• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE ANALYSIS OF FOOD CONSUMPTION AND NUTRITIONAL STATUS OF PREGNANT WOMEN TOWARDS PREECLAMPSIA IN DR. M. ASHARI HOSPITAL PEMALANG 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "THE ANALYSIS OF FOOD CONSUMPTION AND NUTRITIONAL STATUS OF PREGNANT WOMEN TOWARDS PREECLAMPSIA IN DR. M. ASHARI HOSPITAL PEMALANG 2018"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

THE ANALYSIS OF FOOD CONSUMPTION AND

NUTRITIONAL STATUS OF PREGNANT WOMEN

TOWARDS PREECLAMPSIA IN DR. M. ASHARI HOSPITAL

PEMALANG 2018

ARTIKEL TESIS

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan Masyarakat

Oleh:

NUNUNG NUGROHO

0613515026

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN 2019

(2)
(3)

iii Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Nunung Nugroho NIM : 0613515026

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat

menyatakan bahwa yang tertulis dalam tesis yang berjudul “Analisis Konsumsi Makanan dan Status Gizi Ibu Hamil Terhadap Kejadian Preeklampsia di RSUD Dr. M. Ashari Pemalang Tahun 2018” ini benar-benar karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam tesis ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Atas pernyataan ini saya secara pribadi siap menanggung resiko/sanksi hukum yang dijatuhkan apabila ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini.

Semarang, 1 Agustus 2019 Yang membuat pernyataan,

Nunung Nugroho ditempeli

meterai Rp. 6.000

(4)

x

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

1. Status gizi yang berlebihan pada ibu hamil akan mempengaruhi

kejadian preeklampsia pada kehamilan.

2. Pengaturan konsumsi makanan selama hamil dapat membantu

mengurangi kejadian preeklampsia pada kehamilan.

Persembahan:

Tesis ini saya persembahkan : Universitas Negeri Semarang dan Program Pascasarjana Kesehatan Masyarakat

(5)

ix

Terhadap Preeklampsia di RSUD Dr. M. Ashari Pemalang Tahun 2018”. Tesis. Program Studi Kesehatan Masyarakat. Program Pascasarjana. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Dr. Eunike Raffy Rustiana, M.Si.Psi , Pembimbing II Prof. Dr. dr. Oktia Woro Kasmini H, M.Kes.

Kata Kunci : Preeklampsia, Konsumsi Makanan, Status Gizi

Preeklampsia merupakan salah satu penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia. Lebih dari 25% kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh preeklampsia. Preeklampsia dapat terjadi pada wanita yang kekurangan dan kelebihan berat badan. Faktor kenaikan berat badan ibu hamil salah satunya dari konsumsi makanan dan status gizi ibu hamil.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsumsi makanan dan status gizi ibu hamil terhadap kejadian preeklampsia di RSUD Dr. M. Ashari Pemalang Tahun 2018.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Desain penelitian

observasional analitik dengan pendekatan case control secara retrospektif.

Penelitian dilakukan dari bulan Mei-Juli 2018. Populasinya seluruh ibu nifas yang bersalin di RSUD Dr. M. Ashari dalam tahun 2017 dan sampel sejumlah 128 diperoleh dengan rumus Lameshow. Instrumen yang digunakan adalah survei diet

recall 24 jam berdasarkan AKG dan kuesioner. Data analisis menggunakan uji Chi Square.

Hasil penelitian menunjukan ada hubungan secara signifikan antara konsumsi makanan dan status gizi terhadap kejadian preeklampsia di RSUD Dr. M. Ashari Pemalang. Status gizi memiliki pengaruh lebih besar dengan OR 1,523 terhadap preeklampsia dibandingkan dengan konsumsi makanan. Ibu hamil diharapkan dapat mengatur kenaikan berat badan dan jumlah konsumsi makanan selama hamil untuk dapat mencegah terjadinya preeklampsia.

(6)

x

ABSTRACT

Preeclampsia is one of the causes of the high maternal mortality in Indonesia. More than 25% of maternal deaths in Indonesia are caused by preeclampsia. Preeclampsia can occur in women who lack and excess weight. One of the factors of weight gain for pregnant women is food consumption and nutritional status of pregnant women.

This study aimed to analyze the food consumption and nutritional status of pregnant mothers towards preeclampsia in Dr. M. Ashari Hospital Pemalang 2018.

This study is a quantitative research. Design of analytic observational study with retrospective case control approach. Research conducted from May to July 2018. The population of the entire postpartum mothers who give birth at Dr. M. Ashari Hospital in 2017 and a sample number of 128 obtained by the formula

Lameshow. The instrument used was a 24-hour recall diet survey by AKG and

questionnaires. Data analysis using Chi Square test.

The results showed significant relationship between food consumption and nutritional status on the incidence of preeclampsia in Hospital Dr. M. Ashari Pemalang. Nutritional status has a greater impact with OR 1.523 against preeclampsia compared with the consumption of food. Pregnant women are expected to regulate weight gain and the amount of food consumption during pregnancy to prevent preeclampsia.

(7)

ix

Nya. Berkat ridho dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Analisis Konsumsi Makanan dan Status Gizi Ibu Hamil Terhadap Kejadian Preeklampsia di RSUD Dr. M. Ashari Pemalang Tahun 2018”. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan meraih gelar Magister Kesehatan Masyarakat pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.

Penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian ini. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan pertama kali kepada para pembimbing: Dr. Eunike Raffy Rustiana, M.Si.Psi (Pembimbing I) dan Prof. Dr. dr. Oktia Woro Kasmini H, M.Kes (Pembimbing II).

Ucapan terima kasih peneliti sampaikan juga kepada semua pihak yang telah membantu selama proses penyelesaian studi, diantaranya:

1. Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan serta arahan selama pendidikan, penelitian, dan penulisan tesis ini.

2. Ketua Pgrogram Studi Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan dan arahan dalam penulisan tesis ini.

3. Bapak dan Ibu dosen Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, yang telah banyak memberikan bimbingan dan ilmu kepada peneliti selama menempuh pendidikan.

4. Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang dan RSUD Dr. M. Ashari Pemalang yang telah membantu dalam proses penelitian ini.

5. Responden pasien nifas di ruang Kasuari RSUD Dr. M. Ashari Pemalang. 6. Teman-teman Program Studi Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana

Universitas Negeri Semarang angkatan 2015 serta semua pihak yang membantu dan mendukung selama penyelesaian studi.

Peneliti menyadari bahwa dalam tesis ini masih terdapat kekurangan, baik isi maupun tulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat peneliti harapkan. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan merupakan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Semarang, Juli 2019 (Nunung Nugroho)

(8)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Identifikasi Masalah ... 4 1.3 Cakupan Masalah ... 5 1.4 Rumusan Masalah ... 6 1.5 Tujuan Penelitian... 6 1.6 Manfaat Penelitian... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 8

2.1.1 Preeklampsia ... 8

2.1.2 Status Gizi ... 16

2.1.3 Konsumsi Makanan ... 19

(9)

ix

2.1 Desain Penelitian ... 27

2.2 Populasi dan Sampel ... 27

2.3 Variabel Penelitian ... 31

2.4 Definisi Operasional ... 32

2.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 32

2.6 Etika Penelitian ... 33

2.7 Pengolahan Data ... 33

3.10 Teknik Analisa Data ... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 37

4.1.1 Karakteristik Responden ... 37

4.1.2 Analisis Univariat ... 38

4.1.3 Analisis Bivariat ... 40

4.2 Pembahasan ... 42

4.2.1 Hubungan Konsumsi Makanan Terhadap Preeklampsia ... 42

4.2.2 Hubungan Status Gizi Terhadap Preeklampsia ... 47

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan... 50

5.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kenaikan Berat Badan Berdasarkan IMT Prahamil... 17

Tabel 3.1. Definisi Operasional... 32

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Usia... 37

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Gravida... 38

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Konsumsi Makanan dengan Preeklampsia... 39

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Status Gizi dengan Preeklampsia... 39

Tabel 4.5. Hubungan Konsumsi Makanan dengan Preeklampsia... 40

(11)

ix

(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Lampiran 2 Tabulasi Data Lampiran 3 Output SPSS

Lampiran 4 Surat Pengantar Ethical Clearance Lampiran 5 Ethical Clearance

Lampiran 6 Surat Ijin Observasi Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 8 Surat Ijin Penelitian dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)

Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian dari RSUD Dr. M. Ashari Pemalang Lampiran 10 Surat Balasan Ijin Penelitian dari RSUD Dr. M. Ashari

Pemalang

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Data World Health Organization (WHO) melaporkan Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia pada tahun 2015 yaitu 303.000 jiwa dengan mayoritas kejadian di negara berkembang (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Angka Kematian ibu (AKI) adalah kematian wanita yang terjadi pada saat kehamilan, atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan, atau yang diperberat oleh kehamilan tersebut atau penanganannya, tetapi bukan kematian yang disebabkan oleh kecelakaan atau kebetulan (Alkema dalam Hidayah, 2016).

Indonesia menempati peringkat keempat tertinggi untuk AKI di kawasan ASEAN. Data Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dari tahun 2012 ke 2015 mengalami penurunan dari 359/100.000 KH menjadi 305/100.000 kelahiran hidup. Namun angka ini masih jauh dari target MDGs 2015 yaitu 102 per 100.000 KH (Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Pemerintah Indonesia pada tahun 2012 meluncurkan program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival) dengan meningkatkan kualitas

(14)

2

pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir, sistem rujukan, akses terhadap pelayanan kesehatan ibu, mulai dari saat hamil, bersalin, masa nifas serta pelayanan KB. Program EMAS dilaksanakan di wilayah dengan jumlah kematian ibu dan neonatal yang besar diantaranya Jawa Tengah yang menyumbang 52,6% dari jumlah total kejadian kematian ibu di Indonesia (Kemenkes RI dalam Ulfa et al., 2017).

Data AKI Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015 yaitu 111/100.000 KH (619 kasus). Kabupaten Pemalang menempati peringkat ke-2 setelah Brebes yaitu sebanyak 22 kasus kematian ibu (Dinkes Provinsi Jateng, 2016) dengan penyebab paling tinggi yaitu hipertensi dalam kehamilan sejumlah 10 orang (Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang, 2016).

Kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, preeklampsia, dan infeksi. Proporsinya telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi cenderung mengalami penurunan sedangkan preeklampsia proporsinya semakin meningkat. Preeklampsia mempengaruhi 3-5 % dari kehamilan dan bertanggung jawab atas lebih dari 60.000 kematian ibu dan 500.000 kematian janin per tahun di seluruh dunia (Kuklina dalam Peres 2018). Lebih dari 25% kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh preeklampsia (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Penyakit ini mempengaruhi bayi dengan peningkatan lima kali lipat angka kematian perinatal dan menyumbang 15% kelahiran premature (Agrawal, 2014).

(15)

Preeklampsia adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul selama kehamilan atau sampai 48 jam postpartum. Umumnya terjadi pada trimester III kehamilan (Maryunani, 2012). Penyebab terjadinya preeklampsia hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, tetapi ditemukan beberapa faktor resiko terjadinya preeklampsia yaitu primigravida usia <20 tahun atau >35 tahun, nullipara, kehamilan ke lima atau lebih, gemelli/kehamilan ganda dan obesitas (Prawirohardjo, 2009).

Menurut Saifuddin (2011) wanita hamil mengalami preeklampsia bila mempunyai salah satu faktor predisposisi seperti obesitas. Hasil penelitian Dumais et al. (2016) menunjukkan adanya hubungan antara obesitas pada kehamilan dengan preeklampsia sebanyak 66,7%. Penelitian yang sama dilakukan oleh Mbah et al. (2010) yang menunjukkan bahwa wanita hamil dengan obesitas memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk mengalami preeklampsia dibandingkan dengan yang normal.

Kenaikan berat badan dalam IMT (Indeks Massa Tubuh) merupakan indikator paling umum untuk menentukan status gizi ibu selama hamil (Fikawati (2015) & Institute of Medicine (IOM) (2009)). Status gizi dibagi menjadi 4 yaitu

underweight, normal, overweight, dan obese (IOM, 2009).

Hasil penelitian Andriani et al. (2016) tentang hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian preeklampsia menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan kejadian preeklampsia di RSUP Dr. M Djamil Padang. Nilai rerata IMT pada pasien preeklampsia berada pada kategori

(16)

4

overweight dengan nilai 24,15 kg/m², sedangkan pada ibu hamil yang tidak

preeklampsia, nilai rerata IMT berada pada kategori normal, yaitu 22,3 kg/m2. Berbeda dengan hasil penelitian Durst et al. (2015) menunjukkan peningkatan berat badan ibu hamil tidak berhubungan dengan preeklampsia. Diagnosa gizi salah satunya mengacu pada pengukuran status gizi dari konsumsi makanan (Kemenkes RI dan WHO, 2015). Penelitian Agrawal (2014) diet yang benar dapat mengurangi resiko preeklampsia dan eklampsia.

Banyak strategi pencegahan telah disarankan untuk pencegahan preeklampsia tetapi hanya sedikit yang terbukti secara ilmiah. Perawata antenatal dini, penilaian resiko klinis, kewaspadaan dini, kalsium dan pengaturan nutrisi berguna dalam pencegahan preeklampsia (Sanjay, 2014).

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk menganalisis konsumsi makanan dan status gizi ibu hamil dengan kejadian preeklampsia di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang.

2.1 Identifikasi Masalahs

1. Data WHO, Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia pada tahun 2015 yaitu 303.000 jiwa dengan mayoritas kejadian di negara berkembang. Indonesia menempati peringkat keempat tertinggi untuk AKI di kawasan ASEAN. 2. Data AKI Indonesia menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

(17)

menjadi 305/100.000 kelahiran hidup. Namun angka ini masih jauh dari target MDGs 2015 yaitu 102 per 100.000 KH.

3. Data AKI Kabupaten Pemalang tahun 2015 menempati peringkat ke-2 setelah Brebes yaitu sebanyak 22 kasus kematian ibu. Penyebab paling tinggi adalah preeklampsia sebanyak 10 orang.

4. Penyebab AKI di Indonesia terbesar kedua yaitu preeklampsia. Hasil penelitian tentang hubungan obesitas dalam kehamilan dengan preeklampsia menunjukkan adanya hubungan antara obesitas pada kehamilan dengan preeklampsia sebanyak 66,7%.

5. Wanita hamil dengan obesitas memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk mengalami preeklampsia dibandingkan dengan yang normal.

6. Nilai rerata IMT pada pasien preeklampsia berada pada kategori overweight dengan nilai 24,15 kg/m², sedangkan pada ibu hamil yang tidak preeklampsia, nilai rerata IMT berada pada kategori normal, yaitu 22,3 kg/m2.

3.1 Cakupan Masalah

Cakupan masalah pada penelitian ini hanya dilakukan pada ibu nifas yang bersalin di RSUD dr. M. Ashari Pemalang

(18)

6

4.1 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat hubungan konsumsi makanan ibu hamil dengan kejadian preeklampsia di RSUD dr. M. Ashari Pemalang?

2. Apakah terdapat hubungan status gizi ibu hamil dengan kejadian preeklampsia di RSUD dr. M. Ashari Pemalang?

5.1 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis hubungan konsumsi makanan ibu hamil dengan kejadian preeklampsia di RSUD dr. M. Ashari Pemalang.

2. Menganalisis hubungan status gizi ibu hamil dengan kejadian preeklampsia di RSUD dr. M. Ashari Pemalang.

6.1 Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Instansi

Hasil penelitian dapat memberikan informasi terkait hubungan konsumsi makanan dan status gizi ibu hamil dengan kejadian preeklampsia dan untuk evaluasi para pembuat kebijakan dalam menurunkan angka kematian ibu. 2. Manfaat bagi masyarakat

Memberikan informasi terkait hubungan antara konsumsi makanan dan status gizi ibu hamil dengan kejadian preeklampsia sehingga masyarakat khususnya ibu hamil dapat lebih waspada dalam menjaga kehamilan.

(19)

3. Manfaat bagi peneliti berikutnya

Dapat dijadikan pengetahuan, informasi dan referensi dalam penelitian selanjutnya terkait hubungan konsumsi makanan dan status gizi ibu hamil dengan kejadian preeklampsia.

(20)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORITIS, KERANGKA

BERFIKIR DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Preeklampsia

Preeklampsia adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul selama kehamilan atau sampai 48 jam postpartum. Umumnya terjadi pada trimester III kehamilan (Maryunani, 2012). Menurut Manuaba dalam Fatkhiyah (2015) Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan 1) Gambaran klinik antara lain pertambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi dan timbul protein urin. Gejala subjektif: sakit kepala di daerah frontal, nyeri epigastrium, penglihatan kabur, mual dan muntah. Gangguan serebral lainnya: oyong, refleks meningkat, dan tidak tenang. 2) Hasil pemeriksaan meliputi tekanan darah tinggi, refleks meningkat, dan proteinuria pada pemeriksaan laboratorium.

Penyebab terjadinya preeklampsia hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti. Beberapa teori yang meyebabkan preeklampsia yaitu ketidakabnormalan plasenta, faktor imunitas, inflamasi atau infeksi, dan faktor genetik (Khalil et al., 2017). Beberapa faktor resiko lain terjadinya preeklampsia yaitu primigravida usia <20 tahun atau >35 tahun, nullipara,

(21)

kehamilan ke lima atau lebih, gemelli/kehamilan ganda, riwayat hipertensi dan obesitas. Hipertensi pada preeklampsia ditegakkan bila kenaikan tekanan sistolik ≥30 mmHg atau mencapai ≥140 mmHg. Sedangkan tekanan diastolik naik dengan ≥15 mmHg atau ≥90 mmHg. Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dengan jarak 6 jam pada keadaan istirahat (Prawirohardjo, 2009).

Gambaran epidemiologi preeklampsia dari faktor resiko diatas sejalan dengan penelitian Shabara et al. (2018) yang menunjukkan preeklampsia terjadi pada usia ibu <20 dan >35 tahun (OR=4,6), primigravida (OR=3,4), riwayat hipertensi (OR=5,0) dan riwayat preeklampsia sebelumnya (OR=4,0).

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian dari Djannah et al. (2010) dari 2007-2009 tentang gambaran epidemiologi kejadian preeklampsia di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta menunjukkan 3,9% angka kejadian preeklampsia dengan 83,9% eklampsia, 64,4% umur 20-30 tahun, 76,3 % hamil <4x, dan 83,9% tidak memiliki riwayat hipertensi. Di Bali dari penelitian Widhyaningrum et al. (2017) tentang gambaran kasus preeklampsia, lebih banyak ditemukan pada kelompok usia 20-35 tahun (64,61%) dan dialami oleh ibu hamil multigravida (54,87%).

Gambaran epidemiologi diatas sejalan dengan penelitian Sardeva (2017) yang juga menyatakan bahwa penelitian di RSUD T.C Hillers Maumere dari Januari-Juni 2016 menunjukkan ada 9,54% kasus preeklampsia dengan 67% terjadi pada usia 20-35 tahun dan 63% tidak memiliki riwayat hipertensi

(22)

10

sebelumnya. Hasil penelitian Situmorang et al. (2016) di Palu juga menunjukkan tidak ada hubungan preeklampsia dengan paritas, riwayat hipertensi dan pemeriksaan ANC. Hal ini dapat disimpulkan setiap ibu hamil beresiko untuk mengalami preeklampsia.

Diagnosis preeklampsia lebih ditegakkan berdasarkan penambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi dan proteinuria. Penambahan berat badan yang berlebihan saat hamil bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali. Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi 0,3 g/liter dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1 atau 2+ yang diambil minimal 2 kali dengan jarak 6 jam (Prawirohardjo, 2009).

Penelitian Gustri et al. (2016) dan Rosmiyati (2014) tentang determinan kejadian preeklampsia mengatakan bahwa obesitas, umur <20 tahun atau >35 tahun dan mempunyai riwayat hipertensi memiliki hubungan sebagai faktor kejadian preeklampsia. Hal yang sama dari penelitian Nursal et al. (2014) juga menunjukkan adanya hubungan antara umur dan obesitas dengan kejadian preeklampsia. Sedangkan status gravida, riwayat diabetes melitus dan tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan kejadian preeklampsia. Berbeda dengan penelitian Nursal, penelitian Kurniasari et al. (2014) mengatakan bahwa ada hubungan antara usia (OR 15,51), paritas (OR 4,21) dan diabetes melitus (14,37) dengan kejadian preeklampsia di Kabupaten Lampung Tengah. Penelitian Siringoringo et al. (2016) juga menguatkan penelitan sebelumnya dengan pemeriksaan kadar LDL dan HDL pada penderita preeklampsia lebih

(23)

tinggi dari pada hamil normal. Penelitian Sugiharto (2009) obesitas mempengaruhi fungsi reproduksi wanita akibat adanya kadar peptin dan insulin yang tinggi.

Menurut Manuaba (2009) berat badan yang sampai pada obesitas pada masa hamil merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya preeklampsia, hal ini dikarenakan lemak dan kolesterol turut masuk ke nutrisi bayi melalui plasenta di satu sisi dengan keadaan tersebut kadar kolesterol dalam darah serta kerja jantung menjadi ekstra keras memompa darah keseluruh bagian tubuh menjadi beberapa pemicu seseorang dengan obesitas tidak dapat menyeimbangkan kebutuhan nutrisi janin dalam kandungan. Menurut Anwar dalam Suhartati (2012) obesitas merupakan salah satu faktor terjadinya penyakit jantung. Penyakit jantung terjadi akibat kerja jantung yang dipaksakan.

Menurut Adriani dan Wirjatmadi (2012), Irianti, et al. (2013), beberapa faktor resiko preeklampsia yaitu:

1. Usia

Insiden tinggi pada primigravida muda, meningkat pada primigravida tua. Penelitian Asmana et al. (2016) mengatakan terdapat hubungan antara usia dengan kejadian preeklampsia berat dengan usia <20 tahun dan >35 tahun sebagai faktor resiko.

(24)

12

Angka kejadian lebih tinggi pada primigravida, muda maupun tua. Penelitian Azza (2017) di RSUD Koesnadi Bondowoso menunjukkan bahwa sebagian besar (53,3%) ibu dengan preeklampsia didiagnosis pada usia kehamilan 20-24 minggu dengan riwayat kehamilan pada primigravida (66,7%).

3. Faktor keturunan

Jika ada riwayat preeklampsia/eklampsia pada ibu/nenek penderita, faktor resiko meningkat sampai 25%.

4. Diet/Gizi

Angka kejadian tinggi pada ibu hamil yang kekurangan kalsium dan

obese/overweight. Penambahan berat badan yang signifikan selama

kehamilan, dimana tidak melebihi penambahan yang disarankan sesuai perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT).

5. Hiperplasentosis

Kehamilan ganda, hidrop fetalis, mola hidatidosa, diabetes melitus, hipertensi.

Ketidaknormalan invasi trofoblas (plasenta) menjadi salah satu faktor pencetus terkuat, dimana invasi dari sel-sel desidua oleh sinsitiotropoblas pada bagian arteri spiralis miometrium, menyebabkan hilangnya jaringan muskuloelastis yang akan menyebabkan pembuluh darah berdilatasi dan mengurangi kemampuan kontraksinya. Tekanan pada sistem aliran darah miometrium menjadi rendah. Di sisi lain suplai darah dari plasenta menuju janin harus adekuat. Karena itu untuk dapat menghasilkan perfusi yang adekuat,

(25)

penyesuaian diri yang dilakukan yaitu dengan meningkatkan tekanan darah untuk menghindari terjadinya hipoksia pada plasenta (Marshall, 2011).

Invasi plasenta abnormal disebabkan oleh respon imun maternal (ibu). Di mana terjadi respon penolakan antigen janin yang didapatkan dari ayah yang akan saling bertentangan dengan sistem imun maternal. Sistem imun maternal akan memicu pelepasan faktor perusak sel endotel, di mana sel endotel dianggap sebagai benda asing yang akan mengganggu kestabilan tubuh ibu. Akibatnya sel endotel akan membentuk endothelium yang akan melapisi sistem kardiovaskuler dan rongga serosa ibu yang berfungsi sebagai sistem transport kapiler serta mencegah terjadinya pembentukan bekuan darah, sehingga akan menimbulkan vasospasme dan peningkatan tekanan darah, koagulasi abnormal dan thrombosis serta peningkatan vermeabilitas endothelium. Hal ini menimbulkan perpindahan cairan dari intraseluler menuju ekstraseluler (oedema), proteinurin dan hipovolemia (Marshall, 2011).

Faktor resiko lain dari preeklampsia menurut Cahyaningtyas et al. (2017) tentang analisis faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan preeklampsia menyebutkan tidak ada hubungan antara graviditas, paritas dan daerah pemukiman dengan preeklampsia, tetapi ada hubungan antara status ekonomi keluarga dengan preeklampsia. Ibu dengan status ekonomi rendah memiliki peluang terkena preeklampsia 2,338 kali dari pada ibu dengan status ekonomi tinggi.

(26)

14

Sedangkan penelitian Khayati et al. (2018) menyebutkan stress pada ibu hamil memiliki hubungan signifikan dengan kejadian preeklampsia. Hal ini dijelaskan oleh Kurniati (2009) dalam Khayati et al. (2018) yang menjelaskan bahwa stres akan mengaktifkan hipotalamus, kemudian melepaskan rantai biokimia yang mengakibatkan desakan adrenalin yang diikuti kortisol. Penumpukan hormon adrenalin dan kortisol yang melumpuhkan sistem kekebalan tubuh ibu. Sehingga cenderung meningkatkan resiko preeklampsia.

Penelitian Yuliani et al. (2018) di Kabupaten Banyumas menemukan penyakit gigi menjadi salah satu faktor resiko preeklampsia. Hal ini sejalan dengan penelitian Ariningtyas et al. (2011) tentang kadar TNF-α dan mikroba patogen periodontal pada ibu hamil yang lebih banyak ditemukan pada ibu hamil preeklampsia.

Klasifikasi preeklampsia ringan dan berat memiliki perbedaan. Preeklampsia ringan ditandai oleh tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau diastolik ≥90 mmHg, dan proteinurin >300 mg/24 jam. Sedangkan preeklampsia berat ditandai dengan sistolik >160 mmHg dan diastolik >110 mmHg, dengan protein urin >2 gr/24 jam. Ibu dengan preeklampsia berat dapat mengalami sakit kepala, gangguan penglihatan, mual, muntah, nyeri epigastrium, insufisiensi hati dan ginjal serta edema paru (Silva & Dhariwal dalam Peres, 2018).

Dampak dari preeklampsia bagi bayi yang dilahirkan dapat menyebabkan lahirnya BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah). Penelitian Hartati et

(27)

al. (2018) ibu dengan preeklampsia 4x beresiko melahirkan bayi dengan BBLR.

Penelitian Mahmudah et al, (2011) BBLR menjadi salah satu faktor kematian perinatal.

Asuhan ANC (Antenatal Care) sangat diperlukan bagi ibu hamil (Kurniawan, 2017). Berikut asuhan yang dilakukan pada pencegahan preeklampsia berdasarkan faktor resiko menurut Irianti (2013) yaitu:

1. Memastikan kebutuhan protein, vitamin C dan kalsium ibu terpenuhi.

2. Memantau penambahan berat badan ibu selama kehamilan berdasarkan IMT sebelum hamil

3. Melakukan pemeriksaan protein urin pada trimester II atau ada indikasi 4. Memantau kesejahteraan janin dan pertumbuhan selama kehamilan

5. Melakukan deteksi dini terhadap tanda gejala awal preeklampsia berupa kenaikan tekanan darah

Penelitian Yulisa et al. (2018) menyebutkan dengan berjalan kaki efektif dapat menurunkan tekanan darah ibu, sehingga dapat menurunkan gejala preeklampsia. Menurut Chikmah (2016) melalui SMS bunda bisa menjadi strategi yang sangat berguna bagi negara berpenghasilan rendah dan berpenghasilan menengah untuk meningkatkan pengetahuan ibu untuk melakukan perawatan antenatal dan postnatal yang lebih efektif.

(28)

16

2.1.2 Status Gizi Ibu Hamil

Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh (Almatsier, 2010). Diagnosa gizi mengacu pada pengukuran status gizi dari konsumsi makanan, antropometri, status gizi klinik, status gizi biokimia dan status gizi yang berhubungan dengan aspek sosial, ekonomi dan perilaku. Status gizi dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti; perilaku (pengetahuan, sikap dan kemampuan psikomotorik), kebiasaan atau pola budaya, lingkungan sosial, emosional atau psikososial, dan kondisi patologis (Kemenkes RI dan WHO, 2015).

Menurut Institute of Medicine (2009), kenaikan berat badan pada ibu hamil dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah keseimbangan energi (asupan dan aktivitas fisik), status gizi ibu prahamil (Indeks Massa Tubuh (IMT)), berat badan, dan tinggi badan ibu sebelum hamil), Kadar Hb ibu, sosiodemografi (sosioekonomi, usia, paritas, dan ras), genetik, lingkungan (geografi dan iklim), perilaku ibu (ketinggian tempat, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, dan stres) dan antenatal care.

(29)

Tabel 2.1 Kenaikan Berat Badan Selama Kehamilan yang Dianjurkan Berdasarkan IMT Prahamil

Status gizi Pra hamil IMT prahamil (kg/m2) Total kenaikan BB (kg) Kenaikan BB Pada trimester

ke-2 dan ke-3 (kg/minggu)

Underweight <18,5 14-20 0,5

Normal 18,5-24,9 12,5-17,5 0,5

Overweight 25-29,9 7,5-12,5 0,3

Obese ≥30 5,5-10 0,25

Sumber: Institute of Medicine (2009)

Kadar Hb (Haemoglobin) ibu hamil dikatakan anemia apabila kadar Hb ibu < 11 gr/dl. Hb merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah dan dapat diukur secara kimia, dimana Hb/100 ml gr darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Rendahnya kadar Hb dapat mengindikasikan anemia pada ibu hamil. Anemia pada ibu hamil tidak cukup hanya dengan diet nutrisi saja karena secara fisiologis semua ibu hamil akan mengalami anemia karena proses dilusi sehingga butuh suplemen tablet Fe untuk mengatasi anemia tersebut. Ibu hamil dengan nutrisi yang baik belum tentu kadar hemoglobinnya normal tanpa didukung oleh konsumsi tablet Fe, apalagi ibu hamil dengan status gizi kurang. Pemenuhan status gizi ini erat hubungannya dengan status ekonomi karena berkenaan dengan pembelanjaan dalam kebutuhan gizi ibu hamil tersebut (Chotimah, 2017).

(30)

18

Keadaan gizi dapat dipengaruhi oleh keadaan fisiologis, ekonomi, sosial, politilk dan budaya (Handayani, 2014). Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil:

2.1.2.1 Faktor Langsung

1. Keterbatasan ekonomi, yang berarti tidak mampu membeli bahan makanan yang berkualitas baik;

2. Produk pangan, dimana jenis dan jumlah makanan di negara tertentu atau daerah tertentu biasanya berkembang dari pangan setempat untuk jangka waktu yang panjang sehingga menjadi sebuah kebiasaan turun-temurun; 3. Sanitasi makanan (penyiapan, penyajian, penyimpanan) tidak sampai

membuat kadar gizi yang terkandung dalam bahan makanan menjadi tidak higienis;

4. Pembagian makanan masyarakat Indonesia masih dipengaruhi oleh adat atau tradisi, contohnya bahwa ayah adalah orang yang harus diutamakan dalam segala hal termasuk pembagian makanan keluarga; Pengetahuan gizi yang kurang, prasangka buruk pada bahan makanan tertentu, salah persepsi tentang kebutuhan dan nilai gizi suatu makanan; Pemenuhan makanan berdasarkan pada makanan kesukaan saja; Pantangan pada makanan tertentu; Selera makan; dan Suplemen makanan (Wahyuni, 2008). Penelitian Lestari et al. (2017) tentang tingkat pengetahuan ibu hamil tentang nutrisi selama kehamilan di Kudus menunjukkan ibu hamil

(31)

memiliki pengetahuan yang baik 72% tentang kehamilan dengan rata-rata pendidikan ibu SMA. Hal ini dikarenakan sekarang adanya kelas ibu hamil yang memberikan pengetahuan tentang kehamilan kepada ibu hamil termasuk gizi.

2.1.2.2 Faktor Tidak Langsung

1. Pendidikan keluarga, faktor pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan menyerap pengetahuan tentang gizi yang diperolehnya melalui berbagai informasi.;

2. Faktor budaya, masih ada kepercayaan untuk melarang memakan makanan tertentu yang jika dipandang dari segi gizi, sebenarnya sangat baik bagi ibu hamil;

3. Faktor fasilitas kesehatan, fasilitas kesehatan sangat penting untuk menyokong status kesehatan dan gizi ibu hamil, dimana sebagai tempat masyarakat memperoleh informasi tentang gizi dan informasi kesehatan lainnya, bukan hanya dari segi kuratif, tetapi juga preventif dan rehabilitatif (Wahyuni, 2008).

2.1.3 Konsumsi Makanan Ibu Hamil

Konsumsi makanan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu (Khomsan, 2010). Pola konsumsi makanan yang baik berpengaruh positif pada diri seseorang seperti menjaga kesehatan dan mencegah atau membantu menyembuhkan

(32)

20

penyakit. Hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan ibu hamil tentang nutrisi selama kehamilan di Kudus menunjukkan hasil 72% responden memiliki pengetahuan yang baik (Lestari et al. 2017). Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya peran kelas ibu hamil pada masing-masing posyandu di Indonesia.

Pola makan yang tidak baik dapat menimbulkan kejadian hipertensi pada ibu hamil (Sitohang et al. 2016). Seperti juga penelitian Rosmiyati (2014) yang menjelaskan bahwa berat badan akan berpengaruh terhadap kejadian preeklamsia, badan yang terlalu gemuk (obesitas) dapat menyebabkan terjadinya preeklampsia, oleh karenanya kepada ibu hamil hendaknya memperhatikan berat badan dengan berkonsultasi kepada tenaga kesehatan (bidan) agar tidak terjadi preeklampsia.

Menurut Permenkes No. 75 Tahun 2013 tentang angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi ibu hamil di Indonesia dengan penambahan 300 kalori dari 2200 kalori pada kebutuhan kalori normal. Jadi kebutuhan rata-rata bagi wanita hamil yaitu 2500 kalori. Hal ini sama dengan kebutuhan energi di negara Spanyol yaitu 2550 kalori (Departemento de Nutricion dalam Ortega, 2016). Makanan yang disarankan bagi ibu hamil dalam diet harian yaitu 3-4 porsi produk susu, 4-5 porsi sayuran, 7-8 porsi sereal dan kacang-kacangan, 2-3 porsi daging, ikan, atau telur, dan 2-3 porsi buah (Ortega, 2016).

(33)

Kehamilan membutuhkan energi dan zat gizi lain yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Zat gizi yang diperlukan oleh ibu hamil Adriani & Wirjatmadi (2012):

2.1.3.1 Zat Gizi Makro

1. Energi: Kalori yang dibutuhkan tergantung aktivitasnya ibu dan peningkatan BMR. Untuk ibu hamil ditambahkan 300 kalori/hari dari kebutuhan waktu tidak hamil. Tambahan kalori bisa didapatkan dari nasi, roti, mie, jagung, ubi dan kentang.

2. Protein: Protein dibutuhkan tinggi untuk menunjang pembentukan sel-sel baru bagi ibu dan janin. Penambahan protein sebesar 10 g/kg BB/hari. Protein yang dikonsumsi misalnya daging, susu, telur, keju, produk susu dan ikan.

3. Lemak: Akumulasi lemak pada ibu diperlukan sebagai cadangan energi ibu. Lemak dapat juga berfungsi sebagai pembawa vitamin yang larut dalam lemak. Konsumsi lemak bagi ibu hamil dipilih lemak yang banyak mengandung asam lemak.

4. Karbohidrat: Akumulasi hidrat arang tidak banyak terjadi, kecuali sedikit dalam bentuk jaringan hidrat arang struktural yang ada pada otak, tulang raan dan jaringan ikat. Hidrat arang diperlukan untuk mencegah ketosis.

(34)

22

2.1.3.2 Zat Gizi Mikro

1. Kalsium, fosfor dan vitamin D: Kalsium merupakan salah satu zat gizi yang sangat penting untuk ibu hamil disamping fosfor dan vitamin D. Ketiga zat gizi ini dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan gigi pada janin. Apabila ketiga zat gizi ini tidak mencukupi untuk janin, maka melalui plasenta akan mengambil kebutuhan ketiga zat ini dari ibu secara maksimal untuk pembentukan tulang dan gigi. Penelitian Nofita et al. (2018) tentang kepatuhan konsumsi kalsium, terdapat hubungan antara konsumsi kalsium dengan kejadian preeklampsia. Hal ini dikarenakan masih banyak ibu hamil yang tidak patuh dalam mengkonsumsi kalsium sebesar 53,3%.

2. Zat besi (Fe), Kebutuhan zat besi tiap trimester:Trimester I : ± 1 mg/hari ditambah 30-40 mg untuk kebutuhan janin dan sel darah merah; Trimester II : ±5 mg/hari ditambah kebutuhan sel darah merah 300 mg dan janin 115 mg; Trimester III: 5 mg/hari ditambah kebutuhan sel darah merah 150 mg dan janin 223 mg

3. Yodium: Kebutuhan yodium 125 mikrogram/hari. Merupakan mineral yang membantu pembentukan hormon tiroksin dan mengurangi kekurangan yodium pada ibu hamil selama kehamilan

4. Zink: Zink berperan pada pembentukan retinol biding protein sehingga vitamin A tidak dapat ditransfer ke janin.

5. Magnesium: Magnesium berperan sebagai pembentukan tulang. 6. Mangan: Bekerja sama dengan Fe

(35)

7. Asam Folat: Asam folat dibutuhkan selama kehamilan untuk pemecahan sel dan sintesis DNA. Asam folat juga diperlukan untuk menghindari terjadinya anemia megaloblastik. Kebutuhan asam folat 400-800 mikrogram/hari.

8. Vitamin E: Dibutuhkan untuk pertumbuhan janin saja karena vitamin E terdapat pada asm lemak esensial.

9. Vitamin A: Dibutuhkan untuk organ reproduksi ibu dan perkembangan janin. 10. Vitamin K: Dibutuhkan untuk menghindari terjadinya kelainan darah pada

janin.

11. Vitamin C: Dibutuhkan 60 mg/hari untuk ibu hamil. Vitamin C dibutuhkan untuk pembentukan substansi ekstraseluler jaringan janin.

12. Vitamin B: Dibutuhkan oleh ibu hamil cukup tinggi karena berperan sebagai koenzim agar zat gizi kalori protein dapat diganti menjadi energi.

Metode penilaian konsumsi makanan individu dikelompokkan menjadi 2 yaitu metode konsumsi harian kuantitatif (terdiri atas recall (ingatan) dan record (catatan)). Metode ini untuk mengukur kuantitas pangan yang dikonsumsi individu selama kurun waktu satu hari. Metode yang kedua yaitu metode riwayat makanan dan frekuensi konsumsi pangan (Food Frequency Questionnaire (FFQ)) digunakan untuk memperoleh informasi retrospektif pola konsumsi pangan pada periode yang lama di masa yang lalu (Siagian, 2010).

Asupan makan merupakan faktor utama yang berperan terhadap status gizi seseorang. Untuk menilai status gizi dapat dilakukan melalui penilaian konsumsi makanan. Penilaian konsumsi makanan dilakukan untuk mengetahui kebiasaan

(36)

24

makan dan menghitung jumlah makanan yang dimakan baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Untuk mendapatkan informasi tentang kebiasaan makan dan jumlah makanan yang dikonsumsi, dapat dilakukan pengukuran melalui beberapa metode, antara lain (Khomsan, 2010):

1. Metode ingatan 24 Jam (24-hours food recall)

Metode ini digunakan untuk estimasi jumlah makanan yang dikonsumsi selama 24 jam yang lalu atau sehari sebelumnya. Dengan metode ini akan diketahui besarnya porsi makanan berdasarkan ukuran rumah tangga (URT) yang kemudian dikonversi ke ukuran metrik (gram). Metode ingatan 24 jam, jika dilakukan satu hari tidak dapat menggambarkan informasi rata-rata konsumsi. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan minimal 2x24 dengan selang waktu 2 hari selama sepuluh hari.

2. Metode frekuensi makanan (food frequency)

Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh informasi pola konsumsi makanan seseorang. Untuk itu, diperlukan kuesioner yang terdiri dari dua komponen, yaitu daftar jenis makanan dan frekuensi konsumsi makanan.

Kebutuhan selama hamil di Indonesia digunakan batasan berdasarkan rekomendasi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Bentuk AKG adalah tabel rujukan asupan gizi. AKG di Indonesia dikembangkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada Widya Karya Pangan dan Gizi Nasional. Kebutuhan gizi

(37)

ibu hamil menurut AKG tahun 2013 yaitu penambahan energi untuk ibu hamil pada tiap trimester adalah 300 kal/hari (Fikawati, 2015).

Penelitian Retni et al. (2016) menunjukkan ibu hamil yang mengalami kurang energi kronis (KEK) dapat berakibat pertambahan berat badan kurang selama kehamilan dan mengalami anemia. Rerata asupan energi, protein, asam folat, zat besi, seng, Vit. A dan C berada pada kategori tidak cukup yang mana dapat beresiko melahirkan BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah).

1.2 Kerangka Teoritis

Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber: Adriani dan Wirjatmadi (2012), Irianti, dkk (2013), dan Institute of Medicine (2009).

Faktor resiko preeklampsia: 1. Usia 2. Paritas 3. Faktor keturunan 4. Diet/gizi 5. Hiperplasentosis Preeklampsia Faktor Kenaikan BB ibu hamil: 1. Konsumsi makanan 2. Status gizi 3. Aktifitas fisik 4. Haemoglobin 5. Sosiodemografi 6. Genetik 7. Lingkungan 8. Perilaku 9. Antenatal care

(38)

26

1.3 Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir dalam penelitian ini merupakan variabel–variabel yang akan diukur atau diamati selama penelitian. Variabel yang akan diteliti terdiri dari variabel terikat dan variabel bebas.

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir

1.4 Hipotesis

Ha1 : Ada hubungan konsumsi makanan ibu hamil dengan kejadian preeklampsia

di RSUD Dr. M. Ashari Pemalang.

Ha2: Ada hubungan status gizi ibu hamil dengan kejadian preeklampsia di RSUD

Dr. M. Ashari Pemalang. - Status gizi - Konsumsi makanan - Preeklampsia

(39)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Terdapat hubungan antara konsumsi makanan dengan kejadian preeklampsia di RSUD Dr. M. Ashari Pemalang (p-value 0,004< α (0,05))

2. Terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian preeklampsia di RSUD Dr. M. Ashari Pemalang (p-value 0,000 <α (0,05)).

5.3 Saran

Saran yang dikemukakan untuk kesimpulan diatas adalah 1. Bagi Ibu Hamil di RSUD Dr. M. Ashari Pemalang

Ibu dapat melakukan ANC (Antenatal Care) secara berkala selama kahamilan atau ketika sudah mengalami tensi tinggi/preeklampsia untuk dilakukan deteksi dini atau pencegahan serta pengobatan adanya kegawatdaruratan pada ibu maupun janin.

2. Bagi Dinas Kesehatan dan Tenaga Medis

Dinas Kesehatan dan Tenaga Medis Kabupaten Pemalang diharapkan agar melakukan upaya promosi kesehatan untuk meminimalkan risiko terjadinya preeklampsia

(40)

49

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini perlu dilanjutkan dengan pengembangan yang memberikan informasi lebih rinci terhadapfaktor resiko penyebab preeklampsia dengan mengukur variabel yang berbeda dengan jumlah sampel yang besar dan menggunakan desain yang berbeda.

(41)

2016. “Assessment of Nutritional Status of Pregnancy Women in a Rural Area in Sri Lanka”. Tropical Agricultural Research, 27 (2), 203-211.

Agrawal, S. 2014. “Frequency of Consumption of Specific Food Items and Symptoms of Preeclampsia and Eclampsia in Indian Women”. International

Journal of Medicine and Public Health, 4 (4), 350-353.

Almatsier S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Andriani, C., Lipoeto, N. I., & Utama, B. I. 2016. “Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Preeklampsia di RSUP Dr. M. Djamil Padang”. Jurnal

Kesehatan Andalas, 5 (1), 173-178.

Anggraeni E. A. 2012. “Hubungan Status Gizi Ibu Hamil Usia Kandungan 4-5 Bulan Berdasarkan Lingkar Lengan Atas (Lila) dengan Berat Badan Bayi Lahir”. [Skripsi]. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang

Arcana, N., & Sugiritama, W. 2009. “Pengaruh Pemberian Minyak Buah Merah (Pandanus Conoideus Lam) Terhadap Kadar Vitamin E Plasma Hewan Model Preeklampsia”. Medicina, 40, 27-31.

Ariningtyas, N. D., Dachlan. E. G., & Krismariono, A. 2011. “Perbandingan Kadar TNF-a dan Mikroba Patogen Periodontal pada Ibu Hamil Normal, Hamil dengan Priodontitis, dan Preeklampsia Berat Tipe Lambat”. Majalah Obstetri

dan Ginekologi, 19 (3), 121-127.

Asmana, S. K., Syahredi.,& Hilbertina, N. 2016. “Hubungan Usia dan Paritas dengan Kejadian Preeklampsia Berat di Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2012-2013”. Jurnal Kesehatan Andalas, 5 (3), 640-646.

Azwar, S. 2009. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azza, A. 2017. “Deteksi Kejadian Preeklampsia Berdasarkan Parietas dan Usia Kehamilan Ibu (Studi Retrospektif)”. The Indonesian Journal of Health

Science, 9 (1), 64-69.

Bej, P., Chhabra, P., Sharma, A. K., & Guleria, K. 2014. “Role of Nutrition in Preeclampsia and Eclampsia cases, a case control study”. Indian Journal of

(42)

Brantsaeter, A. L., Myhre, R., Haugen, M., Myking, S., Sengpiel, V., Magnus, P., Jacobsson, B., & Meltzer, H. M. 2011. “Intake of Probiotic Food and Risk of Preeclampsia in Primiparous Women The Norwegian Mother and Child Cohort Study”. American Journal of Epidemiology, 174 (7), 807-815.

Cahyaningtyas, T. P., Didik T., & Suryani, N. 2017. “Analisis Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia-Eklampsia pada Ibu Bersalin di RSUD Kabupaten Sukoharjo Periode Tahun 2015”. Indonesian

Journal on Medical Science, 4 (1), 133-146.

Chairiah. 2012. ”Pengaruh Pola Makan dan Status Gizi Terhadap Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil di RSU Tanjung Pura Kab Langkat” [Tesis]. Universitas Sumatera Utara: Medan.

Chikmah, A. M., Laksono, B., & Yuniastuti, A. 2016. “Efektivitas SMS Bunda Dibanding Kelas Ibu Balita Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap, Perilaku”. Public Health Perspective Journal, 1 (1): 21- 28.

Chotimah, C., & Mukarromah, S. B. 2017. “Predisposisi Perilaku Ibu Hamil Anemia yang Mempengaruhi Kepatuhan Antenatal Care dan Mengkonsumsi Tablet Fe”. Public Health Perspective Journal, 2 (2): 148-154.

Cunningham F, G. 2009. Obstetri Williams. Jakarta: EGC

Dahlan, MS. 2010. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang

Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto

Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang. 2016. Data Program Kesehatan Ibu dan

Bayi. Pemalang: Bidang Kesehatan Keluarga

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2016. Buku Saku Kesehatan Triwulan 2

Tahun 2016. Semarang: Dinkes Jateng.

Djannah, S. N., & Arianti, I. S. 2010. “Gambaran Epidemiologi Kejadian Preeklampsia/eklampsia di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2007-2009”. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 13 (4), 378-385.

Dumais, C.E.G., Lengkong, R.A., Mewengkang, M. E. 2016. “Hubungan obesitas pada kehamilan dengan preeklampsia”. Jurnal e-Clinic (eCl), 4 (1).

Durst, J.K. 2015. “Degree of obesity at delivery and risk of preeclampsia with severe features”. Presented in part at the 35th Annual Meeting of the Society of

(43)

International Journal of Clinical Medicine, 5, 1405-1416.

Fatkhiyah, N. 2015. “Motivasi, Kualitas Supervisi dan Kepatuhan Bidan dalam Mendeteksi Preeklampsia”. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10 (2), 195-202. Fikawati, S., Syafiq, H., Karima K. 2015. Gizi Ibu dan Bayi Ed. 1. Jakarta: Rajawali

Pers

Gao, H., Stiller, C. K., Scherbaum, V., Biesalski, H. K., Wang, Q., Hormann, E., & Bellows, A. C. 2013. “Dietary Intake and Food Habits of Pregnant Women Residing in Urban and Rural Areas of Deyang City, Sichuan Province, China”. Nutrients, 5, 2933-2954.

Grum, T., Hintsa, S., & Hagos, G. 2018. “Dietary Factors Associated with Preeclampsia or Eclampsia Among Women in Delivery Care Services in Addis Ababa, Ethiopia: a case control study”. BMC Research Notes, 11, 683. Gustri, Y., Sitorus, R. J., & Utama, F. 2016. “Determinan Kejadian Preeklampsia

pada Ibu Hamil di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang”. Jurnal Ilmu

Kesehatan Masyarakat, 7 (3), 209-217.

Handayani, D. 2014. “Faktor-faktor Determinan Status Gizi Ibu Hamil”. Jurnal

Al-Maiyyah, 7 (1), 34-52.

Hartati, N. N., Surinati, I. D. A. K., & Pradnyaningrum, N. N. D. V. 2018. “Preeklampsia dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada Ibu Bersalin”.

Jurnal Gema Keperawatan, 11 (1), 1-9.

Hidayah, L., Handayani, O. W. K., & Indriyanti, D. R. 2016. “Pelayanan Kesehatan Maternal dalam Akselerasi Penurunan Maternal Mortality”. Public Health

Perspective Journal, 1 (1), 35-43.

Husin, F. 2013. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta: Sagung Seto

Imelda, A. D., & Putriana, Y. 2017. “Penanganan Awal Kejadian Preeklampsia Berat dan Eklampsia Salah Satu Rumah Sakit di Provinsi Lampung”. Jurnal

Keperawatan, 8 (2), 203-208.

Institute of Medicine. 2009. Weight Gain During Pregnancy. Weight Gain and

(44)

Jayani, I. 2016. “Pemberian Labu Siam Berimplikasi Terhadap Perubahan Tekanan Darah Ibu Hamil Preeklampsia”. Jurnal Care, 4 (2), 36-44.

Johariyah. 2018. “Studi Fenomenologi Kejadian Preeklampsia di RSUD Cilacap Tahun 2015-2017”. Bidan Prada: Jurnal Publikasi Kebidanan, 9 (1), 39-56. Kemenkes RI & WHO. 2015. Buku Saku Asuhan Gizi di Puskesmas :Pedoman

Pelayanan Gizi bagi Petugas Kesehatan. Indonesia: Ministry of Health

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Khalil, G., & Hameed, A. 2017. “Preeclampsia: Pathophysiology and the Maternal-Fetal Risk”. Journal of Hypertension and Management, 3 (1), 1-5.

Khayati, Y. N., & Veftisia, V. 2018. “Hubungan Stress dan Pekerjaan dengan Preeklampsia di Wilayah Kabupaten Semarang”. Indonesian Journal of

Midwifery (IJM), 1 (1), 35-40.

Khoigani, M. G., Paknahad, Z., & Mardanian, F. 2012. “The Relationship Between Nutrients Intake and Preeclampsia in Pregnant Women”. Journal of Research

in Medical Sciences, 2, 210-217.

Khomsan, A . 2010. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Khuzaiyah, S., Anies., & Wahyuni, S. 2016. “Karakteristik Ibu Hamil Preeklampsia”.

Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK), 9 (2), 1-5.

Khuzaiyah, S., Anies., & Wahyuni, S. 2017. “Efek Hipnosis Terhadap Perubahan Tekanan Darah Ibu Hamil Preeklampsia”. Jurnal Siklus, 6 (2), 229-237. Kruger, H. S. 2005. “Maternal Anthropometry and Pregnancy Outcomes: A Proposal

for The Monitoring of Pregnancy Weight Gain in Outpatient Clinics in South Africa”. Curationis, 28 (4), 40-49.

Kurniasari, D., & Arifandini, F. 2015. “Hubungan Usia, Paritas dan Diabetes Mellitus pada Kehamilan dengan Kejadian Preeklampsia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Rumbia Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014”. Jurnal

Kesehatan Holistik, 9 (3), 142-150.

Kurniawan, A., Sistiarani, C., & Hariyadi, B. 2017. “Early Detection of High Risk Pregnancy”. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 12 (2), 96-103.

(45)

Lestari, A. N., Caturiningsih, R., & Widhayanti, R. 2017. “Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Nutrisi Selama Kehamilan di Kudus”. Jurnal Kebidanan dan

Kesehatan, 7 (1), 41-48.

Lombo, G. E., Wagey, F. W., & Mamengko, L. S. 2017. “Karakteristik Ibu Hamil dengan Preeklampsia di RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado”. Jurnal

Kedokteran Klinik (JKK), 1 (3), 9-15.

Lutfiatunnisa, A. A., Nugrahaeni, A., Yuliawati, S., & Sutiningsih, D. 2016. “Faktor Host, Konsumsi Lemak, Konsumsi Kalsium dan Kejadian Hipertensi pada Kehamilan”. VisiKes Jurnal Kesehatan Masyarakat, 15 (2), 69-78.

Luthfiyani, S. A., Reksoprodjo, M., & Anisah. 2017. “Hubungan Usia Ibu, Graviditas, Riwayat Preeklampsia Berat di RSUD Kabupaten Bekasi Periode Juni 2015-Juni 2016”. Jurnal Profesi Medika, 11 (1), 1-11.

Mahmudah, U., Cahyati, W. H., & Wahyuningsih, A. S. 2011. “Faktor Ibu dan Bayi yang Berhubungan dengan Kejadian Kematian Perinatal”. Jurnal Kesehatan

Masyarakat, 7 (1), 41-50.

Manawan, A. A., Rattu, A. J. M., & Punuh, M. I. 2016. “Hubungan Antara Konsumsi Makanan dengan Kejadian Hipertensi di Desa Tandengan Satu Kecamatan Eris Kabupaten Minahasa”. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT, 5 (1), 340-347.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2009. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Marshall, J. E. 2011. Myles Textbook for Midwives. United Kingdom: Elsevier

Maryunani, A. 2012. Asuhan Kegawat Daruratan dalam Kebidanan. Jakarta: Trans InfoMedia.

Mayrink, J., Costa, M. L., & Cecatti. 2018. “Preeclampsia in 2018: Revisiting Concepts, Physiopathology, and Prediction”. The Scientific World Journal, 2018: 1-9.

(46)

Mbah A., Kornosky J., Kristensen S., August E., Alio A, Marty P, dkk. 2010. “Superobesity and risk for early and late pre-eclampsia”. BOJG.

Muhani, N., & Besral. 2015. “Preeklampsia dan Kematian Ibu”. Jurnal Kesehatan

Masyarakat Nasional, 10 (2), 80-86.

Mutalazimah. 2005.“Hubungan Lingkar Lengan Atas (Lila) dan Kadar Hemoglobin (Hb) Ibu Hamil dengan Berat Bayi Lahir di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”.

Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, 6 (2), 114-126.

Mutia P, N., Hartini, T. N. S., & Hakimi, M. 2010. “Kurang Asupan Vitamin A, C, E dan Beta Karoten Meningkatkan Kejadian Preeklampsia di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta”. Gizi Indonesia: Journal of The Indonesian Nutrition

Association, 33 (2), 136-142.

Narasiang, B. R., Mayulu, N., & Kawengian, S. 2016. “Gambaran Pola Konsumsi Makanan pada Ibu Hamil di Kota Manado”. Jurnal e-Biomedik (eBM), 4 (2). Nofita, R., & Anjansari, F. R. 2018. “Korelasi Waktu Pemberian Kalsium dan

Kepatuhan Konsumsi Kalsium dengan Kejadian Resiko Tinggi Preeklampsia Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat”. Indonesian Journal of

Midwivery (IJM), 1 (1), 41-48.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Novian, A. 2013. “Kepatuhan Diit Pasien Hipertensi”. Jurnal Kesehatan

Masyarakat, 9 (1), 100-105.

Novianti, H. 2016. “Pengaruh Usia dan Paritas Terhadap Kejadian Preeklampsia di RSUD Sidoarjo”. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 9 (1), 25-31.

Nursal, D. G. A., Tamela, P., & Fitrayeni. 2015. “Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia pada Ibu Hamil di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2014”.

Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 10 (1), 38-44.

Ortega, R. M. 2001. “Food, Pregnancy and Lactation, Dietary Guidelines for Pregnant Women”. Public Health Nutrition, 4 (6A), 1343-1346.

Palupi, D, D., & Indawati, R. 2014. “Faktor Risiko Kematian Ibu dengan Preeklampsia/Eklampsia dan Perdarahan di Provinsi Jawa Timur”. Jurnal

(47)

Paramitasari, T. F. 2012. “Hubungan Antara Gaya Hidup Selama Masa Kehamilan dan Kejadian Preeklampsia”. The Indonesian Journal of Public Health, 8 (3), 122-125.

Peres, G. M., Mariana, M., & Cairrao, E. 2018. “Preeclampsia and Eclampsia: An Update on The Pharmocological Treatment Applied in Portugal”. Journal of

Cardiovascular Development and Disease, 5 (3), 1-13.

Praditama, A. D. 2014. “Pola Makan pada Ibu Hamil dan Pasca Melahirkan di Desa Tiripan Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk”. AntroUnairDotNet, 3(1), 1-16.

Prawirohardjo,S. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Quedarusman, H., Wantania, J., & Kaeng, J. J. 2013. “Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Peningkatan Berat Badan Saat Kehamilan dengan Preeklampsia”.

Jurnal e-Biomedik (eBM), 1 (1), 305-311.

Rahayu, L. D. P., & Suryandari, A, E. 2015. “Hubungan Kebiasaan Konsumsi Junk Food dengan Kejadian Preeklampsia pada Ibu Hamil di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo”. Jurnal Involusi Kebidanan, 4 (8), 1-10.

Retni., Margawati, A., & Widjanarko, B. 2016. “Pengaruh Status Gizi dan Asupan Gizi Ibu Terhadap Berat Bayi Lahir Rendah pada Kehamilan Usia Remaja”.

Jurnal Gizi Indonesia, 5 (1), 14-19.

Roberts, J. M., Balk, J. L., Bodnar, L. M., Belizan, J. M., Bergel, E., & Martinez, A. 2003. “Nutrient Involvement in Preeclampsia”. The Journal of Nutrition, 133, 1684S-1692S.

Roeshadi, R.H. 2007. “Upaya Menurunkan Angka Kesakitan dan Angka Kematian Ibu pada Penderita Preeklampsia/eklampsia”. Indonesian Journal Obstetrics

and Ginecology. 31 (3), 123-133.

Rosmiyati. 2014. “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia di Rumah Sakit Umum Daerah Menggala Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013”. Jurnal Kesehatan Holistik, 8 (3), 105-109.

(48)

Sahara, R., & Mukarromah, S. B. 2018. “Analysis of Risk Factors Causing the Incidence of Prematurity in Mother with Severe Preeclampsia (Case Study in Permata Bunda Hospital Purwodadi)”. Public Health Perspective Journal, 3 (3), 158-166.

Saifuddin, A. B. 2011. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Perinatal. Jakarta: YBSP

Sanjay, G., & Girija, W. 2014. “Preeclampsia-Eclampsia”. The Journal of Obstetrics

and Gynecology of India, 64 (1), 4-13.

Saraswati, N., & Mardiana. 2015. “Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia pada Ibu Hamil (Studi Kasus di RSUD Kabupaten Brebes Tahun 2014)”. Unnes Journal of Public Health, 4 (2), 108-116.

Sardeva, I. N. R. G. 2017. “Karakteristik Pasien Preeklampsia dan Eklampsia di RSUD Dr. T. C Hillers Maumere Periode Januari-Juni 2016”. Warmadewa

Medical Journal, 2 (1), 26-32.

Setiyono, A., & Djaidah, A. 2012. “Konsumsi Ikan dan Hasil Pertanian Terhadap Kadar Hg Darah”. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7 (2), 110-116.

Shabara, M., Usman, S., & Santi, T. D. 2018. “Analisis Faktor Resiko Preeklampsia Ibu Bersalin >28 Minggu di RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh”. Jurnal

Kesehatan Ilmiah Nasuwakes, 11 (1), 9-26.

Siagian A. 2010. Epidemiologi Gizi. Jakarta : Penerbit Erlangga

Sihotang, P. C., Rahmayanti, E. I., Tebisi, J. M., & Bantulu, F. M. 2016. “Hubungan Pola Makan dan Kecukupan Istirahat Tidur dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Biromaru”. Jurnal Kesehatan

Tadulako, 2 (1), 68-75.

Siringoringo, H. E., Yusrawati.,& Chundrayetti, E. 2016. “ Perbedaan Rerata Kadar Profil Lipid pada Preeklampsia dengan Kehamilan Normal pada Etnik Minangkabau”. Jurnal Kesehatan Andalas, 5 (1), 30-35.

Situmorang, T. H., Damantalm, Y., Januarista, A., & Sukri. 2016. “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia pada Ibu Hamil di Poli KIA RSU Anutapura Palu”. Jurnal Kesehatan Tadulako, 2 (1), 34-44.

Sugianty, D. 2008. “Hubungan Asupan Karbohidrat, Protein, Lemak, Natrium dan Serta dengan Tekanan Darah pada Lansia”. UNDIP

(49)

Cholesterol, Low Density Lipoprotein and to Increase Blood High Density Lipoprotein”. Animal Production, 14 (2), 70-76.

Sukfitrianty., Aswadi., & Lagu, A. M. H. R. 2016. “Faktor Resiko Hipertensi pada Ibu Hamil di Rumah Sakit Hikmah Kota Makassar”. Al-Sihah : Public Health

Science Journal, 8 (1), 79-88.

Sumarmi, S., Puspitasari, N., & Melaniani, S. 2017. “The Body Size and Micronutrients Status Among The Bride to be in Probolinggo District of East Java”. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 13 (1), 50-59.

Taslim, R. W. R., Kundre, R., & Masi, G. 2016. “Hubungan Pola Makan dan Stres dengan Kejadian Hipertensi Grade 1 dan 2 Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kamonji Kecamatan Palu Barat”. E-Journal Keperawatan (ekp) Vol. 4 (1), Feb 2016

Tim Field Lab. 2013. Modul Field Lab Semester I Edisi Revisi II Keterampilan

Pemantauan Status Gizi Balita dan Ibu Hamil.

fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_Gizi.pdf. Diakses 12 Desember 2016

Ulfa, Z. D., Kuswardinah, A., & Mukarromah, S. B. 2017. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Maternal Secara Berkelanjutan”. Public Health Perspective Journal, 2 (2), 184-190.

Verma, M. K., Kapoor, P., Yadav, R., & Manohar, R. K. 2017. “Risk Factor Assessment for Pre-eclampsia: A Case Control Study”. International Journal

of Medicine and Public Health, 7 (3): 172-177.

Vijayalaxmi, A. H. M., & Kadapatti, M. 2011. “A Comparative Study on Nutritional Status of Selected Pregnant Women”. Indian Streams Research Journal, 1 (5). Wafiyatunisa, Z., & Rodiani. 2016. “Hubungan Obesitas dengan Terjadinya

Preeklampsia”. Medical Journal of Lampung University, 5 (5), 184-190. Wahyuni, S. 2008. “Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Gizi dengan Status

Gizi Ibu Hamil di Puskesmas Nusukan Surakarta” FK UNS. Surakarta

WHO. 2013. Modul Eklampsia dan Preeklampsia Materi Pendidikan Kebidanan. Jakarta: EGC.

(50)

Widhyaningrum, P. D., & Manuaba, I. B. G. F. 2017. “Gambaran Kasus Preeklampsia dengan Penanganan Konservatif di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali Tahun 2013”. E-Jurnal

Medika, 6 (6), 1-4.

Wulandari, N., Astuti, D., & Sumarni. 2015. “Hubungan Konsumsi Makanan Sumber Antioksidan dan Konsumsi Makanan kaleng dengan Kejadian Preeklampsia di RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Tahun 2015”. Bidan

Prada: Jurnal Ilmiah Kebidanan, 6 (2), 85-93.

Yuliani, D. R., Juniartati, E., Rahayu, D. L., Rofikoh, U., Rohmatika, D., & Sulistiarini, U. 2018. “Launching GEMPITA Bumil Gerakan Makan Pisang dan Jalan Pagi Teratur Bagi Ibu Hamil”. Jurnal LINK, 14 (2), 83-92.

Yulisa, D. K., & Mukarromah, S. B. 2018. “The Effect of Walking Exercise on Blood Pressure in The Elderly with Hipertension in Mulyoharjo Community Health Center Pemalang”. Public Health Perspective Journal, 3 (3): 176-184.

Yuniarti, F., Wijayati, W., & Ivantarina, D. 2018. “Analisis Perilaku Kesehatan dan Faktor Resiko Kejadian Preeklampsia pada Ibu Hamil di Poliklinik Obstetri Gynekologi RSUD Kabupaten Kediri”. Journal of Issues in Midwifery, 1 (3), 1-17.

Yuniastuti, A., Kamilatussainah., & Sasi, F. A. 2015. “Pengaruh Pemberian Madu Kelengkeng Terhadap Aktivitas Enzim Superoxide Dismutase dan Katalase pada Tikus yang Diinduksi Pb Asetat”. [Prosiding]. Universitas Wahid Hasyim

(51)

Gambar

Gambar  2.1  Kerangka  Teori  Sumber:  Adriani  dan  Wirjatmadi  (2012),  Irianti,  dkk  (2013), dan Institute of Medicine (2009)
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Tjiptono (1997) bahwa harapan konsumen terhadap kualitas suatu jasa terbentuk dari beberapa faktor sebagai berikut: 1) Pening- katan layanan yang sudah ada, harapan yang

On 10 March 2017, Fitch Ratings has upgraded PT Indosat Tbk's (Indosat Ooredoo) Long- Term Foreign-Currency Issuer Default Rating (IDR) and foreigncurrency senior unsecured debt

[r]

tingkat motivasi terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Islam Al-abidin Surakarta. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan baru mengenai model

Berdasarkan hasil pengujian validitas dengan program SPSS, rekapitulasi hasil pengujian validitas dapat dibuat seperti tampak pada tabel berikut :.. Adapun item yang

Berdasarkan argumentasi-argumentasi tersebut, para pemohon meminta kepada Majelis Hakim Konstitusi untuk menyatakan Pasal 29 ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat

Por este motivo a continuación analizaremos brevemente el desarrollo canónico de este tema, especialmente en el siglo IX, para luego examinar con particular atención su

Menurut tingkat efektivitas pemungutan pajak bumi dan bangunan dapat disimpulkan bahwa Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang telah berhasil dalam merealisasikan pajak