• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSAKA"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSAKA

2.1. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang

yang dapat langsung diketahui balikannya1.

Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera2.

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal. Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua

sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya3.

Menurut Effendi, pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada saat komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti apakah

1

Muhammad, Komunikasi Interpersonal, hal 158-159, 2005. 2

Effendy, Komunikasi Interpersonal, hal 30, 2003 3

Mulyana, Komunikasi Interpersonal, hal 73, 2000

(2)

komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia dapat

memberikan kesempatan pada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya4.

2.1.1. Klasifikasi Komunikasi Interpersonal

Redding yang dikutip 5 mengembangkan klasifikasi komunikasi

interpersonal menjadi interaksi intim, percakapan sosial, interogasi atau pemeriksaan dan wawancara.

a. Interaksi intim termasuk komunikasi di antara teman baik, anggota famili, dan orang-orang yang sudah mempunyai ikatan emosional yang kuat.

b. Percakapan sosial adalah interaksi untuk menyenangkan seseorang secara sederhana. Tipe komunikasi tatap muka penting bagi pengembangan hubungan informal dalam organisasi. Misalnya dua orang atau lebih bersama-sama dan berbicara tentang perhatian, minat di luar organisasi seperti isu politik, teknologi dan lain sebagainya.

c. Interogasi atau pemeriksaan adalah interaksi antara seseorang yang ada dalam kontrol, yang meminta atau bahkan menuntut informasi dari yang lain. Misalnya seorang karyawan dituduh mengambil barang-barang organisasi maka atasannya akan menginterogasinya untuk mengetahui kebenarannya. d. Wawancara adalah salah satu bentuk komunikasi interpersonal di mana dua

orang terlibat dalam percakapan yang berupa tanya jawab. Misalnya atasan yang mewawancarai bawahannya untuk mencariinformasi mengenai suatu pekerjaannya.

4

Sunanto, Komunikasi Interpersonal, hal 13, 2003 5

(3)

2.1.2. Tujuan Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal mungkin mempunyai beberapa tujuan. Di sini akan dipaparkan 6 tujuan, antara lain6:

a. Menemukan diri sendiri salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.

b. Menemukan dunia luar hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa hal itu seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajariatau didalami melalui interaksi interpersonal.

c. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti

salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga

6

(4)

hubungan sosial dengan orang lain.

d. Berubah sikap dan tingkah laku banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyakmenggunakan waktu waktu terlibat dalam posisi interpersonal.

e. Untuk bermain dan kesenangan bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pecan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.

f. Untuk membantu ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi

menggunakkan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya.

(5)

2.1.3. Efektivitas Komunikasi Interpersonal

Efektivitas komunikasi interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality)7.

a. Keterbukaan (Openness) kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri

mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan

pengungkapan diri ini patut. Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk dari pada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan.Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974).Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan

7

(6)

pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama tunggal).

b. Empati (empathy) Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama.Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang.Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal.

Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan

memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.

c. Sikap mendukung (supportiveness) hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam

(7)

suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.

d. Sikap positif (positiveness) Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.

e. Kesetaraan (Equality) dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya,, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan,ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan

(8)

untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.

2.2. Budaya Komunikasi

Budaya Komunikasi di Organisasi Komunikasi adalah sebuah tindakan untuk berbagi informasi, gagasan atau pun pendapat dari setiap partisipan komunikasi yang terlibat didalamnya guna mencapai kesamaan makna, Tindak komunikasi tersebut dapat dilakukan dalam berbagai konteks.Tindak komunikasi dalam suatu organisasi berkaitan dengan pemahaman mengenai peristiwa komunikasi yang terjadi didalamnya, seperti apakah instruksi sudah dilaksanakan dengan benar oleh bikers atau punbagaimana bikers mencoba menyampaikan imformasi kepada bikers lainnya, memungkinkan tujuan organisasi yang telah ditetapkan dapat tercapai sesuai denganhasil yang diharapkan

Ini hanya satu contoh sederhana untuk memperlihatkan bahwa komunikasi merupakan aspek penting dalam suatu organisasi, baik organisasi yang mencari keuntungan ekonomi maupun organisasi yang bersifat sosial kemasyarakatan. Miscommunication senantiasa menghantui proses dialogis antaraindividudalam sebuah organisasi. Perselisihan dan perbedaan paham di kalangan karyawan dalam kelompok-kelompok heterogen di organisasi. Perbedaan persepsi sering mengganjal ekspresi komunikasi antara bikersdan bikers lainnya atau satu

(9)

organisasi. Perang dingin pun menjadi kabel penghantar konflik individu dalam organisasi.

Permusuhan dan sentimen pribadi mewarnai interaksi kerjasama bikers, Pertanyaan klasiknya, bagaimana mungkin sebuah organsasi akan bangkit dari keterpurukan jika pengelola dan pimpinannya tidak membudayakan budaya komunikasi dan menunjukkan integritasnya secara positif dan proaktif? Para pemimpin perusahaan pasti mengaplikasikan konsep kekuasaan adiguna dengan tatastruktur yang rapi. Pengejawantahannya, lebih mengedepankan sikap arogan karena merasa paling baik. Kemudian muncullah sikap egoisme, egosentris, egoelitisme, dan gogolongan. Ketika sikap hidup sebagai makhluk individual lebih ditonjolkan, maka tidak pernah ada jalan tengah untuk mengakhiri konflik egoisme prinsip yang tidak berprinsip dan akhirnya berpengaruh kepada perkembangan organisasi.

Lewat strategi dan budaya komunikasi yang baik, setiap individu dalam organisasi dapat mencari solusi atas permasalahan yang ada didalamnya secara cerdas, dan cepat, dengan mengutamakan rasa keadilan antarpihak. Para pemimpin organsiasiharus melakukan dialog terus menerus dengan yang lainnya untuk mendapatkan hasil positif berdasarkan kebenaran hakiki. Mereka diharapkan mendengarkan penuhperhatian, mau menjawab pertanyaan dan keluhan, bersedia menjelaskan situasi dankondisi yang ada secara kontekstual.

Langkah bersahabat di atas ditindaklanjuti guna membuat keputusan berasaskan kebenaran hakiki.Jangan malah sebaliknya, mereka merasa paling benar dan senantiasa menghindarkan diri dari realitas tanggung jawab yang ada

(10)

sebagaipanutan perusahaan. Seorang pemimpin perusahaan yang bijak adalah harus mampu membudayakan budaya komunikasi secara efektif dan komunikatif kepada sesama di dalamnya. Sebab kehandalan melakukan proses komunikasi merupakan inti dari segala macam pekerjaan yang ada di setiap kemajuan organisasi.

Komunikasi sangat penting untuk organisasi. Informasi juga sangat penting untuk komunikasi yang efektif. Sebuah komputer memungkinkan kita untuk membaca buku apapun dengan cepat dan dapat disimpan dalam file yang

kita inginkan. Informasi telah menjadi aset vital untuk sebuah

organisasi.Perusahaan Palnners membutuhkan informasi tentangperkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, politik, dan kecenderungan sosial, pergeseran perilaku konsumen, kepadatan penduduk dan data pasokan pasar dunia pada bahan baku.

Sebagai bukti pentingnya komunikasi di organisasi telah disebut bahwa komunikasi sebagai ”darah kehidupan organisasi, lem yang mengikat organisasi, minyak yang menghaluskan fungsi organisasi, benang yang mengikat sistem bersama, menjadi kekuatan yang meliputi organisasi, , dan agen mengikat yang semua hubungan.” Sebuah hasil penelitian menilai bahwa komunikasi di organisasi memiliki hubungan antara sistem komunikasi yang efektif dan kinerja organisasiyang tinggi secara keseluruhan.

Aspek Budaya Komunikasi di Organisasi Pada tahun 1981, Pace dan Ross merilis hasil survei nasional tentang komunikasi organisasi, diantaranya sebagai berikut:

(11)

a. Komunikasi dan departemen komunikasi adalah yang paling mungkin untuk menawarkan kursus dasar tentang komunikasi organisasi

b. Program ini diperlukan oleh sepertiga dari departemen untuk dewasa dan anak sekolah.

c. Buku-buku primer dan sekunder yang digunakan dalam kursus ini yang paling sering diterbitkan setelah 1976.

d. Isi tentu saja yang paling mencakup jaringan komunikasi, komunikasi

informal, iklim komunikasi, teori komunikasi, teori organisasi,

kepemimpinan, gaya manajemen, teori komunikasi organisasi, teori motivasi, dan manajemen konflik.

Dalam budaya komunikasi, ada dua aspek yang perlu diketahui, yaitu: a. Aspek teknologi komunikasi di organisasi Teknologi jauh lebih dari sekedar

mesin dan artefak material.Teknologi adalah penerapan logika secara spesifik tentang teknik dari aktivitas dan perilaku manusia. Karena teknologi komunikasi berubah sangat cepat, kita harus berhati-hati untuk tidak menganggap bahwa kita mengetahui perkembangan teknologi dan apa yang dapat dilakukan oleh teknologi itu. Sebaliknya, kita harus mengambil perspektif yang lebih luas dan lebih abstrak. Dalam rangka untuk memahami teknologi komunikasi yang signifikan dalam kehidupan organisasi kontemporer, hal ini bergunauntuk melihat sejarah sosial dari gagasan teknologi dan gagasan yang lebih mendasardari teknik. Menurut sosiolog Prancis, Cornelius Castoriadis, isitlah teknik berasal dari bahasa Yunani. Kemudian tulisan-tulisan Homer, teknik dimaksudkan untuk memalsukan,

(12)

untuk menghasilkan, atau untuk membangun. Sebaliknya, filsafat Barat telah melihat teknik sebagai imitasi atau, dalam kata-kata Castoriadis, kekuatan untuk mengatur ulang atau menyatukan elemen yang ada dengan cara yang tidak alami (George. 2004, 349). Teknik, dengan kata lain, berarti aktualisasi non-alami dan kemungkinan melekat dalam dunia fisik.Salah satu teknologi saat ini adalah komputer. Para ahli teknik mengatakan komputer berguna untuk memfasilitasi perluasan dan pertukaran informasi. Industrikomputer sangat menarik dalam hal orientasi. Banyak profesional berbicara seolah-olah mereka hanya berurusan dengan elektronik, informasi, dan bahan pengetahuan sistem. Sikap ini mendukung etos umum dari segala abad bahwa informasi sebagai suatu periode yang mendunia. Alat komunikasi seperti telepon, mesin faks, atau pager dapat mengubah organisasi menjadi hidup modern ketika mereka diperkenalkan dengan teknologi tersebut. Hari ini, alat ini jarang dianggap sebagai teknologi komunikasi. Jadi apa yang biasanya kita ketahui ketika kita berbicara tentang teknologi komunikasi dalam kerangka organisasi? Biasanya istilah untuk media elektronik, seperti email, voice mail, intranet, internet, sistem konferensi audio dan video. Jika kita lebih luas, sistem informasi manajemen, kelompok pengambil keputusan dan dukungan, dan berbagai jenis sistem pendukung lainnya disebutsebagai sesuatu yang menyediakan informasi teknis yang berkaitan dengan tugas-tugas tertentu dan proses kerja organisasi. Meskipun teknologi komunikasi belum mempersoalkan mengenai kendala waktu dan perbedaan waktu dalam penyampaian informasi, teknologi ini muncul untuk dapat digunakan dalam

(13)

banyak hal penting. Sedangkan media komunikasi, seperti telepon ataupun percakapan langsung (tatap muka) memerlukan kehadiran simultan dari pengirim dan penerima, teknologi seperti email dan voice mail membebaskan kita dari kendala tersebut. Dalam aktivitas komunikasi terdapat perbedaan penting antara komunikasi langsung dan tidak langsung. Walaupun kita sering mungkin lebih suka komunikasi langsung karena memungkinkan kita untuk mendapatkan umpan balik langsung, namun tetap saja memiliki keterbatasan. Teknologi, bagaimanapun, jarang digunakan sesuai seperti yang dibayangkan oleh para ahli, desainer, atau para pengambil keputusan dalam organisasi atau seperti yang ditakuti oleh para teknisi. Masih sebagian besar teknologi telah sesuai dalam hal keuntungan dan kerugian. Saat ini, jarang dilakukan implementasi dan penggunaan teknologi dalam kehidupan organisasi sesuai dengan ramalan atau kritik yang memprediksi tentang perkembangan teknologi komunikasi di organisasi.

b. Aspek mengenai worldview tentang komunikasi di organisasi, mengenai pengetahuannya, kepercayaannya, dan bahasa serta praktiknya. Pendekatan, definisi dan persepsi tentang komunikasi organisasi sangat banyak. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungan, baik internal dan eksternal. Organisasi melibatkan komunikasi sebagai aliran pesan mereka, tujuan, arah, dan media yang mereka gunakan. Komunikasi organisasi melibatkan orang dan bagaimana sikap mereka, perasaan, hubungan, dan keterampilan. Komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan pertukaran pesan dalam jaringan

(14)

hubungan dan saling ketergantungan untuk mengatasi ketidakpastian lingkungan. Bernstein (1976), meringkas temuan dari survei Komunikasi Industri Council, mengidentifikasi bahwa perhatian yang paling penting dari komunikator organisasi adalah komunikasi agar menjadi interaksi antara manajemen dan organisasi, karyawan, dan publik eksternal. Falcione dan Greenbaum (1976) mengembangkan taksonomi untuk seri berikut komunikasi organisasi abstrak: interpersonal, intragroup, dan antargolongan komunikasi dalam organisasi, faktor komunikasi dan tujuan organisasi, peningkatan keterampilan dan pelatihan, media komunikasi, analisis sistem komunikasi dan metodologi penelitian, dan tinjauan umum lapangan (Gerald. 1994, 16). Akhirnya, pada tahun 1981, Foltz mengatakan komunikasi organisasi didefinisikan sebagai menukar informasi, gagasan, perasaan bawah, atas dan lintas organisasi.

Wiio menyatakan bahwa komunikasi memiliki empat kemungkinan, seperti:

a. Jika komunikasi bisa gagal. Ini berarti bahwa jika Anda dalam berkomunikasi memberi kesempatan untuk gagal, maka akan gagal.

b. Jika komunikasi tidak bisa gagal, meskipun demikian biasanya tidak gagal. Bahkan dengan niat baik, komunikasi Anda pasti akan gagal karena alam dan

jika menggunakan kelicikan yang tersembunyi, kekurangan, dan

kesalahpahaman untuk mengalahkan Anda.

c. Jika komunikasi tampaknya berhasil dengan cara yang dimaksudkan, itu harus dengan cara yang tidak dimaksudkan. Jika semuanya tampaknya

(15)

berjalan baik, berhati-hatilah, mungkin keberhasilan menjadi ilusi.

d. Jika Anda puas bahwa komunikasi Anda terikat untuk sukses, itu akan gagal. Desain proses komunikasi sesuai dengan selera Anda sendiri dan tidak mempertimbangkan keinginan komunikan. Harry Levinson mengatakan bahwa 90 persen dari semua orang yang bekerja dalam organisasi adalah laki-laki.Namun saat ini, bila waktu kita habiskan di lembaga sipil dan sosial, agama dan pendidikan, rumah sakit, dan bank, hal ini relatif sederhana untuk menyimpulkan bahwa dalam organisasi dapat ditemui banyak laki-laki dan perempuan.Sejak tahun 1938, Chester Barnard menyatakan tugas utama seorang eksekutif adalah komunikasi.Telah dibuktikan bahwa anggota organisasi, baik itu laki-laki atau perempuan yang terus berkomunikasi.

Untuk meningktkan komunikasi dalam organisasi setiap komunikator harus menilai kelemahan dan kelebihan diri dengan memperhatikan pengalaman dan lainnya.Komunikator sebaiknya sering melakukan latihan dan praktik. Ketrampilan yang dibutuhkan untuk komunikasi yang baik adalah membaca., mendengar, membuat percakapan yang menarik, wawacara, diskusi, presentasi, dan menulis surat ata memo. Pada kegiatan rutin banyak digunakan kertas untuk berkomunikasi.

Bahasa yang digunakan dalam komunikasi di organisasi, Bahasaadalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepadalawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat

(16)

istiadat, tingkah laku, tata krama yang ada di lingkungan tempat dia berada, termasuk dalam organisasi, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk latar belakang orang lain. Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus.

Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk

berekspresi,berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasidan

adaptasisosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuandan teknologi.

Hirsch & Andrews (1983) mengatakan jika "bahasa adalah budaya yang paling sentral di organisasi. Ini termasuk simbol, jargon, atau kosa kata khusus yang digunakan oleh anggota organisasi "(Gerard.1995, 107). Artinya hanya dapat dikaitkan dengan kata atau tanda dalam konteks organisasi dan sejarahnya. Shared mengatakan bahwa melalui sistem simbol organisasi mengkomunikasikan nilai,

perilaku, harapan, pengalaman umum, dan citra diri di antara

karyawannya.Termasuk dalam kategori ini bagaimana pertumbuhan dan perkembangan organisasi.

Ini adalah indikasi bagaimana pengalaman sebuah struktur organisasi anggotanya. Perbedaan budaya merefleksikan dirinya dalam cara yang beragam. Misalnya saja, satu dari norma budaya mungkin memiliki sebuah konsepsi berbeda terhadap waktu daripada hal lain secara signifikan, atau sebuah ide yang berbeda dari apa yang mengkonstitusikan body language, dan jarak personal ketika melakukan percakapan.Tetapi kebanyakan peneliti, karyawan, dan pemilik

(17)

bisnis sependapat bahwa elemen yang paling penting dalam intercultural

communication yang efektif menitikberatkan pada bahasa (language)8.

Wenger dan Snyder menekankan bahwa praktek organisasi yang muncul, tidak diciptakan. Namun, organisasi yang memiliki nilai, inovasim dan saling berbagi pengetahuan harus menciptakan kondisi yang baik bagi mereka agar berkembang pesat dan memelihara pertumbuhan individu didalamnya.Sering diabaikan dalam diskusi tentang komunikasi antar budaya, terkadang hal

signifikan yang terjadi adalah perbedaan budaya mengenai praktek

mendengarkan. Tips tentang bagaimana mengembangkan sensitivitas budaya verbal dan praktek-praktek komunikasi tertulis dalam sebuah organisasi sangat berlimpah, tapi dalam banyak kasus, relatif sedikit perhatian diberikan kepada perbedaan budaya dalam mendengarkan. Itulah sisi lain dari komunikasi. "Kode etik yang menentukan bagaimana harus dibuktikan mendengarkan didasarkan pada asumsi-asumsi budaya tertentu tentang apa yang dianggap sebagai mendengarkan," kata Milburn.

Tapi sementara norma-norma yang berlaku komunikasi dalam sebuah organisasi mungkin panggilan untuk para pendengar untuk diam dan menawarkan bahasa tubuh (kontakmata yang mantap, misalnya) dimaksudkan untuk memastikan bahwa si pembicara atau kata-katanya sedang diperhatikan, banyak kebudayaan memiliki standar yang berbeda dapat menyerang belum tahu sebagai kasar atau membingungkan. "Seseorang yang berkomunikasi dengan bersandar ke depan dan semakin dekat mungkin sangat mengancam pada seseorang yang

8

John P. Fernandez, Managing a Diverse Work Force: Regaining the Competitive Edge, "A great deal of ethnocentrism is centered around language." Hal 58, 2000

(18)

menghargai ruang pribadi," dikatakan oleh Oregon Business's Megan Monson. "Dan orang itu bisa dianggap sebagai bermusuhan dan tidak ramah, hanya karena kurangnya kontak mata. "Kuncinya, mengatakan analis, adalah untuk memastikan bahwa organisasi Anda mengakui bahwa perbedaan budaya berlimpah dalam mendengarkan serta berbicara praktik, dan untuk membangun komunikasi antar praktek yang sesuai”. Istilah "intercultural communication" sering digunakan untuk menjelaskan isu-isu komunikasi dalam arti yang luas yang akan selalu meningkat dalam organisasi yang tersusun atas individu dari bermacam-macam kepercayaan, sosial, etnik dan latar belakang pendidikan. Masing-masing dari individu tersebut membawa pengalaman dan nilai-nilai yang unik ke lingkungan tempat dia bekerja.

2.3. Komunikasi dan Budaya

Budaya dan komunikasi memiliki hubungan timbal balik. Budaya mempengaruhi komunikasi dan sebaliknya komunikasi mempengaruhi budaya. Karena itulah menjelaskan keterkaitan kedua unsur ini menjadi sedikit rumit. Martin dan Nakayama (2003:86) menjelaskan bahwa melalui budaya dapat mempengaruhi proses dimana seseorang mempersepsi suatu realitas. Semua komunitas dalam semua tempat selalu memanifestasikan atau mewujudnyatakan apa yang menjadi pandangan mereka terhadap realitas melalui budaya. Sebaliknya pula, komunikasi membantu kita dalam mengkreasikan realitas budaya dari suatu komunitas.

(19)

2.4. Cara Budaya Mempengaruhi Komunikasi

Porter dan Samovar (1993:26) menyatakan bahwa hubungan reciprocal (timbal balik) antara budaya dan komunikasi penting untuk dipahami bila ingin mempelajari komunikasi antar budaya secara mendalam. Hal ini terjadi karena melalui budayalah orang-orang dapat belajar berkomunikasi.Selanjutnya Porter dan Samovar kembali menegaskan, kemiripan budaya dalam persepsi akan memungkinkan pemberian makna yang cenderung mirip pula terhadap suatu realitas sosial atau peristiwa tertentu. Sebagaimana kita memiliki latar belakang budaya yang berbeda-beda maka dengan sendirinya akan mempengaruhi cara dan praktek berkomunikasi kita.

Banyak aspek / unsur dari budaya yang dapat mempengaruhi perilaku komunikasi seseorang. Pengaruh tersebut muncul melalui suatu proses persepsi dan pemaknaan suatu realitas.

Berikut kita akan membicarakan beberapa unsur sosial budaya sebagai bagian dari komunikasi antar budaya, yang dapat berpengaruh secara langsung terhadap makna-makna yang kita bangun dalam persepsi kita sehingga

mempengaruhi perilaku komunikasi kita9.

1. Sistem kepercayaan (belief), nilai (values), dan sikap (attitude). Mari kita tinjau satu per satu. Kepercayaan dalam pandangan Mulyana (2004) adalah suatu persepsi pribadi. Kepercayaan merujuk pada pandangan dimana sesuatu memiliki ciri-ciri atau kualitas tertentu, tidak peduli apakah sesuatu itu dapat dibuktikan secara empiris (logis) atau tidak. Berikut dicontohkan Mulyana:

9

(20)

a. Berdoa membantu menyembuhkan penyakit.

b. Bersiul di malam hari mengundang setan, terutama di tempat ibadah. c. Menabrak kucing hitam akan membawa kemalangan.

d. Angka 9 adalah angka keberuntungan, dll.

Hal senada juga disampaikan Porter dan Samovar, kepercayaan merupakan kemungkinan-kemungkinan subyektif yang diyakini individu bahwa suatu

obyek atau peristiwa memiliki karakteristik-karakteristik tertentu.

Kepercayaan melibatkan hubungan antara objek yang dipercayai dan karakteristik-karakteristik yang membedakannya. Selanjutnya ditegaskan lagi, budaya ternyata memainkan peranan yang sangat kuat dalam pembentukan kepercayaan.Dalam konteks komunikasi antar budaya, kita tidak bisa memvonis bahwa suatu kepercayaan itu salah dan benar. Bila kita ingin membangun suatu komunikasi yang memuaskan dan sukses maka kita harus menghargai kepercayaan dari lawan bicara kita yang sekalipun apa yang dipercayainya itu tidak sesuai dengan apa yang kita percayai. Sementara nilai-nilai dijelaskan Porter dan Samovar sebagai aspek evaluatif dari sistem-sistem kepercayaan. Dimensi evaluatif dari nilai-nilai ini meliputi kualitas kemanfaatan, kebaikan, estetika, kemampuan memuaskan kebutuhan dan kesenangan.Dalam pandangan Mulyana (2004:43), nilai merupakan kepercayaan yang relatif bertahan lama akan suatu benda, peristiwa, dan fenomena berdasarkan kriteria tertentu. Nilai-nilai budaya tersebut kemudian dipakai oleh seseorang menjadi rujukan dalam mempersepsi apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang benar dan yang salah, sejati dan palsu, positif

(21)

dan negatif, dll. Nilai-nilai rujukan ini kemudian akan mempengaruhi perilaku komunikasi seseorang sehingga dapat membedakan atau mentaati perilaku yang mana yang harus dilakukan dan perilaku komunikasi yang seperti apa yang harus dihindari (Porter dan Samovar, 1993:29). Nilai-nilai dalam suatu budaya tampak dalam bentuk perilaku-perilaku para anggota budaya sebagaimana dituntut atau disyaratkan oleh budaya yang bersangkutan. Misalnya, umat muslim dituntut untuk menjalankan ibadah puasa dalam bulan Ramadhan, umat katholik dituntut untuk menghadiri misa, dsb. Nilai-nilai ini disebut oleh Porter dan Samovar sebagai nilai-nilai normatif. Selanjutnya, kepercayaan dan nilai ini berkontribusi pada pengembangan sikap. Sikap dalam pandangan Porter dan Samovar dipahami sebagai suatu kecenderungan yang diperoleh dengan cara belajar untuk merespons suatu objek atau realitas secara konsisten. Sikap tersebut dipelajari dalam suatu konteks budaya. Kepercayaan dan nilai-nilai yang kita anut sehubungan dengan suatu objek akan mempengaruhi sikap kita terhadap objek tersebut. Misalnya, jika kita percaya bahwa mandi malam tidak baik untuk kesehatan tubuh, maka kita akan menghindari untuk mandi malam. 2. Pandangan Dunia (world view) Unsur sosial budaya kedua yang

mempengaruhi persepsi kita terhadap suatu objek atau realitas dan akhirnya mempengaruhi perilaku komunikasi yakni pandangan dunia. Menurut Porter dan Samovar (1993:30), pandangan dunia merupakan salah satu unsur terpenting dalam aspek-aspek perseptual komunikasi antarbudaya. Pandangan dunia berkaitan erat dengan orientasi suatu budaya terhadap hal-hal seperti

(22)

Tuhan, kemanusiaan, alam semesta, dll. Deddy Mulyana (2004:32-4) kemudian menegaskan, pandangan dunia mempengaruhi pemaknaan suatu pesan. Sebagai salah satu unsur budaya, jelas bahwa pandangan dunia mempengaruhi komunikasi kita dengan orang lain. Dicontohkan Mulyana, karena kepercayaan seseorang yang teguh akan agamanya maka akan mendorongnya untuk bertindak hati-hati, tidak berbohong, menghina atau memfitnah orang lain, karena meyakini semua tindakan komunikasinya itu kelak harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Menurut Mulyana, salah satu kategori pandangan dunia adalah agama. Hal ini terjadi karena agama lazimnya terdapat ajaran mengenai bagaimana seharusnya manusia berhubungan dengan dirinya sendiri, orang lain, alam semesta, dan Tuhan. 3. Organisasi sosial (social organization) Porter dan Samovar (1993:31-32)

berpendapat, cara bagaimana suatu budaya mengorganisasikan dirinya dan lembaga-lembaganya juga mempengaruhi bagaimana anggota-anggota budaya mempersepsi dunia dan bagaimana mereka berkomunikasi. Menurut Porter dan Samovar, ada dua institusi atau organisasi sosial yang berperanan penting dalam kaitannya dengan persepsi. Pertama keluarga, yang meskipun merupakan organisasi sosial terkecil dalam suatu budaya, ia juga mempunyai pengaruh penting. Keluarga memberi banyak pengaruh budaya kepada anak. Keluargalah yang membimbing anak dalam menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, mulai dari cara memperoleh kata hingga dialek.Kedua, sekolah dimana diberi tanggung jawab besar untuk mewariskan dan memelihara suatu budaya. Sekolah memelihara budaya dengan cara

(23)

memberitahu murid tentang apa yang telah terjadi di dunia sekitar, apa yang penting, dan apa yang harus diketahui sebagai anggota dari suatu komunitas budaya.

2.5. Cara Komunikasi Mempengaruhi Budaya

Martin dan Nakayama (2004:97-99) mengulas bagaimana komunikasi mempengaruhi budaya. Dijelaskan, bahwa budaya tidak akan bisa terbentuk tanpa komunikasi. Pola-pola komunikasi yang tentunya sesuai dengan latar belakang dan nilai-nilai budaya akan menggambarkan identitas budaya seseorang.

Contoh yang paling sederhana, Wilibrodus, seorang mahasiswa yang berasal dari Manggarai berbicang-bincang dengan Andre dari suku Rote.Dialek yang terdengar baik dari Wilibrodus maupun Andre tersebut setidaknya mencerminkan identitas budaya masing-masing. Dari dialek Manggarai yang disampaikan Wilibrodus setidaknya memberi gambaran bahwa ia adalah seorang anggota dari komunitas budaya Manggarai. Begitu pun dengan Andre.

Jadi jelaslah bahwa perilaku-perilaku komunikasi yang sudah terbangun dan terpola sedemikian rupa sehingga melahirkan suatu kharakteristik yang khas akan membentuk suatu kebiasaan/budaya komunikasi bagi suatu komunitas budaya tertentu. Singkatnya, aktivitas komunikasi dari seorang anggota budaya dapat merepresentasikan kepercayaan, nilai, sikap dan bahkan pandangan dunia dari budayanya itu. Selain itu, melalui komunikasi dapat pula memperkuat nilai-nilai dasar dan esensial suatu budaya

(24)

2.6. Teori Organisasi Dan Komunikasi Organisasi Asumsi-asumsi perspektif organisasi meliputi

a. Modern berasumsi prganisasi sebagai sebuah jaringan sistem yang terdiri dari setidak-tidaknya 2 orang atau lebih dengan kesaling tergantungan, input, proses dan output. Menurut pandangan ini, orang-orang (komunikator) bekerjasama dalam sebuah sistem untuk menghasilkan suatu produk dengan menggunakan energi, informasi dan bahan-bahan dari lingkungan.

b. Interpretasi Simbolik berasumsi organisasi memproduksi situasi / lingkungan / budaya / realitas sosial melalui pemaknaan atas interaksi dalam organisasi. Organisasi terbentuk karena adanya interaksi (komunikasi) yang terjadi antar anggota melalui pemaknaan atas simbol-simbol, baik simbol verbal maupun non verbal.

Perkembangan Teori Organisasi (Menurut Wayne Pace Di antara 2 Paradigma)

1. Teori Tradisional meliputi teori perilaku dengan teori komunikasi kewenangan Chester Barnard, Organisasi formal suatu sistem kegiatan dua orang atau lebih yang dilakukan secara sadar dan terkoordinasikan. Menitikberatkan konsep sistem dan konsep orang. Eksistensi organisasi bergantung pada kemampuan manusia untuk berkomunikasi dan kemauan untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan yang sama. Fungsi utama pimpinan adalah mengembangkan & memelihara suatu sistem komunikasi. Teori Penerimaan Kewenangan. Empat syarat seseorang mau menerima pesan otoritatif. 1. Orang tersebut memahami pesan yang dimaksud. 2. Orang

(25)

tersebut percaya bahwa pesan itu tidak bertentangan dengan tujuan organisasi. 3. Orang tersebut percaya (pada saat memutuskan bekerja sama) bahwa pesan yang dimaksud sesuai dengan minatnya. 4. Orang tersebut memiliki kemampuan fisik dan mental untuk melaksanakan pesan (sesuai dengan kompetensi dirinya). Teori Hubungan Manusia Elton Mayo, Melakukan penelitian di kompleks Hawthorne milik Western Electric Company Efek Hawthorne Perhatian terhadap orang-orang boleh jadi mengubah sikap & perilaku pekerja. Moral dan produktifitas dapat meningkat apabila para pegawai mempunyai kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. “kondisi kerja yang menyenangkan, bebas dan membahagiakan dapat meningkatkan produktifitas”. Teori Fusi Bakke, Proses Fusi Organisasi, hingga tahap tertentu, mempengaruhi individu, sementara pada saat yang

sama individupun mempengaruhi organisasi. Organisasi yang

dipersonalisasikan oleh setiap ndividu pegawai dan individu yang disosialisaikan oleh organisasi. Karena itu setiap pegawai menunjukkan ciri-ciri organisasi, dan setiap jabatan tampak unik seperti individu yang mendudukinya. Setelah fusi, setiap pegawai tampak menyerupai organisasi, dan setiap jabatan dalam organisasi dimodifikasi sesuai dengan minat khusus individu. Teori Peniti Penyambung (The Linking Pin Model) Rensis Likert Konsep ini berkaitan dengan kelompok yang tumpang tindih dalam peran (sebagai pemimpin untuk unit yang lebih rendah dan sebagai anggota unit yang lebih tinggi) Menunjukkan hubungan antar kelompok. Organisasi berorientasi pada hubungan ke atas dalam hal komunikasi, pengaruh

(26)

pengawasan dan pencapaian tujuan organisasi. Teori Sistem “Satu-satunya cara yang bermakna untuk mempelajari organisasi adalah sebagi suatu sistem” (Scott, 1961) Bagian-bagian dalam organisasi merupakan sebuah sistem, berupa individu dan kepribadiannya, struktur formal, pola interaksi informal, pola status & peranan, lingkungan fisik pekerjaan. Inilah yang disebut sistem organisasi. Konsep sistem fokus pada pengaturan, interakis, pola komunikasi dan hubungan antara bagian-bagian & dinamika hubungan tersebut yang menumbuhkan kesatuan / keseluruhan Dalam sistem terdapat hubungan interdependensi diantara komponen / bagian suatu sistem (subsistem) Suatu perubahan pada suatu bagian/komponen akan membawa perubahan pada setiap komponen lainnya dalam keseluruhan sistem. Salah satu tokoh Teori Sistem Umum Bertalanffy, mengindentifikasina beberapa prinsip yang berlaku bagi semua jenis sistem yakni bahwa mesin, organisme dan organisasi memiliki proses serupa dan dapat diuraikan dengan prinsip-prinsip yang sama. Ciri-Ciri Sistem, 1. Nonsumativitas, yaitu suatu sistem tidak sekedar jumlah dari bagian-bagiannya. Namun dia akan memperoleh identitas yang terpisah dari masing-masing hubungan. 2. Unsur-unsur struktur, fungsi dan evlusi. Sturktur merujuk pada hubungan antarkomponen suatu sistem. Struktur mencerminkan keteraturan. 3. Keterbukaan. Organisasi adalah sistem sosial. Batas-batasnya dapat ditembus, yang memungkinkan organisasi berinteraksi dengan lingkungannya sehingga memperoleh energi dan informasi. 4. Hierarki. Suatu sistem merupakan suatu suprasistem bagi sistem-sistem lain di dalamnya, atau sebagai subsistem bagi suatu sistem

(27)

yang lebih besar. Teori Sistem Sosial Katz & Kahn Kebanyakan interaksi kita dengan orang lain merupakan tindakan komunikatif (verbal/non verbal, bicara / diam). “komunikasi – pertukaran informasidan transmisi makna – adalah inti suatu sistem sosial atau suatu organisasi. Termasuk dalam bentuk-bentuk interaksi sosial seperti penggunaan pengaruh, kerja sama penularan sosial atau peniruan dan kepemimpinan yang dimasukkan dalam konsep organisasi. 2. Teori Mutakhir (Subjektivisme) teori pengorganisasian Carl Weick proses

pengorganisasiaan akan menghasilkan organisasi. Pengorganisasian adalah sebuah proses dan aktivitas/kegiatan. Walaupun organisasi memiliki struktur namun bagaimana organisasi bertindak dan bagaimana organisasi tersebut tampil ditentukan oleh struktur yang ditetapkan oleh pola-pola reguler perilaku yang saling bertautan. (Weick, 1979, hal 90). Komunikasilah yang merupakan proses penting. Proses menghasilkan struktur. Suatu sistem jelas manusia. Manusia tidak hanya menjalankan organisasi, manusia merupakan organisasi itu sendiri. Pengorganisasian adalah suatu gramatika (aturan, konvensi, praktik organisasi) yang disahkan secara mufakat untuk mengurangi ketidakpastian dengan menggunakan perilaku bijaksana (pengalaman) yang saling bertautan. (pengalaman dilalui bersama dengan orang lain melalui sistem lambing / simbol), Proses / Tahap Pengorganisasian, 1. Tahap Enactment secara sederhana berarti bahwa paraanggota organisasi menciptakan ulang lingkungan mereka dengan menentukan dan merundingkan makna khusus bagi suatu peristiwa, 2. Tahap seleksi,aturan-aturan dan siklus komunikasi digunakan untuk menentukan

(28)

pengurangan yang sesuai dengan ketidakjelasan, 3. Tahap retensi,memungkinkan organisasi menyimpan informasi mengenai cara organisasi itu memberi respon atas berbagai situasi, 4. Teori kultural Organisasi. Akan dibahas dalam kajian tersendiri, metaphora organisasi gareth morgan. Organisasi dapat dilihat dari berbagai perspektif. Perspektif pertama sebagaimana yang diungkapkan oleh Gareth Morgan melihat organisasi dalam 8 metafora1. Antara lain : 1. Organisasi ibarat mesin (machine). Organisasi mengolah segala sumber daya yang ada dan memiliki bagian-bagian yang menghasilkan produk dan jasa. 2. Organisasi ibarat organisme (organism). Seperti tumbuhan atau hewan, organisasi lahir, tumbuh, berfungsi dan beradaptasi terhadap perubahan- perubahan lingkungan dan pada akhirnya ia mati. 3. Organisasi ibarat otak (brain). Ia memproses informasi, ia memiliki intelegensi, ia mengkonseptualisasi dan ia membuat perencanaan. 4. Organisasi ibarat budaya (culture) karena ia mencipta pengertian, memiliki nilai dan norma, dan diperkuat dengan cerita-cerita dan ritual-ritual bersama. 5. Organisasi seperti sebuah sistem politik (political system) , dimana kekuasaan dibagi, pengaruh dijalankan, dan keputusan-keputusan dibuat. 6. Organisasi sebagai penjara supranatural (psychic prisons) karena ia dapat membentuk dan membatasi kehidupan anggota-anggotanya. 7. Organisasi sebagai perubahan dan transformasi (flux and transformation), karena ia menyesuaikan diri, berubah, tumbuh atas dasar informasi, umpan balik dan kekuatan logika. 8. Organisasi sebagai instrumen dominasi (instrument of domination) karena ia mengandung

(29)

kepentingan-kepentingan yang bersaing, yang beberapa di antaranya mendominasi yang lain. Gareth Morgan, Image of Organization, Beverly Hills, CA : Sage, 1986. Tradisi studi organisasi menurut little jhon, Stephen W Little john memberikan satu bentuk metafora lain yang mengibaratkan bahwa organisasi adalah sebagai sebuah jaringan (Organizational Network). Jaringan adalah struktur-struktur sosial yang diciptakan melalui komunikasi di antara individu-individu dan kelompok-kelompok. Sewaktu orang berkomunikasi dengan orang lain, sebenarnya ia sedang membuat kontak-kontak dan pola-pola hubungan dan saluran-saluran ini menjadi instrumen dalam semua bentuk fungsi sosial, dalam organisasi-organisasi dan dimasyarakat luas. Organisasi dipahami mampu membangun realita sosial. Jaringan adalah saluran-saluran melalui mana pengaruh dan kekuasaan dijalankan, tidak hanya oleh manajemen dengan cara formal tetapi juga informal diantara para anggota organisasi. Sementara itu, Peter Monge dan Eric Eisenberg melihat teori jaringan sebagai suatu cara untuk mengintegrasikan tiga tradisi dalam studi organisasi. Pertama tradisi posisional, relasional, dan kultural. Stephen W Littlejohn, Teories of Human Communication, Thomson Learning,USA. 7th.ed. 2001. 3 ibid..p.282 1. Tradisi Posisional, Tradisi ini memberikan perhatian pada struktur dan peran-peran formal dalam organisasi. Organisasi dalam pandangan tradisi ini dipandang sebagai sekumpulan posisi seperti administrator, pimpinan dan anggota. Setiap posisi memiliki fungsi-fungsi tertentu. Pendekatan yang dipergunakan oleh tradisi ini adalah pendekatan struktural, yang mendefinisikan sebuah organisasi

(30)

sebagai sebuah kumpulan yang stabil dari hubungan-hubungan yang didefinisikan secara formal. Tradisi posisional terdiri dari beberapa teori tentang jaringan-jaringan komunikasi formal. Teori-teori ini cenderung meneliti cara-cara manajemen menggunakan jaringan-jaringan formal untuk mencapai tujuannya. 2. Tradisi Relasional Tradisi ini dibangun diatas asumsi dasar bahwa organisasi terbentuk karena adanya interaksi timbal balik antar individu. oleh karena itu tradisi ini memberikan perhatian pada cara-cara organisasi terbentuk melalui interaksi antar individu-individu. tradisi ini

berhubungan dengan cara-cara hubungan-hubunga yang umumnya

berkembang dikalangan para partisipan di dalam sebuah organisasi dan bagaimana jaringan muncul dari hubungan-hubungan tersebut. Disini, organisasi dipandang sebagai sebuah sistem yang yang hidup dan mengalami perubahan yang terus menerus dibentuk dan diberi arti melalui interaksi antara anggota-anggotanya. 3. Tradisi Kultural, Kajian sentral dalam tradisi ini adalah tentang simbol-simbol dan pengertian yang membentuk suatu organisasi. Tradisi ini memahami bahwa dunia organisasi diciptakan oleh anggotanya dalam cerita-cerita, ritual-ritual, dan pekerjaan tugas. Struktur organisasi sesunguhnya tidak dirancang sebelumnya tetapi muncul dari tindakan-tindakan anggotanya secara informal dalam aktifitas mereka sehari-hari. Pengelompokkan teori komunikasi organisasi melurut little jhon. 1. Tradisi Posisional, termasuk dalam tradisi ini Teori Birokrasi dari Max Weber, yang merupakan bagian dari teori organisasi klasik, dan kedua Teori Empat Sistem dari Likert. 2. Tradisi Relasional, termasuk dalam tradisi ini

(31)

The Process of Organizing oleh Carl Weick dan pengembangan teori ini Conversation And Text In The Process Of Organizing dari James W Taylor, serta Structuratio in Organizations oleh Marshall Scott Poole & Robert McPhee dan pengembangan dari teori ini Structuration in Organizational, Control and Identity oleh George Cheney & Philip Tompkins. 3. Tradisi Kultural, termasuk dalam tradisi ini Domain of Organizational Culture oleh John Van Maanen dan Stephen Barley.

Referensi

Dokumen terkait

Apabila tidak ada laporan penerimaan barang secara tertulis, dan tembusan laporan penerimaan barang kepada Fungsi Pembayaran, maka informasi penerimaan barang

10 ml Fehling A dan 10 ml Fehling B dicampurkan dalam tabung reaksi, kemudian ke dalam 4 tabung reaksi yang berbeda, masing-masing dimasukkan reagen fehling yang

Ketika jual beli telah memenuhi ‘ A>qid (orang yang melakukan akad), sighat (lafad ijab dan Kabul), dan Ma’qu>d (benda yang dijadikan objek jual beli),

Tari Lengger Punjen disajikan dalam Upacara Nyadran Tenongan memiliki fungsi sebagai cerminan dan legitimasi tatanan sosial, wahana ekspresi ritus yang bersifat sekuler dan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas madu yang banyak beredar di kota Bengkulu dilihat dari pH, kadar air, warna, rasa, bau, tingkat kesukaaan

Oleh karena itu,perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kepadatan bakteri yang ada pada telapak tangan mahasiswa sebelum dan setelah mencuci tangan.Penelitian

Dalam penelitian ini juga dibandingkan nilai indeks pencampuran antara sistem NH3-SCR yang menggunakan mixer dinamik dan mixer statik serta yang tanpa menggunakan mixer

Pemberian ekstrak biji jarak pagar tua konsentrasi 20 g/l air menimbulkan mortalitas yang lebih tinggi (97,5%) dan tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 15 g/l air (92,5%)