• Tidak ada hasil yang ditemukan

oleh Saroni

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "oleh Saroni"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

WACANA DIDAKTIKA

1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

UNSUR-UNSUR FEMINISME DALAM CERPEN-CERPEN PILIHAN KOMPAS

DARI SALAWAT DEDAUNAN SAMPAI KUNANG-KUNANG DI LANGIT JAKARTA

SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SMA DAN MODEL PEMBELAJARANNYA oleh Saroni

saroni@unwir.ac.id

Pengajaran apresiasi sastra sangatlah penting untuk siswa karena pembelajaran sastra berkaitan erat dengan makna yang terkandung di dalam karya sastra, serta berperan di dalam membentuk kepribadian seseorang. Dengan mengkaji unsur feminisme yang terdapat dalam cerpen-cerpen pilihan Kompas siswa dapat mengetahui bagaimana nasib tokoh-tokoh wanita dalam sebuah cerpen apabila ditinjauan melalui sastra feminis serta hubungan dengan kenyataan dalam masyarakat.

Metode penelitian yang digunakan dalam mengkaji cerpen dalam cerpen kumpulan Kompas adalah metode deskriptif analisis. Metode deskripsi bertujuan untuk memecahkan masalah yang ada pada saat ini. Metode deskriptif analisis dilakukan untuk menuturkan, menganalisis, mengkaji, dan mengklasifikasikan data.

Unsur-unsur feminisme yang terdapat dalam cerpen-cerpen Dari Salawat

Dedaunan sampai Kunang-kunang di langit Jakarta dapat dijadikan model pembelajaran apresiasi sastra di SMA. Kesan feminis langsung yang ditangkap oleh sebagian besar cerpen Dari Salawat Dedaunan sampai Kunang-kunang di langit Jakarta adalah sebagian besar kegiatan perempuan tunggal yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak), sebagai kelas sosial gerakan perempuan yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum perempuan dan lelaki.

Model yang tepat untuk pembelajaran cerpen-cerpen pilihan kompas adalah menggunakan model pembelajaran inkuiri merupakan sebuah kegiatan belajar di mana siswa menjawab pertanyaan penelitian melalui metode kritis dan analisis. Kegiatan inkuiri yang paling otentik adalah ketika siswa menjawab pertanyaan yang diajukan sendiri melalui analisis data yang dikumpulkannya sendiri secara mandiri.

Kata Kunci: Unsur feminisme, cerpen-cerpen pilihan kompas, bahan ajar, model pembelajaran.

PENDAHULUAN

Sastra adalah gagasan seseorang melalui pandangan terhadap lingkungan sosial masyarakat yang berada di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang indah.Sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena yang ada.Karya sastra sebagai hasil cipta manusia selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan

maupun nilai-nilai ajaran hidup. Orang dapat mengetahui nilai-nilai hidup, susunan adat istiadat, suatu keyakinan, dan pandangan hidup orang lain atau masyarakat melalui karya sastra.

Karya sastra yang bersifat imajinatif, dapat dibagi ke dalam tiga jenis (genre) yaitu, prosa, puisi, dan drama.Yang berbentuk prosa biasanya berupa fiksi.Karya fiksi memiliki ABSTRAK

(2)

Universitas WIralodra Indramayu 2

Vol.IX, No.2 –Mei 2017

pemahaman yang lebih mendalam, bukan hanya sekadar cerita khayalan atau angan dari pengarang saja, melainkan wujud dari kreativitas pengarang dalam menggali dan mengolah gagasan yang ada dalam pikirannya.

Sebagai karya sastra imajiner, fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan.Pengarang mengahayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkan kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya. Fiksi merupakan hasil dialog, kontemplasi dan reaksi orang terhadap lingkungan dan kehidupan sehingga seorang pengarang akan mengajak pembaca memasuki pengalaman atau imajinasi melalui karya sastra (Nurgiyantoro, 2010:3). Sebagai hasil imajinatif, sastra berfungsi sebagai hiburan yang menyenangkan, juga guna menambah pengalaman batin bagi para pembacanya.

Untuk dapat menyelenggarakan kegiatan apresiasi sastra dengan baik, mutlak diperlukan sejumlah bahan pengajaran berupa puisi, cerpen, novel, dan drama yang terpilih baik dari segi kesastraannya maupun dari segi edukatif psikologis. Karya sastra yang terpilih diharapkan dapat membantu siswa dalam mencapai tujuan pengajaran apresiasi bahasa dan sastra Indonesia, seperti yang dikemukakan oleh Rahmanto (2005:16-24) “Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cita rasa, dan menunjang pembentukan watak”. Melalui pengajaran sastra, siswa diberi kesempatan untuk mengelaborasi pengalaman orang lain dalam menyelesaikan masalah kehidupan mereka. Pengalaman ini merupakan persiapan yang baik bagi kehidupan siswa pada masa yang akan datang. Kondisi itu harus diupayakan terjadi dalam pengajaran

sastra agar mereka siap menilai dan mengambil untuk menghadapi masalah.

Dalam konteks ini akan dikaji citra wanita dalam cerpen pilihan Kompas. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009:165) menyatakan bahwa “Cerita diartikan sebagai tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian, dan sebagainya). Misalnya ketika mendaki gunung, tulisan yang menuturkan tentang pendakian, menyangkut pengalaman, penderitaan, atau kejadian lainnya, baik itu yang sungguh-sungguh maupun hanya bersifat rekaan saja, dapat kita ungkapkan dalam bentuk cerita pendek.Untuk membacanya cukup dalam waktu yang singkat”.Hal ini sesuai dengan peryataan Sumardjo (2007:202) bahwa “Cerita pendek adalah fiksi pendek yang selesai dibaca dalam sekali duduk.Cerita pendek hanya memiliki satu arti, satu krisis dan satu efek untuk pembacanya”.

Cerita pendek merupakan salah satu karya sastra yang dibentuk dari unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur-unsur tersebut yang membangun suatu karya sastra, Dewasa ini guru-guru masih terpaku pada unsur-unsur intrinsik dan ektrinsiknya saja, padahal ada unsur lain yang terkandung dalam karya sastra seperti unsur feminisme.

Feminisme sebagai filsafat dan gerakan dapat dilacak dalam sejarah kelahirannya dengan kelahiran era pencerahan di Eropa yang dipelopori oleh Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condorcet perkumpulan masyarakat ilmiah untuk perempuan pertama kali didirikan di Middelburg sebuah kota di selatan Belanda pada tahun 1785.

Feminisme (tokohnya disebut Feminis) adalah suatugerakan perempuan yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria.Feminisme berasal dari bahasa Latin, femina atau perempuan.Istilah ini mulai digunakan pada tahun 1890-an, mengacu pada teori kesetaraan laki-laki dan perempuan serta pergerakan untuk memperoleh hak-hak perempuan.

(3)

WACANA DIDAKTIKA

3 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Tidak dipungkiri dunia sastra saat ini sedang mengalami banyak terobosan yang digawangi oleh sastrawan-sastrawan muda seperti Ayu Utami, Ratih Kumala dan masih banyak lagi.Dunia sastra adalah dunia yang lebih berpihak kepada manusia dan aspek kemanusiaan serta semakin diminati banyak orang karena eksistensinya lebih banyak menawarkan pilihan-pilihan dalam menghadapi liku-liku kehidupan. Hal ini terbukti dengan munculnya karya sastra yang mengangkat permasalahan yang dulu dianggap tabu dan tidak sopan oleh masyarakat, kemudian dikemas dalam sebuah karya yang layak dinikmati masyarakat.

Permasalahan yang menjadi sorotan publik dan ide dalam sebuah karya sastra saat ini adalah mengenai permasalahan gender. Adanya perbedaan gender sesungguhnya tidaklah menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender (gender inqualities). Namun yang menjadi persoalan ternyata perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan gender baik bagi kaum laki-laki dan terutama kaum wanita.

Peneliti memilih cerpen-cerpen yang dimuat dalam Koran Kompas karena Koran Kompas adalah salah satu surat kabar di Indonesia yang bertaraf nasional dan memiliki slogan “Amanat Hati Nurani Rakyat”. Di dalam Koran Kompas setiap terbitan hari minggu memuat cerpen-cerpen yang beraliran feminisme.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengajaran apresiasi sastra sangatlah penting untuk siswa karena pembelajaran sastra berkaitan erat dengan makna yang terkandung di dalam karya sastra, serta berperan di dalam membentuk kepribadian seseorang. Dengan mengkaji feminisme yang terdapat dalam cerpen pilihan Kompas siswa dapat mengetahui bagaimana nasib tokoh-tokoh wanita dalam sebuah cerpen apabila ditinjauan melalui sastra feminisserta hubungan dengan kenyataan dalam masyarakat.

Rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah 1) Unsur-unsur feminisme seperti apakah yang terdapat dalam cerpen “Salawat Dedaunan” karya Yanusa Nugroho, “Kain Perca Ibu” karya Andrei Aksana , ”Mar Beranak Di Limas Isa” karya Guntur Alam,“Tart Di Bulan Hujan” karya Bakdi Soemanto, “Kunang-kunang di Langit Jakarta” karya Agus Noor, dan “Burung Api Siti” karya Triyanto Triwikromo yang terdapat dalam buku Dari Salawat Dedaunan sampai Kunang-kunang di langit Jakarta dapat dijadikan model pembelajaran apresiasi sastra di SMA? 2) Apakah kumpulan cerpen Dari Salawat Dedaunan sampai Kunang-kunang di langit Jakarta dapat atau layak dijadikan bahan pembelajaran? 3) Bagaimanakah model yang tepat untuk pembelajaran cerpen-cerpen dalam buku Dari Salawat Dedaunan sampai Kunang-kunang di langit Jakarta di SMA yang dihubungkan dengan cerpen tersebut apabila dilihat dari segi feminisme?

PUSTAKA

a. Cerita Pendek

Cerita pendek, atau yang lebih populer denganakronimcerpen, merupakan salah satu jenis fiksi yang paling banyakditulis orang. Menurut Notosusanto “cerita pendek adalah cerita yang panjangnyasekitar 5000 kata ataukira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri.” (dalam Tarigan, 2011:180).

b. Feminisme

Feminisme berasal dari kata Latin femina yang berarti memiliki sifat keperempuaanan (Hubies dalam Sumiarni, 2004:57). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: ), feminisme diartikan sebagai gerakan wanita yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita dan pria.

Maggie Humm (dalam Sumiarni, 2004:57) mengartikan feminisme sebagai istilah yang digunakan dalam budayadan diperlukan oleh kaum feminis untuk

(4)

Universitas WIralodra Indramayu 4

Vol.IX, No.2 –Mei 2017

mendeskripsikan ideologi superior laki-laki. Sedangkan Weedon (dalam Sugihastuti, 2002:6) mengatakan, “Feminisme adalah politik langsung mengubah hubungan kekuatan kehidupan antara perempuan dan laki-laki dalam masyarakat.” Kekuatan ini mencakup semua struktur kehidupan, segi-segi kehidupan, keluarga, pendidikan, kebudayaan, dan kekuasaan. Segi-segi itu menetapkan siapa, apa, dan untuk siapa serta akan menjadi apa perempuan itu. Feminisme diawali oleh presepsi tentang ketimpangan posisi perempuan dibandingkan dengan laki-laki di masyarakat. Timbul berbagai upaya untuk mengkaji penyebab ketimpangan tersebut untuk menentukan formula kesetaraan hak perempuan dan laki-laki dalam segala bidang, sesuai dengan potensi mereka sebagai perempuan.

Feminisme sebagai suatu gerakan memiliki tujuan mencari cara menata ulang mengenai nilai-nilai di dunia dengan mengikuti kesamaan gender dalam konteks hubungan kemitraan universal sesama manusia. Selain itu, gerakan ini juga menolak setiap perbedaan antara jenis kelamin, menghapus hak istimewa jenis kelamin, serta berjuang untuk membentuk pengakuan menyeluruh tentang laki-laki dan perempuan sebagai dasar hukum dan peraturan tentang kemanusiaan.

Feminisme adalah upaya pemahaman kedudukan dan peran perempuan seperti tercermin dalam karya sastra. Kedudukan dalam peran tokoh perempuan dalam karya sastra Indonesia masih didominasi oleh laki-laki. Dengan demikian, upaya pemahamannya merupakan keharusan untuk mengetahui pemahaman kedudukan dan peran perempuan terlihat dalam realitas sehari-hari masyarakat.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah data deskriptif yang berwujud kata, frase,

dan kalimat yang terdapat dalam cerpen-cerpen pilihan Kompas. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah cerpen-cerpen pilihan Kompas yaitu cerpen “Salawat Dedaunan” karya Yanusa Nugroho, “Kain Perca Ibu” karya Andrei Aksana , ”Mar Beranak Di Limas Isa” karya Guntur Alam,“Tart Di Bulan Hujan” karya Bakdi Soemanto, “Kunang-kunang di Langit Jakarta” karya Agus Noor, dan “Burung Api Siti” karya Triyanto Triwikromo.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Feminisme Cerpen yang terdapat dalam Buku Dari Salawat

Dedaunan Sampai Kunang-Kunang Di Langit Jakarta

a. Analisis Feminisme Salawat Dedaunan Karya Yanusa Nugroho

Cerpen ini mengisahkan tentang seorang nenek tua yang berusaha mendapatkan pengampunan dari Allah dengan cara memunguti dedaunan di halaman sebuah masjid tua yang tak terurus. Ia memungut dedaunan yang berserakan di halaman masjid sehelai demi sehelai, dan di tiap helai yang dia pungut ia mengucap salawat kepada Nabi, seolah dedaunan itu ia jadikan saksi bahwa ia bersungguh–sungguh ingin memohon pengampunan dari Tuhan. Nenek itu melakukan hal tersebut setiap hari, siang dan malam tanpa henti. Hingga akhirnya ajal menjemputnya.

Masyarakat begitu tidak peduli terhadap masjid dan jarang sekali shalat berjamaah di masjid, kecuali hari jum’at dan hari raya. Namun mereka datang berbondong-bondong ketika mendengar ada seorang nenek yang memunguti dedaunan di halaman masjid tanpa henti. Dan mereka baru sadar akan keindahan masjid saat melihat halaman masjid yang bersih tanpa dedaunan yang berserakan.

b. Analisis Feminisme Cerpen Kain

Perca Ibu Karya Andrei Aksana

Cerpen ini mengisahkan tentang seorang ibu yang penuh dedikasi dalam

(5)

WACANA DIDAKTIKA

5 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

mengurus keluarganya. Terutama dengan bakatnya menjahit, sang ibu mencurahkan hidupnya dan sejarahnya dalam jahitan yang dibuat untuk membuat sebuah pakaian, entah itu baju untuk pengantin, baju dinas suaminya, baju khusus untuk anak-anaknya yang juga di pakai untuk acara khusus, seperti acara Kartini di sekolah.

Sebagai perempuan secara khusus, dan juga perempuan lain secara umum. Ingin dikemukakan tampaknya dalam cerpen ini, sebuah pesan khusus: bahwa seorang perempuan, seorang istri, harus menjadi orang yang setia kepada suami. Mempertahankan apa yang dimiliki suaminya. Memberikan pelayanan yang baik kepada seorang suami. Menunjukkan kesetian yang abadi. Menunjukkan kasih sayang yang murni.

c. Analisis Feminisme Cerpen Mar

Beranak di Limas Isa Karya Guntur

Alam

Mar Beranak di Limas Isa bercerita tentang Bi Mar sebutan pendek untuk Bi Maryam bersama suaminya, Mang Isa, yang berharap-harap akan seorang anak laki-laki. Usia keduanya sudah cukup tua; keduanya juga sudah dikaruniai empat belas anak perempuan. Ketakutan Mang Isa akan hidup kesepian di hari tualah yang membuatnya menghendaki anak laki-laki karena sesuai adat, anak perempuan akan dibawa pergi dan tinggal bersama suaminya. Bi Mar pasrah dan menurut saja. Namun, setelah melahirkan putrinya yang keempat belas, keinginan Bi Mar akan seorang anak laki-laki memuncak. Dengan membawa harapan besar, Bi Mar memenuhi syarat dari dukun beranaknya untuk memperoleh anak laki-laki.

Hal yang menarik dari cerpen Mar Beranak di Limas Isa, salah satunya, adalah tokoh utamanya, Bi Mar dan Mang Isa, Maryam dan Isa. Tema yang disajikan juga cukup kuat, yakni masalah adat atau budaya. Bahwa perempuan harus selalu menurut pada suaminya dan kehadiran anak perempuan tidak diharapkan sebagaimana anak laki-laki.ditunjukkan

secara eksplisit dalam cerpen ini. Guntur Alam menyampaikannya serupa kritikan yang tajam dan mendidik.

Adapun cerpen ini membawa pesan moral yang universal, yaitu kebutuhan kehidupan disesuaikan dengan adat dan budaya secara mutlak, tetapi penerapan adat dan budayalah yang semestinya disesuaikan dengan kebutuhan dalam kehidupan.

d. Analisis Feminisme Cerpen Tart di

Bulan Hujan oleh Bakdi Soemanto

Tokoh Sum merupakan contoh tokoh yang memiliki aksi spritualitas. Sum berusaha dan bekerja dengan lebih giat demi mendapat uang untuk membeli kue Tart. Sum tidak lagi melihat spritualitas sebatas pada ibadah di gereja. Yang lebih penting bagi Sum adalah ia dapat membahagiakan anak-anak. Sementara itu, suaminya pun juga mendukung Sum. Dan lebih menariknya ialah perkataanya, “Biarlah rumah kita kotor, tapi ada senyum dan tawa meriah.”

Tokoh Sum dalam Tart di Bulan Hujan Karya Bakdi Soemanto berusaha untuk melihat sisi lain dari persoalan beragama, yakni sebuah spritualitas. Hal yang membedakan antara agama dan spritualitas adalah dari konsepnya. Agama cenderung dipahami sebagai sebuah lembaga, sebuah identitas. Sementara spritualitas lebih menekankan kepada tindakan yang baik. Tidak selamanya orang yang beragama memiliki spritualitas yang baik jika agama dipahami sebagai sebuah lembaga belaka. Spritualitas hanya dapat dimiliki oleh orang yang memahami sikap keagamaannya dengan baik. Menjalin hubungan yang baik antara Tuhan dan sesama.

e. Analisis Feminisme cerpen

Kunang-kunang di Langit Jakarta Karya

Agus Noor

Cara Jene menata ulang mengenai nilai-nilai cintanya terhadap Pieter dengan mengikuti kesamaan untuk dikasihi dan disayangi dengan tidak dibedakan oleh yang lain dalam konteks hubungan kemitraan universal sesama manusia.

(6)

Universitas WIralodra Indramayu 6

Vol.IX, No.2 –Mei 2017

Selain itu, selain itu Jene juga menolak setiap perbedaan antara jenis kelamin, menghapus hak istimewa jenis kelamin, serta berjuang untuk membentuk pengakuan menyeluruh tentang keinginan cintanya digambarkan seperti kunang-kunang yang bebas berterbangan, seperti ingin diakui tentang keperempuannya sebagai dasar hukum dan peraturan tentang kemanusiaan seperti bebasnya kunang- kunang yang berterbangan.

f. Analisis Feminisme Cerpen Burung

Api Siti Karya Triyanto Triwikromo

Siti dalam cerita ini sebagai perempuan membawa pesan agar kita bersungguh-sungguh dalam melakukan sebuah perbuatan, yaitu membela agama Tuhan yang Maha Kuasa. Siti dalam keadaan risau memikirkan serta menyaksikan segala peristiwa yang terjadi saat itu karena Allah tidak menyembunyikan sorak-sorai dan tarian suka cita para pembantai setelah makhluk bantaian terbunuh. Siti yang memperhatikan pertempuran. Tak ada cara lain untuk menghentikan pertempuran sia-sia itu, kecuali burung-burung bangau di ujung tanjung itu harus mengulang peristiwa bertahun-tahun lalu yang pernah dilakukan oleh nenek moyang mereka.

Sosok Siti ingin mengubah hubungan kekuatan kehidupan antara perempuan dan laki-laki dalam masyarakat. Kekuatan ini mencakup semua struktur kehidupan, segi-segi kehidupan, keluarga, pendidikan, kebudayaan, dan kekuasaan. Segi-segi itu menetapkan siapa, apa, dan untuk siapa serta akan menjadi apa perempuan itu.

Kelayakan Kumpulan Cerpen Dari

Salawat Dedaunan Sampai Kunang-Kunang Di Langit Jakarta Dijadikan

Bahan Pembelajaran

Perkembangan dunia sastra dari sejak awal kemunculan sampai saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Setiap karya sastra memiliki ciri dan latar belakang yang berbeda setiap periodenya. Cerpen salah satunya karya

sastra yang mengalami perkembangan yang sangat pesat. Cerpen merupakan bentuk karya sastra imajinatif yang tergolong kedalam prosa-fiksi.

Sebagai salah satu bentuk karya sastra, cerita pendek (cerpen) ternyata dapat memberikan manfaat kepada pembacanya. Di antaranya dapat memberikan pengalaman pengganti, kenikmatan, mengembangkan imajinasi, mengembangkan pengertian tentang perilaku manusia, dan dapat menyuguhkan pengalaman yang universal. Pengalaman yang universal itu tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia bisa berupa masalah perkawinan, percintaan, tradisi, agama, persahabatan, sosial, politik, pendidikan, dan sebagainya. Jadi tidaklah mengherankan jika seseorang pembaca cerpen, maka sepertinya orang yang membacanya itu sedang melihat miniatur kehidupan manusia dan merasa sangat dekat dengan permasalahan yang ada di dalamnya. Akibatnya, si pembacanya itu ikut larut dalam alur dan permasalahan cerita. Bahkan sering pula perasaan dan pikirannya dipermainkan oleh permasalahan cerita yang dibacanya itu. Ketika itulah si pembacanya itu akan tertawa, sedih, bahagia, kecewa, marah, dan mungkin saja akan memuja sang tokoh atau membencinya.

Melihat gambaran kenyataannya seperti itu, maka jelaslah bahwa sastra (cerpen) telah berperan sebagai pemekat, sebagai karikatur dari kenyataan, dan sebagai pengalaman kehidupan dan dapat atau layak dijadikan bahan pembelajaran. (Saini KM, 1989: 49).

Tidak hanya itu, kiranya cerpen dengan segala permasalahannya yang universal itu ternyata menarik juga untuk dikaji. Bahkan tidak pernah berhenti orang yang akan mengkajinya. Seperti halnya cerpen sebagai bahan kajian prosa-fiksi di kelas. Cerpen Dari Salawat Dedaunan Sampai Kunang-Kunang Di Langit Jakarta dapat atau layak dijadikan bahan pembelajaran.

(7)

WACANA DIDAKTIKA

7 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Model Pembelajaran Apresiasi Cerpen Di SMA

Salah satu model pembelajaran yang menjadi andalan dalam pembelajaran cerpen di SMA adalah model pembelajaran inkuiri. Pembelajaran berbasis inkuiri adalah pembelajaran yang menggunakan langkah-langkah ilmiah sebagai skenario pembelajaran. Dalam model pembelajaran ini menguasai konsep pengetahuan melalui upaya menjawab pertanyaan melalui. Upaya dilakukan melalui proses eksplorasi, pengolahan data dan menyusun kesimpulan.

Inkuiri didefinisikan sebagai sebuah pencarian kebenaran, informasi/ pengetahuan, atau pencarian informasi dengan cara mempertanyakan dan melakukan upaya menjawab pertanyaan dimaksud. Haury (2003:19) mendefinikan bahwa inquiri merupakan usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan kata lain, inquiri berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif pencarian pengetahuan untuk memuaskan rasa ingin tahu dalam pembelajaran sastra (Haury, 2003: 21).

Pada dasarnya inkuiri adalah perilaku yang melekat erat pada sifat manusia. Setiap orang melakukan proses inkuiri sejak ia lahir sampai meninggal. Hal itu sangat nyata meskipun tidak menyadarinya. Seorang bayi misalnya, melakukan inkuiri ketika mengenali buku cerpen sambil mengamati lebih mendekat, memegang objek, meletakkan buku cerpen di tangan, dan mengamati ke semua halaman buku cerpen. Demikian juga pada siswa. Dalam benak mereka selalu timbul pertanyaan dan diikuti oleh upaya untuk menjawabnya. Ketika seorang siswa melihat sebuah buku cerpen maka ia ingin sekali mengetahui seperti apa buku cerpen tersebut dan selalu ingin melihatnya sebagai upaya mengetahuinya. Tidak heran kalau pada siswa tersebut buku cerpen jarang awet. Seiring meningkatnya pemahaman siswa, semakin banyak pula pertanyaan mengenai fenomena yang

ditemui dalam keseharian. Sayangnya ketika siswa paham tentang cerpen, upaya untuk menjawab pertanyaan terhambat dengan kekhawatiran dan keterbatasan. Ketika seorang siswa usia remaja ingin tahu mengapa cerpen dapat membuat orang bisa terinpirasi dalam hidup melalui cerpen, apabila kondisi ini terbentur oleh keterbatasan kemampuan dan sarana untuk mengetahuimnya. Ketika hal ini sering terjadi maka kemampuan melakukan inkuiri pada siswa kurang berkembang hingga dewasa. Dengan alasan itulah maka inkuiri harus dijadikan model utama khususnya dalam pembelajaran apresiasi bahasa dan sastra.

Melalui model inkuiri siswa dilatih untuk menerapkan proses ilmiah. Mereka harus mengambil kesimpulan sendiri berdasarkan hasil olah data yang diperolehnya. Dalam model ini siswa dilatih untuk memahami sesuatu secara mendalam dengan cara menemukannya sendiri. Dengn menemukan sendiri siswa tidak sekedar belajar untuk mengingat melainkan memahaminya.

Ditegaskan bahwa dalam pembelajaran inquiri siswa semua tingkatan mendapatkan kesempatan untuk berlatih penelitian untuk mengembangkan kemempauan berpikir dan berperilaku ilmiah termasuk didalamnya mengajukan pertanyaan, merencanakan dan melakukan penelitian, menggunakan alat dan teknik pengumpul data, berpikir kritis, berpikir logis mengenai hubungan antar bukti dan penejelasan, membangun dan menganalisis penjelasan serta mengkomunikasikan argumen secara ilmiah.

Model pembelajaran inkuiri merupakan sebuah kegiatan belajar di mana siswa menjawab pertanyaan penelitian melalui metode ilmiah. Kegiatan inquiri yang paling otentik adalah ketika siswa menjawab pertanyaan yang diajukan sendiri melalui analisis data yang dikumpulkannya sendiri secara independen. Meskipun begitu masih tergolong inkuiri ketika kegiatan berbentuk menjawab pertanyaan dan mengolah data

(8)

Universitas WIralodra Indramayu 8

Vol.IX, No.2 –Mei 2017

yang telah tersedia, sepanjang siswa tetap melakukan analisis dan merumuskan kesimpulan secara mandiri. Jadi ciri utama pembelajaran inkuiri adalah pada kegiatan analisis data yang diperoleh melalui kegiatan eksplorasi.

Melalui model inquiri siswa dilatih untuk menerapkan proses ilmiah. Mereka harus mengambil kesimpulan sendiri berdasarkan hasil olah data yang diperolehnya. Dalam model ini siswa dilatih untuk memahami sesuatu secara mendalam dengan cara menemukannya sendiri. Dengan menemukan sendiri siswa tidak sekedar belajar untuk mengingat melainkan memahaminya.

SIMPULAN

Unsur-unsur feminisme yang terdapat dalam cerpen-cerpen Dari Salawat Dedaunan sampai Kunang-kunang di langit Jakarta dapat dijadikan model pembelajaran apresiasi sastra di SMA. Kesan feminis langsung yang ditangkap oleh sebagian besar cerpen Dari Salawat Dedaunan sampai Kunang-kunang di langit Jakarta adalah sebagian besar kegiatan perempuan tunggal yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak), sebagai kelas sosial gerakan perempuan yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum perempuan dan lelaki.

Model yang tepat untuk pembelajaran cerpen-cerpen dalam buku Dari Salawat Dedaunan sampai Kunang-kunang di langit Jakarta di SMA adalah menggunakan model pembelajaran inkuiri merupakan sebuah kegiatan belajar di mana siswa menjawab pertanyaan penelitian melalui metode kritis dan analisis. Kegiatan inkuiri yang paling otentik adalah ketika siswa menjawab pertanyaan yang diajukan sendiri melalui analisis data yang dikumpulkannya sendiri secara mandiri.

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin, 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru. Dahlan, 1990. Model- Model Mengajar Bandung: Penerbit CV. Diponegoro.

Endraswara, Suwardi, 2005. Metodelogi Pengajaran Sastra. Yogyakarta: KBS Universitas Negri Yogyakarta.

Joyce, Bruce dan Weil Marsha, 2011.Models of Teaching. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Nurgiantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rahmanto, B, 1988. Metode Pengajaran Sastra; Cetakan Pertama. Yogyakarta: Kanisius.

Sumardjo, Jakob dan Saini K.M, 1988. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia.

Sumardjo, Jakob. 1980. Seluk- beluk Cerita Pendek. Bandung: Mitra Srangenge.

Suharto dan Sugihastuti, 2002. Kritik Sastra Feminis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Smarni, Endang, 2004. Jender dan Feminisme. Yogyakarta: Wonder Full Publishing Company.

20 Tahun Cerpen Pilihan Kompas, 2012. Dari Salawat Dedaunan sampai Kunang-kunang di Langit Jakarta. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Tarigan, Henry Guntur, 1984.Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

Referensi

Dokumen terkait

Hormon tumbuhan (phytohormones) secara fisiologi adalah penyampai pesan antar sel yang dibutuhkan untuk mengontrol seluruh daur hidup tumbuhan, diantaranya perkecambahan,

Dasar hukum dalam pengawasan dan pengaturan Industri financial disektor Jasa Keuangan adalah pada Pasal 1 ayat (1) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

Pada hasil pengujian nilai tengah diketahui bahwa berat basah tanaman kentang hitam paling baik adalah pada pemberian dosis pemupukan D3 yaitu sebesar 9 gram per

lain (1) aktor-aktor dalam suatu jaringan pembalakan liar di hutan kawasan TNBBS terdiri dari pemodal, beking, tukang shinso, dan konsumen; (2) pembalakan liar di hutan kawasan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab I sampai bab IV, maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut : a) Permainan dadu kata bergambar

kemudian menyusul kedua cengkir gading di teroboskan dari atas ke dalam kain yang di pakai calon ibu sambil di terima di bawah oleh calon nenek dan kelapa gading tersebut di

Menyadari pentingnya perhitungan harga pokok bagi manajemen, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian atas pembebanan unsur-unsur harga pokok ke dalam setiap produk

Alhamdulillahirobbill’alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan