• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016

Ernianti, Ramli PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA PADA MATERI POKOK BIOSFER DAN ASPEK PENYEBARAN HEWAN DAN TUMBUHAN

KELAS XI IPSC SMA NEGERI 1 TONGKUNO Ernianti1, Ramli2

1

Alumni Pendidikan Geografi FKIP UHO 2Dosen Pendidikan Geografi FKIP UHO

Abstrak: Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh dari lembar observasi dan tes hasil belajar. Berdasarkan hasil-hasil analisis data penerapan model pengajaran langsung diperoleh kesimpulan bahwa: 1) Aktivitas belajar siswa dengan penggunaan model pengajaran langsung pada setiap siklus cenderung meningkat. 2) Aktivitas mengajar guru dengan penggunaan model pengajaran langsung pada setiap siklus cenderung meningkat. 3) Hasil belajar geografi siswa kelas XI IPSC dapat ditingkatkan dengan penggunaan model pengajaran langsung pada materi pokok biosfer dan aspek penyebaran hewan dan tumbuhan. Dimana pada siklus I yaitu diperoleh nilai terendah 40, nilai tertinggi 85, nilai rata-rata 66,15 dan ketuntasan belajar sebesar 80% yang mencapai KKM atau dari 26 siswa hanya 16 siswa yang memperoleh nilai ≥ 75. Pada siklus II diperoleh nilai terendah 45, nilai tertinggi 95, nilai rata-rata adalah 89 dan ketuntasan belajar pada siklus II mengalami peningkatan yaitu dari 26 orang siswa ada 23 orang siswa yang yang memperoleh nilai ≥ 75, dengan persentase ketuntasan hasil belajar adalah 88,46%.

Kata kunci: proses pembelajaran, materi, hasil belajar PENDAHULUAN

Sekolah berfungsi sebagai sarana untuk meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, guru memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan suasana belajar yang baik. Dalam upaya itu guru, perlu memiliki kemampuan dalam upaya pengelolaan yang berkualitas, siswa akan senang belajar.

Dalam upaya membelajarkan siswa, guru dituntut memiliki multi peran sehingga mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif. Agar proses belajar mengajar berlangsung dengan efektif, guru harus memberikan kesempatan belajar yang luas bagi siswa. Kesempatan belajar siswa dapat ditingkatkan dengan cara melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat

meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk belajar. Makin banyak siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar, makin tinggi pula kemungkinan siswa memperoleh hasil belajar yang baik. Untuk meningkatkan kualitas dalam mengajar hendaknya guru harus mampu merancang metode pembelajaran dan sekaligus mampu melakukannya dalam bentuk interaksi pembelajaran dengan siswa sehingga hasil yang diharapkan bisa tercapai. Hasil belajar siswa merupakan indikator kualitas proses pembelajaran di kelas.

Proses pembelajaran yang

berkualitas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: keterampilan

mengajar guru, lingkungan belajar siswa, media pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran, cara guru memotivasi siswa agar belajar dengan baik serta strategi

(2)

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016

Ernianti, Ramli dan model pembelajaran yang diterapkan

oleh guru dalam kelas. Proses pembelajaran dan hasil belajar siswa tidak hanya ditentukan oleh sekolah, pola dan struktur serta isi kurikulum, tetapi ada yang paling penting adalah kemampuan guru yang mengajar dan membimbing siswa. Salah satu faktor yang sangat mendukung keberhasilan guru dalam mengelola pembelajaran adalah kemampuan guru dalam menguasai dan menerapkan metode pembelajaran sesuai dengan karateristik materi pelajaran, agar siswa dapat belajar secara efektif.

Berdasarkan observasi awal Di SMA Negeri 1 Tongkuno pada kelas XI IPSC pembelajaran untuk materi biosfer dan persebaban hewan dan tumbuhan memang masih menggunakan sistem ceramah maupun sistem guru membaca dan siswa mencatat, yang mengakibatkan siswa tidak diberi kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan memecahkan masalah berkaitan dengan materi pembelajaran yang dibawakan, sehingga saat dilakukan evaluasi banyak siswa yang tidak berhasil mendapatkan nilai belajar yang maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan ketuntasan belajar siswa semester 1 tahun ajaran 2016/2017 pada materi pokok Biosfer Dan Aspek Penyebaran Hewan Dan Tumbuhan dimana sebanyak 10 dari 26 siswa berada di bawah standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 75 dalam kurikulum satuan pendididkan. Dengan kata lain model pembelajaran yang diterapkan masih bersifat umum dan dianggap gagal dalam meningkatkan hasil belajar siswa, untuk itu diperlukan suatu variasi model pembelajaran yang sesuai agar siswa tidak lagi bersifat pasif tetapi aktif dalam rangka mengikuti kegiatan pembelajaran yang mengarah bahwa peserta didik mampu memahami dan menyelesaikan materi pembelajaran dengan baik.

Sehubungan dengan masalah di atas, untuk mengatasi masalah pembelajaran Geografi pada materi pokok biosfer dan persebaban hewan dan tumbuhan pada Kelas XI IPSC SMA Negeri 1 Tongkuno Kabupaten Muna dalam proses pembelajaran di kelas, maka salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa secara langsung untuk memahami materi yang dipelajari adalah model pembelajaran langsung (direct instruction). Melalui pembelajaran langsung siswa dapat belajar melalui keterampilan dan sikap yang telah dipresentasikan oleh guru secara tahap demi tahap melalui metode ilmiah. Hal ini akan dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mempelajari dan ingin menguasai suatu mata pelajaran di sekolah sehingga nantinya akan bermuara pada peningkatan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas dengan judul:

Penerapan Model Pengajaran Langsung Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Geografi Siswa Pada Materi Pokok Biosfer Dan Aspek Penyebaran Hewan Dan Tumbuhan Kelas XI IPSC Di SMA Negeri 1 Tongkuno.

Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa disekolah dan lingkungan sekitarnya. Jihat dan Haris (2012: 1).

Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap. kemampuan orang untuk belajar menjadi ciri penting yang membedakan jenisnya dari jenis-jenis mahluk yang lain Gredler dalam Aunurrahman (2012: 38).

(3)

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016

Ernianti, Ramli yang diperoleh anak setelah melalui

kegiatan belajar (Abdurrahman dalam Jihat dan Haris 2012: 14). Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap.

Ibrahim dan Syaodin dalam Suriani (2012: 6) Mengemukakan bahwa prosespembelajaran akan diperoleh suatu hasil yang dibuat hasil pembelajaran atau hasil belajar.proses pembelajaran merupakan proses yang bertujuan melihat kemampuan atau perilaku yang diharapkan dimiliki siswa setelah melakukan kegitan belajar.

Model pengajaran langsung adalah dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan procedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah ( fathurrohman, 2015 : 169)

Prinsip model pembelajaran langsung difokuskan pada konseptual kinerja siswa ke dalam tujuan yang akan dicapai melalui pelaksanaa tugas-tugas yang harus dilakukan, dan pengembangan aktivitas latihan untuk menetapkan penguasaan setiap komponrn tugas yang diberikan. Pembelajaran langsung diterjemahkan dari direct instruction, istilah directive digunakan untuk menekankan pembelajaran dalam mencapai tujuan bahwa siswa dapat meniru perilaku-perilaku atau keterampilan yang dimodelkan atau diperagakan atau diitruksikan oleh guru.

Selanjutnya Kardi dan Nur (2000: 2) mengemukakan bahwa model pengajaran langsung adalah suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Apabila guru menggunnakan model pengajaran langsung ini, guru mempunyai tanggung

jawab untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang besar terhadap penstrukturan isi/materi atau keterampilan, menjelaskan kepada siswa, pemodelan/mendemonstrasikan yang dikombinasikan dengan latihan, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta memberikan umpan balik.

Tujuan uatama pengajaran langsung adalah untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa. Beberapa temuan dalam teori perilak di antaranya dalah pencapaian siswa yang dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam belajar/tugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan tugas sangat positif. Dengan demikian, model pengajaran langsung dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan berorientasi pada pencapaian akademik.

Pada pembelajaran langsung guru berperan sebagai penyampai informasi. Dalam melakukan tugasnya, guru dapat menggunakan berbagai media, misalnya filem, tape recorder, gambar,dan peragaan. Informasi yang dapat disampaikan dengan strategi direktif dapat berupa pengetahuan procedural atau pengetahuan deklaratif. METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 1 Tongkuno Kabupaten Muna yang berlangsung pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 selama tiga minggu atau 6 kali pertemuan.Subyek penelitian, Adapun subyek penelitian ini adalah siwa kelas XI SMA Negeri 1 Tongkuno Kabupaten Muna pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 dengan jumlah siswa 26 orang yang terdiri dari 13 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan. Pemilihan kelas XI didasarkan pada perolehan hasil belajar siswa selama 1 bulan, setelah

(4)

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016

Ernianti, Ramli pembelajaran ini dilaksanakan pada

materi pokok Biosfer Dan Persebaban Hewan Dan Tumbuhan. Jenis penelitian, Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research). Karakteristik yang khas dari

penelitian ini adalah adanya tindakan yang berulang untuk melakukan perbaikan dalam proses belajar mengajar. PTK ini dilakukan dengan menerapkan model Pengajaran Langsung sebagai alternatif tindakan untuk meningkatkan hasil belajar geografi siswa melalui model pengajaran langsung pada materi Biosfer Dan Persebaban Hewan Dan Tumbuhan kelas XI IPSC di SMA Negeri 1 Tongkuno. Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. Faktor siswa: yaitu untuk melihat hasil belajar siswa dalam mempelajari Geografi khususnya pada materi pokok Biosfer Dan Persebaban Hewan Dan Tumbuhan. 2. Faktor guru: meliputi persiapan materi pelajaran dan kesiapan guru melaksanakan pembelajaran dengan model pengajaran langsung. Teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: (a.) Data mengenai aktivitas siswa diambil dengan menggunakan lembar observasi dengan cara memberikan skor pada aspek aktivitas yang dilakukan untuk siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. (b.) Data mengenai hasil belajar Geografi diambil dengan menggunakan tes hasil belajar (tes siklus) dengan bentuk tes berupa tes essay yang mencakup semua indikator pembelajaran pada siklus I serta siklus. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif, yang meliputi: nilai rata-rata, menentukan hasil belajar siswa secara individual, menentukan tingkat pencapaian ketuntasan belajar secara klasikal, mengklasifikasikan rata-rata skor aktivitas siswa dan guru.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tindakan siklus 1

Perencanaan

Setelah ditetapkan dan disepakati untuk menerapkan model pengajaran langsung dalam pembelajaran geografi pada materi pokok biosfer dan aspek penyebaran hewan dan tumbuhan, maka kegiatan selanjutnya adalah menyiapkan beberapa hal yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan. Dalam persiapan ini dilakukan dengan berkonsultasi antara peneliti dengan guru kelas XI IPSC SMA Negeri 1 Tongkuno (kolaborator) sebagai observer pada penelitian ini. Selanjutnya, Pada tahap perencanaan kegiatan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: (a.)Merencanakan penerapan model pengajaran Langsung dalam proses pembelajaran geografi. (b.)Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan penerapan model Pengajaran Langsung dan materi pembelajaran. (c.)Membuat lembar kerja siswa (LKS). (d.)Menentukan skenario pembelajaran dengan model Pengajaran Langsung. (e.)Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan. (f.)Membuat format observasi pembelajaran, yaitu format observasi guru dan format observasi siswa yang terdiri atas observasi aktivitas guru dan observasi aktivitas siswa. (g.)Menyusun soal evaluasi tes hasil belajar siswa siklus I beserta kunci jawabannya. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini, kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pengajaran langsung pada materi pokok biosfer dan aspek penyebaran hewan dan tumbuhan dilaksanakan sesuai dengan skenario pembelajaran (RPP) yang telah di siapkan sebelumnya. Pada pertemuan I pada sub materi pengertian biosfer dan Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberadaan flora dan fauna dan RPP pada pertemuan II pada sub materi

(5)

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016

Ernianti, Ramli persebaran flora dan fauna di permukaan

bumi.

Dalam kegiatan ini juga dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar pengamatan model pengajaran langsung yang telah dirancang sebelumnya. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran untuk memantau optimalisasi penerapan model pengajaran langsung yang dilakukan oleh observer yaitu guru kelas XI IPSC dan untuk melihat aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh observer (teman sejawat).

Kegiatan pembelajaran pada siklus I pertemuan I dan II diawali dengan guru Mengisi daftar hadir, berdoa, mempersiapkan materi pembelajaran, lalu guru Mempersiapkan siswa untuk belajar, kemudian guru Menjelaskan tujuan pembelajaran dari materi yang dibawakan, lalu guru Menginformasikan langkah-langkah yang akan dilakukan selama pembelajaran.Setelah itu, guru Menjelaskan pentingnya materi.

Dalam proses pembelajaran, guru menyajikan materi pelajaran. Kemudian, guru Bertanya kepada siswa tentang materi yang baru disampaikan, materi mana yang belum jelas dan kurang dimengerti. Lalu, guru Menjelaskan ulang materi yang belum jelas atau belum dimengerti oleh siswa. Kemudian, Merencanakan kegiatan yang dilakukan siswa secara berkelompok untuk mendiskusikan materi pembelajaran. Guru membimbing dan melatih

kelompok siswa bagaimana menemukan solusi pemecahan yang tepat terhadap tugas yang diberikan. Setelah itu, Guru mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas kelompok dengan benar. Selanjutnya, Memberikan umpan balik dengan mengadakan tanya jawab. Dalam kegiatan proses pembelajaran yang terakhir adalah Merencanakan pelatihan lanjutan dengan memberikan permasalahan yang lebih kompleks dalam kehidpan sehari-hari.

Diakhir pelajaran, Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran yang telah dipelajari. Selanjutnya, Memberikan tindak lanjut

. Observasi

Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data aktivitas belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar, data aktivitas mengajar guru dalam kegiatan pembelajaran dan data hasil belajar siswa yang diperoleh melalui test siklus.

Sesuai dengan teknik analisis data statistik deskriptif yang digunakan dalam peneltian ini untuk melihat dan memberi gambaran keadaan data dan menampilkan hasil perhitungan dapat berupa grafik, tabel dan uraian. Gambaran rata-rata aktivitas belajar siswa melalui penerapan metode demonstrasi pada siklus I setiap aspek aktivitas yang diamati dengan memberikan skor dapat dilihat pada grafik berikut ini:

(6)

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016

Gambar 1. Skor Rata Keterangan:

1. Siswa member salam kepada guru

2. Siswa berdoa untuk mengawali kegiatan belajar 3. Siswa mempersiapkan buku catatan dan buku pelajaran

4. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru 5. Siswa mendengarkan materi yang diajarkan

6. Siswa bertanya kepada guru tentan 7. Siswa berada didalam kelompok masing

8. Siswa secara berkelompok memecahkan persoalan yang diberikan 9. Siswa mempersentasikan hasil diskusi

10.Siswa dan guru bersama

11.Siswa menyimak penjelasan/penguatan Berdasarkan gambar 1 dan gambar 2 terlihat bahwa aktivitas siswa pada siklus I belum mencapai keberhasilan karena rata-rata aktivitas siswa sebesar 2,33 yang berada dalam kategori cukup belum mencapai

Gambar 2. Grafik

Rata-0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 1 2 2.7 2.8 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 Pertemuan I

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016

Skor Rata-Rata Untuk Setiap Satuan Aktivitas Siswa Siklus I salam kepada guru

Siswa berdoa untuk mengawali kegiatan belajar Siswa mempersiapkan buku catatan dan buku pelajaran

Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru Siswa mendengarkan materi yang diajarkan

Siswa bertanya kepada guru tentang materi yang diajarkan Siswa berada didalam kelompok masing-masing

Siswa secara berkelompok memecahkan persoalan yang diberikan Siswa mempersentasikan hasil diskusi

Siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan materi

Siswa menyimak penjelasan/penguatan ataupun koreksi yang diberikan oleh guru Berdasarkan gambar 1 dan

2 terlihat bahwa aktivitas siswa pada siklus I belum mencapai

rata aktivitas siswa sebesar 2,33 yang berada dalam lum mencapai

keberhasilan sesuai dengan hipotesis tindakan dimana dikatakan berhasil apabila skor rata-rata aktivitas siswa minimal 3,0. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.2 sebagai berikut:

-Rata Aktivitas Belajar Siswa Tiap Pertemuan Siklus I

3 4 5 6 7 8 9 10 11 2.6 2.5 2.2 2.2 2.2 2.3 2.1 2 2.1 SIKLUS 1 2.07 2.6 2.33

Pertemuan I Pertemuan 2 Rata - Rata

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016

Rata Untuk Setiap Satuan Aktivitas Siswa Siklus I

ataupun koreksi yang diberikan oleh guru keberhasilan sesuai dengan hipotesis tindakan dimana dikatakan berhasil rata aktivitas siswa minimal 3,0. Hal ini dapat dilihat pada

(7)

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016

Berdasarkan gambar diatas menunjukan bahwa rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 2,33 yang berada dalam kategori cukup. Hal ini menunjukan aktivitas belajar siswa belum menjawab hupotesis tindakan. Aktivitas Mengajar Guru Siklus I

Data mengenai aktivitas mengajar guru dalam mengelola

Gambar 3. Grafik Rata Berdasarkan analisis d

terlihat pada gambar 3 menunjukan bahwa aktivitas guru belum mencapai keberhasilan karena belum menjawab hipotesis tindakan, dimana skor rata aktivitas mengajar guru pada pertemuan 1 siklus I sebesar 2,1 yang berada dalam kategori cukup dan skor rata aktivitas mengajar guru pertemuan II siklus I Sebesar 2,7 yang berada dalam kategori cukup, tetapi pada siklus I ini setelah dirata-ratakan antara pertemuan I dan pertemuan II aktivitas mengajar guru masih berada dalam kategori cukup dengan skor sebesar 2,42.

Hasil Belajar Siswa Siklus I

Data hasil belajar geografi siswa kelas XI IPSC di SMA Negeri 1

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 Pertemuan 1

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016

Berdasarkan gambar diatas rata aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 2,33 yang berada dalam kategori cukup. Hal ini menunjukan aktivitas belajar siswa belum menjawab hupotesis tindakan. Aktivitas Mengajar Guru Siklus I

Data mengenai aktivitas mengajar guru dalam mengelola

pembelajaran dengan menerapkan model pengajaran lansung pada

pokok biosfer dan aspek penyebaran hewan dan tumbuhan dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas mengajar guru dalam kegiatan belajar mengajar dengan memberikan skor pada aspek yang diamati pada siklus I dan Siklus II setiap masing masing pertemuan.

Grafik Rata-Rata Aktivitas Mengajar Guru Siklus I Berdasarkan analisis data yang

3 menunjukan bahwa aktivitas guru belum mencapai keberhasilan karena belum menjawab hipotesis tindakan, dimana skor rata-rata

guru pada pertemuan 1 siklus I sebesar 2,1 yang berada dalam kategori cukup dan skor rata-rata aktivitas mengajar guru pertemuan II siklus I Sebesar 2,7 yang berada dalam kategori cukup, tetapi pada siklus I ini ratakan antara pertemuan I n pertemuan II aktivitas mengajar guru masih berada dalam kategori cukup Hasil Belajar Siswa Siklus I

Data hasil belajar geografi siswa di SMA Negeri 1

Tongkuno pada materi pokok materi pokok biosfer dan aspek peny hewan dan tumbuhan diperoleh melalui test pada setiap akhir siklus.

Berdasarkan hasil analisis data yang terdapat pada tabel 1

bahwa aktivitas belajar siswa siklus I mencapai rata-rata sebesar 66,15 Pada Test siklus I ini nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 40 dan nilai tertinggi sebesar 85 Persentase ketuntasan hasil belajar geografi siswa kelas XI IPSC SMA Negeri 1 Tongkuno dengan penerapan model pengajaran langsung pada siklus I dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.

2.1

2.7

2.42

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Rata - Rata

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016

pembelajaran dengan menerapkan pada materi pokok biosfer dan aspek penyebaran hewan dan tumbuhan dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas mengajar guru dalam kegiatan belajar mengajar dengan memberikan skor pada aspek yang diamati pada siklus I dan Siklus II setiap

masing-pada materi pokok materi pokok biosfer dan aspek penyebaran hewan dan tumbuhan diperoleh melalui Berdasarkan hasil analisis data 1 diperoleh bahwa aktivitas belajar siswa siklus I rata sebesar 66,15 Pada Test siklus I ini nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 40 dan nilai tertinggi sebesar 85 Persentase ketuntasan hasil belajar geografi siswa geri 1 Tongkuno dengan penerapan model pengajaran dapat dilihat pada

(8)

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016

Tabel 1. Analisis Ketuntasan Belajar Siswa Pada Evaluasi Siklus I Ketuntasan

Tuntas Tidak Tuntas Jumlah Total

Agar lebih jelas, persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I, berdasarkan data hasil belajar

Gambar 4. Grafik Ketuntasan Hasil Siklus I Belajar Siswa Kelas XI IPS

Berdasarkan gambar diatas diperoleh bahwa pada siklus I terdapat 66 % atau 16 orang dari 26 siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 atau telah mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Pada siklus I persentase ketuntasan belajar siswa belum memenuhi kriteria ketuntasan secara klasikal yaitu minimal 39% atau 10 orang dari 26 siswa.

Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Perencanaan

Sebagai hasil evaluasi, observasi dan refleksi pada tindakan siklus I, maka peneliti merencanakan tindakan siklus II, kelemahan dan k

pada siklus I akan diperbaiki dan dilaksanakan pada siklus II, Agar penerapan model pengajaran langsung ini lebih baik dari sebelumnya. Peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut: a.)Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sesuai d

0 20 40 60

80 66

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016

Analisis Ketuntasan Belajar Siswa Pada Evaluasi Siklus I

Jumlah Persentase

16 6I%

10 39%

26 100%

Agar lebih jelas, persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I, berdasarkan data hasil belajar

yang telah dianalisis dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Grafik Ketuntasan Hasil Siklus I Belajar Siswa Kelas XI IPSC SMA Negeri 1 Tongkuno

Berdasarkan gambar diatas diperoleh bahwa pada siklus I terdapat 66 % atau 16 orang dari 26 siswa yang 75 atau telah mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Pada siklus I persentase ketuntasan belajar siswa belum ketuntasan secara klasikal yaitu minimal 39% atau 10 Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

Sebagai hasil evaluasi, observasi dan refleksi pada tindakan siklus I, maka peneliti merencanakan tindakan siklus II, kelemahan dan kekurangan pada siklus I akan diperbaiki dan dilaksanakan pada siklus II, Agar penerapan model pengajaran langsung ini lebih baik dari sebelumnya. Peneliti hal sebagai berikut: Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan

penerapan model pengajaran langsung untuk pertemuan 3 dan pertemuan 4. b)Menyiapkan lembar kerja siswa. c)Mempersiapkan sumber, bahan, media, dan alat bantu yang dibutuhkan. d)Menyiapkan lembar observasi pembelajaran, yaitu format observasi guru dan format observasi siswa yang terdiri atas observasi aktivitas guru dan observasi aktivitas siswa. e.)

soal evaluasi tes hasil belajar siswa berupa esay yang digunakan pada pertemuan keempat.

Setelah mengetahui kekurangan yang terjadi pada siklus I baik itu yang dilakukan oleh guru maupun siswa, maka pada pembelajaran siklus II guru akan mencoba memperbaiki kesalahan kesalahan yang dilakukan sebelumnya, sehingga hasil belajar dengan menerapkan model pengajaran langsug sesuai dengan indikator keberh yang diharapkan yaitu mencapai

Tuntas Belum Tuntas

66

39

16

10

Persentase Jumlah

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016

yang telah dianalisis dapat dilihat pada

SMA Negeri 1

penerapan model pengajaran langsung pertemuan 3 dan pertemuan 4. Menyiapkan lembar kerja siswa. Mempersiapkan sumber, bahan, media, dan alat bantu yang dibutuhkan. Menyiapkan lembar observasi pembelajaran, yaitu format observasi format observasi siswa yang terdiri atas observasi aktivitas guru dan e.)Menyusun soal evaluasi tes hasil belajar siswa berupa esay yang digunakan pada Setelah mengetahui kekurangan aik itu yang dilakukan oleh guru maupun siswa, maka pada pembelajaran siklus II guru akan mencoba memperbaiki kesalahan – kesalahan yang dilakukan sebelumnya, sehingga hasil belajar dengan menerapkan model pengajaran langsug sesuai dengan indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu mencapai

(9)

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016

Ernianti, Ramli ketuntasan hasil belajar siswa minimal

80%

Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II di laksanakan dalam dua kali pertemuan, yang dilakukan sesuai dengan RPP. pertemuan I membahas materi tentang Persebaran hewan dan tumbuhan dunia dan Persebaran hewan dan tumbuhan di Indonesia dan pertemuan kedua membahas materi Kerusakan flora dan fauna di indinesia.

Dalam kegiatan ini juga dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar pengamatan model pengajaran langsung yang telah dirancang sebelumnya. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran untuk memantau optimalisasi penerapan model pengajaran langsung yang dilakukan oleh observer yaitu guru kelas XI IPSC dan untuk melihat aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh observer (teman sejawat).

Kegiatan pembelajaran pada siklus II pertemuan I dan II diawali dengan guru Mengisi daftar hadir, berdoa, mempersiapkan materi pembelajaran, lalu guru Mempersiapkan siswa untuk belajar,kemudian guru Menjelaskan tujuan pembelajaran dari materi yang dibawakan , lalu guru Menginformasikan langkah-langkah yang akan dilakukan selama pembelajaran.Setelah itu, guru Menjelaskan pentingnya materi.

Dalam proses pembelajaran, guru menyajikan materi pelajaran.

Kemudian, guru Bertanya kepada siswa tentang materi yang baru disampaikan, materi mana yang belum jelas dan kurang dimengerti. Lalu, guru Menjelaskan ulang materi yang belum jelas atau belum dimengerti oleh siswa. Kemudian, Merencanakan kegiatan yang dilakukan siswa secara berkelompok untuk mendiskusikan materi pembelajaran. Guru membimbing dan melatih kelompok siswa bagaimana menemukan solusi pemecahan yang tepat terhadap tugas yang diberikan. Setelah itu, Guru mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas kelompok dengan benar. Selanjutnya, Memberikan umpan balik dengan mengadakan tanya jawab. Dalam kegiatan proses pembelajaran yang terakhir adalah Merencanakan pelatihan lanjutan dengan memberikan permasalahan yang lebih kompleks dalam kehidpan sehari-hari.

Diakhir pelajaran, Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran yang telah dipelajari. Selanjutnya, Memberikan tindak lanjut.

Observasi

Data Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Data hasil analisis aktivitas belajar siswa yang diolah dari data mentah aktivitas belajar siswa yang menggunakan lembar observasi aktivitas siswa pada pertemuan I dan pertemuan II di siklus II dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:

Gambaran masing-masing aktivitas belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada gambar 5 berikut ini:

(10)

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016

Gambar 5. Grafik Rata-Keterangan:

1. Siswa member salam kepada

2. Siswa berdoa untuk mengawali kegiatan belajar 3. Siswa mempersiapkan buku catatan dan buku pelajaran

4. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru 5. Siswa mendengarkan materi yang diajarkan

6. Siswa bertanya kepada guru tentang materi yang 7. Siswa berada didalam kelompok masing

8. Siswa secara berkelompok memecahkan persoalan yang diberikan 9. Siswa mempersentasikan hasil diskusi

10.Siswa dan guru bersama

11.Siswa menyimak penjelasan/penguatan ataupun koreksi ya Berdasarkan gambar 6

menujukan bahawa aspek aktivitas belajar siswa pada siklus II yang memperoleh skor terendah sebesar 3,1 yang berada dalam kategori baik terdapat pada aspek nomor 6 yaitu Siswa bertanya kepada guru tentang materi yang diajarkan. Pada siklus II aspek aktivitas yang memperoleh skor tertinggi sebesar 3,9 terdapat pada aspek nomor 2 yaitu, Siswa berdoa untuk

Grafik 6. Grafik Rata

0 1 2 3 4 1 2 3.8 3.9 3.4 3.2 3.4 3.6 3.8 Pertemuan 1

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016

-Rata Tiap Aspek Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus II Siswa member salam kepada guru

Siswa berdoa untuk mengawali kegiatan belajar Siswa mempersiapkan buku catatan dan buku pelajaran

Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru Siswa mendengarkan materi yang diajarkan

Siswa bertanya kepada guru tentang materi yang diajarkan Siswa berada didalam kelompok masing-masing

Siswa secara berkelompok memecahkan persoalan yang diberikan Siswa mempersentasikan hasil diskusi

Siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan materi.

menyimak penjelasan/penguatan ataupun koreksi yang diberikan oleh guru Berdasarkan gambar 6 di atas

menujukan bahawa aspek aktivitas belajar siswa pada siklus II yang memperoleh skor terendah sebesar 3,1 yang berada dalam kategori baik terdapat pada aspek nomor 6 yaitu Siswa bertanya kepada guru tentang Pada siklus II spek aktivitas yang memperoleh skor tertinggi sebesar 3,9 terdapat pada aspek nomor 2 yaitu, Siswa berdoa untuk

mengawali kegiatan belajar, nomor 8 yaitu, Siswa secara berkelompok memecahkan persoalan yang diberikan dan nomor 9 yaitu

mempersentasikan hasil diskusi.

Sesuai dengan teknik analisis statistik deskriptif, gambaran aktivitas belajar siswa pada siklus II dari pertemuan I sampai pertemuan

dilihat pada gambar 6 berikut ini:

Grafik Rata-Rata Aktivitas Siswa Pada Siklus II

3 4 5 6 7 8 9 10 3.4 3.7 3.2 3.1 3.7 3.9 3.9 3.6 3.7 Siklus II 3.47 3.78 3.62

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Siklus II

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016

Rata Tiap Aspek Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus II

ng diberikan oleh guru mengawali kegiatan belajar, nomor 8 yaitu, Siswa secara berkelompok memecahkan persoalan yang diberikan dan nomor 9 yaitu, Siswa

an hasil diskusi. Sesuai dengan teknik analisis statistik deskriptif, gambaran aktivitas belajar siswa pada siklus II dari pertemuan I sampai pertemuan II dapat

6 berikut ini:

11 3.7

(11)

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016

Berdasarkan gambar

diperoleh bahwa rata-rata aktivitas belajar siswa pada pertemuan I siklus II sebesar 3,47 yang berada dalam kategori baik. Rata- rata aktivitas belajar pa pertemuan II siklus II sebesar 3,78 yang berada dalam kategori baik. Skor rata rata aktivitas belajar siswa pada siklus II setelah dirata-ratakan dari pertemuan I sampai pertemuan II adalah 3,62 yang berada dalam kategori baik. Pada siklus II diperoleh bahwa aktivitas belajar siswa dengan skor 3,62 pada siklus II

Gambar 7. Grafik Berdasarkan gambar

menunjukkan bahwa aktivitas guru telah memenuhi kriteria, dimana dikatakan berhasil apabila telah mencapai skor rata-rata minimal 3,0. Skor rata-rata aktivitas guru

sebesar 3,46 menunjukan bahwa penerapan metode demonstrasi pada materi pokok menganalisis atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi dapat meningkatkan aktivitas mengajar guru.

Data Hasil Belajar Siklus II Berdasarkan hasil analis

deskriptif yang digunakan untuk menganalisisi hasil belajar siswa pada

Tabel 2. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II Ketuntasan Tuntas Tidak Tuntas Jumlah Total 0 1 2 3 4 Pertemuan 1

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016

Berdasarkan gambar 6 diatas, rata aktivitas belajar siswa pada pertemuan I siklus II sebesar 3,47 yang berada dalam kategori rata aktivitas belajar pada pertemuan II siklus II sebesar 3,78 yang berada dalam kategori baik. Skor rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus II

ratakan dari pertemuan I sampai pertemuan II adalah 3,62 yang berada dalam kategori baik. Pada siklus bahwa aktivitas belajar siswa dengan skor 3,62 pada siklus II

telah mencapai kriteria ketuntas dimana aktivitas belajar siswa dikatakan berhasil apabila memperoleh skor rata rata aktivitas sebesar 3,0.

Data Aktivitas Mengajar Guru Siklus II

Rata-rata aktivitas guru dari pertemuan I sampai pertemuan II setelah dirata-ratakan berada dalam kategori baik dengan skor rata-rata sebesar 3,46 Hal ini agar lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Grafik Rata-Rata Aktivitas Mengajar Guru Siklus II gambar 7

kan bahwa aktivitas guru telah memenuhi kriteria, dimana dikatakan berhasil apabila telah rata minimal 3,0. rata aktivitas guru di siklus II sebesar 3,46 menunjukan bahwa penerapan metode demonstrasi pada materi pokok menganalisis atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka gkatkan aktivitas Data Hasil Belajar Siklus II

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif yang digunakan untuk menganalisisi hasil belajar siswa pada

tiap siklus, diperoleh data hasil belajar siswa pada siklus II.

Berdasarkan analisis hasil belajar siswa yang disajikan dalam

terlihat bahwa hasil belajar

siswa kelas XI IPSC di SMA Negeri 1 Tongkuno dengan menerapkan pengajaran langsung menunjukan bahwa rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa sebesar 89,23 Hasil Belajar siswa pada siklus II dengan nilai tertinggi sebesar 95 dan nilai terendah

Untuk mengetahui persentase ketuntasan hasil belajar siklus II secara klasikal , lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut:

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II

Jumlah Persentase 23 88.46% 3 11.54% 26 100% 3.07 3.76 3.46

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Siklus II

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016

telah mencapai kriteria ketuntas dimana aktivitas belajar siswa dikatakan berhasil apabila memperoleh skor rata-Data Aktivitas Mengajar Guru Siklus tivitas guru dari pertemuan I sampai pertemuan II setelah ratakan berada dalam kategori rata sebesar 3,46 Hal ini agar lebih jelas dapat dilihat

tiap siklus, diperoleh data hasil belajar Berdasarkan analisis hasil belajar siswa yang disajikan dalam gambar 7 terlihat bahwa hasil belajar geografi di SMA Negeri 1 Tongkuno dengan menerapkan pengajaran langsung menunjukan bahwa rata hasil belajar yang diperoleh siswa sebesar 89,23 Hasil Belajar siswa pada siklus II dengan nilai tertinggi sebesar 95 dan nilai terendah sebesar 45 Untuk mengetahui persentase ketuntasan hasil belajar siklus II secara klasikal , lebih jelasnya dapat dilihat

Persentase 88.46% 11.54%

(12)

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016

Berdasakan tabel 2

bahwa pada siklus II persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 88,46% atau 23 siswa memperoleh nilai memperoleh nilai ≥ 75 atau telah mencapai KKM (kriteria ketuntasan Minimal) dan persentase 11,54% atau 3 orang siswa memperoleh nilai 75

Grafik 8. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II Berdasarkan grafik diatas

diperoleh Pada siklus II persentase ketuntasan telah memenuhi kriteria ketuntasan secara klasikal yaitu minimal 80%, dimana pada siklus II persentse ketuntasan belajarnya sebesar 88,46 meskipun pada siklus ini masih ada siswa yang belum tuntas secara perorangan. Hal ini menunjukan bahwa ketuntasan secara klasikal pada penelitian tindakan kelas ini telah terpenuhi yang berarti pula penerapan model pengajaran langsung memecahkan masalah belajar Geografi siswa kelas XI IPSC SMA Negeri 1 Tongkuno pada materi materi pokok biosfer dan aspek penyebaran hewan dan tumbuhan.

Refleksi Siklus II

Refleksi merupakan proses atau tahap dalam penelitian tindakan kelas dimana bertujuan untuk memperbaiki kesalahan yang terjadi pada setiap akhir pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pada pelaksanaan tindakan siklis II baik pertemuan I dan pertemuan II sesuai rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, hal ini

0 50 100

88.46

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016

menunjukan bahwa pada siklus II persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 88,46% atau 23 siswa memperoleh nilai 75 atau telah mencapai KKM (kriteria ketuntasan Minimal) dan persentase 11,54% atau 3 orang siswa memperoleh nilai 75 atau

belum mencapai KKM (kriteria ketuntasan Minimal). Pada siklus II diperoleh bahwa jumlah siswa yang tuntas lebih banyak dibandingkan dengan jumlah siswa yang tidak tuntas. Hal dapat di lihat pada gambar dibawah ini:

Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II Berdasarkan grafik diatas

diperoleh Pada siklus II persentase ketuntasan telah memenuhi kriteria ketuntasan secara klasikal yaitu minimal 80%, dimana pada siklus II persentse san belajarnya sebesar 88,46 meskipun pada siklus ini masih ada siswa yang belum tuntas secara perorangan. Hal ini menunjukan bahwa ketuntasan secara klasikal pada penelitian tindakan kelas ini telah terpenuhi yang berarti pula penerapan langsung memecahkan masalah belajar Geografi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tongkuno pada materi materi pokok biosfer dan aspek penyebaran hewan dan tumbuhan.

Refleksi merupakan proses atau tahap dalam penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki kesalahan yang terjadi pada setiap akhir pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pada pelaksanaan tindakan siklis II baik pertemuan I dan pertemuan II sesuai rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, hal ini

berdasarkan hasil diskusi antara peneliti dengan observer ( guru kelas ) dimana terlihat bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pengajaran langsung sudah mendapatkan hasil yang lebih baik, meskipun masih ada 3 orang siswa yang belum mencapai KKM, akan tet siswa tersebut sudah terlihat cukup aktif dalam melibatkan diri dalam pelaksanaan tindakan dalam kelompok.

Pada siklus II pembelajaran dengan menerapkan pengajaran lansung mendapatkan hasil yang lebih baik, diantaranya: a) Peneliti sudah melengkapi media pengajaran sehingga dalam menyajikan materi sudah lebih baik. b) Peneliti sudah memberikan motivasi kepada siswa dengan mengemukakan kasus dalam kehidupan sehari – hari serta siswa sudah berani bertanya mengenai hal – hal yang belum dipahami. c) Peneliti sudah mampu memberikan pengawasan serta sudah membimbing siswa dengan baik dalam menyelesaikan soal – soal yang telah diberikan baik LKS yang dikerjakan secara kelompok maupun soal

Tuntas Tidak Tuntas

88.46

11.54 23

3

Persentase Jumlah

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016

belum mencapai KKM (kriteria ketuntasan Minimal). Pada siklus II diperoleh bahwa jumlah siswa yang tuntas lebih banyak dibandingkan dengan jumlah siswa yang tidak tuntas. Hal dapat di lihat pada gambar dibawah

dasarkan hasil diskusi antara peneliti dengan observer ( guru kelas ) dimana terlihat bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pengajaran langsung sudah mendapatkan hasil yang lebih baik, meskipun masih ada 3 orang siswa yang belum mencapai KKM, akan tetapi siswa tersebut sudah terlihat cukup aktif dalam melibatkan diri dalam pelaksanaan Pada siklus II pembelajaran dengan menerapkan pengajaran lansung mendapatkan hasil yang lebih baik,

Peneliti sudah media pengajaran sehingga dalam menyajikan materi sudah lebih Peneliti sudah memberikan motivasi kepada siswa dengan mengemukakan kasus dalam kehidupan hari serta siswa sudah berani hal yang belum liti sudah mampu memberikan pengawasan serta sudah membimbing siswa dengan baik dalam soal yang telah diberikan baik LKS yang dikerjakan secara kelompok maupun soal – soal

(13)

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016

Ernianti, Ramli latihan yang dikerjakan secara individu.

Peneliti sudah tegas memberikan pemahaman materi kepada siswa dan menegur/ memberi sanksi kepada siswa yang ribut. d) Pada saat diskusi kelompok berlangsung, siswa sudah beradaptasi dengan kelompoknya masing – masing dan guru sudah membimbing siswa agar aktif ataupun memberikan tanggapannya terhadap masing – masing anggota kelompoknya maupun kepada kelompok penyaji. e) Siswa sudah memberikan perhatian penuh pada saat guru menulis dan membacakan tujuan pembelajaran yang harus dicapai termasuk siswa bertanya mengenai hal – hal yang belum dipahami. Terlihat siswa sudah menunjukkan sikap yang baik dan tidak melakukan kegiatan lain pada saat guru memberikan penjelasan. f.) Guru sudah mengelola dan mengkondisikan kelas dengan baik sehingga guru sudah tidak lagi mengambil jam istrahat siswa dalam mengajar.

Jika dibandingkan mulai dari sebelumya diterapkan pengajaran langsung kemudian dilaksanakan peneliti pada siklus I dan setelah dilakukan refleksi untuk dilanjutkan pada siklus II, menunjukan bahwa penerapan model pengajaran langsung dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa khususnya tentang materi pokok biosfer dan aspek penyebaran hewan dan tumbuhan. Pada siklus II ini sudah menunjukan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar yang signifikan dibandingkan dengan siklus sebelumnya sehingga penelitian ini dikatakan berhasil dengan memperoleh indikator keberhasilan sebesar 3,65 untuk aktivitas siswa dan 3,46 untuk aktivitas guru serta 88,46% siswa mencapai ketuntasan secara klasikal.

Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan permasalahan ketiga, yaitu apakah penggunaan model pengajaran langsung dapat meningkatkan hasil belajar Geografi siswa kelas XI

IPSC SMA Negeri 1 Tongkuno, dapat dijelaskan bahwa berdasarkan hasil analisis deskriptif kuantitatif yang dilakukan terhadap hasil belajar siswa pada setiap siklus cenderung mengalami peningkatan kearah yang lebih baik, hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan 4.7 Pada siklus I

Berdasarkan hasil tes hasil belajar siswa pada siklus I diperoleh nilai minimum sebesar 40; nilai maksimum 85; rata-rata hasil belajar siswa sebesar 66,15 Secara klasikal dari 26 siswa yang mencapai persentase ketuntasan hasil belajar yaitu 16 siswa atau 61% yang mencapai nilai ≥ 75 sesuai dengan nilai KKM geografi yang ditentukan oleh sekolah dan terdapat 10 orang siswa dengan presentase sebesar 39% siswa yang nilainya belum mencapai KKM yang ditentukan oleh sekolah yaitu 75. Presentase ketuntasan pada siklus I ini belum mencapai target peneliti yaitu mencapai ketuntasan belajar secara klasikal minimal 80%.

Setelah melakukan analisis dan refleksi hasil belajar siswa pada siklus I, guru mata pelajaran dan peneliti mencoba melakukan perbaikan dalam proses belajar mengajar agar pada siklus selanjutnya siswa yang memenuhi ketuntasan belajar dapat meningkat lagi seperti yang diharapkan.

Pada siklus II

Berdasarkan hasil tes belajar siswa pada siklus II, terlihat bahwa hasil belajar siswa memperoleh nilai minimum 45; nilai maksimum 95; nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 89 Terdapat sebanyak 23 siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 atau ketuntasan hasil belajar secara klasikal sebesar 88,46% sedangkan jumlah siswa yang hasil belajarnya di bawah KKM atau yang memperoleh nilai ˂ 75 sebanyak 3 orang atau 11,54 % yang belum tuntas. Dari hasil tersebut, menunjukkan peningkatan hasil belajar yang signifikan dari siklus I ke siklus II, walaupun masih ada 13

(14)

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016

Ernianti, Ramli beberapa siswa yang belum mencapai

ketuntasan belajar.

Pada siklus II target ketuntasan hasil belajar siswa telah tercapai yaitu 88,46% siswa telah tuntas dalam hasil belajarnya. Hal ini penelitian dianggap telah berhasil mencapai targetnya. Dalam penelitian ini keberhasilan siswa dalam tes hasil belajar siklus II memberikan gambaran bahwa penggunaan model pengajaran langsung mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Dengan demikian, jawaban atas permasalahan penilitian telah terungkap yaitu pembelajaran dengan penggunaan model pengajaran langsung berhasil meningkatkan aktivitas belajar siswa dan juga dapat meningkatkan hasil belajar geografi siswa kelas XI IPSC khususnya pada materi pokok biosfer dan aspek penyebaran hewan dan tumbuhan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa: a) Aktivitas belajar siswa dengan penggunaan model pengajaran langsung pada setiap siklus cenderung meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata pada setiap siklus, dimana pada siklus I skor rata-rata aktivitas siswa adalah 2,33 yang termasuk kategori cukup mengarah ke baik meningkat pada siklus II menjadi 3,62 yang termasuk pada kategori baik mengarah ke sangat baik. b) Aktivitas mengajar guru dengan penggunaan model pengajaran langsung pada setiap siklus cenderung meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata pada setiap siklus, dimana pada siklus I skor rata-rata aktivits guru adalah 2,42 yang termasuk kategori baik dan meningkat pada siklus II menjadi 3,46 yang berkategori baik. c)Hasil belajar geografi siswa kelas XI IPSC dapat ditingkatkan dengan penggunaan model pengajaran langsung pada materi pokok biosfer dan aspek penyebaran hewan dan tumbuhan.

Dimana pada siklus I yaitu diperoleh nilai terendah 40, nilai tertinggi 85, nilai rata-rata 66,15 dan ketuntasan belajar sebesar 80% yang mencapai KKM atau dari 26 siswa hanya 16 siswa yang memperoleh nilai ≥ 75. Pada siklus II diperoleh nilai terendah 45, nilai tertinggi 95, nilai rata-rata adalah 89 dan ketuntasan belajar pada siklus II mengalami peningkatan yaitu dari 26 orang siswa ada 23 orang siswa yang yang memperoleh nilai ≥ 75, dengan persentase ketuntasan hasil belajar adalah 88,46%.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyampaikan beberapa saran berikut: a) Bagi pihak sekolah, khususnya SMA Negeri 1 Tongkuno dapat mencoba menggunakan model pengajaran langsung pada pembelajaran geografi untuk mengatasi banyaknya siswa yang pasif dalam pembelajaran serta untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi. b) Bagi peneliti selanjutnya, terus mencari informasi dan mempelajari model pengajaran langsung sebelum melakukan PTK khususnya pada tahap-tahap model pengajaran langsung, sehingga diharapkan hasil yang diperoleh lebih baik lagi. c) Dalam penelitian ini peneliti menyadari masih ada kekurangan-kekurangan baik dalam hal perencanaan penelitian, pelaksanaan penelitian dan penganalisian data hasil penelitian sampai dengan penarikan kesimpulan. Karena peneliti juga hanyalah manusia biasa yang tidak sempurna dan tidak pernah luput dari kesalahan.

DAFTAR PUSTAKA

Anurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alvabeta. Anurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alvabeta

Fathurrohman Muhammad. 2015.

Model-model pembelajaran inovatif.

(15)

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 November 2016

Ernianti, Ramli Jihad, Haris, 2012. Evaluasi

pembelajaran. Yogyakarta: Multi

Presindo.

Kardi, S. & Nur M. 2000. Pengajaran

Langsung. Surabaya: Universitas

Gambar

Gambar 1. Skor Rata Keterangan:
Gambar 3. Grafik Rata Berdasarkan  analisis  d
Tabel 1. Analisis Ketuntasan  Belajar Siswa Pada Evaluasi Siklus I Ketuntasan
Gambar 5. Grafik Rata- Rata-Keterangan:
+3

Referensi

Dokumen terkait

Madura, khususnya di daerah bangkalan terdapat tanaman salak yang merupakan buah buahan khas dari kota bangkalan, yang mana sudah ada beberapa produk dari buah..

Bira adalah kambing gunung yang sudah punya kebiasaan saling tolong menolong dan ramah satu sama lain, tapi Bira sangat menonjol dalam hal antusias untuk memberikan dorongan

Penyakit katastropik merupakan penyakit-penyakit yang membutuhkan biaya tinggi dalam pengobatannya serta memiliki komplikasi yang dapat mengancam jiwa. Penyakit yang

Proses sistem kerja pada Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan dilakukan secara manual yang tentunya memperlambat kinerja dalam pemrosesannya sehingga terjadi

638/BPBD/2016 tanggal 26 Agustus 2016 tentang Perpanjangan Penetapan Status Siaga Darurat Penanggulangan Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Pengembangan kompetensi Pegawai di Kantor Dinas Perhubungan Kalimantan Timur yang jelaskan melalui sub fokus

Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 85/KPTS/BPBD- SS/2017 tentang Status Keadaan Siaga Darurat Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi

Dan ketika dari 4 gugus electron disekitar atom pusat terdiri dari 2 berikatan dan 2 tidak berikatan maka bentuk molekulnya akan menjadi bentuk V dengan sudut idela sebesar 120 0. 