kemudian, adakah yang kemudian menyengaja shalat dhuha dengan apa yang diketahuinya dan diyakininya dari fadhilah shalat dhuha?

Sedikit sekali yang seperti ini. Perlu kayak ga perlu. Butuh kayak gak butuh. Sama Allah maksudnya. Ya, sikap kita begitu sama Allah. Kayak ga perlu sama Allah, kayak ga butuh sama Allah.

Dan masih banyak lagi amalan-amalan lain. Shalawat, baik sama tetangga, hormat dan bakti sama guru, sayang sama yang miskin dan yatim, seneng menjadi jalan kebaikan buat orang, menebar kebaikan, jalan ke masjid, dan segudang amalan lain. Termasuk juga sedekah.

Semua yang saya jelaskan ini berkaitan dengan “belajar keyakinan”. Hingga kita semua menjadi orang-orang yang meng-Esakan Allah, mengagungkan Allah. Termasuk mengikuti cara-cara-Nya, ajaran-ajaran-Nya, petunjuk-petunjuk-Nya.

(7)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 7 ***

Saya akan mencoba mengajak Saudara bercanda-canda sedikit dengan ilmu yakin.

Sedekah diketahui sebagai sesuatu amalan yang bila kita melakukannya akan dibalas sama Allah berkali-kali lipat. Disebut pengembaliannya bisa 2x lipat, 10x lipat, 20x lipat hingga 700x lipat atau bahkan tak terhingga. Sedekah diketahui juga sebagai amalan yang akan mendatangkan ganti yang lebih baik, dan datangnya bisa sangat berkali-kali, sepanjang waktu, dan bahkan bisa sampe hari berbangkit. Ga putus-putus.

Tapi pertanyannya sama dengan di atas… Tahu tuh? Tahu. Insya Allah tahu.

Yakin tuh? Insya Allah yakin. Tapi kemudian make ga? (+) Maksudnya?

(-) Iya, make ga? Sedekah ga? (+) Sedekah lah. Masa ga sedekah? (-) Terus gimana sedekahnya?

(+) He he he, kalo dicecer kayak begini, bisa jadi amalan sedekahnya ketahuan. (-) Ketahuan gimana?

(+) Ketahuan sama saja seperti orang yang ga tahu dan ga yakin.

Onliners yang berbahagia… Omongan ini kerap saya pake buat nyindir diri saya dan jamaah… Kalau emang tau, kenapa sedekahnya seperti orang yang ga tahu dan ga yakin? Bila punya 110rb, sedekahnya tetap 10rb. Jika punya 115rb, sedekahnya malah 5rb. Punya 116rb, sedekahnya malahan jadi tambah kecil: seribu. Lah, jika bawanya 100rb lempeng alias belom ditukerin belonm dipecahin, malahan ga jadi tuh sedekah.

(8)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 8 Inikah yang disebut amalan orang yang tahu dan yakin? Harusnya kan sedekahnya yang besar. Kalo tahu dan yakin bakalan dibayar sama Allah, ya sedekah yang besar sekalian. Punya 110rb, sedekah 100rb. Sedekah 100rb, jadi 1.010.000,-. Sedekah 10rb, jadi 200rb. Masa pilih yang kecil? Itu sebabnya barangkali tahu tapi sebenernya masih ga yakin. Ragu. Apa iya? Apalagi kalau ada keperluan.

Sampe “level” sini aja, udah banyak yang mulai bertumbangan, berguguran. Saudara bisa jadi disebut sebagai orang yang tidak tahu dan tidak yakin, sungguhpun Saudara “merasa tahu” dan “merasa yakin”.

Nah, apalagi kemudian saya bawa ke level selanjutnya. Yakni memakai ilmu sedekah tersebut, yang dengan apa yang diketahui dan diyakininya, sedekah lalu dijalankan lagi dan lagi, terus dan terus, dengan motivasi yang hebat. Saya menyebutnya: “Hingga ia menjadi metode”.

***

Sebelom saya melanjutkan, saya perlu sedikit mengisahkan sedikit kisah…

Seorang kawan datang kepada seorang guru. Pinjam duit. 500rb. Guru tersebut memberi 50rb ke muridnya. Lalu guru ini menyampaikan, “Coba sedekahkan ya duit ini. Duit ini bukan untuk Anda. Tapi untuk sedekah. Mintalah kepada Allah agar Allah memenuhi kebutuhan Anda yang 500rb.”

Kawan ini kemudian menawar. “Ya Guru… Saya kan lebih butuh. Boleh ga uang itu buat saya saja. Ga apa-apa kurang juga. Daripada ga ada.”

Guru ini berkeras. “Anda nanti ga akan belajar… Setelah sedekah, kembalilah kemari. Coba belikan makanan, beberapa bungkus.”

Kawan ini pun berkeras, “Keluarga saya belom makan. Anak istri saya lebih butuh duit ini.”

“Baiklah. Begini. Belikanlah dulu makanan untuk orang lain. Pakai duit itu. Lalu kembalilah kemari. Biarlah amal itu jadi amal saya. Dan saya akan berikan uang

(9)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 9 50rb pengganti yang lain buat Anda. Namun jika Anda masih duduk di sini, dan Allah menunjukkan Kuasa-Nya, maka fadhilah sedekah ini buat saya.”

Kawan ini kemudian keluar dan membeli makanan, lalu membagikannya. Sejurus kemudian ia sudah kembali kepada guru ini.

Saat ia kembali, guru ini sudah ada tamu yang sedang bercengkrama. Pada saat kembali, tamu ini memberi amplop berisi uang, dan pamit.

Guru ini berkata, “Tahukah Anda, bahwa ini amplop adalah Janji Allah? Amplop ini berisi 10x lipat, atau lebih. Ga boleh ia kurang dari 10x lipat.”

“Bagaimana Guru bisa yakin?”

“Sedikit ilmu yang saya tahu, mengajarkan saya untuk yakin.”

Guru ini membuka amplop tersebut, dan disuruhnya kawan ini menghitung. Jumlahnya? Ajaib. 500rb!

“Ambillah 50rb… Dan silahkan Anda berikan buat anak dan istri Anda. Sesungguhnya jika Anda bersabar, dan lebih bersabar lagi, lalu merelakan uang 50rb ini untuk orang lain, barangkali tidak akan ada lagi kelaparan di hari-hari berikutnya. Cukup Allah takdirkan lapar hanya siang tadi, sore ini, dan malam nanti. Namun mulai esoknya, insya Allah Anda dan keluarga Anda sudah akan mulai berubah kehidupannya.”

Guru ini mengajarkan bukan hanya ilmu. Tapi juga keyakinan. Bahkan secara ekstrim: Mendemonstrasikan ilmu dan keyakinan ini.

Onliners yang dimuliakan, kenyataannya, kawan ini tetap fifty-fifty yang menjalankan ilmu dan keyakinan ini.

Guru tersebut menyerahkan kelanjutannya kepada kawan ini. Apakah ia kemudian belajar dan mengamalkannya, atau dia simpan ini sebagai kisah saja, dan ia tetap belikan makanan buat anak istrinya?

Kawan ini kepengen bersedekah, ia ingat akan istri dan anak-anaknya. Tapi kalau ia mengutamakan istri dan anak-anaknya, ah… Entahlah…

(10)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 10 Pada kisah ini, bukan sekedar kisah tentang keutamaan sedekah. Tapi saya ingin mengatakan bahwa sang guru, bekerja dengan apa yang dia ketahui dan dia yakini. Dan bahkan ia ajarkan muridnya dengan apa yang ia ketahui dan yakini ini. Kalau guru ini tidak tahu dan tidak yakin, lain ceritanya.

Baiklah, saya teruskan sedikit.

Saudara-Saudara kemudian bisa jadi ada yang berpendapat bahwa bilamana kawan ini mengutamakan orang lain, lalu mengabaikan anak-anak dan istrinya yang juga lagi kelaparan, maka inilah kezaliman adanya.

Kiranya inilah sedekah di saat sempit. Dan sedekah di saat sempit ini keutamaannya lebih luar biasa tatkala sedekah di saat lapang.

Dan inilah juga hakikat lain dari kesabaran. Sabar berlapar-lapar, untuk bisa kemudian beramal saleh. Dan amal salehnya berlipat-lipat, sebab berbarengan dengan menyabarkan diri tidak makan agar bisa bersedekah. Subhaanallaah.

Apakah kemudian boleh berharap bahwa Allah akan menanggung makan anak dan istrinya, juga memenuhi kebutuhannya? Secara panjang lagi luas akan dibahas di Kuliah Tauhid ini. Saya mau menyampaikan hal lain yang luar biasa… Jika kemudian Allah tidak segera datang kepada kawan ini, dan “membiarkan” keluarga ini tetap lapar hingga keesokan harinya, tapi Allah menemukan kawan ini dan keluarganya bersabar, ridho, dan tetap bersyukur, maka ucapan gurunya ini yang kemudian akan terjadi. Perubahan hidup akan Allah hadiahkan buat dia. Bukan sekedar buah dari amal salehnya, tapi juga buah dari kesabarannya. Dan perubahan ini biasanya bersifat quantum. Langsung melesat, melejit, drastis perubahannya.

Keyakinan bahwa Allah akan memberi yang lebih besar lagi, membayar yang lebih banyak lagi, yang bisa mendorong orang untuk tahan menderita, melepaskan kepentingan dirinya, mengalahkan egonya yang barangkali dia juga dalam posisi yang sama sulitnya, dan mengutamakan orang lain. Insya Allah.

(11)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 11 Sekali lagi saya ingatkan dengan perkataan saya di atas. Apa yang saya contohkan untuk Saudara semua belajar keyakinan adalah tidak melulu harus di bidang amalan sedekah. Melainkan di semua amalan. “Bekerja dengan apa yang diketahui dan diyakini”.

Saya perdalam coba ya… Sedikit contoh di urusan amalan lain selain sedekah. Sebut saja amalan birrul walidain; baik sama orang tua. Amalan yang sudah disebut sedikit di awal-awal tulisan ini.

Ketika seorang ayah mendapatkan kabar promosi karir dan jabatan, begitu pulang, ia dan istrinya menyengaja silaturahim ke rumah orang tuanya. Mereka bawa apa yang disukai orang tuanya; mungkin buah kesayangannya, makanan favoritnya, atau kita mengajak anak kita, yakni cucunya. Kita lalu duduk bersama orang tua kita, shalat bareng, dan kemudian kita cerita tentang promosi jabatan dan karir kita. Ketika orang tua kita tersenyum, mengiyakan, dan mendoakan, apalagi kemudian memberikan nasihat… Wuah, lebih dari karir dan jabatan yang dipromosikan, akan diberikan Allah. Betul. Lebih dari sekedar itu.

Tatkala kita mendatangi orang tua, menyenangkan hatinya, mendoakan keduanya, dan didoakan keduanya, saat itu lah saya menyebut sebagai saat-saat di mana kita “bekerja dengan apa yang kita ketahui dan kita yakini”. Tentang apa? Pada kasus tadi, ya tentang birrul walidain. Kita tahu dan yakin birrul walidain ini dahsyat buat dunia akhirat kita, lalu kita make dengan sempurna. Menjalankan dengan sempurna.

Maka, ketika kita bicara amal-amal yang lain, tinggal kopi paste saja. Di sinilah saya senang menyebutnya juga sebagai “belajar ilmu yakin”, “belajar ilmu amal”. Bukan ilmu yang sekedar di atas kertas, tapi tidak digunakan.

Seseorang yang mengetahui ilmu sedekah, tapi kemudian tidak memakai ilmunya, maka buat saya ini seperti orang yang punya pisau, punya golok, tapi ia tidak menggunakannya. Sayang. Tambah sayang lagi kalau dia tahu banyak amal, tapi tidak ada satupun yang diyakininya, apalagi diamalkannya.

(12)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 12 Bila kita “bekerja” dengan apa yang kita ketahui dan kita yakini, maka insya Allah kita dapat keutamaan bukan hanya keutamaan amal salehnya saja. Tapi juga keutamaan ilmu, keutamaan yakin, dan keutamaan-keutamaan lainnya.

***

Saya sodorkan contoh berikut…

Pengen motor. Ada nih duit. Bukan ga ada. 12jt malah. Cukup buat beli motor baru. Lalu ia maen jalan aja ke showroom… Ini namanya ga make ilmunya, ga make apa keyakinannya.

Lah, terus gimana ustadz?

Pake dong ilmunya. Syukur-syukur dia punya ilmu yang “komprehensif”. Ga hanya sedekah. Ga hanya doa. Ga hanya dhuha. Ga hanya ilmu kerja, ilmu nabung, ilmu hemat.

He he he, Saudara Onliners semua… Ini menarik. Untuk bisa dapat motor, ada juga yang dapat dari ilmu kerja, nabung, dan hemat. Umumnya ini lah ilmu yang diyakini oleh masyarakat dan “dipake”. Kerja keras, nabung, hidup hemat, supaya bisa punya ini punya itu. Insya Allah saya menyebutnya ini juga ilmu. Pengetahuan. Bahwa bila bener-bener kerja, nabung, hidup hemat, bisa deh dapat motor yang diidamkan. Buat sebagian yang lain, silahkan dikembangkan menjadi rumah, mobil, dan lainnya. Saya ga bersebrangan. Saya hanya ingin menambahkan, beri dia bobot saja. supaya bernilai akhirat.

Saya kepengen Saudara semua kemudian memiliki ilmu yang komprehensif. Banyak ilmu, dipake. Dan semuanya akhirnya menjadi bernilai akhirat. Saudaraku semua, keinginan memiliki motor sungguh ia merupakan asli hal yang bersifat dunia. Paling tidak, begitulah disebutnya. Namun jika Saudara tambahin sedikit ilmu niat, ilmu bismillah, ilmu syukur, maka keinginan itu akan jadi amal saleh dan ibadah. Coba aja pasang niat, bahwa motor ini mau dibeli untuk kerja nyari rizki halal. Bismillaah saat kepengen memilikinya, bismillaah saat terbersit keinginan untuk memilikinya, bismillaah di proses memilikinya.

(13)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 13 Saudara juga kemudian bersyukur di pemakaiannya ketika motor ini bener-bener ada. Wuah, sepanjang jalan motor ini menjadi jalan amal saleh dan ibadah Saudara.

Tambah lengkap lagi jika kemudian ditambah dengan ilmu doa, dan lain-lain yang sebentar lagi akan saya contohkan dalam bentuk contoh sekonkrit-konkritnya, dicuplik dari pengalaman keseharian yang terjadi. Kaitannya dengan belajar keyakinan. Saya ingin menjelaskan supaya Saudara semua belajar ilmu yakin dari setiap kejadian apapun yang Saudara lalui.

Saya senang mencontohkan dari apa yang terjadi di sekitar kita.

Gini ya… Ketika orang kepengen motor, sedang ia punya duit 12jt, apa iya orang pengen beli motor hari senen jam 7 pagi, lalu jam 8 pagi langsung jalan ke showroom? Kan engga. Ga seperti ini. Biasanya orang yang kepengen motor, ada jeda dulu beberapa saat. Nah, harusnya pada saat jeda, pada saat kepikiran butuh motor, pengen motor, mbok ya pake ilmunya, supaya kemudian semakin timbul keyakinannya sama Allah.

Ketika terbersit, ambillah dulu wudhu. Shalat sunnah dhuha 2 rokaat bila keinginan ini di pagi hari adanya. Ya ndilalah, pas butuh motor, ya koq pas ada duit. Bersyukur sama Allah. Sujud. Terima kasih sama Allah. Orang lain susah nyari buat DP, kita malah ada uang cash. Orang lain ga bisa milih, sebab duitnya pas-pasan. Kita malah banyak duitnya, lalu bisa milih merek apa dan jenis motornya apa.

Saudara, bila Saudara melakukan ini, bisa jadi malah Allah ga perlu duit 12jt Saudara. Allah bisa banget ngirim motornya buat Saudara tanpa beli. Saudara belom lagi jalan ke dealer, motor udah Allah kirimkan.

Caranya?

Bukan wilayah kita mikirin. Itu wilayahnya Allah. Tentang cara, jadi rahasia Allah saja.

Saudara yang mengetahui ilmu sedekah, sedang Saudara punya duit 12jt, kan sebenernya ga ada masalah. Saudara bukan tidak punya duit koq. Saudara

(14)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 14 hanya pengen make ilmu sedekah Saudara. Sayang banget punya ilmu ga diamalin.

Maka ketika Saudara ngamalin, maka di sinilah saya menyebutnya: Saudara bekerja dengan apa yang Saudara ketahui dan yakini.

Duit 12jt itu Saudara tidak bawa ke dealer motor langsung. Saudara ambil 1,2jt. Biar saja 1,2jt ini “yang bekerja” mendatangkan motor senilai 12jt.

Dengan make ilmu ini, Saudara malah hemat 10,8jt rupiah. Duit ini bisa dipake buat kebaikan-kebaikan lain.

Kalau waktu butuh motornya mendesak?

Itu namanya hidup tanpa planning dong. Saudara laper mata disebutnya. Ini bahasa nenek saya: Guru Hajjah iyo. Bahasanya ibu saya: Bu Uum. Pengen apa-apa ya mesti dibeli saat itu juga. Ga lucu. Apalagi hidup kan kudu manfaat buat orang. Dan setiap kejadian kalo bisa harus bisa nambah ilmu lagi, nambah amal saleh, dan nambah keyakinan.

Ini belom ditambah ilmu doa, dan ilmu-ilmu lain yang akan kita pelajari sedikit demi sedikit di Kuliah Tauhid ini. Biar Saudara merasa punya Allah yang Maha Menolong, Maha Menyediakan Kebutuhan, Maha Menyediakan Rizki… Ajak Allah masuk dalam setiap keinginan dan kebutuhan Saudara. Ajak Allah masuk di kehidupan Saudara. Jangan sendirian. Dalam kasus contoh motor ini, paling tidak Allah jadi yang ditanya dah. Sehingga Saudara tidak maen jalan saja beli motor tanpa melibatkan Allah. Saudara jadiin ibadah sejak awal terbersitnya. Lalu kemudian Saudara pelihara sampe selesainya. Toh yang menjadikan Saudara punya duit dan bisa beli motor adalah Allah. Kenapa Allah ditinggal dan tidak dilibatkan? Apalagi Allah juga yang menjadikan Saudara sehat, dan selamat ketika menggunakan nikmat Allah berupa motor tersebut.

Saudara yang baru mengenal saya, baru mengikuti Kuliah Online, akan bingung kali ya… He he he, koq contohnya motor? Yah, inilah belajar ala Yusuf Mansur. Belajarnya ga ketinggian. Sebab kita kan bukan kuliah di kampus. Tapi

(15)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 15 belajar lewat kuliah kehidupan. Nanti malah contohnya pake “ikan mentah”, he he he.

***

Saya sering mengingatkan diri saya dan jamaah, bahwa kerap kita melupakan Allah. Mulai dari urusan yang besar, sampe yang kecil. Atau sebaliknya, dari urusan yang kecil sampe yang besar. Dari urusan yang ringan sampe yang berat. Padahal Allah menyuruh kita mengingat-Nya, dan bersama-Nya, 24 jam, di seluruh sendi kehidupan. Bukan hanya saat susah, tapi juga saat senang. Bukan saja saat berduka, juga saat bahagia. Dan bukan saja pada penikmatan hasil ikhtiar, tapi juga sejak menit awalnya.

Kita lihat bagaimana Rasulullah mengajarkan niat dan doa. Sehingga kita tahu tidak ada satupun aktifitas kita yang tidak melibatkan Allah, yang tidak bersama Allah. Bahkan maaf ya, sampe makan dan buat air kecil dan besar, di awal dan di akhir kita disuruh melibatkan Allah dan bersama Allah, lewat doa dan niat. Subhaanallah kan? Harusnya ini mengajarkan kita semua bahwa di semua bab kehidupan kita mestinya ya begitu. Tapi masya Allah, kita ini sering lupanya ketimbang ingatnya. Lebih sering lalainya, ketimbang awasnya.

Dalam keadaan lapar, lalu Saudara ada duit 10rb, Saudara malah ingetnya ke tukang nasi goreng, he he he. Jarang banget ada yang dikasih lapar, lalu inget Allah. “Makasih ya Allah, saya dikasih lapar…”. Lalu bertambah-tambah menyebut Allah nya, tatkala lapar, pas megang duit 10rb… Teruuuusss bertambah-tambah lagi syukurnya, pas lapar, pas megang duit, paaaaaaasss tukang nasi goreng lewat… Asyik… Rasa lapar bertambah-tambah nikmatnya. Ada

Allah di tengah-tengah kita.

Di Kuliah ini saya ingin mengajarkan kepada Saudara bagaimana kemudian ilmu dipakai, keyakinan dipakai. Yah kira-kira seperti inilah. Saudara kemudian bertambah-tambah iman nya.

(16)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 16 Laaaaahhhh, coba aja pikirin sendiri… Jangankan bab nasi goreng, la wong bab buang air kecil dan besar saja ada aturan sunnah Rasulnya… Iya kan?

Sebab di sisi Allah dan Rasul-Nya, ga ada itu perkara kecil kalau sudah berurusan dengan tauhid, keyakinan, kebersyukuran, dan hal-hal yang menyangkut iman, ibadah atau amal saleh. Buang air kecil sering dipandang

enteng. Buang air besar apalagi. Dianggep jorok. Nikmat bisa buang air, dipandang sebelah mata. Yang disebut “nikmat” adalah bisa makan doangan. Bukan buang air. Padahal kalo udah kena kanker prostat, bukan maen mahalnya. Apalagi kalau sampe dibuatkan saluran buang air buatan, dan ditutup lubang salurang buang air alami dari Allah…? Wuah…

Kita coba mulai nukik ke belajar keyakinan ya…

Saudara… Jika Saudara punya duit 10rb, lalu Saudara jalan ke tukang nasi goreng, dan Saudara bawa pulang itu nasi goreng, maka Saudara ga akan menemukan Allah di sana. Dan Saudara pun tidak mendapatkan Allah di hati dan di pikiran Saudara. Saudara akan menganggap, ya begitulah adanya. Kalau punya duit 10rb, lalu jalan ke tukang nasi goreng, maka pulang akan bawa nasi goreng. Saudara lupa, bahwa hidup ini pun berisi kemungkinan-kemungkinan yang lain. Dunia ini bersifat relatif. Yang hakiki hanyalah Allah.

Bisa saja terjadi hal yang tidak Saudara inginkan… Saudara keluar dari rumah, tidak ada satupun yang dagang…

Sekalinya ada yang dagang, tukangnya ga ada. Saudara beralih ke dagangan yang lain, warteg misalnya, habis semua lauk pauknya… Hingga akhirnya Saudara megang duit pun, tetap ga makan…

Nah nah nah… Saya seneng bercanda dengan Saudara… Di urusan belajar keyakinan ini.

Jika Saudara memahami dunia ini Allah yang mengaturnya, siapa yang kemudian mengatur Saudara bisa dapat dan tidak nasi goreng?

(17)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 17 Tidak kah Saudara mau berpikir, siapa yang memberi kemudahan buat Saudara, lalu tiba-tiba koq ada tukang nasi goreng yang dibuat oleh Allah lewat depan Saudara…?

Tidak kah Saudara mau berpikir, siapa yang kemudian memberi semua yang dagang kesibukan, sehingga meninggalkan tempat dagangnya. Sehingga Saudara tidak ketemu yang dagang…? Atau siapa yang “menghabiskan” barang dagangannya yang dagang…? Sehingga ketika Saudara datang, sungguhpun Saudara megang duit, pedagang nasi ga bisa ngasih nasinya buat Saudara…? Coba jajal ilmu yakin, bahwa Allah yang memberi semua makhluk-Nya.

Betul Saudara… Coba jajal sedikit ilmu Saudara nanti saat Saudara sudah mulai belajar ilmu tauhid ini… Hingga bertambah iman dan keyakinan Saudara… Saat lapar ada… Saudara jangan dulu pakai duit Saudara untuk beli nasi goreng… Sebentar… Santai aja… Dibuat rileks…

Saudara jajal bersyukur dulu… Saudara jajal berdoa dulu…

Ga usahlah pake sedekah dulu, he he he… Lebay nantinya, ha ha ha…

Cukup coba bersyukur dan berdoa. Berterima kasih seperti yang sudah dikutip di atas. Berterima kasih kepada Allah udah dikasih rasa lapar dan uang…

Tapi kalau mau sedekah, bisa juga… Tambah manteb. Tambah sempurna. Gimana coba…?

Hmmm… Coba bilang, Yaa Robb… Saya mau beli nasi goreng… Ada 10rb nih… Mau beli dua ah… Yang satu bungkus buat orang lain…

Bisa juga kan?

Atau sekalian aja bercanda sama Allah. Ngarep.com keajaiban-Nya sekalian yang sempurna…

“Ya Allah, duit yang 10rb ini buat Engkau saja… Anterin aja saya nasi goreng yang saya ga kudu beli… Jadi duitnya kan POL buat hamba-Mu yang lain…”

(18)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 18 He he he…

Lalu apakah Saudara kemudian berdiam diri?

Ya jangan. Setelah bersyukur dan berdoa, ya jalan aja ke tempat nasi goreng mangkal. Pesen aja di sana, beli di sana.

“Bang… Nasi goreng…” “Pedes ga…?”

“1 pedes, 1 engga…”

Kita niatkan yang ga pedes, buat orang. Jaga-jaga yang kita kasih ga doyan pedes. “Kasih aja ntar acar dan cabenya ya…”, begitu kita bilang sama si Abang.

Saudara, Saudara sudah mengundang Allah… Dan Allah akan datang loh… “Mas, beli nasi goreng juga…?”, sapa seorang yang ga dikenal…

“Iya… Tinggal di sini…?” “Engga. Lagi namu…”

Sejurus kemudian orang ini merogoh koceknya… “Bang, nih lima puluh ribu… Bikin 4 bungkus ya. Sekalian kembaliannya buat bayarin si mas ini, dan buat abang sisanya…”.

“Wah, makasih ya… Engga kenal, tapi mau bayarin…”.

***

Bila Saudara punya duit, jalan, lalu pulang bawa nasi goreng, peristiwa ini mungkin tidak akan menjadi peristiwa tauhid.

Wawloohu a’lam ya, andai Saudara bener-bener kuat tauhidnya. Umpama sungguhpun tidak ada orang yang bayarin, alias bayar sendiri, Saudara tambah bertasbih dan bertahmid, memuji Allah sebab akhirnya Saudara bisa makan. Saudara memandang, ga mungkin Saudara bisa keluar rumah, bila tidak ada rizki Allah berupa kaki, keselamatan, walo deket

(19)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 19

jaraknya. Dan Saudara memandang ada Allah, sehingga Saudara diizinkan makan.

Bukan apa, belom tentu juga kan saya bilang di atas, Saudara lalu bisa makan. Belom tentu. Bahkan ketika Saudara sudah nenteng itu bungkusan nasi goreng, belom tentu bisa makan kalau ga ada izin Allah.

Ini peristiwa sehari-hari yang mungkin saja Saudara alami loh…

Begitu pulang, ada tamu. Saudara lalu melayani tamu dulu. Nasi ditaro di dapur. Lagi ngelayanin tamu, datang ponakan. Kita ga nyangka, kalo ponakan langsung nyelonong ke dapur. Liat-liat, ada nasi goreng. Diembat deh, he he he.

Tamu pulang, saudara lalu ke dapur. Yang ada tinggal acarnya doangan… ha ha ha…

Orang yang bertuhan Allah, senantiasa melihat semua kejadian, semua peristiwa, ada Allah, dan selalu ada Allah…

***

Saya mengajarkan diri saya, bergantunglah kepada Allah. Jangan pada selain Allah.

Saudara punya kesulitan. Lalu Saudara punya motor, yang dengan motor itu Saudara merasa “aman”, ini bahaya buat tauhid. Tanpa sadar, motor itu pelan-pelan menjadi tuhannya Saudara,

Saudara punya kesulitan, Saudara mengenal Saudaranya Saudara… Lalu Saudaranya Saudara itu membantu… Wuah, kadang ini malah lebih gawat buat tauhid Saudara…

Saudara ada keperluan, duit tersedia. Istri, anak-anak, rumah tangga, ada keperluan. Duit ada. Wuah, Allah biasanya “ga kepake”, “ga dipake”…

(20)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 20 Berhala-berhala modern sekarang ini menjelma menjadi lebih banyak lagi berhala. Ia bisa uang, bisa sodara, bisa kawan, bisa majikan, bisa perusahaan, bisa pimpinan, bisa kekasih hati. Bisa banyak hal. Yakni bila kita bergantung kepada mereka itu, bila kita takut kepada mereka, bila kita berharap sama mereka. Sampe lupa dan melupakan Allah.

Sebentar ya. kita santai-santai belajarnya… Saya coba detailkan contohnya. Saya ingin bertanya kepada Saudara…

(+) Saudara pengen ikan di pasar. Ikan mentah. Lalu Saudara punya duit. Saudara ingat tuh sama Allah?

Bagus kalau masih sempet bismillaah… Apalagi keluar rumah menuju ke pasar sambil niat ibadah. Masuk pasar juga sambil baca doa masuk pasar yang diajarkan Rasulullah.

Biasanya?

(-) Kalau bicara biasanya, bisa jadi baca bismillaah juga engga. He he he, nuduh ya?

(+) Yaaah, mudah-mudahan saja Saudara engga begitu. Amin.

Nah, sekarang siapa yang percaya bahwa jika Allah menghendaki, maka seseorang yang ga punya duit, bisa aja pergi ke pasar lalu pulang bawa tetap ikan…

(-) Meski ga ada duit? (+) Iya. Meski ga ada duit.

(-) Tapi jika Allah menghendaki ya?

(+) Iya. Tentu. Bicaranya adalah jika Allah menghendaki. (-) Kalau begitu, saya percaya.

(+) Buktinya apa? Berkenan ngetes? (-) Ngetes gimana?

(21)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 21 (+) Ngetes, dengan silahkan pergi ke pasar. Jangan bawa duit. Bisa?

(-) He he he… Ga ah. Kerajinan…

(+) Ga bisa kan? Merasa ga mungkin kan? Ke pasar ya harus bawa duit lah… Gitu kan? Seorang ibu jalan ke pasar, duitnya ketinggalan. Dompetnya ketinggalan. Kira-kira, balik lagi ke rumah ambil duit atau dompet? Atau lanjut jalan ke pasar? (-) Kalau bicara umumnya, ya balik dulu. Pulang dulu. Sebab percuma. Masa ke pasar liat-liat doangan…?

(+) Nah, itu kira-kira kenapa? Sebab percayanya adalah kalo ada duit bisa belanja, kalo ga bawa duit ga bisa belanja. Kalo bawa Allah, masih ragu kan?

(-) Bawa Allah itu… Maksudnya? (+) Bawa ajaran-Nya. Bawa cara-Nya.

Itu tadi cerita seorang ibu yang ketinggalan duit. Gimana kita belajar dari Imam Ali. Dikisahkan satu hari Sayyidatina Fathimah, istri Imam Ali, meminta tolong suaminya ini untuk membeli sesuatu di pasar. Diberinyalah sejumlah uang, dan berjalanlah Imam Ali ke pasar. Di tengah jalan, Imam Ali bukan ketinggalan uang, yang kemudian ia balik lagi ke rumah. Bukan. Imam Ali di tengah jalan memberi uang itu kepada yang lebih membutuhkan. Sabab bi-idznillaah Imam Ali tahu bukan karena duit beliau bisa belanja dan bisa bawa barang yang dipesan istrinya, tapi karena Allah, maka Imam Ali terus saja berjalan.

Beda banget kan dengan kita?

(-) Beda banget. Imam Ali sengaja menyerahkan duitnya ya? Bukan ketinggalan. Dan Imam Ali yakin Allah ada di pasar yang ia tuju.

(+) Persis…

Dan ternyata sampe pasar, betul Allah sudah menunggunya. Imam Ali dipercaya menjaga satu barang dagangan. Kemudian tidak berapa lama, Imam Ali diberikan keuntungan sepuluh kali lipat dari yang Imam Ali berikan buat orang lain. Imam Ali pulang bawa barang pesanan istri tersayang, dan juga bawa uang lebihan.

(22)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 22 Di sini, di Kuliah Tauhid 01 ini, saya ingin langsung mengatakan kepada Saudara semua, inilah bedanya. Ketika Saudara bawa duit, dan yang ada di kepala Saudara adalah duit, dan hitungan material sebab akibat dunia saja, maka sekalipun Saudara bawa barang belanjaan, ya seukuran duit aja. Ga lebih. Tapi ketika Saudara membawa Allah, maka kemungkinan besar Saudara akan bawa lebih dari sekedar barang belanjaan. Minimal Saudara membawa pahala, membawa ibadah. Betul?

(-) Betul.

(+) He he he, ga usah dijawab. Biar bagian saya melanjutkan… (-) Silahkan.

***

Saudara perlu mengetes pengetahuan Saudara akan keyakinan, dan mengetes apa yang menjadi keyakinan buat Saudara. Supaya nanti bisa bekerja dengan apa yang Saudara ketahui dan yakini.

Punya nih duit, lalu kepengen ada yang dibelanjai, sekali-kali tes. Ga usah dibawa itu duit. Seperti Imam Ali, bagiin aja. Kemudian jalan aja ke pasar. Silahkan dicari tahu, apakah ketika duit tidak dibawa, malah dibagiin, lalu pulang dengan tangan kosong? Pulang dengan tangan hampa? Jajal aja.

Saudara bikin daftar belanjaan. Dari a s/d j yang Saudara mau beli di supermarket besar. Total diperkirakan: 2jt.

Saudara tahu sedikit ilmu. Jika sedekah 1 dibalas 10. Kalo dibalik, maka kalau mau dapat 10, keluarkan 1. Dengan pengetahuan ini Saudara yang ada pengeluaran 2jt dan ada duit 2jt, lalu bekerja dengan pengetahuan ini. Dan diyakini.

Ambil 200rb. Keluarkan. Sisanya 1,8jt, silahkan dipergunakan untuk keperluan lain.

(23)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 23 Lalu sebagaimana orang yang bawa duit, berjalanlah Saudara ke supermarket tersebut.

Sebagaimana Saudara punya duit, dan bawa duit, gagah aja melangkah. Masuk, ambil troli, dan mulailah jalan ke rak demi rak sesuai daftar belanjaan. Jangan kaget bila kemudian Allah utus seseorang untuk membantu Saudara. Sampe di rak pertama, ada yang menegur, “Lagi di sini? Belanja apaan?”

“Eh oh uh…”, sesaat Saudara bisa jadi ragu. Masa pengen bilang, “Lagi ngetes ilmunya Yusuf Mansur!”. Ha ha ha, bubarlah dunia persilatan jika bilang begitu. Biarlah ini urusan Saudara dengan Allah saja. dinikmati saja pertanyaan itu, dan ga usah memberitahu keadaan saat itu. Misalnya dengan mengatakan: Saya ini punya duit 2jt. Lalu jajal ilmu sedekah. Tadi pagi sedekah 200rb. Mudah-mudahan Allah yang belanjain saya.”

Ga perlu. Ga perlu begini. Ga perlu orang lain tahu. Maka begitu ditanya, ya jawab, “Saya lagi ada yang mau dibeli.”

Kita kemudian menemani beliau. Atau beliau yang menemani kita. Beliau ambil barang a, diambilnya dua. Satu ditaro di keranjang Situ.

Beliau ambil barang b, diambilnya lagi dua. Satu ditaro di keranjang kosong tadi. Dan seterusnya sampe j.

Ibu ini sadar-sadar pas mau bayar. Dari tadi dia bingung, mau dikasih tau soal duit ga ya? Ini orang maen masukin aja barang-barang ke keranjangnya. Mau nanya, siapa yang bayar? Gengsi.

Sebagaimana kita bawa duit, ya seperti itu pula kita manteb melangkah. Kemana? Ke kasir! He he he. Sampe kasir, beliau yang ketemu dengan kita, dan menemani kita belanja, bahkan masukin barang-barang ke kita, dialah yang bayarin. “Biar saya aja yang bayar…”. “Masukin Mbak ke bill saya. Sekalian sama barang-barang saya,” katanya kepada si kasir.

(24)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 24 Jangan buru-buru jawab. Ntar malah ga sempurna tauhidnya. Sebab tauhid yang bener juga tidak menjadikan Saudara lalu tidak berikhtiar. Ikutin saja dulu.

***

Kembali sebentar ke “ikan mentah” di atas.

Allah dan Rasul-Nya itu banyak mengajarkan kepada kita ajaran-ajaran-Nya dan ajaran-ajaran Rasul-ajaran-ajaran-Nya. Di antaranya kebersihan harta, kehalalan rizki, dan ibadah-ibadah serta amal-amal saleh. Dan jangan lupa. Allah pun mengajarkan keyakinan kepada-Nya. Dan di antara keyakinan yang diajarkan Allah adalah bahwa satu-satunya pemenuh kebutuhan adalah Allah. Satu-satunya pemberi rizki adalah Allah.

Ketika Saudara memanggil Allah, melibatkan Allah, di urusan Saudara, apakah Saudara tidak memerlukan ikhtiar? Kita coba lihat. Nyatanya, sebagai orang yang meyakini – misalnya – di urusan ikan mentah, tetap saja Saudara harus jalan. Harus ikhtiar.

Saya tanya, orang yang pengen ikan, sedang dia punya duit, dan tau ikan itu di pasar, gimana kemudian caranya? Maksudnya, apa yang dia ambil sebagai langkah konkrit?

Jalan ke pasar.

Betul. Dia jalan ke pasar.

Maka saya senang menggunakan kalimat ini, “Maka jalanlah ke pasar. Sebagaimana mereka yang punya duit, maka sebagaimana itu pula Anda jalan ke pasar. Anda punya Allah. Anda pake Allah.”

Sampe di pasar nanti, sebagaimana orang yang punya duit mendatangi tukang ikan, maka Anda datangilah tukang ikan.

He he he, makin seru nih. Sebagaimana yang megang duit, yang meyakini bahwa duit bisa ngebeli ikan, sedang Saudara pegang Allah sebagai pemberi ikan, bukan duit, maka “belilah” ikan itu!

(25)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 25 “Bang, ini ikan berapa duit sekilonya?”

“17rb… Berapa kilo?”

PD aja jawabnya, “Dua kilo…”

Si tukang ikan pun milihin ikan yang bagus.

He he he, Saudara yang ga megang duit, akan gemeteran kali. Lah lah lah… Berani-beraninya ga megang duit lalu kemudian mesen ikan. Kan kalo udah dipilih, nanti dibungkus. Kalo sudah dibungkus, nanti serah terima. Si tukang ikan, ngasih ikan. Kita ngasih duit. Gitu kan?

Lah, kita kan ga bawa duit?

Betul. Tapi kita bawa iman. Kita bawa Allah. Kita bawa keyakinan bahwa bawa engga bawa ikan, bukan urusan duit. Urusan Allah. Bisa makan engga bisa makan, bukan urusan duit. Tapi urusan Allah.

PD aja.

“Ada tambahan lagi?” si tukang ikan nanya. “Engga. Cukup.”

Si tukang ikan pun menyerahkan bungkusan ikan.

Detik itu, harusnya kita serahkan duit. Tappppiii… Tukang ikan ini bicara, “Ga usah bayar. Udah dibayarin.”

“Dibayarin siapa…?”, tanya kita basa basi, he he he. “Dibayarin kawannya Mas. Katanya kawan SMU…” Mata kita edarkan ke sekeliling. Ga ketemu yang dimaksud. “Koq tahu saya mau beli ikan?”

Kata si tukang ikan, kawan ini tadi beli ikan di sini. Dia melihat Mas. Terus mengatakan feelingnya kawan ini mau jalan ke saya. Beli ikan. Lalu dia bayarin, seakan-akan Mas bener-bener mau beli ikan. Terus dia berlalu, ga perlu ketemu katanya. Bilang aja begitu.

(26)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 26 Subhanallah…

***

Sampe sini, sebagian Saudara belom menerima. Ya saya santai aja. namanya baru kuliah perdana, he he he. Ada yang komen, “Yang begini, ga bisa diandelin. Ga bisa dijadikan standar bahwa kalau begitu pasti begini.” Yang lain berkomentar, “Itu namanya ngarepin keajaiban terus…”. Ya terserah aja.

Saudaraku sekalian, Onliners yang dicintai Allah… Kecepatan Allah datang ke kita, lebih cepat daripada kita datang kepada-Nya. Ketika kita mengangkat tangan, “Ya Allah, Engkaulah Penguasa Pasar… Bukan hanya tukang ikan yang Engkau punya. Tapi semua pasar dengan semua pedagang di dunia ini yang Engkau punya. Ya Allah, saya mau datang ke pasar-Mu. Jamulah saya. Berikanlah saya rizki sebagaimana mereka yang punya duit…”. Saat Saudara berdoa, Allah udah ngirim duluan malaijat-malaikat-Nya ke pasar, dan ngatur segalanya supaya Saudara bisa pulang bawa ikan. Bisa saja ada di belahan perumahan yang lain, seorang istri menyuruh suaminya ke pasar. Karena satu dan dua hal. Bukan istri yang belanja. Tapi suami. Hingga terjadilah peristiwa ini. Semua bisa DIA lakukan, sebab innaahuu ‘alaa kulli syai-in qodiir, Sesungguhnya DIA Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Saudara lihat, berjalan ga orang ini ke pasar? Berjalan.

Nah, ketika berjalan, inilah ikhtiar. Seperti yang punya duit, seperti itu juga dia jalan ke pasar. Mirip Sayyidinaa Ali di atas.

Siapa yang diharap sama dia?

Kalau dia berharap ada manusia yang membagi ikan kepada dia, menjadi salah dia. Kalau dia berharap ada yang memberi, berarti dia berharap kepada manusia. Engga. Dia hanya berharap Allah menunggu dia di sana. Di pasar. Dia

(27)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 27 berharap Allah dengan beragam caranya yang tidak terduga dalam memberi rizki, berkenan memberinya rizki.

Saya ingin mengatakan kepada Saudara… Semakin bagus ibadahnya Saudara, semakin bagus keyakinan Saudara, “perjalanan” ikhtiar Saudara akan makin diperpendek.

Saya senang ngajar dengan contoh. Supaya Saudara gampang nyerapnya.

Perjalanan “ikhtiar” yang tadi diceritakan, sampe POL 100%. Istilah cerita tadi, sampe “final” bungkusan ikan 2 kilo dikasihkan ke Saudara. Sampe situ, Saudara baru diberitahu bahwa sudah dibayarin ikan-ikan yang dibungkus ini. Saudara ga perlu ngomong apa-apa ke si tukang ikan.

Kondisi 80%-90% nya, Saudara begitu datang ke tukang ikan, si tukang ikan udah ngasih tau duluan, bahwa tadi kawan kita datang dan beli ikan, lalu menitipkan sejumlah uang. Silahkan belanja ikan dengan uangnya dia. Pilih sendiri ikan-ikannya. Seukuran 2 kilo.

Bisa juga Saudara dipanggil-panggil tukang ikan. “Maaasss… Mas… Mari sini…”

Saudara nyamperin, “Ada apa ya?” “Pengen ikan?”

“Iya. Emang mau ke sini. Koq tau?”

“Engga. Ga tau. Tapi ada titipan ikan buat Mas. Ada yang beliin tadi dan ngasih tahu bahwa orang dengan ciri-ciri yang disebut seperti Mas ini bakalan lewat sini. Kasih ikan ini…”

Kondisi 50% nya, Saudara di tengah jalan, ketemu kawan… “Mau kemana Mas…?”

“Mau ke pasar…” “Beli apa…?” “Beli ikan…”

(28)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 28 “Ooohhh… Ndak usah beli ikan… Nih, bawa pulang punya saya aja…”

He he he, ikhtiar Saudara “dikorting 50% perjalanan” oleh Alllah. Saya mah kagum sama kerja Allah. Kita hanya perlu percaya loh. Dan kemudian melakukan amal-amal saleh dan kebaikan, nanti selebihnya Allah yang akan atur.

Bahkan ada Saudara “yang tidak perlu” melakukan “ikhtiar tambahan pergi ke pasar”. Yakni tatkala Saudara baru saja terbersit, Allah sudah kirimkan ikannya! Bahkan Saudara belom sempat berdoa!

Tidak ada yang tidak mungkin buat Allah. Semuanya mungkin. Tapi nanti kita belajar, bahwa selain tentu saja ini semata Kehendak-Nya, juga sebab ibadah-ibadah sebelomnya yang dilakukan oleh seseorang… Atau ibadah-ibadah-ibadah-ibadah yang dilakukan oleh istrinya/suaminya, anaknya, ibu/bapaknya. Banyak dah sebab jalan amalnya yang bisa jadi bukan dari amal salehnya saja, tapi amalan orang lain.

Saudaraku semua… Itu semua ikan mentah loh… Tidakkah Saudara percaya bahwa Allah bahkan sanggup ngirim ikan mateng???!!! Tentu saja Saudara boleh ga percaya… Itu pilihan Saudara. Tapi saya asyik mengatakan, bahwa di antara Saudara malah ada yang Allah bercanda dengannya. Allah beri bonus tambahan bukan ikan mateng saja, tapi nasinya, lauk pauk lain, minuman ini minuman itu, dan banyak lagi. Yakni dengan menjamu Saudara di restoran enak nan mahal, he he he. Mintanya nasi saja sama sedikit ikan, Kun Fayakuun, malah ada yang ngajak keluar. Bukan sendirian, tapi sekeluarga. Masya Allah. Inilah semua yang digelar buat Saudara semua di KuliahOnline. Semua pembahasan, di semua kanal, beraroma tauhid yang kuat, tanpa mengabaikan ikhtiar. Kelak insya Allah Saudara bisa membedakan bagaimana disebut tidak berikhtiar dan berikhtiar. Dan Saudara kelak juga akan belajar tentang apa sesungguhnya yang disebut sebagai ikhtiar. Sebagiannya saya sudah mulai penjelasannya di Sesi 1 ini. Dan selebihnya saya sebar di perkuliahan sesi-sesi berikutnya, atas izin Allah.

(29)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 29 Dan saya senang mengatakan ini: Paling tidak, ketika Saudara melibatkan Allah di awal Saudara membeli ikan, sampe mendapatkannya, mengolah, sampe menyajikan dan memakannya, maka Saudara sudah dicatat bukan sebagai pekerjaan biasa. Tapi sebagai ibadah. Sebab menyebut nama Allah. Betul. Sungguhpun tidak ada keajaiban, misalnya karena Saudara memiliki uang, Saudara sudah dicatat sebagai beribadah dengan menyebut nama Allah di dalam setiap prosesnya.

Dan Saudara tetap saya sebut salah besar jika Saudara menganggap Saudara tidak memerlukan Allah karena Saudara ada duit dan tukang ikannya ada. Salah besar. Sama salahnya jika saya menyebut bahwa tidak ada keajaiban buat yang mendapatkan ikan sebab ada duit. Kenapa? Sebab Saudara yang bisa beli ikan sebab ada duit, tetap saja di situ ada keajaiban Allah. Ada kaki dan tangan yang Saudara pakai. Sedangkan kaki dan tangan itu adalah ciptaan Allah. Ada mata yang digunakan untuk melihat, ada telinga yang digunakan untuk transaksi jual beli. Semua karunia Allah tumplek blek di dalam peristiwa yang namanya: beli ikan. Sehingga tidak ada satupun sesungguhnya yang terjadi di dunia ini, kecuali Allah sangat-sangat berperan di dalamnya.

Maka menyebut Nya, menyucikan naman-Nya, membesarkan nama-Nya, memuji nama-nama-Nya, melibatkan-Nya di semua langkah kita, adalah sesuatu yang sangat-sangat layak adanya. Tidak ada DIA, maka tidak ada kita. Tidak ada perbuatan-Nya, maka tidak ada pula perbuatan kita. Tidak ada kehendak-Nya tidak ada pula kehendak kita. Tidak ada izin-Nya dan peran-Nya, maka tidak ada satupun yang bisa kita lakukan.

***

Sebab itu saya sering mengatakan kepada diri saya dan sekarang saya bahagia bisa mengatakan di menit-menit awal Saudara mengikuti perkuliahan tauhid di Kuliah Tauhid ini, bahwa ikhtiar langit sama ikhtiar bumi, hendaknya jangan dipisah. Apa yang disebut sebagai ibadah dan amal saleh, saya

(30)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 30 menyebutnya sebagai ikhtiar juga. Merupakan bagian yang tidak terpisah dari langkah-langkah yang dikenal selama ini oleh manusia sebagai ikhtiar.

Seorang pekerja, kan kerjanya katakanlah jam 8 pagi. Toh sebenernya dia udah mulai pekerjaannya itu dari starter motor atau mobilnya, atau start sejak dari keluar rumahnya.

Kalau mau jujur, maka sebenernya proses sebelom jam 8 itu adalah bagian tidak terpisahkan. Bahkan sejak istrinya menyiapkan pakaiannya dan sarapannya! Betul. Sesungguhnya pekerjaan istrinya pun menjadi satu kesatuan pekerjaan yang dimulai jam 8 itu. Tidak berdiri sendiri.

Maka, tidaklah salah saya bilang, bahwa cobalah mulai bekerja, berusaha “mulai dari seawal mungkin”. Kapan itu? Sejak awal bangun tidur. Yakni sudah berafirmasi. Sudah berdoa: Allahumma ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilaihin-nusyuur. Dari sini titik enolnya. Kemudian bergerak ke kamar mandi, bergerak wudhu, bergerak shalat sunnah… dan seterusnya bergerak shubuh… dan seterusnya lagi, hingga ia start jam 8 kerja atau usaha. Itu pun nanti, shalat dhuha, shalat lohor, jangan dipisah-pisah. Anggap ini sebagai “pekerjaan” juga. Bahagian dari SOP atau peraturan pekerjaan.

Jika Saudara pimpinan pekerjaan, bos dari satu perusahaan, maka katakanlah kepada karyawan, menjadi bahagian pekerjaan Saudara adalah menjaga yang lima waktu, syukur-syukur mau mengerjakan yang sunnah-sunnahnya. Itu adalah bahagian pekerjaan Saudara juga. Bila Saudara itu menjaga itu semua, berarti Saudara menjaga pekerjaan kita, usaha kita, perusahaan kita. Begitu.

Secara bercanda, namun benar, saya malah mengatakan, untuk pekerjaan yang dimulai jam 8 esok pagi, persiapaannya malah sebelom tidur! Sebelom tidur, kita ambil wudhu, sempatkan shalat 2 rakaat penutup malam, bisa shalat sunnah mutlak atau shalat witir. Atau shalat hajat. Berdoa sebelom tidur, baca Qur’an barang seayat dua ayat, syukur-syukur bisa selembar dua lembar. Berterima kasih atas yang sudah lewat, dan berdoa atas apa yang bakal dijalani.

(31)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 31 ***

Saya menyebut di Kuliah Tauhid ini sebagai upaya mengubah pola pikir, mengubah pola ikhtiar. Hanya dengan menyertakan Allah, melibatkan Allah, dan tidak melupakan hak-hak Allah, yakni kewajiban kita, maka kita berada di dalam ibadah 24 jam. Subhaanallaah.

Menarik sekali mengubah pola pikir pola ikhtiar, supaya ketemu pola hidup bertauhidnya, bahwa betul-betul kita mengingat Allah, di awal, di tengah, dan di akhir. Selalu bersama-Nya.

Saya mengingat ketika Wirda sakit. Saat Wirda bayi sakit panas, saya menyelimuti Wirda dan mengatakan ke istri saya, ayo kita ke dokter…

Istri saya bilang, “Ke Allah dulu…”.

Ketika istri saya mengatakan ke Allah dulu, apakah tidak jalan ke dokter? Tetap aja jalan ke dokter. Tapi ke Allah dulu. Dan di prosesnya pun kelak senantiasa bersama Allah. Mestinya.

Saat itu saya melihat istri saya mengambil kantong plastik, dan mengisinya dengan beras dan beberapa bahan dapur dan bahan makanan. Buat dibagikan. Istri saya menyuruh saya minimal doa. Dan saya lihat Wirda. Saya titip Wirda sama Allah. Saya memilih shalat dulu.

Nah, nanti saya belajar, bahwa yang saya lakukan ini, dengan memberi sentuhan ikhtiar, sesungguhnya saya melakukan quantum ikhtiar. Allah memperpendek ikhtiar saya.

Dalam bilangan yang ga lama juga, saya, istri, dan Wirda, sudah berada di depan rumah. Saya sudah mengeluarkan motor dari dalam rumah.

“Tadz… Mau kemana…?” tanya Azwar saudaranya istri saya. “Mau ke dokter.”

“Kenapa emang si Wirda?”, tanyanya lagi. “Panas badannya.”

(32)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 32 “Oooohhh… Coba dah tunggu sebentar. Semalam Helen (anaknya Azwar), juga panas. Neneknya ngasih daun apa tau tuh semalam. Sembuh. Kali aja cocok sama Wirda.”

Lihat, proses ikhtiar ke dokter, Allah perpendek. Tanda-tanda itu ada. Dan saya “melihatnya”. Merasakannya.

Kelak di perkuliahan ini saya kenalkan ke Saudara semua apa yang saya sebut sebagai: GodSign. Tanda-tanda dari Allah.

Saya dan Maemunah sesaat beradu pandang. Berangkat terus ke dokter, atau “memberi kesempatan” kepada Allah untuk “masuk dan berperan” di panasnya anak kami.

Akhirnya… “Iya dah. Coba kasih tau Nyai Kiyah…”.

Azwar memberitahu Nyai Kiyah. Nyai Kiyah ini mertuanya Azwar yang juga neneknya istri saya.

Sejurus kemudian Nyai Kiyah udah datang ke kamar Wirda sambil ngeborehin dedaunan. Ajaib. Miracle. Wirda diam dari nangisnya. Merintihnya pun hilang, dan tertidur. 1 jam lebih kami ngobrol-ngobrol, dan kemudian Wirda pun panasnya mereda. Alhamdulillaah.

Di sini saya belajar, ikhtiar tidak usah harus kemudian sama sekali dilepas. Ikhtiar mah ikhtiar saja. Sampe Allah kemudian memutuskan sesuatu buat diri dan langkah kita. Namun sesuatu yang pasti adalah Allah pasti akan terlibat andai diminta oleh kita untuk terlibat. Allah pasti masuk dan berperan andai kita mengundang-Nya masuk dan berperan. Ini bagaimana Allah mau berperan, wong Saudara saja tidak merapat kepada-Nya? Saudara berperan terlalu dominan, dan mengeyampingkan DIA. Sehingga tidak ada ruang buat-Nya untuk membantu Saudara. Yang menolak bantuan Allah adalah diri Saudara sendiri. Dan Allah itu terkadang begitu, bila Saudara mengandalkan yang lain, maka andelan Saudara itu yang diberi-Nya dulu kesempatan untuk menolong Saudara. Hingga Saudara “nyerah”, dan lalu meminta-Nya datang.

(33)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 33 Ada sih banyak kasus, di mana Saudara sama sekali tidak pernah mengundang Allah datang. Saudara asyik saja dengan kebodohan Saudara. Berikhtiar tanpa melibatkan-Nya. Namun disadari atau tidak, Allah tetap masuk dan membantu. Ternyata tanpa Saudara tahu, ada orang di sekeliling Saudara yang memang meminta Allah. Bisa saja orang tersebut adalah istri Saudara, suami Saudara, anak-anak Saudara, orang-orang tua Saudara. Atau kawan Saudara dan guru Saudara. Mereka berdoa dengan tulus untuk Saudara, padahal Saudara sendiri ga berdoa untuk diri Saudara sendiri, he he he. Ketulusan mereka membuat Saudara kemudian ditolong Allah. Subhaanallaah.

***

Dalam satu kajian tauhid, saya sampaikan. Ketika pun misalnya saya ga ketemu sama Azwar di depan pintu, alias saya terus sampai ke dokter, maka ketahuilah, Allah tetap saja berperan. Siapa juga yang membuat dokter ada di tempatnya? Siapa pula yang menyelamatkan jalan sampe k dokter yang saya tuju? Apa karena dekatnya jarak rumah dengan praktek dokter, lalu saya, istri saya, Wirda, “pasti” selamat pergi dan pulang? Semua menjadi rahasia Allah. Kita tinggal menikmatinya saja. Dan karena kita tidak mengetahui “pekerjaan-Nya” yang ghaib, juga tidak belajar tauhid, tidak belajar iman, maka kita anggap lah tidak ada pekerjaan Allah di sana. Padahal mah masya Allah.

Tidak jarang saya mencontohkan dengan contoh-contoh sederhana. Pernahkah kita berpikir, harusnya kita ini ga selamat. Di tikungan bakal ditabrak oleh satu motor yang datangnya dari arah berlawanan. Namun Allah “selamatkan”. Dengan cara-cara yang tidak kita ketahui. Misalnya pengendara motor itu dipanggil seseorang dari tepian jalan. Kira-kira 200-300 meter sebelom tikungan. Jadilah kemudian “tertahan” 1-2 menit. Pas kita belok di tikungan kita “tidak ketemu”, tidak “papasan”, dengan motor yang mestinya nabrak kita. Akhirnya jadilah kita selamat. Nah, saya perlu mengatakan kepada Saudara semua, peristiwa yang sesungguhnya satu korelasi kejadian ini, karena kita tidak

(34)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 34 tahu, “nyaman” saja kita jalan ke dokter dan selamat. Karena itu wajar sekali kita harus menyebut asma-Nya, dan bersyukur.

Ketika sampe di praktek dokter pun, apa iya dokter itu ada dengan sendirinya? Bisa saja harusnya dia engga datang ke tempat praktek. Tapi dokter ditelpon oleh pasien lain, janjian, dan datanglah dokter ini. Di mana saya mengatakan, bisa jadi sesungguhnya di antara Rahasia Pekerjaan Allah adalah dokter ini datang bukan karena pasien yang menelponnya. Tapi Allah atur kedatangan dokter ini untuk kedatangan saya dengan Wirda. Subhaanallah. Lagi-lagi mata kita tidak akan bisa mengetahui ini, kecuali dengan mengimani-Nya. Kita tidak akan bisa melihat-Nya, kecuali dengan kebersyukuran, dan IMAN kita. Dan memang DIA lah yang disebut sebagai Yang Ghaib. Sungguh rumit pekerjaan Allah. Tapi kerumitan itu hanya milik manusia. Tidak ada satupun yang sanggup menggantikan-Nya.

Sedikit saya terusin yang sama dengan nada di bahagian ini… Seorang yang berdoa kepada Allah minta diselamatkan hari itu oleh Allah. Lalu Allah menyelamatkannya. Saat dia udah siap pergi, starternya tidak langsung nyala. Ada jeda sedikit. Yang sedikit itulah barangkali penyelamatan oleh Allah. Sepersekian detik yang berarti. Yang kalau Allah tidak tunda, DIA lah yang mengetahui keselamatan dan bahaya buat hamba-hamba-Nya. Ada yang di tengah jalan, truk melintang. Seakan menghalangi jalan. Padahal truk itu dihadirkan Allah agar tertunda perjalanan kita. Yang kalau tidak ditunda, maka kecelakaan akan terjadi. Di tengah jalan pun ada pohon tumbang, sehingga sedikit memacetkan jalanan. Tanpa kita paham, itu pun adalah “kerjaan” Allah. Dan memang semua adalah pekerjaan Allah. Laa hawla walaa quwwata illaa billaah.

Kuliah Tauhid akan tambah menarik tatkala nanti kita belajar iman kepada malaikat. Seru. Menarik. Dan akan membuka mata Saudara semua, betapa kita ini kecil dan Allah itu Maha Besar. Sekaligus DIA Maha Kuasa, Maha Berkehendak, Maha Menentukan, dan Maha Segalanya.

Saya berdoa Saudara berkenan dan diberi kekuatan dan keridhoan dari Allah untuk mengikuti perkuliahan tauhid ini. Amin. Perkuliahan tauhid ini

(35)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 35 sesungguhnya pelajaran BESAR dan BERAT . Atas izin-Nya saya memohon agar bisa mengajar Saudara semua dengan bahasa yang ringan dan dengan bahasa sehari-hari.

Saudara bisa jadi tidak menemukan pembahasan akademis di pembelajaran tauhid ini. Semata-mata untuk membedakan antara KuliahOnline yang berbasis Kuliah Kehidupan, dengan kuliah akademisi di sekolah-sekolah dan kampus-kampus. Dan agar berasa kuliah tauhid ini sesegera mungkin di dalam kehidupan sehari-hari para Onliners.

Waba’du, saya mengucapkan selamat mengikuti, dan terima kasih sudah berkenan menjadi sahabat saya dalam amal saleh belajar dan mengajar ini. Semoga Allah mengizinkan kita semua mengenal-Nya lebih dalam dan lebih kenal lagi. Sekaligus mengenal rasul-Nya, Muhammad, dan al Qur’anul kariim. Aamiin.

Bila boleh saya meminta kepada Saudara semua, ajaklah sebanyak-banyaknya orang di sekeliling Saudara mengikuti langsung KuliahOnline ini dengan mendaftarkan diri sebagai peserta resmi. Kemudian sama-sama menyiarkan isinya, dengan memperhatikan seruan dan himbauan saya. Salah satunya, jangan menyebar begitu saja isinya, tanpa pengawalan. Tanpa monitoring. Jangan pula menyebarkan sekali banyak, sekali utuh. Nanti malah jadi sampah yang tak berguna. Pelan-pelan sampaikan kepada yang lain, dan sedikit-sedikit. Jadikan materi demi materi, diskusi dan bahan-bahan dakwah yang disampaikan secara teratur. Sesungguhnya saya mengajar materi pertama ini saja sudah kelewat banyak. Namun semua terjadi atas izin-Nya juga.

***

Sampe sini, saya HENTIKAN dulu sesi 1 Kuliah Tauhid ini. Saya ga yakin juga Saudara bisa menyelesaikan artikel ini dalam waktu sepekan. Su-udzdzan ya? he he he. Khususnya bagi Saudara yang tidak menyediakan waktu khusus untuk mengikuti perkuliahan ini. Kecuali ya yang serius.

(36)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 36

Insya Allah sebagai terusannya artikel ini, saya dan kawan-kawan sudah menyiapkan OfflineClass yang kedua: Iman Yang Menggerakkan, Keyakinan Yang Hidup.

Insya Allah Saudara akan diundang melalui imel masing-masing untuk mengikuti perkuliahan OfflineClass ini. Menukik. Belajar keyakinan aplikatif. Sehingga insya Allah Saudara tidak lagi mendewakan uang, mendewakan ikhtiar, mendewakan akal pikiran dan kemampuan Saudara. Hingga kemudian bisa mengistimewakan Allah, dan cara-cara-Nya.

Saya kepengen ada di antara Saudara kelak yang coba ngejajal ilmu yakin dari hal-hal yang kecil. Beli nasi goreng, tanpa bawa duit. Ada duit, tapi ga usah dibawa duitnya. Doa dulu, shalawat dulu, istighfar dulu, kemudian bismillaah jalan ke tukang nasi goreng. He he he, tes. Apakah bisa bawa pulang nasi goreng. Jajalnya yang sempurna. Maksudnya, ya seperti punya duit, ya ngomong sama tukang nasi goreng; Satu bang!

He he he, berani ga?

Ikutin aja dulu kali ya Kuliah Tauhid ini. Supaya beraninya, bukan berani konyol. Kalo dari hal-hal kecil udah dijajal, insya Allah bisa melangkah ke hal-hal besar. Misalnya, menghadap pada orang tua, bilang padanya; tahun depan ibu bapak saya berangkatkan haji. Insya Allah. Atau bikin surat undangan pernikahan, tanpa nama calon! He he he. Jajal aja. Sewa aja ruang resepsi, pesan katering, dll., selayaknya ada calon pasangan pengantin. Pas hari H, tes, apakah ada apa engga. He he he, sekali lagi, berani engga?

Ini khusus buat yang belom nikah loh ya… Hi hi hi.

Saudara ajak anak-anak dan istri makan keluar. Makan di resto. Ga usah bawa duit. Dan ga usah bawa mobil. Pergi aja udah dari rumah. Lakukan hal-hal kecil sebagaimana disebut dan diajarkan di kuliah sesi 1 ini. Tes. Dandan, siap-siap, seakan-akan berangkat menuju resto bawa duit. PD aja. Saya yakin di antara Saudara ada yang mau mencoba kegilaan keyakinan ini. Di resto, sudah menunggu Allah. Dan Allah mengirimkan pasukan penjemput. Insya Allah.

(37)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 37 Yah, begitu dah. Kepengen sekali nanti usai ikut OfflineClass Saudara menjajal ilmu tauhid yang Saudara pelajari ini. Bukannya apa. Supaya tuhannya Saudara itu bener, yakni Allah. Diharapkan Saudara kelak tidak sombong saat berhasilnya, dan tidak putus asa saat gagalnya. Tidak tinggi hati saat jayanya, dan tidak rendah diri saat jatuhnya, kecuali di hadapan Kekuasaan Allah. Diharapkan pula oleh saya, agar kiranya kemudian timbul keringan untuk ibadah, dan merasa perlu untuk ibadah. Hingga keistiqamahan dalam ibadah itu datang dan dimiliki oleh Saudara. Saat lapang tidak melupakan Allah, apalagi saat sempitnya. Subhaanallaah. Saat-saat di mana saya rindu agar Saudara semua paham, kesenangan datangnya dari Allah, begitu juga kesedihan. Kemudahan milik Allah, begitu juga kesulitan. Bahagia adanya dari Allah, demikian pula duka. Manfaat datangnya dari Allah, madharat datangnya dari Allah. Kesuksesan datangnya dari Allah, begitu pula kegagalan. Semua dinikmati sebagai Kehendak-Nya. Tidak ada lagi nanti yang dirisaukan, kecuali Allah.

Ya Allah, mudah-mudahan Saudara, dan bahkan saya pribadi beserta seluruh keluarga besar saya dan keluarga besar Wisatahati dan Daarul Qur’an, mudah-mudahan bisa nyampe ke keadaan itu.

Untuk pembelajaran reguler mingguan, Saudara akan lanjut langsung menuju

Sesi 2: Laa-ilaaha-illallah. Insya Allah.

Mari sama-sama mengucap hamdalah. Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin.

Saudara yang sempat lagi shalat sunnah 2 rakaat, silahkan shalat sunnah ya. Niatnya shalat sunnah mutlak saja. Begini kurang lebih niat dalam bahasa Indonesianya: Ya Allah, saya niat shalat sunnah 2 rokaat. Gitu. Disebut sunnah mutlak, sebab tidak ada embel-embel shalat sunnah apa. Kalau saya, sebagaimana biasa, shalatnya shalat sunnah hajat. Minta ilmu, dan keyakinan, yang bisa membawa kepada amal saleh yang diridhai Allah. Gitu hajatnya. Saudara sudah belajar sedikit dari ilmu tauhid. Maka, bila Saudara mau shalat 2 rakaat, minta sama Allah ilmu ini, maka sesungguhnya Saudara sudah mulai berjalan sebagai orang yang mengimani dan meyakini-Nya. Istilahnya, dalam belajar pun Saudara sudah melibatkan-Nya. Bukan karena saya mengajar, dan Saudara belajar,

(38)

Tauhid 01 – Belajar Keyakinan | 38 Saudara lalu bisa. Bukan. Tapi sebab Allah. Bila di awal materi saya menyuruh Saudara semua shalat dan berdoa. Minta ilmu sama Allah. Maka di akhir pembelajaran pun saya meminta Saudara, untuk shalat lagi, dan berdoa. Tambahin kalimat syukur. Alhamdulillaah ya Allah. Engkau mengizinkan ustadz Yusuf Mansur mengajar, dan mengizinkan saya belajar. Mudah-mudahan Engkau menggolongkan kami sebagai orang-orang yang Engkau beri petunjuk.

Demikian.

Allahumma shallii ‘alaa Sayyidinaa Muhammad wa ‘ alaa aali Sayyidinaa Muhammad. Allaahumma innaa nas-aluka ‘ilman naafi’an wa yaqiinan shaadiqan. Wa ‘amalan mutaqobbalan wa rizqan halaalan waasi’an mubaarakan thayyiban. Allaahumma inna nas-alukal hudaa wat tuqoo wal ‘afaafa wal ghinaa. Washallallaahu ‘alaa Sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa aali Sayyidinaa Muhammadin. Walhamdulillaahi robbil ‘aaalamiin.

Subhaanakallahumma wa bihamdika nasyhadu al-laa-illaaha illallaah nastaghfiruka wa natuubu ilahi. Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam UU Wakaf, pasal 62 yang menjelaskan tentang penyelesaian sengketa mengenai wakaf, disebutkan apabila penyelesian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat 1

Kolej RISDA Kelantan Sijil Kemahiran Malaysia Kursus Pembuat Pakaian Wanita Tahap 2 12 Bulan 0 57 0. Kolej RISDA Semporna Sijil Kemahiran Malaysia Kursus Kejuruteraan Sistem

Baja amutit ukuran penampang 17 mm x 17 mm dengan panjang ± 120 mm dibentuk menggunakan mesin potong, mesin milling dan mesin surface grinding menjadi menjadi balok

Dari hasil penelitian ini, didapatkan bahwa setelah melakukan penelitian terhadap implementasi media promosi online melalui aplikasi instagram pada Alter Ego

Berlakunya kembali Undang-undang Dasar 1945 setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan adanya Ketetapan-ketetapan MPRS Nomor I dan II tahun 1960 menghendaki diadakannya Undang-

kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah dan kinerja mengajar guru Sekolah Dasar. Langkah-langkah pengumpulan data melalui angket adalah sebagi berikut. a)

[r]

Lammers, Willebrands, & Hartog Nurul Badriyah Meirdina Kurniati Peneliti Sekarang Variabel Dependen Perilaku Pengambilan Keputusan Kecenderungan terhadap risiko