UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM S-1 EKSTENSI
FAKULTAS EKONOMI MEDAN
ANALISIS ANGGARAN SEBAGAI ALAT PENGAWASAN
BIAYA OPERASIONAL PADA PT (PERSERO) PELABUHAN
INDONESIA I MEDAN
DRAFT SKRIPSI
BASARIA SITANGGANG 050521082
DEPARTEMEN MANAJEMEN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Sumatera Utara Medan
ABSTRAK
Basaria Sitanggang (2007), Analisis Anggaran Sebagai Alat Pengawasan Biaya Operasional Pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan dibawah bimbingan Ibu Dra. Haida Yasin, MSi, selaku Ketua Departemen Manajemen Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE. MSi, dan Drs. Syahyunan, Msi, selaku Dosen Penguji I, Dra. Mulykata Sebayang, MSi selaku Dosen Penguji II.
Masalah yang diteliti yaitu “Bagaimana peranan anggaran terhadap pengawasan biaya operasional pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan. Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah anggaran sudah diterapkan sebagai alat pengawasan biaya operasional PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan dengan menganalisis proses penyusunan anggaran, pengawasan biaya operasional, dan penyimpangan biaya operasional dalam perusahaan.
Penulis melakukan penelitian melalui wawancara dan studi dokumentasi untuk memperoleh data yang kemudian diolah dengan metode deskriptif dan deduktif.
Hasil penelitian pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan, menunjukkan bahwa proses penyusunan anggaran biaya operasional dilakukan oleh komisi anggaran yang kemudian disahkan dalam RUPS. Selama periode 2002 – 2006 terdapat penyimpangan yang signifikan antara anggaran biaya operasi yang disusun dengan realisasinya. Hal ini menunjukkan bahwa sistem penyusunan anggaran pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I masih belum efektif sebagai alat pengawasan biaya operasional.
Agar anggaran biaya operasional dengan realisasi biaya operasional tidak menimbulkan penyimpangan yang materil sifatnya, maka disarankan kepada perusahaan yakni:
a. Menerapkan model-model simulasi anggaran yang memanfaatkan metoda kuantitatif dan biaya standar untuk penghitungan besaran anggaran.
b. Perlu adanya komitmen bersama pada seluruh level manajemen perusahaan terhadap anggaran yang telah ditetapkan.
c. Memanfaatkan teknologi informasi melalui sistem yang terintegrasi secara on line cabang-cabang pelabuhan, unit usaha dan kantor pusat guna mempercepat penyampaian informasi ataupun saran, guna mengantisipasi terhadap penyimpangan anggaran yang mungkin terjadi. d. Menerapkan sistem reward and punishment yang jelas dan terstruktur,
sehingga mampu menumbuhkan komitmen terhadap anggaran yang telah ditetapkan dan mampu memotivasi pelaksana anggaran untuk berpartisipasi.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang memberikan
kekuatan, hikmat dan kebijaksanaan serta pengetahuan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Anggaran Sebagai Alat
Pengawasan Biaya Operasional Pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan”.
Skripsi ini ditulis guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Diharapkan skripsi ini dapat
menjadi output yang bermanfaat, khususnya untuk menyadari akan pentingnya
fungsi anggaran biaya operasional sebagai alat pengawasan pada perusahaan.
Dalam penyusunan Skripsi ini penulis memperoleh banyak masukan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE. MSi, selaku Ketua Departemen
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Haida Yasin, Msi. selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Syahyunan, MSi, dan Ibu Dra. Mulykata Sebayang, Msi selaku
dosen penguji.
5. Bapak Prayitno, Direktur PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan, dan
6. Seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan kepada penulis baik
moril maupun materi.
7. Dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu
yang turut membantu penulis menyelesaikan Skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Medan, Desember 2007
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...i
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI...iv
DAFTAR TABEL ...vi
DAFTAR GAMBAR...vii
BAB 1: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Judul ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Kerangka Konseptual ... 4
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
E. Metode Penelitian ... 6
1. Batasan Operasional... 6
2. Definisi Operasional Variabel... 6
3. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 6
4. Jenis dan Sumber Data ... 7
5. Tehnik PengumpulanData... 8
6. Metode Analisis Data... 8
BAB 2: URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ... 10
B. Pengertian Anggaran... 11
C. Fungsi Anggaran ... 12
D. Jenis-Jenis Anggaran... 13
E. Proses Penyusunan Anggaran ... 14
F. Pengertian Biaya Operasional dan Klasifikasinya ... 18
G. Pengawasan Biaya Operasional ... 18
BAB 3: PT (PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I MEDAN
A. Deskripsi Perusahaan ... 24
1. Sejarah Perusahaan... 24
2. Struktur Organisasi Perusahaan ... 25
B. Penyusunan Anggaran Biaya Operasional ... 27
1. Organisasi... 27
2. Penerbitan Arahan Direksi ... 28
3. Proses Penyusunan Anggaran ... 29
C. Jenis-jenis Biaya Operasional... 32
D. Pengawasan Biaya Operasional ... 35
E. Laporan Realisasi Biaya Operasional... 37
BAB 4: ANALISIS DAN EVALUASI A. Penyimpangan Biaya Operasional ... 39
B. Proses Penyusunan Anggaran ... 55
C. Pengawasan Biaya Operasional... 57
BAB 5: KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 60
B. Saran ... 61
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Anggaran dan Realisasi Biaya Operasi
PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Tahun 2002 – 2006... 3
Tabel 2.1 Contoh Laporan Realisasi Anggaran ... 22
Tabel 4.1 Anggaran dan Realisasi Biaya Operasi
PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Tahun 2002... 39
Tabel 4.2 Anggaran dan Realisasi Biaya Operasi
PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Tahun 2003... 42
Tabel 4.3 Anggaran dan Realisasi Biaya Operasi
PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Tahun 2004... 45
Tabel 4.4 Anggaran dan Realisasi Biaya Operasi
PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Tahun 2005... 49
Tabel 4.5 Anggaran dan Realisasi Biaya Operasi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... 5
Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I... 26
Gambar 3.2 Proses Penyusunan anggaran
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pemilihan Judul
Secara umum perusahaan memiliki tujuan dan sasaran yang hendak dicapai
antara lain menghasilkan laba. Untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien,
maka pihak manajemen perusahaan membuat suatu perencanaan tentang kegiatan
yang akan dilakukan dan mengadakan pengawasan terhadap realisasi rencana
yang telah dibuat.
Tujuan perusahaan adalah mendapatkan laba dari kegiatan usaha yang
dilaksanakan. Perusahaan oleh karena itu, membuat suatu kebijakan atau
prosedur. Salah satu alat yang baik dalam perencanaan dan pengawasan adalah
dengan menyusun anggaran. Anggaran memberikan manajemen, proyeksi yang
dapat dipercaya mengenai hasil-hasil dari rencana, sebelum rencana dilaksanakan.
Salah satu biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah biaya operasional.
Dalam setiap perusahaan, anggaran biaya operasional pada umumnya terdiri dari
anggaran biaya penjualan dan anggaran biaya administrasi dan umum. Biaya
tersebut memerlukan pengawasan dari pihak manajemen, dengan membandingkan
biaya aktual yang telah dikeluarkan dengan anggaran yang telah disusun, dengan
melakukan perbandingan tersebut, akan dilihat perbedaannya yang disebut sebagai
penyimpangan. Hal ini dapat dijadikan sebagai dasar atau pedoman perusahaan
Anggaran sebagai alat pengawasan biaya operasional sangat diperlukan
untuk menentukan efektivitas dan efisiensi kinerja perusahaan dalam periode yang
telah direncanakan. Anggaran yang berfungsi dengan baik sebagai alat
pengawasan, merupakan indikator keberhasilan sistem pengawasan manajemen di
dalam perusahaan. Dengan melakukan pengawasan terhadap anggaran, dapat
dilihat tingkat keberhasilan pencapaian target-target anggaran yang telah
ditetapkan sebelumnya.
PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan merupakan salah satu Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa kepelabuhan berada di
bawah naungan Departemen Perhubungan. PT (Persero) Pelabuhan Indonesia
memiliki tugas pokok menyediakan fasilitas dan peralatan pelabuhan,
menyelenggarakan pelayanan dan pengusahaan jasa kepelabuhan serta usaha
lainnya yang menunjang tercapainya tujuan perusahaan dalam rangka kelancaran
arus kapal, penumpang dan barang.
Biaya operasional pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan merupakan
keseluruhan pengeluaran yang dibebankan pada periode berjalan dalam kegiatan
operasional perusahaan. Jenis-jenis biaya operasional PT (Persero) Pelabuhan
Indonesia terdiri dari: biaya pegawai, biaya bahan, biaya pemeliharaan, biaya
penyusutan, biaya amortisasi, biaya asuransi, biaya sewa, biaya administrasi
kantor, dan biaya umum. Perencanaan biaya operasional tersebut dituangkan
dalam bentuk Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP). Pengawasan
Laporan anggaran dan realisasi biaya operasional pada PT (Persero)
Pelabuhan Indonesia I Medan, di jelaskan pada Tabel 1.1 di bawah ini:
Tabel 1.1 Anggaran dan Realisasi Biaya Operasi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan
Tahun 2002 – 2006 (dalam rupiah)
Uraian 2002 2003 2004 2005 2006
RKAP 229.150.956.000
282.067.387.000 266.547.579.054 293.364.061.920 395.154.241.101
Realisasi 241.591.965.877
282.447.746.911 329.073.978.833 358.954.935.650 431.835.559.456
Penyimpangan
Biaya (12.441.009.877) (380.359.911) (62.526.399.779) (65.590.873.730) (36.681.318.355)
% (persentase) 5,43% 0,13% 23,46% 22,36% 9,28%
Sumber: PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan, 2007 (data diolah)
Pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa dari tahun 2002 hingga tahun 2006,
selisih antara realisasi biaya operasional PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I
dengan perencanaan anggarannya menghasilkan penyimpangan biaya yang cukup
besar. Pada Tahun 2002, biaya operasional yang dianggarkan sebesar Rp.
229.150.956.000, sedangkan realisasinya Rp. 241.591.965.877, sehingga terjadi
penyimpangan yang negatif sebesar Rp. 12.441.009.87 atau 5,43%. Pada Tahun
2003, biaya operasional yang dianggarkan sebesar Rp. 282.067.387.000,
sedangkan realisasinya Rp. 282.447.746.911, sehingga terjadi penyimpangan yang
negatif sebesar Rp. 380.359.911 atau 0,13%. Pada Tahun 2004, biaya operasional
yang dianggarkan sebesar Rp. 266.547.579.054, sedangkan realisasinya Rp.
329.073.978.833, sehingga terjadi penyimpangan yang negatif sebesar Rp.
62.526.399.779 atau 23,46%. Pada Tahun 2005, biaya operasional yang
dianggarkan sebesar Rp. 293.364.064.920, sedangkan realisasinya Rp.
358.954.935.650, sehingga terjadi penyimpangan yang negatif sebesar Rp.
dianggarkan sebesar Rp. 395.154.241.101, sedangkan realisasinya Rp.
431.835.559.456, sehingga terjadi penyimpangan yang negatif sebesar Rp.
36.681.318.355 atau 9,28%. Hal ini menunjukkan terdapat suatu penyimpangan
dari rencana biaya operasional yang telah dianggarkan sebelumnya dari Tahun
2002 hingga 2006.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti: “Analisis
Anggaran Sebagai Alat Pengawasan Biaya Operasional Pada PT (Persero)
Pelabuhan Indonesia I Medan”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang pemilihan judul, maka penulis merumuskan
masalah:
“Bagaimana peranan anggaran terhadap pengawasan biaya operasional PT
(Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan”.
C. Kerangka Konseptual
Sebagai suatu unit ekonomi, perusahaan bertujuan untuk mencapai laba,
sehingga dalam pelaksanaan kegiatannya berpegang pada kebijakan yang telah
ditetapkan, yang dituangkan dalam anggaran. Munandar (2001:3 ) menyebutkan
bahwa “Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang
meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan)
moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang”.
Anggaran biaya operasional merencanakan tentang pengeluaran dalam kegiatan
operasional perusahaan yang dibebankan pada periode yang akan datang.
rencana yang telah dianggarkan. Untuk itu perlu diadakan pengawasan terhadap
anggaran, sehingga apabila terjadi penyimpangan bisa ditindak lanjuti oleh
manajemen untuk memberi solusi yang tepat.
Pengawasan biaya operasional merupakan kegiatan membandingkan
pelaksanaan (realisasi) biaya operasional dengan anggaran biaya yang telah
disusun. Pengawasan tidak hanya sekedar penentuan dan pengukuran
penyimpangan yang terjadi, tetapi yang lebih penting adalah penjelasan
sebab-sebab terjadinya penyimpangan sehingga dapat diambil tindakan koreksi atas
penyimpangan tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat digambarkan sebuah kerangka
pemikiran pada Gambar 1.1 di bawah ini:
Anggaran Biaya
Operasional Pengawasan
Biaya Operasional Realisasi Biaya
Operasional
Penyimpangan (Varians)
Tindakan Koreksi
Sumber: Harahap 2001:9 (Diolah penulis)
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah anggaran sudah diterapkan
sebagai alat pengawasan biaya operasional PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I
Medan.
Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi:
1. Perusahaan, sebagai bahan masukan dalam pengawasan biaya
operasional melalui anggaran yang telah ditetapkan.
2. Penulis, sebagai implementasi untuk menerapkan pengetahuan teoritis
yang telah diperoleh dari bangku kuliah dalam praktek.
3. Peneliti selanjutnya sebagai salah satu rujukan untuk melakukan
penelitian yang berhubungan dengan peranan anggaran dalam
pengawasan biaya operasional perusahaan.
E. Metode Penelitian
1. Batasan Operasional
Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam pembahasan penelitian, maka
luas penelitian dibatasi dan hanya menyangkut pada pengawasan biaya
operasional PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan melalui anggaran
biaya operasional yang telah ditetapkan.
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel merupakan penjelasan mengenai pengertian
variabel, sehingga dapat diamati dan diukur.
Adapun definisi operasional dari penelitian ini yaitu:
Anggaran biaya operasional merupakan ramalan (forecast) secara detail
tertentu yang didasarkan pada pengharapan yang beralasan tentang
keefisienan usaha, serta berfungsi sebagai koordinasi kerja dan
pengawasan. Pengawasan biaya operasi merupakan pantauan pelaksanaan
seluruh kegiatan operasional yang dilakukan oleh karyawan untuk
menjamin agar semua pekerjaan dan biaya operasional yang dilakukan
sudah berjalan sesuai dengan rencana yang disusun sebelumnya.
Anggaran sebagai alat pengawasan biaya operasional dimana anggaran
dijadikan sebagai alat menilai apakah perencanaan biaya operasional yang
dituangkan dalam anggaran dapat berjalan sesuai dengan yang telah
direncanakan. Dengan membandingkan anggaran dengan realisasinya,
dapat diambil tindakan koreksi untuk mencegah
kemungkinan-kemungkinan yang dapat merugikan perusahaan.
3. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilakukan dari bulan November 2007 – Desember 2007.
Lokasi penelitian adalah pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan,
Jl. Krakatau Ujung No. 100, Medan.
4. Jenis dan Sumber Data
Adapun data yang diperlukan sehubungan dengan penelitian ini:
a. Data Primer, adalah data yang diperoleh dari subyek penelitian, yaitu
dari PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan, melalui observasi dan
wawancara.
b. Data Sekunder, adalah data yang diperoleh melalui buku, yang
dianggap menjadi referensi pendukung, berupa teori-teori dan
operasional perusahaan, laporan realisasinya, struktur organisasi dan
sejarah singkat perusahaan.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Wawancara
yaitu dengan bertanya pada pihak yang berhubungan langsung dengan
masalah yang diteliti, dalam hal ini bagian komisi anggaran di PT
(Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan.
b. Dokumentasi
yaitu meneliti bahan-bahan tulisan dan dokumentasi perusahaan yang
berhubungan dengan penelitian ini guna mendapatkan data sekunder,
seperti, anggaran biaya operasional dan realisasinya, sejarah dan
struktur organisasi perusahaan.
5. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan antara lain:
a. Metode Deskriptif
Merupakan suatu metode, dimana data yang sudah dikumpulkan,
dikelompokkan, sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai
pengawasan biaya operasional melalui anggaran yang ditetapkan oleh
b. Metode Deduktif
Merupakan suatu metode yang dilakukan dengan cara membandingkan
teori kepustakaan (data sekunder) dengan praktek di dalam perusahaan
(data primer), kemudian mengambil kesimpulan dan saran dari hasil
BAB 2
URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
Sari Mahfuzza (2005), melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Anggaran Biaya Operasional sebagai Alat Pengawasan Pada PT Perkebunan
Nusantara II Kebun Tanjung Morawa. Tujuan dari penelitan ini adalah untuk
mengetahui fungsi anggaran sebagai alat pengawasan biaya operasional dalam
perusahaan. Perumusan masalah yang dibahas yaitu anggaran biaya operasional
PT Perkebunan Nusantara II Kebun Tanjung Morawa dapat berfungsi sebagai alat
pengawasan terhadap realisasi biaya operasional yang sebenarnya, sehingga
penyimpangan dapat diminimalisasi. Sedangkan hipotesis yang diajukan adalah
anggaran biaya operasional PT Perkebunan Nusantara II dapat berfungsi sebagai
alat pengawasan terhadap realisasi biaya operasional yang sebenarnya. Metode
analisis yang digunakan adalah metode statistik komparatif. Hasil penelitian
adalah anggaran biaya operasional PT Perkebunan Nusantara II Kebun Tanjung
Morawa telah dapat berfungsi sebagai alat pengawasan terhadap realisasi biaya
operasional yang sebenarnya dimana dari tahun ke tahun mendekati nilai yang
yang realistis. Realisasi anggaran biaya operasionalnya lebih kecil dari yang
ditargetkan, sehingga penyimpangan/selisih anggaran biaya operasional yang
terjadi menguntungkan perusahaan.
Syofia Lisa (2004), melakukan peneltian dengan judul “Analisis Realisasi
Anggaran pada PT Coca Cola Bottling Indonesia-Medan. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi terhadap realisasi
Apakah anggaran yang dibuat oleh PT Coca Cola Bottling Indonesia-Medan telah
sesuai dengan yang realisasinya. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode statistik deskriptif. Adapun hasil penelitiannya adalah PT Coca Cola
Bottling Indonesia-Medan dalam menyusun anggarannya menetapkan standar
biaya produksi yang konsisten dan penafsirannya dilakukan berdasarkan
pengalaman dari tahun-tahun yang lalu. Anggaran biaya produksi sudah
digunakan secara efisien sehingga penyimpangan yang terjadi menguntungkan
(favorable) bagi perusahaan.
B. Pengertian Anggaran
Anggaran adalah suatu rencana keuangan periodik yang disusun berdasarkan
program-program yang telah disahkan. Anggaran merupakan alat manajemen
dalam mencapai tujuan. Adisaputro dan Asri (2003:6) mendefinisikan anggaran,
“Sebagai pendekatan yang formal dan sistematis dari pelaksanaan tanggung jawab
manajemen dalam perencanaan, koordinasi dan pengawasan”.
Menurut Nasehatun (1999:195), “Anggaran merupakan suatu rencana yang
menyeluruh dari segala tingkat kegiatan dalam perusahaan yang dinyatakan
dengan angka (uang) untuk suatu periode tertentu”.
Dari pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa anggaran mempunyai 4
(empat) unsur, yakni:
1. Rencana
Anggaran yang disusun terlebih dahulu berisi tentang aktivitas atau kegiatan yang akan dilakukan di waktu yang akan datang. Ini berarti bahwa anggaran itu sebenarnya berisi rencana aktivitas perusahaan.
2. Meliputi seluruh kegiatan perusahaan
3. Dinyatakan dalam unit moneter
yaitu unit kuantitatif yang dapat diterapkan pada berbagai kegiatan perusahaan yang beraneka ragam. Adapun unit moneter yang berlaku di Indonesia adalah unit rupiah.
4. Jangka waktu tertentu yang akan datang
Ini menunjukkan bahwa anggaran berlaku untuk masa yang akan datang. Maksudnya, apa yang dimuat di dalam anggaran adalah taksiran-taksiran
(forecast) tentang apa yang akan terjadi serta apa yang dilakukan di waktu
yang akan datang.
Ahyari (2002:8) menyatakan bahwa, “Anggaran perusahaan merupakan
perencanaan secara formal dari seluruh kegiatan perusahaan di dalam jangka
waktu tertentu yang dinyatakan dalam unit kuantitatif (moneter)”.
C. Fungsi Anggaran
Anggaran merupakan hasil akhir dari perencanaan perusahaan yang akan
dilaksanakan di masa yang akan datang. Dengan anggaran ini akan meningkatkan
komunikasi antar bagian-bagian yang ada di perusahaan untuk memujudkan
tujuan perusahaan tersebut sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
Anggaran tersebut juga akan berfungsi sebagai alat pengawasan, karena menjadi
tolak ukur yang dipakai sebagai pembanding hasil kegiatan operasional
sesungguhnya.
Fungsi anggaran terbagi dalam tiga bagian, yaitu:
1. Fungsi Perencanaan
Anggaran merupakan alat perencanaan tertulis menuntut pemikiran yang teliti
dan memberikan gambaran yang lebih nyata/jelas dalam unit dan uang. Dalam
anggaran, rencana laba setinggi-tingginya dirumuskan teliti dan nyata, yaitu
2. Fungsi Pelaksanaan
Anggaran merupakan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga
pekerjaan dapat dilaksanakan secara selaras dalam mencapai tujuan (laba). Jadi
anggaran penting untuk menyelaraskan atau mengkoordinasikan setiap bagian
kegiatan.
3. Fungsi Pengawasan
Anggaran merupakan alat pengawasan (controlling). Pengawasan berarti
mengevaluasi (menilai) terhadap pelaksanaan pekerjaan, dengan cara:
1. Membandingkan realisasi dengan rencana (anggaran).
2. Melakukan tindakan perbaikan apabila dipandang perlu (apabila terdapat
penyimpangan yang merugikan).
D. Jenis-Jenis Anggaran
Anggaran terdiri dari berbagai jenis sesuai dengan pengelompokkannya.
Menurut Nafarin (2004:22) anggaran dapat dikelompokkan dari beberapa
sudut pandang berikut ini:
1. Menurut jangka waktu, anggaran terdiri dari: a. Anggaran jangka pendek (anggaran taksis). b. Anggaran jangka panjang (anggaran strategis). 2. Menurut bidangnya, anggaran terdiri dari:
a. Anggaran operasional adalah anggaran untuk menyusun anggaran laporan laba rugi.
E. Proses Penyusunan Anggaran
Adapun proses penyusunan anggaran dapat dilakukan dengan cara:
1. Otoriter atau top down
Otoriter atau top down, dimana anggaran disusun dan ditetapkan sendiri
oleh pimpinan dan anggaran inilah yang harus dilaksanakan karyawan
tanpa melalui proses negosiasi dengan karyawan dalam penyusunannya.
2. Demokrasi atau bottom up
Demokrasi atau bottom up, dalam metode ini anggaran disusun
berdasarkan hasil keputusan karyawan. Anggaran disusun mulai dari
bawahan sampai ke atasan. Karyawan diserahkan sepenuhnya menyusun
anggaran yang akan dicapainya di masa yang akan datang. Metode ini
dapat digunakan jika karyawan sudah memiliki kemampuan dalam
menyusun anggaran dan tidak dikhawatirkan akan menimbulkan proses
yang lama dan berlarut.
3. Campuran (top down dan bottom up)
Metode yang efektif dalam penyusunan anggaran adalah metode
campuran, yang merupakan partisipasi aktif semua pimpinan dan
karyawan sesuai dengan peran masing-masing dalam proses penyusunan
anggaran.
Blocher dan Thomas (2002:356) menyatakan “Proses penyusunan anggaran
yaitu meliputi pembentukan komite anggaran, menentukan periode anggaran,
spesifikasi pedoman anggaran, penyusunan usulan anggaran awal atau dasar,
Dari pengertian tersebut, akan dirinci satu persatu unsur-unsur dalam proses
penyusunan anggaran tersebut.
a. Komite Anggaran
Komite anggaran merupakan otorisasi dalam organisasi dalam segala hal yang
berkaitan dengan anggaran. Komite anggaran juga menentukan atau menyetujui
tujuan anggaran organisasi dan unit bisnis utama dalam perusahaan secara
keseluruhan, mengarahkan dan mengkoordinasikan penyusunan anggaran.
Menurut Adisaputro dan Asri(2003:47) komite anggaran terdiri dari:
1. Salah seorang anggota Direksi. 2. Manajer Pemasaran
3. Manajer Produksi 4. Manajer Keuangan
5. Manajer Bagian Umum, Administrasi dan Personalia
Adapun yang menjadi tugas dari komite anggaran adalah:
1. Merumuskan sasaran anggaran dan kebijaksanaan pokok perusahaan untuk tahun anggaran.
2. Menyampaikan informasi mengenai tujuan dan kebijaksanaan pokok tersebut kepada para manajer pusat pertanggungjawaban.
3. Menelaah rancangan anggaran yang diajukan para manajer pusat pertanggungjawaban.
4. Melakukan negoisasi dengan para manajer pusat mengenai rancangan anggaran yang mereka anjurkan.
5. Mengajukan rancangan anggaran fiskal perusahaan secara keseluruhan kepada dewan komisaris dan rapat umum pemegang saham.
6. Menelaah anggaran yang telah disetujui oleh dewan komisaris dan rapat umum pemegang saham.
7. Melakukan negoisasi dengan para manajer pusat pertanggungjawaban mengenai anggaran yang telah disahkan oleh rapat umum pemegang saham.
8. Melakukan revisi anggaran sesuai dengan kebijakan rapat umum pemegang saham.
Penyusunan anggaran dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa harus
ada komite anggaran. Adapun tugasnya yaitu merumuskan sasaran anggaran agar
b. Periode Anggaran
Anggaran disusun untuk satu tahun dan sejalan dengan tahun fiskal
perusahaan menyelesaikan periode anggaran dengan periode organisasi untuk
membantu perbandingan antara hasil operasi yang sesungguhnya dengan jumlah
yang dianggarkan.
c. Pedoman Anggaran
Pedoman penyusunan anggaran menyebutkan tujuan perusahaan. Selain
tujuan ada juga strategi induk yang dipakai dan target-target perusahaan yang
hendak dicapai.
d. Usulan Anggaran Awal atau Dasar
Berdasarkan usulan anggaran awal atau dasar, setiap pertanggungjawaban
menyiapkan usulan anggaran awal atau dasar untuk pusat pertanggungjawaban
mereka.
Pusat pertanggungjawaban merupakan suatu unit organisasi yang dikepalai oleh seorang manajer (responbility manager) yang prestasi/kinerjanya diukur dengan wewenang dan tanggung jawab tertentu (Adisaputro dan Anggarini, 2007:50).
Penyusunan anggaran dasar dimulai dengan perhitungan fasilitas, sumber
daya manusia dan sumber daya perusahaan lainnya yang dimiliki pada saat itu.
Anggaran disusun berdasarkan tingkat kegiatan yang terjadi saat itu kemudian
dimodifikasi sesuai dengan pedoman anggaran.
e. Negosiasi Anggaran
Setiap unit anggaran melakukan negoisasi dengan atasan tentang perubahan
dalam usulan anggaran. Negoisasi merupakan inti dari proses penganggaran dan
menyita sebagian besar dari waktu penyusunan anggaran. Pada tahap ini
anggaran pendapatan yang lebih rendah dari seharusnya dan anggaran biaya yang
lebih tinggi dari sewajarnya sehingga tingkat laba yang akan dicapai di bawah
kemampuan yang ada. Upaya-upaya semacam ini disebut budget slack, dengan
tujuan agar dalam pelaksanaan, target-target anggaran dapat lebih mudah dicapai.
f. Review dan Persetujuan
Komite anggaran mereview dan memberikan persetujuan akhir terhadap
anggaran, kemudian memberikan persetujuan anggaran secara keseluruhan dan
mengajukan anggaran tersebut kepada dewan direksi.
g. Revisi
Revisi anggaran secara regular mendorong pusat pertanggungjawaban untuk
menyusun anggaran yang sesuai dengan ketentuan. Perusahaan yang menjalankan
revisi anggaran secara sistematis perlu menyalinkan bahwa review hanya
diperbolehkan jika keadaan berubah secara signifikan.
Anggaran biaya operasi merupakan perencanaan keseluruhan biaya yang
dibebankan dalam operasi perusahaan diluar kegiatan proses produksi, yang
terdiri dari anggaran biaya penjualan dan anggaran biaya umum atau administrasi.
1. Anggaran Biaya Penjualan
Anggaran penjualan merupakan anggaran yang sangat penting dalam
penentuan proyeksi penjualan dan penghasilan yang realistis dan pendukung
utama dalam menyusun rencana anggaran komprehensif perusahaan. Tujuan
utama dari anggaran penjualan adalah mengadakan penyesuaian penjualan yang
sebenarnya dengan rencana anggaran penjualan agar penjualan dibawah target
2. Anggaran biaya administrasi dan umum
“Anggaran biaya administrasi dan umum adalah anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang biaya yang terjadi serta terdapat di dalam lingkungan kantor adminsitrasi persuahaan, serta biaya lain yang sifatnya untuk keperluan secara keseluruhan, yang didalamnya meliputi rencana tentang jenis, jumlah dan waktunya administrasi tersebut terjadi dan dibebankan”. (Munandar: 2001,187)
F. Pengertian Biaya Operasional dan Klasifikasinya
“Biaya operasi adalah seluruh pengeluaran yang terjadi dalam suatu
organisasi guna pelaksanaan aktivitas serta pencapaian tujuan yang telah
ditentukan”. (Herman,2006:371)
Biaya operasional dapat diklasifikasikan dalam dua golongan besar, yaitu
biaya penjualan dan biaya administrasi dan umum.
a. Biaya penjualan, adalah biaya yang terjadi untuk kepentingan penjualan produk utama, dan elemen-elemnya terdiri dari:
1. Biaya penjualan variabel, seperti: Biaya komisi penjualan, biaya angkutan penjualan.
2. Biaya penjualan semi variabel, seperti: Biaya supplies penjualan, biaya promosi penjualan.
3. Biaya penjualan tetap, seperti: Biaya depresiasi alat penjualan, biaya penghapusan piutang, biaya gaji pegawai tetap bagian penjualan.
b. Biaya administrasi dan umum, adalah biaya yang umumnya terjadi pada bagian personalia, bagian keuangan dan bagian umum, yang terdiri dari: 1. Biaya gaji pimpinan, staf dan karyawan.
2. Biaya kesejahteraan karyawan, seperti: Pengobatan karyawan, rekreasi dan olahraga, pendidikan dan perpustakaan.
3. Biaya depresiasi peralatan kantor. 4. Biaya supplies kantor.
5. Biaya pemeliharaan kantor.
6. Biaya-biaya umum, seperti: Biaya cetak, biaya telepon, biaya air dan listrik, biaya konsultan, biaya representasi direksi, biaya sumbangan.
G. Pengawasan Biaya Operasional
Suatu perbandingan antara hasil realisasi dengan anggaran merupakan
disajikan kedua hal tersebut, sehingga dapat menggambarkan sebab-sebab
terjadinya penyimpangan biaya operasi. Jika penyimpangan tersebut besar, suatu
penelitian yang cermat harus dilakukan untuk menentukan penyebabnya.
Penyebab dan bukannya hasil aktual akan mengarah pada perbaikan melalui
tindakan korektif oleh manajemen. Tahap-tahap pengawasan dan pengukuran
hasil kerja dapat dilakukan melalui pencatatan kejadian atau transaksi yang
dilakukan melalui prosedurnya sampai akhirnya dilaporkan melalui laporan
keuangan.
Handoko (2000:362) menyebutkan bahwa proses pengawasan biasanya
terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
a. Standar penetapan pelaksanaan (perencanaan). b. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan. c. Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata.
d. Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar. e. Pengambilan tindakan koreksi bila perlu.
Pada pelaksanaan pengawasan biaya operasional, dapat digunakan teknik
sebagai berikut:
1. Pengawasan biaya operasional dengan menggunakan anggaran
Jika anggaran dipakai sebagai alat pengawasan biaya operasional, maka
pada awal periode ditentukan anggaran biaya untuk setiap biaya yang
didistribusikan bagi setiap bagian dari departemen yang merupakan kegiatan
fungsional. Pengawasan membutuhkan suatu alat pengukur untuk keseluruhan
organisasi, dalam hal ini anggaran mempunyai peranan sebagai alat pengukur atas
pelaksanaan yang sesungguhnya. Informasi yang diberikan melalui anggaran
ditunjukkan kepada pimpinan dalam bentuk laporan yang disusun sedemikian
perbaikan dengan segera. Penyimpangan yang bersifat merugikan serta dapat
dikendalikan harus segera dilakukan tindakan perbaikan sedangkan yang bersifat
menguntungkan jika mungkin ditingkatkan atau setidaknya dapat dipertahankan
sehingga dapat dijadikan dasar untuk perencanaan dan pengawasan yang lebih
baik di masa yang akan datang.
Anggaran merupakan suatu rencana untuk masa yang akan datang,
sedangkan keadaan di masa yang akan datang diliputi oleh keadaan yang tidak
pasti, selalu terjadi perubahan baik yang disebabkan oleh faktor intern maupun
faktor ekstern perusahaan. Agar anggaran sebagai alat pengawasan dapat
berhasil, maka sebaiknya dilakukan perbandingan antara realisasi dengan
anggaran secara teratur dan terus menerus yang dicatat dalam laporan realisasi
anggaran.
Anggaran mempunyai peranan penting untuk fungsi pengawasan biaya
operasional, yaitu sebagai alat pengukur bagi pelaksanaan dari rencana yang telah
disusun agar dapat dicegah adanya pemborosan biaya.
2. Pengawasan dengan menggunakan standar
Tujuan pemakaian standar adalah untuk lebih meningkatkan efisiensi
kegiatan dengan cara mengaitkan antara prestasi dari kegiatan dengan biaya yang
terjadi. Untuk mengetahui apakah ada penyimpangan khususnya penyimpangan
biaya, maka diperlukan suatu tolak ukur, yakni dengan membandingkan biaya
standar dengan biaya aktual.
Biaya standar mencerminkan biaya yang seharusnya terjadi yang ditentukan
target yang dituju dan juga merupakan patokan yang dapat dipakai untuk
mengukur dan menilai beban sesungguhnya.
Anggaran yang disusun jika berdasarkan biaya standar dan biaya yang
sesungguhnya terjadi, maka biasanya terdapat perbedaan-perbedaan yang disebut
sebagai penyimpangan (varians).
Penyimpangan biaya tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Favorable expense variance, yaitu penyimpangan biaya yang
menguntungkan, hal ini terjadi karena biaya standar lebih besar dari biaya
yang sesungguhnya terjadi.
2. Unfavorable expense variance, yaitu penyimpangan biaya yang merugikan,
dimana biaya standar lebih kecil dari biaya yang sesungguhnya terjadi.
Analisa varians digunakan secara luas dalam laporan keuangan dan sering
diaplikasikan menurut keadaan berikut:
a. Penyelidikan penyimpangan antara realisasi tahun berjalan dengan realisasi
tahun lalu, dimana tahun lalu dianggap sebagai dasar.
b. Penyelidikan penyimpangan antara realisasi dengan anggaran, dimana
anggaran diperlukan sebagai dasar pembanding.
H. Laporan Realiasi Biaya Operasional
Perusahaan setelah membuat rencana berdasarkan anggaran, maka semua
penyimpangan biaya dari rencana yang kiranya penting bagi manajemen harus
dicatat dan dicantumkan dalam laporan realisasinya. Laporan ini harus disusun
sehingga dengan sekaligus manajemen dapat merangkap persoalannya dan segera
membuat keputusan mengenai tindakan koreksi yang harus diambil. Oleh karena
penyimpangan dan siapa yang bertanggung jawab atas penyimpangan tersebut dan
juga siapa yang harus melakukan tindakan untuk memperbaiki penyimpangan
yang terjadi.
Menurut Munandar (2001:329), “Laporan realisasi adalah laporan yang
sistematis dan terperinci tentang realisasi pelaksanaan anggaran, beserta analisa
dan evaluasinya, dari waktu-kewaktu selama periode yang akan datang”.
Periode penyusunan laporan ini antara satu perusahaan dengan perusahaan
lain sangat berbeda, kadang-kadang perusahaan menyusun laporan dalam waktu
tahunan, triwulan dan bulanan. Manfaat yang diperoleh dari penyusunan laporan
ini sangat besar yaitu dengan secepatnya dapat diketahui penyimpangan yang
terjadi, sehingga dapat diperbaiki sejak awal. Biasanya perusahaan menyusun
laporannya dalam bentuk bulanan dan triwulanan.
Laporan realisasi tidak ada suatu bentuk standar yang harus dipergunakan
seperti halnya dalam bentuk anggaran. Hal ini berarti bahwa masing-masing
perusahaan mempunyai kebebasan untuk menentukan bentuk serta formatnya
sesuai dengan keadaan perusahaanya. Contoh tabel laporan realisasi anggaran
dapat dilihat dibawah ini:
Tabel 2.1
Contoh Laporan Realisasi Anggaran PT……….
Tahun …….
No. Keterangan Budget Realisasi Varians Keterangan
1 2 3 4 3-4 5
Laporan realisasi menyajikan perbandingan antara prestasi sesungguhnya
dengan prestasi yang diharapkan. Suatu perbandingan antara hasil realisasi
(aktual) dengan rencana dan anggaran merupakan tahapan pengawasan yang
sangat penting. Pada setiap laporan realisasi biasanya disajikan kedua hal di atas,
sehingga dapat menggambarkan sebab-sebab terjadinya penyimpangan. Hasil
analisa dan evaluasi pelaksanaan anggaran berguna bagi manajemen untuk
menyusun kebijaksanaan tindak lanjut (follow-up) agar pada periode-periode
BAB III
PT (PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I MEDAN
A. Deskripsi Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan
PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I merupakan salah satu Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) di lingkungan Departemen Perhubungan Pos dan
Telekomunikasi. Keberadaan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I, dimaksudkan
untuk mendukung Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS) melalui
penyediaan dan penyelenggaraan jasa kepelabuhanan, disamping juga
melaksanakan fungsi sebagai badan usaha yang berorientasi laba. PT (Persero)
Pelabuhan Indonesia mengelola 15 pelabuhan berstatus cabang dengan 5 (lima)
pelabuhan berstatus perwakilan, serta 4 (empat) unit usaha yaitu Unit Terminal
Peti Kemas Belawan, Unit Galangan Kapal Belawan, Rumah Sakit Belawan
Bahagia dan Rumah Sakit Putri Hijau Dumai.
PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I telah melewati suatu perjalanan yang
panjang, yang berstatus “Haven Bedrift”, setelah kemerdekaan RI terjadi
beberapa kali perubahan status sebagai berikut:
1945-1960 : Jawatan Pelabuhan
1960-1969 : Perusahaan Negara/PN Pelabuhan
1969-1983 : PN Pelabuhan digabung dengan Lembaga Penguasa
Pelabuhan (Port Authority) Badan Pengusahaan
1983-1991 : Berdasarkan PP. No. 11 tahun 1983 ditetapkan Bentuk
Badan Pengusahaan Pelabuhan menjadi Perusahaan
Umum Pelabuhan I (Perumpel I)
1991-sekarang : Berdasarkan PP No. 56 Tahun 1991, Perumpel I berubah
menjadi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I.
PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I didirikan dengan Akta
Pendirian/Anggaran Dasar yang dibuat Notaris Imas Fatimah, SH tanggal 1
Desember 1992 sebagaimana di muat dalam Tambahan Berita Negara RI tanggal
2 Januari 199 No. 1, sebagai Persero, pemilikan saham sepenuhnya oleh
Pemerintah dalam hal ini diwakili oleh Menteri BUMN. Pembinaan teknis
operasional berada di bawah naungan Departemen Perhubungan RI dan
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.
Wilayah kerja dan usaha PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I meliputi
propinsi Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darussalam dan propinsi Riau. Kantor
Pusat PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I beralamat di Jl. Krakatau Ujung No.
100 Medan.
2. Struktur Organisasi Perusahaan
Pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I terdapat struktur organisasi yang
mengacu kepada keputusan Direksi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I No.
PR.02/2/II/P/07 tertanggal 30 Maret 2007 tentang organisasi dan tata kerja kantor
pusat PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I. Struktur organisasi yang digunakan
oleh Pelabuhan I adalah bentuk organisasi garis, seperti yang terlihat pada gambar
B. Penyusunan Anggaran Biaya Operasional
Anggaran merupakan rencana kegiatan pengelolaan perusahaan dalam
periode satu tahun yang dinyatakan secara kuantitatif dalam nilai uang.
Penyusunan anggaran di PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I meliputi hal-hal
sebagai berikut:
1. Organisasi
Pada dasarnya sistem penganggaran PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I
merupakan penjabaran dari peraturan-peraturan pemerintah yang terkait dengan
penganggaran perusahaan sesuai dengan kondisi spesifik di perusahaan. Dasar
hukum penganggaran di PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I adalah Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 12 tahun 1998 tentang perusahaan perseroan.
Adapun organisasi penyusunan anggaran di PT (Persero) Pelabuhan
Indonesia I disebut Komisi Anggaran yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan
Direksi No. KU.26/1/3/P.I-96 tanggal 2 Januari 1996. Komisi anggaran ini
bersifat organisasi lintas fungsi yang beranggotakan masing-masing penanggung
jawab anggaran di Kantor Pusat (Senior Manajer Bidang), dengan Ketua Komisi
Anggaran oleh Senior Manajer Bidang Administrasi Perencanaan dan
Pengendalian Anggaran.
Tugas dari Komisi anggaran yaitu:
a. Menyiapkan konsep usulan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan
(RKAP) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Melakukan review terhadap usulan cabang-cabang pelabuhan dan unit-unit
c. Melakukan pembahasan bersama cabang pelabuhan dan unit-unit usaha,
serta menampung asipirasi masing-masing cabang pelabuhan dan unit
usaha.
d. Melaporkan kepada Direksi konsep usulan Rencana Kerja dan Anggaran
Perusahaan sebagai hasil pembahasan bersama dengan cabang pelabuhan
dan unit-unit usaha.
e. Mendampingi Direksi dalam rapat-rapat pembahasan usulan Rencana
Kerja dan Anggaran Perusahaan dengan Dewan Komisaris maupun rapat
Pra RUPS (pembahasan teknis).
f. Menyiapkan usulan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan setelah
diadakan penyesuaian sesuai pembahasan dengan Dewan Komisaris dan
hasil rapat Pra RUPS.
g. Menyusun penjabaran Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan yang
telah disahkan RUPS ke dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan
per Triwulanan untuk masing-masing cabang pelabuhan dan unit usaha.
h. Melakukan pengendalian dan membuat laporan evaluasi pelaksanaan
anggaran setiap bulannya sesuai bidang tugas masing-masing untuk
disampaikan kepada Direksi.
i. Menyusun laporan realisasi pelaksanaan anggaran secara periodik, baik
triwulanan maupun tahunan (Laporan Manajemen Perusahaan), untuk
disampaikan Direksi kepada Dewan Komisaris dan Pemegang Saham.
j. Menyelenggarakan administrasi dokumen-dokumen terkait dengan
2. Penerbitan Arahan Direksi
Penerbitan Arahan Direksi untuk penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
Perusahaan merupakan awal proses penyusunan anggaran perusahaan. Arahan
Direksi tersebut disiapkan oleh Komisi Anggaran dengan berpedoman pada
hal-hal berikut:
1. Rencana Jangka Panjang Perusahaan serta strategi dan program kerja yang
terkait.
2. Ketentuan pemegang saham yang mengatur tentang bentuk, isi dan jadwal
penyampaian usulan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan.
3. Butir-butir kebijakan Direksi yang meliputi:
- Asumsi dasar penyusunan anggaran, yang meliputi tingkat
pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar
kurs valuta asing (US Dollars).
- Skala prioritas untuk jenis-jenis investasi di cabang pelabuhan, unit
usaha dan Kantor Pusat.
- Asumsi tingkat pertumbuhan arus barang dan kunjungan kapal.
- Sumber dana investasi.
- Target-target yang ingin dicapai, terutama target laba minimal
perusahaan.
- Peraturan-peraturan Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah
A B
Sumber: PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan
Gambar 3.2. Proses Penyusunan Anggaran PT (Persero) Pelabuhan Indonesia Medan
Keterangan:
A : Usulan RKAP cabang pelabuhan dan unit usaha.
B : Usulan RKAP cabang pelabuhan dan unit usaha diterima dan di review
oleh Komisi Anggaran di Kantor Pusat. Pola negoisasi pada tahap ini
bersifat teknis dan terinci menyangkut besaran alokasi sumber daya pada
masing-masing unit kerja cabang pelabuhan dan unit usaha yang
C : Konsep usulan RKAP yang disusun berdasarkan penggabungan usulan
cabang pelabuhan, unit usaha dan Kantor Pusat, setelah dilakukan
pembahasan di tingkat Komisi Anggaran.
D : Konsep usulan RKAP di review oleh Direksi. Pola negoisasi pada tahpa
ini bersifat strategik, yang diselaraskan dengan tujuan perusahaan.
E : Konsep usulan RKAP yang telah disempurnakan sesuai hasil
pembahasan dengan Direksi. Konsep usulan anggaran ini kemudian
disampaikan kepada Dewan Komisaris untuk mendapatkan arahan lebih
lanjut.
F : Usulan RKAP dievaluasi dan dibahas bersama dengan Dewan Komisaris.
Pola negoisasi pada tahap ini bersifat strategik, menyeluruh dan detail,
berkaitan dengan peningkatan target-target kinerja perusahaan dan
konsistensi penyajian RKAP dengan pencapaian target kinerja tahun
berjalan.
G : Usulan RKAP yang telah disempurnakan sesuai hasil pembahasan
bersama Dewan Komisaris. Usulan anggaran ini selanjutnya
disampaikan kepada Pemegang Saham untuk mendapatkan arahan lebih
lanjut sebelum disahkan dalam RUPS.
F1 : Merupakan tembusan dari usulan RKAP yang disampaikan kepada
Dewan Komisaris, yaitu usulan anggaran yang belum dibahas ditingkat
Dewan Komisaris.
H : Usulan RKAP yang telah dibahas dan mendapat persetujuan dari Dewan
Komisaris. Usulan anggaran ini merupakan dasar bagi pembahasan di
pembahasan teknis ini bersifat strategik, menyeluruh dan detail,
dikaitkan dengan upaya peningkatan target-target kinerja perusahaan dan
konsistensi penyajian RKAP dengan pencapaian target kinerja tahun
berjalan.
I : Usulan RKAP sebagai hasil pembenahan teknis, merupakan usulan
anggaran yang akan dimintakan persetujuannya di tingkat RUPS.
J : Usulan RKAP yang telah disetujui dan disahkan RUPS, atau yang
ditetapkan sebagai anggaran perusahaan untuk periode anggaran yang
diusulkan.
C. Jenis-jenis Biaya Operasional
Biaya operasional pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan
merupakan keseluruhan pengeluaran yang dibebankan pada periode berjalan
dalam operasi perusahaan. Adapun elemen-elemen biaya operasi pada perusahaan
adalah sebagai berikut:
1. Biaya Pegawai, yang terdiri dari: a. Biaya gaji pegawai
b. Biaya tunjangan perusahan c. Biaya tunjangan bahan pangan d. Biaya tunjangan insentif prestasi e. Biaya tunjangan perb. penghasilan f. Biaya tunjangan operasional g. Biaya lembur
h. Biaya tunjangan selisih pajak penghasilan i. Biaya tunjangan khusus pajak penghasilan j. Biaya uang duka/sumbangan kematian k. Biaya tunjangan fasilitas perumahan l. Biaya gaji Direksi dan Dewan Komisaris m. Biaya pegawai lainnya.
2. Biaya Bahan yang terdiri dari: a. Bahan bakar
d. Biaya Air e. Biaya listrik f. Biaya Telepon g. Bahan obat-obatan h. Bahan medis
i. Bahan pas pelabuhan j. Bahan pemadam kebakaran k. Bahan perlengkapan
l. Bahan relokasi aktiva tetap
m. Bahan insentif UTPK dan Kepanduan n. Bahan-bahan lainnya.
3. Biaya Pemeliharaan, yang terdiri dari: a. Biaya pemeliharaan bangunan Faspel b. Biaya pemeliharaan kapal
c. Biaya pemeliharaan alat Faspel
d. Biaya pemeliharaan jalan dan bangunan e. Biaya pemeliharaan peralatan
f. Biaya pemeliharaan kenderaan g. Biaya pemeliharaan emplasmen h. Biaya pemeliharaan tanah
4. Biaya Penyusutan, yang terdiri dari: a. Biaya Penyusutan bangunan Faspel b. Biaya Penyusutan kapal
c. Biaya Penyusutan alat Faspel d. Biaya Penyusutan instalasi Faspel e. Biaya Penyusutan jalan dan bangunan f. Biaya Penyusutan peralatan
g. Biaya Penyusutan kenderaan h. Biaya Penyusutan emplasmen
e. Biaya Amortisasi, yang terdiri dari:
- Biaya amortisasi pengerukan kolam dan alur pelayaran - Biaya amortisasi konsultan untuk Litbang
- Biaya amortisasi pendidikan Litbang Pascasarjana - Biaya amortisasi Litbang yang dilaksanakan sendiri - Biaya amortisasi pengerukan hak atas tanah
- Biaya amortisasi pendidikan perusahaan - Biaya amortisasi pemeliharaan aktiva tetap - Biaya amortisasi pengurusan AT Leasing - Biaya amortisasi yang ditangguhkan lain-lain
f. Biaya Asuransi, yang terdiri dari: - Asuransi bangunan faspel - Asuransi kapal
- Asuransi jalan dan bangunan - Asuransi peralatan
- Asuransi kenderaan - Asuransi emplasmen - Asuransi kecelakaan kerja - Asuransi lainnya
g. Biaya Sewa, yang terdiri dari: - Sewa bangunan faspel - Sewa kapal
- Sewa alat-alat faspel - Sewa instalasi faspel - Sewa jalan dan bangunan - Sewa peralatan
- Sewa kenderaan - Sewa emplasmen - Sewa tanah
- Sewa upah buruh/tenaga kerja - Sewa operator gudang/lapangan - Jala-jala Lambung/barang - Peralatan PMK
- Peralatan untuk kegiatan b/m - Peralatan lift on/off b/m peti kemas - Honorarium kegiatan b/m
- Sewa tenaga kerja (administrasi) - Peralatan komputer
- Biaya sewa lainnya
h. Biaya Administrasi Kantor, yang terdiri dari: - Biaya cetak dan foto copy
- Biaya kertas dan alat-alat tulis - Biaya pengiriman surat dan kawat - Biaya surat kabar, majalah dan buletin - Biaya rapat dan jamuan rapat
- Biaya rumah tangga - Biaya jasa bank
- Biaya relokasi investasi - Buku-buku perpustakaan - Biaya uang tol
- Biaya materai
- Buku-buku dari (DJPL, Dephub, Depkeu, dll)
- Biaya survei - Biaya promosi - Humas
- Hubungan internasional - Imbalan jasa AdPel/Kanwil - Imbalan jasa UBM
- Imbalan jasa pas pelabuhan - Biaya pajak bumi dan bangunan - Biaya pajak kenderaan
- Biaya pesangon/ganti rugi - Biaya klaim
- Biaya konsultan
- Biaya olahraga dan kesehatan - Biaya pakaian dinas
- Biaya pakaian kerja
- Biaya pendidikan dan pengembangan SDM - Biaya bantuan sosial
- Biaya perawatan kesehatan - BPPMT/Korpri
- Honor
- Dana pensiun - Iuran APBMI - Lainnya
D. Pengawasan Biaya Operasional
Biaya operasional sebagai beban pengeluaran yang harus ditanggung oleh
perusahaan dalam kegiatan usahanya sangat menuntut perhatian khusus untuk
menghindari terjadinya pemborosan biaya. Anggaran merupakan alat pengawasan
biaya operasional, oleh karena itu keberhasilan anggaran merupakan hal yang
harus dicapai sebagai efisiensi usaha, dalam artian akan lebih baik bila realisasi
lebih kecil daripada anggaran, karena dapat meningkatkan efisiensi melalui
penurunan biaya operasional.
PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan dalam melaksanakan
pengawasan biaya operasionalnya berpegang pada anggaran biaya operasional
yang telah disusun sebelumnya. Penyusunan angaran ini didasarkan pada
(Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan dilakukan oleh masing-masing kepala
bagian (pusat-pusat pertanggungjawaban), dengan menggunakan sistem laporan
pertanggung jawaban mengenai semua pengeluaran biaya yang terjadi pada
bagian/divisinya masing-masing untuk kemudian dilaporkan secara periodik
kepada bagian Akuntansi. Selanjutnya bidang Akuntansi akan menyajikan data
realisasi pelaksanaan anggaran. Data inilah yang nantinya akan diperbandingkan
dengan anggaran. Perbandingan ini menunjukkan apakah terjadi penyimpangan
yang bersifat menguntungkan (positif) atau merugikan (negatif) dengan
melengkapi faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya penyimpangan itu.
Pusat-pusat pertanggungjawaban di kantor pusat, disamping
mempertanggungjawabkan pelaksanaan anggaran dibidangnya, juga bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan anggaran sejenis pada cabang pelabuhan dan unit-unit
usaha. Sebagai contoh, Senior Manajer Bidang Administrasi Umum, selain
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan anggaran biaya umum di kantor pusat,
juga bertanggung jawab terhadap pelaksanaan anggaran biaya umum di cabang
pelabuhan dan unit-unit usaha. Oleh karena itu perlu di monitor dengan membuat
laporan pelaksanaan anggaran biaya umum yang disajikan secara khusus per
cabang-cabang pelabuhan, unit usaha dan kantor pusat, maupun dengan membuat
laporan gabungan (korporat).
Pengawasan anggaran PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I merupakan upaya
efisiensi pembelanjaan perusahaan yang diarahkan untuk mencapai hasil yang
optimal, disesuaikan dengan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan yang telah
disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham. Pengawasan anggaran di
sasaran yang telah ditetapkan, dan agar sasaran perusahaan dapat tercapai sesuai
dengan arahan Direksi. Anggaran yang telah disahkan oleh RUPS tidak
diperkenankan untuk dirubah (direvisi).
Pelaksanaan pengawasan anggaran (monitoring) di PT (Persero) Pelabuhan
Indonesia I pada dasarnya hampir bersamaan waktunya dengan pelaksanaan
anggaran itu sendiri. Perbedaannya terletak pada titik berat (fokus) kegiatannya.
Pelaksanaan anggaran, menitikberatkan pada evaluasi berfungsinya anggaran
sebagai pengendalian biaya operasional, sedangkan pada pengawasan anggaran
(monitoring) lebih menitikberatkan pada tindak lanjut atas penyimpangan
anggaran yang terjadi, untuk membuat tindakan koreksi yang diperlukan sehingga
target-target anggaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
E. Laporan Realisasi Biaya Operasional
Laporan realisasi biaya operasional menunjukkan seberapa jauh anggaran
dapat direalisasikan dalam pelaksanaanya. Laporan ini dibuat dengan tujuan
untuk memperlihatkan perbandingan antara jumlah biaya operasional yang
dianggarkan dengan jumlah realisasinya. Hal tersebut menjadi tolak ukur dalam
penyusunan anggaran tahun berikutnya.
Laporan realisasi biaya operasi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I
merupakan laporan intern perusahaan untuk dapat membandingkan kemajuan,
perkembangan serta efisiensi yang dianggap sangat berguna dalam menentukan
hasil kerja dari setiap kantor cabang. Laporan intern juga merupakan laporan
yang dipersiapkan dalam suatu perusahaan sehubungan dengan realisasi anggaran
Pelaksanaan anggaran PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I, dalam
hubungannya dengan biaya operasional adalah sebagai berikut:
a. Laporan realisasi anggaran bulanan
Pada setiap tanggal 10 bulan berikutnya, cabang pelabuhan dan unit
usaha diwajibkan menyampaikan laporan realisasi anggaran bulanan ke
kantor pusat. Berdasarkan laporan tersebut, masing-masing penanggung
jawab anggaran di kantor pusat menyusun laporan evaluasi realisasi
anggaran bulanan kemudian disampaikan kepada Direksi untuk
pembahasan pada setiap tanggal 17 bulan bersangkutan.
b. Laporan realisasi anggaran triwulan
Proses pengawasan anggaran biaya operasional pada hakekatnya
merupakan akumulasi dari pelaksanaan anggaran bulanan yang menjadi
bagian dari laporan triwulan bersangkutan. Disamping itu, Direksi wajib
menyampaikan laporan realisasi anggaran triwulanan kepada Dewan
Komisaris dan pemegang saham, sebagai bagian dari proses sistem
pengendalian manajemen BUMN.
Penyajian laporan realisasi biaya operasional dapat membantu
menggambarkan perkembangan perusahaan dalam mencapai tujuannya, dengan
membandingkan pengeluaran yang sesungguhnya dengan anggaran yang telah
ditetapkan. Upaya PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I melakukan evaluasi
terhadap realisasi pelaksanaan anggaran biaya operasional, sangat membantu
dalam pengambilan keputusan strategis yang menyangkut biaya operasional pada
periode berikutnya. Dengan mengetahui penyimpangan yang terjadi beserta
atau kurang berhasil. Bilamana penyimpangan yang terjadi positif, maka
perusahaan mengarahkan kebijakan untuk mempertahankannya, bila mungkin
dapat ditingkatkan. Sebaliknya apabila penyimpangan yang terjadi negatif, maka
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI
A. Penyimpangan Biaya Operasional
Analisis penyimpangan biaya operasional adalah suatu analisis yang
digunakan oleh internal control perusahaan dengan cara membandingkan antara
anggaran dan realisasi. Dengan kata lain, laporan perbandingan antara
angka-angka yang tercantum dalam anggaran, dengan angka-angka-angka-angka yang tercantum
dalam catatan akuntansi. Perbandingan ini juga menunjukkan apakah
penyimpangan yang terjadi bersifat positif atau negatif, dan sebaiknya dilengkapi
dengan faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan tersebut. Melalui
laporan penyimpangan ini juga merupakan penilaian kinerja atau prestasi setiap
pihak yang terlibat dalam anggaran tersebut.
Tabel 4.1 Anggaran dan Realisasi Biaya Operasi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan
Tahun 2002
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat penyimpangan biaya operasional Tahun
2002 sebesar Rp. 12.441.009.877 atau 5,43% dari anggarannya:
Penyimpangan yang menguntungkan:
Biaya Pegawai Rp. 10.214.415.835 Biaya Pemeliharaan Rp. 8.551.341.275 Biaya Amortisasi Rp. 11.755.350.151 Biaya Asuransi Rp. 745.621.248 Total Favorable Rp. 31.266.728.509
Penyimpangan yang tidak menguntungkan:
Biaya Bahan Rp. 11.456.260.513 Biaya Penyusutan Rp. 4.653.639.921 Biaya Sewa Rp. 17.234.820.868 Biaya Adm. Kantor Rp. 1.734.565.561 Biaya Umum Rp. 8.628.451.523 Total Unfavorable Rp. 43.707.738.386
Perbandingan antara total favorable dan unfavorable menjadi net
penyimpangan yang unfavorable sebesar (Rp. 31.266.728.509 - Rp.
43.707.738.386) = Rp. (12.441.009.877). Berdasarkan analisis perbandingan
antara anggaran dan realisasi biaya operasional PT (Persero) Pelabuhan Indonesia
I pada tahun 2002, dapat diuraikan faktor-faktor yang menyebabkan
penyimpangan biaya operasional yakni:
a. Biaya Pegawai
Realisasi sebesar Rp. 57.975.837.165 dibanding dengan anggarannya
Rp. 68.190.253.000, hal ini disebabkan oleh pemberian bonus semester II
kepada pegawai dilaksanakan pada tahun 2003.
b. Biaya Bahan
Realisasi sebesar Rp. 39.772.826.513, dibanding dengan anggarannya
Rp. 28.316.566.000, antara lain disebabkan kenaikan harga bahan bakar yang
kenaikan bahan makanan di Dumai dan Tanjung Balai Karimun akibat
penambahan kapal pandu.
c. Biaya Pemeliharaan
Realisasi sebesar Rp. 20.700.306.725, dibanding dengan anggarannya Rp.
29.251.648.000, disebabkan belum selesainya pengerukan kolam pelabuhan
Belawan, terjadinya efisiensi biaya pada pelaksanaan pekerjaan perawatan
kapal, pekerjaan kontrak maintenance yang dimulai pada April 2002, sehingga
realisasi tahun 2002 tidak dapat terpenuhi.
d. Biaya Penyusutan
Realisasi sebesar Rp. 34.372.207.921, dibanding dengan anggarannya Rp.
29.718.568.000 antara lain disebabkan adanya penambahan aktiva tetap yang
dikapitalisir dari biaya pemeliharaan.
e. Biaya Amortisasi
Realisasi sebesar Rp. 1.702.884.849, dibanding dengan anggarannya Rp.
13.458.235.000, antara lain disebabkan adanya pembebanan sekaligus atas
biaya dimaksud pada tahun 2001 sesuai hasil audit KAP.
f. Biaya Asuransi
Realisasi sebesar Rp. 2.928.522.752, dibanding dengan anggarannya Rp.
3.674.144.000, antara lain disebabkan adanya biaya asuransi yang belum jatuh
tempo dan belum terealisasinya sebagian pembayaran premi asuransi alat
g. Biaya Sewa
Realisasi sebesar Rp. 36.550.937.868, dibanding dengan anggarannya Rp.
19.316.117.000, sejalan dengan meningkatnya upah tenaga kerja bongkar
muat dan kenaikan sewa kapal tunda swasta.
h. Biaya Administrasi Kantor
Realisasi sebesar Rp. 11.446.838.561, dibanding dengan anggarannya Rp.
9.712.273.000, hal ini antara lain disebabkan adanya peningkatan acara rapat
dengan pihak eksternal.
i. Biaya Umum
Realisasi sebesar Rp. 36.141.603.523 dibanding dengan anggarannya Rp.
27.513.152.000, antara lain karena adanya kenaikan biaya Pajak Bumi dan
Bangunan akibat perubahan tarif pajak, serta kenaikan biaya perawatan
kesehatan karena naiknya harga obat-obatan.
Tabel 4.2 Anggaran dan Realisasi Biaya Operasi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan
Tahun 2003
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat penyimpangan biaya operasional
sebesar Rp. 380.359.911 atau 0,13% dari anggarannya:
Penyimpangan yang menguntungkan:
Biaya Pegawai Rp. 11.256.651.561 Biaya Pemeliharaan Rp. 8.093.438.189 Biaya Amortisasi Rp. 3.949.726.059 Biaya Asuransi Rp. 1.669.883.137 Total Favorable Rp. 24.969.698.946
Penyimpangan yang tidak menguntungkan:
Biaya Bahan Rp. 9.771.423.312 Biaya Penyusutan Rp. 5.968.269.646 Biaya Sewa Rp. 6.399.006.383 Biaya Adm. Kantor Rp. 685.444.472 Biaya Umum Rp. 2.525.915.044 Total Unfavorable Rp. 25.350.058.857
Perbandingan antara total favorable dan unfavorable menjadi net
penyimpangan yang unfavorable sebesar (Rp. 24.969.698.946 - Rp.
25.350.058.857) = Rp.(380.359.911). Berdasarkan analisis perbandingan antara
anggaran dan realisasi biaya operasional PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I pada
tahun 2003, dapat diuraikan faktor-faktor yang menyebabkan penyimpangan biaya
operasional yakni:
a. Biaya Pegawai
Realisasi biaya pegawai Rp. 74.835.963.439, dibanding dengan anggarannya
Rp. 86.092.615.000, antara lain karena tidak terealisasinya rencana kekuatan
SDM yang mempengaruhi gaji pegawai, tunjangan kemahalan, biaya pegawai
lainnya dan juga pembayaran bonus yang tidak terealisasi sesuai anggaran.
b. Biaya Bahan
Realisasi biaya bahan sebesar Rp. 42.104.492.312, dibanding dengan
kenaikan harga bahan bakar secara nasional serta kenaikan pemakaian bahan
bakar kapal pandu/tunda.
c. Biaya Pemeliharaan
Realisasi biaya pemeliharaan sebesar Rp. 22.991.822.811, dibanding dengan
anggarannya Rp. 31.085.261.000, antara lain disebabkan oleh adanya usaha
untuk mengurangi biaya pemeliharaan dengan tidak menganggu kegiatan
operasional pelabuhan sehingga ada beberapa pekerjaan pemeliharaan yang
dikurangi atau ditunda ke tahun 2004 seperti pekerjaan pemeliharaan
bangunan fasilitas pelabuhan, pekerjaan pemeliharaan kapal, instalasi fasilitas
pelabuhan, jalan dan bangunan, serta pekerjaan pemeliharaan kenderaan, dan
emplasemen.
d. Biaya Penyusutan
Total realisasi biaya penyusutan aktiva tetap sebesar Rp. 40.719.164.646,
dibanding dengan anggarannya Rp. 34.750.895.000 hal ini disebabkan oleh
adanya penambahan aktiva tetap bangunan fasilitas pelabuhan.
e. Amortisasi Biaya Ditangguhkan
Realisasi amortisasi biaya ditangguhkan sebesar Rp. 845.139.941, dibanding
dengan anggarannya Rp. 4.794.866.000 disebabkan adanya koreksi audit KAP
tahun 2002 berupa pengalihan biaya ditangguhkan (pengerukan kolam dan
alur pelayaran).
f. Biaya Asuransi
Realisasi biaya asuransi sebesar Rp. 3.056.132.863, dibanding dengan
anggarannya Rp. 4.726.016.000, antara lain disebabkan belum
yang sesuai dengan perubahan struktur gaji merit, dan juga belum
terealisasinya Asuransi Purna Jabatan Direksi/Dekom.
g. Administrasi Kantor
Realisasi biaya administrasi kantor sebesar Rp. 11.169.228.472, dibanding
dengan anggarannya Rp. 10.483.784.000 antara lain disebabkan adanya
peningkatan kunjungan tamu ke perusahaan dan peningkatan frekuensi rapat.
h. Biaya Umum
Realisasi biaya umum sebesar Rp. 39.986.282.044, dibanding dengan
anggarannya Rp. 37.460.367.000 antara lain disebabkan adanya peningkatan
biaya perjalanan dinas untuk rapat dan biaya perawatan kesehatan.
Tabel 4.3 Anggaran dan Realisasi Biaya Operasi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan
Tahun 2004 (dalam rupiah)
No. Biaya Operasi RKAP Realisasi Biaya Varians Biaya %
1 Biaya Pegawai 81.858.806.000 83.897.250.825 (2.038.444.825) (2,49) 2 Biaya Bahan 36.725.733.000 42.475.332.267 (5.749.599.267) (15,66) 3 Biaya Pemeliharaan 30.585.262.775 41.057.574.382 (10.472.311.607) (34,24) 4 Biaya Penyusutan 38.651.175.000 48.569.511.363 (9.918.336.363) (25,66) 5 Biaya Amortisasi 2.447.273.000 19.510.499.537 (17.063.226.537) (697,23) 6 Biaya Asuransi 5.345.705.000 3.602.674.681 1.743.030.319 32,61 7 Biaya Sewa 24.188.933.000 27.752.147.224 (3.563.214.224) (14,73) 8 Biaya Administrasi Kantor 9.911.381.293 11.393.021.441 (1.481.640.148) (14,95) 9 Biaya Umum 38.833.309.986 50.815.967.113 (11.982.657.127) (30,86) Jumlah Biaya Operasi 268.547.579.054 329.073.978.833 (60.526.399.779) (22,54)
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat penyimpangan biaya operasional
sebesar Rp. 60.526.399.779 atau 22,54% dari anggarannya:
Penyimpangan yang menguntungkan:
Biaya Asuransi Rp. 1.743.030.319 Total Favorable Rp. 1.743.030.319 Penyimpangan yang tidak menguntungkan:
Biaya Pegawai Rp. 2.038.444.825 Biaya Bahan Rp. 5.749.599.267 Biaya Pemeliharaan Rp. 10.472.311.607 Biaya Penyusutan Rp. 9.918.336.363 Biaya Amortisasi Rp. 7.063.226.537 Biaya Sewa Rp. 3.563.214.224 Biaya Adm. Kantor Rp. 1.481.640.148 Biaya Umum Rp. 11.982.657.127 Total Unfavorable Rp. 62.269.430.098
Perbandingan antara total favorable dan unfavorable menjadi net
penyimpangan yang unfavorable sebesar (Rp. 1.743.030.319 - Rp.
62.269.430.098) = Rp. (60.526.399.779). Berdasarkan analisis perbandingan
antara anggaran dan realisasi biaya operasional PT (Persero) Pelabuhan Indonesia
I pada tahun 2004, dapat diuraikan faktor-faktor yang menyebabkan
penyimpangan biaya operasional yakni:
a. Biaya pegawai
Realisasi sebesar Rp. 28.097.274.460, dibandingkan dengan anggarannya
sebesar Rp. 28.547.015.000 tidak mencapai target terutama karena tidak
tercapainya gaji pegawai, tunjangan perusahaan, tunjangan insentif, tunjangan
operasional dan tunjangan telepon, sejalan dengan tidak tercapainya target