• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V METODE PELAKSANAAN. Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak pihak yang berkaitan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V METODE PELAKSANAAN. Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak pihak yang berkaitan"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

V - 1

BAB V

METODE PELAKSANAAN

5.1 Uraian umum

Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak pihak yang berkaitan didalamnya. Karena semakin banyaknya pihak yang berkaitan didalmnya, maka makin banyak pula pemikiran-pemikiran guna menyelesaikan masalah dalam suatu proyek. Diperlukan metode-metode yang cocok dalam menyelesaikan masalah didalam suatu proyek. Pengambilan metode yang digunakan juga harus mempertimbangkan banyak aspek yang akhirnya dipilih metode yang paling efisien dan pas yang digunakan dalam menyelesaikan proyek tersebut. Pada bab ini, akan diuraikan beberapa metode umum yang digunakan oleh kontraktor untuk menyelesaikankan beberapa unit pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan struktur.

5.2 Pekerjaan persiapan meterial proyek

Bahan bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena kumpulan berbagai macam material itulah yang membentuk suatu struktur yang diinginkan. Karena itu, pasokan material yang berkualitas tinggi akan dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan, kekakuan, dan kestabilan.

(2)

Selain itu faktor kelancaran pengadaan material akan membantu penyelesaian struktur secara tepat waktu. Bahan-bahan yang digunakan dalam proyek ini adalah sebagai berikut :

5.2.1 Bahan bekisting

Bekisting adalah suatu cetakan konstruksi yang berfungsi untuk bangunan beton

yang memberikan hasil sesuai dengan bentuk yang direncanakan. Bekisting bersifat sementara, dalam arti pada waktunya akan dilakukan pekerjaan pembongkaran. Ukuran yang digunakan pada pembuatan bekisting adalah ukuran yang dihitung dari tepi luar bangunan konstruksi beton yang akan dibuat.

Berikut spesifikasi bahan bekisting proyek Kebayoran Icon :

A. Kolom 1. konvensional - multiplex film 18 mm - Besi holo 50 / 50 2. Sistem - Besi holo 50 / 50 - Multiplex film 18 mm B. Balok 1. konvensional - multiplex film 18 mm - Besi holo 50 / 50 2. Sistem

(3)

V- 3 - Multiplex film 18 mm C. Slab 1. konvensional - multiplex film 18 mm - Besi holo 50 / 50 2. Sistem - Besi holo 50 / 50 - Multiplex film 18 mm

5.2.2 Bahan pembetonan beton Adhimix Precast

Penggunaan beton Adhimix Precast memiliki banyak keuntungan karena beton ini lebih praktis tidak membutuhkan banyak tenaga kerja, cepat dalam pengadaannya, dan mutu yang dihasilkan lebih terjamin. Sebelum dimulainya pekerjaan pihak

owner menentukan perusahaan beton Adhimix Precast yang akan digunakan.

Setelah itu pihak konsultan akan mengecek perusahaan mana yang mutu dan kualitasnya dapat memenuhi syarat dan kriteria yang telah ditentukan. Dalam proyek pekerjaan ini beton Adhimix Precast disediakan oleh PT. Adhimix Precast, karena perusahaan inilah yang memenuhi kriteria mutu yang telah ditentukan oleh pihak konsultan.

Agregat yang digunakan pada campuran beton Adhimix Precast harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh PBI 1971. Untuk semen yang digunakan juga merupakan Portland Cement jenis 1 yang memenuhi syarat-syarat :

(4)

2. Peraturan beton Indonesia ( NI.2-1971 ). 3. Mempunyai sertifikat uji.

Air yang digunakan untuk pembuatan beton harus bersumber dari air tanah yang diperoleh dari sumur dewatering. Syarat air yang diperbolehkan adalah apabila hasil adukan dibandingkan dengan adukan yang menggunakan air suling kekuatan betonnya tidak boleh lebih dari 10%.

a. Portland Cement

Semen merupakan bahan campuran yang secara kimiawi aktif setelah berhubungan dengan air. Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan campuran serta susunan yang berbeda-beda. Semen yang digunakan adalah semen Portland (Portland Cement).

Dalam proyek ini terdapat beberapa ketentuan mengenai semen yang digunakan, yaitu: Portland Cement yang digunakan harus dari mutu terbaik, terdiri dari satu jenis merk dan atas persetujuan dan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan.

b. Agregat halus (pasir)

Agregat halus dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan-batuan atau yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % dan tidak mengandung bahan organis yang dibuktikan dengan percobaan warna dari abrems harder dan memenuhi persyaratan gradasi seperti pada PBI 1971.

(5)

V- 5 c. Agregat kasar (kerikil)

Agergat kasar dapat berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan-batuan atau yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Pada umumnya agregat kasar adalah agregat dengan besar butir lebih dari 5 mm. Agregat kasar tidak boleh mengadung lumpur lebih dari 1% (terhadap berta kering), mengandung butir pipih lebih besar dari 20 % dari seluruh berat agregat, mengandung zat-zat reaktif alkali, kehilangan berat lebih dari 50 % dengan mesin penguas Los Angeles. Semua persyaratan ini mengikuti ketentuan dalam PBI 1971.

d. Air

Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, bahan organis atau bahan-bahan lain yang merusak beton dan/atau baja tulangan serta ketentuan lain yang tercantum dalam PBI 1971.

e. Besi tulangan

Besi tulangan yang dipakai adalah besi ulir dan besi polos. Batangan-batangan tulangan dari berbagai jenis baja harus diberi tanda yang jelas dan disimpan terpisah supaya tidak tertukar dalam pemakaiannya. f. Kawat pengikat

Kawat pengikat yang digunakan harus terbuat dari baja lunak dengan diameter 1 mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak bersepuh seng.

(6)

5.3 Metode pelaksanan

Bangunan dari proyek kebayoran icon terdiri dari 3 zona tower, yaitu canto (6 lantai), condotel (17 lantai), apartemen (25 lantai) dan Waktu pelaksanaan 420 hari kalender (Tidak termasuk hari libur Nasional)

Dengan siklus pengecoran sbb :

- Bongkar Bekisting Kolom & Wall 12 Jam setelah pengecoran. - Bongkar Bekisting Balok 14 Hari setelah pengecoran.

- Bongkar Bekisting Pelat 5 Hari setelah pengecoran. - Bongkar Pipe Support Balok 21 Hari setelah pengecoran. - Bongkar Pipe Support Pelat 21 Hari setelah pengecoran.

5.3.1 Pekerjaan bekisting

Sebelum memulai pekerjaan bekisting, maka dilakukan terlebih dahulu beberapa langkah – langkah sebagai berikut :

A. Ruang Lingkup

Sebelum dilaksanakan pekerjaan pembesian semua pihak agar benar-benar terlebih dahulu mengetahui lingkup pekerjaan yang harus dikerjakan dan spesifikasi material yang digunakan. Adapula lingkup pekerjaan tersebut adalah sebagai berikut :

(7)

V- 7 2. Bekisting untuk pekerjaan plat

3. Bekisting untuk pekerjaan kolom dan Shearwall

B. Penyiapan Shop Drawing

Untuk memudahkan pelaksanaan di lapangan, maka harus dibuat gambar yang detail dan lengkap, gambar tersebut disebut gambar pelaksanaan atau shop drawing. Gambar pelaksanaan harus menggambarkan :

1. Gambar tampak, harus dapat memberikan informasi mengenai jenis-jenis material yang dipakai untuk system bekisting yang akan digunakan.

2. Gambar detail, harus dapat memberikan informasi mengenai ukuran ukuran material, jarak pemasangan material tersebut dan detail penempatan sambungan.

Semua gambar pelaksanaan harus mengacu pada gambar perencanaan yang berstatus “for construction” spesifikasi dan risalah lelang. Gambar tersebut harus sudah disetujui pemberi tugas. Sebelum diedarkan ke lapangan serta gambar yang beredar merupakan gambar dengan revisi terakhir.

(8)

C. Cara Pelaksanaan

Sistem penggunaan bekisting typical dapat dilihat pada gambar. Untuk efektifitas dan efisiensi pelaksanaan pekerjaan bekisting, areal kerja dibagi dalam 6 sektor.

D. Sistem Bekisting 1. Kolom

Bekisting dinding untuk kolom menggunkan multiplex film tebal 18 mm.

(9)

V- 9 2. Balok dan Plat

Untuk bekisting plat dan balok menggunakan multiplex film tebal 18 mm.

Gambar 5.2 Bekisting balok dan plat

3. Bongkar Bekisting

a. Pembongkaran Bekisting Kolom :

 Pembongkaran bekisting pada kolom dilakukan setelah pengecoran berumur 12 jam.

 Pembongkaran dimulai dari clam kolom terlebih dahulu sehingga tidak akan terjadi goyang pada kolom yang masih mudaSetelah clam kolom lepas kemudian pipa supportnya dilepaskan satu per satu dengan hati-hati, terakhir baru dilepas panel kolomnya satu per satu.

(10)

b. Pembongkaran Bekisting Balok dan Plat :

 Setelah pengecoran plat lantai dan balok, bekisting balok dibongkar pada saat beton berumur 14 hari kemudian dan diganti dengan reproping sampai dengan 21 hari setelah pengecoran. Untuk bekisting plat dibongkar 5 hari setelah pengecoran kemudian diganti dengan reporping sampai dengan 21 hari setelah pengecoran.

 Pembongkaran dimulai dari pelepasan clam siku dan strut dinding balok, hasil pembongkaran dirapikan untuk clam siku dikumpulkan pada kotak yang sudah disediakan, sedangkan stutnya dikumpulkan dan diikat dengan bendrat untuk dipakai selanjutnya.

 Pengendoran baut jack multi span pada daerah yang akan dibongkar, pembongkaran dimulai dari pembongkaran multi span secara hati-hati, setelah lepas dari tumpuan dinding balok, multi span dipendekkan dan bautnya dikencngkan kembali baru diturunkan satu per satu secara hati-hati.

 Di sini perlu diawasi pembongkarannya jangan sampai ada multi span yang rusak karena terbanting.

 Setelah multi span lepas semua (pada daerah yang dibongkar, dalam hal ini modul plat), pembongkaran dilanjutkan ke arah dinding balok, setelah dinding balok terbongkar baru dilanjutkan dengan pembongkaran pelat lantai.

(11)

V- 11 c. Cara Pembersihan

Sebelum pekerjaan pengecoran beton dilaksanakan, bekisting dan besi yang sudah terpasang harus dibersihkan dari dari kotoran, batu, potongan kayu, potongan besi dan lain-lain. Pembersihan dapat dilakukan dengan menggunakan air compressor, disiram dengan air atau dengan cara lain.

5.4 Pekerjaan pembesian

Pekerjaan pembesian (reinforcing steel) dilaksanakan sesuai tahapan sebagai berikut :

1. Fabrikasi Besi

Sebelum pelaksanaan fabrikasi besi, sebelumnya dibuat dulu schedule rencana potong dan bengkok. Hal ini dilakukan untuk memperkecil waste material besi.

(12)

Gambar 5.4 Bar Bender

Sebelum besi di bawa ke lokasi pekerjaan, besi harus difabrikasi dulu di workshop dimana pemindahan dari truck pengangkut besi ke workshop dilakukan dengan alat bantu tower crane, sesuai dengan dengan gambar rencana dan dipisahkan, diberi ukuran/tanda untuk pekerjaan yang direncanakan. Untuk potong bengkok menggunakan alat bar bender dan bar cutter. Setelah fabrikasi selesai, besi dibawa ke lokasi pekerjaan untuk dilakukan penyetelan besi.

2. Stel Besi

Besi distel sesuai dengan gambar rencana / shop drawing dan diikat dengan menggunakan kawat besi (bendrat). Potongan kawat

(13)

V- 13 tidak boleh dibuang di area / lokasi yang akan dicor untuk menjaga kebersihan lokasi. Pada saat pengikatan besi perlu diperhatikan kekuatan ikatan tersebut supaya pada saat pengecoran ikatan besi tidak lepas. Tukang besi dan pekerja terbagi dalam grup-grup yang dikoordinir oleh mandor dan pelaksana besi yang mempersiapkan bar bending schedule yang merupakan terjemahan dari gambar kerja struktur besi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan pembesian ini antara lain :

a. Penyimpanan besi harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga besi tersebut tidak berhubungan langsung dengan permukaan tanah untuk mencegah agar besi tidak menjadi berkarat. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan ganjal kayu di bawah tumpukan besi.

b. Penyimpanan besi harus dipisahkan sesuai dengan ukurannya, untuk memudahkan pada saat pengambilan besi untuk difabrikasi.

1. Metode pekerjaan pembesian pelat dan balok I. BAHAN

1.1 Besi tulangan sesuai diameter yang dibutuhkan 1.2 Bendrat untuk pengikat tulangan.

1.3 Beton decking II. TENAGA KERJA

2.1 Tukang

(14)

2.3 Pembantu surveyor

2.4 Pelaksana / Quality control 2.5 Safety & K3 III. PERALATAN 3.1 Bar Cutter 3.2 Bar Bender 3.3 Genset 3.4 Gergaji Besi 3.5 Las Potong 3.6 Gerobak Langsir 3.7 Kunci Besi 3.8 Alat Pembengkok 3.9 Catut dan Meteran

IV. METODE PELAKSANAAN

4.1 Pekerjaan persiapan

4.1.1 Siap gambar kerja/shop drawing dan dipelajari. 4.1.2 Siap alat dan bahan.

4.1.3 Siap lahan/tempat penyimpanan bahan. 4.1.4 Buat Buistat dan dipelajari.

4.2 Pabrikasi

Besi dipabrikasi Sesuai buistat.

(15)

V- 15 Besi hasil pabrikasi dikelompokkan dilokasi pengelompokan sesuai dengan ukuran dan jenis nya.

4.4 Pemasangan dilapangan 4.4.1 Pembesian Balok

4.4.1.1 Besi tulangan pokok bagian atas dipasang dan didukung / dilandasi dengan kayu yang menopang di bekisting.

4.4.1.2 Begel dimasukkan ke tulangan pokok tersebut

sebanyak yang dibutuhkan dan

dipasang/dibendrat sesuai dengan jarak begel yang diinginkan.

4.4.1.3 Besi tulangan pokok bagian bawah dimasukkan dan diikat ke begel yang ada dengan bendrat. 4.4.1.4 Tulangan Pinggang-Pinggang extra disusulkan

sesuai dengan gambar dan dibendrat.

4.4.1.5 Beton decking ditempatkan dibawah tulangan pokok bagian bawah.

4.4.1.6 Kayu penopang dilepas dan besi balok siap digunakan.

4.4.2 Pembesian Pelat

4.4.2.1 Besi-besi pelat bagian bawah lapis 1 digelar dilapangan, disusul dengan lapis 2 dan dibendrat sesuai dengan jaraknya.

(16)

4.4.2.2 Tulangan Pelat bagian atas lapis 2 digelar, kemudian lapis 1, lalu diikat dengan bendrat sesuai dengan jarak nya .

4.4.2.3 Memasang Tulangan kaki ayam pada jarak-jarak tertentu (Secukupnya) 80 cm .

4.4.2.4 Memasang beton decking pada jarak-jarak tertentu (Secukupnya).

4.4.2.5 Pembersihan sisa-sisa bendrat dilapangan. Hal – hal yang perlu diperhatikan :

a. Pemasangan tulangan harus memperhatikan panjang penyaluran tulangan sesuai dengan ACI.

b. Lokasi penyimpanan besi sebelum/sesudah pabrikasi harus bebas dari air untuk mencegah terjadinya proses perkaratan.

c. Jika ada shaft besar, perlu dikaji kembali perkuatan – perkuatan besi disisi keliling shaft.

(17)

V- 17

Gambar 5.6 Penulangan Pelat dan Balok

V. FLOW CHART

(18)

1. Metode kerja pekerjaan pembesian kolom

I. BAHAN

1.1 Besi tulangan . Menggunakan besi tulangan yang panjang nya sesuai dengan kebutuhan.

1.2 Begel. Ukuran disesuaikan dengan buistat. 1.3 Bendrat

1.4 Kayu pengait dan skur II. TENAGA KERJA

2.1 Tukang

2.2 Surveyor/ Juru Ukur 2.3 Pembantu Surveyor

2.4 Pelaksana/ Quality Control 2.5 Safety & K3 III. PERALATAN 3.1 Bar cutter 3.2 Bar bender 3.3 Tang 3.4 Catut 3.5 Roll meter 3.6 Meteran

IV. METODE PELAKSANAAN

4.1 Pekerjaan Persiapan

(19)

V- 19 4.1.2 Mempelajari gambar kerja / Shop drawing

4.1.3 Buistat

4.1.4 Menyiapkan bahan, alat dan tenaga kerja 4.2 Pelaksanaan

4.2.1 Dirikan Scaffolding

4.2.2 Pasang unting-unting pada as kolom

4.2.3 Pasang penggapit tulangan pada jarak tertentu 4.2.4 Masukan begel yang diperlukan

4.2.5 Dirikan semua besi tulangan, kemudian ikat pada penggapit

4.2.6 Ikat begel pada jarak tertentu, sesuai shop drawing 4.2.7 Pasang beton decking secukupnya

Syarat – Syarat lain : Apabila terjadi overlapping, maka overlapping minimum ialah :

a. 40 d => Besi Polos

(20)

V. FLOW CHART PENULANGAN

Gambar 5.8 Flow Chart Penulangan

(21)

V- 21

Gambar 5.10 Proses pembesian kolom

5.5 Pekerjaan pengecoran

A. Persiapan

Sebelum memulai pekerjaan pengecoran, semua bagian yang terlibat harus terlebih dahulu memahami bahwa semua kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan pengecoran harus didasarkan pada :

a. Spesifikasi

b. Gambar perencanaan c. Risalah lelang

Lingkup pekerjaan pengecoran ini meliputi pengecoran : a. Kolom

b. Pelat

(22)

B. Penyiapan shop drawing

Untuk memudahkan pelaksanaan dilapangan, maka harus dibuat gambar yang detail dan lengkap, gambar tersebut disebut gambar pelaksanaan atau shop drawing. Gambar pelaksanaan harus menggambarkan :

a. Gambar denah, yang menggambarkan dimensi/ukuran balok, kolom serta notasi penulangannya dan juga elevasi.

b. Gambar potongan harus dapat menginformasikan ukuran, detail penulangannya, elevasi, mutu beton dan mutu besi yang dipakai. c. Gambar skematik penulangan harus dapat menginformasikan

jenis, jumlah dan diameter besi serta jarak besi baik besi utama maupun besi sengkang.

Semua gambar pelaksanaan harus mengacu pada gambar perencanaan yang berstatus “for construction” spesifikasi dan risalah lelang. Gambar tersebut harus sudah disetujui pemberi tugas. Sebelum diedarkan ke lapangan serta gambar yang beredar merupakan gambar dengan revisi terakhir.

C. Mempersiapkan bahan, tenaga kerja dan alat  Mempersiapkan bahan

Material yang digunakan harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari pemberi tugas atau konsultan. Jenis material yang perlu

(23)

V- 23 - Besi tulangan melalui tes tarik dan tes tekuk

- Beton melalui trial mix / job mix

 Mempersiapkan peralatan yang dipakai

Peralatan yang dipakai untuk mengerjakan pekerjaan pengecoran antara lain :

- Gerobak - Ember Cor

- Genset / Penerangan Kerja - Concrete Pump

- Alat Bekisting - Vibrator - Talang Cor - Air Compressor - Alat Bantu lainnya. D. Pelaksanaan pengecoran

l. Penuangan beton

Untuk mendapatkan hasil beton yang baik maka cara penuangan harus benar-benar yaitu :

a. Pengecoran dituang langsung dan atau dengan menggunakan talang cor

(24)

b. Beton harus dituang vertikal dan sedekat mungkin dengan bagian yang dicor

c. Beton tidak boleh dituangkan kedalam bekisting dengan jarak yang tinggi (maksimum 1.50 m) karena akan menagkibatkan segregasi. Apabila tinggi lebih dari 1.5 m, maka harus memakai talang/cor/tremi.

d. Beton tidak boleh dicorkan pada saat hujan lebat tanpa penutup di atasnya, karena air hujan akan menyebabkan turunnya mutu beton

2. Pemadatan

Disamping cara penuangan yang benar, cara pemadatan yang benar juga merupakan faktor penting guna mencapai tujuan pembetonan. Cara pemadatan dengan vibrator yang benar yaitu : a. Besarnya kepala vibrator harus disesuaikan dengan jenis

struktur beton yang akan dicor dan jarak antar tulangan terkecil.

b. Vibrator harus dapat dimasukan ke dalam jaringan/anyaman besi beton dan harus diusahakan sedikit mungkin menempel pada besi. Menggetarkan besi beton dapat menyebabkan turunnya mutu beton. Dimana terjadi pengumpulan pasir disekitar besi. Bahkan apabila besi digetarkan terus-menerus dapat menyebabkan retak atau terjadinya rongga antar besi dan

(25)

V- 25 beton yang telah mengeras rongga ini dapat menyebabkan korosi pada tulangan.

c. Tidak boleh meletakan kepala vibrator terlalu lama dalam beton karena akan menyebabkan segregasi dan bleeding terutama untuk beton dengan slump tinggi. Lama penggetaran cukup antara 10 s/d 15 detik.

d. Kepala vibrator jangan terlalu dekat dengan bekisting, karena apabila bekisting bergetar akan terbentuk lapisan pasir lepas dan juga dapat merusakan bekisting. Jarak minimal kebekisting adalah 10 cm.

e. Beton tidak boleh digetarkan berulang-ulang pada tempat yang sama, karena dapat mengakibatkan rongga-rongga didalam beton.

f. Vibrator harus dimasukan kedalam beton yang belum terpadatkan secara tepat dan dicabut pelan-pelan. Kecepatan memasukan vibrator diperlukan agar tidak sempat terjadi pemadatan awal pada beton lapis atas sehingga menyulitkan lolosnya udara dan air yang terperangkap di bawahnya. Sedangkan pencabutan harus dilakukan pelan-pelan untuk memberikan kesempatan vibrator menyalurkan secara penuh energi pemadatan pada beton. Kecepatan pencabutan berkisar antara 4cm/dt s/d 8 cm/dt.

(26)

g. Lapisan beton harus dicor secara rata sejak permulaan untuk memudahkan pengaturan sistem pemadatan dengan vibrator. h. Untuk pengecoran struktur beton yang tinggi dan lebar, yang

paling efisien dibuat perlapis kurang lebih 50 cm perlapis. Apabila tiap lapisan dibuat tebal akan menyulitkan udara dan air keluar dari beton ketika digetarkan dengan vibrator. Sebaliknya dengan lapisan yang terlalu tipis tekanan beton tidak dapat mengimbangi pekerjaan vibrator.

i. Untuk menyambung lapisan bawah dengan lapisan diatasnya, vibrator harus dimasukan sebagian (kira-kira 10 s/d 15 cm) ke dalam lapisan di bawahnya agar tercipta lekatan yang monolik padat dan meyatu.

j. Pada pengecoran pelat beton yang tipis, vibrator boleh dimasukan ke dalam beton secara miring dalam hal ini vibrator akan menyentuh besi tulangan, tetapi harus diusahakan sedikit dan secepat mungkin.

1. Metode kerja pengecoran plat lantai dan balok

I. BAHAN

1. Concrete Fc 30 MPa NON FLY ASH II. TENAGA KERJA

1. Juru ukur / Surveyor 2. Pembantu juru ukur

(27)

V- 27 3. Pekerja 4. Quality control 5. Tenaga pembersihan 6. Safety & K3 III. PERALATAN

1. Alat Ukur : Waterpass, Theodolite, Benang, Roll meter, Lot.

2. Alat Kerja Tukang : Sekop, Ember

3. Alat Test Beton : Cetakan Silinder, Kerucut Abrams 4. Alat Pengecoran : Concrete mixer, Concrete pump

Concrete Vibrator, Talang Cor, Compressor

5. Perlengkapan : Lampu, Selang, Palu besi 8 kg dan palu besi 1 kg

IV. METODE PELAKSANAAN

a. Pekerjaan persiapan

a. Mempelajari shop drawing

b. Mempelajari tenaga kerja, alat kerja dan bahan yang akan diperlukan.

(28)

b. Pelaksanaan

a. Lokasi Pengecoran kemudian dibersihkan kotoran – kotoran terlebih dahulu menggunakan air compressor

b. Membuat campuran beton sesuai dengan mutu yang disyaratkan

c. Test slump dengan kerucut Abrams oleh tim pengawas lapangan

d. Pembuatan silinder beton untuk test setiap volume beton yang disyaratkan.

e. Pengecoran pelat lantai dilakukan menggunakan concrete pump. Beton yang akan dituang harus ditempatkan sedekat mungkin pada lokasi pengecoran dalam posisi lapisan horizontal, kira-kira setinggi 30 cm

f. Selama pengecoran dilakukan pemadatan menggunakan vibrator untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan beton yang keropos. g. Setelah beton dituangkan ke lokasi pengecoran,

beton disebarkan pada sebagian area pelat lantai dan kemudian permukaan pelar lantai diratakan, setelah diratakan permukaan pelat lantai kemudian dihaluskan.

(29)

V- 29 h. Selesai Pengecoran harus diadakan perawatan beton (curing) dengan cara disiram air atau karung goni yang sudah dibasahi selama 3 hari.

V. FLOW CHART PENGECORAN

(30)

Gambar 5.12 Pengecoran plat lantai

2. Metode kerja pengecoran kolom

l. BAHAN

1.Concrete Fc 40 MPa NON FLY ASH II. TENAGA KERJA

1.Juru ukur / Surveyor 2. Pembantu juru ukur 3. Pekerja

4. Quality control 5. Tenaga pembersihan 6. Safety & K3

(31)

V- 31 III. PERALATAN

1. Alat Ukur : Waterpass, Theodolite, Benang, Roll meter, Lot.

2. Alat Kerja Tukang : Sekop, Ember

3. Alat Test Beton : Cetakan Silinder, Kerucut Abrams

4. Alat Pengecoran : Concrete mixer, Concrete pump, Concrete Vibrator, Talang Cor, Compressor

5. Perlengkapan : Lampu, Selang, Palu besi 8 kg dan palu besi 1 kg

II. METODE PELAKSANAAN a. Pekerjaan persiapan

a. Mempelajari shop drawing

b. Mempelajari tenaga kerja, alat kerja dan bahan yang akan diperlukan.

b. Pelaksanaan

6. Lokasi Pengecoran kemudian dibersihkan kotoran –kotoran terlebih dahulu menggunakan air compressor

7. Membuat campuran beton sesuai dengan mutu yang disyaratkan

8. Test slump dengan kerucut Abrams oleh tim pengawas lapangan

9. Pembuatan silinder beton untuk test setiap volume beton yang disyaratkan.

(32)

10. Pengecoran pelat lantai dilakukan menggunakan concrete pump. Beton yang akan dituang harus ditempatkan sedekat mungkin pada lokasi pengecoran dalam posisi lapisan horizontal, kira-kira setinggi 30 cm

11. Selama pengecoran dilakukan pemadatan menggunakan vibrator untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan beton yang keropos.

12. Setelah beton dituangkan ke lokasi pengecoran, beton disebarkan pada sebagian area pelat lantai dan kemudian permukaan pelar lantai diratakan, setelah diratakan permukaan pelat lantai kemudian dihaluskan.

13. Selesai Pengecoran harus diadakan perawatan beton (curing) dengan cara disiram air atau karung goni yang sudah dibasahi selama 3 hari.

(33)

V- 33

Gambar 5.14 Pengecoran kolom dengan concrete bucket

3. Metode kerja slump test

I. BAHAN

Beton yang digunakan untuk pengecoran di lapangan. II. TENAGA KERJA

2.1 Pekerja

2.2 Pengawas lapangan / Quality Control. 2.3 Tenaga Pembersihan.

2.4 Safety & K3 III. PERALATAN

3.1 Kerucut Abrams 3.2 Sekop

3.3 Batang Pemadat / Besi Beton 3.4 Sendok Semen

(34)

3.6 Plat alas 3.7 Palu karet

IV. METODE PELAKSANAAN

 Pembersihan alat-alat kerucut Abrams

 Ambil adukan beton yang baru saja dikeluarkan dari truk mixer

 Letakkan alat kerucut diatas pelat

 Masukkan ke dalam kerucut lebih kurang 1/3 bagian nya lalu dipadatkan dengan cara ditusuk dengan batang pemadat secara merata sebanyak 25 kali

 Lakukan hal yang sama untuk lapisan kedua dan ketiga, penusukkan batang pemadat hanya untuk lapisan bersangkutan saja dan tidak mengenai lapisan sebelumnya .

 Ratakan permukaan atasnya dengan batang pemadat

 Angkat kerucut tersebut dengan hati-hati dalam posisi tegak, kemudian ditunggu selama lebih kurang 30 detik. Selanjutnya diukur penurunan yang terjadi yaitu perbedaan antara tinggi awal dengan tinggi akhir.

(35)

V- 35 V. FLOW CHART SLUMP TEST

Gambar 5.15 Flow Chart Slump Test

(36)

5.6 Pembukaan bekisting

Cetakan beton baru boleh dibuka setelah beton mengeras. Beton biasa dianggap mengeras apabila sudah mencapai kurang 70% dari kekuatan karateristiknya, yaitu umumnya 7 hari setelah pengecoran dilaksanakan. Setelah umur 7 hari tersebut, panel-panel bekisting balok sudah boleh dibuka, namun scaffolding masih harus dipasang, yang berarti bekisting untuk pelat lantai, balok, masih belum dibuka. Baru setelah 21 hari atau 2 lantai berada diatasnya, yang sudah mencapai sekitar 90% dari kekuatan karateristiknya.

Bongkar Bekisting Kolom & Wall 12 Jam setelah pengecoran.

 Bongkar Bekisting Balok 14 Hari setelah pengecoran (Boleh dibongkar lebih cepat bila menggunakan system reproofing).

 Bongkar Bekisting Pelat 14 Hari setelah pengecoran (Boleh dibongkar lebih cepat bila menggunakan system reproofing).

(37)

V- 37  Bongkar Reproof Balok 21 Hari setelah pengecoran.

 Bongkar Reproof Pelat 21 Hari setelah pengecoran.

5.7 Perawatan beton (curing)

Perawatan beton dapat diartikan semua kegiatan yang bertujuan agar struktur tetap memenuhi atau mempunyai keadaan yang baik. Pada hari-hari pertama selama 3 x 24 jam setelah selesai pengecoran, proses pengerasan tidak boleh terganggu terutama oleh getaran-getaran, lantai tidak boleh digunakan untuk penimbunan bahan/ barang ataupun untuk melakukan kegiatan kerja dengan beban berat. Selain itu, permukaan beton yang masih basah harus dijaga dan dilindungi dari air hujan yang dapat menyebabkan terbukanya permukaan yang masih lunak. Untuk mencegah terjadinya kekurangan air yang diperlukan untuk pengerasan beton, maka pada siang hari kira-kira selama satu minggu atau lebih permukaan beton harus selalu disiram air. Hal ini dilakukan untuk mencegah penguapan air yang berlebihan yang dapat menyebabkan penyusutan yang besar sehingga dapat mengurangi kekuatan beton dan menimbulkan retak-retak.

1. Metode kerja curing balok dan pelat

I. BAHAN

1. Curing chamichal Compon (antisol) II. TENAGA KERJA

1. Pekerja

2. Quality Control 3. Tenaga Pembersihan

(38)

4. Safety & K3 III. PERALATAN

1. Selang

2. Pompa semprot

IV. METODE PELAKSANAAN

1. Mempersiapkan tenaga kerja, alat kerja, dan bahan yang akan diperlukan.

2. Curing beton dilakukan setelah beton setting

3. Proses Curing beton plat dan balok dilaksanakan 1 kali menggunaka curing camichal compon dengan cara penyemprotan air compon dipermukaan beton.

4. Jika terjadi hujan maka tidak perlu dilakukan pekerjaan penyiraman beton plat dan balok.

2. Metode kerja curing kolom

I. BAHAN

1. Air Compon ( antisol) II. TENAGA KERJA

1. Pekerja

2. Quality control 3. Tenaga pembersihan 4. Safety & K3

(39)

V- 39 III. PERALATAN

1. Selang 2. Pompa air

IV. METODE PELAKSANAAN

1. Mempersiapkan tenaga kerja, alat kerja, dan bahan yang akan diperlukan.

2. Curring beton dilakukan setelah bongkar bekisting

3. Proses curing beton kolom dilaksanakan dengan cara penyemprotan air compon di permukaan beton secara merata (dengan menggunakan alat sprai).

4. Jika terjadi hujan maka tidak perlu dilakukan pekerjaan penyiraman beton kolom

Gambar

Gambar 5.1 Bekisting kolom
Gambar 5.2 Bekisting balok dan plat
Gambar 5.3 Bar Carter
Gambar 5.4 Bar Bender
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berbeda dengan kelompok KBZ, pada AVP, terdapat hubungan yang bermakna dosis obat dan lama pemberian obat dengan kadar TSH serum, tetapi tidak berbeda terhadap kadar fT4

Selvia, Lena. ‘’ Partisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Pilkada bupati Ponorogo tahun 2015 siswa-siswi kelas XII SMA Negeri 1 Ponorogo’’. Skripsi, Pendidikan Pancasila dan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, penelitian ini menunjukkan bahwa Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Equity to Total Assets Ratio (EAR

Di Indonesia, dalam pengoperasian pancing tonda jarang sekali menggunakan umpan asli, karena umpan asli akan mudah lepas atau rusak oleh gerakan air selama operasi penangkapan

 PT PJB UP Muara Karang tidak bertanggung jawab atas segala tuntutan yang timbul akibat: a) Kerusakan atau kehilangan peralatan dan perlengkapan yang dimiliki oleh penyedia jasa

Biasiswa untuk mengikuti pengajian di peringkat a) Ijazah Sarjana dan Ijazah Kedoktoran. b) Tempat pengajian di dalam/ luar negara ELAUN YANG DITAWARKAN2. Elaun Keperluan

Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk mengembangkan sistem database pembangunan bidang kesehatan yang lengkap baik dari segi cakupan jenis indikator dan tahun data,

Banyak faktor yang memengaruhi Inisiasi Menyusu Dini sangat sulit untuk berkembang, salah satunya adalah karena Inisiasi Menyusu Dini merupakan ilmu yang baru dan