• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indah Agustini Tri Utami 1), Zulfikar 2), Novia Dwiariyani 3)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Indah Agustini Tri Utami 1), Zulfikar 2), Novia Dwiariyani 3)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 15 No 2 Oktober 2019

Sosial, Ekonomi dan Bisnis Halaman 75

PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SEBAGAI ALAT PENILAIAN

KINERJA PUSAT BIAYA

(Studi Kasus Pada PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pengendalian Pembangkitan Mahakam

Periode Tahun 2018)

Indah Agustini Tri Utami1), Zulfikar2), Novia Dwiariyani3) indahatu@gmail.com, zulfikar@polnes.ac.id,noviadwiariyani88@gmail.com

123 Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Samarinda

123 Jl. Cipto Mangunkusumo, Sungai Keledang, Kec. Samarinda Seberang Kota Samarinda, 75242 Abstract

This study aims to determine the appropriateness of the application of responsibility accounting as a cost center performance appraisal tool with the conditions for its application, the characteristics of responsibility accounting, and the stages of performance evaluation according to Mulyadi at PT PLN (Persero) UPDK Mahakam. Data were taken through interviews and literature study. The data analysis technique used in this study was a qualitative comparative descriptive analysis. The results of this study indicate that the application of responsibility accounting as a means of assessing the navel cost performance at PT PLN (Persero) UPDK Mahakam is sufficient in accordance with the requirements for implementation, the characteristics of responsibility accounting, and the stage of performance evaluation according to Mulyadi. This can be seen from the results of calculating the percentage of compliance with the established indicators which is equal to 75%. Indicators that are not yet suitable are account codes that have not carried out controlled and uncontrolled cost segregation in their accountability reports, so they cannot display the limits of the manager's responsibilities.

Keywords: responsibility accounting, performance, cost center

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian penerapan akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat penilaian kinerja pusat biaya dengan syarat-syarat untuk penerapannya, karakteristik akuntansi per¬tanggungjawaban, dan tahapan penilaian kinerja menurut Mulyadi pada PT PLN (Persero) UPDK Mahakam. Data diambil melalui wawancara dan studi kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif kualitatif. Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa dalam penerapan akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat penilaian kinerja pusar biaya pada PT PLN (Persero) UPDK Mahakam sudah cukup sesuai dengan syarat untuk penerapan, karakterisktik akuntansi per¬tanggungjawaban, dan tahapan penilaian kinerja menurut Mulyadi. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan presentase kesesuaiannya dengan indikator yang telah ditetapkan yaitu sebesar 75%. Indikator yang belum sesuai yaitu pada kode rekening yang belum melakukan pemisahan biaya terkendali dan tidak terkendali pada laporan pertanggungjawabannya, sehingga tidak dapat menampilkan batasan tanggungjawab manajer bersangkutan.

Kata Kunci: akuntansi pertanggungjawaban, kinerja, pusat biaya

PENDAHULUAN

Tingkat persaingan bisnis yang semakin luas mau tidak mau memaksa untuk setiap perusahaan melakukan yang terbaik agar tertinggal. Perusahaan memerlukan nilai perusahaan yang baik agar dapat bersaing dari perusahaan dalam negeri maupun internasional. Agar mendapatkan nilai yang baik tersebut, setiap perusahaan perlu menerapkan Good Corporate Governance (GCG) atau yang sering disebut dengan tata kelola perusahaan yang baik.

Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian BUMN mengeluarkan keputusan yang mewajibkan BUMN menerapkan prinsip-prinsip GCG. Hal ini tertuang dalam Keputusan Mentri BUMN NO. Kep-117/M-MBU/2002 tentang penerapan praktik Good Corporate Governance (GCG) pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diperbaharui menjadi Peraturan Menteri BUMN No. Per-01/MBU/2011

(2)

Volume 15 No 2 Oktober 2019

Sosial, Ekonomi dan Bisnis Halaman 76

tentang penerapan praktik Good Corporate Governance (GCG) pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Peraturan Menteri BUMN No. Per-01/MBU/2011 ayat 1 mengungkapkan pengertian good corporate governance sebagai prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika perusahaan.

Untuk penerapan kebijakan Good Corporate Governance (GCG) ini tidaklah mudah. Hal ini bisa dilihat pada kualitas GCG di Indonesia yang masih tergolong rendah. Walaupun Indonesia telah membuat sedikit kemajuan dalam dua tahun terakhir, pada CG Watch 2018: Market rankings yang dimuat dalam

Corporate Governance Watch 2018 Hard Decisions: Asia Faces Tough Choices in CG Reform

menempatkan Indonesia di urutan paling bawah.

Walaupun Indonesia berada pada posisi terbawah dalam hal penerapan GCG, bukan berarti praktik tersebut tidak perlu digunakan lagi. Hal ini dikarenakan penerapan GCG dibutuhkan sebagai kunci sukses untuk perkembangan dan kemajuan perusahaan yang sehat, mampu bersaing, serta profesional, terlebih pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Salah satu prinsip GCG yang dapat diterapkan yaitu, akuntanbilitas (accountability), yang memiliki arti kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Dalam praktik dasarnya prinsip akuntanbilitas (accountability) antara lain meliputi delegasi wewenang, pertanggungjawaban dan mekanisme pelaporan (dokumen perencanaan dan dokumen pelaporan).

Dengan diterapkannya Good Corporate Governance (GCG), maka akan membantu manajeman dalam upaya memantau peningkatan kinerja dan nilai perusahaan, dan dengan semakin kompleksnya kegiatan perusahaan, pembagian tugas dan wewenang kepada beberapa fungsi serta tingkatan manajemen dibutuhkan oleh seorang pimpinan karena ia tidak mungkin dapat mengontrol atau mengendalikan segala aktivitas dan masalah yang terjadi dalam perusahaan tersebut sendiri. Agar pimpinan dapat mengendalikan perusahaan dengan baik, maka diperlukannya penerapan akuntansi pertanggungjawaban.

Akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem akuntansi yang digunakan untuk mengukur kinerja setiap pusat pertanggungjawaban sesuai dengan informasi yang dibutuhkan manajer untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka sebagai bagian dari sistem pengendalian manajemen (Samryn, 2015:261). Sistem pertanggungjawaban dapat memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan terutama yang berkaitan dengan perencanaan, pengendalian, dan pelaporan setiap pusat pertanggungjawaban.

Adapun pusat pertanggungjawaban terbagi atas pusat pendapatan, pusat biaya, pusat laba dan pusat investasi. Dengan adanya pusat pertanggungjawaban ini membantu perusahaan dalam melakukan penilaian kinerja setiap pusat pertanggungjawaban, yang mana dapat dilihat dari pencapaian anggaran yang ditetapkan oleh masing-masing pusat pertanggungjawaban.

PT PLN (Persero) merupakan sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengurusi semua aspek kelistrikan yang ada di Indonesia yang berdiri pada 27 Oktober 1945. Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tugas PT PLN adalah menyuplai serta mengatur pasokan listrik. Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 17, status Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK). Kemudian, sejak tahun 1994 PLN dialihkan dari perusahaan umum menjadi perusahaan perseroan (persero), sehingga nama perusahaan ini menjadi PT PLN (Persero).

Sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia, PLN dituntut untuk melaksanakan usaha dengan sebaik-baiknya agar dapat membantu dan mensejahterakan masyarakat, karena keberadaan listrik sangat penting dalam setiap kegiatan. Oleh kerena itu, PT PLN memerlukan suatu alat bantu pengendalian terhadap kegiatan yang dilakukan oleh bawahannya. Penerapan akuntansi pertanggungjawaban sangat penting dalam menetapkan bagian unit-unit organisasi dengan pelimpahan wewenang dan tanggungjawab secara jelas dan tugas. Penerapannya dapat terlaksana dengan baik apabila struktur organisasi terlihat adanya pendelegasian wewenang dan tanggungjawab yang ada pada organisasi tersebut.

Adapun alasan penulis memilih PT PLN (Persero) UPDK Mahakam sebagai objek yang akan diteliti karena ia merupakan yaitu salah satu unit dari PT PLN bagian pembangkit yang tergolong pusat biaya. Tugas pokoknya yaitu mengopersasikan dan memelihara mesin pembangkit untuk menghasilkan tenaga listrik.

(3)

Volume 15 No 2 Oktober 2019

Sosial, Ekonomi dan Bisnis Halaman 77

Dalam rangka menilai kinerja perusahaan, PT PLN (Persero) UPDK Mahakam memiliki target-target yang harus direalisasikan. Dalam hal ini masih kerap terjadi penyimpangan atau selisih dalam realisasinya. Sehingga penyimpangan atau selisih tersebut dapat merugikan perusahaan itu sendiri atau bahkan dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan tersebut. Oleh sebab itulah peneliti ingin mengetahui sejauh mana penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban digunakan sebagai penilaian kinerja pusat biaya pada PT PLN (Persero) UPDK Mahakam.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adala penelitian kualitatif. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui penerapkan akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat penilaian kinerja pusat biaya pada PT PLN (Persero) UPDK Mahakam telah sesuai dengan syarat-syarat untuk penerapan, karakteristik akuntansi pertanggungjawaban, dan tahapan penilaian kinerja menurut Mulyadi. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi: wawancara, dokumentasi dan kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif komparatif.

HASIL PENELITIAN

Struktur Organisasi Perusahaan

PT PLN (Persero) UPDK Mahakam sebagai unit bagian pembangkitan yang dipimpin oleh seoarang manajer unit. Dalam melaksanakan tugasnya, Manajer Unit dibantu oleh empat manajer bagian, yaitu Manajer Bagian Enjinering, Manajer Bagian Operasi dan Pemeliharaan, Manajer Bagian Energi Primer, serta Manajer Bagian Keuangan, SDM dan Administrasi.

Penting untuk setiap jabatan memiliki pembagian tugas dan wewenang yang jelas. Oleh sebab itu, untuk mengetahui tugas dan wewenangnya karyawan PT PLN (Persero) UPDK Mahakam dapat mengakses aplikasi Dirkom (Direktori Kompetensi) untuk melihatnya.

Klasifikasi Kode Rekening

Salah satu syarat tercapainya penerapan akuntansi yaitu adanya penerapan klasifikasi dan pengkodean rekening yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini untuk menghasilkan informasi akuntansi pertanggungjawaban guna pelaksanaan pengendalian. PT PLN (Persero) UPDK Mahakam telah melakukan pengkodean dalam operasionalnya. Adapun sistem pengkodean yang digunakan oleh PT PLN (Persero) UPDK Mahakam yaitu sistem Kode Angka Kelompok (group numerical code). Dalam rangka menghasilkan informasi keuangan yang jelas, struktur kode rekening pada PT PLN (Persero) UPDK Mahakam terdiri dari kode perkiraan Neraca dan Kode Perkiraan Laba Rugi. Berikut tingkatan kode rekening yang digunakan yaitu :

Tabel 1

Neraca PT PLN (Persero) UPDK Mahakam

Company Code Business Area Financial Statement Item Account

Number Text for B/S P&L item

AKTIVA

1101 Aktiva tetap (Netto)

11011A Aktiva tetap

2400 2418 11011A 1101100100 Tanah dan hak atas tanah

2400 2418 11011A 1101100200 Bangunan & kelengkapan halaman 2400 2418 11011A 1101100300 Bangunan saluran air dan perlengkapannya 2400 2418 11011A 1101100500 Instalasi dan mesin

2400 2418 11011A 1101100600 Perlengk. penyaluran tng listrik 2400 2418 11011A 1101101700 Perlengkapan umum

2400 2418 11011A 1101101800 Kend. bermotor & alat2 yg mobil 2400 2418 11011A 1101101901 Material Cadang - Instalasi dan Mesin

(4)

Volume 15 No 2 Oktober 2019

Sosial, Ekonomi dan Bisnis Halaman 78

Company Code Business Area Financial Statement Item Account

Number Text for B/S P&L item

Total Aktiva tetap

11012A Akumulasi penyusutan

2400 2418 11012A 1101201700 A/P Perlengkapan umum

2400 2418 11012A 1101201800 A/P Kend. bermotor & alat2 yg mobil 11012A Total Akumulasi penyusutan

2400 2418 11012D1 1101200204 Akum Rugi Penurunan Nilai-PL Bangunan & kel hlmn

2400 2418 11012D2 1101200505 Akum Rugi Penurunan Nilai Instalasi & Mesin

2400 2418 11012D2 1101201950 Akum Rugi Penurunan Nilai MC - Instalasi dan Mesin

11012D Total Akum Rugi Penurunan Nilai

1101 Total Aktiva tetap (Netto)

1102 Pekerjaan Dalam Penyelesaian

2400 2418 1102 1102000500 PDP - Instalasi dan mesin

1102 Total Pekerjaan Dalam Penyelesaian

110 Aktiva Lain-lain

2400 2418 1105 1105100100 Nilai perolehan AT yang akan dihapus 2400 2418 1105 1105100200 Akum. Penyusutan AT yg akan dihapus 2400 2418 1105 1105300100 Nilai perolehan AT yg akan diperbaiki 2400 2418 1105 1105400100 Material yang akan dihapus

2400 2418 1105 1105400110 Penyisihan material yang akan dihapus 2400 2418 1105 1105400600 Material yang akan direlokasi

2400 2418 1105 1105500500 ATBM - Instalasi dan mesin

2400 2418 1106B 1106100000 PUMP KPR / BPRP yg akan diterima jk. panjang

2400 2418 11072 1107200700 Biaya konsultan teknik ditangguhkan

110 Total Aktiva Lain-lain

12 Aktiva lancar

1207 Persediaan

2400 2418 1207A 1207100200 Minyak Bakar HSD 2400 2418 1207A 1207100400 Minyak Bakar Residu 2400 2418 1207A 1207100500 Minyak & Pelumas

2400 2418 1207A 1207100600 Campuran Minyak Bakar,Bahan kimia,dll 2400 2418 1207A 1207200200 Switchgear & Jaringan

2400 2418 1207A 1207200400 Alat Ukur 2400 2418 1207A 1207200700 Persediaan Umum 2400 2418 1207A 1207201100 Instalasi dan Mesin

2400 2418 1207B 1207500000 Penyisihan Material pemeliharaan

1207 Total Persediaan

1206 Piutang lain-lain (jk. pendek)

2400 2418 1206B 1206130000 PUMP KPR / BPRP Yg akan diterima jk. pendek

1206 Total Piutang lain-lain (jk. pendek)

12 Total Aktiva lancar

TOTAL AKTIVA

(5)

Volume 15 No 2 Oktober 2019

Sosial, Ekonomi dan Bisnis Halaman 79

Company Code Business Area Financial Statement Item Account

Number Text for B/S P&L item

LAIN2

2 Ekuitas

21 Ekuitas Pemilik Induk

23 Cadangan Umum

2400 2418 23 2301000000 Keuntungan Revaluasi Asset Tetap

23 Total Cadangan Umum

21 Total Ekuitas Pemilik Induk

2 Total Ekuitas

8 Akun antar satuan administrasi

2400 2418 8 8101100000 Transaksi antar perusahaan (pilot) 2400 2418 8 8101300000 Transaksi antar bisnis area

8 Total Akun antar satuan administrasi

32 Liabilitas jangka pendek

3201 Hutang usaha

2400 2418 3201A 3201120000 Hutang Usaha Pengadaan Bhn bakar & Minyak

2400 2418 3201B 3201114000 Akrual Hutang Usaha Operasi

2400 2418 3201C 3201200000 Hutang usaha yang belum ditagih barang & jasa

3201 Total Hutang usaha

3203 Hutang pajak

2400 2418 3203 3203000100 PPh 21 Karyawan YMH Disetor 2400 2418 3203 3203000200 PPh 21 Pihak Lain YMH Disetor 2400 2418 3203 3203000300 PPh 22 Pihak Lain YMH Disetor 2400 2418 3203 3203000400 PPh 23 Pihak Lain YMH Disetor 2400 2418 3203 3203000800 PPh Ps. 4 ayat 2 (final) YMH Disetor 2400 2418 3203 3203001700 PPN Yang Masih Harus Disetor

3203 Total Hutang pajak

3202&6 Hutang lain-lain

2400 2418 3202&6A 3202000120 Kewajiban Jk. Pendek AP Haleyora Power 2400 2418 3202&6A 3202001500 Hutang Pegawai

3202&6 Total Hutang lain-lain

Biaya yang masih harus dibayar 2400 2418 3202001000 Biaya yang masih harus dibayar

Total Biaya yang masih harus dibayar

32 Total Liabilitas jangka pendek

TOTAL LIABILITAS & EKUITAS & BP

& LAIN2

Sumber : PT PLN (Persero) UPDK Mahakam Keterangan :

Company Code = PT PLN (Persero) Kantor Induk Pembangkitan dan Penyaluran Kalimantan)

Bussiness Area = PT PLN (Persero) UPDK Mahakam

Financial Statement Item = Akun Laporan Keuangan

Account Number = Nomor Akun

Kode perkiraan digunakan untuk mengidentifikasi setiap transaksi keuangan yang terjadi di dalam perusahaan. Tetapi, karena kode rekening yang digunakan pada laporan keuangan perusahaan belum

(6)

Volume 15 No 2 Oktober 2019

Sosial, Ekonomi dan Bisnis Halaman 80

melakukan pemisahan biaya yang menjadi tanggung jawab mereka atau klasifikasi kode biaya antara biaya terkendali dan biaya tidak terkendali menyebabkan laporan tersebut tidak bisa mencerminkan tanggung jawab mereka sesungguhnya, karena masih tergabung dengan biaya-biaya yang ada di luar tanggung jawab mereka.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kode perkiraan pada PT PLN (Persero) UPDK Mahakam belum sesuai dengan klasifikasi dan kode perkiraan menurut Mulyadi.

Penyusunan Anggaran

Keberadaan anggaran diperlukan untuk mengetahui jumlah dana yang dibutuhkan masing-masing bagian perusahaan dalam membiayai seluruh kegiatan operasional yang akan dilakukan dan sebagai alat bantu manajemen dalam mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan penggunaan dana perusahaan. Anggaran disusun untuk mencerminkan rencana kerja satu tahun ke depan dan untuk memudahkan pengawasan dan perencanaan anggaran untuk suatu periode atau satu tahun.

PT PLN (Persero) UPDK Mahakam memiliki dua jenis anggaran yang dibuat yaitu Anggaran Operasi dan Anggaran Investasi. Anggaran Operasi adalah anggaran yang diperlukan untuk kegiatan operasional perusahaan. Anggaran Operasi (AO) dibagi menjadi dua yaitu AO Rutin dan AO Non Rutin. Adapun contoh untuk AO rutin antara lain biaya yang rutin di keluarkan seperti Jasa Pemborongan Pekerjaan Operasional dan Administrasi TLSK serta Ongkos Angkut Bahan Bakar. Sedangkan untuk AO non rutin merupakan anggaran dengan jumlah biaya, jenis pekerjaan dan uraian pekerjaannya yang bisa berbeda-beda dari tahun satu dengan tahun lainnya tergantung dengan usulan maupun kebutuhan unit pelaksana, contohnya seperti implementasi K3L dan Pemeliharaan Non Rutin Pembangkitan.

Anggaran investasi adalah anggaran yang digunakan untuk pekerjaan yang bersifat investasi jangka panjang, dimana pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan yang dapat menunjang pencapaian kinerja perusahaan, pada umumnya nilainya berkisar di atas RP 500.000.000,- Penyerapan investasi sangat penting karena apabila tidak terserap maka akan menjadi pengurangan untuk anggaran investasi di tahun depan, selain itu Anggaran investasi merupakan salah satu aspek dalam penilaian kinerja maka akan berdampak pada pengurang nilai dalam penilaian kinerja tersebut.

PT PLN (Persero) UPDK Mahakam menerapkan pendekatan bottom up dalam penyusunan anggarannya. Setiap tahun perusahaan menyiapkan tim RKAP berdasarkan SK Manager UPDK guna penyusunan rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP). Penyusunan anggaran dimulai dari usulan masing-masing bidang maupun sub unit, terkait rencana kerja apa saja yang dibutuhkan baik yang rutin maupun non rutin. Tim RKAP selanjutnya yang akan menyusun kelengkapan RKAP, kemudian dijadikan 1 daftar usulan yaitu Lembar Kerja Anggaran Investasi (LKAI) yang dilampiri dokumen kajian kelayakan proyek serta RAB dan Lembar Kerja Anggaran Operasi (LKAO) yang dilampiri dengan RAB. LKAI dan LKAO tersebut diajukan Manajer PT PLN (Persero) UPDK Mahakam guna mendapat persetujuan dengan dilampiri dokumen manajemen risiko (ERM). Setelah mendapatkan persetujuan dari Manajer beserta Jajaran Manager Bagian UPDK Mahakam, LKAI dan LKAO selanjutnya akan dikirim ke Senior Manager Pembangkitan PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangkitan dan Penyaluran (UIKL) Kalimantan untuk diajukan persetujuan kepada General Manager UIKL Kalimantan. Setelah disetujui oleh General Manager, maka tim RKAP UIKL Kalimantan akan melanjutkan usulan anggaran tersebut ke PLN Kantor Pusat (Direktorat Bisnis Regional Kalimantan). Ketika anggaran yang telah disetujui oleh PLN kantor pusat di Jakarta, bidang anggaran akan mendistribusikan anggaran ini kepada bidang-bidang atau unit usaha PT PLN (Persero) UPDK Mahakam.

Laporan Pertanggungjawaban

Laporan pertanggungjawaban merupakan hasil dari akuntansi pertanggungjawaban. Laporan pertanggungjawaban dapat memberikan informasi kepada manajer mengenai hasil dari pelaksanaan kerja dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya, selain itu juga dapat mendorong para manajer untuk menyiapkan tindakan yang diperlukan untuk memperbaiki pelaksanaan kerja.

Laporan pertanggungjawaban ini dalam pekerjaannya terhubung langsung dengan kantor pusat, sehingga jika ada kesalahan kantor pusat bisa langsung mengetahuinya. Adapun data yang dimuat dalam

(7)

Volume 15 No 2 Oktober 2019

Sosial, Ekonomi dan Bisnis Halaman 81

laporan pertanggungjawaban yaitu data jumlah pelaporan tahun ini dibandingkan dengan data jumlah pelaporan tahun sebelumnya.

Sumber : PT PLN (Persero) UPDK Mahakam

Gambar 2. Format Laporan Pertanggungjawaban PT PLN (Persero) UPDK Mahakam

Laporan pertanggungjawaban ini menggunakan sistem terpusat, sehingga setiap data yang di-input

dari PT PLN (Persero) UPDK Mahakam langsung terhubung dengan kantor pusat. Pada laporan ini tidak menggunakan anggaran sebagai pembandingnya dikarenakan tidak semua anggaran dari PT PLN (Persero) UPDK Mahakam itu terealisasi di akuntansi, jadi kebanyakan di akuntansi itu adalah realisasi dari semua anggaran termasuk anggaran rencana kerja dari tingkatan manajemen yang lebih tinggi.

Ketika mau pengukuran kinerja, Bagian Keuangan dan Bagian Enjinering akan memilah mana pekerjaan yang memang murni menjadi tanggungjawab dari PT PLN (Persero) UPDK Mahakam, untuk yang diluar itu akan dikeluarkan. Hal ini disebabkan jika hanya mengandalkan laporan pertanggungjawaban dari akuntansi tersebut akan mengakibatkan kinerja perusahaan tidak baik, karena realisasi yang lebih besar dari anggaran yang dimiliki oleh perusahaan.

Identifikasi Pusat Pertanggungjawaban

Penentuan pusat pertanggungjawaban diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan secara menyeluruh. Pusat pertanggungjawaban adalah bagian atau unit dalam organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang fokus bertanggungjawab atas aktivitas unit yang dipimpinnya.

Penelitian ini hanya memusatkan pembahasan pada PT PLN (Persero) UPDK Mahakam yang merupakan salah satu pusat biaya bagi PT PLN yang bergerak di bidang pembangkitan. Pada Laporan Laba Rugi PT PLN (Persero) UPDK Mahakam hasilnya selalu negatif karena tidak adanya pendapatan pada unit ini.

Standar Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja pada PT PLN (Persero) UPDK Mahakam menggunakan alat ukur kinerja performa kinerja yang disebut Key Performance Indicators (KPI). Setiap keberhasilan sebuah KPI akan menambah nilai kinerja organisasi, yang menindikasikan bahwa organisasi tersebut berhasil. KPI tersebut harus mencakup seluruh visi, misi dan tujuan PLN, yang kemudian diterjemahkan dalam beberapa prespektif hingga mempermudah pengukuran, dan penentuan target. Adapun KPI pada PT PLN (Persero) UPDK Mahakam terbagi dalam 5 perspektif, yaitu perspektif pelanggan, Perspektif Efektifitas Produk dan Proses, Perspektif SDM, Perspektif Keuangan dan Pasar, Perspektif Kepemimpinan. Setiap KPI memliki bobot yang berbeda - beda sesuai dengan tingkat kebutuhan nilai total bobot dari seluruh KPI adalah 100.

Nilai Kinerja Organisasi (NKO) merupakan penjumlahan nilai pencapaian tiap-tiap Key Performance Indicators (KPI) yang dikaitkan dengan masing-masing bobotnya atau hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh organisasi dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Nilai kerja organisasi menjadi 4 pencapaian yaitu K1 : bila, 90 ≤ Total Nilai Bobot ≤ 100, K2 :bila, 80 ≤ Total Nilai Bobot < 90, K3 : bila, 70 ≤ Total Nilai Bobot < 80, K4 : Total Nilai Bobot ≤ 70.

Semakin banyak target-target dalam KPI yang realisasinya tercapai maka Nilai Kinerja Organisasi akan semakin baik, hal ini juga mempengaruhi salah satu poin penilaian kinerja manajer pusat pertanggungjawaban. Penilaian kinerja PT PLN (Persero) UPDK Mahakam dilakukan 6 bulan sekali, sama halnya dengan penilaian kinerja individu pegawai.

Pemberian Reward dan Punishment

Apabila penilaian kinerja PT PLN (Persero) UPDK Mahakam menunjukkan hasil yang baik, maka manajer akan mendapatkan reward insentif yang tinggi, tetapi jika hasil penilaian kinerja perusahaan rendah makan

Total of the comparison periode Absolute difference Percentage difference Posting period Company Code Business Area Financial Statement Item Account Number Text for B/S P&L item Total of reporting period

(8)

Volume 15 No 2 Oktober 2019

Sosial, Ekonomi dan Bisnis Halaman 82

insentif yang akan diterima manajer juga berkurang. Selain insentif, penilaian kinerja perusahaan juga akan mempengaruhi poin bagi manajer untuk naik jabatan.

PEMBAHASAN

Syarat-Syarat Akuntansi Pertanggungjawaban

1. Struktur Organisasi Perusahaan

Jika dilihat dari struktur organisasi dan uraian tugas seperti penulis uraikan sebelumnya, PT PLN (Persero) UPDK Mahakam memiliki struktur organisasi yang telah menetapkan tugas dan tanggungjawab yang jelas.

2. Anggaran

Menurut penulis, penggunaan pendekatan bottom up dalam penyusunan anggaran yang dilakukan oleh PT PLN (Persero) UPDK Mahakam telah sesuai dengan penerapan akuntansi pertanggungjawaban karena melibatkan bawahan dalam penyusunannya, tidak hanya atasannya. Dalam penyusunan anggarannya, perusahaan juga mempertimbangkan semua faktor baik faktor internal maupun eksternal, sehingga bisa mengatasi kemungkinan kenaikan biaya di masa mendatang.

3. Biaya terkendali dan Biaya Tidak Terkendali

Pada laporan pertanggungjawaban PT PLN (Persero UPDK Mahakam ini ditujukan untuk manajemen yang lebih tinggi, sehingga dibuat lebih ringkas. Pada laporan pertanggungjawabannya PT PLN (Persero) UPDK Mahakam belum melakukan pemisahan biaya antara yang menjadi tanggungjawabnya dan biaya yang bukan menjadi tanggungjawabnya, sehingga sulit untuk menilai kinerja perusahaan langsung dari laporan pertanggungjawabannya. Adapun biaya tidak terkendali atau yang diluar tanggungjawab dari PT PLN (Persero) UPDK Mahakam itu kontrak terpusat seperti bahan bakar terpusat, sewa terpusat, sewa kendaraan dari induk, pengadaan pelumas dan bahan bakar yang memang kewenangan dari PT PLN pusat ataupun induk.

4. Kode Rekening

Penyusunan laporan pertanggungjawaban. PT PLN (Persero) UPDK Mahakam telah mengelompokkan dan membuat kode rekening dengan sistem kode angka kelompok (group numerical code), tetapi belum melakukan klasifikasi kode rekening yang jelas antara biaya yang menjadi tanggung jawab perusahaan dan mana yang bukan menjadi tanggung jawab perusahaan.

5. Laporan Pertanggungjawaban

Laporan pertanggungjawaban yang dibuat PT PLN (Persero) UPDK Mahakam telah dibuat secara periodik dan memberikan informasi mengenai pencapaian pengelolaan biaya dalam setahun terakhir yang dibandingkan dengan pencapaian di tahun sebelumnya. Hal ini baik untuk dilakukan dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditetapkan, yakni biaya yang efektif dan efisien. Laporan ini memberikan informasi kepada manajer jenjang lebih tinggi terkait biaya-biaya yang terjadi di PT PLN (Persero) UPDK Mahakam tetapi tidak bisa dijadikan patokan dalam menilai kinerja PT PLN (Persero) UPDK Mahakam karena masih tergabung dengan biaya-biaya dari luar tanggung jawabannya.

Karakteristik Akuntansi Pertanggungjawaban

1. Pusat Pertanggungjawaban

Pusat Biaya merupakan sub unit organisasi dimana manajernya bertanggungjawab atas biaya yang terjadi di sub unit tersebut. Pada PT PLN (Persero) UPDK Mahakam yang merupakan salah satu pusat biaya untuk perusahaan PT PLN, dimana PT PLN (Persero) UPDK Mahakam sebagai unit pembangkitan yang bertugas untuk memproduksi listrik dimana ia dapat mengatur biaya-biaya yang menjadi wewenangnya untuk diolah sedemikian rupa agar berjalan efektif dan efisien.

2. Standar Kinerja

PT PLN (Persero) UPDK Mahakam telah menetapkan standar-standar yang dapat digunakan sebagai acuan dalam kegiatan operasional, sehingga memudahkan kinerja dan prestasi dari manajer yang bersangkutan untuk dinilai.

3. Pengukuran Kinerja

Tercapainya realisasi dari anggaran yang diajukan memang menjadi salah satu pengaruh dalam pengukuran kinerja, bukan hanya pada penilaian kinerja manajer tapi juga penilaian kinerja perusahaan.

(9)

Volume 15 No 2 Oktober 2019

Sosial, Ekonomi dan Bisnis Halaman 83

4. Reward dan Punishment

PT PLN (Persero) UPDK Mahakam sudah ada program untuk memberikan reward kepada pegawainya yang kinerjanya baik berupa insentif dan poin untuk naik grade, tetapi jika kinerjanya kurang baik maka pegawai tersebut akan menerima jumlah insentif dan poin untuk naik grade lebih rendah dibandingkan pegawai yang memiliki kinerja yang baik.

Informasi Akuntansi Sebagai Alat Penilaian Kinerja

1. Tahap Penilaian Kinerja Pusat Pertanggunagjawaban

a. Membandingkan Kinerja Pusat Sesungguhnya Dengan Sasaran Yang Telah Ditetapkan Sebelumnya.

Dalam perhitungan kinerjanya PT PLN (Persero) UPDK Mahakam menggunakan Key

Performance Indicators (KPI) yang terbagi dalam 5 perspektif, yaitu perspektif pelanggan, Perspektif Efektifitas Produk dan Proses, Perspektif SDM, Perspektif Keuangan dan Pasar, Perspektif Kepemimpinan. Setiap perspektif memiliki indikator-indikator yang memiliki target sebagai dasar untuk dibandingkan dengan realisasi yang terjadi. Dari perbandingan tersebut dapat dinilai seberapa pencapaian target kinerja tersebut.

b. Penentuan Penyebab Timbulnya Penyimpangan Kinerja Sesungguhnya Dari yang Ditetapkan Dalam Standar.

Kinerja tidak bisa langsung dikatakan buruk jika realisasi dalam penilaian kinerja tidak sesuai target. Penyimpangan yang terjadi akan dicari tau penyebabnya dengan diadakan rapat, apakah memang dari kesalahan perusahaan atau karena ada faktor lain di luar tanggung jawab perusahaan. c. Penegakan Perilaku yang Digunakan Untuk Mencegah Perilaku yang Tidak Diinginkan.

Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya, dengan adanya

reward dan punishment yang disediakan perusahaan dapat merangsang perilaku yang semestinya di inginkan sesuai dengan standar kerja yang ada di perusahaan dan memotivasi semangat kerja.

Tabel 2

Hasil Analisis Deskriptif Komparatif Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Alat Penilaian Kinerja Pusat Biaya PT PLN (Persero) UPDK Mahakam

Indikator

Teori Konsep Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Penilaian Kinerja Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban pada PT PLN (Persero) UPDK Mahakam Kesesuaian Syarat-Syarat Akuntansi Pertanggungjawaban a . Struktur Organisasi

Struktur organisasi yang menetapkan secara tegas wewenang dan tanggung jawab tiap tingkatan manajemen.

Struktur organisasi telah menetapkan pendelegasian tugas dan wewenang yang jelas, dimana setiap karyawan dapat mengakses informasi tugas dan wewenangnya pada aplikasi Dirkom yang telah disediakan perusahaan. Sudah Sesuai b . Anggaran

Proses penyusunan anggaran perlu disusun berdasarkan tingkatan manajemen dalam organisasi perusahaan.

Proses penyusunan anggaran dalam

perusahaan menggunakan pendekatan bottom up, dimana bukan hanya atasan yang menentukan anggaran tetapi bawahan juga ikut terlibat dalam proses tersebut.

(10)

Volume 15 No 2 Oktober 2019

Sosial, Ekonomi dan Bisnis Halaman 84

Indikator

Teori Konsep Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Penilaian Kinerja Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban pada PT PLN (Persero) UPDK Mahakam Kesesuaian c .

Penggolongan Biaya Pemisahan biaya kedalam biaya terkendali dan biaya tak terkendali sangat dibutuhkan, karena terjadinya biaya tidak selalu karena dari keputusan manajer pusat

pertanggungjawaban yang bersangkutan.

Perusahaan belum melakukan pemisahan biaya terkendali dan biaya tak terkendali dalam laporan pusat pertanggungjawabannya. Belum Sesuai d . Kode Rekening

Pemberian kode rekening diperlukan untuk memudahkan mencari perkiraan yang dibutuhkan, memudahkan dalam menentukan manajemen mana yang bertanggungjawab.

Perusahaan telah melakukan pemberian kode rekening dengan sistem kode angka kelompok (group numerical code), tetapi tidak memberikan kode untuk biaya yang terkendali dan tidak terkendali atau diluar tanggung jawabnya. Belum Sesuai e . Laporan Pertanggungjawaban Laporan pertanggungjawaban pusat biaya dibuat oleh manajer berdasarkan tanggung

jawabnya, yang disajikan dalam bentuk perbandingan antara realisasi dan anggaran.

Laporan

pertanggungjawaban di perusahaan tidak hanya memuat biaya yang menjadi tanggung jawabnya, dan untuk bentuk penyajiannya bukan perbandingan antara realisasi dan anggaran. Belum Sesuai Karakteristik Akuntansi Pertanggungjawaban a . Pusat Pertanggungjawaban Pusat pertanggungjawaban adalah bagian atau unit dalam organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang

bertanggungjawab atas aktivitas unit yang dipimpinnya

Perusahaan merupakan salah satu pusat biaya atau unit dalam bidang

pengelolaan pembangkitan listrik PT PLN yang di pimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab atas unit yang dipimpinnya. Sudah Sesuai b . Standar Kinerja

Terdapat standar yang ditetapkan sebagai tolak ukur kinerja manajer. Perusahaan memiliki standar pengukuran kinerja manajer di antaranya bisa berdasarkan realisasi anggaran, selain itu masih ada standar lain dalam pengukurannya.

(11)

Volume 15 No 2 Oktober 2019

Sosial, Ekonomi dan Bisnis Halaman 85

Indikator

Teori Konsep Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Penilaian Kinerja Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban pada PT PLN (Persero) UPDK Mahakam Kesesuaian c . Pengukuran Kinerja

Kinerja manajer diukur dengan membandingkan realisasi anggaran.

Pengukuran kinerja manajer tidak hanya dari membandingkan antara realisasi dan anggaran perusahaan. Masih ada standar lain yang mempengaruhi pengukuran kinerja manajer tersebut. Sudah Sesuai d .

Reward dan Punishment

Manajer secara individual diberi penghargaan atau hukuman berdasarkan kinerja yang mereka berikan.

Apabila kinerja manajer baik maka perusahaan akan memberikan reward

tetapi jika kinerja manajer tidak baik maka ia akan mendapatkan punishment.

Sudah Sesuai

Informasi Akuntansi sebagai Alat Penilaian Kinerja Pusat Pertanggungjawaban a . Pembandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah

ditetapkan sebelumnya. Hasil pengukuran kinerja secara periodik dibandingkan dengan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Sehingga dapat diketahui penyimpangan atas kinerja sesungguhnya dan kinerja yang telah ditetapkan.

Pengukuran kinerja dilakukan secara periodik yaitu setiap 6 bulan sekali, perusahaan memiliki berbagai persfektif dan indikator dengan target yang telah ditentukan. Target tersebut akan dibandingkan dengan realisasi yang tercapai agar mendapatkan nilai kinerja sesungguhnya. Sudah Sesuai b . Penentuan penyebab timbulnya penyimpangan kinerja sesungguhnya dari yang ditetapkan dalam standar.

Penentuan Penyebab timbulnya penyimpangan kinerja

sesungguhnya dari yang ditetapkan dalam standar, baik penyimpangan yang

menguntungkan maupun yang merugikan. Penyimpangan yang merugikan merupakan tanda bahaya dan memerlukan penyelidikan lebih lanjut terkait penyebabnya yang tepat.

Perusahaan melakukan penelusuran apabila terjadi penyimpangan atau target kinerja yang tidak tercapai, dengan melakukan rapat serta menyiapkan bukti yang jelas terkait penyimpangan tersebut. Sudah Sesuai c .

Penegakan perilaku yang diinginkan dan tindakan yang digunakan untuk mencegah perilaku yang tidak diinginkan.

Menegakkan perilaku yang diinginkan dan mencegah terjadinya perilaku yang tidak diinginkan dengan sistem penghargaan dan hukuman yang didasarkan atas kinerja.

Perusahaan sudah menegakkan perilaku yang diinginkan dengan menerapkan reward dan

punishment untuk memotivasi manajer tersebut.

Sudah Sesuai

(12)

Volume 15 No 2 Oktober 2019

Sosial, Ekonomi dan Bisnis Halaman 86

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa masih ada indikator-indikator yang belum sesuai. Pada indikator penggolongan biaya, kode rekening, dan laporan pertanggungjawaban dalam penerapannya masih belum sesuai dengan syarat penetapan akuntansi menurut Mulyadi. Ketiga indikator ini saling berkaitan, sehingga dampak dari belum sesuainya penerapan indikator-indikator tersebut bagi perusahaan adalah laporan pertanggungjawaban perusahaan itu tidak dapat memberikan informasi terkait batasan pertanggungjawaban yang sesungguhnya. Sehingga manajemen perusahaan harus membuktikan biaya yang benar-banar menjadi tanggung jawab beserta bukti-bukti pendukung miliknya. Selain itu manajer harus bisa berargumen dengan manajemen tingkat atas agar biaya yang bukan menjadi tanggung jawab mereka tidak mempengaruhi penilaian kinerja mereka.

Selanjutnya pada indikator standar kinerja dan pengukuran kinerja dalam penerapannya sudah sesuai dengan karakteristik akuntansi pertanggungjawaban menurut Mulyadi. Adapun standar pengukuran kinerja itu tidak bisa hanya berdasarkan pada realisasi anggaran, tetapi masih ada standar lain sesuai dengan tujuan dan kebutuhan perusahaan. Pada PT PLN (Persero) UPDK Mahakam yang bergerak di bidang pembangkitan ini, anggaran hanya menjadi salah satu bagian standar yang digunakan dalam penilaian kinerjanya, dimana masih ada standar-standar lain yang lebih berpengaruh dalam penilaian kinerja tersebut.

Selanjutnya untuk mengetahui tingkat sudah sesuai atau belumnya penerapan akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat penilaian kinerja pada PT PLN (Persero) UPDK Mahakam dengan penerapan akuntansi pertanggungjawaban menurut Mulyadi, maka penulis melakukan perhitungan presentase untuk menilainya.

Tabel 3

Hasil Analisis Deskriptif Komparatif

Keterangan Sudah Sesuai Belum Sesuai Total Indikator Indikator Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban 9 3 12

Sumber : Data diolah oleh peneliti

Perhitungan presentase :

= 9 X 100 % 12

= 75,00 %

Berdasarkan hasil persentase yang diperoleh dari perhitungan jumlah kesesuaian penerapan akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat penilaian kinerja diatas yaitu 75,00%, maka penulis menarik kesimpulan bahwa penerapan akuntansi pertanggungjawaban pada PT. PLN (Persero) UPDK Mahakam sudah cukup sesuai dengan syarat-syarat untuk penerapan, karakteristik akuntansi pertanggungjawaban, dan tahapan penilaian kinerja menurut Mulyadi.

SIMPULAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan dari bab sebelumnya, maka penulis menyimpulkan :

1. Penerapan akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat penilaian kinerja pada PT PLN (Persero) UPDK Mahakam sudah cukup sesuai dengan beberapa indikator pada syarat-syarat penerapan akuntansi per-tanggungjawaban, karakteristik akuntansi perper-tanggungjawaban, dan tahapan penilaian kinerja menurut Mulyadi.

2. Adapun indikator yang belum sesuai diantaranya pada penerapan kode rekening PT PLN (Persero) UPDK Mahakam belum ada dilakukan pemisahan biaya terkendali dan tidak terkendali sehingga pada laporan pertanggungjawaban belum bisa menampilkan informasi yang jelas bagi para pembacanya. Sedangkan menurut Mulyadi, dalam laporan pertanggungjawaban diperlukan adanya pemisahan antara biaya

Presentase =

Jumlah Indikator

yang Sudah Sesuai X 100 % Total Indikator

(13)

Volume 15 No 2 Oktober 2019

Sosial, Ekonomi dan Bisnis Halaman 87

terkendali dan tidak terkendali, selain itu diperlukan kode rekening yang dapat mengidentifikasikan data akuntansi secara unik, meringkas data, mengklasifikasi akun atau transaksi, dan menyampaikan makna tertentu sehingga memudahkan dalam menentukan tingkat manajemen mana yang bertanggungjawab. 3. Selanjutnya, menurut Mulyadi, standar ditetapkan sebagai tolak ukur kinerja manajer yang

bertanggungjawab atas pusat pertanggungjawaban tertentu dan kinerja manajer diukur dengan membandingkan realisasi anggaran. Sedangkan dalam penerapannya pada PT PLN (Persero) UPDK Mahakam, kinerja manajer itu tidak bisa semata-mata diukur dari realisasi anggarannya saja, masih ada standar lain yang perlu diperhitungkan untuk penilaian kinerja manajer tersebut.

SARAN

Berdasarkan simpulan yang telah di paparkan dari hasil analisis dan pembahasan, adapun saran yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi PT PLN (Persero) UPDK Mahakam

a. Berkaitan dengan pemisahan biaya, maka sebaiknya perusahaan melakukan pemisahan secara jelas antara biaya terkendalikan dengan biaya tidak terkendalikan sehingga laporan pertanggungjawaban dapat menampilkan batasan tanggungjawab manajer bersangkutan.

b. Berkaitan dengan laporan pertanggungjawaban yang masih tergabung dengan biaya-biaya yang diluar tanggung jawabnya, diharapkan manajer PT PLN (Persero) UPDK Mahakam dapat menyaring biaya yang benar-benar menjadi tanggung jawabnya dengan tegas dan teliti dan melengkapinya dengan bukti-bukti yang kuat. Sehingga ketika pengukuran kinerja, ia hanya mempertanggungjawabkan hal-hal yang menjadi tanggung jawabnya.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Peneliti yang akan melakukan penelitian selanjutnya, disarankan untuk lebih banyak mencari dan membaca literatur yang mendukung penelitian, sehingga dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang baru dan dapat menghasilkan penelitian selanjutnya yang lebih baik.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk peneliti selanjutnya.

DAFTAR RUJUKAN

Ahmad, Kamaruddin. (2015). Akuntansi Manajemen: Dasar-dasar Konsep Biaya & Pengambilan Keputusan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

CLSA. (2018). Corporate Governance Watch 2018 Hard Decisions: Asia Faces Tough Choices in CG Reform. (Online), (https://www.clsa.com/corporate-governance-watch-2018/), diakses 16 Desember 2018.

Fahmi, Irham. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Alfabeta.

Feriyanto, Andri., Triana, Endang Shyta. (2015). Pengantar Manajemen (3 in 1) Untuk Mahasiswa dan Umum. Yogyakarta: Mediatera.

Gunawan, Imam. (2015). Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik. Jakarta: PT Bumi Aksara. .Herlianto, Didit. (2015). Anggaran Keuangan. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Hery. (2013). 240 Konsep Penting Akuntansi & Auditing yang Perlu Anda Ketahui. Yogyakarta: Gava Media.

Irawan, Ardi. (2014). Analisis Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Alat Penilaian Kinerja Pusat Biaya Pada PT Pupuk Sriwidjaja Palembang. Skripsi Program Sarjana Universitas Negeri Sriwijaya PalembangIssakh, Henki Idris, Wiryawan, Zahrida. (2014). Pengantar Manajemen. Edisi 2. Bogor: In Media.

(14)

Volume 15 No 2 Oktober 2019

Sosial, Ekonomi dan Bisnis Halaman 88

Juita, Raja Kurnia. (2014). Analisis Akuntansi Pertanggungjawaban (Studi Kasus Pada PT Persero PLN Tanjung Pinang). Skripsi. Program Sarjana Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang. Naftalinda, Anggi. (2015). Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban dalam Penilaian Kinerja Pusat

Pendapatan Pada CV. Sinar Utama Group. Skripsi Program Sarjana Universitas Mulawarman. Rahmawati, Intan. (2009). Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Alat Penilaian Kinerja Pusat

Biaya Pada PT PLN (Persero) Wilayah Kota Madya Langsa. Skripsi. Program Sarjana Universitas Sumatera Utara.

. (2016). Sistem Akuntansi. Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.

Lubis, Arfan Ikhsan. (2010). Akuntansi Keprilakuan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.

Moleong, Lexy J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyadi. (2016). Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat & Rekeyasa. Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat. Rofiyanty. (2012). Inovasi dan Kinerja: Knowledge Sharing Behaviour Pada UKM. Malang: UB Press. Rudianto. (2013). Akuntansi Manajemen. Jakarta: Erlangga

Samryn, L.M. (2015). Akuntansi Manajemen: Informasi Biaya Untuk Mengendalikan Aktivitas Operasi dan Investasi. Jakarta: Prenadamedia Group.

Simamora, Henry.(2012). Akuntansi Manajemen. Edisi 3. Riau: Star Gate Publisher.

Sodikin, Slamet Sugiri. (2015). Akuntansi Manajemen Sebuah Pengantar. Edisi 5. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sujarweni, V Wiratna. (2015). Akuntansi Manajemen Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Peraturan Menteri BUMN Per-01/MBU/2011, tentang penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good

Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara. (Online),

(http://www.jdih.bumn.go.id/lihat/PER-01/MBU/2011), diakses 11 Desember 2018.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 17 Tahun 1990 Tentang Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara. (Online), (https://www.bphn.go.id/data/documents/90pp017.pdf), diakses 17 Januari 2019.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan pelepasan molekul ini maka akan terbentuk pilar titanium dioksida yang stabil pada suhu tinggi sehingga dihasilkan lempung terpilar TiO2 yang mempunyai basal spacing yang

Alhamdulilahi rabbil’alamin, p uji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Gambaran

[r]

Universitas Negeri

dan instansi/sektor terkait tetap menyiagakan petugas untuk memantau perkembangan kondisi titik panas yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan di wilayah

2 Tahun 2014 segera dibuat dasar hukumnya berupa Peraturan Menteri Hukum dan HAM agar Majelis Kehormatan Notaris (MKN) dalam ketentuan tersebut dapat segera melaksanakan

&#34;References&#34;, Cocoa Production and Processing Technology,

Pendidikan media atau disebut dengan literasi media merupakan kegiatan yang dapat membantu orang untuk memiliki kompetensi, kemampuan, atau kecakapan yang dibutuhkan agar