• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMILIHAN PRODUK UNGGULAN DAN KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI WIJEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PEMILIHAN PRODUK UNGGULAN DAN KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI WIJEN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

62

Luluk Sulistiyo Budi 1, M. Syamsul Ma’arif 2, Illah Sailah 3, Sapta Raharja 3

Abstract:The important strategy in industrial development of sesame is in selecting the excellent product and in conducting the financial analysis. The aim of study was selecting the excellent product and conducting feasibility analysis. This study selecting six products from sesame; industrial oil, seosening oil, food supplement oil, pare seed, ketchup and cabuk using exponential comparation method (MPE) and financial analysis using financial feasibility analysis comprises Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Pay Back Period (PBP) dan Net B/C ratio. The result of analysis showed that the priority of product were : seasoning oil, pare seed, ketchup, food supplement, industrial oil, and cabuk. Based on financial analysis, it was known that opportunity level (discount rate) was 20 %, NPV was ( Rp. 292.796.108,90), net B/C was 1,27, IRR 22,04% and BPB was 1.03. Based on this financial analysis, the sesame-based agroindustry was feasible to develop. Kata Kunci : Strategy, Product, Financial analysis, and Sesame oil

Wijen merupakan komoditas potensial dan multiguna yaitu untuk industri makanan, penghasil minyak makan, dan untuk aneka industri farmasi dan lainnya, karena memiliki kadar gizi tinggi (Ketaren, 1986, dan Morris 2002). Pengolahan wijen sejak lama sudah dilakukan namun masih dengan cara sederhana dan saat ini baru terdapat beberapa industri kecil. Dalam upaya memenuhi kebutuhan konsumen diperlukan adanya suatu produk yang bermutu tinggi. Disisi lain menunjukkan bahwa prospek usaha wijen masih sangat cerah baik di tinjau dari aspek pengembangan usahataninya, ragam produk yang dihasilkan, pengolahan maupun pemasarannya (Nurheru dan Sunardi 2002, USAID 2002)

Khususnya produsen produk agroindustri wijen, tetap melakukan berbagai upaya untuk mengembangkan usaha yang ada dan meraih manfaat yang sebesar-besarnya (Budi 2005). Untuk itu perlu dilakukan pengkajian secara mendalam untuk memperoleh keputusan strategi pemilihan produk unggulan dan kelayakan finansial, untuk itu kedua strategi tersebut membutuhkan analisa yang memadai.

Metode pengambilan keputusan tentang strategi pemilihan produk unggulan untuk menghasilkan keputusan skala prioritas produk yang paling sesuai adalah menggunakan Metode Perbandingan Ekponansial (MPE). Sedangkan metode pengambilan keputusan kelayakan finansial diantaranya adalah metode NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), PBP (Pay

1. Mahasiswa pascasarjana program studi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi

Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

2. Guru Besar Program studi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut

Pertanian Bogor, selaku Ketua komisi pembimbing.

3. Dosen Program studi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut

(2)

Back Period), PI (Probfitability Indek), (Bierman 1984, Stapley 1994, Tang 1996, Weston 1996, Dysinger 1997, Emery 1998, Soeharto 2002) dan lattice claim analysis (Kamrad, 1995). Kajian ini bertujuan untuk memperoleh produk unggulan agroindustri wijen serta menganalisis kelayakan usaha produk unggulan agroindustri terpilih untuk dibangun dan dikembangkan. Ruang lingkup kajian ini dibatasi pada pemilihan produk agroindustri berbasis wijen yang potensial dikembangkan dan penilaian kelayakan usaha agroindustri potensial tersebut yang dilihat dari aspek finansial.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada bulan April –Desember 2007 di Desa Bendosari, Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Pengambilan data sekunder dilakukan pada dinas terkait sedangkan data primer diperoleh dari diskusi mendalam dengan pakar tentang penyediaan bahan baku yang mewakili praktisi, akademis dan pemerintah daerah. Adapun industri kecil yang dijadikan obyek adalah koperasi Estu Mandiri Desa Bendosari, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran penelitian dikembangkan dari latar belakang dan kajian teoritis untuk dapat membahas permasalahan yang dihadapi. Didasari dari potensi pengembangan yang ada saat ini terdapat keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif dan kelayakan usaha serta didukung oleh faktor internal dan eksternal maka pengembangan agroindustri wijen dapat dijalankan melalui banyak strategi, namun pada kajian ini hanya dibahas tentang strategi pemilihan produk unggulan dan kelayakan finansial agroindustri wijen. Kerangka pemikiran penelitian selengkapnya disajikan pada Gambar 1.

(3)

64

Gambar 2. Diagram alir model pemilihan produk unggulan dan kelayakan finansial agroindustri wijen.

Metode perbandingan eksponensial (MPE)

Tahapan Teknik MPE menurut Manning (1984), diacu dalam Eriyatno (1999) adalah sebagai berikut : (1) menuliskan semua alternatif, (2) menentukan kriteria-kriteria penting dalam pengambilan keputusan, (3) mengadakan penilaian terhadap setiap kriteria, (4) mengadakan penilaian terhadap semua alternatif masing-masing kriteria, (5) menghitung nilai setiap alternatif, dan (6) memberikan jenjang kepada alternatif berdasarkan nilai masing-masing kriteria. Perhitungan total nilai setiap pilihan keputusan menggunakan formulasi (Ma’arif dan Tanjung 2003) sebagai berikut :

Total Nilai =

= m j TKKj ij

RK

1

)

(

... (1) Dengan :

RKij= derajat kepentingan relatif kriteria ke –j pada keputusan ke i TKKj=derajat kepentingan kriteria keputusan

n = jumlah pilihan keputusan m = jumlah kriteria keputusan

Pemberian bobot kepada setiap kriteria dilakukan dengan :

1) memberikan bobot secara langsung tanpa melakukan perbandingan relatif terhadap kriteria yang lainnya.

2) Dapat dilakukan oleh orang yang mengerti, paham dan berpengalaman dalam menghadapi masalah keputusan yang dihadapi.

(4)

3) Pemberian bobot seperti ini sangat bersifat subyektif.

Formula yang digunakan dalam penentuan bobot sebagai berikut : We =

∑ ∑

= = = k e n j n j eej ej l 1 1 1 , untuk e = 1, 2, ..k... (3) ...(2)

Dimana, lej= nilai tujuan ke l oleh pakar ke j n = jumlah pakar

Pemberian jenjang pada tahap akhir berdasarkan urutan nilai alternatif terbesar hingga alternatif terkecil. Nilai alternatif yang terbesar akan dijadikan studi kasus pada penelitian ini. Metode penilaian kelayakan finansial

Analisis kelayakan investasi menggunakan beberapa metode menilai kelayakan investasi suatu usaha, diantarannya : Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Pay Back Period (PBP) (Soeharto, 2002).

a. Net Present Value (NPV)

Metode ini mendiskontokan seluruh aliran kas, baik aliran kas masuk maupun aliran kas keluar pada basis waktu sekarang. Untuk keperluan perghitungan diperlukan pendiskon, yaitu biaya modal. NPV adalah jumlah seluruh aliran kas yang telah didiskontokan dengan menggunakan formula matematik sebagai berikut :

NPV =

(

)

o n t t t t

C

i

C

B

+

=1

(

1

)

...(3) Kriteria kelayakan adalah :

jika nilai NPV > 0 berarti investasi layak untuk dijalankan, sebaliknya jika nilai NPV < 0, maka investasi rugi atau tidak layak untuk dilanjutkan.

b. Internal Rate of Return (IRR)

Metode ini digunakan untuk menghitung pada tingkat bunga berapa seluruh pengeluaran proyek akan sama dengan seluruh penerimaan sepanjang proyek. Untuk perhitungan digunakan formula matematik sebagai berikut :

IRR = DtP +       − −PVN XD N D P PVP PVP f f. . ...(4) Kreteria kelayakannya adalah :

jika nilai IRR > 1, maka investasi layak untuk diteruskan dan sebaliknya jika nilai IRR < 1, maka investasi tidak layak untuk diteruskan.

c. Net Benefit Cost ratio (net B/C)

Net B/C adalah perbandingan antara present value total dari hasil keuntungan bersih terhadap present value dari biaya bersih. Metode ini sering juga disebut Rasio Manfaat Biaya. Untuk menghitung Net B/C dapat digunakan formula (Gray et al. 1986; Kadariyah et al. 1999) sebagai berikut :

(5)

66 Net B/C =

= = + − + − n t t t t n t t t t i B C i C B 0 0 ) 1 ( ) 1 ( … ...(5) Kriterianya adalah :

jika nilai B/C > 1 berarti investasi layak untuk dijalankan

jika nilai B/C < 1 berarti investasi tidak layak untuk dijalankan dan jika nilai B/C = 1, maka keputusan tergantung pada investor. d. Pay Back Period (PBP)

Metode ini digunakan untuk menilai investasi yang didasarkan pada lamanya waktu yang diperlukan untuk melunasi biaya investasi (cost) oleh net benefit. Oleh karena itu PBP sering juga dinyatakan sebagai jumlah periode (tahun) yang diperlukan untuk mengembalikan (menutup) ongkos investasi awal dengan tingkat pengembalian tertentu. Perhitungan PBP didasarkan pada aliran kas baik tahunan maupun yang merupakan nilai sisa. Untuk mengetahui periode pengembalian pada suatu tingkat tertentu digunakan formula matematik sebagai berikut : PBP = P +

= , 1

%,

1

,

/

(

N t t

P

F

t

A

...(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil kajian pustaka dan diskusi mendalam dengan pakar terhadap pemilihan produk agroindustari berbasis wijen diperoleh 9 kriteria penilaian pemilihan produk unggulan agroindustri wijen. Kriteria tersebut meliputi; peningkatan nilai tambah, ketersediaan sdm trampil, daya serap tenaga kerja, prospek dan permintaan pasar produk, ketersediaan bahan baku, kemudahan proses produksi, kemudahan akses dan kelayakan alat, kemudahan akses teknologi, dan dampak lingkungan. Hasil penilaian pakar terhadap bobot nilai kriteria selengkapnya disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil penilaian pakar terhadap bobot nilai kriteria pemilihan produk unggulan agroindustri wijen.

No Kriteria pemilihan produk unggulan agroindustri wijen Bobot Nilai

1 Peningkatan Nilai Tambah 6

2 Ketersediaan SDM Trampil 7

3 Daya Serap Tenaga Kerja 6

4 Prospek dan Permintaan Pasar Produk 8

5 Ketersediaan Bahan Baku 3

6 Kemudahan Proses Produksi 1

7 Kemudahan Akses dan Kelayakan Alat. 6

8 Kemudahan Akses Teknologi 3

9 Dampak Lingkungan 3

Terlihat pada Tabel 1. menunjukkan bahwa prospek dan permintaan pasar produk memiliki bobot nilai tertinggi yaitu bobot nilai 8, hal ini sesuai dengan hasil penelitian terhadap faktor

untuk BtCt>0

(6)

pengembangan angroindustri wijen adalah permintaan pasar sebagai faktor kunci (Budi 2008). Dimana permintaan pasar akan sangat menentukan kelayakan usaha dan sangat menentukan jenis produk dan kapasitas produksi. Kriteria penting lainnya adalah ketersediaan sumber daya manusia terampil, hal ini dimaksudkan adalah tersediannya teknologi dan instrumen yang memadai tetapi sumber daya manusia yang tidak memadai justru akan menghambat jalannya proses produksi, maka kriteria ini memiliki bobot nilai yang tinggi dan perlu diperhatikan.

Hasil kajian pustaka dan diskusi mendalam dengan pakat diperoleh 6 alternatif produk unggulan agroindustri wijen. Hasil analisis menunjukkan bahwa alternatif produk minyak seasoning sebagai prioritas pertama produk unggulan agroindustri wijen, prioritas kedua adalah biji sosoh, dan prioritas ketiga adalah kecap wijen. Hasil analisis produk unggulan agroindustri wijen selengkapnya disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil analisis pemilihan produk unggulan berdayasaing agroindustri wijen.

No Alternatif Produk unggulan berdayasaing Bobot agregat Prioritas

1 Minyak Sayur (semi-refined sesame oil) 56961493 I

2 Biji sosoh 44164308 II

3 Kecap 31399367 III

4 Minyak kesehatan (Refinet sesame oil) 18693287 IV

5 Minyak kasar bahan baku Industri (Crude sesame oil) 10414477 V

6 Cabuk 3266052 VI

Tabel 2. menunjukkan bahwa keputusan memilih prioritas pertama alternatif produk unggulan berdayasaing minyak sayur merupakan keputusan yang tepat, karena saat ini minyak wijen sebagai minyak sayur (seasoning) sudah banyak dikenal masyarakat dan kebutuhan akan minyak wijen untuk minyak makan didalam negeri cukup tinggi, sedangkan produksi dalam negeri masih sangat rendah hanya mencapai 10,08 ton/tahun, sehingga harus mengimpor, data terakhir impor minyak wijen sebesar 315,45 ton/tahun (BPS 2005). Prioritas kedua adalah produk unggulan berupa biji sosoh, hal ini menujukkan adanya kenyataan bahwa kebutuhan biji wijen sosoh ini sangat tinggi, terbukti bahwa Indonesia melakukan impor biji wijen mencapai. Sedangkan produk unggulan ketiga, juga potensial dikembangkan namun masih sempit peluang pasarnya karena belum banyak dikenal konsumen, oleh karena itu untuk pengembangkannya sangat diperlukan upaya pengenalan atau promosi secara intensif tentang manfaat produk.

Hasil analisis kelayakan finansial terhadap pengembangan agroindustri wijen pada skala industri kecil dilakukan pada skala usaha dengan kapasitas produksi 14 kg/hari atau 364 kg/bulan minyak wijen atau setara jumlah biji wijen 40 kg/hari atau 1040 kg/bulan biji wijen dapat diketahui dengan beberapa alat analisis yaitu nilai NPV, net B/C ratio, IRR dan PBP.

Hasil analisis kelayakan finansial pengembangan agroindustri wijen menunjukkan layak dikembangkan. Hasil analisis sensitivitas selengkapnya disajikan pada Tabel 3.

(7)

68

Tabel 3. Analisis sensitivitas kelayakan finansial Skenario Perubahan Net Present

Value (NPV) Internal Rate of Return (IRR) B/C Ratio Payback Period (PBP) Keterangan

Harga bahan baku normal Rp.

8000/kg 292,796,108. 40.90% 1.27 1.03 Layak

Harga bahan baku naik 20 % (

Rp. 9600/kg 205,146,247. 32.35% 1.22 1.10 Layak

Harga bahan baku normal Rp. 8000/kg dan harga jual turun 20 %

162,953,796. 28.17% 1.21 1.15 Layak Harga bahan baku naik 20 %

(Rp. 9600) dan Harga jual Turun 20 %

100,642,296. 22.04% 1.17 1.24 Layak

Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai NPV dari proyek ini adalah serbesar Rp. 292.796.108 Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat bunga 20% nilai NPV masih menunjukkan positif sehingga pada tingkat opportunity (discount rate) 20 % investasi agroindustri wijen layak dilakukan. Nilai net B/C ratio juga dapat menunjukkan kriteria layak tidaknya usaha untuk dijalankan, dimana net B/C >1 maka usaha tersebut layak dijalankan, sebaliknya jika net B/C < 1 maka usaha tersebut tidak layak dijalankan.

Hasil analisis net B/C menunjukkan nilai sebesar 1,27 hal berarti investasi agroindustri wijen layak dilaksanakan, jika kondisi harga bahan baku yang meningkat 20% dan harga jual menurun 20% juga masih layak dijalankan yaitu 1.17. Nilai IRR sebesar 22,04% artinya juga layak dijalankan karena lebih besar dari tingkat bunga yang ditentukan yaitu 20 %. Demikian juga dengan waktu pengembalian investasi dapat dilihat dari hasil analisis terhadap nilai Pay Back Period (PBP) yaitu 1,03 tahun artinya bahwa investasi akan kembali dalam jangka waktu 1,03 tahun, dan jika kondisi harga bahan baku yang meningkat 20% dan harga jual menurun 20% maka nilai BPB 1,24 tahun, maka juga layak dijalankan.

k alternatif yang

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Alternatif produk unggulan agroindustri wijen yang potensial dikembangkan adalah minyak seasoning sebagai prioritas utama, Produk ini sudah banyak dikenal masyarakat tentang manfaatnya. Alternatif ke dua adalah biji sosoh, hal ini digunakan oleh banyak konsumen atau produsen industri aneka makanan. selain itu produk kecap wijen sebagai alternatif ke tiga juga potensial dikembangkan, namun masih memerlukan upaya pengenalan atau promosi yang lebih intensif, karena permintaan pasar masih sedikit dan tingginya produk persaing yang beredar.

2. Analisis kelayakan finansial pengembangan agroindustri wijen dengan beberapa skenario sensitivitas layak dikembangkan

Saran

Penelitian ini perlu dilanjutkan tentang strategi pemasaran termasuk segmen pasar dan promosi, serta pengembangan produk agroindustri wijen guna meningkatkan persaingan dan penetrasi pasar di masa mendatang.

(8)

DAFTAR RUJUKAN

Bierman, Harorld,Jr. Dan Senymour SMIDT (1984). The Capital Budgeting Decision of Investment Project. 4th Edition, New York: Macmillan Publishing, Co., Inc.

Brown. 1994. Agroindustrial Invesment and Operation. Washington: EDI Development Studies. World Bank Pub.

BPS. 2005. Statistik Indonesia 2004. Jakarta: Badan Pusat Statistik Budi L.S. 2005. Teknoekonomi Proyek Agroindustri Minyak Wijen.

Budi. LS, Ma’arif.MS, Saillah.I,Raharja. S. 2008. Strategi Pemilihan Model Kelembagaan Dan Kelayakan Finansial Agroindustri Wijen.

Dysinger, Daniel K. (1997). Capital Budgeting: Forcasting The Future Mining Engineering, Vol, 49, September, Pp. 35-38.

Emery, Gary W. (1998). Corpotate Finance: principle and Practice. Massachusetts: Adidison Wesley.

Eriyatno 1999, Ilmu Sistem : Meningkatkan Mutu dan Efektifitas manajemen. Jilid satu. Bogor: IPB Press.

Kamrad, Bardia. (1995). A Lattice Claims Model for Capital Budgetting. IEEE Transaction on Engineering Management, Vol. 42, No.2, May, Pp.140-149.

Ketaren. S (1986). Minyak dan Lemak Pangan, Ui-Press, Jakarta.

Kuncoro, M. 1996. Analisis Struktur, Prilaku, dan Kinerja Agroindustri Indonesia : Suatu Catatan Empiris. Kelola Vol. IV(11): 64-92.

Ma’arif MS dan Tanjung H. 2003. Teknik-Teknik Kuantitatif Untuk Manajemen. Jakarta: Gramedia Widiasarana.

Morris, JB. 2002. Food, Industrial, Nutraceutical, and Pharmaceutical uses of sesame genetik resources, p 153-156. In J. janick and A. Whipkey (eds). Trends in new crops and new uses. ASHS Press, Alexandria, VA

Nurheru, dan Soenardi. 2002. Peranan Wijen Dalam Meningkatkan Pendapatan Petani di Wilayah Kering

Soeharto I. 2002. Studi Kelayakan Proyek Industri. Jakarta: Penerbit Erlangga

Stapley, Cecil E. Dan Russell E. BUTNER. (1994) The Need for New Investment Planning. PIMA Magazine, Vol, 76, August, Pp. 38-42.

Tang, S.I. (1996). Economic Feasibility of Project, Singapore: McGraw-Hill Book, Co.

USAID. 2002. Overview of the Nigerian Sesame Industry Chemonics International Inc. Nigeria. Weston, J. Fred, Scott Besley dan Eugene F.Brigham (1996). Essentials of Managerial Finance.

Gambar

Gambar 1.  Kerangka pemikiran penelitian.
Gambar 2. Diagram alir  model pemilihan produk unggulan dan kelayakan finansial agroindustri  wijen
Tabel  1.  Hasil  penilaian  pakar  terhadap  bobot  nilai  kriteria  pemilihan  produk  unggulan  agroindustri wijen
Tabel 2. Hasil analisis pemilihan produk unggulan berdayasaing agroindustri wijen.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Di antara sesama varietas padi sawah pada klaster pertama terdapat dua varietas dengan jarak genetik terjauh yaitu antara varietas Rathu Heenati dengan

Penyebab terjadinya tindak pidana Narkotika yang dilakukan oleh anggota Polri di wilayah Polda Jatim antara lain yang pertama adalah karena alas an ekonomi,

Dengan adanya strategi yang efektif dan efisien, akan membuat suatu produk bernilai lebih, sehingga konsumen akan merasa bahwa produk tersebut memiliki nilai jual

Kegiatan observasi atau pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran menggunakan sedotan minuman untuk mencari hasil dari perkalian dengan

dibutuhkan dalam proses pelaksanaan konseling itu sendiri. Dengan adanya kesepahaman ini, diharapkan proses penyelesaian permasalahan konseli cepat di selesaikan. Untuk

dampaknya pada Tingkat Loyalitas Merek Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel Karakteristik Perusahaan memiliki nilai koefisien regresi (B) sebesar 1,807 dengan nilai

Persyaratan pelanggan mahasiswa adalah tercapainya kompetensi utama dan pendukung yang sudah dirancang dalam kurikulum berbasis kompetensi, sehingga setelah lulus

Mahalnya sistem monitoring dan keamanan berbasis kamera CCTV. Rendahnya kemampuan akses kamera sistem CCTV. Sistem monitoring yang ada tidak mempunyai kemampuan untuk