• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAGAMAN PLANKTON PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA SEMI-INTENSIF DENGAN PERGILIRAN PAKAN PROTEIN BERBEDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERAGAMAN PLANKTON PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA SEMI-INTENSIF DENGAN PERGILIRAN PAKAN PROTEIN BERBEDA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KERAGAMAN PLANKTON PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (

Litopenaeus vannamei

)

POLA SEMI-INTENSIF DENGAN PERGILIRAN PAKAN PROTEIN BERBEDA

Mahluddin Amin dan Abdul Mansyur

Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan

Email: litkanta@indosat.net.id ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah mengetahui keragaman plankton pada budidaya udang vaname, Litopenaeus vannamei dengan pergiliran pakan protein berbeda dalam pola semi-intensif. Penelitian dilakukan di tambak percobaan Punaga Takalar, menggunakan enam petak tambak pembesaran udang vaname, masing-masing berukuran 4.000 m2. Hewan uji yang digunakan adalah pasca larva udang vaname dengan bobot awal rata-rata 0,001

g yang ditebar dengan kepadatan 25 ind./m2. Penelitian diset dalam rancangan acak lengkap dengan tiga

perlakuan, masing-masing dua ulangan. Perlakuan yang diujicobakan adalah pergiliran pakan (A) 70% protein rendah + 30% protein tinggi; (B) 100% protein rendah; dan (C) 100% protein tinggi. Sampling plankton dilakukan sebanyak lima kali menggunakan plankton net nomor 25, kemudian diawetkan dengan larutan Lugol (1%). Identifikasi plankton menggunakan alat bantu berupa mikroskop yang berpedoman pada buku identifikasi plankton dan perhitungannya berdasarkan metode counting cell. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelimpahan plankton rata-rata 835 ind./L dan jumlah genus 26 genera. Berdasarkan indeks keragaman, keseragaman, dan dominansi maka komunitas plankton tergolong ke dalam kondisi stabil moderat, keberadaan/kepadatan plankton dalam keadaan merata dan tidak terjadi dominansi antar genus di masing-masing petakan tambak.

KATA KUNCI: plankton, keragaman, pergiliran pakan, semi-intensif, tambak PENDAHULUAN

Udang putih termasuk hewan omnivora yang mampu memanfaatkan pakan alami yang terdapat dalam tambak seperti plankton dan detritus yang ada pada kolom air sehingga dapat mengurangi input pakan berupa pelet.

Saat ini teknologi budidaya udang vaname berkembang pesat oleh karena benihnya kategori SPF, dapat ditebar dengan kepadatan lebih tinggi per hektarnya, dan memiliki sintasan dan produksi yang tinggi (Anonim, 2003; Poernomo, 2004), namun usaha ini masih terbatas pada golongan masyarakat menengah ke atas. Di Indonesia kepadatan yang umum dilakukan di berbagai daerah antara 80-100 ind./m2 udang vaname dan dapat ditingkatkan hingga 244 ind./m2, dengan menggunakan probiotik yang mampu menghasilkan panenan 37,5 ton/ha/siklus (Poernomo, 2004). Produksi yang tinggi akan berdampak kepada beban limbah yang dihasilkan baik berasal dari sisa pakan apabila FCR tinggi, maupun dari kotoran udang. Dampak lain dari FCR yang tinggi menyebabkan air media dapat tercemar akibat akumulasi sisa pakan dan ekskresi amonia dengan cepat.

Keberadaan plankton di tambak di samping berfungsi sebagai pakan udang dapat pula berperan sebagai salah satu parameter ekologi yang dapat menggambarkan kondisi suatu perairan. Menurut Dawes (1981), bahwa salah satu ciri khas organisme fitoplankton, yaitu merupakan dasar dari mata rantai pakan di perairan. Oleh karena itu, kehadiran plankton di suatu perairan dapat menggambarkan karakteristik fisiologinya. Komposisi dan kelimpahan plankton serta indeks keragaman plankton akan berubah pada berbagai tingkatan sebagai respons terhadap perubahan-perubahan kondisi lingkungan baik fisik, kimia maupun biologi (Reinolds et al., 1984). Penelitian ini bertujuan menelaah keragaman plankton pada budidaya udang vaname semi-intensif dengan perlakuan pergiliran pakan dan tanpa pergiliran pakan baik yang menggunakan protein tinggi dan rendah.

(2)

BAHAN DAN METODE

Penelitian telah dilakukan di tambak percobaan Punaga Takalar, menggunakan enam petak pembesaran udang vaname masing-masing berukuran 4.000 m2. Perlakuan yang dicobakan adalah pergiliran pakan 70% protein tinggi + 30% protein rendah (A), 100 % protein rendah (B) dan 100 % protein tinggi (C). Benur vaname yang ditebar adalah benur SPF atau bebas WSSV dan TSV (pengamatan PCR). Pelaksanaan penelitian dimulai dengan persiapan petakan tambak sesuai dengan protap budidaya udang, yaitu pengeringan/pengolahan tanah dasar, pemberantasan hama dan pengapuran. Persiapan air media untuk penebaran diupayakan berlangsung selama 3 minggu dan aplikasi probiotik 1 minggu sebelum penebaran. Kultur bakteri probiotik dengan dosis rata-rata 3,5-5,5 L/ha setiap minggu dikultur melalui proses fermentasi selama 3 hari dengan media tepung ikan, dedak halus, yeast, dan molase, serta air tambak yang sudah dimasak. Dosis dan metode media fermentasi sesuai dengan pedoman yang sudah ada. Pemberian pakan komersial dimulai pada saat penebaran dengan dosis dan frekuensi adalah 2%-100%. Perubahan jumlah pakan yang diberikan dilakukan setiap 15 hari sekali sesuai dengan hasil pengukuran bobot biomassa udang uji. Parameter yang diamati adalah komposisi dan kelimpahan plankton serta indeks biologi plankton yang meliputi indeks keragaman, keseragaman, dan dominansi. Untuk keperluan ini dilakukan sampling plankton setiap dua minggu sekali dengan menyaring air tambak menggunakan plankton net ukuran (mesh size) 60 mikron (No. 25). sebanyak 100 L menjadi 100 mL. Hasil saringan tersebut diawetkan dengan larutan Lugol (1%). Identifikasi plankton dilakukan sampai tingkat genus dengan alat bantu berupa mikroskop yang berpedoman pada buku Newell & Newell (1963), Yamaji (1976), dan Botes (2003). Kelimpahan plankton dihitung menggunakan alat bantu SRC (Sedwick Rafter Counter Cell) dengan modifikasi rumus APHA (1998) sebagai berikut:

di mana:

N = Kelimpahan plankton (ind./L) T = Jumlah kotak dalam SRC (1000) L = Luas kotak dalam satu lapang pandang P = Jumlah plankton yang teramati p = Jumlah kotak SRC yan diamati V = Volume air dalam botol sampel v = Volume air dalam kotak SRC W = Volume air tambak air yang tersaring

Untuk mengetahui kekayaan dan kestabilan perairan maka dilakukan analisis kuantitatif indeks biologi plankton meliputi perhitungan indeks keragaman, keseragaman, dan dominansi dari Shan-non-Wiener (Odum, 1971; Basmi, 2000) merupakan parameter yang mencirikan kekayaan dan kestabilan suatu perairan dan formulanya sebagai berikut:

Indeks Keragaman Jenis

H’ = Indeks keragaman jenis ni = Jumlah individu taksa ke-i N = Jumlah total individu Pi = Proporsi spesies ke-i

Indeks Keseragaman

W

1

x

v

V

x

p

P

x

L

T

N 

N

ni

Pi

P

ln

P

H'

i i

 maks H' H' E 

(3)

E = Indeks keseragaman jenis H’ = Indeks keragaman jenis H’maks = Indeks keragaman maksimum

Indeks Dominansi

D = Indeks dominansi Ni = Jumlah individu taksa ke-i N = Jumlah total individu Pi = ni/N =Proporsi spesies ke-i

Data penunjang adalah kualitas air meliputi: pH, suhu, DO, salinitas diukur setiap hari sedangkan alkalinitas, BOT, NO2, NO3, dan PO4 diukur setiap dua minggu (Haryadi et al., 1972; APHA, 1989). HASIL DAN BAHASAN

Keragaman Plankton

Genus plankton (fitoplankton dan zooplankton) yang teridentifikasi selama penelitian berlangsung ditampilkan pada Tabel 1. Hasil pengamatan plankton selama penelitian berlangsung ditemukan sebanyak 26 genera yang terdiri atas 10 genera fitoplankton tercakup ke dalam 4 kelas, yaitu Bacillariophyceae terdiri atas 8 genera, Chlorophyceae 1 genera, Cyanophyceae 1 genera, dan Dinophyceae 1 genera sedangkan zooplankton 16 genera tercakup ke dalam kelas Crustaceae 13 genera serta Rotatoria, Molluska dan Polychaeta masing-masing 1 genera (Tabel 1). Jumlah individu yang diperoleh pada penelitian ini adalah rata-rata 835 ind/L, di mana jumlah jenis dan individu planktonnya relatif lebih tinggi daripada budidaya udang udang vaname dengan menggunakan bioflok di tambak (Amin & Mansyur, 2011) yaitu jumlah genera hanya 8 genera terdiri atas fitoplankton 6 genera dan zooplankton 2 genera serta jumlah individunya 52 ind/L. Menurut Mansyur et al. (2010), tingginya persentase fitoplankton yang diperoleh pada penelitian ini disebabkan ketersediaan unsur hara secara kontinu lewat pemberian pakan. Kemungkinan lain yang memicu tingginya jumlah ge-nus dan individu pada penelitian ini yaitu di samping adanya pemberian pakan juga dilakukan pemberian pupuk. Pengamatan plankton pada penelitian ini terdiri atas 10 genera fitoplankton yang didominasi oleh kelas Bacillariophyceae, yaitu sebanyak 6 genera dan genus lainnya dari kelas Chlorophyceae 1 genera, Cyanophyceae 1 genera, dan Dinophyceae 1 genera. Komposisi fitoplankton tersebut tampaknya sesuai dengan kebutuhan budidaya udang di tambak karena kelas Bacillariophyceae merupakan pakan alami yang lebih disukai oleh udang dibandingkan dengan kelas lainnya (Gracia & Gracia, 1985).

Beberapa genera plankton melimpah pada musim kemarau, sedangkan genera lainnya melimpah pada musim hujan. Fluktuasi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk suhu, pH, konsentrasi nutrien, cahaya, cuaca, penyakit, pemangsaan ikan dan zooplankton, kompetensi antara spesies, toksin alga (Boyd, 1990). Kelimpahan plankton, jumlah genus, serta indeks biologi (keragaman, keseragaman, dominansi) ditampilkan pada Tabel 2. Kelimpahan plankton selama

2 i

)

(P

D 

Tabel 1. Genus plankton (fitoplankton dan zooplankton) yang ditemukan selama penelitian

Jenis (genera) fitoplankton Jenis (genera) zooplankton

Bacteriastrum, Chaetoceros, Ceratium, Coscinodiscus, Gleotrichia, Navicula, Odontella, Oscillatoria, Pleurosigma, dan Thallasionema

Acartia, Apocyclops, Brachionus, Copepoda, Echinocamptus,

Labidocera, Naupli copepod, Oithona, Onychocamptus, Larva mollusca, Microsetella, Nitocra, Polychaeta, Schmackeria, Temora , dan Tortanus

(4)

penelitian berlangsung berkisar dari 106-1.262 ind./L memiliki kisaran yang relatif lebih tinggi dengan kelimpahan plankton pada penelitian tambak budidaya udang vaname dengan sistem modular (Amin & Tangko, 2010). Rendahnya kelimpahan plankton pada penelitian tersebut disebabkan pada saat yang bersamaan tumbuh klekap sangat padat, sehingga unsur hara banyak dimanfaatkan oleh klekap (Gunarto, 2008).

Hasil penelitian pengaruh pengurangan ransum pakan secara periodik terhadap produksi udang vaname (Litopenaeus vannamei) pola semi-intensif di tambak memperlihatkan pengaruh yang tidak signifikan antara pengurangan ransum pakan 30% dan 60% dengan tanpa pengurangan ransum pakan (Mansyur et al., 2010), karena adanya plankton sebagai pakan substitusi. Berperannya plankton sebagai pakan substitusi pada budidaya udang vaname pengurangan ransum pakan dan tanpa pengurangan ransum pakan ditunjukkan oleh kelimpahan plankton lebih rendah pada perlakuan pengurangan pakan daripada tanpa pengurangan ransum pakan. Menurut Yamada (1983), pakan yang diperlukan selama pemeliharaan dapat diprediksi dari nilai rasio konversi pakan (FCR). Adanya pakan alami dan pakan lainnya selain dari pakan yang diberikan akan menurunkan nilai FCR, yaitu mendekati sama dengan atau kurang dari nilai 1. Hal ini dimungkinkan karena adanya pemanfaatan jenis pakan selain dari pakan buatan yang diberikan. Pakan tersebut meliputi organisme renik yang tersedia di tambak, bahan tumbuhan dan detritus serta flokulan.

Nilai indeks keragaman pada perlakuan (A) adalah 1,0899; (B) 1,0639; dan (C) 0,7753 dan secara rata-rata 0,9763 (Tabel 2) berarti plankton di perairan tambak penelitian ini termasuk kondisi kurang stabil. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa kondisi komunitas yang bersangkutan mudah berubah hanya dengan mengalami pengaruh lingkungan yang relatif kecil. Menurut Basmi (2000), bila H’<1 maka komunitas biota dinyatakan tidak stabil, bila nilai H’ berkisar dari 1-3 maka stabilitas komunitas biota adalah moderat dan bila H’>3 berarti stabilitas komunitas biota bersangkutan berada dalam kondisi prima.

Nilai indeks keseragaman pada perlakuan (A) 0,7309; (B) 0,7625; dan (C) 0,4347 secara rata-rata 0,6427 tertera pada Tabel 2. Nilai tersebut menunjukkan bahwa keseragaman genus adalah relatif merata atau dengan kata lain jumlah individu pada masing-masing genus relatif sama, perbedaannya tidak menyolok. Menurut Ali (1994), bila nilai E>0,75 maka termasuk nilai keseragamannya tinggi atau baik sedangkan bila nilai E<0,75 maka nilai keseragamannya rendah.

Nilai indeks dominansi pada perlakuan (A) 0,5128; (B) 0,6013; dan (C) 0,6372 secara rata-rata 0,5897 tertera pada Tabel 2, berarti dalam struktur komunitas plankton di perairan ini tidak terdapat genus yang secara ekstrim mendominasi genus lainnya. Hal ini disebutkan oleh Basmi (2000) bahwa nilai indeks dominansi berkisar dari 0-1, bila mendekati nol berarti di dalam struktur komunitas biota yang diamati tidak terdapat genus yang secara ekstrim mendominasi genus lainnya.

Tabel 2. Jumlah individu dan genus serta indeks keragaman (H’), keseragaman (E), dan dominansi (D) plankton pada budidaya udang vaname pola semi-intensif

(A) = 30% protein rendah + 70% protein tinggi, (B) = 100% protein rendah, (C) = 100% protein tinggi Keragaman (H’) Keseragaman (E) Dominansi (D) (A) 1.262 1,0899 0,7309 0,5128 (B) 1.137 1,0639 0,7625 0,6013 (C) 106 0,7753 0,4347 0,6372 Indeks Jumlah individu (ind./L) Perlakuan

(5)

Kualitas Air

Kualitas air mempunyai peranan penting karena merupakan salah satu faktor pendukung untuk pertumbuhan dan reproduksi fitoplankton suatu perairan. Hasil pengamatan kualitas air selama penelitian tertera pada Tabel 3. Suhu air yang teramati selama penelitian untuk semua perlakuan berkisar 26oC-30oC. Berdasarkan data tersebut menunjukkan secara keseluruhan semua perlakuan suhu airnya masih layak untuk mendukung kehidupan fitoplankton. Menurut Effendi (2003), bahwa kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton adalah 20oC-30oC. Kandungan oksigen untuk semua perlakuan adalah berkisar 2,7-8,15 mg/L mengalami fluktuasi yang cukup besar, namun masih dalam kisaran yang sesuai untuk organisme perairan (Pescod, 1973). Oksigen terendah diperoleh pada waktu subuh hari karena wadah pemeliharaan tidak menggunakan kincir. Sedangkan oksigen tinggi terjadi pada siang hari waktu proses fotosintesis oleh fitoplankton sedang berlangsung.

Hasil pengamatan pH air media percobaan untuk semua perlakuan berkisar 7,5-8,5 masih layak untuk untuk pertumbuhan fitoplankton sesuai yang dikemukakan oleh Boyd (1990) bahwa kebanyak perairan alami adalah pH 5-10 dengan kisaran 6,5-9,0. Selanjutnya hasil pengamatan salinitas pada semua perlakuan relatif mempunyai nilai yang sama di mana fitoplankton masih dapat bertahan yaitu 33-51 ppt. Kisaran salinitas yang cukup tinggi disebabkan karena selama penelitian beetepatan dengan musim kemarau. Namun demikian menurut Sachlan (1982), bahwa nilai salinitas di atas 20 ppt memungkinkan fitoplankton dapat bertahan hidup, memperbanyak diri dan dapat aktif melakukan proses fotosintesis.

Unsur hara nitrogen dan fosfor merupakan unsur hara utama yang dibutuhkan untuk pertumbuhan fitoplankton, sehingga merupakan faktor pembatas bagi fitoplankton. Unsur hara nitrogen yang dibutuhkan fitoplankton adalah dalam bentuk N-NO3 dan NH4, sedangkan fosfor dalam bentuk ortofosfat (PO4-P). Konsentrasi nitrat yang diperoleh pada masing-masing perlakuan adalah perlakuan A = 0,0598-0,1813 mg/L; perlakuan B = 0,0429-0,3849 mg/L; dan perlakuan C = 0,06135-0,4918 mg/L. Menurut Mackentum (1969), untuk pertumbuhan optimal fitoplankton memerlukan kandungan nitrat 0,9-3,5 mg/L. Rendahnya kandungan nitrat pada semua perlakuan diduga karena telah dimanfaatkan oleh fitoplankton. Konsentrasi fosfat yang diperoleh selama penelitian pada semua perlakuan tergolong rendah sampai sedang yakni masing-masing pada perlakuan A = 0,0323-2,1763 mg/L; perlakuan B = 0,0779-2,9753 mg/L; dan perlakuan C = 0,03315-1,4918 mg/L. Hal ini sesuai yang dikemukakan Bruno et al., 1979 dalam Widjaja et al., (1994) bahwa pertumbuhan optimal fitoplankton dibutuhkan kandungan ortofosfat 0,27-5,51 mg/L.

Tabel 3. Kisaran nilai beberapa parameter kualitas air tambak budidaya udang vaname semi-intensif

A) 70% protein rendah + 30% protein tinggi, B) 100% protein rendah, C) 100% protein tinggi

A B C

Suhu air (oC) 2,0-30,0 26,0-30,5 26,0-30,0

Oksigen terlarut (mg/L) 2,7-7,55 3,0-7,75 3,4-8,15 pH air 7,5-8,5 7,5-8,5 7,5-8,5 Salinitas (ppt) 33,0-50,0 34,0-52,0 34,0-51,0 NH4-N (mg/L) 0,0520-0,4147 0,0670-0,6629 0,0685-1,5061 NO2-N (mg/L) 0,006-0,523 0,0067-0,1679 0,0058-0,0560 NO3-N (mg/L) 0,0598-0,1813 0,0429-0,3849 0,0613-0,4918 PO4-P (mg/L) 0,0323-2,1763 0,0779-2,9753 0,0331-1,4721 BOT (mg/L) 31,095-48,49 32,195-49,7 26,97-49,145 Perlakuan Parameter

(6)

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Jumlah individu plankton ditemukan adalah rata-rata 835 ind./L; sedangkan jumlah genus adalah 26 genera yang terdiri atas 10 genera fitoplankton dan 16 genera zooplankton.

2. Rata-rata indeks keragaman plankton adalah 0,9763, indeks keseragaman 0,6427, dan indeks dominansi 0,5837; yang menunjukkan kondisi perairan kurang stabil, keseragaman genus relatif merata dan struktur komunitas plankton tidak terdapat genus yang secara ekstrim mendominasi genus lainnya.

3. Plankton yang tumbuh di petak penelitian dapat berfungsi sebagai pakan substitusi dalam pergiliran pakan pada budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) pola semi-intensif.

4. Perlu dilakukan pemupukan susulan yang seimbang untuk menumbuhkan plankton sebagai pakan substitusi dan menelaah jenis plankton yang dimanfaatkan oleh udang vaname (L. vannamei) yang dibudidayakan dengan pola semi-intensif dalam hubungannya dengan pergiliran pakan di tambak. DAFTAR ACUAN

Akiyama, D.M. & Cwang, N.L.M. 1988. Kebutuhan dan pengelolaan pakan udang, dalam Prinsip Pengelolaan Budidaya Udang. Technical Bulletin, hlm. 13-30.

Ali, I.M. 1994. Struktur Komunitas Ikan dan Aspek Biologi Ikan-ikan Dominan di Danau Sidenreng, Sulawesi

Selatan. Tesis Sarjana. Fak. Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor, 130 hlm.

Amin, M. & Tangko, M. 2010. Kondisi kualitas air dan plankton pada tambak budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) dengan sistem modular di tambak. Prosiding Seminar nasional Perikanan

In-donesia. 2-3 Desember 2010. “Melindungi Nelayan dan Sumberdaya Ikan. Pusat Penelitian dan

pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, hlm. 400-408.

Amin, M. & Mansyur, A. 2011. Perkembangan plankton pada budidaya udang vaname (Litopenaeus

vannamei) dengan menggunakan bioflok di tambak. Prosiding Seminar Nasional Kelautan VII, Surabaya,

18 Juli 2011. Universitas Hang Tuah Surabaya, hlm. B2: 56-62.

APHA (American Public Health Association). 1998. Standard Methods for Examination of Water and Wastewater. Twentieth edition. APHA-AWWA-WEF, Washington, D.C., 1,015 hlm.

Basmi, H.J. 2000. Planktonologi: Plankton sebagai Indikator Kualitas Perairan. Fak. Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor, 60 hlm.

Botes, L. 2003. Phytoplankton Identification Catalogue. Globallast Monograph Series No.7. Programme Coordination Unit Global Ballast Water Mangement Progrmme International Marine Organiza-tion. London, 77 pp.

Boyd, C.E. 1990. Water quality in ponds for aquaculture. Auburn University, Alabama USA, 482 pp. Boyd, C.E. & Clay, J.W. 2002. Evaluation of Balize Aquaculture Ltd. A. Superintensive Shrimp

Aquacul-ture Syatem. Report prepared under the World Bank, NACA, and FAO consorsium. Work in progress for public discussion. Publish by the consorsium. 17 pp.

Briggs, M., Smith, S.F., Subasinghe, R., & Phillips, M. 2004. Introduction and Movement of Penaeus

vannamei and Penaeus stylirostis in Asia and the Pacific. RAP Publication 2004/10.

Dawes, C.J. 1981. Marine Botani. A Wiley Interscience Publ., 628 pp.

Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumber daya dan lingkungan perairan. Kanisius Yogyakarta, 258 hlm.

Gunarto. 2008. Beberapa aspek penting dalam budidaya vanamei (Litopenaeus vannamei) dengan sistem pemupukan susulan di tambak tradisional plus. Media Akuakultur, 1: 15-24.

Grace, W.U. & Grace, R.U. 1985. Prawn Farming. Manila. 163 pp.

Haryadi, S., Suryodiptro, I.N.N., & Widigdo, B. 1992. Limnologi. Penuntun Praktikum dan Metoda Analisa Air. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor, 57 hlm.

Mackentum, K.M. 1969. The Practice of Water Pollution Biology. United States Departement of Inte-rior, Federal Water Pollution Control Administration Devision of Technical. Oxford.

Mansyur, A., Suwoyo, H.S., & Rachmansyah. 2010. Pengaruh pengurangan ransum pakan secara periodik terhadap pertumbuhan, sintasan, dan produksi udang vaname (Litopenaeus vannamei) pola

(7)

semi-intensif di tambak. Laporan Penelitian. Balai Riset Perikanan Budidaya Pantai Maros, 15 hlm. Palinggi, N.N & Atmomarsono, M. 1988. Pengaruh beberapa jenih bahan baku pakan terhadap

pertumbuhan udang windu (Penaeus monodon Fabr.). J. Pen. Budidaya Pantai, 1(4): 21-28.

Pescod, M.B. 1973. Investigation of Rational Effluent and Stream Standard for Tropical Countries. AIT, Bangkok.

Newell, G.E. & Newell, R.C. 1977. Marine Plankton A Practical Guide 5th. Edition Hutchinson of Lon-don, 244 pp.

Odum, E.P. 1971. Fundamental Ecology. Third Edition. W.B. Saunders. Co. Philadelphia, London, 574 pp.

Poernomo, A. 2004. Teknologi Probiotik untuk Mengatasi Permasalahan Tambak Udang dan Lingkungan Budidaya. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Pengembangan Ilmu dan Inovasi dalam

Budidaya. Semarang, 27-29 Januari 2004, 24 hlm.

Reinolds, C.S., Tundisi, J.G., & Hino, K. 984. Observation on Metalimnetic Phytoplankton Population in A Stably Stratified Tropical Lake. Argentina. Arch. Hydrobyol, 97: 7-17.

Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Correspondence Course Centre. Diektorat Jenderal Perikanan. Departemen Pertanan Jakarta.

Tahe, S. & Mansyur, A. 2010. Pengaruh pergiliran pakan terhadap pertumbuhan, sintasan dan produksi udang vaname (L. vannamei) pada bak terkontrol. Laporan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros, 12 hlm.

Widjaja, F., Suwingyo, S., Yulianda, F., & Effendi, H. 1994. Komposisi jenis, Kelimpahan dan Penyebaran Plankton Laut di Teluk Pelabuhan Ratu, Jawa Batar. Lapoan Penelitian Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor.

Yamada, R. 1983. Pond production system: Feed and Feeding Practices in Warmwater Fish Pond. In. Lannan, J.E., Smithherman, R.O., Tchobagonoglos, G. Pond Dinamycs/Aquaculture CRSP, Program Management Office, Oregon State University, Marine Science Center, p. 117-144.

Yamaji, I. 1976. Illustration of the marine plankton of Japan. Hoikusha Publishing Co. Ltd., Osaka, Japan. 369 pp.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi pemustaka terhadap koleksi Digital Talking Book di Perpustakaan Digital Pertuni DPD Jateng sekaligus untuk

Sistem kerja pada alat ini adalah ketika sakelar pada helm ‘klik’, VCC mencatu mikrokontroler master, data yang terdapat dalam mikrokontroler akan dikirimkan

Dermatitis seboroik adalah penyakit papuloskuamosa kronis yang dapat dengan mudah dikenali dan biasanya menyerang bayi dan orang dewasa, sering ditemukan pada

Untuk menjamin agar pekerjaan supervisi konstruksi ini dapat diselesaikan dengan mutu seperti yang disyaratkan, Konsultan Pengawas dalam melaksanakan pekerjaan

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Kotabumi Kantor Cabang Bandar Lampung dalam menyalurkan pembiayaan sertifikasi mempunyai beberapa kriteria untuk memilih

Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam

JALAN PANGLIMA BUKIT GANTANG WAHAB, 30590 IPOH.. TELEFON, FAX DAN LAMAN PORTAL HOSPITAL

Pada pelaksanaan tindakan siklus I, ditemukan beberapa hal yang berkaitan dengan proses dan hasil pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kinerja guru yang