• Tidak ada hasil yang ditemukan

SELEKSI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI (ORYZA SATIVA) TERHADAP PATOGEN PENYEBAB PENYAKIT HAWAR PELEPAH DAUN (RHIZOCTONIA SOLANI KHÜN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SELEKSI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI (ORYZA SATIVA) TERHADAP PATOGEN PENYEBAB PENYAKIT HAWAR PELEPAH DAUN (RHIZOCTONIA SOLANI KHÜN)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

SELEKSI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI (ORYZA

SATIVA) TERHADAP PATOGEN PENYEBAB PENYAKIT HAWAR

PELEPAH DAUN (RHIZOCTONIA SOLANI KHÜN)

Ana F.C. Irawati1 dan Sri Hartati2 1Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta.

Jl. Raya Ragunan No.30, Pasar Minggu, Jakarta Selatan – 12540 Telp. (021) 78839949, Faks. (021) 7815020.

E-mail: ana.feronika@gmail.com

2Program Studi Agroteknologi Jurusan Hama da Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian UNPAD. Jl. Raya Bandung-Sumedang KM 21 Sumedang, Telp. (022) 7798652

E-mail: shartati2121@yahoo.co.id

ABSTRAK

Hawar pelepah daun padi (sheath blight) yang disebabkan oleh cendawan tanah Rhizoctonia solani, menjadi penyakit yang semakin penting di beberapa negara penghasil padi. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan seleksi ketahanan beberapa varietas padi terhadap patogen penyebab penyakit hawar pelepah (R. solani), yang didukung dengan analisis keragaman genetik tanaman. Seleksi ketahanan varietas padi Inpari 1, Inpari 6, Inpari 13, Situpatenggang, dan Kencana Bali terhadap R. solani dilakukan di rumah kaca dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 (tiga) ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 4 (empat) sampel pengamatan. Sedangkan keragaman genetiknya dianalisis menggunakan teknik PCR-RAPD. Parameter pengamatan berupa persentase gejala hawar pelepah, tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah anakan. Kategori ketahanan varietas padi didasarkan pada Standard Evaluation System for Rice. Pembacaan variasi genetik dilakukan dengan membaca pembentukkan pita pada hasil visualisasi elektroforesis. Berdasarkan uji seleksi ketahanan terhadap R. solani di rumah kaca diketahui bahwa dari ke-5 varietas yang digunakan belum ada yang nyata bersifat tahan. Reaksi ketahanan yang muncul lebih

dipengaruhi oleh waktu kesesuaian kondisi lingkungan bagi pertumbuhan tanaman. Namun demikian berdasar keseluruhan proses yang terjadi dalam interaksi patogen dan tanaman ini diduga Inpari 1 bersifat agak rentan terhadap R. solani, sedang yang lain bersifat agak tahan. Visualisasi hasil RAPD masih sulit digunakan untuk menentukan perkiraan letak keberadaan gen yang diduga berpengaruh pada faktor ketahanan terhadap R.solani. Terdapat perbedaan pembentukan pola pita DNA pada masing-masing varietas padi yang diuji dengan menggunakan primer random. Penentuan perkiraan letak keberadaan gen tersebut akan lebih memberikan hasil yang tepat jika dilakukan analisa lebih lanjut yakni dengan sekuensing.

Kata kunci: Hawar pelepah, Rhizoctonia solani, teknik PCR-RAPD.

ABSTRACT

Sheath blight caused by a Rhizoctonia solani, become an important disease in many rice-producing countries. The aims of this study were to perform a selection of resistance of rice varieties against R. solani and to analyze genetic diversity of varieties.

(2)

Resistance selection of varieties Inpari 1, Inpari 6, Inpari 13, Situpatenggang, and Kencana Bali to R. solani conducted in the greenhouse by using Completely Randomized Design (CRD) with 3 (three) replications and 4 (four) samples of observations. The genetic diversity was analyzed using PCR-RAPD technique. Parameters of observations are the percentage of sheath blight symptoms, plant height, leaf number, and number of tillers. Category of resistance of rice varieties based on the Standard Evaluation System for Rice. Reading of the genetic variation was done by reading the creation of ribbon on the electrophoresis visualization. varieties that used to be no real resistance. suitability of environmental conditions for plant growth. However, based on the overall process that occurs in the interaction of plant and pathogens is thought that Inpari 1 to be somewhat susceptible to R. solani, while others were somewhat resistant. Visualization of the results of RAPD was still location of where the genes are thought to affect the resistance factor R.solani. There were differences in the formation of DNA banding pattern on each of the tested rice varieties using random primers. Approximate determination of the location where the gene will be more precise results if carried out further analysis is by sequencing.

Key words: Sheath blight, Rhizoctonia

solani, PCR-RAPD technique.

PENDAHULUAN

Padi termasuk genus Oryza L. yang meliputi lebih kurang 25 spesies, tersebar didaerah tropik dan daerah sub tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Hawar pelepah daun padi menjadi penyakit yang semakin penting di beberapa negara penghasil padi. Di Indonesia, hawar pelepah mudah ditemukan pada ekosistem padi dataran tinggi sampai dataran rendah (BB Padi 2009). Semenjak dikembangkan varietas padi yang beranakan banyak dan didukung oleh pemberian pupuk yang berlebihan terutama nitrogen, serta cara tanam dengan jarak yang rapat menyebabkan perkembangan hawar pelepah semakin parah. Kehilangan hasil padi akibat penyakit hawar pelepah dapat mencapai 30% (Susanti 2011). Pada varietas rentan, serangan patogen dapat mengurangi hasil hingga 40% (Groth 2008).

Menurut Semangun (2004) dan Anonim (2011b), Hawar pelepah daun padi (sheath blight) disebabkan oleh cendawan tanah Rhizoctonia solani (teleomorph: Thanatephorus cucumeris). Gejala penyakit hawar pelepah daun padi berupa bercak-bercak besar berbentuk jorong, tepi tidak teratur, berwarna coklat dan bagian tengah berwarna putih pucat. Pengamatan yang dilakukan di Jawa tahun 2000/2001 menunjukkan bahwa hawar pelepah daun tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah, DI

(3)

Yogyakarta, dan Jawa Timur. Intensitas penyakit yang cukup tinggi terdapat di Cirebon dan Purbalingga.

Salah satu upaya untuk mengatasi penyakit suatu tanaman adalah dengan menggunakan varietas tahan. Secara umum tanaman akan memberikan respon terhadap serangan patogen dan respon tersebut akan bertanggung jawab terhadap ketahanan (Agrios 2005). Seleksi ketahanan tanaman terhadap penyakit dapat dilakukan dengan melihat tanggapan suatu varietas terhadap

sifat varietas dapat dilakukan pengamatan secara molekuler, yaitu dengan melihat keragaman genetiknya. Keanekaragaman genetik memainkan peran yang sangat penting dalam kemampuan beradaptasi suatu spesies, karena ketika lingkungan suatu spesies berubah, variasi gen yang kecil diperlukan agar spesies dapat bertahan hidup dan beradaptasi (Yuwono 2005 dan Yuwono 2008). Spesies yang memiliki derajat keanekaragaman genetik yang tinggi pada populasinya akan memiliki lebih banyak variasi alel yang dapat diseleksi. Spesies yang memiliki variasi sangat sedikit cenderung memiliki risiko lebih besar. Dengan sedikitnya variasi gen dalam spesies, sistem perkembangbiakan yang sehat akan semakin sulit diperoleh, sehingga keturunannya akan menghadapi permasalahan dalam pengembangannya (Anonim 2011a).

Salah satu teknik yang dapat digunakan dalam melihat keragaman genetik suatu spesies adalah

(RAPD), yaitu suatu metode untuk mendeteksi dengan cepat genomic polymorphisms. Teknik ini menggunakan oligonukleotida primer tunggal dan pendek yang akan menempel secara acak dalam proses PCR, menghasilkan serangkaian produk untuk dianalisis dengan gel elektroforesis (Ramdan 2011). Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan seleksi ketahanan beberapa varietas padi terhadap patogen penyebab penyakit hawar pelepah (R. solani), yang didukung dengan analisis keragaman genetik tanaman.

METODOLOGI

Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan September hingga Desember 2011 di laboratorium Virologi Fakultas Pertanian dan rumah kaca IPB.

Alat dan Bahan

Alat yang dipergunakan dalam praktikum ini antara lain:alat-alat perbanyakan patogen, alat-alat penanaman dan pemeliharaan padi, alat-alat isolasi DNA padi, alat-alat melakukan PCR-RAPD, alat-alat elektroforesis, dan lampu UV transilluminator. Sedangkan bahan yang

(4)

dipergunakan antara lain: benih padi terdiri dari 5 varietas (Inpari 1, Inpari 6, Inpari 13, Situpatenggang, dan Kencana Bali), isolat R. solani , media tanam, pupuk NPK, bahan isolasi DNA padi, bahan melakukan PCR-RAPD, dan bahan elektroforesis.

Rancangan Percobaan

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan 5 (lima) perlakuan varietas padi, dengan 3 (tiga) ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 4 (empat) sampel pengamatan. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL).

Tahapan Pelaksanaan

Pada penelitian ini dilakukan beberapa teknik melakukan seleksi ketahanan tanaman terhadap suatu patogen, ditinjau dari aspek tingkat tanggapan tanaman terhadap invasi patogen, didukung dengan aspek molekuler.

Seleksi ketahanan padi terhadap patogen penyebab penyakit hawar pelepah daun (R. solani) di rumah kaca meliputi: Penyiapan media tanam dan penanaman padi,

Penyiapan inokulum R. solani, Inokulasi patogen pada tanaman uji, dan Pemeliharaan tanaman uji. Parameter pengamatan berupa: persentase gejala hawar pelepah, tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah anakan. Kategori ketahanan varietas padi yang diuji terhadap R. solani didasarkan pada Standard Evaluation System for Rice (IRRI, 1980), seperti dipaparkan dalam Tabel 1.

Analisis keragaman genetik 5 varietas padi yang diuji ketahanannya terhadap R. solani menggunakan teknik RAPD. Mula-mula dilakukan isolasi DNA tanaman padi, kemudian dilanjutkan dengan melakukan PCR RAPD. Primer random yang dipergunakan adalah OPA 01, OPA 11, dan OPC. PCR dilakukan dengan program: 92

oC selama 5 menit; 45 siklus (meliputi: 94 oC selama 1 menit - 36 oC selama 1 menit

- 72 oC selama 2 menit); dan 72 oC selama

10 menit. Hasil PCR di-loading pada gel agarose. Elektroforesis dilakukan pada 70 Volt selama 45 menit menggunakan Mupid2 electroforesis. Visualisasi gel dilakukan menggunakan UV Transilluminator.

Tabel 1. Standard Evaluation System for Rice untuk kategori ketahanan varietas padi yang diuji terhadap R. solani (IRRI, 1980).

Persentase Gejala Hawar Pelepah (%) Kategori Ketahanan

0 Sangat tahan

< 25 Tahan

25 < x < 50 Agak tahan 50 < x < 75 Agak rentan 75 < x < 100 Rentan 100 (tanaman mati) Sangat rentan

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Seleksi ketahanan padi terhadap patogen penyebab penyakit hawar pelepah daun (R. solani) di rumah kaca

Berdasarkan analisis statistik terhadap hasil pengamatan persentase gelala diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat tanggapan terhadap adanya invasi patogen pada semua varietas padi yang diuji, yang ditunjukkan dengan persentase gejala hawar hingga 9 minggu setelah inokulasi, kecuali pada saat seminggu setelah inokulasi (Tabel 2). Hal ini kemungkinan disebabkan karena pada umur seminggu setelah inokulasi, masing-masing varietas padi masih memberikan respon ketahanan yang mendasar terhadap keberadaan patogen. Pada umur tersebut diketahui bahwa Inpari 1 ternyata nyata lebih rentan dibandingkan Inpari 13, Situpatenggang, maupun Kencana Bali, sedangkan dengan Inpari 6 varietas ini memiliki sifat rentan yang sama. Hal ini dapat dimaklumi karena ke-2 varietas tersebut memiliki kemampuan memproduksi

jumlah anakan yang relatif lebih banyak dibandingkan varietas yang lain.

Banyaknya jumlah anakan ini berpengaruh pada kondisi iklim mikro tanaman. Makin banyak jumlah anakan yang terbentuk maka kondisi kelembaban di sekitar tanaman menjadi lebih tinggi. Kondisi lembab ini mendukung perkembangan patogen (Semangun 2004, dan Maspary 2011). Namun seiring dengan berjalannya waktu ternyata ditunjukkan bahwa ke-5 varietas yang diuji mempunyai tingkat ketahanan yang sama. Hal ini terutama ditunjukkan mulai pengamatan 3 minggu setelah inokulasi patogen. Sedangkan kategori ketahanan kelima varietas terhadap R. solani berdasarkan Standard Evaluation System for Rice (IRRI, 1980), menunjukkan hasil yang berbeda-beda (Tabel 3).

Terdapat kecenderungan semakin lama semua varietas menjadi relatif tahan. Panca roba daya tahan tanaman tampak dimulai pada 2 minggu setelah inokulasi patogen. Pada saat tersebut varietas Inpari 1 Tabel 2. Persentase gejala hawar pelepah pada 5 varietas tanaman padi hingga umur 9 minggu

setelah inokulasi R. solani (satuan dalam cm).

Varietas Persentase gejala hawar pelepah pada minggu ke- ... setelah inokulasi (%) *0 1 2 3 4 6 9 Inpari 1 0,00 a 44,30 a 51,81 a 56,82 a 32,10 a 1,35 a 11,83 a Inpari 6 0,00 a 31,72ab 45,12 a 64,75 a 25,59 a 2,27 a 4,45 a Inpari 13 0,00 a 24,84 b 47,04 a 62,61 a 30,59 a 6,79 a 6,69 a SituPatenggang 0,00 a 27,75 b 50,28 a 69,08 a 23,95 a 9,13 a 0,24 a Kencana Bali 0,00 a 22,27 b 46,66 a 74,07 a 32,97 a 9,02 a 13,77 a

Keterangan: *Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan’s pada taraf uji 95%.

(6)

dan Situ Patenggang cenderung agak rentan, sedangkan varietas yang lainnya cenderung agak tahan. Berdasarkan informasi dari peneliti BB Padi (belum ada publikasi khusus), Situ Patenggang memiliki sifat agak tahan, sedangkan Kencana Bali bersifat agak rentan terhadap R. solani. Namun dalam kegiatan ini hal sebaliknya yang tampak. Belum diketahui secara pasti penyebab dari fenomena tersebut.

Perubahan ini berdasarkan pengamatan morfologi secara langsung di lapangan ditunjukkan dengan adanya penghambatan perkembangan bercak pada pelepah varietas Inpari 6, Inpari 13, dan Situ Patenggang. Bercak yang timbul hanya mampu menyebar pada pelepah terular yang terserang lebih dulu, bercak tidak terjadi pada pelepah bagian dalam. Adanya fenomena perubahan reaksi ketahanan mungkin dipicu adanya proses adaptasi tanaman terhadap lingkungan. Secara genetik mungkin tanaman tidak memiliki ketahanan khusus terhadap patogen penyebab hawar pelepah daun ini, namun adanya faktor lingkungan yang mendukung

pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik dan kuat sehingga terhindar dari infeksi lanjut patogen. Seperti yang disampaikan oleh Untung (2006) bahwa selain ketahanan secara genetik, adapula yang disebut ketahanan ekologi. Ketahanan ekologi ini bersifat tidak tetap dan mudah berubah, tergantung pada kondisi lingkungan sekitarnya.

Seperti yang paparkan sebelumnya bahwa ketersedian varietas padi tahan R. solani di Indonesia masih terbatas. Seperti yang disampaikan oleh Semangun (2004), bahwa terdapat beberapa varietas padi yang diketahui rentan terhadap R. solani, di antaranya: PB 5, PB 36, PB 50, Bogowonto, IR 20, IR 22, IR 28, Pelita I/1,dan Pelita I/2. Sedangkan Jelita, Pulut hitam, Syntha, dan Bengawan agak tahan. Jenis-jenis lokal seperti Pulut tulang, Pulut hitam randah, dan Kaciek A panjang cukup tahan. Sedangkan menurut Rustam (2011), varietas Cibogo agak tahan terhadap R. solani, sedangkan IR 42, IR 64, Ciherang, Ciliwung, Way Apo Buru, Inpari 13, Mekongga, Cisantana, Cigeulis, dan Cilamaya tergolong agak Tabel 3. Kenampakan kategori ketahanan 5 varietas tanaman padi hingga umur 9 minggu

setelah inokulasi R. Solani.

Varietas Kategori ketahanan pada minggu ke- ... setelah inokulasi (%) *

1 2 3 4 6 9 Inpari 1 AT AR AR AT T T Inpari 6 AT AT AR AT T T Inpari 13 T AT AR AT T T Situ Patenggang T AR AR AT T T Kencana Bali T AT AR AT T T

Keterangan: * ST = Sangat Tahan; T = Tahan; AT = Agak Tahan; AR = Agak Rentan; R = Rentan; dan SR = Sangat Rentan.

(7)

rentan. Adapun varaietas yang rentan antara lain: Membramo, Situ Bagendit,dan Inpara 2.

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis tersebut maka dapat dikatakan bahwa, pada dasarnya ke-5 varietas yang diuji tidak memiliki ketahanan khusus terhadap patogen. Namun jika tolak ukur penetapan kategori ketahanan didasarkan pada keberadaan pertama kali kejadian penyakit pada tanaman (individu) hingga 100%, maka data yang dipergunakan adalah data pengamatan 1 minggu setelah inokulasi patogen, di mana varietas Inpari 1 dan Inpari 6 masuk kategori agak tahan, dan varietas Inpari 13, Situ Patenggang, dan Kencana Bali masuk kategori tahan. Sedangkan juika dilihat secara keseluruhan sejak awal hingga akhir pengamatan, diduga Inpari 1 bersifat agak rentan, sedangkan ke-4 varietas lainnya bersifat agak tahan terhadap R. solani. Untuk melihat kemungkinan adanya gen ketahanan pada varietas-varietas tersebut maka

kemudian dilanjutkan analisis keragaman genetiknya.

Sebagai data dukung untuk melihat efek perlakuan inokulasi patogen pada setiap varietas yang diuji maka dilakukan pengamatan parameter pertumbuhan vegetatifnya. Sedangkan parameter produksi hingga laporan ini disusun belum dapat diperoleh. Berdasarkan hasil analisis parameter pertumbuhan vegetatif diketahui bahwa perlakuan inokulasi patogen (R. solani) memberikan berbedaan pada pertumbuhan tinggi tanaman pada semua varietas, saat tanaman berumur 9 minggu setelah inokulasi patogen (Tabel 4). Sedangkan pada parameter jumlah daun dan anakan terdapat perbedaan banyaknya untuk beberapa varietas. Efek invasi patogen terhadap kemampuan pembentukan daun ditunjukkan oleh varietas Inpari 13, Situ Patenggang, dan Kencana Bali. Sedangkan efek invasi patogen terhadap kemampuan pembentukan anakan ditunjukkan oleh varietas Kencana Bali. Tabel 4. Tinggi, jumlah daun dan anakan 5 varietas tanaman padi pada umur 9 minggu setelah

inokulasi R. solani. Parameter

Pengamatan Perlakuan

Varietas*

Inpari 1 Inpari 6 Inpari 13 PatenggangSitu Kencana Bali Tinggi (cm) Inokulasi 84,31 a 85,64 a 97,67 a 98,25 a 127,31 a

Kontrol 79,50 b 83,75 b 85,75 b 90,25 b 104,75 b Jumlah daun Inokulasi 19,64 a 15,78 a 14,44 a 14,67 a 11,81 a

Kontrol 20,50 a 15,25 a 16,75 b 12,50 b 10,00 b Jumlah anakan Inokulasi 3,56 a 2,67 a 2,97 a 2,28 a 2,14 a

Kontrol 4,00 a 2,75 a 3,00 a 2,00 a 1,50 b

Keterangan: *Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama di setiap parameter pengamatan tidak berbeda nyata menurut uji Duncan’s pada taraf uji 95%.

(8)

Infeksi patogen berpengaruh nyata dalam menurunkan parameter-parameter tersebut di atas.

Analisis keragaman genetik 5 varietas padi yang diuji ketahanannya terhadap R.

solani menggunakan teknik RAPD

Visualisasi hasil PCR-RAPD DNA ke-5 varietas padi dengan menggunakan 3 macam primer random (OPA 01, OPA 11, dan OPC) menunjukkan bahwa terdapat keragaman genetik dari semua sampel yang ditunjukkan dengan variasi pembentukan pita DNA (Gambar 1). Hal ini juga menunjukkan bahwa ke-3 primer random yang digunakan

Hasil visualisasi menunjukkan bahwa

dengan menggunakan primer OPA 01. Terdapat 5 macam pola pita DNA yang dibentuk melalui penggunaan primer OPA 01. Hasil visualisasi pada penggunaan primer OPA 11 menunjukkan bahwa tidak

dengan menggunakan primer tersebut. Primer OPA 11 kemungkinan tidak sesuai

DNA Inpari 1, sehingga tidak dijumpai pola pembentukkan pita DNA . Terdapat 4 macam pola pita DNA yang dibentuk. Sedangkan hasil visualisasi pada penggunaan primer OPC 01 juga menunjukkan bahwa tidak

dengan menggunakan primer tersebut. Primer OPC 01 kemungkinan tidak sesuai

Gambar 1. Hasil visualisasi RAPD DNA dari 5 varietas padi: (1) dan (17) ladder; (2) - (6) sampel dengan

primer OPA 01 pada varietas, secara berurutan Inpari 1, Inpari 6, Inpari 13, Situpatenggang, dan Kencana Bali; (7) - (11) sampel dengan primer OPA 11 pada varietas, secara berurutan Inpari 1, Inpari 6, Inpari 13, Situpatenggang, dan Kencana Bali; (12-16) sampel dengan primer OPC 01 pada varietas, secara berurutan Inpari 1, Inpari 6, Inpari 13, Situpatenggang, dan Kencana Bali.

(9)

DNA Inpari 1 dan Inpari 6. Pada sampel DNA varietas tersebut juga tidak dijumpai pola pembentukkan pita DNA. Terdapat 3 macam pola pita DNA yang dibentuk.

Dengan demikian maka diketahui bahwa dengan menggunakan ketiga primer random: varietas Inpari 1 dapat membentuk 4 pita DNA; varietas Inpari 6 menghasilkan 8 macam pita DNA; varietas Inpari 13 membentuk 12 pita DNA; varietas Situ Patenggang menghasilkan 14 pita DNA; dan varietas Kencana Bali menghasilkan 9

menunjukkan adanya perbedaan kecil pada nukleotida antar varietas. Febriani (2010)

yang ditunjukkan oleh RAPD telah terbukti berguna dalam menentukan variasi genetik suatu organisme. misalnya membedakan individu yang resisten dan sensitif terhadap suatu tekanan lingkungan, akibat adanya mutasi berupa delesi basa nukleotida. Dari hasil visualisasi hasil RAPD ini masih agak sulit untuk menentukan perkiraan letak keberadaan gen yang diduga berpengaruh pada faktor ketahanan terhadap R.solani. Akan lebih mendapatkan hasil yang tepat jika dilakukan analisa lebih lanjut yakni dengan sekuensing. Adanya primer yang

menunjukkan bahwa tidak terdapat daerah

Seperti yang dijelaskan oleh Suryanto

lain dalam genom yang tidak dijadikan sasaran atau sebaliknya tidak ada daerah

juga diperlukan untuk menghasilkan karakter yang diinginkan. Optimasi ini menyangkut suhu denaturasi dan annealing DNA dalam mesin PCR.

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Berdasarkan uji seleksi ketahanan

terhadap R. solani di rumah kaca diketahui bahwa dari ke-5 varietas yang digunakan belum ada yang nyata bersifat tahan. Reaksi ketahanan yang muncul lebih dipengaruhi oleh waktu kesesuaian kondisi lingkungan bagi pertumbuhan tanaman. Namun demikian berdasar keseluruhan proses yang terjadi dalam interaksi patogen dan tanaman ini diduga Inpari 1 bersifat agak rentan terhadap R. solani, sedang Inpari 6, Inpari 13, Situ Patenggan, dan Kencana Bali bersifat agak tahan.

2. Visualisasi hasil RAPD masih sulit digunakan untuk menentukan perkiraan letak keberadaan gen yang diduga berpengaruh pada faktor ketahanan terhadap R.solani. Terdapat perbedaan pembentukan pola pita DNA pada masing-masing varietas padi yang diuji dengan menggunakan primer random OPA 01, OPA 11, dan OPC 01. Penentuan

(10)

perkiraan letak keberadaan gen tersebut akan lebih memberikan hasil yang tepat jika dilakukan analisa lebih lanjut yakni dengan sekuensing.

3. Perlu dilakukan pengujian lebih mendalam, khususnya mengenai seleksi ketahanan terhadap varietas-varietas padi yang lainnya serta pengembangan uji molekuler untuk memperoleh informasi mengenai gen-gen yang kemungkinan berperan dalam aspek ketahanan tanaman terhadap cendawan patogen R. solani.

DAFTAR PUSTAKA

Agrios, G.N. 2005. Plant Pathology. Fifth Edition. Department of Plant Pathology University of Florida. 948 p.

Anonim, 2011a. Keanekaragaman Genetik. http://id.wikipedia.org. Diakses tanggal 29 Desember 2011.

Anonim. 2011 b. Pengamatan dan pengendalian penyakit busuk pelepah tanaman padi. http://mynature-faiq. blogspot.com. Diakses tanggal 16 Januari 2012.

BBPadi. 2009. Penyakit Hawar Pelepah (Rhizoctonia solani Khun). Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Subang.

Groth, D.E. 2008. Effects of cultivar resistance and single fungicide application on rice sheath blight, yield, and quality. Crop Protection. 27: 1125-1130.

IRRI.1980. Standard Evaluation System for Rice. International Rice Research

Institute. Los banos, Philippines. 27p.

Maspary. 2011. Penyakit bercak pelepah daun/ busuk upih pada tanaman padi (Rhizoctonia solani). http://www. gerbangpertanian.com. Diakses tanggal 16 Januari 2012.

Ramdan, E. 2011. RAPD (

). Evan Ramdan’s Weblog.htm. Diakses pada tanggal 29 Desember 2011.

Rustam. 2011. Potensi Bakteri Penghasil Metabolit Sekunder untuk Pengendalian Penyakit Hawar Pelepah Padi yang Disebabkan oleh Rhizoctonia solani Khün. Ringkasan Disertasi. IPB. Bogor. 35 p.

Semangun, H. 2004. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Cetakan ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 449 p Suryanto, D. 2003. Melihat Keanekaragaman

Organisme Melalui Beberapa Teknik Genetika Molekuler. Digitized by USU digital library. Program Studi Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara. 12 p.

Susanti, F. 2011. Penyakit hawar upih daun pada tanaman padi yang disebabkan oleh Rhizoctonia solani Kunh. http:// getnaturetoyourlife.blogspot.com. Diakses tanggal 16 Januari 2012. Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan

Hama Terpadu. Edisi kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 348 p.

Yuwono, 2005. Biologi Molekuler. Penerbit Erlangga. Jakarta. 269 p.

Yuwono, T. 2008. Bioteknologi Pertanian. Cetakan ke-2. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 284 p.

Gambar

Gambar 1.  Hasil visualisasi RAPD DNA dari 5 varietas padi: (1) dan (17) ladder; (2) - (6) sampel dengan  primer OPA 01 pada varietas, secara berurutan Inpari 1, Inpari 6, Inpari 13, Situpatenggang,  dan Kencana Bali; (7) - (11) sampel dengan primer OPA 11

Referensi

Dokumen terkait

Pada model pembelajaran kooperatif tipe GI, jigsaw II, dan pembelajaran langsung siswa dengan kemampuan spasial tinggi dan siswa dengan kemampuan spasial sedang

Dikarenakan keterbatasan kemampuan dan waktu yang dimiliki, gambar yang digunakan dalam ilustrasi buku adalah sebagian besar diambil dari Google, sehingga hak cipta dari

Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi, maka perlu adanya pembatasan masalah supaya terdapat hasil yang efektif, maka peneliti hanya membahas masalah meningkatkan

Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi beberapa larutan tumbuhan (larutan buah pinang, buah mengkudu, kulit pohon kepayang dan daun loa)

Pasien yang masuk Rawat Inap sebagai kelanjutan dari proses perawatan di IRJ atau IGD → diklaim dengan 1 kode Ina– CBG’S jenis pelayanan Rawat Inap. Pasien yang datang dari

Remaja yang memutuskan menjadi pekerja seks komersial biasanya hanya akan memberitahu keputusannya pada teman sebaya, biasanya pada teman yang juga sebagai pekerja seks

(c) (i) Model domain masa bukan-parametrik diandaikan mempunyai lebar dedenyut Δ t sebagai set denyutan lewat dalam fungsi asas yang menghasilkan model domain masa bukan

Peristiwa cyberbullying juga tidak mudah di identifikasikan orang lain, seperti orang tua atau guru karena tidak jarang anak-anak remaja ini, juga mempunyai kode-kode berupa