• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Pembangunan desa adalah pembangunan manusia seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia. Pembanguan desa bersifat multisektoral menyangkut semua segi kehidupan masyarakat, sehingga pembangunan desa tidaklah pembangunan yang berdiri sendiri. Sifat multisektoral mengharuskan bahwa pembangunan desa harus dilaksanakan secara terintegrasi dan terpadu. Terpadu dalam perencanaan dan pelaksanaan sehingga optimasi dari pembanguan tersebut dapat dicapai, berdaya guna dan berhasil guna. Dalam hal ini pembangunan desa menempatkan dirinya dalam tiga sifat yaitu:

a. Sebagai metode pembangunan dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa

b. Sebagai program, yang menyangkut berbagai segi terakumulasi dalam bentuk-bentuk program yang pelaksanaannya di desa dan memerlukan keikutsertaan masyarakat desa

c. Sebagai gerakan, dimana harus dilaksanakan secara menyeluruh di pedesaan. (Suwignjo, 1985 :79).

Pembangunan masyarakat dapat dipandang dalam sudut arti luas dan dapat pula dari sudut arti sempit. Dalam arti luas, pembangunan masyarakat berarti perubahan sosial berencana. Dalam arti ini sasaran pembangunan masyarakat adalah perbaikan dan peningkatan bidang ekonomi, teknologi, bahkan politik dan sosial. Dalam arti sempit, pembangunan masyarakat berarti perubahan sosial berencana di lokalitas tertentu, seperti kampung, desa, kota kecil atau kota besar. Pembangunan masyarakat dalam arti sempit ini dikaitkan dengan berbagai proyek atau program yang

(2)

langsung berhubungan dengan upaya pemenuhan kebutuhan dan pengurusan kepentingan lokalitas atau masyarakat setempat, dan sepanjang mampu dikelola oleh masyarakat itu sendiri (Ndraha, 1987: 72).

Defenisi pembangunan masyarakat yang telah diterima secara luas adalah defenisi yang telah ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada tahun 1956 yang berbunyi CD atau pembangunan masyarakat adalah suatu proses. Baik ikhtiar masyarakat yang bersangkutan yang dambil berdasarkan prakarsa sendiri, maupun kegiatan pemerintah dalam rangka memperbaiki kondisi ekonomi, sosial, dan kebudayaan berbagai komunitas, mengintegrasikan berbagai komunitas itu kedalam kehidupan bangsa, dan memampukan mereka untuk memberi sumbangan sepenuhnya demi kemajuan bangsa dan negara, berjalan secara terpadu dalam proses tersebut (Ndraha, 1987: 73).

Tujuan utama pembangunan masyarakat desa terpadu adalah meningkatkan produktivitas, memperbaiki kualitas hidup masyarakat pedesaan, serta memperkuat kemandirian. Menurut Waterson, ada enam elemen dasar yang melekat dalam program pembangunan semacam ini, yaitu: (a) pembangunan pertanian dengan mengutamakan padat karya (labour intensive), (b) memperluas kesempatan kerja, (c) intensifikasi tenaga kerja skala kecil, dengan cara mengembangkan industri kecil di pedesaan (d) mandiri dan meningkatkan partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, (e) mengembangkan daerah perkotaan yang mampu memberi dukungan pada pembangunan pedesaan, (f) membangun kelembagaan yang mampu melakukan koordinasi proyek multisektor (Usman, 1998 :45).

(3)

1. Menjadi lebih swadaya

Banyak kegiatan yang dinamakan CD dalam kenyataannya justru menumbuhkan ketergantungan msyarakat local terhadap actor luar. Apabia hal ini terjadi maka kegiatan yang dilaksanakan pada dasarnya bukan CD karena CD pada dasarnya upaya menolong mereka agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, ringkasnya membuat masyarakat lebih swadaya.

2. Berkembang menjadi komunitas pembelajar

Menjadi swadaya menuntut masyarakat lokal untuk mampu belajar dari pengalamannya sendiri untuk menjawab tantangan yang akan muncul dikemudian hari dan juga mampu memberdayakan dirinya sendiri.

3. Berkurangnya kerentanan dan kemiskinan

Keberhasilan CD bukan sekedar bahwa kegiatan yang direncanakan telah dilaksanakan. Apaun kegiatan dan oleh siapa saja, CD hanya akan dianggap berhasil bila mampu mengurangi kerentanan dan kemiskinan yang dihadapi masyarakat.

4. Terciptanya peluang ekonomi dan mata pencaharian yang berkelanjutan

Peluang ekonomi dan mata pencaharian yang berkelanjutan dalam sebagian besar kegiatan mengembangkan aktivitas ekonomi. CD dilaksanakan pertama-tama dengan menggunakan modal sosial sebagai dasar dari kegiatan-kegiatan lainnya.

5. Tercapainya keseimbangan tujuan sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan.

Sering terjadi CD justru mengubah keseimbangan elemen-elemen dalam masyarakat yang ada. Apabila hal ini terjadi maka dalam jangka panjang akan merugikan masyarakat. CD sebaiknya dilaksanakan dengan mempertahankan

(4)

perspektif keseimbangan yang ada dalam masyarakat lokal. CD adalah sasaran yang menjadi pondasi bagi pencapaian sasaran yang lebih jauh.

6. Menguatnya Modal sosial

Dalam komunitas masyarakat miskin yang tidak memiliki modal finansial, modal sosial merupakan modal dasar yang memungkinkan masyarakat lokal bertahan hidup (Primahendra, R. 2006)

Masalah-masalah yang dihadapi pembangunan masyarakat dalam praktek antara lain adalah:

1. Terdapat kecenderungan hanya kaum elit komunitas saja yang mampu dan berkesempatan untuk berpartisipasi dalam proses penyusunan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan.

2. Pembangunan masyarakat belum berhasil sepenuhnya dalam usaha mendorong perubahan sosial.

3. Dewasa ini pembangunan masyarakat lebih berbau politik. 4. Semakin besar komunitas, semakin bervariasi kepentingannya.

5. Cenderung memperhatikan kepentingan yang sifatnya umum saja sementara kepentingan lapisan dan kelompok masyarakat dalam komunitas terabaikan.

(Ndraha, T., 1990 : 96).

Sikap (attitude) merupakan salah satu bahasan yang menarik dalam kajian psikologi, karena sikap sering digunakan untuk meramalkan tingkah laku, baik tingkah laku perorangan, kelompok, bahkan tingkah laku suatu bangsa. Meskipun demikian sikap seseorang terhadap suatu objek tidak selalu memunculkan tingkah laku yang negatif terhadap objek tersebut (Adi, 1994: 177).

(5)

Sikap dapat sangat menentukan berhasil tidaknya suatu keinginan yang kita inginkan. Sikap juga akan membantu memperkuat daya keinginan kita (Haryanto, 2000:113).

Sikap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial yang tertentu, misalnya: ekonomi, politik, agama dan sebagainya. Perkembangan sikap banyak dipengaruhi oleh lingkungan, norma-norma atau group. Hal ini akan mengakibatkan perbedaan sikap antara individu yang satu dengan yang lain karena perbedaan pengaruh atau lingkungan yang diterima. Sikap tidak akan terbentuk tanpa interaksi manusia terhadap objek tertentu atau suatu objek (Ahmadi, 1999:171).

Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (affective) dan komponen konatif (conative). Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional, dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang (Azwar, 1995:24).

Pendekatan dari conditioning theory menjelaskan bahwa sikap merupakan kebiasaan sesuatu yang dipelajari. Perkembangan dari sikap akan memulai proses sosialisasi, imitasi dan adaptasi. Jika dikaitkan dengan komponen kognitif serta afektif, berarti komponen kognitif harus dapat menghayati obyek yang dihadapinya agar timbul suatu sikap yang dikehendaki. Karena itu, mempelajari karakteristik ataupun kejadian merupakan hal yang penting dalam pembentukan suatu sikap, yang dalam hal ini sebenarnya mencakup segi konseptual dan faktor senang atau tidak senangnya terhadap suatu permasalahan (Adi, 1994:180).

(6)

Masyarakat desa dalam berbagai hal memiliki berbagai ciri yang dapat dibedakan dengan komunitas lain terutama pada kebiasan hidup bermasyarakatnya. Perbedaan itu akan membawa dampak pada proses perubahan apabila tidak dicermati. Ada dua sifat masyarakat desa terkait dengan program pembangunan yakni sikap menghambat dan sikap mendukung. Sikap menghambat terdiri dari: sikap pasif, familiy sentries, apatis, orientasi pada masa lampau, dan menyerah pada takdir. Sedangkan yang termasuk sikap mendukung terdiri dari: sikap gotong-royong, kepemimpinan desa, sikap bersaing, kebebasan berbicara, kesediaan untuk menerima inovasi (Purnomo, 2004: 18-23).

Ada beberapa hal penting dari sistem sosial desa yakni:

1. Masyarakat desa memiliki corak pandang tersendiri tentang hakekat hidupnya. 2. Memiliki karakteristik hubungan khusus dengan alam sekitarnya.

3. Memiliki pola pandang sendiri akan perubahan. 4. Berfikir rasional dan damba akan perubahan.

5. Hati-hati dan toleran terhadap perubahan (Purnomo, 2004 : 23).

Salah satu contoh pengembangan masyarakat yang ada di Indonesia yaitu Inpres Desa Tertinggal (IDT). Sasaran program ini adalah desa miskin baik yang berada di daerah pedesaan maupun perkotaan. Melalui program ini diharapkan terjadi proses pemberdayaan masyarakat, serta perubahan struktur sosial yang kondusif bagi peningkatan kapasitas masyarakat yang dilakukan melalui peningkatan kualitas sumberdaya manusia, pengembangan permodalan, pengembangan peluang kerja dan penguatan kelembagaan kelompok miskin. Untuk memacu program ini pemerintah memberikan dana Rp 20.000.000/desa. Dana ini adalah modal usaha yang dapat dimanfaatkan kelompok miskin untuk kegiatan sosial ekonomi yang bersikap

(7)

produktif. Dalam kenyataannya, implementasi program ini sangat kompleks. Benar bahwa kondisi sejumlah desa semakin berkembang dan kelompok miskin dapat meningkatkan pendapatannya, walaupun tidak sedikit desa tertinggal lain hampir tidak berkembang. Jumlah dana yang tersalur tidak sesuai dengan ketentuan, pemanfaatannya tidak mengikuti mekanisme yang telah ditetapkan, dan pembinaan juga tidak sesuai dengan yang diharapkan.

2.2 Landasan Teori

Pembangunan adalah merupakan proses perubahan yang sengaja dan direncanakan. Lebih lengkap lagi pembangunan berarti perubahan yang sengaja dan direncanakan dengan tujuan untuk mengubah keadaan yang tidak dikehendaki kearah yang dikehendaki. Istilah pembangunan biasanya dipadankan dengan istilah

development, sekalipun istilah development sebenarnya berarti perkembangan tanpa

perencanaan. Maka pembangunan masyarakat desa juga disebut rural development (Rahardjo, 1999:192).

Pemerintahan kolonial Belanda pada tahun 1948 mengadakan konferensi yang menghasilkan defenisi mengenai pengembangan masyarakat sebagai : suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup keseluruhan komunitas melalui partisipasi aktif, dan jika memungkinkan berdasarkan inisiatif masyarakat. Hal ini meliputi berbagai kegiatan pembangunan di tingkat distrik, baik dilakukan oleh lembaga pemerintah ataupun lembaga-lembaga non pemerintah (pengembangan masyarakat) harus dilakukan melalui gerakan yang kooperatif dan harus berhubungan dengan bentuk pemerintahan lokal terdekat (Adi, I.R., 2003;199).

Indikator keberhasilan yang dipakai untuk mengukur pelaksanaan program-program pemberdayaan masyarakat mencakup:

(8)

1. Berkurangnya jumlah penduduk miskin.

2. Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh penduduk miskin dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia.

3. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan kesejahteraan keluarga miskin dilingkungannya.

4. Meningkatkan kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin besarnya permodalan kelompok, makin rapinya sistem administrasi kelompok, serta makin luasnya interaksi kelompok dengan kelompok lain di dalam masyarakat.

5. Meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang ditandai dengan peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mampu memenuhi kebutuhan pokok dan sosial dasarnya (Sumodiningrat, 1999 : 138-139).

Pengembangan masyarakat memiliki tiga aspek penting. Satu aspek pengembangan masyarakat adalah bagaimana menemukan cara yang efektif untuk menstimulasi, membantu, dan mengajar petani untuk beradaptasi pada metode baru dan mempelajari keahlian baru, karena mereka masih bisa hidup lebih baik lagi dari yang mereka nikmati sekarang. Aspek yang kedua adalah bagaimana kita membantu para petani mengadaptasikan cara kehidupan mereka yang lama terhadap perubahan yang sudah mereka terima ataupun yang telah terjadi pada mereka. Aspek pengembangan masyarakat yang ketiga adalah membuat para petani merasa mereka ikut memiliki perubahan yang terjadi, karena ketika perubahan terjadi dan gagasan baru hanya diterima oleh sebagian petani atau jika gagasan lama tidak bisa digunakan dalam situasi yang baru yang dilahirkan oleh perubahan, maka standar perilaku bisa

(9)

berubah menjadi tidak pasti, rasa saling memiliki lemah, bahkan dapat terjadi disintegrasi (Batten, 1957: 5-6).

Masyarakat setempat atau sering disebut sebagai community menunjukkan pada warga sebuah desa, sebuah kota, suku atau suku bangsa. Community atau masyarakat setempat tidak lain merupakan suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial yang tertentu. Adapun dasar-dasar dari masyarakat setempat atau community adalah adanya lokalitas dan perasaan masyarakat tersebut. Mereka memiliki perasaan yang sama dan saling membutuhkan diantara anggota-anggotanya dan bahkan tanah yang mereka tinggal memberikan kehidupan dan penghidupan kepada mereka semua (Wisadirana, 2004 :41).

Salah satu kemajemukan yang merupakan kendala pembangunan dan kemajuan yang pada hakekatnya lebih serius dan lebih merumitkan lagi bagi usaha pengembangan kebudayaan bangsa menuju kemajuan, ialah perbedaan dalam tingkat pendidikan dan taraf keberadaban yang sangat tajam. Masalah ini perlu diperhatikan serta diusahakan untuk ditangani karena dapat menimbulkan kesenjangan dalam masyarakat. Kesenjangan sosial seperti itu diketahui merupakan landasan subur bagi kecemburuan sosial yang dapat menimbulkan kerawanan sosial yang pada pihaknya dapat mengganggu stabilitas yang sedemikian kita perlukan dalam pembangunan (Sambuaga, 1992: 38-39).

Sikap adalah suatu bangun psikologis. Seperti semua wujud psikologis sikap adalah hipotesis. Membangun adalah cara-cara mengkonseptualisasikan unsur-unsur yang tidak mudah dipahami daerah yang diselidiki oleh suatu ilmu tertentu. Para ilmuwan sosial menyelidiki keyakinan dan perilaku orang dalam usahanya untuk menarik kesimpulan. Kesimpulan mengenai keadaan mental dan proses mental. Sikap

(10)

tidak dapat diobservasi atau diukur secara langsung. Keberadaannya harus ditarik kesimpulan dari hasil-hasilnya (Mueler, 1996:2).

Mengukur sikap seseorang adalah mencoba untuk menempatkan posisinya, pada suatu kontinum afektif. Kontinum afektif dapat berkisar antara “sangat positif” hingga ke “sangat negatif” terhadap suatu obyek sikap tertentu (Mueller, 1996: 11).

Sikap tersebut dapat bersifat negatif dapat pula bersifat posistif. Sikap negatif memunculkan kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, ataupun tidak menyukai keberadaan suatu obyek. Sedangkan sikap positif memunculkan kecenderungan menyenangi, mendekati, menerima atau bahkan mengaharapkan kehadiran obyek tertentu (Adi, 1994: 178-179).

Dalam Rogers 1983, banyak dilakukan penelitian tentang hubungan antara indeks adopsi dan cirri-ciri sosial individu. Adapun indeks adopsi individu tersebut yaitu: pendidikan, baca tulis, status sosial yang lebih tinggi, unit ukuran besar, orientasi ekonomi komersial, sikap yang lebih berkenan terhadap kredit, sikap yang lebih berkenan terhadap perubahan, sikap yang lebih berkenan terhadap pendidikan, intelegensi, partisipasi sosial, kosmopolitalisme, kontak dengan agen perubahan, keterbukaan dengan media massa, pencarian informasi yang lebih aktif, pengetahuan tentang inovasi, dan pendapat tentang kepemimpinan. Variabel ini telah diteliti diberbagai wilayah pertanian yang berbeda, baik negara industri maupun negara sedang berkembang, yaitu pada pendidikan, kesehatan dan perilaku konsumen. Hasil penelitian yang mencolok ditemukan hampir disemua bidang (Van Den Ban dan Hawkins, 1999: 126-127).

Latar belakang sosial ekonomi dan budaya ataupun politik sangat mempengaruhi cepat lambatnya suatu inovasi, sebagai berikut; umur, tingkat

(11)

pendidikan, keberanian mengambil resiko, pola hubungan masyarakat dengan dunia luar dan sikapnya dengan perubahan (Mosher, 1997: 45).

Tingkat pendidikan petani sering disebut sebagai faktor rendahnya tingkat produktivitas usahatani. Dengan tingkat pendidikan yang rendah maka petani akan lambat mengadopsi inovasi baru dan mempertahankan kebiasaan-kebiasaan lama, sedangkan seseorang yang berpendidikan tinggi tergolong lebih cepat dalam mengadopsi inovasi baru (Soekartawi, 2002 : 26).

Petani yang berusia lanjut berumur sekitar 50 tahun keatas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara kerja dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru (Kartasapoetra, 1991: 55).

Salah satu faktor sosial yang mempengaruhi sikap petani adalah tingkat kosmopolitan. Menurut Rogers dan Shoemakers (1986) pandangan petani akan semakin kosmopolitan jika sering berhubungan dengan orang luas. Tingkat kosmopolitan didukung oleh fasilitas transportasi dan komunikasi dengan masyarakat yang lebih luas sehingga proses masuknya ide-ide baru lebih mudah.

Luas lahan pertanian akan dipengaruhi oleh skala usaha dan skala usaha ini pada akhirnya akan mempengaruhi efesiensi atau tidaknya suatu peningkatan usaha pertanian (Kartasapoetra, 1994: 23)

Sejumlah studi menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin yang belum mempunyai pendapatan yang cukup untuk bebas dari kekurangan masih banyak di Indonesia. Mereka masih dililit oleh ketidakberdayaan. Idiologi dan teknologi baru yang diperkenalkan kepada mereka acapkali juga direspon secara negatif, terutama

(12)

jika tidak memiliki jaminan sosial yang cukup untuk menghadapai resiko kegagalan (Usman, 1998: 30-31).

2.3 Kerangka Pemikiran

PT TPL (Toba Pulp Lestari) beroperasi kembali dengan paradigma barunya. Paradigma baru yang sudah desetujui PT TPL yaitu:

1. Penggunaan teknologi yang ramah lingkungan 2. Pengelolaan sumberdaya hutan yang berkelanjutan 3. Tanggung jawab sosial kemasyarakatan

a. Mengutamakan putra daerah setempat

b. Melakukan kerja sama bisnis dengan masyarakat lokal

c. Menyisihkan dana kontribusi sosial untuk pengembangan masyarakat sebesar 1% Net Sales pertahun, 60% untuk Tobasa dan 40% untuk kabupaten lainnya. 4. Menerima lembaga Independent untuk mengawasi pelaksanaan paradigma

baru perseroan.

Salah satu program penting dalam konteks paradigma baru PT. Toba Pulp Lestari adalah rencana pemekaran sebuah CD project. Dengan proyek pembangunan masyarakat itu, TPL` berencana membentuk suatu kemitraan dengan masyarakat setempat serta meningkatkan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini perusahaan pulp ini berencana menyisakan sebagian dana dari total penjualan bersih bagi pembangunan masyarakat. Penggunaan dana ini akan dikelola oleh suatu yayasan independen bagi kepentingan umum seperti beasiswa, pembangunan fasilitas kesehatan, bantuan sarana produksi pertanian, bantuan usaha kecil, dan pengadaan berbagai pelatihan bagi masyarakat setempat.

(13)

Dalam penerimaan bantuan tersebut memunculkan sikap, tingkah laku yang dipengaruhi oleh dorongan-dorongan dari dalam diri petani, baik faktor sosial seperti umur, tingkat pendidikan, tingkat kosmopolitan, dan faktor ekonomi seperti luas lahan pertanian yang dimiliki dan total pendapatan keluarga.

Dalam penerimaan bantuan tersebut terdapat berbagai masalah yang dihadapi para petani yang akan mempengaruhi sikapnya terhadap pemanfaatan bantuan tersebut sehingga diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi masalah tersebut.

Sikap petani terhadap Program CD merupakan bentuk reaksi atau respon terhadap adanya stimulus, yang memunculkan dalam bentuk sikap positif atau negatif. Dengan kata lain munculnya sikap positif dan negatif dapat dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi petani.

(14)

Keterangan:

: Ada hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran 2.4 Hipotesis Penelitian

1. Pelaksanaan Program CD di daerah penelitian berjalan dengan baik sesuai yang diinginkan masyarakat.

2. Sikap petani terhadap Program CD di daerah penelitian adalah positif. 3. Karakteristik sosial petani:

Kontribusi Sosial (1% Net Sales) Petani Sikap Faktor sosial: - Umur - Tingkat kosmopolitan - Tingkat pendidikan Faktor ekonomi: - Luas lahan - Total pendapatan keluarga Masalah-masalah

Sikap Positif Sikap Negatif Upaya-upaya

Pemerintah

PT. TPL

Paradigma Baru, yang mencakup: 1. Penggunaan teknologi yang

ramah lingkungan

2. Pengelolaan sumberdaya hutan yang berkelanjutan

3. Tanggung jawab sosial kemasyarakatan 4. Menerima lembaga

Independent untuk mengawasi pelaksanaan paradigma baru perseroan

(15)

a. Semakin tinggi umur petani maka semakin positif sikap petani terhadap Program CD.

b. Semakin tinggi tingkat kosmopolitan petani maka semakin positif sikap petani terhadap Program CD.

c. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka semakin positif sikap petani terhadap Program CD.

4. Karakteristik ekonomi petani:

a. Semakin luas lahan petani maka semakin positif sikap petani terhadap Program CD.

b. Semakin tinggi total pendapatan keluarga petani maka semakin positif sikap petani terhadap Program CD.

5. Ada pengaruh faktor sosial ekonomi (umur, tingkat kosmopolitan, tingkat pendidikan, luas lahan, total pendapatan keluarga) terhadap sikap petani dalam pelaksanaan Program CD.

6. Pemerintah daerah memberikan dukungan dalam pelaksanaan Program CD. 7. Ada berbagai masalah yang dihadapi petani dalam pelaksanaan Program CD. 8. Ada upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran  2.4   Hipotesis Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menganalisa laporan keuangan sangat bergantung pada informasi yang diberikan dari laporan keuangan perusahaan. Salah satu cara untuk menilai kondisi dari laporan

Religious identity is especially salient for Urban people with college education and a higher economic status.. National identity is more salient for male, rural people with a

Adapun penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain, yaitu Rahmy Zulmaulida dan Edy Saputra dengan judul pengembnagan bahan ajar program linier berbantuan LINDO

Amanah Allah itu ialah WUJUD KITA YANG KASAR ( Jasad ) dan Yang Menanggung Amanah itu ialah WUJUD KITA YANG BATIN yakni Nyawa dan YANG MENGAMANAHKAN itu ialah ZAT ALLAH. Adapun

Pada sedimen dasar laut Selat Makassar telah berhasil dikultur beberapa jenis aktinomisetes sebagai berikut: Micromonospora, Verrucosispora, Streptomyces,

Data Masukan Yang Diharapkan Pengamatan Kesimpulan Klik Menu Pencatatan Aktiva/inventaris Menampilkan form Pencatatan Aktiva/inventaris Dapat melihat tabel Pencatatan

Tentunya, Anda masih ingat definisi lingkaran yang telah dipelajari di SMP. Agar Anda ingat kembali, berikut ini disajikan definisi lingkaran.

H2c tempat bersih menarik pelancong asing N3 Menyayangi dan Menghargai Alam Sekitar H3a menjaga kemudahan di tempat pelancongan H3b tidak menconteng bangunan warisan negara